Top Banner
KOMUNIKASI PIMPINAN KEPADA BAWAHAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI SAMSAT PALU OLEH : IDRIS B 501 08 070 PUBLIC RELATION PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TADULAKO 2011 1
37

Laporan Magang (Samsat) Palu

Jul 22, 2015

Download

Documents

Idris Al Farez

laporan magang mahasiswa ketika melaksanakan magang di kantor samsat palu melalui dinas pendapatan daerah sulteng
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

KOMUNIKASI PIMPINAN KEPADA BAWAHAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI SAMSAT PALU

OLEH :

IDRIS B 501 08 070PUBLIC RELATION

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TADULAKO 2011

1

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Mulai dari bangun hingga tidur kembali kita akan selalu melakukan yang namanya komunikasi. Setiap harinya kita berkomunikasi kepada setiap orang yang bertemu dengan diri kita, ini adalah proses yang terjadi yang sudah ditentukan oleh yang maha kuasa untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya lewat cara berkomunikasi. Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam bukunya Dimensi-Dimensi Komunikasi hal. 50, komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu :Komunikasi antar pribadi, Komunikasi kelompok, dan Komunikasi massa. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya

memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang

2

diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Hubungan yang dilakukan oleh unsur pimpinan antara lain kelangsungan hidup berorganisasi untuk mencapai perkembangan ke arah yang lebih baik dengan menciptakan hubungan kerja sama dengan bawahannya. Hubungan yang dilakukan oleh bawahan sudah tentu mengandung maksud untuk mendapatkan simpati dari pimpinan yang merupakan motivasi untuk meningkatkan prestasi kerja ke arah yang lebih baik. Hal ini tergantung dari kebutuhan dan cara masingmasing individu, karena satu sama lain erat hubungannya dengan keahlian dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut. Berusaha untuk membuat individu yang ada di dalamnya bersatu dalam satu tujuan yang dicita-citakan organisasi tersebut ataupun untuk kepentingan individu ataupun kelompok. Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Suatu ungkapan mulia yang mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu

3

pekerjaan, merupakan ungkapan yang mendudukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting. Membicarakan kepemimpinan memang menarik, dan dapat dimulai dari sudut mana saja ia akan diteropong. Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya suatu keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia dan di satu pihak manusia memiliki kemampuan terbatas untuk memimpin, disinilah timbulnya kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan. Dalam sebuah organisasi, terkadang terjadi kesalahpahaman antara satu orang dengan yang lainnya karena adanya miss communication, hal ini dapat berdampak buruk bagi keberlangsungan suatu organisasi terlebih komunikasi tersebut terjadi pada wilayah antara atasan dengan bawahannya.1.2 Perumusan Masalah

Dalam

pelaksanaan

penyelenggaraan

pelayanan

publik,

instansi

pemerintah memiliki standar pelayanan yang berlaku. Terkadang pelaksanaannya tidak berjalan dengan baik, olehnya itu penulis ingin mengetahui bagaimana Komunikasi Pimpinan kepada Bawahan terhadap Kualitas Pelayanan di Samsat Palu.1.3 Lingkup Pembahasan

Pelaksanaan

magang

pada

kantor

bersama

SAMSAT

(Sistem

Administrasi Manunggal di Bawah Satu Atap) Palu dilakukan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan pelayanan kepada masyarakat. Maka dalam penulisan ini penulis akan membahas bagaimana komunikasi pimpinan kepada bawahan terhadap kualitas pelayanan di SAMSAT Palu.

4

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan penulisan berdasarkan permasalahan diatas adalah :1. Mengetahui Komunikasi Pimpinan kepada Bawahan terhadap Kualitas

Pelayanan di SAMSAT Palu. 2. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pelayanan di SAMSAT Palu Melihat dan memperhatikan latar belakang dari permasalahan diharapkan dapat membawa kegunaan sebagai berikut : 1. Aspek Akademis Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian mengenai komunikasi pimpinan kepada bawahannya. 2. Aspek Praktis Dapat memberikan kontribusi bagi mahasiswa yang ingin menjadi pemimpin suatu organisasi kedepannya. 1.5 Prosedur dan Metode Kerja Di dalam pelaksanaan magang pada SAMSAT Palu maka penulis melaksanakan kegiatan-kegiatan melalui prosedur sebagai berikut : 1. Tahap pelaporan pada bagian Tata Usaha dengan mengacu pada surat rekomendasi magang/PKL dari program studi ilmu komunikasi Universitas Tadulako.

5

2. Tahap penerimaan pada pihak kepala sub bagian tata usaha kemudian diserahkan kepada bagian pelayanan selama krang lebih dua bulan. 3. Waktu pelaksanaan Praktek kuliah lapangan/magang dilaksanakan di SAMSAT Palu terhitung dari tanggal 11 Oktober 11 Desember 2011 1.6 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dan objektif dalam penyusunan laporan magang ini maka diperlukan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Penelitian lapangan pengamatan : yaitu penulis terlibat langsung dalam melakukan Pengamatan dengan Pimpinan. 2. Penelitian pustaka Teknik pengumpulan data ini dilakukan penulis dengan membaca literature yang berkaitan dengan penulisan laporan magang, adapun hasilnya akan dimasukkan sebagai penunjang dalam hasil pembahasan.

1.7 Sistematika Penulisan Untuk lebih memudahkan dan lebih memahami laporan ini secara keseluruhan, maka sistematika penulisan pembahasan disusun atas beberapa

6

sub-sub pembahasan. Adapun sistematika pembahasan dalam laporan ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, prosedur dan metode kerja, teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini terdiri atas pembahasan tentang pengertian komunikasi, fungsi komunikasi, konflik organisasi, strategi pemecahan konflik dalam organisasi BAB II GAMBARAN UMUM Dalam bab ini menuliskan tentang sejarah singkat terbentuknya SAMSAT BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

Bab ini berisi tentang kegiatan magang, hasil kegiatan magang mengenai Komunikasi Pimpinan Kepada Bawahan Terhadap Kualitas Pelayan Di Samsat Palu

BAB V PENUTUP

7

Dalam bab ini merupakan bagian akhir dari laporan magang yang terdiri atas kesimpulan dari keseluruhan isi bab dab saran yang merupakan masukan yang membangun.

BAB II

8

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris

communication),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna berbagi atau menjadi milik bersama yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals in relationships, group, organizations and societiesrespond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

9

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu: 1. Komunikator (siapa yang mengatakan?) 2. Pesan (mengatakan apa?)3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)

4. Komunikan (kepada siapa?) 5. Efek (dengan dampak/efek apa?). Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.

10

2.2 Fungsi Komunikasi William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu: 1. Sebagai komunikasi sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, ..., negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.a. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai

diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda berpikir anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan demikian. George Herbert Mead (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994)

11

mengistilahkan significant others (orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang disekitar kita yang mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep diri kita. Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966) menamai affective others, untuk orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Selain itu, terdapat apa yang disebut dengan reference group (kelompok rujukan) yaitu kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda memilih kelompok rujukan anda Ikatan Dokter Indonesia, anda menjadikan norma-norma dalam Ikatan ini sebagai ukuran perilaku anda. Anda juga meras diri sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap dengan sifat-sifat doketer menurut persepsi anda. b. Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah seminar. Meskipun

12

mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak relevan. c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebuthan yang lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu kebuthan fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan keempat khususnya meliputi

13

keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan. 2. Sebagai komunikasi ekspresif Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi. 3. Sebagai komunikasi ritual Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan,

14

siraman,

pernikahan,

dan

lain-lain.

Dalam

acara-acara

itu

orang

mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka. 4. Sebagai komunikasi instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara

15

sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan. 2.3 Konflik Organisasi Konflik organisasi sebenarnya adalah konflik antarpribadi dan konflik dalam pribadi yang mengambil tempat dalam suatu oragnisasi tertentu. Namun konflik ini akan mencoba melihat dalam hubungannya dengan tatanan organisasi yang bersendikan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Individu-individu dalam organisasi mempunyai banyak persoalan yang menjadikan mereka konflik. Umumnya konflik tersebut memaksakan mereka karena tugas-tugas yang dibebankan oleh organisasi. Suatu contoh berikut ini menunjukkan sumber potensi dari timbulnya konflik. Manajer menghendaki produksi ditingkatan, karyawan meminta diberikan banyak perhatian kepadanya, pembeli meminta pelayanan yang cepat, manajer-manajer lainnya meminta adanya penundaan jadwal, konsultan menyarankan perubahan, karyawan menolak perubahan. Buku pedoman menyarankan kalau bekerja sesuai dengan formulanya, tetapi para staf menyatakan buku tersebut tidak bisa dikerjakan. Demikian seterusnya

16

banyak contoh terjadi dalam organisasi yang menunjukkan adanya sumbersumber yang potensial untuk timbulnya konflik. Secara konseptual, ada empat sumber dari konflik organisasi. Yakni : 1. Suatu situasi yang tidak menunjukkan keseimbangan tujuan-tujuan yang ingin dicapai2. Terdapatnya sarana-sarana yang tidak seimbang atau timbulnya proses

alokasi sumber-sumber yang tidak seimbang. 3. Terdapatnya suatu persoalan status yang tidak selaras, dan 4. Timbulnya persepsi yang berbeda. 2.4 Strategi Pemecahan Konflik Dalam Organisasi Secara tradisional, pendekatan konflik dalam organisasi dapat dilakukan secara sederhana dan optimistik. Pendekatan tersebut dapat didasarkan atas asumsi-asumsi berikut ini : 1. Konflik pasti dapat dihindari 2. Konflik timbul karena ada pemainnya yang menyebabpkan terjadinya konflik tersebut 3. Bentuk otoritas yang legalistik seperti penyelesaian lewat saluran formal sangat ditekankan, dan 4. Kambing hitam diterima sebagai suatu yang tidak bisa dihindari.

17

Kalau asumsi-asumsi tersebut diterima, maka cara mengatasi konflik dalam suatu organisasi dapat didasarkan atas asumsi-asumsi tersebut. Kalau konflik secara pasti dapat dihindari, maka kita yakin bahwa apapun bentuk, wujud, dan gaya konflik tersebut pastilah akan ada jalan untuk mengatasinya. Dengan demikian, tidak ada konflik organisasi yang tajam, berlarut-larut, dan berkepanjangan. Bangsa Indonesia memiliki prinsip musyawarah, mengapa tidak dipakai untuk mengatasi konflik. Dengan musyawarah konflik yang berapapun beratnya akan terselesaikan asalkan kedua pihak menyadari asumsi pertama di atas. Asumsi kedua menyatakan bahwa konflik ada yang menimbulkan, cara mengatasinya dicari terlebih dahulu siapa yang meniupkan api perselisihan yang menimbulkan konflik tersebut. Kalau sumber ini sudah ditemukan lalu dipadamkan, dengan demikian api tidak akan berkobar. Sekali lagi musyawarah perlu ditekankan untuk mempertemukan pemainpemain konflik ini. Asumsi ketiga bersifat birokratis dan legalistis, jika peneyebab konflik karena prosedur yang legalistis dan menekankan pada formalitas organisasi. Maka cara-cara ini perlu mendapat perhatian untuk diperbaiki, cara-cara yang menekankan pada cara-cara struktural dan moralitas akan sedikit banyak menelnatarkan cara-cara yang manusiawi. Jika cara-cara

18

manusiawi tidak lagi mendapat perhatian dalam organisasi, konflik akan timbul. Cara menghilangkan konflik dengan cara meninjau kembali caracara yang dilakukan dalam organisasi, organisasi yang masih mengutamakan pada jalur hubungan struktural dan menekankan banyak formalitas tampaknya sudah banyak ditinggalkan oleh teori-teori organisasi modern. Sebagai gantinya sekarang banyak dikenalkan hubungan-hubungan yang menekankan pada manusiawinya atau dengan kata lain penedekatan organisasi tidak lagi menekankan pada impersonal relationship, melainkan diutamakan personal relationshi. Asumsi keempat menyatakan jika kambing hitam diterima sebagai suatu kenyataan yang menimbulkan terjadinya konflik, maka dengan sendirinya kambing hitam itu harus disembelih. Artinya dicari kambing hitam tersebut dan kalau sudah ditemukan maka didamaikan, ditanya kambingnya apa kurang rumputnya atau karena kandangnya sempit sehingga dia mengembek terus menerus. Diajaklah kambing-kambing yang bulunya hitam untuk bermusyawarah sehingga akan jernih persoalannya kalau ada musyawarah antara-kambing-kambing tersebut. Pendekatan lain yang disarankan oleh Louis Pondy dalam mengatasi konflik organisasi, antara lain meliputi tiga pendekatan berikut ini : 1. Pendekatan Tawar-Menawar.

19

Pendekatan ini dalam cara-cara yang dilakukan oleh bangsa Indonesia ialah dengan cara musyawarah seperti yang dikemukakan di atas. Model pendekatan ini i sebenarnya untuk mengatasi konflik organisasi yang memperselisihkan tuntutan-tuntutan alaokasi dana yang terbatas. Strategi yang dipakai untuk mengatasi konflik seperti ini ialah bargaining disekitar usaha-usaha untuk menaikkan memusatnya dana-dana yang tersedia dan menekankan pada tuntutantuntutan dari beberapa unit yang saling bersaing untuk mendapatkan dana-dana tersebut. 2. Pendekatan Birokratis Pendekatan ini digunakan untuk mengatasi konflik yang terjadi karena mengatasi persoalan-persoalan hierarki baik vertikal,

horizontal maupun hubungan-hubungan otoritas dalam susunan hierarki organisasi. Konflik ini terjadi, karena pimpinan atau atasan akan melakukan kontrol terhadap bawahan dan bawahan tersebut menolak kontrolnya. Strategi untuk mengatasi konflik seperti ini ialah mengganti aturan-aturan birokrasi yang impersonal dengan cara-cara kontrol yang personal.

3. Pendekatan Sistem

20

Pendekatan bargaining menekankan pada masalah persaingan antara beberapa unit organisasi dan pendekatan birokrasi menekankan pada kesuloitan melakukan kontrol maka pada pendekatan sistem ini menekankan pada kesulitan dalam mengatasi persoalan-persoalan koordinasi. Pendekatan sistem ini secara utama untuk menyelesaikan hubungan yang bersisi horizontal antara beberapa fungsi-fungsi dalam suatu organisasi. Strategi yang dipakai untuk menyelesaikan konflik dari persoalan ini dapat dikemukakan atas dua strategi utama berikut ini : Dikurangi perbedaan yang mencolok dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai dengan cara menyempurnakan insentif atau dengan cara seleksi yang tepat, latihan jabatan atau memperbaiki prosedur kerja. Dikurangi ketergantungan fungsional antara beberapa satuan organisasi dengan cara mengurangi tekanan-tekanan dan

bermusyawarah atau dengan mengendorkan beberapa skejul. Pendekatan-pendekatan yang dikemukakan di atas memberikan suatu dasar bagi pimpinan organisasi untuk mengatasi konflik yang bisa terjadi sewaktu-waktu dalam organisasi.

21

Secara umum memang konflik dapat menimbulkan tekanan, akan tetapi kadang-kadang konflik dapat mengakibatkan inovasi perubahan pada suatu organisasi. Konflik dapat menambah semangat orangorang untuk beraktivitas jika ditangani dengan komunikasi yang baik dan terencana serta caranya yang tepat. Oelh karenanya, konflik yang terjadi sebaiknya diselesaikan dengan baik bukan dilawan.

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG

22

3.1 Sejarah Terbentuknya SAMSAT Samsat merupakan akronim dari Sistem Administrasi Manunggal (One Line Operation) di bawah Satu Atap (Under One Roof Operation). Kantor Bersama Samsat lahir dari peraturan perundang-undangan dalam rangka merealisasikan kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi di bidang pelayanan surat-surat kelengkapan kendaraan bermotor dan dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah. Untuk lebih jelasnya berikut dikemukakan tentang dasar hukum terbentuknya samsat :1. Surat keputusan bersama Menhankam/Pangab, Menteri Keuangan dan

Menteri Dalam Negeri Nomor Pol : Kep. 13/XII/76, Nomor Kep. Tentang Peningkatan Kerjasama Antara Pemerintah Daerah Tingkat I Komando Daerah Kepolisian dan Aparat Departemen Keuangan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat, peningkatan pendapatan daerah khususnya pajak kendaraan bermotor.2. Intruksi bersama Panglima ABRI, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam

Negeri Nomor Ins/03/X/1988, Nomor 5/IMK/013/1989 Nomor 13 tahun 1998 tanggal 1 Oktober 1988 tentang pelaksanaan Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap dalam Pengeluaran Surat Tanda Nomor

23

Kendaraan Bermotor (BBN-KB) dan Sumbangan Wajib Pajak Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWKDLLJ).3. Petunjuk pelaksanaan bersama Kepala Kepolisian Republik Indonesia,

Direktur PT. (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja dan Direktur Jenderal Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah Nomor Pol. Juklak/38/X/188, Nomor Juklak/01/JR/X/1988, Nomor 975-901, 88 Tanggal 4 Oktober 1988 tentang Tata Laksana Pengeluaran Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) dan Sumbangan Wajib dan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) pada kantor bersama Sistem Administrasi Manunggal di bawah satu Atap (SAMSAT).4. Nomor Pol. 13/56/VII/98/POLWIL nomor 02/MDO/JR/1989 tanggal 25

Juli 1989. Naskah kerjasama Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, kepada Kepolisian Dareah Sulteng Wilayah Sulawesi Tengah dan Kepala PT. (Persero) AK. Jasa Raharja Cabang Manado perwakilan palu, Nomor 074/2954/DIPENDA5. Petunjuk pelaksanan bersama antara Kepolisian Daerah Sulteng Wilayah

Sulawesi Tengah, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Kepala PT. (persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja Cabang Manado perwakilan Cabang Palu Nomor Juklak/02/JR/VI/1989 tentang

24

Tata Laksana Pengeluaran Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) pada Kantor bersama Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap (SAMSAT). Keputusan-keputusan di atas, bertitik tolak pada Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang nomor 27 Tahun 1959, dimana pada pasal 13 ayat (1) mengenai larangan bagi polisi untuk mengeluarkan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNKB), sebelum kendaraan bermotor menyerahkan bukti pelunasan bea balik nama. Undang-undang nomor 34 tahun 1964, peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1965 tentang larangan bagi polisi mengeluarkan surat tanda kendaraan bermotor menyerahkan bukti pembayaran dan kecelakaan lalu lintas jalan. Sebagai tindak lanjut dari surat keputusan bersama tersebut khususnya Diktum ke empat, maka pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, Kepolisian Daerah Sulawesi Utara Tengah dan Perusahaan Umum Jasa Raharja Cabang Manado Perwakilan Palu telah mengadakan studi kelayakan di lapangan, serta peretemuan-pertemuan ketiga instansi terkait.

25

Dengan berpedoman pada surat edaran Menteri Dalam Negeri nomor 16 tahun 1997 tentang Pedoman/ Petunjuk Pelaksanaan Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap dalam pengeluaran surat tanda nomor kendaraan bermotor. Dalam pasal 10 surat keputusan bersama tersebut di atas, dinyatakan antara lain bahwa pelaksanaan kantor bersama sistem administrasi manunggal di bawah satu atap di propinsi daerah tingkat I Sulawesi Tengah dilakukan dalam dua tahap yaitu : 1. Tahap Pertama Di mulai pada tanggal 2 September 1987 dilaksanakan kantor bersama sistem administrasi manunggal di bawah satu atap khusus bagi kendaran bermotor yang mempunyai kode DN yaitu meliputi Daerah Tingkat II Donggala untuk pendaftaran kendaraan bermotor baru/lama yang di pindah tangankan dalam Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, dan khususnya memberikan pelayanan untuk urusan surat tanda nomor kendaraan bermotor baru dengan wilayah operasional terbatas. 2. Tahap Kedua Tahap ini dimulai 1 April 1979 di buka kantor Samsat di Tingkat Komando Resort, yang bertugas melayani Penyelesaian STNK baru

26

dan pembaruan surat tanda nomor kendaraan bermotor untuk seluruh wilayah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang Berlokasi sesuai dengan kantor-kantor perwakilan di empat Daerah Tingkat II SeSulawesi Tengah. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka jelaslah bahwa secara Yuridis Kantor Bersama Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap telah terbentuk sejak tanggal 2 September 1978.

3.2 Tugas Pokok Dari Kantor Samsat dan Fungsi-Fungsinya. Adapun tugas pokok dari kantor bersama samsat meliputi 6 hal : 1. Pelayanan surat tanda nomor kendaraan bermotor (STNK) 2. Pemberian plat nomor kendaraan bermotor 3. Penetapan dan penerimaan pajak kendaraan bermotor 4. Penetapan dan penerimaan sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan 5. Penetapan dan penerimaan biaya administrasi6. Mengisi buku ekspedisi ranmor mutasi masuk

Adapun tugas-tugas UPT Dinas Pendapatan Daerah Prop. Sulawesi Tengah Wilayah I Palu, Kab. Donggala sebagai Pengolah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Propinsi Sul-Teng dengan Dasar Hukum Sebagai berikut :

27

1. Undang-undang N0.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi 2. Peraturan Pemerintah No. 64 tahun 2001 tentang Pajak Daerah 3. Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 2001 tentang Bea Balik Nama Kendaran Bermotor dan Kendaraan di atas Air 4. Peraturan Daerah No. 13 tahun 2001 tentang Pajak kendaran Bermotor dan Kendaraan di atas Air 5. Peraturan Daerah No. 11 tahun 2001 tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan dan Air Bawah Tanah. Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Melakukan urusan pembuatan DUK (Daftar Urusan Kepangkatan) 2. Mengekspedisi Surat Masuk dan Surat Keluar 3. Membuat Laporan dan Pengeluaran Barang ATK (Alat Tulis Kantor) Sub Bagian Tata Usaha Terbagi atas 3 Seksi yiatu : 1. Seksi Penagihan Adapun tugas-tugas Seksi Penagihan yaitu : Pendataan dan Penagihan Sewa Rumah Dinas Pendapatan Daerah Prop. Sulawesi Tengah

28

-

Pendataan dan Penagihan pajak kendaraan di atas air, air bawah tanah dan air permukaan

2. Seksi Penetapan Adapun tugas-tugas Seksi Penetapan yaitu : Melakukan urusan Membuat penetapan Pajak Daerah (A3, ABT/AP, AB) -

Membuat Fiskal Mutasi Keluar Daerah Membuat Laporan DPC-O1 Wilayah Kodya dan Donggala Membuat Daftar Tunggakan PKB/BBN-KB RODA II dan RODA IV

-

Pengarsipan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah)

3. Seksi Pelayanan PKB/BBN-KB Adapun tugas-tugas Seksi Pelayanan PKB/BBN-KB yaitu: Melakukan urusan Pembuatan Laporan Harian Pengguna Notice Pajak kendaraan Membuat realisasi penerimaan PKB/BBN-KB Penginputan data kendaraan bermotor roda II dan Roda IV Di dalam upaya melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit dalam Kantor Bersama Sistem

29

Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap, dibentuk satuan-satuan kelompok kerja (POKJA) Pemberian pelayanan administrasi dilakukan dengan jalan pembagian kelompok kerja dengan masing-masing menyediakan loket sebagai berikut : 1. Tempat Pendaftaran kendaraan bermotor baru/perpanjangan STNK terdiri atas 5 (Lima) Loket : Loket I : ditempati oleh kelompok kerja I (POKJA I) yang memiliki fungsi berupa : - Tempat pemohon dapat mengetahui seluruh syarat pendaftaran kendaraan bermotor- Tempat

penyediaan

formulir

pendaftaran,

pemberian penerangan pada masyarakat wajib pajak Loket II : ditempati oleh kelompok kerja II yang tugasnya khusus pemeriksaan cej fisik kendaraan bermotor. Loket III : ditempati oleh kelompok kerja III yang tugasnya meneliti dan menetapkan apakah kendaraan telah memenuhi syarat apa tidak, pemeriksaan

30

kendaraan dilakukan oleh aparat yang ditunjuk yakni petugas POLRI. Loket IV : ditempati oleh kelompok kerja IV yang tugasnya menerima pembayaran PKB/BBN-KB atau SWDKLLJ. Loket ini ditempati khusus oleh petugas Dinas Pendapatan Daerah,

Bendaharawan Kas Daerah yang bertugas menerima pembayaran. Loket V : ditempati oleh kelompok kerja V yaitu surat-surat seperti penyerahan STNK, TNKB, Kartu Pening, Stiker PKB, dan TLP. 2. Tempat pendaftaran Pengesahan STNK setiap tahun dilakukan melalui 4 (Empat) Loket yaitu : Loket I : ditempati oleh Pokja I yakni penyediaan formulir SPT/ Pernyataan dan pemberian penerangan Loket II : ditempati oleh Pokja II yakni pendaftaran pengesahan penelitian dan penetapan tentang

besarnya PKB,BBN-KB dan SWDKLLJ. Loket III : ditempati oleh Pokja III yakni penerimaan dan pembayaran PKB, BBN-KB, SWKLLJ.

31

Loket IV : ditempati oleh Pokja yakni penyerahan STNK, Kartu dan Pening PKB, Stiker PKB dan Kartu Tanda Lunas Pembayaran. 3.4 Kegiatan Kantor Bersama SAMSAT Adapun kegiatan Kantor Bersama Samsat adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan laporan Harian Pengguna Notice Pajak Kendaraan 2. Mencatat Buku Kontrol Ekspedisi Nomor Harian yang masuk pada ruang kantor 3. Mengisi buku kontrol Penerimaan Harian Kodya/Donggala 4. Mengecek SMS 01, tentang persamaan antar Kode Lokasi dan Kode Wilayah 5. Mengecek SMS 02, tentang Kode Wilayah 6. Mengisi Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) 7. Mengisi Buku Penerimaan Harian Kodya/Donggala

32

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI UPTD WILAYAH I PALU, KAB. DONGGALA DINAS PENDAPATAN DAERAH PROP. SULAWESI TENGAH

KEPALA UPT Drs. THALIB ALATAS, M. Si Pembina NIP: 19580529 198303 1 009

SUB. BAGIAN TATA USAHA FIRMAN DAMIN NIP: 19600319 198302

SEKSI PKB DAN BBN-KB YANET LAMADJIDO, S.Sos. M.Si NIP: 19660414 199012 2

SEKSI PENETAPAN DAN PENAGIHAN MOHAMAD RIZAL, SP NIP: 19730522 200212 1 006

BAB IV

33

PEMBAHASAN DAN ANALISA 4.I Kegiatan Praktek Kerja Lapang/ Magang Kegiatan dalam mengikuti praktek kerja lapang/Magang pada SAMSAT Palu selama hampir dua bulan seperti apa yang dijelaskan dalam tujuan magang, jadi tujuan magang merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi pimpinan kepada bawahan terhadap peningkatan kualitas pelayanan pegawai samsat kepada pelanggan (wajib pajak). Selama berada di SAMSAT Palu, penulis mendapatkan banyak pengalaman tentang bagaimana seorang pimpinan berkomunikasi kepada bawahannya terhadap peningkatan kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pegawai SAMSAT kepada Wajib Pajak sebagai salah satu kewajiban yang diberikan oleh pemerintah kepada aparatur negara di wilayah penyelenggaraan pelaksanaan pelayanan publik. Selain itu penulis juga banyak langsung bersentuhan dengan wajib pajak dalam hal melayani mereka mengurus apa yang mereka butuhkan secara baik dan benar, penulis selama kurang lebih dua bulan ditempatkan di bagian pelayanan dan diberikan pekerjaan untuk melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh pegawai Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Tengah UPT Wilayah I Kota Palu, Kab. Donggala (SAMSAT). Penulis melakukan kerja-kerja seperti, memisahkan dan menyusun SKPD, PKB, KB dan SW Jasa Raharja perinstansi diantaranya untuk Dipenda,

34

Jasa Raharja, BKP dan Samsat (NOTICE), mencocokkan Nomor Notice dengan STNK Nasabah (Pelanggan Wajib Pajak), Menulis Berita Acara pemakaian SKPD. Selama Magang, penulis melihat komunikasi Pimpinan kepada seluruh pegawai di Samsat, setiap pimpinan berada di bagian Pelayanan selalu melakukan komunikasi dengan seluruh pegawai dengan mengawali senyuman dan melihat-lihat sekeliling ruangan lalu bertanya kepada pegawai tentang kenyamanan. Selama kurang lebih dua bulan penulis mendapatkan banyak perubahan pada kantor samsat di bagian pelayanan dengan adanya rehabilitasi bangunan seperti perbaikan plafon, pergantian peralatan kerja seperti meja kantor, dan penataan ruangan. 4.2 Hasil dari Praktek Lapang/Magang Selama pelaksanaan magang berlangsung dengan melakukan

pengamatan, penulis melihat bahwa komunikasi pimpinan kepada bawahan terhadap peningkatan kualitas kinerja pelayanan yang diberikan oleh pegawai samsat kepada pelanggan (wajib pajak) sudah berjalan dengan baik. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

35

Dari penjelasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan bahwa komunikasi pimpinan kepada bawahan terhadap peningkatan kualitas pelayanan SAMSAT Palu sudah berjalan dengan baik.

5.2 Saran Diharapkan kepada Pimpinan yaitu kepala UPTD. Wilayah I kota palu, kab. Donggala Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Tengah lebih meningkatkan komunikasi yang efektif kepada pegawai untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pelanggan (wajib pajak). Sehingga antara harapan dan pelayanan yang diberikan dirasa baik atau memuaskan oleh penyelenggara maupun pelanggan (wajib pajak) sebagai objek dari pelayanan yang diberikan. Ketersediaan sarana penunjang seperti surat kabar dan televisi sebaiknya di disediakan kepada pelanggan (wajib pajak) agar dapat melepas rasa jenuh ketika menunggu antrian

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta, Bumi Aksara, 2001

36

Cangara, Hafidz, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2005 Thoha, Miftah, Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006 http://www.batan.go.id/mediakita/current/mediakita.php? group=Inovasi&artikel=inv2&hlm=3 http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/pengertian-komunikasi.html

37