Top Banner
STRATEGI PENURUNAN JUMLAH PENDERITA IMS DAN KEHAMILAN USIA REMAJA DI LINGKUNGAN PUSKESMAS PASIR PANJANG, KUPANG Mini Project Untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Program Internship Dokter Indonesia Oleh : dr. Adi Agung Ananta Wijaya dr. Luh Gede Wiwin Witsari dr. Simplisius Cornelis Tisera dr. Wiryani Elvira Ambat dr. Yohanes Danang
51

Laporan Mini Project

Dec 27, 2015

Download

Documents

ims
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Mini Project

STRATEGI PENURUNAN JUMLAH PENDERITA IMS DAN

KEHAMILAN USIA REMAJA DI LINGKUNGAN PUSKESMAS PASIR

PANJANG, KUPANG

Mini Project

Untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

Program Internship Dokter Indonesia

Oleh :

dr. Adi Agung Ananta Wijaya

dr. Luh Gede Wiwin Witsari

dr. Simplisius Cornelis Tisera

dr. Wiryani Elvira Ambat

dr. Yohanes Danang

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

PUSKESMAS BANUA PADANG, KEC. BUNGUR, KAB. TAPIN

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Page 2: Laporan Mini Project

PERIODE 9 SEPTEMBER – 28 DESEMBER 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Peneliti :

1. dr. Chyntia SIP:

2. dr. Eki Marliani SIP:

3. dr. Fandi Ahmad SIP:

4. dr. Hadian Widyatmojo SIP:

5. dr. Nandang Sudrajat SIP:

Program Penugasan : Internship dokter Indonesia

Judul Penelitian :

Strategi Percepatan Penurunan Angka Kematian Bayi di Desa Timbung dan Shabah,

Kec. Bungur, Kab. Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan

Penelitian ini ditujukan sebagai tugas mini project pada Program Internship Dokter Indonesia

yang telah dipresentasikan dihadapan dokter pembimbing, Kepala Puskesmas, dan Petugas

Puskesmas

Tapin, 18 Oktober 2013

Mengetahui,

Dokter Pembimbing Kepala Puskesmas Banua Padang

dr. Galuh Nia Khairani H. Saidi, SKM, MMNIP: 19741018 200501 2 009 NIP: 19700503 199101 1 002

Page 3: Laporan Mini Project
Page 4: Laporan Mini Project

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan................................................................................................... i

Daftar isi ................................................................................................................. ii

Kata Pengantar........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2

C. Tujuan............................................................................................................ 2

D. Manfaat.......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 3

A. Angka Kematian Ibu...................................................................................... 3

1. Kematian ibu............................................................................................ 3

2. Penyebab kematian ibu melahirkan......................................................... 4

B. Angka Kematian Bayi.................................................................................... 5

BAB III METODE

A. Rancangan Penelitian..................................................................................... 11

B. Populasi dan Sampel...................................................................................... 11

C. Jenis dan Cara Pengumpulan Data................................................................. 11

D. Langkah-langkah Pelaksanaan Mini Project.................................................. 12

BAB IV HASIL.......................................................................................................... 15

A. Profil Komunitas Umum................................................................................ 15

B. Profil Desa Timbung...................................................................................... 16

C. Profil Desa Shabah......................................................................................... 19

D. Data Primer.................................................................................................... 22

BAB V DISKUSI....................................................................................................... 27

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 29

A. Kesimpulan.................................................................................................... 29

B. Saran............................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 31

4

Page 5: Laporan Mini Project

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat petunjuk

dan rahmatNya penelitian ini dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Pada penelitian Kami yang berjudul “Strategi Percepatan Penurunan Angka Kematian Bayi di

Desa Timbung dan Shabah, Kec. Bungur, Kb. Tapin, Prov. Kalimantan Selatan” Kami

membahas mengenai tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) pada wilayah kerja Puskesmas

Banua Padang, Kec. Bungur. Kami mengambil kasus pada dua desa yang memiliki AKB

cukup tinggi di wilayah kecamatan Bungur sebagai Pilot Project untuk Desa lainnya. Kami

menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena kami mengharapkan maaf,

kritik, serta saran agar penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi kita semua tidak terbatas

hanya tenaga kesehatan.

Tapin, 18 Oktober 2013

ChyntiaMarlianiAhmad

WidyatmojoSudrajat

5

Page 6: Laporan Mini Project

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia Internasional memberikan perhatian yang cukup besar terhadap Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Kematian Bayi (AKB), sehingga memasukannya diantara tujuan

Millenium Development Goals (MDGs), yang ditargetkan selesai pada 2015. Segala tujuan

dari MDGs ini bermaksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia dalam

berbagai aspek.

Dalam aspek kesehatan, AKI maupun AKB menjadi salah satu hal yang menjadi

pokok penting perhatian setiap negara terutama negara berkembang termasuk Indonesia.

Hingga kini, Indonesia masih merupakan negara dengan AKI tertinggi di Asia Tenggara atau

peringkat empat di Asia Pasifik (307 per 100.000 kelahiran hidup). Menurut kementerian

Kesehatan, penyebab utama masih tingginya AKI di Indonesia adalah faktor 4 terlalu, yakni

terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak anak,dan terlalu dekat jarak kelahiran. Disamping

penyebab tadi, tentunya faktor lain juga ikut berpengaruh seperti pelayanan kesehatan yang

buruk ataupun biaya persalinan yang dianggap sulit dijangkau.

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Kesehatan sudah melakukan

bermacam upaya dalam kaitan menurunkan AKI dan AKB. Walaupun hasilnya dapat terlihat

pada AKI dan AKB yang turun, namun masih belum mencapai target MDGs. Untuk AKB

sendiri di Indonesia sudah mengalami penurunan angka yang cukup signifikan dengan rata-

rata mengalami penurunan 5% setiap tahun sejak dekade 1990-an. Namun begitu AKB di

Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan Malaysia, Filipina dan thailand.

Penyebab paling sering kematian pada Bayi sampai usia 1 tahun menurut Survey

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 2001) adalah infeksi saluran pernapasan, komplikasi

perinatal dan diare. Gabungan ketiganya ini memberikan andil 75% pada kematian bayi.

Kematian bayi sampai usia 1 tahun ini paling sering terjadi pada bulan pertama, dan sekitar

80% terjadi pada minggu pertama kelahiran. Hal ini menunjukan masih rendahnya status

kesehatan Ibu hamil dan bayi baru lahir dan sesaat sesudahnya, serta perilaku ibu hamil,

keluarga dan masyarakat sekitarnya yang bersifat negatif pada kesehatan ibu hamil,

persalinan aman dan perkembangan dini anak.

6

Page 7: Laporan Mini Project

Untuk daerah Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan sendiri, Angka

Kematian Bayi sampai pada September 2013 ini cukup tinggi dengan kasus 20 Kematian

Bayi dimana 10 kematian Bayi didapat dari kecamatan Bungur, wilayah kerja Puskesmas

Banua Padang. Desa di wilayah kerja Puskesmas Banua Padang yang memiliki Angka

Kematian Bayi tinggi berada di Desa Timbung dan Desa Shabah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang diuraikan diatas mengenai tingginya Angka Kematian Bayi

(AKB) di Desa Timbung dan Desa Shabah maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

Apa faktor yang mempengaruhi tingginya jumlah kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas

Banua Padang Kabupaten Tapin khususnya Desa Timbung dan Desa Shabah?

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab kematian bayi di wilayah

kerja Puskesmas Banua Padang Kabupaten Tapin khususnya Desa Timbung dan Desa Shabah

untuk menunjang perumusan pemecahan masalah tingginya Angka Kematian Bayi.

D. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan dan

pelaksanaan program ke depan yang berhubungan dengan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

terutama dalam upaya menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).

7

Page 8: Laporan Mini Project

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Angka Kematian Ibu

1. Kematian Ibu

Kematian ibu menurut International Classification of Diseases (ICD) adalah kematian

wanita dalam kehamilan atau 42 hari pasca terminasi kehamilan, tanpa memandang usia

kehamilan dan kelainan kehamilan, yang disebabkan baik oleh kehamilannya maupun

tatalaksana, namun bukan akibat kecelakaan. Kematian ini terbagi dua, yaitu kematian

langsung dan tidak langsung. Kematian yang bersifat koinsidental, terjadi selama masa

kehamilan atau 42 hari pascaterminasi kehamilan, namun tidak terkait dengan kehamilannya.

Saat ini, WHO telah menetapkan sistem klasifikasi kematian ibu. Sistem klasifikasi

kematian ibu bertujuan:

Mengembangkan sistem klasifikasi standar guna identifikasi kausa kematian ibu

yang akurat, diperlukan perbandingan berbagai studi penelitian

Menjamin sistem tersebut dapat diterapkan secara luas

Mengembangkan sistem klasifikasi paralel terhadap morbiditas maternal berat.

Angka kematian ibu merupakan angka yang didapat dari jumlah kematian ibu untuk

setiap 100.000 kelahiran hidup, sehingga berkaitan langsung dengan kematian ibu. Penyebab

kematian tersebut dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kehamilan,

dan umumnya terdapat sebab utama yang mendasari. Dalam upaya memudahkan identifikasi

kematian ibu, WHO telah menetapkan sejumlah sistem klasifikasi kematian ibu. Dengan

adanya sistem ini, diharapkan akan meningkatkan kewaspadaan, perencanaan tindakan, dan

pada akhirnya akan menurunkan angka kematian ibu.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan

kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai

¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan

penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan

pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus

menerus.

8

Page 9: Laporan Mini Project

Grafik 2.1. Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1994-2015

(Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)

Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994

sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke

tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000

Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara

target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per

100.000 Kelahiran Hidup.

2. Penyebab Kematian Ibu Melahirkan

Sejumlah kondisi mayor terkait dengan angka mortalitas maternal. Penyebab mayor

dari kematian ibu ternyata berkontribusi besar terhadap kematian bayi.

9

Grafik 2.2 Angka Kematian Ibu berdasarkan Kausa

Page 10: Laporan Mini Project

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu

angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani

masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni

pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata

masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak

begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan

politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif

dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain

masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai

budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan

melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa

alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat.

Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta,

maupun masyarakat terutama suami.

Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan

darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang

biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28

persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena

retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap

ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat

waktu. Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 24 persen kematian

ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 persen). Pemantauan kehamilan secara teratur

sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat

mencegah kematian ibu karena eklampsia.

B. Angka Kematian Bayi

IMR (Infant Mortality Rate) atau Angka Kematian Bayi (AKB) di suatu wilayah

sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, sosial dan ekonomi di wilayah tersebut. Dan

kebijakan pemerintah untuk menekan tingkat kematian bayi di Indonesia sangat berperan

untuk meningkatkan angka harapan hidup bayi.

Secara matematis Angka Kematian Bayi dirumuskan :

IMR= jumlah kematianbayi usia<1tahun pada tahun tertentujumlah kelahiranhidup pada tahun tertentu

x1.000

10

Page 11: Laporan Mini Project

Beberapa faktor penyebab kematian bayi adalah:

Faktor ibu (umur, paritas, dan interval kelahiran)

Lingkungan (kondisi udara, air, makanan, serangga yang menyebabkan penyakit)

Adanya faktor politik (perang, bom)

Sistem kekebalan tubuh yang lemah

Pada dasarnya penyebab utama kematian ibu dan neonatal adalah sama, yaitu akses

perawatan yang krang baik serta status sosial ibu yang rendah. Rancangan penelitian adalah

cross-sectional dari data mortalitas SKRT 2001 yang berintegrasi dengan Susenas 2001.

Rancangan sampel dari Susenas 2001 dipakai sebagai rancangan sampel studi mortalitas

SKRT 2001. Sampling Susenas 2001 berdasarkan prosedur PPS (Probability Proportional to

Size) selection dari blok sensus terpilih. Untuk setiap blok sensus terpilih diambil secara

systematic random sampling sebesar 16 rumah tangga. Jumlah rumah tangga terpilih adalah

sebesar 211.168 rumah tangga dengan 3677 kasus kematian.

Variabel-variabel yang dilakukan untuk penelitian adalah penyebab kematian bayi

baru lahir, kesehatan ibu ketika hamil, akses perawatan ibu selama hamil, persalinan, dan

bayi baru lahir. Pembatasan penelitian ini adalah terbatas hanya pada kasus bayi yang

meninggal (survey mortalitas) dan tidak memiliki kasus bayi yang hidup (survive).

Grafik 2.3 Kematian Neonatal Menurut Wilayah Di Indonesia, 2001

67%

19%

14%

KEMATIAN NEONATAL MENURUT WILAYAH DI INDONESIA

Jawa Bali

KTI (Kawasan Timur Indonesia)

Sumatera

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes

11

Page 12: Laporan Mini Project

Grafik 2.4 Kematian Neonatal Menurut Wilayah Perkotaan/Pedesaan, 2001

59%

41%

KEMATIAN NEONATAL MENURUT WILAYAH PERKO-

TAAN/PEDESAAN

Pedesaan

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes

Grafik 2.5 Kematian Neonatal Menurut Umur Kematian, 2001

39%

40%

20%

KEMATIAN NEONATAL MENURUT

UMUR KEMATIAN

0-23 jam

1-7 hari

8-28 hari

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes

Grafik 2.6 Kematian Neonatal Menurut Jenis Kelamin, 2001

60%

40%

KEMATIAN NEONATAL MENURUT

JENIS KELAMIN

Laki-laki

Perempuan

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes

12

Page 13: Laporan Mini Project

Grafik 2.7 Kematian Neonatal Menurut Penolong Persalinan Pertama, 2001

20%

37%

40%

3%

KEMATIAN NEONATAL MENURUT PENOLONG PER-

SALINAN PERTAMADokter

Bidan

Dukun

Lain-lain

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes

Grafik 2.8 Kematian Neonatal Menurut Tempat Bersalin, 2001

54%

5%

37%

5%

KEMATIAN NEONATAL MENURUT TEMPAT BERSALIN

RumahPKM/PolindesRumah sakitLain-lain

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes

Grafik 2.9 Kematian Neonatal Menurut Jenis Kelamin, 2001

89%

3% 8%

KEMATIAN NEONATAL MENURUT PROSES PERSALI-

NAN

Partus normal

Partus dengan tindakan

Operasi Caesar

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes

13

Page 14: Laporan Mini Project

Bayi meninggal pada bulan pertama kehidupannya dapat di sebabkan karena ibunya

meninggal. Kematian maternal mempunyai implikasi yang luas kepada seluruh keluarga dan

dampaknya melambung melampui generasi. Yang paling terasa dan cepat dari komplikasi

yang menyebabakn kematian dan disabilitas pada ibu adalah bayi yang mereka lahirkan. Dari

kerangka kopnsep menurut Lawn, penyebab yang mendasari kematian (underlying cause)

neonatal yang berhubungan dengan masyarakat dan system pemeliharan kesehatan adalah

kesehatan ibu selama kehamilan dan perawatan ketika hamil, besalin, dan postpartum yang

tidak adekuat.

Selain peran kesehatan ibuketika hamil, perawatan yang tidak adekuat dan tidak tepat

selama hamil, bersalin, dan beberapa jam setelah melahirkan juga mempunyai konsekuensi

terhadap terjadinya kematian bayi barun lahir. Untuk menurunkan angka kematian neonatal,

kunci utama terletak pada kualitas perawatan neonatal emergensi.

Masih ada factor lain yang berkontribusi terhadap kematian neonatal, seperti status

social-ekonomi ibu yang rendah, status gizi ibu dan fertilitas yang tinggi. Data menunjukan

bahwa ada korelasi antara tingkat tingkat pendidikan ibu dan angka kematian bayi. Agama,

budaya, pengalaman yang lalu dan pendidikan mempengaruhi persepsi ibu. Factor tersebut

mewarnai dengan kuat kepercayaan masyarakat, pengertian dan penerimaan terhadap

pengobatan tradisional dan modern.

Kontribusi faktor keterlambatan untuk mendapatkan perawatan yang berkualitas bagi

bayi yang sakit merupakan salah satu dari penyebab kematian neonatal. keterlambatan

tersebut adalah ssb;

1. Keterlambatan dalam mengenal masalah ketika di rumah.

2. Keterlambatan dalam memutuskan untuk mencari pengobatan.

3. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan akibat hambatan transportasi dan

sumber daya.

4. Keterlambatan dalam menerima perawatan yang berkualitas pada fasilitas kesehatan.

Kecenderungan Penyakit Penyebab Kematian Bayi dan Anak Balita di Indonesia

Menurut WHO, setiap tahun lebih dari sebelas juta anak meninggal karena menderita

sakit dan kurang gizi. Tujuh dari sepuluh penyebab kematian anak di negara berkembang

dapat disebabkan oleh lima penyebab utama atau kombinasinya: pnemonia, diare, campak,

malaria, dan kurang gizi. Dari 10 penyakit tersebut dipilih lima penyakit terbesar untuk

kematian bayi.

14

Page 15: Laporan Mini Project

Terdapat keberagaman penyakit penyebab kematian pada bayi, dimana gngguan

perinatal (47%) merupakan penyakit kematian bayi yang banyak terjadi di perkotaan.

Sedangkan sistem pernapasan merupakan penyakit penyebab kematian pada bayi yang

banyak terjadi di pedesaan (32%).

Tingkat kematian berhubungan erat dengan tingkat kesakitan. Kejadian kematian

merupakan terminasi akhir dari berbagai penyebab terjadi kematian. Dengan melihat penyakit

penyebab kematian dari waktu ke waktu dapat dijadikan bahan evaluasi pelakasnaan

pembangunan kesehatan.

Secara umum gangguan perinatal merupakan masalah utama pada bayi. Gangguan ini

terjadi pada usia 0-7 hari termasuk lahir mati. Kasus kematian perinatal pada studi mortalitas

ini dibedakan dalam dua sebab utama pada janin dan sebab utama pada ibu. Menurut sebab

utama kematian utama pada janin, aspixia lahir (39%), prematur dan bayi baru lahir (33,2%),

serta kelainan bawaan (4,2%). Sedangkan sebab si ibu yang mempengaruhi janin sebesar

5,1%. Di dunia 3,9 juta bayi meninggal pada usia minggu pertama.

15

Page 16: Laporan Mini Project

BAB III

METODE

A. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif. Penelitian yang

dilakukan dengan metode ini bertujuan mendapatkan gambaran atau informasi terhadap objek

yang akan diteliti tentang faktor yang mempengaruhi kematian bayi di wilayah kerja

Puskesmas Banua Padang Kabupaten Tapin khususnya Desa Timbung dan Desa Shabah.

B. Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang sedang hamil dan nifas di Desa

Timbung dan Desa Shabah.

Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu yang sedang hamil dan nifas pada bulan

Oktober 2013 di Desa Timbung dan Desa Shabah yang ada saat kunjungan rumah atau hadir

ke Poskesdes berdasarkan undangan.

Cara pengambilan sampel

Cara pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik sampel secara

random sederhana. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan mengambil kasus atau

responden yang kebetulan ada atau tersedia saat penelitian sedang berlangsung, yaitu ibu

hamil dan nifas yang ada pada saat kunjungan rumah serta ibu hamil dan nifas yang hadir ke

Poskesdes berdasarkan undangan.

C. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara

berdasarkan kuesioner. Alat pengambilan data/ instrumen adalah kuesioner.

Data primer diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan alat pengambil data /

instrumen yaitu kuesioner.

Data sekunder di dapat dari data kependudukan yang dimiliki Bidan Desa Timbung

dan Shabah serta data Pemantauan Wilayah Sekitar-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)

Puskesmas Banua Padang bulan Januari-September 2013.

16

Page 17: Laporan Mini Project

D. Langkah-langkah Pelaksanaan Mini Project

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor

yang mempengaruhi tingginya kematian bayi di Desa Timbung dan Desa Shabah, antara lain:

1. Mencari masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Banua Padang

berdasarkan data yang ada di Puskesmas Banua Padang. Ditemukan bahwa Angka

Kematian Bayi (terutama di Desa Timbung dan Desa Shabah) tinggi.

2. Mencari referensi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya AKB

(Angka Kematian Bayi).

3. Melakukan wawancara dengan petugas kesehatan yang berhubungan dengan

Kesehatan Ibu dan Anak (terutama Bidan Desa Timbung dan Shabah) untuk

mengetahui gambaran umum mengenai faktor penyebab tingginya Angka Kematian

Bayi.

4. Mengumpulkan dan menganalisis data sekunder yang didapat dari data Pengawasan

Wilayah Sekitar Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA).

5. Menyusun metode penelitian dan membuat kuesioner yang akan digunakan sebagai

instrumen pengumpulan data primer.

6. Melaksanakan penyebaran kuesioner kepada responden di Desa Timbung dan Shabah.

7. Menganalisis data primer dan data sekunder yang sudah di dapat sebelumnya. Lalu

Menyimpulkan penyebab masalah.

8. Menentukan alternatif pemecahan masalah kemudian menyusun rencana penerapan.

9. Penyusunan laporan.

17

Page 18: Laporan Mini Project

Gambar 3.1 Siklus Pemecahan Masalah

Langkah yang digunakan dalam mini project ini mengacu pada siklus pemecahan

masalah. Pada langkah awal, penulis mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan

Kepala Puskesmas Banua Padang dan beberapa petugas kesehatan lainnya. Didapatkan

bahwa Angka Kematian Bayi masih tinggi terutama pada Desa Shabah dan Desa Timbung

sehingga masalah ini yang penulis angkat sebagai topik permasalahan yang akan

diselesaikan.

Penulis selanjutnya menentukan penyebab masalah yang mungkin melalui wawancara

dengan petugas kesehatan terkait, yaitu bidan Desa Timbung pada tanggal 1 Oktober 2013

dan bidan Desa Shabah pada tanggal 5 Oktober 2013. Selain itu, dicari juga kemungkinan

penyebab melalui tinjauan pustaka dari berbagai referensi. Kemudian penyebab masalah yang

mungkin dikonfirmasi melalui penelitian secara deskriptif. Penelitian dilakukan dengan

wawancara terarah menggunakan instrumen kuesioner kepada responden pada tanggal 8, 9

dan 10 Oktober 2013. Data yang didapat melalui kuesioner dianalisa dan dibandingkan

dengan data sekunder untuk menentukan penyebab masalah yang paling mungkin.

Selanjutnya, setelah didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin, penulis

menyusun rencana pemecahan masalah untuk diterapkan. Penentuan pemecahan ini

18

1. Identifikasi Masalah 2.

Penentuan Prioritas Masalah3. Penentuan Penyebab Masalah4. Memilih Penyebab yang paling mungkin

5. Menentukan alternatif pemecahan masalah

6. Penetapa

n pemecahan masalah

terpilih

7. Penyusun

an rencana

penerapan

8. Monitor

ing & Evaluasi

Page 19: Laporan Mini Project

sebelumnya didiskusikan dengan beberapa tenaga kesehatan terkait. Pemecahan masalah

yang dipilih adalah sebagai berikut:

1. Penyuluhan Umum Ibu Hamil

Penyuluhan disampaikan bersama pada saat ibu hamil memeriksakan diri ke

Posyandu. Tema yang disampaikan mengenai bahaya yang dapat terjadi selama hamil,

bersalin dan melahirkan berikut cara mengatasinya. Tujuan diadakan penyuluhan ini

adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan mengarahkan ibu hamil agar

merencanakan kelahirannya pada sarana kesehatan.

2. Penyuluhan Kader

Penyuluhan kader disampaikan bersamaan dengan Penyuluhan Umum Ibu Hamil.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan kader agar selanjutnya dapat

turut menyampaikan informasi kepada masyarakat.

3. Konsultasi Pribadi Ibu Hamil

Konsultasi ditujukan kepada ibu hamil yang usia kehamilannya lebih dari delapan

bulan (mendekati kehamilan). Konsultasi ini tujuannya adalah memberikan informasi

pemantapan secara personal kepada ibu hamil yang akan melahirkan agar

merencanakan kelahirannya pada sarana kesehatan. Konsultasi dilakukan secara

persuasif dan berorientasi pada keselamatan pasien.

Ketiga kegiatan tersebut dilakukan dalam satu hari sekaligus untuk satu tempat

(Posyandu), dengan tanggal pelaksanaan sebagai berikut:

1. Posyandu Tampunang, Desa Shabah : kamis, 7 November 2013

2. Posyandu Desa Timbung : senin, 11 November 2013

3. Posyandu Desa Shabah : kamis, 21 November 2013.

19

Page 20: Laporan Mini Project

BAB IV

HASIL

A. Profil Komunitas Umum

Puskesmas Banua padang memiliki wilayah kerja seluas 149,98 km2 yang mencakup

12 desa dengan jumlah penduduk sebesar 11.621 jiwa.

Wilayah kerja Puskesmas Banua Padang terdiri dari 12 desa, yaitu:

1. Desa Paring Guling

2. Desa Rantau Bujur

3. Desa Hangui

4. Desa Linuh

5. Desa Kalumpang

6. Desa Shabah

7. Desa Timbung

8. Desa Purut

9. Desa Banua Padang

10. Desa Banua Padang Hilir

11. Desa Bungur Lama

12. Desa Bungur Baru.

Wilayah kerja Puskesmas Banua Padang berbatasan dengan:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tapin Utara.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tapin Selatan.

3. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Piani.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tapin Tegah.

Gambar 4.1 Peta wilayah kerja Puskesmas Banua Padang

20

Page 21: Laporan Mini Project

B. Profil Desa Timbung

1. Data geografis

Desa Timbung terletak di Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin. Jarak dengan ibukota

kecamatan atau Puskesmas adalah 3,5 Km. dan jarak dari ibukota Kabupaten atau RSUD

Datu Sanggul Rantau adalah 6 Km. Dengan Wilayah 1,50 Km2. Terdiri atas 2 RT dan 1 RW.

Desa Timbung mempunyai batas-batas wilayah:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Banua Padang.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tampunang Shabah.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Purut.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sandar Kalumpang.

Rata-rata Desa Timbung adalah daratan dengan 2 musim yaitu iklim hujan terjadi pada bulan

Januari sampai dengan Juni, Nopember dan Desember. Di samping musim kemarau terjadi

pada bulan juli sampai dengan Oktober.

Penduduk yang bermukim di Desa Timbung merupakan sebagian besar adalah

penduduk asli dengan suku bangsa banjar 100% dan seluruhnya menganut agama Islam.

Kultur dan sosial budaya masyarakat Timbung masih sederhana dan banyak dipengaruhi oleh

agama Islam sehingga masyarakatnya terkenal religius. Ini dapat dilihat dengan maraknya

acara-acara peringatan keagamaan yang diperingati masyarakat seperti acara ba’ayun anak

yang biasa digelar pada bulan rabiul awal tahun hijriyah atau bulan maulid disamping

perayaan keagamaan lainnya.

Gambar 4.1 Peta Desa Timbung

21

Page 22: Laporan Mini Project

2. Data demografis

Desa Timbung merupakan desa yang berada di Kecamatan Bungur dengan jumlah

penduduk 626 jiwa. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Data demografi Desa Timbung tahun 2009

Demografi Lk Pr KK Miskin PUS BumilRT 1 111 135 16 34 2RT 2 183 197 28 62 4Jumlah penduduk 254 254 44 96 6

Sumber: Data desa 2009

Desa Timbung yang memiliki jumlah KK sebanyak 173 KK dilihat dari tingkat

pendidikannya jumlah putus sekolah (tidak tamat SD adalah 107 orang. Ini dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.2 Data penduduk berdasarkan jenis pendidikan Desa Timbung Tahun 2009

Jenis Pendidikan RT 1 RT 2 Jumlah %Tidak sekolah 27 80 107 23,7Masih SD 28 84 112 24,8SD 86 62 148 32,8Masih SMP 5 14 19 4,2SMP 25 17 42 9,3Masih SMA 4 3 7 1,6SMA 8 0 8 1,8Perguruan Tinggi 6 2 8 1,8Jumlah 189 262 451 100

Sumber: Data desa 2009

Disamping itu jumlah angkatan kerja adalah 451 orang tertapi yang bekerja hanya 233

orang yaitu sekitar 51,7%. Hal ini terlihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.3 Data penduduk berdasarkan jenis pekerjaan Desa Timbung tahun 2009

Jenis Pekerjaan RT 1 RT 2 Jumlah %Penduduk tidak bekerja 81 137 218 48,3Petani / kebun 46 59 105 23,3PNS 4 0 4 0,9Swasta 58 66 124 27,5Lainnya 0 0 0 0,0Jumlah 189 262 451 100

Sumber Data desa 2009

22

Page 23: Laporan Mini Project

3. Sarana prasarana kesehatan

Jumlah Posyandu balita yang ada di Desa Timbung adalah sebanyak 1 buah dengan

kader aktif sebanyak 5 orang. Untuk pemenuhan kebutuhan ait bersih sebagian masyarakat

menggunakan hidrant umum yang dikelola oleh pokmair sebanyak 3 kelompok disamping

ada pula 3 KK yang memilih sumur sebagai sarana air bersih keluarga dan ada pula yang

sudah menggunakan PDAM. Sebagian besar masyarakat desa Timbung masih MCK di

sungai, hanya 26 KK saja yang memiliki jamban keluarga.

Adapun saranan prasarana kesehatan di Desa Timbung dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.3 Data sarana prasarana kesehatan Desa Timbung tahun 2009

Sarana Prasarana Kesehatan Jumlah Kondisi Keterangan

Polindes - - -Poskesdes 1 Baik BerfungsiPustu - - -Pos Obat Desa - - -Bidan desa 1 PNSNakes lainnya - - -SAB hidrant umum 3 Baik BerfungsiJamban umum 5 Baik BerfungsiPokmair 3 Aktif

Sumber: Data desa 2009

Poskesdes yang berada di Desa Timbung ditinggali oleh Bidan Desa yang melayani

pertolongan persalinan sekaligus pelayanan dasar dan emergency karena tidak tersedianya

Nakes lainnya di desa tersebut. Fasilitas di poskesdes mencukupi untuk pertongan persalinan,

pelayanan kesehatan, tempat penyimpanan obat dan alkes serta sebagai tempat tinggal bagi

bidan desa dan keluarganya.

4. Data Kematian Neonatal

Total kematian bayi tahun 2013 sampai bulan September di Desa Timbung berjumlah

4 bayi. Data lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4 Tabel data kematian neonatal-perinatal tahun 2013

No Nama Bayi Usia Ibu ANC UmurUsia

KehamilanBBL

Penyebab Kematian

Penolong Per

salinan

Tempat Kejadian

1 By. Ny. Maimunah >20 th 1x <7 hari 40 mgg >2500 gr Asfiksia Bidan Bidan

23

Page 24: Laporan Mini Project

2 By. Ny. Aisyah 25 th 4x 7 hari 43 mgg 2500 gr Lain-lain Bidan R. Sakit

3 By. Rahimah >20 th 1x Lahir mati 32 mgg >2500 gr Lahir mati Bidan R. Pasien

4 By. Siti <20 th 3x <7 hari 43 mgg >2500 gr Asfiksia Bidan R. Pasien

Sumber: data register KIA Puskesmas

C. Profil Desa Shabah

1. Data geografis

Desa Shabah terletak di Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin. Jaraknya dengan

ibukota kecamatan yaitu Bungur Lama adalah 5 Km. Dan jarak ke ibukota kabupaten atau

pasar rantau adalah 8 Km. Dengan luas wilayah 1.374 Km2. Terdiri dari 9 RT dan 4 RW.

Desa Shabah mempunyai batas – batas wilayah yaitu:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bitahan Baru

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kalumpang

3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bungur Lama

4. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Miawa.

Rata- rata daerah Shabah terdiri atas daratan dan pegunungan. Dengan dua musim yaitu:

musim hujan pada bulan November sampai dengan Juni dan musim kemarau pada bulan Juli

sampai dengan Oktober.

Gambar 4.2 Peta Desa Shabah

2. Data demografis

Desa Shabah merupakan desa yang berada di Kecamatan Bungur dengan jumlah penduduk

2174 jiwa. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:

24

Page 25: Laporan Mini Project

Tabel 4.5 Data demografi Desa Shabah tahun 2012

Demografi KK Lk Pr KK MiskinRT 1 55 97 86 4RT 2 58 94 99 5RT 3 40 61 64 3RT 4 59 123 120 21RT 5 78 124 19 5RT 6 79 130 126 4RT 7 91 148 152 4RT 8 120 201 198 1RT 9 70 140 128 0Jumlah penduduk 650 1118 992 47

Sumber: Data desa 2012

Pendidikan

Untuk melihat gambaran secara umum mengenai perkembangan pendidikan di Desa

Shabah, perlu di bedakan atas jenjang pendidikan yang tersedia yakni tingkat pendidikan

anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Tabel 4.6 Data penduduk berdasarkan jenis pendidikan Desa Shabah Tahun 2012

Pendidikan

Belum tamat SD SD SMP SMA PT

RT 1 9 49 61 52 12RT 2 8 61 81 36 13RT 3 7 47 52 15 4RT 4 11 98 73 38 23RT 5 64 102 48 29 0RT 6 102 77 50 26 1RT 7 13 97 135 44 11RT 8 0 148 154 68 29RT 9 8 100 80 55 25Jumlah 222 779 734 363 118

Sumber: Data desa Shabah 2012

Mata Pencaharian

Tabel 4.7 Data penduduk berdasarkan jenis pekerjaan Desa Shabah tahun 2012

Jenis pekerjaan

1 2 3 4 5 6 7

RT 1 76 1 0 94 6 1 1RT 2 89 1 0 81 10 0 14RT 3 55 1 0 63 2 4 3

25

Page 26: Laporan Mini Project

RT 4 122 2 0 50 5 2 62RT 5 117 6 0 52 8 2 58RT 6 128 25 0 38 13 2 50RT 7 130 22 1 120 5 3 9RT 8 160 0 0 2 1 0 236RT 9 126 4 3 52 9 1 73Jumlah 1003 62 4 552 59 15 506Sumber Data desa 2012

KET:

1 = TIDAK BEKERJA 5 = PEDAGANG

2 = BURUH PEGAWAI 6 = PNS / POLRI / TNI / PENSIUNAN

3 = NELAYAN 7 = KARYAWAN SWASTA

4 = PETANI PEMILIK

3. Sarana prasarana kesehatan

Tabel 4.8 Data penduduk berdasarkan jenis pendidikan Desa Shabah Tahun 2012

No Tempat Umum Jumlah1 Langgar 62 Mesjid 43 Balai Desa 14 Balai Serbaguna 15 SD 16 TK 3

Sumber: Data Desa 2012

4. Data Pemantauan Wilayah Sekitar Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)

Tabel 4.9 Cakupan K1, K4, Persalinan Nakes & Kunjungan Neonatus Desa Shabah th. 2011

Bulan K1 K4 Persalinan Neonatus Risti

1 2 2 1 1 1

2 2 2 1 1 1

3 4 3 2 2 1

4 3 2 1 1 2

5 6 5 4 3 3

6 6 5 4 3 3

7 4 3 2 2 2

8 2 1 1 1 1

26

Page 27: Laporan Mini Project

9 2 1 1 1 2

10 4 2 2 1 0

11 2 2 1 1 2

12 2 2 1 1 0

Jumlah 39 30 21 18 18

Target 25 25 25 24 7

Cakupan (%) 156 120 84 75 257

Sumber: PWS tahun 2011

5. Sosial budaya

Sosial budaya meliputi agama, suku bangsa, status gizi dan personal hygiene

Agama Islam 100%

Suku Banjar dan Suku Jawa

Makanan yg sering dikonsumsi keluarga tergantung keadaan ekonomi.

D. Data Primer

1. Karakteristik demografi ibu

Karakteristik sebagian besar responden adalah berusia 20-34 tahun, status kehamilan

sedang hamil, pendidikan tamat SD, pekerjaan ibu rumah tangga dan tidak pernah memiliki

riwayat kematian bayi sebelumnya.

Tabel 4.10 Distribusi karakteristik demografi ibu

Variabel Bebas Frekuensi (n=29) Persentase (%)Umur ibu <20 tahun 3 10,3 20-34 tahun 24 82,8 >34 tahun 2 6,9 Total 29 100Status Hamil Hamil 27 93,1 Nifas 2 6,9 Total 29 100Pendidikan Tamat SD 11 37,9

27

Page 28: Laporan Mini Project

Tamat SMP 9 31 Tamat SMA 9 31 Total 29 100Pekerjaan Ibu rumah Tangga 21 72,4 Pegawai Swasta 3 10,3 Petani 3 10,3 Pedagang 1 3,4 Guru 1 3,4 Total 29 100Riwayat Kematian Bayi Gangguan pernapasan 3 10,3 Keguguran 1 3,4 Tidak pernah 26 89,7 Total 29 100,0

2. Tingkat pengetahuan ibu

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu, peneliti mengajukan tiga pertanyaan yaitu

tentang kehamilan, persalinan dan nifas. Peneliti menyimpulkan sendiri tingkat pengetahuan

berdasarkan akurasi jawaban atas pertanyaan tersebut. Kemudian tingkat pengetahuan dibagi

menjadi 3 tingkat, yaitu: kurang, sedang dan baik. Didapatkan sebagian besar ibu hamil yang

menjadi responden memiliki pengetahuan kesehatan yang kurang mengenai kehamilan,

persalinan dan nifas.

Tabel 4.11 Tingkat pengetahuan kesehatan ibu mengenai kehamilan, persalinan dan nifas

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n=29) Persentase (%)Kurang 19 65,5Sedang 9 31,0Baik 1 3,4Total 29 100,0

3. Kualitas gizi harian

Dalam menentukan kualitas gizi harian, peneliti menanyakan menu dan jumlah porsi

makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari. Selanjutnya peneliti menentukan tingkat kualitas

konsumsinya ke dalam kelompok baik atau kurang. Ditemukan sebagian besar ibu yang

menjadi responden sudah memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan kualitas gizi

baik. Ibu juga sudah terbiasa mengkonsumsi sayur dalam menu harian, namun kurang dalam

hal mengkonsumsi buah. Sebagian ibu beralasan jarang mengkonsumsi buah karena dianggap

mahal dan cukup sulit untuk didapat (harus membeli ke pasar ibu kota kabupaten, Rantau).

28

Page 29: Laporan Mini Project

Tabel 4.12 Kualitas gizi harian ibu

Variabel Bebas Frekuensi (n=29) Persentase (%)Kualitas konsumsi makanan harianBaik 23 79,3Kurang 6 20,7Total 29 100,0Kebiasaan konsumsi buahYa 12 41,4Tidak 17 58,6Total 29 100,0Kebiasaan konsumsi sayurYa 26 89,7Tidak 3 10,3Total 29 100,0

4. Sanitasi

Mengenai sanitasi dan kebiasaan hidup bersih ibu yang menjadi responden dapat

dilihat pada tabel. Sebagian besar ibu memiliki akses air minum yg berasal dari PDAM yang

kemudian dimasak terlebih dahulu atau air minum kemasan siap minum. Ibu sebagian besar

memiliki kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun terutama sebelum makan. Ibu sebagian

besar sudah memiliki jamban keluarga untuk aktivitas buang air. Dan ibu sebagian besar telah

memiliki kebiasaan menggosok gigi dengan frekuensi 2-3 kali sehari.

Tabel 4.13 Kebiasaan ibu yang berhubungan dengan sanitasi

Variabel Bebas Frekuensi (n=29) Persentase (%)Sumber Air MinumPDAM 10 34,5Sumur 9 31,0Kemasan 10 34,5Total 29 100,0Kebiasaan cuci tangan dengan sabunYa 18 62,1Tidak 11 37,9Total 29 100,0Kebiasaan BABJamban keluarga 26 89,7Jamban umum 1 3,4Sungai 2 6,9Total 29 100,0Kebiasaan Menggosok GigiYa 28 96,6Tidak 1 3,4

29

Page 30: Laporan Mini Project

Total 29 100,05. Akses ke sarana pelayanan kesehatan

Sebagian besar ibu tidak memiliki kesulitan untuk mengakses sarana pelayanan

kesehatan. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar jarak menuju ke sarana pelayanan

kesehatan <500 meter yang rata-rata dapat diakses dalam waktu 5-10 menit menggunakan

motor.

Tabel 4.14 Akses ke sarana pelayanan kesehatan

Variabel Bebas Frekuensi (n=29) Persentase (%)Jarak<500 m 14 48,3500-1.000 m 10 34,5>1 km 5 17,2Total 29 100,0Waktu tempuh<5 menit 10 34,55-10 menit 14 48,3>10 menit 5 17,2Total 29 100,0KendaraanJalan kaki 8 27,6Motor 21 72,4Total 29 100,0

Ibu yang menjadi responden ditanya mengenai rencana pilihan tenaga penolong

persalinan yang akan datang. Sebagian besar ibu menjawab untuk memilih Bidan sebagai

penolong persalinan. Alasan memilih Bidan sebagai penolong persalinan terutama karena ibu

menganggap Bidan lebih ahli. Sedangkan sebagian yang memilih dukun kampung sebagai

penolong persalinan terutama karena dirasa lebih nyaman. Beberapa ibu beralasan nyaman

karena dukun kampung memiliki kebiasaan mengurut selama proses pertolongan persalinan.

Selain itu muncul juga beberapa alasan memilih dukun kampung karena ketakutan dengan

tindakan medis seperti disuntik, dijahit atau dirujuk ke RS.

Tabel 4.15 Rencana pemilihan tenaga persalinan

Variabel Bebas Frekuensi (n=29) Persentase (%)Rencana Penolong PersalinanBidan 19 65,5Dukun kampung 3 10,3Bidan dan dukun kampung 7 24,1Total 29 100,0

30

Page 31: Laporan Mini Project

Alasan memilih bidan (pilihan dapat lebih dari satu)Nyaman 16 55,2Ahli 18 62,1Murah 7 24,1Kebiasaan keluarga 2 6,9Alasan memilih dukun kampung (pilihan dapat lebih dari satu)Nyaman 14 48,3Ahli 5 17,2Murah 5 17,2Kebiasaan keluarga 12 41,4Hambatan bekerjasama dengan NakesTidak selalu ada 3 10,3Tidak ada hambatan 26 89,7Total 29 100,0

6. Sumber biaya kesehatan

Sebagian besar ibu mendapat biaya kesehatan dari jaminan pemerintah. Ada beberapa

yang tidak mengetahui adanya biaya jaminan kesehatan dari pemerintah sehingga terbiasa

menggunakan dana sendiri. Selain itu bagi ibu yang memiliki jaminan asuransi swasta

biasanya didapat dari jaminan perusahaan tempat ibu atau keluarganya bekerja.

Tabel 4.16 Sumber biaya kesehatan

Variabel Bebas Frekuensi (n=29) Persentase (%)Sumber Biaya Kesehatan (pilihan dapat lebih dari satu)Sendiri 13 44,8Asuransi swasta 3 10,3Jaminan pemerintah 17 58,6

31

Page 32: Laporan Mini Project

BAB V

DISKUSI

Berdasarkan hasil analisis data primer, dapat dinyatakan bahwa secara umum usia ibu

hamil di Desa Timbung dan Desa Shabah berada pada rentang usia aman dalam kehamilan,

yaitu 20-34 tahun (82,8%). Sehingga hal ini dianggap tidak menjadi faktor risiko dalam

kematian bayi. Namun, menurut Arinta dan Rachmah (2012), pada umur aman ini terdapat

suatu fenomena yang melatarbelakangi kejadian suatu penyakit yang secara tidak langsung

mempengaruhi kondisi bayi, salah satunya riwayat kesehatan ibu yang lalu (misalnya alergi,

hipertensi dll) dan riwayat keluarga (misalnya hipertensi, diabetes, riwayat keturunan kembar

dll).

Pendidikan para ibu juga tidak terlalu menonjol dalam menentukan faktor kematian

bayi karena persentasi yang hampir sama, dengan jumlah terbanyak adalah lulusan SD

(37,9%) dan pekerjaan rata-rata sebagai ibu rumah tangga (72,4%).

Dari pertanyaan untuk menilai pengetahuan ibu mengenai kesehatan kehamilan,

persalinan dan nifas, didapatkan hasil yang sekiranya cukup berpengaruh. Sebagian besar ibu

(65,5%) memiliki pengetahuan yang kurang terhadap kesehatan kehamilan, persalinan dan

nifas. Hanya satu ibu (3,4%) yang memiliki pengetahuan baik.

Mengenai kualitas gizi harian, para ibu yang menjadi responden sebagian besar

(79,3%) sudah memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan gizi baik. Ibu dan

keluarga sudah terbiasa mengkonsumsi makanan sebanyak tiga kali sehari dengan menu

masakan beraneka ragam dengan porsi yang cukup. Mereka juga sudah terbiasa

mengkonsumsi makanan cukup protein dengan komposisi terbanyak telur dan ikan. Ibu dan

keluarganya cukup terbiasa mengkonsumsi sayur, namun jarang mengkonsumsi buah. Hal ini

dikarenakan kesulitan mendapatkan buah di daerah sekitar tempat tinggalnya dan harganya

pun cukup mahal.

Dilihat dari aspek kebersihan dan sanitasi sepertinya tidak menjadi faktor risiko

kematian bayi karena dianggap sudah baik. Sumber air minum yang biasa dikonsumsi ibu dan

keluarganya didapat dari air PDAM, sumur atau kemasan dengan persentasi yang hampir

sama. Ibu sebagian besarmemiliki kebiasaan mencuci tangan dengan sabun (62,1%) dan

menggosok gigi rutin (96,6%). Ibu dan keluarganya sebagian besar (89,7%) juga telah

terbiasa menggunakan jamban keluarga untuk aktifitas buang air.

Fasilitas kesehatan juga nampak bukan menjadi faktor risiko kematian bayi. Karena

fasilitas kesehatan di Desa Timbung dan Shabah sudah dianggap cukup mudah diakses. Jarak

32

Page 33: Laporan Mini Project

sebagian besar ibu ke sarana pelayanan kesehatan adalah <500 meter (48,3%) dengan waktu

tempuh rata-rata (48,3%) 5-10 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua (72,4%).

Mengenai kerjasama dengan tenaga kesehatan, sebagian besar ibu (89,7%) merasa tidak

menemukan hambatan.

Sumber pembiayaan kesehatan para ibu sebagian besar (58,6%) berasal dari jaminan

pemerintah. Namun persentasi cukup tinggi juga (44,8%) menunjukkan pembiayaan

kesehatan ibu berasal dari dana sendiri. Sebagian ibu yang membiayai kesehatan sendiri

masih belum tahu mengenai adanya jaminan kesehatan dari pemerintah.

Dalam wawancara dengan ibu yang menjadi responden didapatkan jawaban yang

cukup menarik mengenai rencana penolong persalinan. Didapatkan bahwa sebagian besar

(65,5%) memilih untuk ditolong persalinannya oleh bidan. Namun didapatkan dengan

persentasi yang cukup tinggi responden yang memilih penolong persalinan dengan

melibatkan dukun kampung (34,4%), bahkan sebagiannya berencana ditolong dukun

kampung tanpa melibatkan bidan (10,3%).

Dari responden ditanyakan alasan mengapa memilih bidan sebagai penolong

persalinan. Jawaban terbanyak adalah karena dianggap ahli (62,1%). Selanjutnya ditanyakan

juga kepada responden mengenai alasan mengapa memilik dukun kampung sebagai penolong

persalinan. Jawaban terbanyak adalah alasan kenyamanan (48,3%). Kenyamanan yang

diutarakan oleh responden adalah karena dukun kampung sering melakukan pemijatan, selain

itu juga dianggap nyaman karena dukun kampung tidak pernah melakukan penjahitan atau

penyuntikan yang dianggap menakutkan bagi ibu. Alasan lain mengapa memilih dukun

kampung adalah masalah kebiasaan keluarga. Orang tua ibu hamil sebelumnya juga ditolong

persalinannya oleh dukun kampung, sehingga mereka menganjurkan kembali menggunakan

dukun kampung dalam menolong persalinan.

Perihal pemilihan tenaga penolong persalinan ini sepertinya menjadi bagian yang

perlu diperhatikan lebih sebagai penyebab kematian bayi. Karena prosedur yang digunakan

oleh dukun kampung belum tentu sesuai dengan kaidah kesehatan yang baik.

33

Page 34: Laporan Mini Project

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Permasalahan tingginya Angka Kematian Bayi merupakan masalah kesehatan yang

sampai saat ini masih banyak terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Begitu juga yang terjadi

di Desa Shabah dan Desa Timbung yang merupakan bagian dari wilayah kerja Puskesmas

Banua Padang, Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan. Berdasarkan data yang didapat, faktor

dasar yang paling mempengaruhi tingginya Angka Kematian Bayi adalah tingkat

pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan, persalinan dan nifas yang kurang. Kurangnya

pengetahuan ini menyebabkan kecenderungan ibu hamil lebih memilih penolong persalinan

non-nakes (dukun kampung).

Pertolongan persalinan yang ditangani oleh non-nakes banyak yang tidak memenuhi

standar keselamatan medis. Oleh karena itu, banyak kejadian pertolongan persalinan yang

tidak aman sehingga Angka Kematian Bayi menjadi tinggi.

Alasan utama pemilihan dukun kampung sebagai penolong persalinan adalah karena

dianggap sudah berpengalaman dalam membantu persalinan keluarga dari ibu hamil

sebelumnya. Selain itu alasan kenyamanan juga cukup menjadi dasar pemilihan penolong

persalinan, dimana persalinan oleh dukun kampung dianggap lebih nyaman dibandingkan

dengan bidan.

Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan dan konsultasi pribadi terhadap ibu

hamil dirasa dapat meningkatkan pengetahuan. Namun untuk menentukan indikator

perbaikan pengetahuan dan sikap masih belum dapat ditentukan.

B. Saran

1. Penyuluhan dan konsultasi pribadi terhadap ibu hamil perlu diusahakan tetap berjalan

secara berkelanjutan. Sasaran yang menjadi prioritas adalah ibu hamil yang usia

kehamilannya lebih dari delapan bulan (mendekati persalinan) berserta suami atau

orangtuanya. Hal ini dimaksudkan agar ibu hamil dan keluarga memutuskan untuk

memilih tenaga persalinan nakes. Kader di desa sebaiknya dilibatkan sebagai peserta

penyuluhan agar dapat menyampaikan pengetahuan kepada sasaran yang lebih luas

lagi.

2. Pendekatan kepada pejabat Desa, tokoh masyarakat, tokoh agama serta guru untuk

meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi dalam masyarakat mengenai

34

Page 35: Laporan Mini Project

pentingnya persalinan yang aman. Dengan begitu diharapkan informasi dapat sampai

kepada sasaran yang lebih luas dan terwujud kerjasama lintas sektoral dalam

menurunkan Angka Kematian Bayi.

3. Perlu dilakukan pemberian informasi melalui media poster, spanduk atau leaflet yang

ditempatkan di tempat umum seperti Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, Kantor Desa,

Rumah Ibadah atau tempat lain yang memungkinkan banyak masyarakat

memperhatikan terutama ibu hamil.

4. Diperlukan peninjauan lebih mendalam mengenai kemitraan dukun kampung yang

pernah gagal sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab dan

solusinya agar dapat kembali berjalan sesuai harapan.

35

Page 36: Laporan Mini Project

DAFTAR PUSTAKA

1. Roeshadi, R.H.. 2007. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu

pada Penderita Preeklampsia dan Eklampsia. Bagian KSMF Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan

2. Rahmawan, Ahmad. 2009. Upaya menurunkan angka kematian ibu. Bagian/smf ilmu

kebidanan dan penyakit kandungan FK Unlam RSUD Ulin Banjarmasin

3. Ashari, M.A. 2009. Preeclampsia dan Eklampsia. RSUD Panembahan Senopati

Bantul

4. Departemen Kesehatan RI. Kajian Kematian Ibu dan Anak di Indonesia. Jakarta,

2004.

5. Adiyono, Darmono. 1996.Optimalisasi pelayanan kesehatan ibu dan anak menjelang

tahun 2000. Badan Penerbit Undip: Semarang.

6. WHO. Making Pregnancy Safer, a HealthSector Strategy for Reducing Maternal/

PerinatalMortality, 1999.

7. Rukmini, Ristrini. Persepsi Dukun bayi Terhadap Kemitraan Dengan Bidan Dalam

Pertolongan Persalinan Di Pedesaan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 10

No. 2 April 2007; 116-122.

8. Kusuma A, Indawati R. Faktor Penyebab Kematian Bayi Di Kabupaten Sidoarjo.

Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 1 No. 1, Agustus 2012: 33-42.

9. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2013.

10. Pedoman Pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun. Kementerian Kesehatan RI.

11. Laksmiarti T, Roosihermiatie B. Kebijakan Dalam Upaya Menurunkan Angka

Kematian Ibu dan Kematian Bayi di 5 Kabupaten/ Kota Provinsi Kalimantan Selatan.

Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 10 No. 2 April 2007: 109-115.

12. Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB). Jakarta:

Departemen Kesehatan RI, 2009.

13. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA).

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2010.

14. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI, 2010.

15. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2011.

36