LAPORAN KINERJA TAHUN 2019
PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 ii
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR vii
PERNYATAAN TELAH DIREVIU viii
RINGKASAN EKSEKUTIF ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Organisasi 1
B. Struktur Organisasi 2
C. Isu-isu Strategis 4
D. Dasar Hukum 8
E. Sistematika Penyajian 9
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. Rencana Strategis 11
B. Perjanjian Kinerja 15
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja 20
B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja 23
C. Realisasi Anggaran 111
D. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Penggunaan Sumber Daya 116
E. Kinerja dan Capaian Lainnya 117
F. Rencana Pengembangan 119
BAB IV PENUTUP 121
Lampiran A Perjanjian Kinerja Tahun 2019 PPATK
B Penghargaan atas Capaian Opini WTP Untuk Laporan Keuangan
Tahun 2018 PPATK
C Penghargaan atas Capaian Opini WTP Untuk Laporan Keuangan
Tahun 2014-2018 PPATK
D Penghargaan Badan Publik Menuju Informatif Keterbukaan
Informasi Publik Kategori Lembaga Non Struktural di Istana Wakil
Presiden pada 21 November 2019
E Penyelenggaraan 5th Counter-Terrorism Financing Summit pada 12-
15 November 2019 di Manila, Filipina
F Penghargaan Komisi Pemilihan Umum kepada PPATK sebagai
Mitra Pendukung Pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019
G Aplikasi Rencana Kinerja dan Anggaran (Aplikasi e-RKA)
DAFTAR ISI
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 iii
H Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara PPATK dengan FIU Uzbekistan di Jakarta pada 29-31 Januari 2019
I Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan di Pusdiklat APU PPT
J Daftar Lembaga/Organisasi Domestik yang Menjalin MoU Dengan
PPATK Tahun 2019
K Rekomendasi-Rekomendasi FATF yang Diadopsi Dalam Kebijakan
Domestik Tahun 2019
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 iv
Tabel 1.1 Jumlah Pegawai PPATK per 31 Desember 2019 3
Tabel 2.1 Misi PPATK 12
Tabel 2.2 Tujuan PPATK 12
Tabel 2.3 Sasaran Strategis PPATK Tahun 2015-2019 13
Tabel 2.4 Perjanjian Kinerja PPATK Tahun 2019 16
Tabel 2.5 Pagu Anggaran PPATK per Program dan Kegiatan Tahun 2019 18
Tabel 3.1 Capaian Kinerja PPATK Tahun 2019 21
Tabel 3.2 Perbandingan Hasil IP TPPU dan IP TPPT Tahun 2016-2018
28
Tabel 3.3 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-1 PPATK Tahun 2015-2019 29
Tabel 3.4 Perbandingan Realisasi IKSS ke-1 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019 30
Tabel 3.5 Capaian Kinerja Sasaran Strategis ke-2 PPATK Tahun 2019 31
Tabel 3.6 Perbandingan Jumlah Rekomendasi PPATK Tahun 2015-2019 34
Tabel 3.7 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-2 PPATK Tahun 2015-2019 34
Tabel 3.8 Perbandingan Realisasi IKSS ke-2 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019 35
Tabel 3.9 Rekomendasi-rekomendasi FATF yang Diadopsi dalam Kebijakan Domestik 38
Tabel 3.10 Jumlah Rekomendasi FATF yang Diadopsi dalam Kebijakan Domestik Tahun 2015-2019
40
Tabel 3.11 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-3 PPATK Tahun 2015-2019 40
Tabel 3.12 Perbandingan Realisasi IKSS ke-3 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019 41
Tabel 3.13 Rekomendasi NRA yang Ditindaklanjuti Pada Tahun 2015-2019 44
Tabel 3.14 Rekomendasi NRA yang Ditindaklanjuti Tahun 2019 45
Tabel 3.15 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-4 PPATK Tahun 2015-2019 48
Tabel 3.16 Perbandingan Realisasi IKSS ke-4 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019 49
Tabel 3.17 Asistensi Penanganan Perkara TPPU Pada Tahun 2019 50
Tabel 3.18 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-5 PPATK Tahun 2015-2019 55
Tabel 3.19 Perbandingan Realisasi IKSS ke-5 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019 55
Tabel 3.20 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-6 PPATK Tahun 2015-2019 60
Tabel 3.21 Perbandingan Realisasi IKSS ke-6 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019 61
Tabel 3.22 Implementasi Kerja sama Tahun 2019 62
Tabel 3.23 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-7 PPATK Tahun 2015-2019 68
Tabel 3.24 Perbandingan Realisasi IKSS ke-7 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019 69
DAFTAR TABEL
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 v
Tabel 3.25 Jumlah HA dan informasi yang Ditindaklanjuti Tahun 2011-2019 70
Tabel 3.26 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-8 PPATK Tahun 2015-2019 71
Tabel 3.27 Perbandingan Realisasi IKSS ke-8 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019 72
Tabel 3.28 Capaian Kinerja Sasaran Strategis ke-7 PPATK Tahun 2019 73
Tabel 3.29 Jumlah Laporan dari Pihak Pelapor yang Memenuhi Standar Pelaporan Tahun
2019
74
Tabel 3.30 Perbandingan Realisasi IKSS ke-9 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019 74
Tabel 3.31 Perbandingan Realisasi IKSS ke-9 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019 75
Tabel 3.32 Interval Indeks Kepatuhan Pihak Pelapor 76
Tabel 3.33 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-10 PPATK Tahun 2015-2019 76
Tabel 3.34 Perbandingan Realisasi IKSS ke-10 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-
2019
77
Tabel 3.35 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-11 PPATK Tahun 2015-2019 80
Tabel 3.36 Persentase Kelulusan Peserta Pendidikan dan Pelatihan APU PPT Tahun 2019 81
Tabel 3.37 Perbandingan Realisasi IKSS ke-11 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-
2019
82
Tabel 3.38 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-12 PPATK Tahun 2015-2019 86
Tabel 3.39 Perbandingan Realisasi IKSS ke-12 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-
2019
87
Tabel 3.40 Tingkatan Maturity Model 88
Tabel 3.41 Nilai Asesmen Tata Kelola TI Tahun 2019 89
Tabel 3.42 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-13 PPATK Tahun 2015-2019 89
Tabel 3.43 Perbandingan Realisasi IKSS ke-13 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
90
Tabel 3.44 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-14 PPATK Tahun 2015-2019 92
Tabel 3.45 Perbandingan Realisasi IKSS ke-14 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
94
Tabel 3.46 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-15 PPATK Tahun 2015-2019 95
Tabel 3.47 Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja PPATK Tahun 2015-2019 96
Tabel 3.48 Perbandingan Realisasi IKSS ke-15 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-
2019
97
Tabel 3.49 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-16 PPATK Tahun 2015-2019 100
Tabel 3.50 Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi PPATK Tahun 2016-2019 101
Tabel 3.51 Perbandingan Realisasi IKSS ke-16 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-
2019
105
Tabel 3.52 Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-17 PPATK Tahun 2015-2019 109
Tabel 3.53 Perbandingan Realisasi IKSS ke-17 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-
2019
110
Tabel 3.54 Perbandingan Realisasi Anggaran PPATK Tahun 2018 dan 2019 112
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 vi
Tabel 3.55 Realisasi Anggaran PPATK Tahun 2015-2019 113
Tabel 3.56 Realisasi Anggaran Terkait Pencapaian Kinerja PPATK Tahun 2019 113
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 vii
Gambar 1.1 Struktur Organisasi PPATK 3
Gambar 2.1 Peta Strategi PPATK 14
Gambar 2.2 Penandatanganan Perjanjian Kinerja Tahun 2019 PPATK 18
Gambar 3.1 Rezim APU PPT di Indonesia 25
Gambar 3.2 Variabel IPP APU PPT 26
Gambar 3.3 Hasil Indeks Persepsi Publik Tahun 2018 27
Gambar 3.4 Perbandingan Hasil IPP APU PPT Tahun 2016-2018 28
Gambar 3.5 Kegiatan 5th
CTF Summit di Manila 47
Gambar 3.6 Piagam WTP atas Laporan Keuangan Tahun 2018 PPATK 109
Gambar 3.7 Penghargaan Opini WTP Tahun 2014-2018 117
Gambar 3.8 Predikat I Kearsipan Tahun 2019 117
Gambar 3.9 BKN Awards Tahun 2019 118
Gambar 3.10 Egmont Group Meetings Tahun 2019 118
Gambar 3.11 Kegiatan 5th
CTF Summit pada 12-15 November 2019 di Manila,
Filipina
119
DAFTAR GAMBAR
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2019 ix
PPATK sebagai salah satu kementerian/lembaga memiliki kewajiban untuk
menyusun laporan kinerja sesuai amanat dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja Tahun 2019
PPATK merupakan perwujudan transparansi dan akuntabilitas PPATK dalam
melaksanakan tugas dan fungsi serta penggunaan anggarannya. Selain itu, laporan kinerja
ini merupakan wujud dari kinerja dalam pencapaian visi dan misi PPATK yang dijabarkan
dalam tujuan dan sasaran strategis dalam Renstra PPATK Tahun 2015-2019.
Untuk mencapai tujuan sesuai dengan Renstra tahun 2015-2019 PPATK, PPATK
telah menetapkan empat belas sasaran strategis dan tujuh belas indikator kinerja. Sesuai
dengan Renstra Tahun 2015-2019 PPATK, rencana kerja, dan arah kebijakan pimpinan,
capaian kinerja tahun 2019 menunjukkan hasil yang memuaskan dengan rata-rata capaian
kinerja sebesar 99,43%. Dari 17 (tujuh belas) IKSS tersebut, enam IKSS berhasil mencapai
target kinerja. Bahkan tiga IKSS capaian kinerjanya berhasil melampaui target kinerja.
Namun demikian, terdapat tujuh IKSS yang capaian kinerjanya belum berhasil mencapai
kinerja 100% dan satu IKSS yang tidak diukur capaian kinerjanya pada tahun 2019, yaitu
Indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme.
Rincian capaian kinerja masing-masing IKSS tersebut, sebagai berikut:
1. Tiga IKSS yang capaian kinerjanya berhasil melampaui target kinerja (>100%), yaitu:
a. Persentase rekomendasi FATF yang diadopsi dalam kebijakan domestik (120%).
b. Jumlah Hasil Analisis, Hasil Pemeriksaan, dan informasi yang ditindaklanjuti
(120%).
c. Persentase laporan dari pihak pelapor yang memenuhi standar pelaporan
(103,79%).
2. Enam IKSS berhasil mencapai target kinerja (100%), yaitu:
a. Persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan
pendanaan terorisme yang ditindaklanjuti.
b. Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti
c. Indeks kepatuhan pihak pelapor.
d. Persentase pemenuhan produk hukum TPPU dan pendanaan terorisme.
e. Persentase pegawai PPATK yang memiliki penilaian prestasi kerja pegawai baik.
f. Opini BPK.
3. Tujuh IKSS yang capaian kinerjanya belum berhasil mencapai target kinerja (<100%),
yaitu:
a. Persentase rekomendasi National Risk Assessment (NRA) yang ditindaklanjuti
(97,78%).
b. Tingkat kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme (97%).
RINGKASAN EKSEKUTIF
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2019 x
c. Persentase kelulusan peserta pelatihan (87,58%).
d. Indeks tata kelola teknologi informasi PPATK (88,57%).
e. Nilai AKIP PPATK (94,66%).
f. Nilai pelaksanaan reformasi birokrasi PPATK (91,55%).
g. Persentase peningkatan pengungkapan kasus TPPU dan pendanaan terorisme di
Indonesia (83,35%).
Untuk mendukung capaian kinerja tahun 2019 PPATK memperoleh alokasi
anggaran sebesar Rp211.467.726.000,00. Dari total pagu anggaran tersebut, PPATK
berhasil telah merealisasikan anggaran per 31 Desember 2019 sebesar
Rp195.685.169.459,00 atau 92,64% dari total alokasi anggaran sebesar
Rp211.467.726.000,00. Hal tersebut menunjukkan terdapat efisiensi penggunaan anggaran
apabila dibandingkan dengan capaian kinerja sebesar 99,43%. Efisiensi tersebut berasal
dari penghematan dalam paket-paket pengadaan barang/jasa, pemanfaatan fasilitas internal
PPATK dalam penyelenggaraan kegiatan rapat, seminar, pelatihan, dan konsinyering
dalam upaya penghematan biaya paket meeting dalam/luar kota, serta melakukan sinergi
antarunit kerja dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan.
PPATK terus berkomitmen dalam melaksanakan upaya perbaikan secara
berkelanjutan atas pengelolaan kinerja di tengah kondisi lingkungan yang dinamis. PPATK
selalu melakukan upaya perbaikan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan sistem
akuntabilitas kinerja dengan menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi dari Kementerian
PAN dan Reformasi Birokrasi dan Inspektorat PPATK atas pelaksanaan sistem
akuntabilitas kinerja PPATK. Selain itu, upaya lain yang telah dilakukan, antara lain:
a. Mendorong setiap unit kerja untuk melakukan analisis, evaluasi, dan pelaporan capaian
kinerjanya pada setiap triwulan.
b. Inspektorat mengevaluasi pengelolaan akuntabilitas kinerja unit eselon I dan II di
PPATK. Hasil evaluasi dan rekomendasi tersebut telah disampaikan kepada masing-
masing unit kerja untuk menjadi bahan evaluasi dan perbaikan kinerja pada tahun-tahun
selanjutnya.
c. Menyempurnakan aplikasi e-RKA, yaitu aplikasi perencanaan, monitoring, evaluasi,
dan pelaporan kinerja yang digunakan untuk pengelolaan kinerja dan anggaran dengan
memanfaatkan sistem teknologi informasi secara lebih optimal guna meningkatkan
kualitas dan pelaporan kinerja dan anggaran.
d. Koordinasi yang intensif antara PPATK dan para penyidik dalam mengoptimalkan hasil
analisis, hasil pemeriksaan, dan informasi, serta pemenuhan data kepada para penyidik.
e. Pelaksanaan rekomendasi-rekomendasi National Risk Assessment on Money Laundering
and Terrorism Financing melalui hasil riset dan pengembangan.
Pada tahun 2019, PPATK juga meraih beberapa prestasi pada tingkat nasional dan
internasional, meliputi:
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2019 xi
1. Capaian pada tingkat nasional, meliputi:
a. Penghargaan atas capaian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk Laporan
Keuangan PPATK selama lima tahun berturut-turut, yaitu Laporan Keuangan
PPATK tahun 2014-2018.
b. Penghargaan atas capaian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk Laporan
Keuangan PPATK tahun 2018.
c. Predikat I (sangat memuaskan) pada kategori Lembaga Tinggi Negara, Lembaga
Setingkat Kementerian, Lembaga Non Struktural, dan Lembaga Penyiaran Publik
berdasarkan hasil pengawasan Arsip Nasional Republik Indonesia.Penghargaan
Komisi Informasi Publik kepada PPATK sebagai Badan Publik Menuju Informatif
pada Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2019 tingkat Lembaga Non Struktural.
d. Penghargaan BKN Awards Tahun 2019 sebagai pemenang kategori Implementasi
Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) dan Pemanfaatan Computer
Assisted Test (CAT) tingkat Lembaga Pemerintah Non Kementerian.
e. Penghargaan Komisi Pemilihan Umum kepada PPATK sebagai mitra pendukung
pelaksanaan pemilu serentak tahun 2019.
f. Penghargaan Komisi Informasi Publik kepada PPATK sebagai Badan Publik
Menuju Informatif pada Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2019 tingkat
Lembaga Non Struktural.
g. Jumlah penerimaan negara atas empat Hasil Pemeriksaan PPATK yang telah masuk
ke kas negara yang berasal dari denda sebesar Rp3.050.000.000,00, aset berupa dua
belas jenis mata uang asing dan uang rupiah senilai Rp3.744.281.357,40 dan dari
satu putusan audit Direktorat Jenderal Pajak telah berkontribusi pada penerimaan
negara sebesar Rp24.727.768.534,00, serta sejumlah aset lainnya. PPATK juga
telah berkontribusi dalam meningkatkan penerimaan negara dari perpajakan
melalui Hasil Analisis yang nilainya ditaksir mencapai Rp583.427.216.456,00.
2. Capaian pada tingkat internasional, meliputi:
a. PPATK terpilih sebagai sebagai tuan rumah pertemuan tahunan Kelompok Kerja
Egmont Group meetings yang diselenggarakan pada 28-31 Januari 2019 di Jakarta.
b. PPATK menjadi co-host dalam penyelenggaraan kegiatan 5th Counter-Terrorism
Financing Summit (CTF Summit) pada 12-15 November 2019 di Manila, Filipina.
c. PPATK terpilih sebagai Regional Representative (RR) the Egmont Group untuk
kawasan Asia Pasifik.
Meskipun sebagian besar target kinerja PPATK pada tahun 2019 telah berhasil
terpenuhi, tetapi PPATK menyadari bahwa masih terdapat beberapa tantangan yang perlu
dievaluasi dan selalu dilakukan perbaikan berkelanjutan. Evaluasi kinerja melalui
perbaikan setiap proses yang terdapat di setiap unit merupakan proses berkelanjutan yang
akan terus dilakukan. Berbagai kebijakan, program, dan kegiatan PPATK selama tahun
2019 telah dilaksanakan dan diharapkan dapat berdampak positif bagi para stakeholders
PPATK.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 1
A. Gambaran Umum Organisasi
PPATK adalah lembaga independen yang dibentuk dalam upaya mencegah dan
memberantas tindak pidana pencucian uang. PPATK memiliki kewenangan untuk
melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan pencucian uang sekaligus
membangun rezim anti pencucian uang dan kontra pendanaan terorisme di Indonesia.
Hal ini tentunya akan sangat membantu dalam upaya menjaga stabilitas sistem
keuangan dan menurunkan terjadinya tindak pidana asal (predicate crimes).
Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, PPATK telah menyusun Rencana Strategis
(Renstra) PPATK tahun 2015-2019. Rencana strategis tersebut ditetapkan dengan
Peraturan Kepala PPATK Nomor PER-05/1.01/PPATK/03/15 tentang Rencana Strategis
PPATK Tahun 2015- 2019 yang memuat visi, misi, dan sasaran strategis tahun 2015-
2019 sebagai dasar pelaksanaan tugas dan fungsi seluruh unit kerja di PPATK. Hal ini
sejalan dengan nawacita presiden, khususnya nawacita keempat dan ketujuh.
PPATK terus berupaya untuk mendukung implementasi nawacita presiden,
terutama nawacita keempat dan ketujuh. Nawacita keempat, yaitu menolak negara lemah
dengan melakukan reformasi sistem dan penegakkan hukum yang bebas korupsi,
bermartabat, dan terpercaya. Nawacita ketujuh, yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Oleh karena itu,
Presiden Republik Indonesia memberikan tugas kepada PPATK melalui Peraturan
Presiden Nomor 103 Tahun 2016 dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Dalam melaksanakan tugasnya, PPATK mempunyai fungsi, yaitu:
a. Pencegahan dan pemberantasan TPPU;
b. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh oleh PPATK;
pendahuluan BAB I
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 2
c. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor; dan
d. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang
berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana lain.
B. Struktur Organisasi PPATK
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, susunan organisasi dan
unsur PPATK terdiri atas:
1. Kepala PPATK;
2. Wakil Kepala PPATK;
3. Sekretariat Utama;
4. Deputi Bidang Pencegahan;
5. Deputi Bidang Pemberantasan;
6. Pusat;
7. Inspektorat;
8. Jabatan Fungsional; dan
9. Tenaga Ahli.
Penjabaran organisasi dan tata kerja PPATK ditetapkan dalam Peraturan Kepala
PPATK Nomor 3 Tahun 2017 dengan struktur organisasi, sebagai berikut:
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 3
Gambar 1.1
Struktur Organisasi PPATK
Sistem kepegawaian PPATK mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 3
Tahun 2004 tentang Sistem Kepegawaian PPATK. Dalam keputusan tersebut,
PPATK terdiri dari pegawai tetap, pegawai dipekerjakan, dan pegawai kontrak.
Berdasarkan data kepegawaian PPATK hingga 31 Desember 2019, jumlah sumber
daya manusia yang dimiliki oleh PPATK sebanyak 553 orang dengan rincian
termuat dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Jumlah Pegawai PPATK
per 31 Desember 2019
No. Jenis Pegawai Jumlah Pegawai
1. Pegawai tetap 330 orang
2. Pegawai dipekerjakan 47 orang
3. Pegawai kontrak 176 orang
Total pegawai 553 orang
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 4
C. Isu-isu Strategis PPATK
Isu-isu strategis PPATK yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja PPATK
selama tahun 2019, antara lain:
1. PPATK terpilih sebagai sebagai tuan rumah pertemuan tahunan Kelompok Kerja
Egmont Group. Egmont Group meetings ini diselenggarakan pada 28-31 Januari
2019 di Jakarta dan dihadiri oleh lebih dari 300 peserta perwakilan FIU yang
merupakan anggota Egmont Group. Kegiatan ini juga dihadiri oleh para observers
dari berbagai jurisdiksi dan organisasi internasional, misalnya UNODC, FATF,
Interpol, Wolfsburg Group, Europol, dan European Commision.
Forum pertemuan strategis ini sekaligus bertujuan untuk memperkuat sinergi FIU
seluruh dunia dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang
dan pendanaan terorisme. Pertemuan ini memegang peran yang krusial dalam
meningkatkan efektivitas pertukaran data dan informasi, pengalaman, keahlian,
dan kontribusi bersama antaryurisdiksi guna memperkokoh rezim anti pencucian
uang dan pencegahan pendanaan terorisme.
2. PPATK selaku focal point dalam proses Indonesia menghadapi Mutual
Evaluation Review (MER) oleh FATF melaksanakan tahap-tahap utama pada
tahun 2019, yaitu:
a. Pelaksanaan FATF Pre-Assessment Country Training pada 8-9 Agustus 2019.
Sekretariat FATF telah berkunjung ke Indonesia pada 8-9 Agustus 2019 di
Bandung untuk menilai kesiapan Indonesia dalam menghadapi MER FATF.
Dalam kegiatan Pre-Assessment tersebut, perwakilan seluruh
kementerian/lembaga terkait rezim Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme (APU-PPT) hadir dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
dari tim Sekretariat FATF. Hasil pembahasan dalam FATF Pre-Assessment
Country tersebut menyimpulkan bahwa Indonesia telah siap untuk menghadapi
prosedur MER FATF selanjutnya.
b. Penyampaian Dokumen Kepatuhan Teknis oleh Indonesia kepada Sekretariat
FATF.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 5
PPATK berhasil mengoordinasikan seluruh K/L terkait, sehingga Indonesia
telah menyampaikan Dokumen Kepatuhan Teknis kepada Sekretariat FATF
pada 23 September 2019. Dokumen Kepatuhan Teknis merupakan dokumen
yang berisi pengkinian pemenuhan Indonesia dalam Technical Compliance
(TC) dalam Rekomendasi FATF, yaitu aspek kebijakan dan peraturan
perundang-undangan.
c. Penyampaian Dokumen Penilaian Efektivitas oleh Indonesia kepada Sekretariat
FATF.
PPATK berhasil mengoordinasikan seluruh K/L terkait, sehingga Indonesia
telah menyampaikan Dokumen Penilaian Efektivitas kepada Sekretariat FATF
pada 11 November 2019. Dokumen Penilaian Efektivitas merupakan dokumen
yang berisi pengkinian pemenuhan Indonesia dalam Immediate Outcomes (IO)
dalam Rekomendasi FATF, yaitu aspek efektivitas pelaksanaan kebijakan dan
peraturan perundang-undangan dalam rezim APU-PPT di Indonesia.
3. PPATK menjadi co-host dalam penyelenggaraan 5th Counter Terrorism Financing
Summit (CTF Summit) pada 12-15 November 2019 di Manila, Filipina. Kegiatan ini
diselenggarakan berkat kemitraan strategis antara PPATK dengan FIU Filipina
(Philippines Anti-Money Laundering Council/AMLC) dan FIU Australia
(Australian Transaction Reports and Analysis Centre/AUSTRAC). Tema yang
diangkat dalam CTF Summit tahun ini adalah “Together United Strengthening Our
Region”.
4. Untuk mengotimalkan peran PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan
pendanaan terorisme, PPATK sedang mengembangkan aplikasi Terrorist Financing
Information Sharing Platform yang disebut Sistem Informasi Terduga Terorisme
(SIPENDAR) yang direncanakan akan mulai digunakan pada tahun 2021. Aplikasi
SIPENDAR merupakan aplikasi yang mengelola informasi terduga pendanaan
terorisme dan mekanisme pertukaran informasi secara elektronis dan terintegrasi
antara PPATK dan Penyedia Jasa Keuangan (PJK) dengan pemangku kepentingan
terkait tindak pidana pendanaan terorisme dan tindak pidana terorisme. Aplikasi
SIPENDAR memuat berbagai informasi terkait pendanaan terorisme, termasuk
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 6
informasi profil yang diduga terkait dengan tindak pidana pendanaan terorisme
beserta jaringannya untuk dapat digunakan oleh PPATK, PJK, penegak hukum, dan
instansi terkait lainnya. Aplikasi SIPENDAR juga digunakan sebagai sarana
komunikasi dan koordinasi dua arah yang dilakukan secara tepat dan real time
antara PPATK, PJK, penegak hukum, dan instansi terkait lainnya.
Tujuan pengembangan aplikasi SIPENDAR, antara lain:
a. Mengoptimalkan upaya pencegahan tindak pidana pendanaan terorisme dan/atau
tindak pidana terorisme.
b. Mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan PPATK dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan
terorisme.
c. Mengoptimalkan pelaksanaan kewajiban PJK dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
d. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi penegak hukum dan instansi terkait
lainnya dalam pelaksanaan tugas pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
terorisme, tindak pidana pendanaan terorisme, dan tugas atau fungsi lain yang
relevan dengan terorisme dan pendanaan terorisme, khususnya penyusunan
kebijakan, intelijen, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan proses
persidangan.
5. PPATK melakukan advokasi kepada Kementerian Hukum dan HAM selaku instansi
yang berwenang dalam melakukan penyusunan peraturan pelaksana dari Peraturan
Presiden Nomor 13 Tahun 2018 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik
Manfaat dari Korporasi Dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Kegiatan
advokasi tersebut, meliputi penyusunan rancangan Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia tentang Tata Cara Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik
Manfaat atas Korporasi, rancangan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia tentang Permintaan Informasi Pemilik Manfaat dari Korporasi, dan
rancangan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Tata Cara
Pengawasan Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat atas Korporasi.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 7
6. Aplikasi goAML merupakan solusi perangkat lunak terpadu yang dikembangkan
secara khusus untuk digunakan oleh Financial Intelligence Units dan merupakan
salah satu respon strategis United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC)
terhadap kejahatan pencucian uang dan pendanaan teroris. Hingga saat ini, tercatat
50 FIU telah mengimplementasikan aplikasi goAML dan 60 FIU lainnya masih
dalam proses implementasi.
Implementasi aplikasi goAML di PPATK diharapkan dapat memperkuat fungsi
PPATK dalam bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT. Aplikasi
goAML yang berbasis web akan memudahkan Pihak Pelapor, Lembaga Pengawas
dan Pengatur (LPP), dan Aparat Penegak Hukum (Apgakum), serta FIU lain untuk
melakukan registrasi, menyampaikan laporan atau meminta informasi maupun
berkomunikasi dengan PPATK secara online. Bagi internal PPATK, implementasi
goAML akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses penerimaan data,
analisis, dan penyampaian hasil analisis kepada pihak terkait. Fitur yang tersedia
dalam aplikasi, antara lain validasi dan penolakan laporan yang tidak sesuai secara
otomatis, workflow, dan pembuatan dokumen analisis, pembentukan database
tunggal (unified data model) untuk orang, perusahaan, dan rekening, serta data
warehouse dan business intelligent.
Kegiatan yang telah dilakukan terkait dengan implementasi goAML di PPATK,
meliputi:
1. Pembentukan Tim Kerja Implementasi goAML di PPATK.
2. Penandatanganan Service Level Agreement (SLA) yang merupakan perjanjian
implementasi goAML antara UNODC dan PPATK pada Juli 2019.
3. Scoping Mission dari UNODC pada 2-5 September 2019 yang menghasilkan
kesepakatan High Level Implementation Plan dengan target golive pada 1
Februari 2021.
4. Pre-Production Mission (PPM) dari UNODC pada 7-19 November 2019
merupakan kegiatan pelatihan kepada Tim Kerja untuk melakukan konfigurasi
dan setting aplikasi goAML sesuai dengan kebutuhan PPATK.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 8
5. Instalasi, setting, dan pengujian aplikasi goAML oleh Tim Kerja di server
development goAML.
6. Sosialisasi rencana implementasi aplikasi goAML kepada seluruh bank umum
yang merupakan pihak pelapor utama PPATK.
D. Dasar Hukum
Dasar hukum yang menjadi acuan dalam penyusunan Laporan Kinerja PPATK,
antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah;
5. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan;
6. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah;
8. Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-05/1.01/PPATK/03/15 tentang Rencana
Strategis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Tahun 2015-2019
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 9
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala PPATK Nomor 07 Tahun
2016 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-
05/1.01/PPATK/03/15 tentang Rencana Strategis Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan Tahun 2015-2019;
9. Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-10/1.01/PPATK/07/15 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan;
10. Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor 03
Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan;
11. Keputusan Kepala PPATK Nomor: KEP-229/1.01/PPATK/12/15 tentang
Penetapan Indíkator Kinerja Utama Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan Tahun 2015-2019; dan
12. Keputusan Kepala PPATK Nomor 138B Tahun 2017 tentang Penetapan Batasan
Persentase Capaian Indikator Kinerja Utama Pada Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan.
E. Sistematika Penyajian
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menyajikan penjelasan umum organisasi dengan penekanan kepada aspek
strategis organisasi dan permasalahan utama (isu strategis) yang sedang dihadapi oleh
organisasi.
BAB II PERENCANAAN KINERJA
Bab ini menjelaskan ikhtisar Perjanjian Kinerja PPATK.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Bab ini menjelaskan mengenai capaian kinerja, evaluasi, dan analisis atas capaian
kinerja tersebut. Penjelasan kinerja meliputi hal-hal yang telah dilaksanakan, realisasi
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 10
kinerja, dan perbandingan capaian kinerja dengan target jangka menengah yang
terdapat dalam dokumen Renstra PPATK. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai
realisasi anggaran yang digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai
dengan dokumen perjanjian kinerja.
BAB IV PENUTUP
Bab ini menjelaskan mengenai simpulan umum atas pencapaian kinerja dan langkah-
langkah perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja pada tahun
mendatang.
LAMPIRAN
Bagian ini berisi substansi-substansi yang mendukung penjelasan dalam laporan
kinerja.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 11 |
A. Rencana Strategis
Rencana Strategis (Renstra) PPATK Tahun 2015-2019 merupakan dokumen
perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, arah kebijakan dan
strategi, dan target kinerja, serta kebutuhan pendanaan yang akan dilaksanakan oleh
PPATK pada tahun 2015-2019. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, telah disusun Rencana Strategis (Renstra)
PPATK tahun 2015-2019. Rencana Strategis (Renstra) tersebut ditetapkan dengan
Peraturan Kepala PPATK Nomor PER-05/1.01/PPATK/03/15 tentang Rencana
Strategis PPATK Tahun 2015- 2019 yang memuat visi, misi, dan Sasaran Strategis
tahun 2015-2019 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala PPATK
Nomor 07 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala PPATK Nomor:
PER-05/1.01/PPATK/03/15 tentang Rencana Strategis Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan Tahun 2015-2019 sebagai dasar pelaksanaan tugas dan fungsi
seluruh unit kerja di PPATK. Hal ini sejalan dengan nawacita presiden, khususnya
nawacita keempat dan ketujuh.
1. Visi dan Misi PPATK Tahun 2015-2019
VISI ppatk
BAB II
Perencanaan kinerja
“Menjadi lembaga intelijen keuangan yang independen dan terpercaya dalam mencegah dan memberantas tindak pidana
pencucian uang dan pendanaan terorisme.”
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 12 |
Visi tersebut memberikan makna bahwa PPATK berupaya mewujudkan
Indonesia yang bebas dari tindak pidana pencucian uang dan sejalan dengan visi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, yaitu Indonesia
yang mandiri, maju, adil, dan makmur, serta dalam mendukung upaya pemerintah
dalam meningkatkan ketahanan sektor keuangan
MISI ppatk
Untuk mendukung pencapaian visi PPATK, dirumuskan upaya-upaya yang
akan dilaksanakan melalui Misi PPATK Tahun 2015-2019, sebagai berikut:
Tabel 2.1
Misi PPATK
KODE MISI
M1 Meningkatkan nilai guna hasil analisis dan hasil pemeriksaan PPATK.
M2 Meningkatkan peran dan dukungan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pencucian uang, pendanaan terorisme, dan tindak pidana lainnya di Indonesia.
M3 Meningkatkan efektivitas manajemen internal PPATK.
tujuan PPATK
Untuk menjabarkan Visi PPATK dalam rangka mencapai sasaran program
prioritas presiden, perlu dirumuskan tujuan dan sasaran strategis sebagai indikator
yang lebih jelas dan terukur. Tujuan strategis tersebut dijelaskan, sebagai berikut:
Tabel 2.2
Tujuan PPATK
Kode Tujuan Indikator Kinerja Tujuan
T1 Meningkatkan efektivitas
pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang,
pendanaan terorisme, dan tindak
pidana lainnya di Indonesia.
Indeks persepsi TPPU dan
pendanaan terorisme.
Persentase rekomendasi PPATK
dalam pencegahan dan
pemberantasan TPPU dan
pendanaan terorisme yang
ditindaklanjuti.
Persentase peningkatan
pengungkapan kasus TPPU dan
pendanaan terorisme di
Indonesia.
Indeks kepatuhan pihak pelapor.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 13 |
Kode Tujuan Indikator Kinerja Tujuan
T2 Terwujudnya tata kelola
pemerintahan yang andal dalam
mendukung pelaksanaan tugas,
fungsi, dan wewenang PPATK.
Nilai AKIP PPATK.
Nilai pelaksanaan reformasi
birokrasi PPATK.
Opini BPK.
SASaran strategis
Sebagai bentuk penjabaran dari dua tujuan strategis yang hendak dicapai,
PPATK menetapkan empat belas sasaran strategis, sebagai berikut:
Tabel 2.3
Sasaran Strategis PPATK Tahun 2015-2019
TUJUAN SASARAN STRATEGIS
T1 Meningkatnya persepsi publik terhadap pencegahan
dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan
pendanaan terorisme.
PPATK 01
Meningkatnya tndak lanjut atas rekomendasi pencegahan
dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan
pendanaan terorisme.
PPATK 02
Meningkatnya pengungkapan kasus Tindak Pidana
Pencucian Uang dan pendanaan terorisme.
PPATK 03
Meningkatnya efektivitas kerja sama pencegahan dan
pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan
pendanaan terorisme.
PPATK 04
Meningkatnya kualitas hasil riset Tindak Pidana Pencucian
Uang dan pendanaan terorisme.
PPATK 05
Meningkatnya hasil analisis, hasil pemeriksaan, dan
informasi yang ditndaklanjuti.
PPATK 06
Meningkatnya kepatuhan pelaporan. PPATK 07
Meningkatnya kemampuan Pihak Pelapor dan aparat
penegak hukum dalam pencegahan dan pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme.
PPATK 08
Terpenuhinya produk hukum pencegahan dan
pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan
pendanaan terorisme.
PPATK 09
Meningkatnya keandalan sistem teknologi informasi
PPATK.
PPATK 10
T2 Meningkatnya kualitas SDM PPATK. PPATK 11
Meningkatnya kualitas manajemen kinerja PPATK. PPATK 12
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 14 |
TUJUAN SASARAN STRATEGIS
Terwujudnya reformasi birokrasi PPATK yang efektif. PPATK 13
Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan keuangan PPATK PPATK 14
Peta Strategi PPATK
Empat belas sasaran strategis PPATK saling memiliki keterkaitan satu sama lain
dan masing-masing memiliki peran dan kemampuan dalam mendukung pencapaian
visi dan misi PPATK. Keterkaitan antarsasaran strategis beserta masing-masing
Indikator Kinerja Sasaran Strategis dapat dijelaskan dalam Gambar 2.1 Peta Strategi
PPATK Tahun 2015-2019, sebagai berikut:
Gambar 2.1
Peta Strategi PPATK Tahun 2015-2019
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 15 |
Peta strategi tersebut terbagi menjadi tiga perspektif, yaitu perspektif
stakeholder, Internal Business Process, dan Learning and Growth. Ketiga perspektif
tersebut menggambarkan pola hubungan sebab akibat dalam bentuk sebuah peta
strategi yang terukur dan berkesinambungan. Perspektif Stakeholder yang merupakan
outcome PPATK dalam memenuhi harapan para pemangku kepentingan didukung oleh
perspektif Internal Business Process yang merupakan proses internal strategis yang
dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi PPATK, sedangkan perspektif Learning
and Growth diperlukan dalam mewujudkan perspektif Stakeholder dan Internal
Business Process melalui proses perbaikan, pemanfaatan sumber daya, dan
penggunaan anggaran yang optimal.
B. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja merupakan dokumen yang berisi penugasan dari pimpinan
instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk
melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Pasal 7 ayat (1)
Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-10/1.01/PPATK/07/15 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
menyatakan bahwa entitas akuntabilitas kinerja PPATK harus menyusun perjanjian
kinerja.
Kepala PPATK telah menetapkan Perjanjian Kinerja Tahun 2019 PPATK pada 20
Desember 2018. Perjanjian kinerja tersebut disusun dengan mengacu pada dokumen
anggaran yang telah mendapat pengesahan dari Kementerian Keuangan berdasarkan
Surat Pengesahan DIPA Induk Tahun Anggaran 2019 PPATK Nomor: SP DIPA-
078.01.1.453374/2019 tanggal 5 Desember 2018. Perjanjian Kinerja PPATK bertujuan
untuk menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur dan
merupakan dasar penilaian keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi. Perjanjian Kinerja Tahun 2019 PPATK dijelaskan dalam Tabel 2.4, sebagai
berikut:
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 16 |
Tabel 2.4
Perjanjian Kinerja PPATK
Tahun 2019
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Sasaran
Strategis
Target
Program
Pagu
Anggaran Awal (Rp)
PPATK.01 Meningkatnya
persepsi publik terhadap
pencegahan dan pemberantasa
n TPPU dan pendanaan terorisme.
S1.1
Indeks
persepsi TPPU dan pendanaan
terorisme.
tidak diukur - Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang
dan Pendanaan Terorisme
94.372.064.000
PPATK.
02
Meningkatnya tindak lanjut atas
rekomendasi pencegahan dan
pemberantasan TPPU dan pendanaan
terorisme.
S2.1 Persentase rekomendasi PPATK dalam
pencegahan dan pemberantasa
n TPPU dan pendanaan terorisme
yang ditindaklanjuti.
100 %
S2.2 Persentase
rekomendasi FATF yang diadopsi
dalam kebijakan domestik.
70 %
S2.3 Persentase rekomendasi National Risk
Assessment
(NRA) yang ditindaklanjuti.
100 %
PPATK.
03
Meningkatnya pengungkapa
n kasus TPPU dan pendanaan
terorisme.
S3.1 Persentase peningkatan
pengungkapan kasus TPPU dan
pendanaan terorisme di Indonesia.
20 %
PPATK.
04
Meningkatnya efektivitas kerja sama
pencegahan dan pemberantasa
n TPPU dan pendanaan terorisme.
S4.1 Persentase kerja sama yang
ditindaklanjuti.
100 %
PPATK.
05
Meningkatnya kualitas hasil
riset TPPU dan pendanaan
terorisme.
S5.1 Tingkat kualitas hasil
riset TPPU dan pendanaan
terorisme.
4 Indeks
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 17 |
PPATK.
06
Meningkatnya
hasil analisis, hasil pemeriksaan,
dan informasi yang ditindaklanjuti.
S6.1 Jumlah Hasil
Analisis, Hasil Pemeriksaan, dan informasi
yang ditindaklanjuti.
301 Laporan
PPATK.
07
Meningkatnya kepatuhan
pelaporan.
S7.1 Persentase laporan dari
pihak pelapor yang memenuhi
standar pelaporan.
95 %
S7.2 Indeks
kepatuhan pihak pelapor.
5,0 Indeks
PPATK.
08
Meningkatnya
kemampuan pihak pelapor dan penyidik
TPPU dalam pencegahan dan
pemberantasan TPPU dan pendanaan
terorisme.
S8.1 Persentase
kelulusan peserta pelatihan.
100 %
PPATK.
09
Terpenuhinya produk hukum
pencegahan dan pemberantasa
n TPPU dan pendanaan terorisme.
S9.1 Persentase pemenuhan
produk hukum TPPU dan pendanaan
terorisme.
100 %
PPATK.
10
Meningkatnya keandalan sistem TI
PPATK.
S10.1 Indeks tata kelola teknologi
informasi PPATK.
3,5 Indeks
PPATK.
11
Meningkatnya
kualitas sumber daya manusia
PPATK.
S11.1 Persentase
pegawai PPATK yang memiliki
penilaian prestasi kerja pegawai baik.
100 % Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya PPATK
85.990.159.000
PPATK.
12
Meningkatnya
kualitas manajemen kinerja
PPATK.
S12.1 Nilai AKIP
PPATK.
A Nilai
PPATK.
13
Terwujudnya reformasi
birokrasi yang efektif.
S13.1 Nilai pelaksanaan
reformasi birokrasi PPATK.
85 Nilai
PPATK.
14
Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan
keuangan PPATK.
S14.1 Opini BPK. WTP Opini
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 18 |
Gambar 2.2
Penandatanganan Perjanjian Kinerja Tahun 2019 PPATK
Anggaran yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2019 PPATK adalah
alokasi anggaran pada awal tahun 2019, yaitu sebesar Rp180.362.223.000,00. Pada
tahun berjalan, anggaran PPATK mengalami beberapa kali revisi anggaran, sehingga
pagu anggaran PPATK per 31 Desember 2019 adalah Rp211.467.726.000,00. Anggaran
tersebut dialokasikan ke dalam dua program, yaitu program Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme dan program
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK. Dalam upaya
pencapaian target kinerja sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja
Tahun 2019, pagu anggaran PPATK tersebut dialokasikan ke dalam program dan
kegiatan, sebagai berikut:
Tabel 2.5
Pagu Anggaran PPATK per Program dan Kegiatan Tahun 2019
Kode
Program/Kegiatan
Nama
Program/Kegiatan
Pagu Anggaran
(Rp)
Pagu Anggaran Revisi
(Rp)
078.01.01 Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya
PPATK
85.990.159.000 112.907.001.000
3374 - Pengawasan
Internal PPATK.
500.000.000 600.000.000
3375 - Pengelolaan
Perencanaan dan
Keuangan
PPATK.
55.407.560.000 73.931.036.000
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 19 |
3376 - Pengelolaan Sumber Daya
Manusia,
Organisasi dan
Ketatalaksanaan
PPATK.
6.000.000.000 7.620.000.000
3377 - Penyelenggaraan
Ketatausahaan,
Kerumahtanggaan
dan Perlengkapan
PPATK.
24.082.599.000 30.755.965.000
078.01.06 Pencegahan dan
Pemberantasan
Tindak Pidana
Pencucian Uang dan
Pendanaan
Terorisme
94.372.064.000 98.560.725.000
3365 - Pendidikan dan
Pelatihan anti pencucian uang
PPATK
22.045.660.000 24.634.558.000
3379 - Pengelolaan
Bidang Hukum
PPATK.
2.000.000.000 2.000.000.000
3380 - Pelaksanaan kerja
sama dan
Hubungan
Masyarakat
PPATK.
17.000.000.000 17.629.763.000
3381 - Pengelolaan
Teknologi
Informasi
PPATK.
39.726.404.000 40.326.404.000
3382 - Pengawasan
Kepatuhan Pihak
Pelapor.
1.600.000.000 1.600.000.000
3383 - Pengawasan
Kewajiban
Pelaporan dan
Pembinaan Pihak
Pelapor.
2.500.000.000 2.500.000.000
3384 - Analisis Transaksi
dan Pengelolaan Laporan
Masyarakat.
1.500.000.000 1.500.000.000
5232 - Pemeriksaan dan
Pengembangan
Riset TPPU.
8.000.000.000 8.370.000.000
Jumlah 180.362.223.000 211.467.726.000
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 20
A. Capaian Kinerja
Akuntabilitas kinerja merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja yang
memuat realisasi dan tingkat capaian kinerja yang diperjanjikan. Capaian kinerja
merupakan dasar dalam menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai tujuan
dan sasaran yang telah diperjanjikan. Untuk mencegah terjadinya deviasi yang signifikan
antara realisasi dengan target kinerja pada Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS),
PPATK menetapkan Keputusan Kepala PPATK Nomor 138B Tahun 2017 tentang
Penetapan Batasan Persentase Capaian Indikator Kinerja Utama Pada Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan. Dalam keputusan tersebut dijelaskan bahwa capaian
maksimum kinerja yang diakui adalah 120% dan capaian minimum kinerja adalah 0%.
Dari hasil pengukuran kinerja, diperoleh data rata-rata capaian kinerja PPATK
pada tahun 2019 sebesar 99,43%. Dari tujuh belas IKSS yang diukur, diketahui bahwa
enam IKSS berhasil mencapai target kinerja. Bahkan, tiga IKSS capaian kinerjanya
berhasil melampaui target kinerja. Namun demikian, terdapat tujuh IKSS yang capaian
kinerjanya belum berhasil mencapai kinerja 100% dan satu IKSS yang tidak diukur
capaian kinerjanya pada tahun 2019, yaitu Indeks persepsi TPPU dan pendanaan
terorisme. Keberhasilan pencapaian kinerja tersebut dapat terwujud karena PPATK
selalu melaksanakan upaya perbaikan guna meningkatkan kualitas pengelolaan sistem
akuntabilitas kinerja yang dilakukan dengan cara menindaklanjuti rekomendasi-
rekomendasi dari hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi dan Inspektorat PPATK atas Laporan Kinerja PPATK dan
dukungan dari seluruh pegawai dan pimpinan PPATK.
Pengukuran capaian kinerja IKSS melalui aplikasi e-RKA (aplikasi Rencana
Kinerja dan Anggaran) ditetapkan berdasarkan beberapa ketentuan, sebagai berikut:
BAB III
Akuntabilitas kinerja
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 21
1. Pengukuran kinerja menganut prinsip self assessment, sehingga data realisasi
kinerja diinput oleh tim pengelolaan kinerja ke dalam aplikasi e-RKA.
2. Tiga jenis polarisasi IKSS, yaitu:
a. Maximize: Nilai realisasi diharapkan lebih tinggi dari target.
b. Minimize: Nilai realisasi diharapkan lebih rendah dari target.
c. Stabilize: Nilai realisasi diharapkan berada dalam rentang tertentu.
3. Capaian kinerja IKSS ditunjukkan dengan warna merah/kuning/hijau dengan
interval, sebagai berikut:
Warna Deskripsi
100≤nilai≤120
80≤nilai˂100
0<nilai< 80
4. Seluruh IKSS telah dilengkapi dengan Kamus IKSS yang memuat definisi, variabel
pembentuk, metode perhitungan, formulasi, dan sumber data.
5. Validitas data kinerja mempertimbangkan aspek ketepatan waktu, kelengkapan data,
dan keakuratan data.
Pencapaian tujuh belas Indikator Kinerja Sasaran Strategis PPATK yang tertuang
dalam Perjanjian Kinerja tahun 2019, sebagai berikut:
Tabel 3.1
Capaian Kinerja PPATK Tahun 2019
Perspektif Sasaran Strategis IKSS
Tahun 2019
Target
IKSS
Realisasi
IKSS
Capaian
IKSS
Capaian
IKSS
Diakui
Perspektif
stakeholder
Meningkatnya persepsi publik terhadap
pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme
1 Indeks persepsi TPPU dan pendanaan
terorisme.
5,15 Indeks
5,46* Indeks
106,02% 106,02%
Meningkatnya tindak lanjut atas rekomendasi
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
2 Persentase rekomendasi PPATK
dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang ditindaklanjuti.
100% 100% 100% 100%
3 Persentase rekomendasi FATF yang diadopsi dalam
kebijakan domestik.
70% 87,5% 125% 120%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 22
Perspektif Sasaran Strategis IKSS
Tahun 2019
Target
IKSS
Realisasi
IKSS
Capaian
IKSS
Capaian
IKSS
Diakui
4 Persentase rekomendasi National Risk Assessment (NRA) yang ditindaklanjuti.
100% 97,78% 97,78% 97,78%
Meningkatnya pengungkapan kasus tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
5 Persentase peningkatan pengungkapan kasus TPPU dan pendanaan terorisme di Indonesia.
20% 16,67% 83,35% 83,35%
Perspektif
proses internal
Meningkatnya efektivitas kerja sama pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan
terorisme.
6 Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti.
100% 100% 100% 100%
Meningkatnya kualitas hasil riset tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
7 Tingkat kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme.
4 Indeks
3,88 Indeks
97% 97%
Meningkatnya hasil analisis, hasil pemeriksaan, dan informasi yang ditindaklanjuti.
8 Jumlah Hasil Analisis, Hasil Pemeriksaan, dan informasi yang ditindaklanjuti.
301 laporan
556 laporan
184,72% 120%
Meningkatnya kepatuhan pelaporan.
9 Persentase laporan dari pihak pelapor
yang memenuhi standar pelaporan.
95% 98,60% 103,79% 103,79%
10 Indeks kepatuhan pihak pelapor.
5,0 Indeks
5,0 Indeks
100% 100%
Meningkatnya kemampuan Pihak Pelapor dan aparat penegak hukum dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
11 Persentase kelulusan peserta pelatihan.
100% 87,58% 87,58% 87,58%
Perspektif pertumbuhan
dan pembelajaran
Terpenuhinya produk hukum pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
12 Persentase pemenuhan produk hukum TPPU dan pendanaan terorisme.
100% 100% 100% 100%
Meningkatnya keandalan sistem Teknologi
Informasi PPATK.
13 Indeks tata kelola teknologi informasi
PPATK.
3,5 Indeks
3,1 Indeks
88,57% 88,57%
Meningkatnya kualitas
SDM PPATK.
14 Persentase pegawai PPATK yang memiliki penilaian prestasi kerja pegawai baik.
100% 100% 100% 100%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 23
Perspektif Sasaran Strategis IKSS
Tahun 2019
Target
IKSS
Realisasi
IKSS
Capaian
IKSS
Capaian
IKSS
Diakui
MenIngkatnya kualitas
manajemen kinerja PPATK.
15 Nilai AKIP PPATK. Nilai A Nilai BB (75,73)*
94,66% 94,66%
Terwujudnya reformasi birokrasi PPATK yang
efektif.
16 Nilai pelaksanaan reformasi birokrasi
PPATK.
Nilai 85
Nilai 77,82*
91,55% 91,55%
Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan Keuangan PPATK.
17 Opini BPK. Opini WTP
100% 100% 100%
Rata-rata capaian kinerja
103,53% 99,43%
Keterangan: *= Realisasi tahun 2018
B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja
PPATK memiliki empat belas sasaran strategis dan tujuh belas IKSS. Capaian
kinerja PPATK tahun 2019 menurut masing-masing perspektif dan sasaran strategis,
dijelaskan, sebagai berikut:
Persepektif pemangku kepentingan terdiri atas tiga sasaran strategis dengan lima
IKSS. Capaian kinerja atas perspektif ini adalah 104,45%. Rincian kondisi capaian
kinerja setiap IKSS yang terdapat pada perspektif ini, sebagai berikut:
Sasaran Strategis (SS) 1 dimaksudkan untuk mengetahui persepsi pemangku
kepentingan dan masyarakat terkait dengan efektivitas pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme yang dilaksanakan oleh PPATK
dan instansi yang terkait dalam periode tertentu (tahunan). Sasaran strategis 1 diukur
keberhasilannya melalui satu IKSS, yaitu Indeks persepsi TPPU dan pendanaan
Sasaran Strategis 1:
Meningkatnya persepsi publik terhadap pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme
1. Persepektif Pemangku Kepentingan
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 24
terorisme. Pada tahun 2019, IKSS ini tidak dilakukan pengukuran kinerja, sehingga
capaian kinerja yang digunakan adalah capaian kinerja pada tahun 2018. Pada tahun
2019, capaian kinerja ini sangat baik dengan rata-rata capaian kinerja SS 1 adalah
100,28%.
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 dan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2013, PPATK bersama-sama dengan rezim APUPPT telah secara intensif
melaksanakan berbagai strategi implementatif di bidang pencegahan dan pemberantasan
untuk mereduksi perkembangan risiko Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dan
Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (TPPT) nasional secara berkelanjutan sesuai
dengan standar Internasional (FATF Recommendations). Salah satu strategi tersebut
dilaksanakan melalui kegiatan Indeks Persepsi Publik APUPPT.
Indeks Persepsi Publik APUPPT merupakan indeks komposit tertimbang yang
disusun dari dua indeks komposit lain, yaitu Indeks Persepsi Publik terhadap Tindak
Pidana Pencucian Uang (IPP TPPU) dan Indeks Persepsi Publik terhadap Tindak Pidana
Pendanaan Terorisme (IPP TPPT). IPP TPPU merupakan indeks komposit tertimbang
dari 114 indikator yang secara substansi dan bersama-sama menggambarkan tingkat
keefektifan kinerja pencegahan dan pemberantasan TPPU yang dinilai dari perspektif
publik, sedangkan IPP TPPT merupakan indeks komposit tertimbang dari 67 indikator
yang secara substansi dan bersama-sama menggambarkan tingkat keefektifan kinerja
pencegahan dan pemberantasan TPPU yang dinilai dari perspektif publik.
Indonesia telah menyusun Indeks Persepsi Publik APUPPT sejak tahun 2015
sebagai bentuk public outreach yang dilakukan untuk meningkatkan kepedulian
masyarakat atas risiko pencucian uang, pendanaan terorisme, dan pendanaan senjata
pemusnah massal. Indeks Persepsi Publik APUPPT merupakan salah satu program
strategis PPATK yang bertujuan untuk mengukur perkembangan tingkat efektivitas
kinerja rezim APUPPT dan perspektif publik secara periodik.
Pelaksanaan Indeks Persepsi Publik Anti Pencucian Uang dan Pemberantasan
Pendanaan Terorisme (IPP APUPPT) tahun 2018 adalah tahun ketiga sejak dilaksanakan
IKSS 1: Indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 25
kali pertama secara masif pada tingkat nasional pada tahun 2016. IPP APUPPT tahun
2018 disusun bersama-sama dengan enam belas kementerian/lembaga rezim APU PPT
dan melibatkan para akademisi dari tujuh universitas yang telah memiliki MoU dengan
PPATK.
Penyusunan IPP APUPPT tahun 2018 bertujuan untuk memperoleh informasi
mengenai hal-hal, sebagai berikut:
1. Risiko pencucian uang.
2. Risiko pendanaan terorisme.
3. Risiko radikalisme.
4. Risiko pendanaan proliferasi.
5. Risiko politik uang dan pelanggaran dana kampanye.
Gambar 3.1
Skema Rezim APUPPT Indonesia
Penyusunan indeks dilakukan berdasarkan data hasil survei dengan responden
rumah tangga di Indonesia. Pemilihan sampel survei menggunakan probabilistic
sampling dengan pendekatan complex random sampling. Sampel terdiri dari 11.040
rumah tangga yang tersebar di 1.104 desa/kelurahan di 172 kabupaten/kota pada 34
provinsi di Indonesia. Pada setiap desa/kelurahan dipilih 10 rumah tangga secara
random. Pada setiap rumah tangga yang terpilih sebagai sampel akan dipilih seorang
anggota rumah tangga berusia 17 tahun ke atas sebagai responden. Pada satu
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 26
desa/kelurahan lokus survei dipilih secara acak dan proporsional sebanyak sepuluh
responden dengan profil/profesinya bersifat unik (tidak terduplikasi).
Berdasarkan konstruk variabelnya, Indeks Persepsi Publik terhadap TPPU dan
TPPT dibangun berdasarkan dua dimensi utama, yaitu dimensi tingkat pemahaman
publik terhadap TPPU/TPPT dan dimensi keefektifan kinerja rezim APUPPT. Dimensi
tingkat pemahaman publik diukur oleh lima aspek, yakni karakteristik TPPU/TPPT,
pelaku utama TPPU/TPPT, pelaku terkait TPPU/TPPT, sumber dana TPPU/TPPT, dan
faktor pendorong terjadinya TPPU/TPPT. Sementara itu, dimensi keefektifan kinerja
rezim APUPPT diukur oleh dua aspek, yaitu keefektifan kinerja rezim pencegahan dan
keefektifan kinerja rezim pemberantasan.
Gambar 3.2
Variabel IPP APUPPT
Indeks Persepsi Publik terhadap TPPU dan TPPT diukur dalam skala 0-10. Nilai 0
menunjukkan bahwa tingkat efektivitas kinerja rezim APUPPT (dari sisi pencegahan
maupun pemberantasan) di Indonesia dinilai sangat rendah (terendah) oleh publik dan
nilai 10 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas kinerja rezim APUPPT (dari sisi
pencegahan maupun pemberantasan) di Indonesia dinilai sangat baik (tertinggi) oleh
publik. Indeks Persepsi Publik (IPP) dihitung secara terpisah untuk TPPU dan TPPT.
Dengan demikian, terdapat dua indeks utama, yakni IPP TPPU dan IPP TPPT.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 27
Gambar 3.3
Hasil Indeks Persepsi Publik Tahun 2018
Hasil perhitungan IPP TPPU tahun 2018 sebesar 5,68 menunjukkan bahwa tingkat
efektivitas rezim dalam penanganan TPPU masih belum memuaskan. Kondisi ini terlihat
pada dimensi tingkat pemahaman publik terhadap TPPU sebesar 5,79 dan dimensi
tingkat keefektifan kinerja rezim anti pencucian uang sebesar 5,52.
Hasil perhitungan IPP TPPT tahun 2018 sebesar 5,24 menunjukkan bahwa tingkat
efektivitas rezim dalam penanganan TPPT masih belum memuaskan, bahkan lebih
rendah jika dibandingkan dengan tingkat keefektifan penanganan TPPU sebesar 5,68.
Bila dibandingkan menurut dimensi pembentuk IPP-TPPT, penilaian publik terhadap
keefektifan kinerja rezim Anti PPT sebesar 5,33 lebih baik daripada tingkat pemahaman
publik terhadap TPPT sebesar 5,06.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 28
Gambar 3.4
Perbandingan Hasil IPP APU PPT Tahun 2016-2018
Berdasarkan evidence based hasil pengukuran tahun 2018, diketahui bahwa tingkat
efektivitas kinerja rezim APUPPT Indonesia dinilai publik sudah cukup baik. Namun
demikian, masih diperlukan upaya yang lebih taktis dari seluruh stakeholders untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap karakteristik regulasi, risiko TPPU dan
TPPT, serta kinerja rezim APUPPT di Indonesia. Kondisi ini tercermin dari pencapaian
nilai IPP APUPPT tahun 2018 sebesar 5,46 indeks. Publik menilai tingkat efektivitas
kinerja pencegahan dan pemberantasan lebih baik pada penanganan TPPU daripada
TPPT. Nilai IPP TPPU sebesar 5,68 indeks lebih tinggi dibandingkan nilai IPP TPPT
sebesar 5,24 indeks.
Tabel 3.2
Perbandingan Hasil IP TPPU dan IP TPPT Tahun 2016-2018
Keterangan
Indeks persepsi TPPU Indeks persepsi TPPT
Tingkat
pemahaman
Tingkat
efektivitas
Tingkat
pemahaman
Tingkat
efektivitas
Tahun 2015 Tidak diukur Tidak diukur Tidak diukur Tidak diukur
Tahun 2016 5,7 indeks 5,3 indeks 4,6 indeks 5,3 indeks
Tahun 2017 5,76 indeks 5,28 indeks 4,92 indeks 5,27 indeks
Tahun 2018 5,79 indeks 5,52 indeks 5,06 indeks 5,33 indeks
Tahun 2019 5,79 indeks* 5,52 indeks* 5,06 indeks* 5,33 indeks*
Keterangan: *= Realisasi tahun 2018
Pencapaian kinerja pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT di Indonesia
secara umum masih belum memuaskan. Hasil survei tahun 2018 memperlihatkan adanya
peningkatan efektivitas kinerja dibandingkan tahun 2016 dan tahun 2017. Selama
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 29
periode 2016-2018, Indeks IPP APU PPT meningkat dari 5,21 indeks menjadi 5,46
indeks. Indeks IPP TPPU meningkat dari 5,52 indeks menjadi 5,68 indeks, sedangkan
IPP TPPT meningkat cukup tinggi dari 4,89 indeks menjadi 5,24 indeks.
Tabel 3.3
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-1 Tahun 2015-2019
Keterangan: *= Realisasi tahun 2018
Pada tahun 2018, PPATK menargetkan kinerja indikator kinerja Indeks Persepsi
TPPU dan Pendanaan Terorisme dengan nilai sebesar 5,15 indeks. Realisasi kinerja
indikator kinerja adalah 5,46 indeks dari skala 10, sehingga capaian kinerja indikator
kinerja tersebut adalah 106,02%. Realisasi kinerja pada tahun 2019 merupakan hasil
realisasi kinerja pada tahun 2018 karena pada tahun 2019 tidak dilakukan pengukuran
kinerja IKK Indeks Persepsi TPPU dan pendanaan terorisme. Hal ini didasarkan atas
arahan pimpinan PPATK agar menindaklanjuti hasil rekomendasi indeks persepsi TPPU
dan pendanaan terorisme tersebut dalam bentuk public outreach kepada masyarakat.
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, realisasi kinerja cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Realisasi kinerja tertinggi sebesar 5,46 indeks dengan
capaian kinerja sebesar 106,02% terjadi pada tahun 2018. Capaian kinerja cenderung
meningkat dari tahun ke tahun selama periode renstra. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat efektivitas kinerja rezim APUPPT dari sisi pencegahan maupun pemberantasan di
Indonesia dinilai telah cukup baik oleh publik.
Indeks Persepsi TPPU dan
Pendanaan Terorisme
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target Indepth study
5,0 indeks
5,05 indeks
5,15 indeks
Tidak ditargetkan
Realisasi 5,08
indeks
5,21
indeks
5,31
indeks
5,46
indeks
5,46*
indeks
Capaian - 104,2% 105,15% 106,02% 106,02%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 30
Tabel 3.4
Perbandingan Realisasi IKSS ke-1 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun
2019
Persentase
Realisasi
Dibanding
Target Tahun
2019
2015 2016 2017 2018 2019
Indeks
Persepsi
TPPU dan
pendanaan
terorisme
Indepth
study
5
indeks
5,05
indeks
5,15
indeks
Tidak
ditargetkan
5,46*
indeks
106,02%
Keterangan: *= Realisasi tahun 2018
Perbandingan realisasi kinerja tahun 2019 terhadap target kinerja adalah 106,02%
Realisasi kinerja tahun 2019 berhasil mencapai target kinerja. Keberhasilan pelaksanaan
indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme didukung oleh hal-hal, sebagai berikut:
1. Penginputan dan pengolahan data survei indeks persepsi TPPU menggunakan
aplikasi online, sehingga data dapat terpantau secara real time.
2. Berkoordinasi dengan para akademisi dan tim ahli dari BPS dan Kementerian PAN
dan Reformasi Birokrasi, serta para stakeholders rezim APUPPT untuk pembahasan
metode dan penyusunan kuesioner.
3. Penggunaan jasa pihak ketiga dalam penyebaran kuesioner dan pelaksanaan
wawancara dengan responden.
Sasaran Strategis 2 bertujuan untuk memantau tindak lanjut rekomendasi-
rekomendasi PPATK dan FATF yang disampaikan kepada pemerintah di bidang
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Pencapaian sasaran strategis 2 diukur melalui tiga IKSS, yaitu:
1. Persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan
pendanaan terorisme yang ditindaklanjuti.
2. Persentase rekomendasi FATF yang diadopsi dalam kebijakan domestik.
Sasaran Strategis 2:
Meningkatnya tindak lanjut atas rekomendasi pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 31
3. Persentase rekomendasi National Risk Assessment (NRA).
Pada tahun 2019, rata-rata pencapaian kinerja SS 2 adalah 105,93%. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja SS 2 sudah sangat baik.
Tabel 3.5
Capaian Kinerja Sasaran Strategis ke-2 PPATK
Tahun 2019 NO. INDIKATOR KINERJA SASARAN
STRATEGIS (IKSS)
TARGET
TAHUN 2019
REALISASI
TAHUN 2019
CAPAIAN
TAHUN 2019
1 Persentase rekomendasi PPATK dalam
pencegahan dan pemberantasan TPPU
dan pendanaan terorisme yang
ditindaklanjuti.
100% 100% 100%
2 Persentase rekomendasi FATF yang
diadopsi dalam kebijakan domestik.
70% 87,50% 120%
3 Persentase rekomendasi NRA yang
ditindaklanjuti.
100% 97,78% 97,78%
Rata-rata capaian kinerja 105,93%
PPATK merencanakan target kinerja indikator kinerja persentase rekomendasi
PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang
ditindaklanjuti sebesar 100% dengan realisasi kinerja sebesar 100%. PPATK telah
menyampaikan seluruh rekomendasi dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan
pendanaan terorisme kepada para pemangku kepentingan, dalam hal ini Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan seluruh rekomendasi tersebut telah ditindaklanjuti.
Dengan demikian, capaian kinerja indikator kinerja tersebut sebesar 100%.
Untuk dapat mencegah dan memberantas tindak pidana terorisme, maka unsur
pendanaan merupakan salah satu faktor utama dalam setiap aksi terorisme, sehingga
upaya penanggulangan tindak pidana terorisme harus diikuti dengan upaya pencegahan
dan pemberantasan terhadap pendanaan terorisme. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2013, transaksi keuangan mencurigakan terkait pendanaan terorisme adalah:
IKSS 2: Persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang
ditindaklanjuti
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 32
1. Transaksi keuangan dengan maksud untuk digunakan dan/atau yang diketahui akan
digunakan untuk melakukan tindak pidana terorisme; atau
2. Transaksi yang melibatkan setiap orang berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan
Organisasi Teroris (DTTOT).
Selain undang-undang tersebut, terdapat Peraturan Bersama Nomor
01/PB/MA/II/2015; Nomor 03 Tahun 2015; Nomor 1 Tahun 2015; Nomor
B.66/K.BNPT/2/2015; Nomor 01/1.02/PPATK/2/15 tentang Pencantuman Identitas
Orang dan Korporasi Dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris, dan
Pemblokiran Secara Serta Merta Atas Dana Milik Orang atau Korporasi yang Tercantum
Dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.
Tiga belas rekomendasi yang telah disampaikan kepada Kepolisian Republik
Indonesia selama tahun 2019, yaitu:
1. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions
List per tanggal 8 Februari 2019 dan Permintaan Bantuan Pencabutan Pemblokiran
berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dari Dewan Keamanan
PBB.
2. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions
List per tanggal 28 Februari 2019 dan Permintaan Bantuan Pemblokiran berdasarkan
Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.
3. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions
List per tanggal 22 Maret 2019 dan Permintaan Bantuan Pemblokiran berdasarkan
Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.
4. Rekomendasi Pengajuan Perpanjangan Pencantuman Individu dan Korporasi dalam
Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.
5. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions
List per tanggal 13 April 2019 dan Permintaan Bantuan Penghapusan Pemblokiran
berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dari Dewan Keamanan
PBB.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 33
6. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions
List per tanggal 22 April 2019 dan Permintaan Bantuan Penghapusan Pemblokiran
berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dari Dewan Keamanan
PBB.
7. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions
List per tanggal 1 Mei 2019 dan Permintaan Bantuan Pemblokiran berdasarkan
Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.
8. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions
List per tanggal 14 Mei 2019 dan Permintaan Bantuan Pemblokiran berdasarkan
Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.
9. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions
List per tanggal 21 Mei 2019 dan Permintaan Bantuan Pemblokiran berdasarkan
Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.
10. Rekomendasi Pengajuan Perpanjangan Pencantuman Individu dan Korporasi dalam
Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.
11. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions
List per tanggal 14 Agustus 2019 dan Permintaan Bantuan Pemblokiran berdasarkan
Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dari Dewan Keamanan PBB.
12. Rekomendasi Pengajuan Perpanjangan Pencantuman Individu dan Korporasi dalam
Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.
13. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions
List per tanggal 5 November 2019 mengenai Permintaan Bantuan Pencabutan
Pemblokiran dari Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dari Dewan
Keamanan PBB.
Rekomendasi yang disampaikan oleh PPATK adalah rekomendasi mengenai
pengajuan pencantuman identitas individu dan korporasi dalam Daftar Terduga Teroris
dan Organisasi Teroris, termasuk perpanjangan dan penghapusan identitas individu dan
korporasi tersebut. Seluruh rekomendasi tersebut telah ditindaklanjuti oleh Kepolisian
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 34
Republik Indonesia dengan mencantumkan identitas individu dan korporasi dalam
Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.
Tabel 3.6
Perbandingan Jumlah Rekomendasi PPATK Tahun 2015-2019
Keterangan Jumlah rekomendasi yang
disampaikan
Jumlah rekomendasi yang
ditindaklanjuti
Tahun 2015 10 10
Tahun 2016 7 7
Tahun 2017 14 14
Tahun 2018 9 9
Tahun 2019 13 13
Tabel 3.7
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-2 Tahun 2015-2019
Berdasarkan Tabel 3.7, PPATK menargetkan kinerja indikator kinerja Persentase
rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan
terorisme yang ditindaklanjuti sebesar 100%. Realisasi kinerja adalah 100%, sehingga
capaian kinerja indikator kinerja tersebut adalah 100%. Realisasi kinerja tahun 2019
berhasil menyamai realisasi kinerja tahun 2018, yaitu 100%.
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, realisasi kinerja selalu stabil
dari tahun ke tahun sebesar 100%. Namun, capaian kinerja cenderung mengalami
penurunan selama lima tahun terakhir karena target kinerja yang selalu meningkat pada
setiap tahunnya. Capaian kinerja IKSS ini selalu berhasil melampaui target kinerja selama
periode renstra. Hal ini menunjukkan bahwa PPATK selalu menyampaikan seluruh
Persentase rekomendasi PPATK
dalam pencegahan dan
pemberantasan TPPU dan
pendanaan terorisme yang
ditindaklanjuti
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target 80% 85% 90% 95% 100%
Realisasi 100% 100% 100% 100% 100%
Capaian 125% 117,65% 111,11% 105,26% 100%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 35
rekomendasi dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme
kepada para pemangku kepentingan.
Tabel 3.8
Perbandingan Realisasi IKSS ke-2 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS
Target Tahun Realisasi
Tahun
2019
Persentase
Realisasi
Dibanding
Target Tahun
2019
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase rekomendasi
PPATK dalam
pencegahan dan pemberantasan TPPU
dan pendanaan terorisme
yang ditindaklanjuti
80% 85% 90% 95% 100% 100% 100%
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini
berhasil mencapai 100%. Pencapaian yang berhasil menyamai target jangka menengah
disebabkan PPATK selalu melakukan koordinasi yang efektif dan optimal dengan
Kepolisian Republik Indonesia, sehingga tujuan penyampaian rekomendasi tersebut
dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Rekomendasi Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF) terdiri
dari 40 Recommendations dan 11 Immediate Outcomes (IO). Pada tahun 2019, PPATK
telah melaksanakan kegiatan Mutual Evaluation Review (MER). Kegiatan MER
merupakan suatu proses penilaian kepatuhan suatu negara dalam melaksanakan
Rekomendasi FATF. Rekomendasi FATF merupakan standar global dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan TPPU dan terorisme. Kegiatan MER di Indonesia
menilai penerapan 40 Rekomendasi FATF dan 11 Immediate Outcomes (IO) yang
mencakup bidang regulasi industri keuangan, penyedia barang dan jasa, dan sektor
penegakan hukum terkait dengan pencucian uang dan pendanaan terorisme. Kegiatan
MER tersebut juga menilai efektivitas regulasi dan penegakan hukum di Indonesia.
IKSS 3: Persentase rekomendasi FATF yang diadopsi dalam kebijakan domestik.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 36
Dalam upaya pemenuhan rekomendasi FATF dalam MER yang dilakukan oleh
FATF, telah dilaksanakan serangkaian koordinasi dengan berbagai instansi dan rapat-
rapat Komite TPPU untuk meningkatkan pemenuhan Rekomendasi FATF oleh
Indonesia dalam kegiatan persiapan MER oleh FATF. Tingkat kepatuhan Indonesia
terhadap Rekomendasi FATF akan diukur kembali dalam MER FATF yang prosesnya
telah dimulai pada tahun 2019. Tim Asesor FATF akan melakukan on site visit penilaian
ke Indonesia pada Maret 2020 dan face to face meeting pada Agustus 2020. FATF akan
menetapkan hasil MER Indonesia termasuk Rekomendasi FATF yang diadopsi oleh
Indonesia dalam FATF Plenary Meeting pada Oktober 2020.
Berkaitan dengan upaya Indonesia meningkatkan pemenuhan terhadap
Rekomendasi FATF dalam proses MER FATF, PPATK telah melaksanakan kegiatan-
kegiatan, sebagai berikut:
a) FATF Pre-Assessment Country Training, yaitu pertemuan semua
kementerian/lembaga terkait dengan Sekretariat FATF.
b) Menyampaikan Dokumen Kepatuhan Tehnis pada aspek Technical Compliance
(TC) Rekomendasi FATF kepada Sekretariat FATF pada 23 September 2019.
c) Menyampaikan Dokumen Penilaian Efektivitas pada aspek Immediate Outcomes
(IO) Rekomendasi FATF kepada Sekretariat FATF pada 11 November 2019.
Upaya lain yang telah dilakukan oleh PPATK untuk memenuhi rekomendasi
FATF tersebut adalah mengoordinasikan delegasi Indonesia untuk menghadiri
pertemuan organisasi internasional yang terkait dengan FATF selama tahun 2019, antara
lain:
a) FATF Plenary di Perancis pada 17-22 Februari 2019. Dalam FATF Plenary ini,
Indonesia berstatus sebagai observer FATF.
b) The XXX FATF Plenary Week pada 14-24 Juni 2019 di Amerika Serikat.
c) APG Annual Meeting and Technical Assistance Forum ke-22 pada 18-23 Agustus
2019 di Australia.
d) FATF Plenary Week pada 11-19 Oktober 2019 di Perancis.
e) FATF Supervisor Forum pada 11-15 November 2019 di China.
Selain itu, PPATK juga telah berhasil mengoordinasikan beberapa pertemuan
internasional, yaitu:
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 37
a) PPATK menjadi tuan rumah Egmont Group Meetings di Jakarta pada 28-31 Januari
2019 yang dihadiri oleh lebih dari 300 peserta perwakilan FIU negara anggota
Egmont dan beberapa jurisdiksi, serta organisasi internasional.
b) PPATK bekerja sama dengan AUSTRAC telah mengoordinasikan pelatihan
internasional, yaitu Joint FATF/APG Assessors Training pada 2-6 September 2019
di Bandung yang diikuti oleh 54 peserta dari 18 negara.
PPATK berhasil menyelenggarakan kegiatan 5th Counter Terrorism Financing
Summit (CTF Summit) pada 12-15 November 2019 di Manila, Filipina. Kegiatan ini
diselenggarakan berkat kemitraan strategis yang terjalin antara PPATK dengan FIU
Filipina (Philippines Anti-Money Laundering Council/AMLC) dan FIU Australia
(Australian Transaction Reports and Analysis Centre/AUSTRAC). Tema yang
diangkat dalam CTF Summit tahun 2019 adalah “Together United Strengthening Our
Region”. Kegiatan 5th
CTF Summit menghasilkan dokumen Manila Communiqué
yang merupakan bentuk komitmen para peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan 5th
CTF Summit. Dalam pertemuan internasional tersebut juga membahas kemajuan
Indonesia dalam menerapkan rekomendasi-rekomendasi FATF.
Berdasarkan FATF Methodology 2012, terdapat dua metodologi yang
digunakan dalam penilaian, yaitu Technical Compliance dan Effectiveness Assessment
(Immediate Outcomes). Tingkatan penilaian Technical Compliance, terdiri dari
Compliance (C), Largely Compliance (LC), Partially Compliance (PC), dan Non
Compliance (NC). Tingkatan penilaian Effectiveness Assessment (IO), meliputi high
level of effectiveness, substantial level of effectiveness, moderate level of effectiveness,
dan low level of effectiveness.
Setelah melalui serangkaian proses penyampaian hasil MER, Indonesia
memperoleh dokumen penilaian resmi terkait hasil akhir MER yang dipublikasikan oleh
APG pada September 2018. Pengukuran rekomendasi FATF yang diadopsi dalam
kebijakan domestik pada tahun 2019 sama dengan pengukuran pada tahun 2018
sebagaimana telah dipublikasikan oleh APG pada September 2018. Hal ini disebabkan
hal-hal yang telah dilakukan Indonesia pada tahun 2019 berkaitan dengan pemenuhan
Rekomendasi FATF adalah pengkinian statistik-statistik terkait pencegahan dan
pemberantasan TPPU dan TPPT. Berdasarkan dokumen tersebut, Indonesia berhasil
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 38
memperoleh penilaian (rating) memuaskan (satisfactory) pada Rekomendasi FATF yang
terdiri dari 40 Rekomendasi FATF dan 11 Immediate Outcomes (IO). Indonesia
memperoleh rating Compliant (C) pada 6 rekomendasi, Largely Compliant (LC) pada
29 rekomendasi, Partially Compliant (PC) pada 4 rekomendasi, dan Not Compliant
(NC) pada 1 rekomendasi. Dalam penilaian IO, Indonesia memperoleh 5 IO dengan
rating Substantial Level, 5 IO dengan rating Moderate Level, dan 1 IO dengan rating
Low Level. Hasil penilaian MER APG terhadap Indonesia tersebut telah ditetapkan
secara resmi pada FATF Plenary pada Oktober 2018 di Perancis.
Pada tahun 2019, dari 40 rekomendasi FATF, rating pemenuhan rekomendasi
FATF yang diadopsi dalam kebijakan domestik yang berada dalam peringkat Largely
Compliant (LC) sebanyak dua puluh sembilan rekomendasi dan peringkat Compliant (C)
sebanyak enam rekomendasi. Rekomendasi yang dianggap telah diadopsi adalah
rekomendasi yang berada pada level minimal LC. Dengan demikian, tingkat pemenuhan
rekomendasi FATF adalah 87,5%
Rekomendasi-rekomendasi FATF yang telah diadopsi dalam kebijakan
pemerintah Indonesia sampai dengan tahun 2019 dijelaskan, sebagai berikut:
Tabel 3.9
Rekomendasi-rekomendasi FATF yang Diadopsi dalam Kebijakan Domestik
Nomor
Rekomendasi
Rekomendasi FATF
Kondisi per 31
Desember 2019
Rec. 1 Assessing risks and applying a risk-based approach LC
Rec. 2 National cooperation and coordination LC
Rec. 3 Money Laundering Offence LC
Rec. 4 Confiscation and provisional measures LC
Rec. 5 Terrorist financing offence LC
Rec. 6 Targeted financial sanctions related to terrorism &
TF
PC
Rec. 7 Targeted financial sanctions related to proliferation
NC
Rec. 8 Non-profit organisations LC
Rec. 9 Financial institution secrecy laws C
Rec. 10 Customer due diligence LC
Rec.11 Record keeping LC
Rec.12 Politically exposed persons LC
Rec. 13 Correspondent banking C
Rec.14 Money or value transfer services C
Rec. 15 New technologies LC
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 39
Nomor
Rekomendasi
Rekomendasi FATF
Kondisi per 31
Desember 2019
Rec. 16 Wire transfers LC
Rec. 17 Reliance on third parties LC
Rec. 18 Internal controls and foreign branches and
subsidiaries
C
Rec. 19 Higher-risk countries LC
Rec. 20 Reporting of suspicious transaction C
Rec. 21 Tipping-off and confidentiality LC
Rec. 22 DNFBPs: Customer due diligence LC
Rec. 23 DNFBPs: Other measures LC
Rec. 24 Transparency and beneficial ownership of legal persons
PC
Rec. 25 Transparency and beneficial ownership of legal
arrangements
PC
Rec. 26 Regulation and supervision of financial institutions LC
Rec. 27 Powers of supervisors LC
Rec. 28 Regulation and supervision of DNFBPs PC
Rec. 29 Financial intelligence units C
Rec. 30 Responsibilities of law enforcement/ investigative
authorities
LC
Rec. 31 Powers of law enforcement and investigative authorities
LC
Rec. 32 Cash couriers LC
Rec. 33 Statistics LC
Rec. 34 Guidance and feedback LC
Rec. 35 Sanctions LC
Rec. 36 International instruments LC
Rec. 37 Mutual legal assistance LC
Rec. 38 Mutual legal assistance: freezing and confiscation LC
Rec. 39 Extradition LC
Rec. 40 Other forms of international cooperation LC
IO 1 Risk, Policy and Coordination Substantial
IO 2 International Cooperation Substantial
IO 3 Supervision Moderate
IO 4 Prevention Measures Moderate
IO 5 Legal Persons and Arrangements Moderate
IO 6 Financial Intelligence Substantial
IO 7 Money laundering investigation and prosecution Moderate
IO 8 Confiscation Substantial
IO 9 Terrorist financing investigation and prosecution Substantial
IO 10 Terrorist financing preventive measures & financial sanctions
Moderate
IO 11 Proliferation Financing Sanctions Low
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 40
Tabel 3.10
Jumlah Rekomendasi FATF yang Diadopsi dalam Kebijakan Domestik
Tahun 2015-2019
Keterangan C LC PC NC NA
Tahun 2015 4 25 17 2 1
Tahun 2016 8 14 21 6 -
Tahun 2017 5 21 10 1 -
Tahun 2018 6 29 4 1 -
Tahun 2019 6* 29* 4* 1* -
Keterangan: *= Nilai tahun 2018
Tabel 3.11
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-3 PPATK Tahun 2015-2019
Berdasarkan Tabel 3.11, PPATK menargetkan kinerja indikator kinerja Persentase
rekomendasi FATF yang diadopsi dalam kebijakan domestik sebesar 70%. Realisasi
kinerja adalah 87,5%, sehingga capaian kinerja indikator kinerja tersebut adalah 120%.
Bentuk tindak lanjut pada setiap rekomendasi dapat dilihat dalam Lampiran
Laporan Kinerja ini.
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, realisasi kinerja cenderung
meningkat selama empat tahun terakhir. Demikian pula, capaian kinerja cenderung
meningkat selama lima tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa PPATK selalu
berupaya untuk mengadopsi rekomendasi-rekomendasi FATF dalam kebijakan
domestik.
Persentase rekomendasi FATF
yang diadopsi dalam kebijakan
domestik
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target 80% 40% 50% 60% 70%
Realisasi 59,18% 44,9% 70% 87,5% 87,5%
Capaian 73,98% 112,24% 120% 120% 120%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 41
Tabel 3.12
Perbandingan Realisasi IKSS ke-3 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun
2019
Persentase
Realisasi
Dibanding
Target Tahun
2019
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase
rekomendasi FATF
yang diadopsi dalam
kebijakan domestik.
80% 40% 50% 60% 70% 87,5% 125%
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini telah
melebihi target kinerja. Secara persentase, capaian kinerja ini sudah sangat baik. PPATK
akan selalu menempuh langkah-langkah strategis dalam upaya meningkatkan capaian
kinerja. Upaya-upaya tersebut, antara lain:
1. Sebagai rerangka kebijakan nasional untuk mendorong seluruh
kementerian/lembaga terkait dalam upaya pemenuhan Rekomendasi FATF, PPATK
dan instansi-instansi dalam keanggotaan Komite TPPU telah menetapkan Rencana
Aksi Tahun 2019 dalam rerangka Stranas TPPU dan TPPT Tahun 2017-2019.
Penetapan Rencana Aksi Tahun 2019 dilakukan oleh Menko Polhukam selaku
Ketua Komite TPPU dalam rapat high level Komite TPPU yang dihadiri oleh
seluruh instansi anggota Komite TPPU yang dilaksanakan pada 28 Mei 2019 di
PPATK.
2. Rencana Aksi Tahun 2019 dalam Stranas TPPU dan TPPT tahun 2017-2019 perlu
diukur pelaksanaannya lebih lanjut melalui evaluasi pelaksanaan Rencana Aksi
Tahun 2019 dan penyusunan Rencana Aksi Tahun 2020. Agenda tersebut dibahas
dalam dua kali workshop Komite TPPU, yaitu:
a. Rapat Tim Pelaksana Komite TPPU yang dipimpin oleh Kepala PPATK pada 25
November 2019 di PPATK dengan agenda pembahasan persiapan Indonesia
dalam menghadapi prosedur lanjutan MER FATF setelah penyampaian
Dokumen Kepatuhan Teknis pada 23 September 2019 dan Dokumen Penilaian
Efektivitas pada 11 November 2019 oleh Indonesia kepada Sekretariat FATF,
evaluasi pelaporan Rencana Aksi Tahun 2019 Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 42
melalui aplikasi SIPPENAS, dan koordinasi antarlembaga terkait upaya-upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang
b. Rapat Komite TPPU level menteri yang dipimpin oleh Menko Polhukam selaku
Ketua Komite TPPU pada 13 Desember 2019 di PPATK dengan agenda
pembahasan Persiapan Indonesia dalam menghadapi prosedur lanjutan Financial
Action Task Force Mutual Evaluation Review Indonesia.
3. Pelaksanaan MER dalam upaya penilaian tingkat pemenuhan Rekomendasi FATF
dibahas dalam seluruh Rapat Komite TPPU dan organ Komite TPPU selama tahun
2019 dengan rincian dua kali Rapat Komite TPPU Level Menteri yang dipimpin
oleh Menko Polhukam pada 28 Mei 2019 dan 13 Desember 2019, satu kali Rapat
Tim Pelaksana Komite TPPU pada 25 November 2019, dan satu kali Rapat
Kelompok Kerja Komite TPPU pada 10 Oktober 2019.
Penilaian Risiko Nasional (National Risk Assessment/NRA) merupakan suatu
kegiatan dalam upaya mengukur dan mengidentifikasi risiko Tindak Pidana Pencucian
Uang (TPPU) dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (TPPT). Pelaksanaan Penilaian
Risiko Nasional di Indonesia dilatarbelakangi oleh kebutuhan penyusunan strategi
nasional dan memberikan rekomendasi bagi penyempurnaan regulasi, serta ketentuan
terkait pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia. Kebutuhan nasional tersebut,
yaitu kebutuhan aparat penegak hukum mengenai tren dan risiko dari tindak pidana asal
yang berkembang saat ini dan pihak regulator memerlukan kebijakan dan pelaksanaan
strategi dalam penerapan rezim anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan
terorisme yang berbasis risiko.
Terkait dengan kebutuhan internasional, Indonesia melaksanakan NRA untuk
memenuhi FATF Recommendations nomor 1 yang menyatakan bahwa setiap negara
harus mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi risiko tindak pidana pencucian
IKSS 4: Persentase rekomendasi National Risk Assessment (NRA) yang ditindaklanjuti.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 43
uang dan pendanaan terorisme agar risiko tersebut dapat dicegah, dimitigasi, atau
diterima. Selain itu, berdasarkan hasil self assessment Indonesia atas pemenuhan
rekomendasi FATF Tahun 2012 yang dilaksanakan pada Agustus 2015, diketahui bahwa
efektivitas sistem pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia masih berada
pada tingkat yang rendah, terutama terkait dengan lemahnya koordinasi antarlembaga
dan nihilnya kebijakan nasional berbasis risiko.
Berdasarkan kebutuhan tersebut, pelaksanaan penilaian risiko berskala nasional
atau NRA sangat diperlukan, sehingga hasil NRA dapat dijadikan sebagai pijakan bagi
para stakeholders untuk membuat kebijakan terkait pelaksanaan rezim anti pencucian
uang dan pendanaan terorisme yang berbasis risiko. Oleh karena itu, hasil NRA tersebut
diharapkan dapat mendukung Indonesia agar terhindar dari blacklist FATF.
Penyusunan NRA di Indonesia telah dimulai sejak September 2013 sampai dengan
September 2015. Kegiatan tersebut memperoleh dukungan dari seluruh stakeholders
terkait yang terdiri dari Pihak Pelapor (PJK bank dan nonbank), aparat penegak hukum,
dan lembaga pengawas dan pengatur.
Selain itu, penyusunan NRA juga turut melibatkan para ahli di bidang politik,
ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan, dan legislatif. Penilaian risiko nasional atas
TPPU menghasilkan beberapa pemetaan risiko, antara lain tindak pidana asal yang
berisiko tinggi, yaitu narkotika, korupsi, dan perpajakan. Pihak Pelapor yang berisiko
tinggi yang dimanfaatkan sebagai sarana pencucian uang, yaitu pasar modal, bank, dan
properti. Hasil NRA juga mengidentifikasi adanya emerging threat penggunaan virtual
currency berupa penggunaan Bitcoin dalam bertransaksi.
Penilaian risiko nasional atas TPPT menghasilkan beberapa pemetaan risiko,
antara lain modus pendanaan terorisme yang berisiko tinggi, yaitu menggunakan
pendanaan dalam negeri melalui sumbangan kepada yayasan, penyalahgunaan yayasan,
berdagang/kegiatan usaha, dan melalui kegiatan kriminal. Profil pelaku yang berisiko
tinggi dari perorangan, yaitu pelajar/mahasiswa dan untuk pelaku korporasi/entitas, yaitu
yayasan/organisasi nirlaba (Non Profit Organization/NPO). Sembilan wilayah yang
berisiko tinggi terjadinya tindak pidana pendanaan terorisme, yaitu DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Banten, Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darusalam, Sulawesi
Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Untuk pemindahan dana terorisme yang berisiko
tinggi, yaitu melalui sistem pembayaran elektronik, sistem pembayaran online, dan New
Payment Method. Instrumen transaksi yang berisiko tinggi, yaitu tarik/setor tunai.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 44
Rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan dari kegiatan NRA, meliputi:
a. Aparat penegak hukum diharapkan dapat lebih memfokuskan terhadap tiga tindak
pidana asal yang paling berisiko tinggi, yaitu narkotika, korupsi, dan perpajakan.
b. Pihak regulator diharapkan dapat memfokuskan terhadap kebijakan dan pengawasan
pelaksanaan anti pencucian uang dan pendanaan terorisme pada industri pasar modal.
c. Peranan para stakeholders lainnya untuk mendukung integrasi dan akses data.
Beberapa rekomendasi-rekomendasi NRA tersebut telah ditindaklanjuti oleh
stakeholders. Berkenaan dengan peningkatan kompetensi dan penanganan terpadu
TPPU, PPATK telah melaksanakan kegiatan Program Mentoring Berbasis Risiko
bersama-sama dengan para apgakum di wilayah-wilayah yang berisiko tinggi terjadinya
TPPU. Pada kegiatan ini, beberapa personil dari setiap apgakum yang memiliki
pengalaman menangani perkara TPPU ditugaskan menjadi mentor untuk membimbing
para apgakum di wilayah Indonesia yang memiliki risiko tinggi.
PPATK telah mengembangkan suatu alat ukur yang dapat digunakan sebagai
monitoring tools atas tindak lanjut atas rekomendasi-rekomendasi pokok NRA on
Money Laundering/Terrorist Financing, yaitu berupa Indeks Persepsi Publik Indonesia
atas TPPU dan TPPT. Indeks ini digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman publik
terhadap TPPU dan TPPT, serta pengukuran tingkat efektivitas stakeholders dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT
Tabel 3.13
Rekomendasi NRA yang Ditindaklanjuti Tahun 2015-2019
Tahun Rekomendasi NRA
terkait TPPU
Rekomendasi NRA
terkait TPPT
Total Rekomendasi
NRA Ditindaklanjuti Rincian
Rekomendasi 2015 9 7 16 ML: 1, 10, 11, 2,
5, 6, 7, 8, 9.
TF: 10, 13, 19, 2,
28, 29, 7.
2016 0 9 9 TF: 1, 11, 15, 18,
20, 21, 3, 30, 9.
2017 1 8 9 ML: 4.
TF: 12, 14, 22,
24, 25, 26, 5, 6.
2018 1 4 5 ML: 14. TF: 16, 23, 27, 4.
2019 3 2 5 ML: 12, 13, 3.
TF: 31, 8.
Total 14 30 44 -
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 45
Kegiatan NRA telah menghasilkan empat puluh lima rekomendasi yang terdiri atas
empat belas rekomendasi terkait TPPU dan tiga puluh satu rekomendasi terkait TPPT.
Berdasarkan tabel 3.13, diketahui bahwa selama tahun 2015-2019, PPATK telah
menindaklanjuti empat belas rekomendasi terkait TPPU dan tiga puluh rekomendasi
terkait TPPT. Pada tahun 2019, telah dilakukan tindak lanjut atas tiga rekomendasi terkait
TPPU dan dua rekomendasi terkait TPPT.
Tabel 3.14
Rekomendasi NRA yang Ditindaklanjuti Tahun 2019
No. Kode
Rekomendasi
Rekomendasi NRA on ML/TF Stakeholders yang
Terkait
Strategi
Implementasi
1 R.ML.3 Mendorong agar kriminalisasi
mengenai illicit enrichment
dimasukkan ke dalam UU TPPU.
PPATK,
Kemenkopolhukam,
dan Kemenkumham
1. KPK telah melakukan
harmonisasi mengenai
ketentuan illicit
enrichment dengan
peraturan LHKPN dan
menambah bahwa
ketentuan 'asas pembuktian terbalik'
dalam konteks 'illicit
enrichment' sudah
dimasukkan ke dalam
rumusan amandemen
UU Anti-Korupsi.
2. KPK telah
menyelenggarakan
workshop pada Maret
2019 mengenai urgensi pembaruan Undang-
Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
2 R.ML.12 Mendorong upaya perbaikan
remunerasi pada profil-profil berisiko
tinggi TPPU, termasuk unit yang
menangani implementasi rezim
APUPPT pada Pihak Pelapor,
Lembaga Pengawas dan Pengatur,
dan penegakan hukum TPPU di
berbagai lembaga/instansi.
BI, OJK, PPATK,
Kemenkop,
Kemenkominfo,
POLRI, Kejaksaan,
BNN, KPK, DJP,
DJBC, MA, PT, PN,
Tipokor,
Kemenkopolhukam,
Kemenkeu, dan
BAPPENAS
1. Pada tahun 2019,
Direktorat Jenderal Pajak
telah menetapkan
penghitungan pencapaian
Indikator Kinerja Utama
(IKU) dalam penyidikan
TPPU yang telah
dinyatakan lengkap akan
diperhitungkan setara
dengan 2 Capaian P-21.
2. Pada tahun 2019 telah
ditetapkan Perubahan
atas Peraturan Presiden
Nomor 101 Tahun 2015
tentang Tunjangan
Khusus Bagi Pegawai di
Lingkungan Pusat
Pelaporan dan Analisis
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 46
No. Kode
Rekomendasi
Rekomendasi NRA on ML/TF Stakeholders yang
Terkait
Strategi
Implementasi
Transaksi Keuangan.
3. Pada tahun 2019, telah
ditetapkannya PP Nomor
17 Tahun 2019 tentang
Perubahan Kedua Belas
atas Peraturan
Pemerintah No.29 Tahun
2001 tentang Peraturan
Gaji Anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
3 R.ML.13 Optimalisasi peran unit/fungsi audit
internal di berbagai stakeholders
dalam implementasi rezim APUPPT
oleh setiap stakeholders.
POLRI, Kejaksaan,
BNN, KPK, DJP,
DJBC, MA, PT, PN,
dan Tipokor
Empat permintaan data
oleh Internal Audit
Pertamina.
4 R.TF.8 Perlu aturan/larangan dan sanksi
yang tegas terhadap praktik jual dan
beli rekening, serta
meminjamkan/memindahtangankan
penggunaan rekening seseorang
kepada orang lain.
BI dan OJK 1. Kepala Subbagian
Edukasi dan
Perlindungan Konsumen
OJK telah melakukan
imbauan atas pembelian
rekening tabungan melalui pihak lain untuk
menghindari
penyalahgunaan
rekening tabungan.
2. Tahun 2016,
Ditreskrimum Polda
Metro Jaya telah
mengungkap kasus
pemalsuan surat dan
pemalsuan dokumen kependudukan untuk
membuat rekening bank.
Tersangka dijerat dengan
Pasal 55 ayat (1) KUHP
dan/atau Pasal 56 KUHP
juncto Pasal 263 ayat (1)
dan atau ayat (2) KUHP
dan Pasal 94 juncto Pasal
77 UU RI Nomor 23
Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan dan/atau
Pasal 4 dan Pasal 5
juncto Pasal 2 ayat (1)
huruf z UU RI Nomor 8
Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 47
No. Kode
Rekomendasi
Rekomendasi NRA on ML/TF Stakeholders yang
Terkait
Strategi
Implementasi
5 R.TF.31
Pemeriksaan saksi dari intelijen
diperbolehkan untuk dilakukan
sidang di pengadilan secara tertutup.
MA (hakim)
Proses persidangan
terorisme atas nama
Aman Abdurahman
(Ketua JAD) dilakukan
secara tertutup.
Beberapa pemenuhan rekomendasi TPPT yang telah ditindaklanjuti pada tahun
2018 adalah rekomendasi R.TF.16, yaitu aparat penegak hukum perlu meningkatkan
pengamanan dan pengawasan terhadap wilayah-wilayah berisiko tinggi pada kasus
pendanaan terorisme hasil NRA TF dan pihak regulator dapat mempertimbangkan
wilayah berisiko tinggi tersebut dalam melakukan pengawasan pihak pelapor dan
rekomendasi R.TF.1, yaitu memperketat pengawasan terhadap yayasan, organisasi,
atau entitas yang beroperasi secara tidak sah atau tidak terdaftar.
Implementasi dari dua rekomendasi ini dijalankan melalui penyusunan ISIL and
Regional Terrorism Financing: 2018 dan penyusunan Non Profit Organisations &
Terrorism Financing Red Flag Indicators yang merupakan kolaborasi antara Update
from South East Asia Counter Terrorism Financing Working Group PPATK dengan
lembaga intelijen keuangan lainnya di kawasan Asia Tenggara, Australia, dan Selandia
Baru. Hasil kajian ini telah diluncurkan dalam kegiatan 5th
Counter Terrorist Financing
(CTF) Summit tahun 2019 di Manila, Filipina. Negara-negara yang terlibat dalam
kegiatan penyusunan kajian tersebut adalah Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina,
Singapura, Brunei Darussalam, Australia, dan Selandia Baru.
Gambar 3.5
Kegiatan 5th
CTF Summit di Manila
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 48
Tabel 3.15
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-4 Tahun 2015-2019
Pada tahun 2019, target kinerja indikator Persentase rekomendasi NRA yang
ditindaklanjuti adalah 100% dan realisasi kinerja indikator kinerja adalah 97,78%. Dengan
demikian, capaian kinerja indikator kinerja tersebut adalah 97,78%. Secara persentase,
capaian kinerja IKSS ini pada tahun 2019 menurun sebesar 13,33% apabila dibandingkan
dengan capaian kinerja pada tahun 2018. Namun, secara persentase, realisasi kinerja pada
tahun 2019 meningkat sebesar 8,89% apabila dibandingkan dengan tahun 2018.
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, realisasi kinerja cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Namun, capaian kinerja cenderung mengalami
penurunan karena target kinerja selalu meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
rekomendasi NRA dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan
terorisme telah banyak ditindaklanjuti oleh para stakeholders PPATK.
Berdasarkan Tabel 3.15, capaian kinerja tahun 2019 sudah cukup baik. Namun,
terdapat kendala yang dihadapi dalam menindaklanjuti hasil rekomendasi NRA.
Kondisi tersebut disebabkan 67% penanggung jawab utama rekomendasi NRA
merupakan pihak eksternal. Namun demikian, PPATK telah melakukan berbagai
upaya dalam berbagai kegiatan sosialisasi kepada pihak pelapor secara langsung untuk
dapat merespon hasil rekomendasi NRA tersebut.
Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh PPATK untuk mencapai kinerja IKSS
tersebut, sebagai berikut:
1. Rekomendasi NRA yang telah ditindaklanjuti lebih banyak yang berkaitan
kewenangan PPATK.
2. PPATK berkoordinasi secara intensif dengan Tim Teknis Komite TPPU dan para
stakeholders terkait.
Persentase rekomendasi National
Risk Assessment (NRA) yang
ditindaklanjuti
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target 20% 40% 60% 80% 100%
Realisasi 35,56% 55,56% 77,78% 88,89% 97,78%
Capaian 178% 120% 120% 111,11% 97,78%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 49
3. PPATK melakukan sosialisasi dan koordinasi terkait hasil rekomendasi NRA kepada
stakeholders terkait.
Tabel 3.16
Perbandingan Realisasi IKSS ke-4 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS
Target Tahun Realisasi
Tahun 2019
Persentase
Realisasi
Dibanding
Target Tahun
2019
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase
rekomendasi NRA
yang ditindaklanjuti
20% 40% 60% 80% 100% 97,78% 97,78%
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini telah
mencapai 97,78%. Secara persentase, capaian kinerja ini sudah baik. Upaya-upaya yang
akan ditempuh oleh PPATK untuk meningkatkan kinerja pada periode pengukuran
kinerja selanjutnya adalah:
1. PPATK berkoordinasi secara intensif dengan Tim Teknis Komite TPPU dan
stakeholders terkait.
2. PPATK melakukan pemantauan yang dilakukan secara berkala atas tindak lanjut
rekomendasi NRA yang kewenangannya berada pada stakeholders terkait.
Sasaran strategis 3 dimaksudkan untuk mengetahui kualitas hasil analisis, hasil
pemeriksaan, dan informasi PPATK yang disampaikan kepada penyidik terkait terdapat
dugaan TPPU dan pendanaan terorisme. Sasaran strategis 3 diukur melalui satu IKU,
yaitu Persentase peningkatan pengungkapan kasus TPPU dan pendanaan terorisme di
Indonesia. Pencapaian kinerja SS 3 pada tahun 2019 adalah baik dengan capaian kinerja
sebesar 83,35%.
Sasaran Strategis 3:
Meningkatnya pengungkapan kasus TPPU dan pendanaan terorisme
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 50
Capaian kinerja sasaran strategis ketiga diukur keberhasilannya melalui
pencapaian satu IKSS, yaitu Persentase peningkatan pengungkapan kasus TPPU dan
pendanaan terorisme di Indonesia. Pada tahun 2019, terdapat empat belas kasus TPPU
dan pendanaan terorisme yang terdapat kontribusi HA, HP, dan informasi yang telah
sampai pada tahap penuntutan di pengadilan dengan rincian sepuluh kasus yang terkait
HA dan empat kasus yang terkait HP. Pada tahun 2018 terdapat dua belas kasus TPPU
dan pendanaan terorisme yang terdapat kontribusi HA, HP, dan informasi yang telah
sampai pada tahap penuntutan di pengadilan dengan rincian dua belas kasus yang terkait
HA. Dengan demikian, terdapat peningkatan sebanyak dua kasus yang berhasil diungkap
pada tahun 2019 apabila dibandingkan dengan realisasi kasus yang terungkap selama
tahun 2018.
Pencapaian kinerja IKSS tersebut dapat tercapai melalui pelaksanaan kegiatan-
kegiatan, sebagai berikut:
1. Dua puluh kali penyelenggaraan asistensi penanganan perkara TPPU dengan
rincian, sebagai berikut:
Tabel 3.17
Asistensi Penanganan Perkara TPPU Tahun 2019
No. Tanggal Daerah Tindak Pidana
(TP)
Status Perkara
Sebelum
Asistensi
Status
Perkara
Setelah
Asistensi
1 23-25
Februari
2019
Asistensi dan
Keterangan Ahli
Polda Sumsel
TPPU dengan
tindak pidana asal
(TPA) penipuan
Penyidikan Kasus sudah
Tahap II
(dilimpahkan
ke JPU/P.21)
2 29 April-1
Mei 2019
Asistensi dan
Keterangan Ahli
Polda Jateng
TPPU dengan
TPA perbankan
Penyidikan Kasus sudah
dilimpahkan
ke JPU/P.21
3 7-8 Mei 2019 Asistensi Kanwil
DJP Bengkulu dan
Lampung
TP perpajakan Penyidikan Kasus sudah
dilimpahkan
ke JPU/P.21
IKSS 5: Persentase peningkatan pengungkapan kasus TPPU dan
pendanaan terorisme di Indonesia
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 51
No. Tanggal Daerah Tindak Pidana
(TP)
Status Perkara
Sebelum
Asistensi
Status
Perkara
Setelah
Asistensi
4 16-18 Mei
2019
Asistensi dan
Keterangan Ahli
Polres
Banyuwangi
TPPU dengan
TPA perjudian
Penyidikan Kasus sudah
dilimpahkan
ke JPU/P.21
5 18-20 Agustus
2019
Asistensi dan
Pemeriksaan Ahli
di Polres
Banyuwangi
TPPU dengan
TPA penipuan
Penyidikan Kasus sudah
dilimpahkan
ke JPU/P.21
6 21-24 Agustus
2019
Asistensi dan
Pemeriksaan Ahli
di Kejati Sultra
TP korupsi Penyidikan Kasus sudah
dilimpahkan
ke JPU/P.21
7 3-5 September
2019
Asistensi dan
Pemeriksaan Ahli
di Polda Sumut
TPPU dengan
TPA narkotika
Penyelidikan Kasus sudah
pada Tahap
1 (proses
koordinasi
berkas
perkara ke
Kejaksaan
untuk
memperoleh
arahan Jaksa
Penuntut
Umum)
8 11-13
September
2019
Asistensi dan
Pemeriksaan Ahli
di Polrestabes
Semarang
TPPU dengan
TPA korupsi
Penyelidikan Tahap
penetapan
tersangka
9 26-28
September
2019
Asistensi di BNN
Provinsi Jatim
TPPU dengan
TPA narkotika
Penyelidikan Tahap I ke
Kejati
Sumatera
Utara
10 8-10 Oktober
2019
Asistensi di Kejari
kabupaten Subang
TP Korupsi Penyidikan Kasus sudah
pada Tahap
II
(dilimpahkan
ke JPU/P.21)
11 22 - 24
Oktober 2019
Asistensi di Kejati
Bali
TP Korupsi Penyelidikan Kasus sudah
pada Tahap I
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 52
No. Tanggal Daerah Tindak Pidana
(TP)
Status Perkara
Sebelum
Asistensi
Status
Perkara
Setelah
Asistensi
12 31 Oktober - 2
November
2019
Asistensi di
Ditresnarkoba
Polda Jambi
TPPU dengan
TPA narkotika
Penyidikan Kasus sudah
dilimpahkan
ke JPU/P.21
13 5-7 November
2019
Asistensi di Polda
Kaltim
TPPU dengan
TPA korupsi
Penyelidikan Kasus sudah
pada Tahap I
14 13-15
November
2019
Asistensi di
Polresta Lumajang
TP penipuan
skema piramida
Penyidikan Kasus sudah
dilimpahkan
ke JPU/P.21
15 13-15
November
2019
Asistensi di Polda
Jambi
TPPU dengan
TPA penggelapan
dalam jabatan
Penyidikan Kasus sudah
dilimpahkan
ke JPU/P.21
16 18-21
November
2019
Asistensi dan
Keterangan ahli di
Polda Kalsel
TPPU dengan
TPA Narkotika
Penyelidikan Peningkatan
dari
penyelidikan
ke tahap
penyidikan
17 28-30
November
2019
Asistensi di
BNNP Sulsel
TPPU dengan
TPA narkotika
Penyidikan Belum
terdapat
peningkatan
status
perkara
18 2-4
Desember
2019
Asistensi di Polres
Kotawaringin
Barat
TPPU dengan
TPA penipuan
Penyelidikan Belum
terdapat
peningkatan
status
perkara
19 9-11
Desember
2019
Asistensi di Polda
Aceh
TPPU dengan
TPA narkotika
Penyidikan Belum
terdapat
peningkatan
status
perkara
20 18-20
Desember
2019
Asistensi di Polda
Jawa Timur
TPPU dengan
TPA Informasi
dan Transaksi
Elektronik (ITE)
Penyelidikan Belum
terdapat
peningkatan
status
perkara
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 53
2. Pelaksanaan rapat koordinasi dengan apgakum penyidik TPPU, instansi penyidik
non-TPPU, maupun kementerian/lembaga yang terkait dengan HA, HP, dan
Informasi. Hasil rapat koordinasi telah memantau 132 HA, 7 HP, dan 45 Informasi.
3. Pengiriman surat PPATK mengenai permintaan informasi tindak lanjut (feedback)
yang memantau 246 HA, 3 HP, dan 187 Informasi kepada apgakum penyidik TPPU
atau kementerian/lembaga peminta infomasi.
4. Pelaksanaan courtesy call Kepala PPATK dengan Panglima TNI yang memantau 14
HA, 2 HP, dan 8 Informasi yang telah disampaikan sebelumnya.
5. Penerimaan email mengenai penyampaian feedback dari instansi atas 91 HA, 5 HP,
dan 128 Informasi.
6. Pengiriman email untuk memantau tindak lanjut 108 HA, 4 HP, dan 170 Informasi
kepada apgakum penyidik TPPU atau kementerian/lembaga peminta infomasi.
Rincian mengenai sepuluh kasus HA dalam capaian IKSS ini, meliputi:
a. Surat SP2HP dari Ditreskrimsus Polda Sumatera Selatan Nomor:
B/4477/X/RES.2.6/2019/Ditreskrimsus tanggal 21 Oktober 2019 yang
menginformasikan bahwa kasus TPPU dengan tindak pidana asal penipuan atas
nama tersangka DS, dkk telah P21 dan sudah divonis bersalah pada 3 Oktober
2019.
b. Surat SP2HP dari Dittipidkor Bareskrim Polri No:
SP2HP/299/X/RES.3.1/2019/Tipidkor tanggal 18 Oktober 2019 yang
menginformasikan bahwa kasus tindak pidana korupsi pada pejabat PT PJU atas
nama tersangka AM dkk telah sampai pada tahap penuntutan pada Oktober 2019.
c. Surat penyampaian feedback dari DitResnarkoba Polda Sumsel Nomor:
R/227/X/Res.4.2/2019 tanggal 6 Oktober 2019 yang menginformasikan bahwa
kasus tindak pidana narkotika atas nama tersangka R telah sampai pada tahap
penuntutan pada Oktober 2019.
d. Feedback dari Dittipidkor Bareskrim Polri yang menginformasikan bahwa kasus
tindak pidana korupsi atas nama tersangka ARM telah sampai pada tahap
penuntutan pada Mei 2019.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 54
e. Feedback dari Densus 88 Anti Teror Polri yang menginformasikan bahwa kasus
tindak pidana terorisme dan pendanaan terorisme atas nama tersangka RG telah
sampai pada tahap penuntutan pada Juni 2019.
f. Feedback data penanganan perkara TPPU dari DitReskrimsus Polda Aceh yang
menginformasikan bahwa kasus TPPU dengan tindak pidana asal korupsi atas
nama tersangka MAF telah sampai pada tahap penuntutan pada Mei 2019.
g. Surat SP2HP dari Dittipidkor Bareskrim Polri Nomor:
SP2HP/282/IX/2019/Tipidkor tanggal 19 September 2019 yang
menginformasikan bahwa kasus tindak pidana korupsi penggunaan anggaran
pada APBD Pemkot atas nama tersangka ESH telah sampai pada tahap
penuntutan pada September 2019.
h. Surat Badan Narkotika Nasional Nomor: B/06/DE/PB.06/III/2019/BNN tanggal
8 Maret 2019 perihal Penyampaian Feedback Hasil Analisis dan Informasi
PPATK yang menginformasikan bahwa kasus TPPU dengan tindak pidana asal
narkotika atas nama tersangka NL dan A telah sampai pada tahap persidangan
pada 4 Maret 2019.
i. Feedback dari Ditreskrimsus Polda Riau yang menginformasikan bahwa kasus
tindak pidana korupsi pada pengadaan barang yang menggunakan dana APBD
Provinsi atas nama tersangka EM, dkk telah sampai pada tahap persidangan pada
Juni 2019.
j. Feedback dari Ditreskrimsus Polda Jawa Timur yang menginformasikan bahwa
kasus tindak pidana penipuan dan/atau penggelapan dan/atau TPPU atas nama
tersangka HP telah sampai pada tahap persidangan pada September 2019.
Rincian mengenai 4 kasus HP telah memperoleh putusan vonis di pengadilan,
meliputi:
a. Kasus tindak pidana narkotika dan TPPU atas nama tersangka DY.
b. Kasus tindak pidana narkotika dan TPPU atas nama tersangka HR.
c. Kasus tindak pidana narkotika dan TPPU atas nama tersangka FH.
d. Kasus tindak pidana narkotika dan TPPU atas nama tersangka LB.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 55
Tabel 3.18
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-5 Tahun 2015-2019
Pada tahun 2019, target kinerja indikator Persentase peningkatan pengungkapan kasus
TPPU dan pendanaan terorisme di Indonesia adalah 20% dan realisasi kinerja adalah 16,67%.
Capaian kinerja indikator kinerja tersebut adalah 83,35%. Realisasi kinerja IKSS ini pada
tahun 2019 belum berhasil mencapai target kinerja.
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, realisasi kinerja cenderung
berfluktuatif antara 14,29%-20%. Capaian kinerja cenderung mengalami penurunan
karena target kinerja selalu meningkat pada setiap tahunnya. Namun demikian, capaian
kinerja ini cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa PPATK berhasil meningkatkan
pengungkapan kasus TPPU dan pendanaan terorisme selama periode renstra tersebut.
Kendala-kendala dalam pencapaian kinerja IKSS disebabkan, antara lain sebagian
besar hasil pemantauan yang disampaikan oleh penyidik adalah bahwa kasus masih pada
tahap penyelidikan dan penyidikan. Selain itu, terdapat kasus-kasus lain yang masih
dalam tahap pra penyelidikan atau dalam tahap pengumpulan bahan keterangan. Bahkan,
terdapat beberapa kasus telah dihentikan dengan keluarnya Surat Perintah Penghentian
Penyidikan (SP3). Dengan demikian, kasus-kasus tersebut belum sampai pada tahap
penuntutan dan/atau pemeriksaan di pengadilan.
Tabel 3.19
Perbandingan Realisasi IKSS ke-5 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun
2019
Persentase
Realisasi
Dibanding
Target Tahun
2019
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase peningkatan
pengungkapan kasus TPPU dan pendanaan
terorisme di Indonesia
10% 10% 15% 20% 20% 16,67% 83,35%
Persentase peningkatan
pengungkapan kasus TPPU dan
pendanaan terorisme di Indonesia
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target 10% 10% 15% 20% 20%
Realisasi 16% 14,29% 25% 20% 16,67%
Capaian 160% 120% 120% 100% 83,35%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 56
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini telah
mencapai 83,35%. Secara persentase, capaian kinerja ini sudah baik dan PPATK akan
meningkatkan capaian kinerja tersebut pada tahun mendatang. Upaya-upaya yang akan
ditempuh oleh PPATK untuk meningkatkan kinerja pada periode pengukuran kinerja
selanjutnya, antara lain:
1) PPATK menyelenggarakan kegiatan asistensi penanganan perkara TPPU di daerah
yang melibatkan para analis, para pemeriksa, dan pegawai yang memiliki kompetensi
sebagai ahli, sehingga dapat membantu penyidik dalam menindaklanjuti Informasi,
HP, dan HA PPATK dan pemahaman hukum dalam proses penanganan perkara.
Dengan demikian, waktu yang dibutuhkan penyidik dalam meningkatkan status
perkara dapat dipercepat.
2) PPATK melaksanakan komunikasi secara intensif dengan para penyidik yang
menerima Informasi, HA, dan HP PPATK guna menggali kebutuhan penyidik dalam
menindaklanjuti Informasi, HA, dan HP PPATK.
Persepektif proses internal terdiri atas lima sasaran strategis dengan enam IKSS.
Capaian kinerja atas perspektif ini adalah 101,39%. Rincian kondisi capaian setiap IKSS
yang terdapat pada perspektif ini, sebagai berikut:
Sasaran strategis 4 dimaksudkan agar PPATK mengetahui tingkat efektivitas
pelaksanaan kerja sama dengan para stakeholders PPATK dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme. Sasaran strategis 4 diukur melalui satu
IKSS, yaitu Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti. Pencapaian kinerja SS 4 pada
tahun 2019 adalah baik dengan capaian kinerja sebesar 100%.
Sasaran Strategis 4:
Meningkatnya efektivitas kerja sama pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme
2. Persepektif Proses Internal
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 57
Capaian kinerja sasaran strategis keempat diukur keberhasilannya melalui satu
IKSS, yaitu Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti. Target kinerja pada tahun 2019
adalah 100% dengan realisasi kinerja sebesar 100%. Dengan demikian, capaian kinerja
sebesar 100%.
Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti telah dilaksanakan melalui kegiatan-
kegiatan, meliputi:
1. Penandatanganan empat belas dokumen kerja sama berupa Nota Kesepahaman
(MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Kementerian/Lembaga/Instansi
(K/L/I), sebagai berikut:
a. MoU tentang Pencegahan, Pengawasan, dan Penanganan Permasalahan
Penyelenggaraan Ibadah Umrah di Jakarta (MoU Satgas Umrah) pada 8 Februari
2019.
b. MoU dengan Kementerian BUMN di Jakarta pada 14 Februari 2019.
c. Pembaruan MoU dengan Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta pada 19 Februari
2019.
d. Pembaruan PKS dengan Ditjen Administrasi Hukum Umum Kemenkumham di
Jakarta pada 6 Maret 2019.
e. Pembaruan MoU dengan Komisi Pemilihan Umum di Jakarta pada 21 Maret
2019.
f. Pembaruan PKS dengan Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil di Jakarta pada
9 April 2019.
g. PKS tentang Pembentukan Satuan Tugas Pencegahan, Pengawasan dan
Penanganan Permasalahan Penyelenggaraan Ibadah Umrah (PKS Satgas Umrah)
di Jakarta pada 7 Mei 2019.
h. MoU antara Sekretaris Utama PPATK dengan Plt. Direktur Utama Lembaga
Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di Jakarta pada 8 Mei 2019.
i. Pembaruan MoU dengan Universitas Diponegoro di Jakarta pada 27 Mei 2019.
j. MoU dengan Badan Pusat Statistik (BPS) di Jakarta pada 24 Juni 2019.
IKSS 6: Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 58
k. Pembaruan MoU dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di
Jakarta pada 19 September 2019.
l. PKS dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di Jakarta pada 30
September 2019.
m. Pembaruan MoU dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) di Jakarta pada 1 Oktober 2019.
n. MoU dengan Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan di Jakarta pada 31
Oktober 2019.
2. PPATK melaksanakan empat kali rapat Komite TPPU dan organ Komite TPPU
dengan rincian, sebagai berikut:
a. Rapat Komite TPPU tanggal 28 Mei 2019 di PPATK yang dipimpin oleh Menko
Polhukam selaku Ketua Komite TPPU dengan agenda, sebagai berikut:
1) Penetapan dan Diseminasi Rencana Aksi Strategi Nasional TPPU dan TPPT
Tahun 2019.
2) Kegiatan launching NRA (National Risk Assessment) Updated tahun 2019.
3) Persiapan Indonesia dalam menghadapi MER (Mutual Evaluation Review)
tahun 2020.
b. Rapat Kelompok Kerja Komite TPPU yang dipimpin oleh Deputi Bidang
Pemberantasan PPATK pada 10 Oktober 2019 di PPATK dengan agenda
pembahasan harmonisasi pengkinian penilaian risiko sektor organisasi
kemasyarakatan dalam upaya Indonesia terhadap pemenuhan Rekomendasi
FATF.
c. Rapat Tim Pelaksana Komite TPPU yang dipimpin oleh Kepala PPATK pada 25
November 2019 di PPATK dengan agenda pembahasan Persiapan Indonesia
dalam menghadapi prosedur lanjutan MER FATF setelah penyampaian
Dokumen Kepatuhan Teknis pada 23 September 2019 dan Dokumen Penilaian
Efektivitas pada 11 November 2019 oleh Indonesia kepada Sekretariat FATF,
Evaluasi Pelaporan Rencana Aksi Tahun 2019 Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 59
melalui aplikasi SIPPENAS, dan Koordinasi antarlembaga terkait upaya-upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
d. Rapat Komite TPPU level menteri yang dipimpin oleh Menko Polhukam selaku
Ketua Komite TPPU pada 13 Desember 2019 di PPATK dengan agenda
pembahasan persiapan Indonesia dalam menghadapi prosedur lanjutan Financial
Action Task Force Mutual Evaluation Review Indonesia.
3. Melaksanakan koordinasi tindak lanjut kerja sama dengan instansi-instansi dalam
negeri yang telah memiliki dokumen kerja sama dengan PPATK dengan cara
mengundang dan menghadiri undangan rapat koordinasi, sosialisasi, seminar,
pelatihan, dan/atau workshop dengan agenda pembahasan isu-isu terkini dan
rancangan peraturan.
Sejak tahun 2003 s.d. tahun 2019, PPATK telah menandatangani 139 Dokumen
Kerja Sama (MoU, Perjanjian Kerja Sama/PKS, dan Kesepakatan Bersama) dengan 105
K/L/I dalam negeri. Pada tahun 2019 tidak terdapat pertambahan jumlah K/L/I yang
baru karena MoU dengan Kementerian Lingkunga Hidup dan Kehutanan dan MoU
dengan Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan merupakan pembaruan, sehingga
tetap berjumlah 105 K/L/I. Namun, terdapat 2 (dua) K/L yang menjalin MoU telah
dibubarkan, yaitu Bapepam dan Ditjen Lembaga Keuangan.
Selain itu, terdapat dua instansi yang telah berakhir masa tugasnya, meliputi:
1. Satgas Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation Plus (REDD)
telah berakhir pada 30 Juni 2013 karena pemerintah membentuk Badan Pengelola
REDD (sesuai Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2013).
2. Gugus Tugas Pengawasan Pemilu yang berakhir pada 2014, yaitu tiga bulan setelah
selesainya semua tahapan pemilu tahun 2014.
Selain itu, terdapat perubahan nomenklatur terhadap dua mitra MoU, yaitu
Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat yang digabung
menjadi satu kementerian. Dengan demikian, PPATK telah menjalin 136 dokumen kerja
sama dengan 102 K/L/I dalam negeri.
Sampai dengan triwulan III tahun 2019, dari 136 Dokumen Kerja Sama, terdapat
79 Dokumen Kerja Sama yang masih berlaku sampai dan telah ditindaklanjuti selama
tahun 2003-2019. Dua Dokumen Kerja Sama yang ditandatangani pada triwulan IV
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 60
tahun 2019 merupakan dokumen dengan masa berlaku yang baru, yaitu pembaruan MoU
dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan pembaruan MoU dengan
Sekjen Kemenkeu, sehingga terdapat 81 Dokumen Kerja Sama.
Selanjutnya, pada triwulan IV tahun 2019, terdapat empat Dokumen Kerja Sama
yang telah diakhiri oleh PPATK melalui surat pengakhiran kerja sama, yaitu MoU
dengan Pemprov Aceh, MoU dengan Rumah Sakit Fatmawati, MoU dengan Universitas
Cendrawasih, dan MoU dengan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Surat
pengakhiran kerja sama tersebut disampaikan oleh PPATK pada 19 Februari 2019.
Dengan demikian, jumlah Dokumen Kerja Sama yang masih berlaku dan telah
ditindaklanjuti selama tahun 2003-2019 adalah 77 Dokumen Kerja Sama. Dari 77
Dokumen Kerja Sama tersebut, PPATK telah menindaklanjuti kerja sama dalam 77
Dokumen Kerja sama pada tahun 2019. Dengan demikian, realisasi kinerja IKSS ini
pada tahun 2019 adalah 100%.
Tabel 3.20
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-6 PPATK Tahun 2015-2019
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, target kinerja IKSS ini selalu
tetap, yaitu 100%. Realisasi dan capaian kinerja cenderung meningkat selama empat
tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa PPATK selalu berusaha untuk
menindaklanjuti setiap dokumen kerja sama yang telah disepakati dengan mitra kerja
PPATK.
Persentase kerja sama yang
ditindaklanjuti
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target 100% 100% 100% 100% 100%
Realisasi 94% 91,8% 94,29% 97,14% 100%
Capaian 94% 91,8% 94,29% 97,14% 100%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 61
Tabel 3.21
Perbandingan Realisasi IKSS ke-6 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun
2019
Persentase
Realisasi
Dibanding
Target Tahun
2019
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase
kerja sama
yang
ditindaklanjuti
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Berdasarkan Tabel 3.21, diketahui bahwa pada tahun 2019, target kinerja indikator
Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti adalah 100% dan realisasi kinerja sebesar 100%.
Capaian kinerja indikator kinerja tersebut adalah 100%. Capaian kinerja IKSS ini sangat baik
karena berhasil mencapai target kinerja.
Dampak positif pelaksanaan MoU dan PKS bagi PPATK, antara lain:
1. Pendorong pelaksanaan pembangunan Sistem Aplikasi Basis Data Politically
Exposed Persons (PEPs) Berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK)
Merujuk pada tindak lanjut implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2016
tentang Tata Cara Penyampaian Data dan Informasi oleh Instansi Pemerintah
dan/atau Lembaga Swasta dalam Pencegahan dan Pemberantasan TPPU dan
pelaksanaan pembangunan Sistem Aplikasi Basis Data PEPs berbasis NIK, MoU dan
PKS yang dijalin oleh PPATK dengan instansi pemilik data dapat mendorong
pembangunan dan pengembangan jaringan aplikasi Basis Data PEPs berbasis web
service. MoU dan PKS yang ditandatangani oleh PPATK dan masih berlaku untuk
mendukung aplikasi Basis Data PEPs, antara lain:
a) MoU dan PKS dengan Bank Indonesia pada 5 Maret 2015.
b) MoU dengan Komisi Pemberantasan Korupsi pada 12 Februari 2015.
c) PKS dengan Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM pada 31 Mei 2018.
d) MoU dan PKS dengan Badan Kepegawaian Negara pada 3 Oktober 2018.
e) MoU dengan Menkumham pada 15 November 2018 dan PKS dengan Ditjen
Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum dan HAM pada 6 Maret
2019.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 62
f) MoU dengan Mendagri pada 14 Desember 2018 dan PKS dengan Dirjen Dukcapil
pada 9 April 2019.
g) MoU dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 13 Maret 2019.
2. Perluasan akses sumber data yang dimiliki oleh PPATK
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) merupakan kejahatan luar biasa yang berkembang
semakin kompleks, menggunakan modus yang semakin variatif, memanfaatkan lembaga di
luar sistem keuangan, dan telah merambah ke berbagai sektor. Oleh karena itu, PPATK
terus berupaya meningkatkan kualitas informasi intelijen keuangan berupa Hasil Analisis,
Hasil Pemeriksaan, dan Informasi yang disampaikan kepada aparat penegak hukum.
Peningkatan kualitas produk memerlukan sumber data yang semakin lengkap atau variatif
untuk diolah, sehingga informasi PPATK semakin akurat dan bermanfaat bagi apgakum.
PPATK berwenang untuk meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi
pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan
informasi. Wewenang PPATK tersebut juga mencakup PPATK memperoleh hak akses ke
sistem teknologi informasi atau aplikasi yang dikelola oleh instansi pemerintah.
Wewenang PPATK untuk memperoleh hak akses ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyampaian Data dan Informasi oleh Instansi
Pemerintah dan/atau Lembaga Swasta dalam Pencegahan dan Pemberantasan TPPU
sebagai delegasi dari Pasal 41 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan TPPU.
Implementasi konkret PPATK untuk memperluas sumber data melalui web portal telah
diwujudkan pada tahun 2019 melalui kerja sama dan penyamaan persepsi dengan instansi
terkait, sehingga PPATK telah berhasil melakukan perluasan hak akses ke sumber data
yang dikelola oleh instansi pemilik data, antara lain:
Tabel 3.22
Implementasi Kerja sama Tahun 2019
No. Dasar Kerja sama dengan Instansi
Pemilik Data
Sumber Data Data yang Diperoleh
PPATK
1. Implementasi Perjanjian Kerja Sama
(PKS) antara PPATK dengan
Direktorat Jenderal Administrasi
Hukum Umum Kemenkumham
Sistem AHU Online,
yaitu pada aplikasi
Sistem Administrasi
Badan Hukum
a) Data Perseroan
Terbatas;
b) Data Yayasan; dan
c) Data Perkumpulan
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 63
No. Dasar Kerja sama dengan Instansi
Pemilik Data
Sumber Data Data yang Diperoleh
PPATK
tanggal 6 Maret 2019. Sistem AHU Online,
yaitu pada aplikasi
Sistem Badan Usaha.
a) Data Persekutuan
Komanditer (CV).
b) Data Persekutuan Firma.
c) Data Persekutuan
Perdata.
Aplikasi Pelaporan
Beneficial Owner
a) Data Beneficial Owner
b) Data Korporasi
2. Implementasi PKS antara PPATK
dengan Badan Kepegawaian Negara
tanggal 3 Oktober 2018.
Informasi Pegawai
Aparatur Sipil Negara
Data Pegawai Aparatur Sipil
Negara, meliputi data ASN,
data keluarga, dan data
riwayat.
3. Implementasi Nota Kesepahaman
antara PPATK dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi.
Sistem Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara
Negara Elektronis (e-
LHKPN)
Data Penyelenggara Negara
4. Implementasi PKS antara PPATK
dengan Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Catatan Sipil
Kemendagri tanggal 9 April 2019.
Sistem mengenai
kependudukan dan
catatan sipil
Pemanfaatan data Nomor
Induk Kependudukan, Data
Kependudukan, dan Kartu
Tanda Penduduk Elektronik
(e-KTP)
5. Implementasi PKS antara PPATK
dengan Ditjen Imigrasi tanggal 31
Mei 2018.
Sistem Informasi
Manajemen
Keimigrasian (SIMKIM)
Informasi paspor Warga
Negara Indonesia (WNI),
perlintasan WNI, dan
perlintasan Warga Negara
Asing (WNA)
3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pegawai PPATK
MoU dan PKS bermanfaat bagi pengembangan sumber daya manusia di PPATK, meliputi:
a) MoU dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kemenkeu pada 8 Mei
2019 dan PKS dengan LPDP pada 30 September 2019 yang khusus mengatur
pemberian kesempatan kepada pegawai PPATK untuk memperoleh beasiswa LPDP
dalam melanjutkan jenjang pendidikan tinggi pada perguruan tinggi baik dalam negeri
maupun luar negeri.
b) MoU dengan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) pada 7 Maret 2017
sebagai dasar PPATK dalam mengikuti program pendidikan dan pelatihan dalam
sektor jasa keuangan upaya penguatan pemahaman mengenai rezim APU PPT.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 64
4. Penambahan jumlah pegawai PPATK yang berkualitas dalam bidang administrasi dan
keuangan negara
MoU berdampak positif bagi PPATK untuk memenuhi pegawai PPATK yang berkualitas
dalam bidang administrasi dan keuangan negara melalui MoU dengan Sekretaris Jenderal
Kementerian Keuangan pada 4 Oktober 2018 dan 31 Oktober 2019 tentang Penempatan
Lulusan Politeknik Keuangan Negara STAN tahun 2019 di luar Kementerian Keuangan
yang telah lulus seleksi kompetensi dasar. Hasilnya, PPATK telah menerima sejumlah
pegawai baru lulusan PKN STAN pada tahun 2018 dan 2019 untuk meningkatkan kualitas
pengelolaan administrasi dan keuangan di PPATK.
Dampak positif capaian IKSS Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti terhadap
sasaran strategi meningkatnya efektivitas kerja sama pencegahan dan pemberantasan TPPU
adalah:
1. Tindak lanjut kerja sama melalui Komite TPPU telah mendorong efektivitas Indonesia
dalam mempersiapkan proses penilaian MER FATF agar dapat memperoleh penilaian
yang memuaskan. Hal ini dilaksanakan dalam untuk memenuhi rekomendasi FATF dan
peningkatan status Indonesia dalam proses pengajuan Indonesia menjadi anggota
FATF, sehingga harus berkoordinasi dengan berbagai instansi. Dalam menghadapi
MER FATF, PPATK pada tahun 2019 telah menindaklanjuti kerja sama dalam Komite
TPPU dengan hasil, sebagai berikut:
a. Indonesia telah menetapkan Rencana Aksi Tahun 2019 sebagai kelanjutan dari
pelaksanaan Rencana Aksi Tahun 2019 dalam rerangka Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana
Pendanaan Terorisme (Stranas TPPU dan TPPT) periode 2017-2019 pada 28 Mei
2019. Rencana Aksi Tahun 2019 adalah melanjutkan Rencana Aksi Tahun 2018
yang belum selesai dilaksanakan dan memperbaiki kekurangan (deficiencies)
Indonesia sebagaimana temuan yang dipublikasikan dalam hasil MER Indonesia
oleh APG tahun 2018.
b. Komite TPPU telah menyampaikan Dokumen Kepatuhan Teknis pada 23
September 2019 dan Dokumen Penilaian Efektivitas pada 11 November 2019
kepada Sekretariat FATF.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 65
c. Komite TPPU telah mempersiapkan on site visit MER FATF yang akan
dilaksanakan pada 4-20 Maret 2020 di Indonesia dengan memberikan arahan
kepada seluruh anggota Komite TPPU untuk melaksanakan priority actions teknis
untuk mengatasi defisiensi yang masih dimiliki Indonesia dalam memenuhi
Rekomendasi FATF.
2. Tindak lanjut kerja sama melalui Komite TPPU telah mendorong Indonesia menetapkan
Rencana Aksi Tahun 2019 dalam Stranas TPPU dan TPPT Tahun 2017-2019 untuk
memperkuat rezim APU-PPT melalui pendekatan berbasis risiko.
3. Efektivitas kerja sama dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU juga ditingkatkan
dengan diterapkannya sistem aplikasi SIPPENAS dalam upaya pelaporan Strategi
Nasional PP TPPU oleh setiap anggota komite TPPU. Seluruh anggota Komite TPPU
telah melaporkan capaian kinerjanya melalui aplikasi tersebut.
4. Efektivitas kerja sama pencegahan dan pemberantasan pendanaan terorisme diwujudkan
melalui kesuksesan PPATK menjadi co-host kegiatan 5th Counter Terrorism Financing
Summit (CTF Summit) pada 12-15 November 2019 di Manila, Filipina. Kegiatan 5th
CTF Summit telah menghasilkan dokumen Manila Communiqué.
PPATK melakukan upaya-upaya yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja pada
periode pengukuran kinerja selanjutnya, antara lain:
1. PPATK telah menyusun SOP pelaksanaan kerja sama dengan pihak dalam dan luar
negeri. Hasil pembahasan tersebut adalah pengesahan Peraturan Kepala PPATK
Nomor: PER-12/1.03/PPATK/08/15 tentang Pedoman Penyusunan, Pelaksanaan, dan
Evaluasi Perjanjian dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang dan Pendanaan Terorisme. Peraturan kepala tersebut mengatur pedoman yang
dapat menyelesaikan kendala dalam hal-hal strategis, sebagai berikut:
a. Pedoman analisis kriteria kelayakan pihak dalam dan luar negeri dan identifikasi
kebutuhan kerja sama dalam proses penyusunan perjanjian.
b. Pedoman dalam proses penjajakan, penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi
perjanjian.
2. PPATK akan membuat database seluruh dokumen kerja sama dalam bentuk MoU dan
Perjanjian Kerja Sama yang memuat inventarisasi ketentuan-ketentuan perjanjian yang
strategis yang meliputi hal-hal, sebagai berikut:
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 66
a. Masa berlaku.
b. Waktu diperlukannya peninjauan kembali.
c. Ruang lingkup kerja sama.
d. Keterangan terkait masa berlakunya kerja sama.
e. Bentuk tindak lanjut kerja sama pada tahun berjalan.
3. Untuk memastikan dokumen kerja sama dapat ditindaklanjuti, PPATK telah menyusun
analisis kelayakan kerja sama dalam negeri di dalam setiap penjajakan kerja sama
dengan calon mitra kerja sama yang baru ataupun proses penjajakan dalam pembaruan
dokumen kerja sama. Analisis tersebut disampaikan kepada Direktorat Hukum untuk
dilakukan penyusunan legal drafting. Analisis kelayakan kerja sama tersebut merujuk
pada amanat yang tercantum pada pasal 8 ayat (1) Peraturan Kepala PPATK Nomor:
PER-12/1.03/PPATK/08/15 tentang Pedoman Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi
Perjanjian dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme dengan melakukan analisis terkait aspek-aspek, sebagai berikut:
a. Kejelasan status hukum.
b. Kemanfaatan.
c. Kesediaan untuk menjalin kerja sama.
d. Komitmen yang baik dan saling percaya.
e. Kesediaan untuk menaati peraturan perundang-undangan.
Sasaran strategis 5 dimaksudkan agar PPATK dapat mengukur kualitas hasil riset
yang dilakukan PPATK, sehingga diketahui manfaat hasil riset bagi pihak eksternal
dalam upaya mendorong usaha pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan
terorisme. Sasaran strategis 5 dipantau keberhasilannya melalui satu IKSS, yaitu Tingkat
kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme. Pencapaian kinerja SS 5 pada tahun
2019 adalah cukup baik dengan capaian kinerja sebesar 97%.
Sasaran Strategis 5:
Meningkatnya kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 67
Tingkat kualitas Hasil Riset TPPU dan Pendanaan Terorisme adalah hasil
penilaian oleh pengguna Laporan Hasil Riset (LHR) untuk mengukur kualitas LHR
melalui kuesioner kepada pengguna LHR, sehingga diketahui manfaat LHR bagi pihak
eksternal dalam upaya mendorong usaha pencegahan dan pemberantasan TPPU. Pada
tahun 2019, PPATK mengirimkan kuesioner LHR kepada tiga puluh lima instansi, yaitu
instansi yang memiliki hubungan kerja dengan PPATK maupun yang memiliki MoU
dengan PPATK, antara lain perbankan, aparat penegak hukum, akademisi, asosiasi pihak
pelapor, dan regulator. Aspek yang dinilai dalam kuesioner tingkat kualitas LHR adalah
aspek penyajian, aspek kekinian, aspek manfaat, dan aspek persepsi kepuasan. Jumlah
kuesioner yang kembali sebanyak 18 kuesioner, sehingga diperoleh respon rate sebesar
51,43%. Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner, diperoleh nilai kualitas LHR sebesar
3,88 indeks dari skala 4. Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas hasil riset TPPU dan
pendanaan terorisme menurut persepsi pengguna LHR PPATK adalah sangat
memuaskan.
PPATK telah melakukan riset TPPU dan pendanaan terorisme terhadap beberapa
isu strategis nasional dalam topik riset, sebagai berikut:
1. Penilaian Risiko Sektoral Perdagangan Aset Kripto di Indonesia.
2. Penilaian Risiko Sektoral terhadap Organisasi Kemasyarakatan 2019.
3. Penilaian Risiko Kampanye Pemilu sebagai Sarana Pencucian Uang Tahun 2019.
4. Tipologi Pencucian Uang Berdasarkan Putusan Pengadilan Tahun 2018.
5. 13 laporan statistik.
IKSS 7: Tingkat kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 68
Tabel 3.23
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-7 PPATK Tahun 2015-2019
Berdasarkan Tabel 3.23, diketahui bahwa pada tahun 2019, target kinerja indikator
Tingkat kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme adalah 4 indeks dan realisasi
kinerja sebesar 3,88 indeks yang belum berhasil mencapai target kinerja. Capaian kinerja
indikator kinerja tersebut adalah 97%. Realisasi kinerja IKSS ini pada tahun 2019 meningkat
0,12 indeks apabila dibandingkan dengan realisasi kinerja pada tahun 2018. Hasil ini
menunjukkan bahwa tingkat kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme berada
dalam kategori sangat memuaskan.
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, target kinerja selalu meningkat
dari tahun ke tahun. Namun, capaian kinerja cenderung mengalami penurunan karena
terjadi peningkatan target kinerja pada setiap tahunnya. Realisasi kinerja cenderung
meningkat selama empat tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa PPATK selalu
berupaya untuk meningkatkan kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme.
Realisasi kinerja IKSS ini meningkat karena riset-riset yang dihasilkan merupakan
tindak lanjut dari hasil temuan pada Mutual Evaluation Report yang dilakukan oleh Asia
Pacific Group guna pemenuhan gap implementasi rezim APUPPT Indonesia dengan FATF
Recommendations, sehingga memperoleh penilaian yang sangat memuaskan dari responden.
Keberhasilan pencapaian kinerja IKSS ini didukung oleh upaya PPATK dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam mendorong pencegahan dan pemberantasan
TPPU dengan senantiasa berkoordinasi berbagai lembaga, antara lain Penyedia Jasa
Keuangan, aparat penegak hukum, kementerian/lembaga lain yang terkait, para
akademisi, dan asosiasi pihak pelapor.
Tingkat kualitas hasil riset TPPU
dan pendanaan terorisme
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target 3
indeks
3,25
indeks
3,5
indeks
3,75
indeks
4
indeks
Realisasi 3,46 indeks
3,39 indeks
3,6 indeks
3,76 indeks
3,88 indeks
Capaian 115% 104,31% 102,86% 100,27% 97%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 69
Tabel 3.24
Perbandingan Realisasi IKSS ke-7 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun
2019
Persentase
Realisasi
Dibanding
Target Tahun
2019
2015 2016 2017 2018 2019
Tingkat
kualitas hasil
riset TPPU dan
pendanaan terorisme.
3
indeks
3,25
indeks
3,5
indeks
3,75
indeks
4
indeks
3,88
indeks
97%
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini telah
mencapai 97%. Secara persentase, capaian kinerja ini sudah baik. Upaya-upaya yang
akan ditempuh oleh PPATK untuk meningkatkan kinerja pada periode pengukuran
kinerja selanjutnya, antara lain:
1. PPATK berkoordinasi dengan para stakeholders/pengguna hasil riset dalam upaya
penyusunan hasil riset, sehingga didapatkan data penelitian yang lengkap dan valid.
2. PPATK meningkatkan kemampuan periset terkait metodologi, teknik pengumpulan
data, dan analisis data, dan teknik penyajian hasil riset.
3. Para periset melakukan penelitian dengan tema terkini, sehingga hasil riset dapat
digunakan dan bermanfaat langsung kepada para stakeholders pengguna hasil riset.
Sasaran strategis 6 dimaksudkan agar PPATK dapat mengukur kualitas hasil
analisis, hasil pemeriksaan, dan informasi yang disampaikan ke penyidik, sehingga
diketahui manfaat hasil analisis, hasil pemeriksaan, dan informasi bagi pihak eksternal
dalam upaya mendorong usaha pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan
terorisme. Sasaran strategis 6 diukur keberhasilannya melalui satu IKSS, yaitu Jumlah
Hasil Analisis, Hasil Pemeriksaan, dan informasi yang ditindaklanjuti. Pencapaian
kinerja SS 6 tahun 2019 adalah sangat baik dengan capaian kinerja sebesar 120%.
Sasaran Strategis 6:
Meningkatnya Hasil Analisis, Hasil Pemeriksaan, dan informasi yang ditindaklanjuti
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 70
Target kinerja IKSS 8, yaitu Jumlah Hasil Analisis (HA), Hasil Pemeriksaan (HP),
dan Informasi yang ditindaklanjuti sebanyak 301 laporan dengan rincian 295 HA dan
informasi dan 6 HP. Total HA dan Informasi PPATK yang telah ditindaklanjuti pada
tahun 2019 sebanyak 552 laporan dari target sebanyak 295 laporan. 552 HA dan
Informasi yang ditindaklanjuti tersebut merupakan rekapitulasi dari HA dan Informasi
yang telah diserahkan kepada pengguna sejak tahun 2011, tetapi baru ditindaklanjuti
pada tahun 2019. PPATK juga telah berkontribusi dalam membantu meningkatkan
penerimaan negara dari perpajakan melalui Hasil Analisis yang nilainya ditaksir
mencapai Rp583.427.216.456,00.
Rincian HA dan Informasi yang ditindaklanjuti pada tahun 2019, termuat dalam
Tabel 3.25, sebagai berikut:
Tabel 3.25
Jumlah HA dan Informasi yang Ditindaklanjuti
Tahun 2011-2019
HA dan Informasi
No Tahun Disampaikan Ditindaklanjuti Pada Tahun 2019
1. 2011 1 laporan
2. 2013 1 laporan
3. 2014 2 laporan
4. 2015 4 laporan
5. 2017 29 laporan
6. 2018 288 laporan
7. 2019 227 laporan
Total 552 laporan
HP yang ditindaklanjuti sampai tahap penuntutan selama 2019 sebanyak empat HP
dari target sebanyak enam HP. Empat HP yang ditindaklanjuti tersebut merupakan
rekapitulasi dari HP yang telah diserahkan kepada penegak hukum sejak tahun 2013,
tetapi baru ditindaklanjuti pada tahun 2019. Empat HP tersebut telah memiliki putusan
yang bersifat inkracht. Jumlah penerimaan negara atas empat Hasil Pemeriksaan PPATK
yang telah masuk ke kas negara yang berasal dari denda sebesar Rp3.050.000.000,00,
IKSS 8: Jumlah Hasil Analisis, Hasil Pemeriksaan, dan
Informasi yang ditindaklanjuti
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 71
aset berupa dua belas jenis mata uang asing dan uang rupiah senilai Rp3.744.281.357,40
dan dari satu putusan audit Direktorat Jenderal Pajak telah berkontribusi pada
penerimaan negara sebesar Rp24.727.768.534,00, serta sejumlah aset lainnya. Secara
keseluruhan, total HA, HP, dan Informasi yang ditindaklanjuti pada tahun 2019
sebanyak 556 laporan.
Tabel 3.26
Perbandingan Kinerja IKSS ke-8 Tahun 2015-2019
Berdasarkan data dalam Tabel 3.26, pada tahun 2019, target kinerja indikator Jumlah
HA, HP, dan Informasi yang ditindaklanjuti adalah 301 laporan dan realisasi kinerja sebesar
556 laporan yang telah berhasil melampaui target kinerja. Capaian kinerja indikator kinerja
tersebut adalah 120%. Realisasi kinerja IKSS ini pada tahun 2019 meningkat 271 laporan
apabila dibandingkan dengan realisasi kinerja pada tahun 2018.
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, realisasi kinerja cenderung
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Realisasi kinerja selalu berhasil melampaui
target kinerja pada setiap tahunnya. Capaian kinerja IKSS ini cenderung berhasil
mencapai nilai maksimum kinerja sebesar 120% selama periode renstra tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa HA, HP, dan Informasi yang disampaikan oleh PPATK selalu
ditindaklanjuti oleh para penyidik.
Keberhasilan pencapaian kinerja IKSS ini didukung oleh hal-hal, sebagai berikut:
1. PPATK memantau tindak lanjut atas HA, HP, dan Informasi yang dikirimkan.
2. PPATK berkoordinasi dengan pihak pelapor terkait peningkatan kualitas LTKM dan
laporan lainnya.
3. PPATK berkoordinasi dengan penyidik dan atau instansi terkait terkait pemenuhan
persyaratan permintaan informasi kepada PPATK.
Jumlah HA, HP, dan Informasi
yang ditindaklanjuti
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target 77
laporan
181
laporan
182
laporan
255
laporan
301
laporan
Realisasi 335 laporan
395 laporan
509 laporan
285 laporan
556 laporan
Capaian 435% 120% 120% 111,11% 120%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 72
4. PPATK berkoordinasi dengan penyidik dan/atau instansi terkait sehubungan dengan
peningkatan kualitas Hasil Analisis, Hasil Pemeriksaan, dan Informasi PPATK.
Tabel 3.27
Perbandingan Realisasi IKSS ke-8 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS
Target Tahun Realisasi
Tahun
2019
Persentase
Realisasi
Dibanding
Target
Tahun 2019
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah HA,
HP, dan
informasi yang ditindaklanjuti
77
laporan
181
laporan
182
laporan
255
laporan
301
laporan
556
laporan
120%
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini telah
mencapai 120%. Secara persentase, capaian kinerja ini sudah sangat baik. Upaya-upaya
yang akan ditempuh oleh PPATK untuk meningkatkan kinerja pada periode pengukuran
kinerja selanjutnya, antara lain:
1. PPATK meningkatkan pemahaman pihak pelapor atas kewajiban pelaporan dan
kualitas LTKM dan laporan lainnya.
2. PPATK meningkatkan koordinasi dengan penyidik dan/atau instansi terkait
sehubungan dengan peningkatan kualitas Hasil Analisis, Hasil Pemeriksaan, dan
Informasi PPATK. Sebagian besar HA, Hasil Pemeriksaan, dan Informasi yang
disampaikan baru ditindaklanjuti pada tahun berikutnya, sehingga diperlukan
koordinasi dengan penyidik dan instansi terkait lainnya dalam upaya pemantauan
terkait progress tindak lanjut atas HA, HP, dan Informasi PPATK yang telah
dikirimkan.
3. PPATK memantau pemanfaatan HA, HP, dan Informasi oleh penyidik.
4. PPATK meningkatkan kualitas sumber daya manusia analis melalui kegiatan sharing
knowledge yang dilakukan secara internal maupun dengan instansi lain di dalam dan
luar negeri.
5. PPATK melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion dengan para pengguna HA,
HP, dan Informasi PPATK.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 73
Sasaran strategis 7 bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembinaan dan
pengawasan yang dilakukan oleh PPATK kepada pihak pelapor dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Sasaran strategis
7 diukur keberhasilannya melalui dua IKSS, yaitu Persentase laporan dari pihak pelapor
yang memenuhi standar pelaporan dan Indeks kepatuhan pihak pelapor. Pencapaian
kinerja SS 7 tahun 2019 adalah baik dengan capaian kinerja sebesar 101,90%.
Tabel 3.28
Capaian Kinerja Sasaran Strategis ke-7 PPATK
Tahun 2019
NO. INDIKATOR KINERJA SASARAN
STRATEGIS
TARGET
TAHUN 2019
REALISASI
TAHUN 2019
CAPAIAN
TAHUN 2019
1 Persentase laporan dari pihak pelapor
yang memenuhi standar pelaporan.
95% 98,6% 103,79%
2 Indeks kepatuhan pihak pelapor. 5 indeks 5 indeks 100%
Rata-rata capaian kinerja 101,90%
Laporan yang memenuhi standar pelaporan merupakan laporan yang terbatas pada
Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM). LTKM yang memenuhi standar
pelaporan adalah laporan yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-09/1.02.2/PPATK/09/12 tentang Tata Cara
Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan Laporan Transaksi
Keuangan Tunai Bagi Penyedia Jasa Keuangan. Laporan yang diterima oleh PPATK
tidak termasuk laporan yang diterima berdasarkan hasil audit Direktorat Pengawasan
Kepatuhan PPATK, laporan dengan status non-aktif, laporan pengujian/sosialisasi, dan
laporan duplikasi. Laporan dari Pihak Pelapor yang memenuhi standar pelaporan
Sasaran Strategis 7:
Meningkatnya kepatuhan pelaporan
IKSS 9: Persentase laporan dari pihak pelapor yang memenuhi standar pelaporan
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 74
diperoleh dari aplikasi GRIPS (Gathering Reports and Information Processing System)
back end dengan mempertimbangkan field mandatory terisi dan tepat waktu.
Tabel 3.29
Jumlah Laporan dari Pihak Pelapor yang Memenuhi Standar Pelaporan
Tahun 2019
Jenis Laporan Laporan yang Diterima
oleh PPATK
Laporan yang Memenuhi
Standar Pelaporan
LTKM 75.251 laporan 74.887 laporan
Pada tahun 2019, target laporan dari Pihak Pelapor yang memenuhi standar
pelaporan, yaitu 95%. Realisasi kinerja yang berhasil dicapai adalah 98,6%. Jumlah
laporan yang diterima oleh PPATK sebanyak 75.251 laporan dan jumlah laporan yang
memenuhi standar pelaporan sebanyak 74.887 laporan. Dengan demikian, realisasi
kinerja persentase laporan dari Pihak Pelapor yang memenuhi standar pelaporan sebesar
98,6% dengan capaian kinerja indikator kinerja sebesar 103,79%.
Tabel 3.30
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-9 PPATK Tahun 2015-2019
Berdasarkan data dalam Tabel 3.30, pada tahun 2019, target kinerja indikator
Persentase laporan dari pihak pelapor yang memenuhi standar pelaporan adalah 95% dan
realisasi kinerja sebesar 98,6% yang berhasil melampaui target kinerja. Capaian kinerja
indikator kinerja tersebut adalah 103,79%. Realisasi kinerja IKSS ini pada tahun 2019
meningkat sebesar 0,67% apabila dibandingkan dengan realisasi kinerja pada tahun 2018.
Hasil capaian kinerja ini menunjukkan bahwa laporan yang disampaikan oleh pihak
pelapor kepada PPATK telah memenuhi standar pelaporan yang mengindikasikan bahwa
pembinaan PPATK kepada pihak pelapor telah dilakukan dengan baik.
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, target kinerja selalu tetap dari
tahun ke tahun sebesar 95%. Realisasi kinerja cenderung berfluktuasi antara 93,03%-
Persentase laporan dari pihak
pelapor yang memenuhi standar
pelaporan
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target 95% 95% 95% 95% 95%
Realisasi 93,03% 97,89% 95,54% 97,93% 98,6%
Capaian 97,92% 103,04% 100,57% 103,08% 103,79%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 75
98,6%. Realisasi dan capaian kinerja selama empat tahun terakhir selalu berhasil
melampaui target kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa laporan dari pihak pelapor yang
diterima oleh PPATK telah memenuhi standar pelaporan.
Tabel 3.31
Perbandingan Realisasi IKSS ke-9 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS
Target Tahun Realisasi
Tahun 2019
Persentase Realisasi
Dibanding Target
Tahun 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Persentase laporan
dari pihak
pelapor yang
memenuhi standar pelaporan
95% 95% 95% 95% 95% 98,6% 103,79%
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini telah
mencapai 103,79%. Secara persentase, capaian kinerja ini sudah sangat baik. Upaya-
upaya yang akan ditempuh oleh PPATK untuk meningkatkan kinerja pada periode
pengukuran kinerja selanjutnya adalah PPATK lebih meningkatkan koordinasi dengan
Pihak Pelapor, LPP, maupun asosiasi terkait dengan tata cara pelaporan ke PPATK,
sehingga diharapkan akan mampu meningkatkan persentase laporan dari pihak pelapor
yang memenuhi standar pelaporan.
Kepatuhan Pihak Pelapor mencakup kepatuhan pihak pelapor dalam memenuhi
ketentuan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa (PMPJ) dan kewajiban pelaporan yang
meliputi penilaian dari komponen:
1) Tingkat kepatuhan pihak pelapor;
2) Tercapainya sasaran audit khusus;
3) Pemantauan tindak lanjut hasil audit; dan
4) Hasil koordinasi yang ditindaklanjuti oleh LPP.
Nilai dari masing-masing komponen tersebut, sebagai berikut:
1) Tingkat kepatuhan pihak pelapor berhasil memperoleh nilai 4 dengan rata-rata tingkat
kepatuhan sebesar 88,7% yang termasuk dalam kategori tingkat kepatuhan yang baik.
IKSS 10: Indeks kepatuhan pihak pelapor
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 76
2) Tingkat pencapaian sasaran audit khusus berhasil memperoleh nilai 100%.
3) Pemantauan tindak lanjut hasil audit oleh LPP berhasil memperoleh nilai 99,2%.
4) Hasil koordinasi pelaksanaan pengawasan kepatuhan yang ditindaklanjuti oleh LPP
berhasil memperoleh nilai 100%.
Tabel 3.32
Interval Indeks Kepatuhan Pihak Pelapor
No Interval Indeks Kepatuhan Pihak Pelapor
1 0% ≤ x ≤ 20% Indeks 1 (Tidak baik)
2 20% < x ≤ 40% Indeks 2 (Kurang baik)
3 40% < x ≤ 60% Indeks 3 (Cukup baik)
4 60% < x ≤ 80% Indeks 4 (Baik)
5 80% < x ≤ 100% Indeks 5 (Sangat baik)
Tabel 3.33
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-10 PPATK Tahun 2015-2019
Berdasarkan data dalam Tabel 3.33, pada tahun 2019, target kinerja indikator Indeks
kepatuhan Pihak Pelapor, yaitu 5 indeks. Realisasi kinerja yang berhasil dicapai dari
rata-rata capaian empat komponen Indeks kepatuhan Pihak Pelapor adalah indeks 5 dari
skala 5. Capaian kinerja indikator kinerja tersebut adalah 100%. Realisasi kinerja IKSS ini
pada tahun 2019 menyamai realisasi kinerja pada tahun 2019. Nilai rata-rata indeks
kepatuhan pihak pelapor yang berhasil dicapai oleh PPATK sebesar 96,98% dan
termasuk dalam indeks 5. Hasil capaian kinerja ini menunjukkan bahwa kepatuhan pihak
pelapor berada dalam kategori sangat baik.
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, realisasi kinerja selalu stabil
dari tahun ke tahun sebesar 5 indeks. Namun, capaian kinerja cenderung mengalami
penurunan karena target kinerja yang meningkat pada setiap tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa kepatuhan pihak pelapor selama periode renstra tersebut berada dalam kategori
sangat baik.
Indeks kepatuhan pihak pelapor Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target 4 indeks 4 indeks 4 indeks 5 indeks 5 indeks
Realisasi 5 indeks 5 indeks 5 indeks 5 indeks 5 indeks
Capaian 125% 120% 120% 100% 100%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 77
Tabel 3.34
Perbandingan Realisasi IKSS ke-10 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun 2019
Persentase
Realisasi
Dibanding
Target Tahun
2019
2015 2016 2017 2018 2019
Indeks
Kepatuhan
Pihak Pelapor
4
indeks
4
indeks
4
indeks
5
indeks
5
indeks
5
indeks
100%
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini telah
mencapai 100%. Secara persentase, capaian kinerja ini sudah baik. Upaya-upaya yang
akan ditempuh untuk mempertahankan Indeks kepatuhan pihak pelapor pada periode
pengukuran kinerja selanjutnya, antara lain:
a. PPATK dalam melakukan pengawasan kepatuhan akan lebih menitikberatkan kepada
Pihak Pelapor yang sudah melakukan registrasi pelaporan.
b. PPATK menetapkan tujuan audit khusus yang sesuai dengan kewenangan PPATK.
c. PPATK memperbaiki prosedur pemantauan hasil audit.
d. PPATK selalu berkoordinasi dengan Lembaga Pengawas dan Pengatur.
Sasaran strategis 8 dimaksudkan agar PPATK berupaya untuk meningkatkan
kemampuan pihak pelapor dan aparat penegak hukum melalui kegiatan pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan
serangkaian tugas dan fungsi analisis, pelaporan, penyidikan dan penyelidikan dalam
upaya membangun rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Sasaran strategis 8 memiliki satu ukuran keberhasilan, yaitu Persentase kelulusan
peserta diklat. Pencapaian kinerja SS 8 tahun 2019 adalah baik dengan capaian kinerja
sebesar 87,58%.
Sasaran Strategis 8:
Meningkatnya kemampuan pihak pelapor dan aparat penegak hukum dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 78
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 41 ayat (1) huruf f dan g, dalam
melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang,
PPATK berwenang untuk menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan anti
pencucian uang, dan menyelenggarakan sosialisasi tentang pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
Kewenangan yang dimiliki oleh PPATK tersebut bermakna bahwa PPATK
memiliki tanggung jawab dalam menyelenggarakan pengembangan sumber daya
manusia yang berperan dalam menegakkan rezim anti pencucian di Indonesia.
Pengembangan sumber daya manusia yang dilaksanakan oleh PPATK ditujukan bagi
pihak internal dan eksternal PPATK. Bagi pihak internal dengan target meningkatkan
pengetahuan dan kompetensi pegawai PPATK dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
berdasarkan peraturan mengenai organisasi dan tata kerja PPATK dan bagi pihak
eksternal dengan target untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi pemangku
kepentingan di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang
dan pendanaan terorisme.
Pelatihan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT)
bertujuan agar para penegak hukum dan setiap pelaku usaha, yaitu Penyedia Jasa
Keuangan, Penyedia Barang dan Jasa, dapat meningkatkan kemampuan dalam
melaksanakan pekerjaannya. Dengan meningkatnya persaingan usaha, pihak pelapor dan
aparat penegak hukum dituntut untuk terus meningkatkan kemampuannya, sehingga
tidak tertinggal dengan pelaku kejahatan tindak pidana pencucian uang. Pelatihan APU
PPT juga bertujuan untuk menyiapkan kaderisasi bagi pelaku usaha dan penegak hukum
dalam memahami TPPU dan TPPT. Pelatihan APUPPT harus dilaksanakan secara
berkesinambungan dan terintegrasi. Dengan pengelolaan pelatihan yang baik, maka
dapat tercipta sumber daya manusia yang profesional yang memiliki keahlian APU PPT.
PPATK memberikan prioritas bagi pengembangan sumber daya manusia tidak hanya
IKSS 11: Persentase kelulusan peserta diklat
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 79
bagi pihak internal PPATK, tetapi juga bagi pihak eksternal PPATK, yaitu para penegak
hukum dan instasi terkait lainnya untuk bersama-sama dapat mencegah dan
memberantas TPPU dan TPPT.
Sasaran peningkatan kemampuan pihak pelapor dan aparat penegak hukum dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme
adalah meningkatnya pemahaman para pemangku kepentingan PPATK, khususnya para
pihak pelapor dan aparat penegak hukum, dalam memudahkan pelaksanaan serangkaian
tugas dan fungsi analisis, pelaporan, penyidikan, dan penyelidikan dalam upaya
membangun rezim Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme yang tangguh.
Dalam membentuk sumber daya manusia yang andal, PPATK menyelenggarakan
seluruh kegiatan pengembangan kompetensi dan pengetahuan pegawai PPATK dan
pemangku kepentingan melalui pembangunan sarana pendidikan dan pelatihan di bidang
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme
yang terintegrasi. Diharapkan melalui wadah tersebut, PPATK dapat mengoptimalkan
kinerja seluruh pihak yang merupakan bagian dari rezim anti pencucian uang di
Indonesia sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing pihak.
PPATK telah melaksanakan beberapa jenis diklat untuk pihak internal dan
eksternal. Kegiatan diklat tersebut diprogramkan bagi beragam peserta. Contohnya, para
penyidik, pihak pelapor, dan instansi lainnya. Materi diklat disesuaikan dengan
kebutuhan para stakeholders tersebut.
Program Pendidikan dan Pelatihan yang diberikan bagi aparat penegak hukum,
meliputi:
1. Asset recovery.
2. Criminal justice system dalam penanganan TPPU.
3. Criminal justice system dalam penanganan TPPT.
4. Intelijen keuangan dasar.
5. Hukum pidana formil dan materil.
Program diklat yang dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas
internal PPATK, pihak pelapor, dan regulator/lembaga pengawas dan pengatur, serta
kementerian/lembaga, meliputi:
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 80
1. Audit kepatuhan anti pencucian uang dan pendanaan terorisme.
2. Identifikasi transaksi keuangan mencurigakan bagi perbankan.
3. Identifikasi transaksi keuangan mencurigakan bagi pasar modal.
4. Pelaporan transaksi keuangan bagi PJK.
5. Pelaporan transaksi keuangan bagi PBJ.
6. Tipologi pencucian uang dan pendanaan terorisme.
7. Kerja sama internasional dalam rerangka penanganan TPPU.
8. Kerja sama penanganan TPPU dalam negeri.
9. Intelijen keuangan dasar.
10. Hukum pidana formil dan materil.
11. Pengetahuan TPPU.
12. Teknik dan praktik intelijen.
Tabel 3.35
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-11 PPATK Tahun 2015-2019
Berdasarkan data dalam Tabel 3.35, pada tahun 2019, target kinerja indikator
Persentase kelulusan peserta diklat, yaitu 100%. Realisasi kinerja yang berhasil dicapai,
yaitu 87,58% dengan capaian kinerja indikator kinerja adalah 87,58%. Realisasi kinerja
IKSS ini pada tahun 2019 mengalami penurunan kinerja apabila dibandingkan dengan tahun
2018. Perhitungan capaian kinerja IKSS ini didasarkan hasil penilaian (pretest dan
posttest) diklat dan kehadiran peserta dalam mengikuti diklat. Parameter kelulusan ini
digunakan karena hingga saat ini Pusdiklat APU PPT belum memperoleh akreditasi
untuk memberikan sertifikasi kelulusan bagi peserta diklat. Namun demikian, PPATK
terus melakukan upaya percepatan untuk memperoleh akreditasi dan sertifikasi bagi
Pusdiklat APU PPT.
Persentase kelulusan peserta diklat
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target 100% 100% 100% 100% 100%
Realisasi 96,59% N/A 100% 100% 87,58%
Capaian 96,59% N/A 100% 100% 87,58%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 81
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, target kinerja persentase
kelulusan peserta diklat sebesar 100%. Realisasi dan capaian kinerja cenderung
berfluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016, tidak terdapat realisasi kinerja karena
PPATK belum dapat melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada pihak
pelapor dan aparat penegak hukum karena terkendala gedung pendidikan dan pelatihan
PPATK yang baru selesai dibangun pada akhir tahun 2016. Capaian kinerja ini
menunjukkan bahwa sebagian besar peserta diklat telah menyelesaikan program diklat
dengan baik.
Secara garis besar, beberapa jenis pelatihan yang telah diselenggarakan oleh
PPATK selama tahun 2019, antara lain:
1. Program pengembangan, yaitu pelatihan yang diberikan kepada para pegawai untuk
meningkatkan kemampuan teknis, sehingga dapat membantu pelaksanaan tugas dan
jabatan.
2. Program aplikasi, yaitu pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan pegawai maupun institusi eksternal dalam mendukung
pekerjaannya. Pelatihan penggunaan aplikasi dilaksanakan secara in house training
maupun dengan mengikutsertakan pegawai dalam public training.
3. Program pelatihan APU PPT bagi para stakeholders PPATK.
Selain itu, Pusdiklat APU PPT PPATK juga menyelenggarakan kegiatan
pendidikan dan pelatihan selama tahun 2019 sebanyak 27 diklat yang diikuti oleh 738
peserta yang berasal dari pegawai internal PPATK dan para pemangku kepentingan
dalam bidang APU PPT. Kegiatan-kegiatan pelatihan yang telah diselenggarakan oleh
Pusdiklat PPATK selama tahun 2019 dijelaskan, sebagai berikut:
Tabel 3.36
Persentase Kelulusan Peserta Pendidikan dan Pelatihan APU PPT Tahun 2019
No Nama Diklat Waktu Pelaksanaan Jumlah Peserta
Persentase Kelulusan
1 Asset Recovery Batch I 18 s.d. 22 Febuari 2019 29 82,76%
2 Hukum Pidana Formil dan Materiil 25 s.d. 28 Febuari 2019 30 66,67%
3 Intelijen Keuangan Dasar Batch I 11 s.d. 14 Maret 2019 31 54,84%
4 Pelaporan Transaksi Keuangan bagi PJK (Komoditi) 11 s.d. 14 Maret 2019
25 83,33%
5 Criminal justice system dalam penanganan TPPU 25 s.d. 29 Maret 2019
29 79,31%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 82
No Nama Diklat Waktu Pelaksanaan Jumlah Peserta
Persentase Kelulusan
6 Teknik dan Praktik Intelijen 25 s.d. 29 Maret 2019 25 88,00%
7 Pelaporan Transaksi Keuangan bagi PJK (BPD) 8 s.d. 12 April 2019
25 88,00%
8 Asset Recovery Batch II 8 s.d. 12 April 2019 29 89,66%
9 Kerja sama Internasional dalam Penanganan TPPU 22 s.d 25 April 2019
24 100,00%
10 Criminal justice system dalam penanganan TPPT 22 s.d. 26 April 2019
26 96,15%
11 Pelaporan Transaksi Keuangan bagi PBJ (Balai Lelang) 17 s.d. 19 Juni 2019
22 81,82%
12 Intelijen Keuangan Dasar Batch II 17 s.d. 20 Juni 2019 31 93,55%
13 Identifikasi TKM Pasar Modal 1 s.d. 3 Juli 2019 25 83,33%
14 Criminal justice system TPPU Batch II 1 s.d. 5 Juli 2019 33 87,88%
15 Audit Kepatuhan dan Khusus APUPPT (OJK) 15 s.d. 17 Juli 2019
24 87,50%
16 Hukum Pidana Formil dan Materiil 15 s.d. 19 Juli 2019 30 100,00%
17 Intelijen Keuangan Dasar Batch III 29 s.d. 31 Juli 2019 30 80,00%
18 Kerja sama TPPU Dalam Negeri 5 s.d. 8 Agustus 2019 28 96,00%
19 Criminal justice system Batch III 5 s.d. 9 Agustus 2019 27 92,59%
20 Criminal justice system Batch II 19 s.d. 22 Agustus 2019 29 100,00%
21 Tipologi TPPU TPPT 19 s.d. 23 Agustus 2019 26 88,46%
22 Asset Recovery Batch III (A) 2 s.d. 6 September 2019 27 100,00%
23 Asset Recovery Batch III (B) 2 s.d. 6 September 2019 25 100,00%
24 Audit Kepatuhan dan Khusus APUPPT (Kemenkop) 16 s.d. 18 September 2019
24 62,50%
25 Identifikasi TKM Perbankan 16 s.d. 18 September 2019 25 96,00%
26 Pelaporan Transaksi Keuangan bagi PJK (PTD)
30 September s.d. 2 Oktober 2019
27 92,59%
27 Pelaporan Manajerial 30 September s.d. 2 Oktober 2019
32 93,75%
Rata-rata persentase tingkat kelulusan 738 87,58%
Tabel 3.37
Perbandingan Realisasi IKSS ke-11 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun 2019
Persentase
Realisasi
Dibanding Target
Tahun 2019
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase
kelulusan
peserta diklat.
100% 100% 100% 100% 100% 87,58% 87,58%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 83
Capaian kinerja tahun 2019 apabila dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019
telah tercapai sebesar 87,58%. Capaian kinerja tahun 2019 belum berhasil mencapai
target kinerja disebabkan beberapa kendala, sebagai berikut:
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaian kinerja:
Banyak peserta diklat yang belum berhasil mencapai batas tingkat kelulusan peserta
diklat. Hal ini disebabkan, antara lain beberapa peserta diklat memiliki persepsi bahwa materi
diklat yang diajarkan relatif berat bagi peserta, sehingga beberapa peserta merasa kesulitan
untuk memahami materi diklat dan mengerjakan pretest dan posttest tersebut. Pusdiklat APU
PPT juga masih kekurangan widyaiswara untuk mengajar di Pusdiklat APU PPT.
Selain itu, Pusdiklat APU PPT masih terkendala oleh banyaknya sarana dan prasarana
diklat yang belum tersedia, antara lain fasilitas klinik. Pusdiklat APU PPT menetapkan
standar minimum waktu kehadiran peserta diklat. Banyak peserta diklat yang tidak dapat
mengikuti diklat hingga selesai disebabkan kondisi kesehatan peserta diklat yang kurang
baik. Peserta yang mengalami kondisi kesehatan yang kurang baik segera dibawa ke
klinik/puskesmas terdekat. Peserta diklat yang tidak dapat mengikuti kegiatan pretest dan
posttest, serta keikutsertaan peserta dalam diklat tidak memenuhi waktu minimal kehadiran
dinyatakan tidak lulus dan tidak dapat diberikan sertifikat keikutsertaan diklat.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala:
Pusdiklat APU PPT akan memperbaiki kurikulum dan materi diklat. Pusdiklat APU
PPT juga akan menambah jumlah widyaiswara untuk mengajar di Pusdiklat APU PPT.
Selain itu, PPATK terus melakukan perbaikan sarana dan prasarana di Pusdiklat APU PPT.
Selain itu, pemenuhan atas persyaratan administrasi juga terus dilakukan agar Pusdiklat APU
PPT dapat terakreditasi untuk memberikan sertifikasi kelulusan bagi peserta diklat APU PPT.
Tata tertib peserta selama mengikuti diklat juga selalu disempurnakan. Untuk meningkatkan
kedisiplinan peserta, Pusdiklat APUPPT menerapkan syarat minimum waktu kehadiran
mengikuti kegiatan diklat. Bagi peserta yang meminta ijin untuk tidak mengikuti diklat harus
mengisi form ijin dan melampirkan surat dari atasan langsung dari instansi masing-masing
atau surat ijin dokter jika peserta mengalami sakit.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 84
Persepektif pertumbuhan dan pembelajaran terdiri atas enam sasaran strategis
dengan enam IKSS. Capaian kinerja atas perspektif ini adalah 95,8%. Rincian kondisi
capaian setiap IKSS yang terdapat pada perspektif ini, sebagai berikut:
Sasaran strategis 9 dimaksudkan agar PPATK lebih mengoptimalkan upaya
pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme melalui penyusunan
peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 dan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
Sasaran strategis 9 ini diukur keberhasilannya melalui satu IKSS, yaitu Persentase
pemenuhan produk hukum TPPU dan pendanaan terorisme. Pencapaian kinerja SS 9
tahun 2019 adalah baik dengan capaian kinerja sebesar 100%.
Produk hukum TPPU dan pendanaan terorisme adalah peraturan perundang-
undangan, instruksi presiden, keputusan presiden, Surat Edaran Kepala PPATK, dan
keputusan Kepala PPATK di bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU dan
pendanaan terorisme. Pemenuhan produk hukum adalah tersusunnya produk hukum
TPPU dan pendanaan terorisme sesuai dengan target yang tercantum roadmap peraturan
perundang-undangan tahun 2015-2019.
PPATK telah menyusun sepuluh produk hukum dan rancangan produk hukum di
bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang telah
Sasaran Strategis 9:
Terpenuhinya produk hukum pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme
IKSS 12: Persentase pemenuhan produk hukum TPPU dan pendanaan terorisme
3. Persepektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 85
ditetapkan dalam road map regulasi PPATK. Produk hukum yang telah disusun tersebut,
sebagai berikut:
1. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2015 tentang Pihak Pelapor Dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Rancangan peraturan pemerintah
ini telah disampaikan oleh PPATK kepada Kementerian Hukum dan HAM selaku
instansi pemprakarsa.
2. Rancangan Peraturan PPATK tentang Pencabutan Peraturan Kepala PPATK
Nomor 02/1.02/PPATK/02/15 tentang Kategori Pengguna Jasa yang Berpotensi
Melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang. Saat ini, rancangan tersebut masih
dalam proses persetujuan pimpinan.
3. Rancangan Peraturan PPATK tentang Tata Cara Permintaan Informasi ke Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Saat ini, rancangan tersebut masih
dalam proses persetujuan pimpinan.
4. Rancangan Peraturan PPATK tentang Aplikasi e-Learning Bagi PJK di Sektor
Perbankan. Saat ini, rancangan tersebut masih dalam proses persetujuan pimpinan.
5. Peraturan PPATK Nomor 7 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penanganan Laporan
dan/atau Informasi dari Masyarakat.
6. Peraturan PPATK Nomor 10 Tahun 2019 tentang Implementasi Aplikasi GOAML
Enterprise Edition pada PPATK.
7. Peraturan PPATK Nomor 17 Tahun 2019 tentang Pedoman Pengelolaan Jaringan
Dokumentasi dan Informasi Hukum PPATK.
8. Surat Edaran PPATK Nomor 01 Tahun 2019 tentang Indikator Transaksi
Keuangan Mencurigakan terkait Biro Agen Perjalanan Ibadah Umrah.
9. Surat Edaran PPATK Nomor 02 Tahun 2019 tentang Pedoman Penerapan Prinsip
Mengenali Pengguna Jasa dan Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan Bagi Profesi.
10. Surat Edaran PPATK Nomor 08 Tahun 2019 tentang Indikator Transaksi
Keuangan Mencurigakan Terkait Tindak Pidana Narkotika.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 86
Tabel 3.38
Perbandingan Kinerja IKSS ke-12 PPATK Tahun 2015-2019
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, target kinerja selalu tetap dari
tahun ke tahun, yaitu 100%. Realisasi dan capaian kinerja cenderung berfluktuatif antara
77,78%-100%. Hal ini menunjukkan bahwa PPATK selalu berusaha menyusunnya
produk hukum TPPU dan pendanaan terorisme sesuai dengan target yang tercantum
roadmap peraturan perundang-undangan tahun 2015-2019.
Berdasarkan Tabel 3.38, diketahui bahwa PPATK berhasil mencapai target kinerja
IKSS Persentase pemenuhan produk hukum TPPU dan pendanaan terorisme sebesar
100%. Apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini
juga menyamai capaian kinerja pada tahun 2018, yaitu 100%. Upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh PPATK untuk mencapai target kinerja tersebut, antara lain:
1. PPATK mengutamakan asas keadilan, kemandirian, profesionalisme, dan tanggung
jawab dalam melaksanakan layanan penyusunan produk hukum.
2. PPATK melakukan koordinasi dengan Kementerian Hukum dan HAM selaku mitra
PPATK dalam penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
3. Koordinasi yang efektif dengan unit kerja pemrakarsa, sehingga tujuan penyusunan
produk hukum sesuai dengan yang diharapkan.
Persentase pemenuhan produk
hukum TPPU dan pendanaan
terorisme
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target 100% 100% 100% 100% 100%
Realisasi 77,78% 100% 100% 81,25% 100%
Capaian 77,78% 100% 100% 81,25% 100%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 87
Tabel 3.39
Perbandingan Realisasi IKSS ke-12 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019 IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun
2019
Persentase
Realisasi
Dibanding
Target Tahun
2019
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase pemenuhan
produk hukum TPPU
dan pendanaan
terorisme yang ditindaklanjuti
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian IKSS ini telah
mencapai 100% yang telah menyamai target kinerja tahun 2019. Secara persentase,
capaian kinerja ini relatif baik. Upaya-upaya yang akan ditempuh oleh PPATK untuk
meningkatkan persentase pemenuhan produk hukum TPPU dan pendanaan terorisme
yang ditindaklanjuti pada periode pengukuran kinerja selanjutnya adalah peningkatan
kecepatan penyelesaian produk hukum dan penyelesaian produk hukum yang
menggunakan skala prioritas, sehingga diharapkan persepsi seluruh unit kerja
pemrakarsa sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Sasaran strategis 10 dimaksudkan agar PPATK dapat mengetahui kualitas
manajemen kinerja dan risikonya yang mendukung keberlangsungan bisnis proses
PPATK. Sasaran strategis10 diukur keberhasilannya melalui satu IKSS, yaitu Indeks tata
kelola teknologi informasi PPATK. Pencapaian kinerja SS 10 tahun 2019 adalah baik
dengan capaian kinerja sebesar 88,57%.
PPATK melakukan penilaian terhadap tata kelola teknologi informasi terkait
pengelolaan teknologi informasi yang dijalankan, termasuk dasar hukum, pedoman,
Sasaran Strategis 10:
Meningkatnya keandalan sistem teknologi informasi PPATK
IKSS 13: Indeks tata kelola teknologi informasi PPATK.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 88
dan standar baku dalam pelaksanaan pengelolaan teknologi informasi di PPATK.
Penilaian ini dilakukan secara rutin setiap tahun sebagai pemantauan terhadap tingkat
kematangan tata kelola TI. Sebagai wujud independensi dalam penilaian, reviu atau
audit tata kelola teknologi informasi dilaksanakan oleh pihak ketiga.
Komitmen peningkatan kematangan tata kelola TI ini adalah upaya untuk
memberikan jaminan dan standardisasi layanan TI untuk menopang peningkatan
keandalan sistem TI sebagai salah satu pilar dari Rencana Strategis PPATK. Tingkat
kematangan TI PPATK diukur berdasarkan asesmen yang dilakukan sesuai dengan
best practice COBIT 4.1. Secara keseluruhan, tingkat kematangan TI menunjukkan
indikator pengelolaan proses TI di PPATK.
Baseline Maturity Level 3 yang menjadi target tingkat maturity adalah suatu
kondisi dalam konteks manajemen risiko yang menyatakan bahwa organisasi telah
melakukan mitigasi risiko secara memadai. Oleh karena itu, maturity level 3 digunakan
sebagai baseline untuk regulatory compliance. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor
95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan
Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pedoman Evaluasi
SPBE, nilai maturitas ditargetkan minimal 2,6 (Baik). Hasil tingkat kematangan tata
kelola TI PPATK saat ini berdasarkan framework COBIT 4.1 adalah 3,10 (terdefinisi).
Hal ini menggambarkan bahwa tata kelola teknologi informasi di PPATK merupakan
suatu proses yang selalu dilaksanakan, telah terstandardisasi dan terdokumentasi, serta
telah terdapat pola komunikasi.
Tingkatan dalam maturity model yang digunakan sebagai acuan penilaian tata
kelola TI di PPATK, sebagai berikut:
Tabel 3.40
Tingkatan Maturity Model
Level Maturity Keterangan
0 Non eksis: Proses tidak ada dan organisasi tidak mengenal adanya tata
kelola TI.
1 Initial/Adhoc: Proses kadang dilaksanakan/ad hoc (khusus) kasus demi
kasus dan tidak ada standardisasi serta tidak terorganisasi.
2 Berulang: Proses telah dibentuk, tetapi belum ada koordinasi dari
prosedur standar dan tanggung jawab, serta tidak terdokumentasi.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 89
Level Maturity Keterangan
3 Terdefinisi: Proses selalu dilaksanakan, terstandardisasi, terdokumentasi,
dan dikomunikasikan.
4 Terkelola: Proses selalu dilaksanakan, terdokumentasi, dikomunikasikan,
dikelola dengan baik, serta dapat diukur pencapaiannya.
5 Optimal: Proses selalu dilaksanakan, terdokumentasi, dikomunikasikan,
dikelola, dapat diukur dan dioptimasi hasilnya sesuai dengan kebutuhan
organisasi secara otomatis (dapat memanfaatkan tool).
Tabel 3.41
Nilai Asesmen Tata Kelola TI Tahun 2019
Tabel 3.42
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-13 PPATK Tahun 2015-2019
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, realisasi kinerja cenderung
meningkat, kecuali pada tahun 2019. Capaian kinerja cenderung berfluktuatif antara
88,57%-110% yang disebabkan target kinerja yang selalu meningkat. Hal ini
menggambarkan bahwa tata kelola teknologi informasi di PPATK telah terdefinisi yang
merupakan suatu proses yang selalu dilaksanakan, telah terstandardisasi dan
terdokumentasi, serta telah terdapat pola komunikasi.
Berdasarkan data dalam Tabel 3.42, PTI belum berhasil mencapai kinerja yang
ditargetkan pada tahun 2019. Capaian kinerja tahun 2019 mengalami penurunan sebesar
No Komponen Maturitas Target
1 Plans, Policies, & Procedures 3,26 3,00
2 Responsibility & Accountability 3,89 3,00
3 Goal Setting & Measurement 3,72 3,00
4 Skill & Expertise 3,41 3,00
5 Awareness & Communication 3,14 3,00
6 Tools & Automation 2,69 3,00
Nilai rata-rata 3,10 3,00
Indeks tata kelola teknologi
informasi PPATK
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target 2,5
indeks
2,75
indeks
3
indeks
3,25
indeks
3,5
indeks
Realisasi 2,76 indeks
2,81 indeks
2,94 indeks
3,22 indeks
3,1 indeks
Capaian 110% 102,18% 98% 99,08% 88,57%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 90
10,51% apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2018. Capaian kinerja IKK
pada tahun 2019 sebesar 88,57% dengan realisasi kinerja sebesar 3,10 indeks mengalami
penurunan 0,12 indeks dibandingkan dengan realisasi kinerja pada tahun 2018 sebesar
3,22 indeks. Perbedaan hasil penilaian indeks antara tahun 2018 dan tahun 2019 terjadi
karena terdapat perbedaan komponen proses yang dijadikan sebagai dasar acuan
perhitungan. Pada tahun 2018 komponen yang diperhitungkan sebanyak empat proses,
sedangkan pada tahun 2019 komponen yang diperhitungkan sebanyak enam proses. Hal
tersebut disebabkan pada tahun 2019 berbarengan dengan penyusunan IT Master Plan,
sehingga dibutuhkan komponen proses yang lebih banyak untuk mengetahui
peningkatan tata kelola selama lima tahun sebelumnya.
Tabel 3.43
Perbandingan Realisasi IKSS ke-13 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019 IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun
2019
Persentase
Realisasi
Dibanding
Target Tahun
2019
2015 2016 2017 2018 2019
Indeks tata
kelola
teknologi
informasi
PPATK
2,5
indeks
2,75
indeks
3
indeks
3,25
indeks
3,5
indeks
3,1
indeks
88,57%
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini telah
mencapai 88,57%. Jika mencermati nilai kematangan 3,5 indeks yang dituju pada
tahun 2019, target kinerja tersebut cukup tinggi karena mencerminkan kematangan
sistem TI yang cukup baik dan terlaksana dalam tatanan sistem yang teratur dan rapi,
sehingga memerlukan perencanaan yang matang untuk melakukan peningkatan secara
berkelanjutan. Secara persentase, capaian kinerja pada tahun 2019 ini sudah baik.
Namun, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi dan upaya untuk
meningkatkan kinerja pada periode pengukuran kinerja selanjutnya, antara lain:
1. Belum terdapat kebijakan yang secara spesifik mengenai manajemen layanan TI
secara keseluruhan.
2. SOP PTI hanya sebagian kecil yang telah disahkan menjadi pedoman.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 91
3. Penggunaan tools yang masih terbatas untuk membantu proses pengelolaan TI dari
perencanaan hingga monitoring dan evaluasi.
4. Tools manajemen layanan TI yang digunakan masih terbatas pada permintaan
layanan dan belum dimaksimalkan untuk pencatatan aset TI, manajemen
konfigurasi, dan manajemen problem.
5. Belum terdapat program pengembangan SDM TI yang berdasarkan kompetensi
secara terpusat. Program pengembangan SDM TI yang telah dilakukan hanya
terbatas pada kebutuhan kompetensi di internal Pusat TI.
Upaya perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja pada periode
pengukuran kinerja selanjutnya, antara lain:
1. Melakukan penyusunan kebijakan terkait manajemen layanan TI.
2. Meningkatkan koordinasi dengan unit kerja terkait untuk proses pengesahan SOP
PTI.
3. Memaksimalkan penggunaan tools manajemen layanan TI untuk pencatatan aset
TI, manajemen konfigurasi, dan manajemen problem.
4. Mendorong unit kerja terkait penyelenggaran pendidikan dan pelatihan bagi staf TI
agar dapat dilakukan pengembangan SDM secara menyeluruh dengan mengacu
kepada pemetaan kompetensi maupun kebutuhan pengembangan.
5. Pendidikan dan pelatihan bagi staf TI dengan mengacu kepada pemetaan
kompetensi maupun kebutuhan pengembangan
Sasaran strategis 11 dimaksudkan agar PPATK dapat menyelenggarakan sistem
manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang berbasis kompetensi yang sejalan
dengan kebijakan nasional melalui program reformasi birokrasi yang mengamanatkan
pembangunan sumber daya manusia yang kompeten dan profesional, serta mampu
bersaing secara global. Guna mendukung komitmen tersebut, PPATK menetapkan
Sasaran Strategis 11:
Meningkatnya kualitas sumber daya manusia PPATK
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 92
indicator kinerja berupa penilaian kompetensi SDM PPATK sebagai tolok ukur
keberhasilan pengelolaan SDM PPATK. Penetapan indikator kinerja tersebut
merepresentasikan program penataan sistem manajemen SDM aparatur melalui
pengembangan model kompetensi dan pengembangan Standar Kompetensi Jabatan.
Sasaran strategis 11 diukur keberhasilannya melalui satu IKU, yaitu Persentase
pegawai PPATK yang memiliki penilaian prestasi kerja yang baik. Pencapaian kinerja
SS 11 sudah baik dengan capaian kinerja sebesar 100%.
Berdasarkan pasal 18 Peraturan Kepala PPATK Nomor: 16/1.01/PPATK/11/12
tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai PPATK, pegawai yang berprestasi baik adalah
pegawai yang memenuhi batas penilaian prestasi kinerja “Baik” atau berada di atas nilai
75, berdasarkan dua komponen penilaian yaitu SKP (60%) dan perilaku kerja (40%).
Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja pegawai akan dapat diketahui
terjadinya gap antara tingkat kesesuaian kemampuan dalam pengetahuan, keterampilan,
dan sikap perilaku SDM yang menempati suatu jabatan tertentu dengan kinerja minimal
yang harus dipenuhi, sehingga langkah yang diambil sebagai tindak lanjut dalam
melakukan pengembangan kompetensi SDM PPATK dapat dilakukan dengan tepat.
Indikator keberhasilan dari sasaran strategis tersebut beserta target dan realisasi kinerja,
sebagai berikut:
Tabel 3.44
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-14 PPATK Tahun 2015-2019
Persentase pegawai PPATK yang
memiliki prestasi kerja pegawai
baik
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target 90% 100% 100% 100% 100%
Realisasi 100% 100% 100% 100% 100%
Capaian 111,11% 100% 100% 100% 100%
IKSS 14: Persentase pegawai PPATK yang memiliki penilaian
prestasi kerja baik
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 93
Berdasarkan data dalam Tabel 3.44, pada tahun 2019, target kinerja indikator kinerja
Persentase pegawai PPATK yang memiliki prestasi kerja pegawai baik adalah 100% dan
realisasi kinerja sebesar 100%. Capaian kinerja indikator kinerja tersebut adalah 100%
kinerja dan menyamai realisasi kinerja pada tahun 2018. Capaian kinerja IKSS ini telah
berhasil memenuhi target kinerja.
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, realisasi kinerja selalu berhasil
mencapai target kinerja dari tahun ke tahun. Capaian kinerja juga cenderung stabil selama
empat tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pegawai PPATK memiliki
prestasi kerja yang baik selama periode renstra.
Pengukuran prestasi kerja para pegawai telah dilakukan selaras dengan target
perjanjian kinerja pada unit kerja. Setiap awal tahun, seluruh pegawai PPATK
diwajibkan untuk menyusun SKP (Sasaran Kerja Pegawai) yang merupakan turunan dari
indikator kinerja kegiatan unit eselon II. Sebagai komponen tambahan penilaian prestasi
kerja, perilaku pegawai juga tidak luput dari penilaian. Penyusunan SKP dan
penyampaian penilaian perilaku kurja tersebut telah dilakukan melalui sistem aplikasi
Sistem Informasi Aplikasi Penilaian Kinerja (SIAPIK), sehingga meminimalkan peluang
pegawai yang melakukan tugas atau pekerjaan yang tidak selaras dengan sasaran unit
eselon II yang diembannya.
Pada tahun 2019, PPATK menetapkan target kinerja Persentase Pegawai PPATK
yang memiliki prestasi kerja baik sebesar 100%. Berdasarkan data SIAPIK yang
diperoleh per 27 Februari 2020, dari total 553 pegawai PPATK, 343 pegawai PPATK
atau 62,03% telah melakukan input data SKP ke dalam aplikasi SIAPIK. Berdasarkan
data SIAPIK, para pegawai tersebut memiliki rata-rata nilai prestasi kerja sebesar 91,7
dan berada pada kategori sangat baik.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 94
Tabel 3.45
Perbandingan Realisasi IKSS ke-14 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun 2019
Persentase
Realisasi
Dibanding Target
Tahun 2019
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase pegawai
PPATK yang
memiliki prestasi
kerja Baik.
90% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini telah
mencapai 100%. Secara persentase, capaian kinerja ini sudah baik. Upaya-upaya yang
akan ditempuh oleh PPATK untuk meningkatkan prestasi kerja pada periode
pengukuran kinerja selanjutnya, antara lain:
1. Perbaikan infrastruktur aplikasi SIAPIK.
2. Penegakan sanksi administrasi bagi para pegawai yang terlambat menyampaikan
formulir Penilaian Prestasi Kerja Pegawai.
3. Pendampingan secara rutin kepada pegawai yang membutuhkan asistensi dalam
pengisian penilaian prestasi kerja.
Melalui sasaran strategis 12, PPATK bertujuan untuk menjaga agar seluruh
kegiatan yang direncanakan dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan demikian, manajemen kinerja adalah cara mengelola kegiatan organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sasaran strategis 12 diukur
keberhasilannya melalui satu IKSS, yakni Nilai AKIP PPATK. Capaian kinerja IKSS ini
adalah 94,66%.
Sasaran Strategis 12:
Meningkatnya kualitas manajemen kinerja PPATK
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 95
Nilai AKIP PPATK adalah nilai dari hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan
dan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap pelaksanaan sistem akuntabilitas
kinerja PPATK. Nilai AKIP PPATK diukur keberhasilannya melalui kesesuaian
penerapan sistem kinerja di PPATK dengan peraturan yang berlaku. Target dan realisasi
kinerja indikator kinerja untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis meningkatnya
kualitas manajemen kinerja PPATK, sebagai berikut:
Tabel 3.46
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-15 PPATK Tahun 2015-2019
Keterangan: *Nilai tahun 2018
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, nilai penyelenggaraan sistem
akuntabilitas kinerja PPATK cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Begitu pula
dengan capaian kinerja yang cenderung meningkat selama empat tahun terakhir. Selama
periode renstra tersebut, nilai penyelenggaraan sistem akuntabilitas kinerja PPATK
selalu berhasil masuk ke dalam kategori BB (sangat baik). Hal ini menunjukkan bahwa
PPATK dalam penyelenggaraan reformasi birokrasi selalu berupaya untuk mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik.
Berdasarkan surat Menteri PAN dan RB nomor: B/840/M.AA.05/2018 tanggal 31
Desember 2018 yang suratnya diterima oleh PPATK pada 9 April 2019 perihal Hasil
Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018, PPATK
memperoleh nilai hasil evaluasi sebesar 75,73 dengan tingkat akuntabilitas kinerja BB
(sangat baik) untuk pengelolaan sistem akuntabilitas kinerja PPATK pada tahun 2018.
Hasil penilaian ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan
Nilai AKIP PPATK
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target Nilai B Nilai A Nilai A Nilai A Nilai A
Realisasi Nilai BB
(72,25)
Nilai BB
(73,55)
Nilai BB
(75,59)
Nilai BB
(75,73)
Nilai BB
(75,73)*
Capaian 103,21% 91,94% 94,49% 94,66% 94,66%*
IKSS 15: Nilai AKIP PPATK
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 96
anggaran dibandingkan dengan capaian kinerjanya, kualitas pembangunan budaya
kinerja organisasi, dan penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada hasil,
sudah menunjukkan hasil yang baik.
Pada tahun 2019, PPATK menargetkan nilai AKIP PPATK adalah nilai A.
PPATK telah menyusun Laporan Kinerja Tahun 2018 PPATK. Laporan kinerja tersebut
telah disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan
Kinerja. Laporan kinerja tersebut juga telah memuat profil PPATK, target kinerja yang
ditetapkan, pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis kinerja untuk setiap sasaran
strategis atau hasil program/kegiatan dan kondisi terakhir yang seharusnya terwujud,
termasuk penggunaan sumber daya yang dimiliki.
Hingga 31 Desember 2019, PPATK belum menerima hasil evaluasi atas
implementasi akuntabilitas kinerja PPATK tahun 2019 dari Kementerian PAN dan
Reformasi Birokrasi. Oleh karena itu, realisasi nilai yang dicantumkan pada laporan
kinerja tahun 2019 adalah nilai atas hasil evaluasi atas implementasi akuntabilitas
kinerja PPATK tahun 2018. Hasil penilaian evaluasi akuntabilitas kinerja PPATK pada
tahun 2015-2019 yang diperoleh dari Kementerian PAN dan RB, sebagai berikut:
Tabel 3.47
Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja PPATK Tahun 2015-2019
No Komponen Bobot Tahun 2015
Tahun
2016
Tahun
2017
Tahun
2018
Tahun
2019
1 Perencanaan kinerja 30 24,28 24,00 24,80 24,84 24,84*
2 Pengukuran kinerja 25 16,88 18,00 18,48 18,51 18,51*
3 Pelaporan kinerja 15 11,08 11,08 11,26 11,27 11,27*
4 Evaluasi kinerja 10 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00*
5 Capaian kinerja 20 12,01 12,42 13,05 13,05 13,11*
Nilai hasil evaluasi 100 72,25 73,55 75,59 75,73 75,73*
Tingkat akuntabilitas kinerja BB BB BB BB BB*
Keterangan: *Nilai tahun 2018
Dengan memperhatikan rekomendasi hasil evaluasi sistem AKIP PPATK dari
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan sebagai
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 97
upaya untuk mencapai target kinerja yang telah ditentukan, maka selama tahun 2019,
PPATK telah melakukan berbagai upaya, antara lain:
1. Pembentukan Tim Pengelolaan Kinerja PPATK Tahun Anggaran 2019 melalui
Keputusan Kepala PPATK Nomor 12 Tahun 2019.
2. Perjanjian Kinerja Tahun 2019 PPATK telah ditandatangani oleh Kepala PPATK
pada 20 Desember 2018.
3. Perjanjian Kinerja Tahun 2019 unit eselon I, II, III, dan IV telah ditandatangani oleh
setiap pejabat dengan atasannya masing-masing.
4. Penyusunan rencana aksi perjanjian kinerja tahun 2019 PPATK.
5. Pengembangan aplikasi e-RKA guna mendukung penyelenggaraan sistem anggaran
dan akuntabilitas kinerja PPATK yang berbasis teknologi informasi.
6. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kinerja melalui penyusunan laporan capaian
kinerja secara triwulanan dan laporan realisasi output, serta menyampaikan laporan
tersebut kepada Bappenas dan Direktorat Jenderal Anggaran.
Laporan kinerja disusun untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada
pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai. Laporan kinerja juga
sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi PPATK untuk meningkatkan kinerja.
Laporan Kinerja Tahun 2018 PPATK telah disusun dan disampaikan kepada presiden
melalui Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi melalui aplikasi e-SAKIP REVIU.
Tabel 3.48
Perbandingan Realisasi IKSS ke-15 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019 IKSS Target Tahun Realisasi Tahun
2019
Persentase Realisasi
Dibanding Target
Tahun 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Nilai AKIP
PPATK
B
Nilai
A
Nilai
A
Nilai
A
Nilai
A
Nilai
BB*
(75,73) Nilai
94,66%
Keterangan: *Nilai tahun 2018
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini pada
tahun 2019 adalah 94,66%. Hal ini disebabkan hingga 31 Desember 2019, PPATK
belum memperoleh hasil penilaian evaluasi atas sistem akuntabilitas kinerja PPATK
tahun 2019 dari Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 98
PPATK menghadapi beberapa kendala yang dihadapi dalam pencapaian kinerja.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaian kinerja nilai AKIP PPATK, antara
lain:
1. Masih kurangnya pemahaman pengelola kinerja dalam melakukan pengukuran
indikator kinerja dan penyusunan laporan kinerja pada unit kerja masing-masing.
2. Rumusan penghitungan kinerja masih ada yang kurang sesuai dengan indikator
kinerja yang digunakan.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, maka PPATK melakukan upaya-
upaya, antara lain:
1. PPATK menyesuaikan target dan indikator kinerja, melaksanakan perbaikan
rumusan penghitungan kinerja yang kurang sesuai dengan indikator kinerja melalui
reviu Renstra PPATK Tahun 2015-2019.
2. PPATK melakukan cascading kinerja dalam Renstra PPATK Tahun 2020-2024
sampai dengan level individu, sehingga kinerja PPATK dapat lebih tergambar
dengan jelas.
3. Tim Pengelolaan Kinerja PPATK mengikuti bimbingan teknis teknik penyusunan
laporan kinerja instansi pemerintah di Universitas Gadjah Mada.
4. Tim Pengelolaan Kinerja PPATK melaksanakan study visit dengan pemerintah
provinsi DKI Jakarta dan pemerintah provinsi Jawa Barat terkait pengelolaan sistem
akuntabilitas kinerja.
5. PPATK lebih mengintensifkan kegiatan pendampingan kepada pengelola kinerja
seluruh unit kerja dalam penyusunan dokumen perencanaan dan pelaporan kinerja.
6. PPATK melaksanakan evaluasi dan monitoring atas capaian output dan kinerja
triwulanan dan penyusunan laporan kinerja masing-masing unit kerja.
7. PPATK melakukan pengintegrasian sistem informasi kinerja dan anggaran dengan
mengembangkan aplikasi e-RKA dalam upaya pemantauan dan pelaporan kinerja
dan anggaran.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 99
Melalui sasaran strategis 13, PPATK ingin mewujudkan reformasi birokrasi
PPATK yang efektif untuk menghasilkan tata kelola pemerintahan yang baik yang
mencakup seluruh sasaran area perubahan reformasi birokrasi dengan indikator, antara
lain bebas korupsi, bebas pelanggaran, komunikasi publik yang baik, penggunaan jam
kerja yang produktif dan efektif, serta penerapan reward dan punishment secara
konsisten dan berkelanjutan. Capaian kinerja SS 13 belum dapat diketahui realisasi
kinerjanya karena PPATK belum memperoleh hasil penilaian evaluasi program
reformasi birokrasi PPATK tahun 2018 dari Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi.
Reformasi birokrasi merupakan kebutuhan bagi setiap aparatur pemerintahan.
Reformasi birokrasi bukan hanya berkutat dalam tataran ketersediaan dokumentasi,
prosedur dan laporan, melainkan perubahannya harus mampu dirasakan dan dinikmati
oleh masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan tersebut juga harus
dapat diukur secara akuntabel dan transparan, serta dapat disajikan secara objektif.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah
menetapkan Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015-2019 melalui Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun
2015. Dengan ditetapkannya Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015-2019 tersebut,
PPATK dituntut untuk melakukan perubahan dan penyempurnaan terhadap program
mikro reformasi birokrasi PPATK. Sasaran reformasi birokrasi yang ingin dicapai
selama periode lima tahun tersebut adalah (1) birokrasi yang bersih dan akuntabel; (2)
birokrasi yang efektif dan efisien; dan (3) birokrasi yang memiliki pelayanan publik
berkualitas.
Sasaran Strategis 13:
Terwujudnya reformasi birokrasi PPATK yang efektif
IKSS 16: Nilai pelaksanaan reformasi birokrasi PPATK
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 100
Kesadaran untuk melakukan transformasi kelembagaan dan organisasi telah
mendorong PPATK untuk menetapkan Peraturan Kepala PPATK Nomor 08 Tahun 2016
tentang Road Map Reformasi Birokrasi PPATK periode 2015-2019. Arah kebijakan
dalam Road Map Reformasi Birokrasi PPATK tersebut berpedoman pada delapan area
perubahan dan tujuan kelembagaan, yakni (1) penguatan birokrasi pemerintah dalam
rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme;
(2) meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; dan (3) meningkatnya
kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
Terwujudnya reformasi birokrasi PPATK yang efektif bertujuan untuk
menghasilkan tata kelola yang berkualitas yang mencakup seluruh sasaran area
perubahan reformasi birokrasi dengan indikator, antara lain bebas korupsi, bebas
pelanggaran, komunikasi publik yang baik, penggunaan jam kerja yang produktif dan
efektif, serta penerapan reward dan punishment secara konsisten dan berkelanjutan.
Penilaian mandiri terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi di PPATK pada tahun
2019 dilaksanakan berdasarkan Road Map Reformasi Birokrasi PPATK tahun 2015-
2019 yang meliputi delapan program, yaitu Manajemen Perubahan, Penataan Peraturan
Perundang-undangan, Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tata Laksana,
Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, Penguatan Pengawasan, Penguatan
Akuntabilitas Kinerja, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.
Tabel 3.49
Perbandingan Kinerja IKSS ke-16 PPATK Tahun 2015-2019
Keterangan: *Nilai tahun 2018
Pada tahun 2019, PPATK menargetkan nilai pelaksanaan reformasi birokrasi
PPATK, yaitu nilai 85. Realisasi nilai pelaksanaan reformasi birokrasi PPATK pada
Nilai pelaksanaan reformasi
birokrasi
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target Nilai 65 Nilai 70 Nilai 75 Nilai 80 Nilai 85
Realisasi Nilai
67,60
Nilai
75,38
Nilai
77,97
Nilai
77,82
Nilai
77,82*
Capaian 104% 107,69% 103,96% 97,28% 91,55%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 101
tahun 2019 berdasarkan penilaian tahun 2018 adalah 77,82. PPATK terus melakukan
langkah-langkah perbaikan untuk dapat meningkatkan pencapaian kinerja pada tahun
berikutnya. Sampai dengan 31 Desember 2019, PPATK belum menerima hasil penilaian
evaluasi penyelenggaraan reformasi birokrasi untuk periode 2019 yang dilaksanakan
oleh Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi. Oleh karena itu, realisasi nilai
pelaksanaan reformasi birokrasi yang dicantumkan dalam laporan kinerja tahun 2019
merupakan nilai atas hasil evaluasi penyelenggaraan reformasi birokrasi PPATK tahun
2018.
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, nilai penyelenggaraan
reformasi birokrasi PPATK cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Namun, capaian
kinerja selama empat tahun terakhir cenderung mengalami penurunan karena target
kinerja yang selalu meningkat pada setiap tahun. Selama periode renstra tersebut, nilai
penyelenggaraan reformasi birokrasi PPATK selalu berhasil masuk ke dalam kategori
BB (sangat baik). Hal ini menunjukkan bahwa PPATK dalam penyelenggaraan
reformasi birokrasi selalu berupaya untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian PAN dan Reformasi
Birokrasi dalam surat Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi nomor:
B/173/M.RB.06/2018 tanggal 31 Desember 2018 yang suratnya diterima oleh PPATK
pada 9 April 2019 perihal Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi PPATK,
diperoleh penilaian berdasarkan komponen, sebagai berikut:
Tabel 3.50
Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi PPATK Tahun 2016-2019
No Komponen Nilai Tahun
2016
Tahun
2017
Tahun
2018
Tahun
2019
A Komponen pengungkit
1 Manajemen perubahan 5 3,78 3,73 3,73 3,73*
2 Penataan Peraturan
Perundang-undangan
5 3,96 3,75 3,75 3,75*
3 Penataan dan Penguatan
Organisasi
6 4,18 4,18 4,18 4,18*
4 Penataan Tata Laksana 5 3,60 4,38 4,37 4,37*
5 Penataan Sistem Manajemen
SDM Aparatur
15 11,70 13,42 13,42 13,42*
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 102
No Komponen Nilai Tahun
2016
Tahun
2017
Tahun
2018
Tahun
2019
6 Penguatan Akuntabilitas
Kinerja
6 4,35 4,57 4,57 4,57*
7 Penguatan Pengawasan 12 6,67 6,98 7,04 7,04*
8 Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik
6 3,53 4,17 4,22 4,22*
Subtotal 60 41,77 45,18 45,28 45,28*
B Komponen Hasil
1 Nilai akuntabilitas kinerja 14 10,12 10,30 10,58 10,58*
2 Survei internal integritas
organisasi
6 5,00 4,70 4,25 4,25*
3 Survei eksternal persepsi
korupsi
7 6,56 6,16 5,83 5,83*
4 Opini BPK 3 3,00 3,00 3,00 3,00*
5 Survei eksternal pelayanan
publik
10 8,93 8,63 8,88 8,88*
Subtotal 40 33,61 32,79 32,54 32,54*
Indeks reformasi birokrasi 100 75,38 77,97 77,82 77,82*
Keterangan: *Nilai tahun 2018
Tahun 2019 merupakan tahun kelima pelaksanaan evaluasi terhadap
penyelenggaraan reformasi birokrasi di PPATK. Output pelaksanaan kegiatan reformasi
birokrasi yang dihasilkan selama tahun 2019, sebagai berikut:
1) Program 1: Manajemen Perubahan
Penetapan Peraturan Kepala PPATK Nomor 08 Tahun 2016 tentang Road Map
Reformasi Birokrasi PPATK periode 2015-2019.
Pembentukan Agen Perubahan pada setiap lini organisasi sebagai program
percontohan dalam membudayakan dan menginternalisasi nilai-nilai reformasi
birokrasi di PPATK.
Pembentukan Tim Reformasi Birokrasi PPATK Tahun 2019 berdasarkan
Keputusan Kepala PPATK Nomor 13 Tahun 2019 tentang Tim Reformasi
Birokrasi PPATK.
Perubahan ruang kerja menjadi open space untuk meningkatkan interaksi dan
transparansi kinerja pegawai.
2) Program 2: Penataan Peraturan Perundang-undangan
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 103
Pelaksanaan harmonisasi peraturan perundang-undangan secara berkala,
misalnya peraturan tentang Pelimpahan Kewenangan dan Penandatanganan
Naskah Dinas, Pola Klasifikasi Arsip, dan Klasifikasi Informasi pada PPATK.
3) Program 3: Penataan dan Penguatan Organisasi
Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 48 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPATK.
Peraturan Kepala PPATK Nomor 3 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja PPATK.
4) Program 4: Penataan Tata Laksana
Penetapan Peraturan Kepala PPATK Nomor 12 Tahun 2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Kepala PPATK Nomor PER-06/1.01/PPATK/04/15 tentang
Standar Operasional Prosedur Unit Kerja di Lingkungan PPATK.
Penyusunan dokumen proses bisnis PPATK level 0-2 di PPATK.
Implementasi aplikasi SIKD terkait naskah dinas berbasis elektronik.
5) Program 5: Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur
Penyusunan dokumen Analisis Jabatan PPATK.
Penyusunan dokumen perencanaan kebutuhan pegawai dan organisasi.
Implementasi Sistem Penilaian Kinerja secara online melalui aplikasi SIAPIK
yang terintegrasi dengan Perjanjian Kinerja.
Penyusunan dokumen evaluasi jabatan PPATK.
Pengembangan Aplikasi Assessment Centre di PPATK.
Tersedianya Sistem Aplikasi Kepegawaian (SIMPEG) PPATK.
6) Program 6: Penguatan Akuntabilitas Kinerja
Penetapan dokumen Peraturan Kepala PPATK Nomor 07 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-05/1.01/PPATK/03/15
tentang Rencana Strategis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
Tahun 2015-2019.
Penetapan Peraturan Kepala PPATK Nomor PER-10/1.01/PPATK/07/15 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Pada PPATK.
Penetapan Peraturan Kepala PPATK Nomor 8 Tahun 2018 tentang Administrasi
Pengelolaan Hibah pada PPATK.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 104
Pembentukan Tim Pengelolaan Kinerja PPATK Tahun 2019 berdasarkan
Keputusan Kepala PPATK Nomor 12 Tahun 2019 tentang Tim Pengelolaan
Kinerja dalam Rangka Penguatan Sistem Akuntabilitas Kinerja PPATK Tahun
Anggaran 2019.
Penetapan Peraturan PPATK Nomor 14 Tahun 2019 tentang Penghargaan Bagi
Pegawai PPATK.
Pelaksanaan Zona Integritas melalui pengusulan Direktorat Analisis Transaksi
sebagai unit kerja berpredikat WBK (Wilayah Bebas Korupsi) di PPATK.
7) Program 7: Penguatan Pengawasan
Penetapan rerangka kerja dan rencana mitigasi manajemen risiko PPATK.
Penetapan Peraturan Kepala PPATK Nomor 19 Tahun 2017 tentang
Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan PPATK.
Pembentukan Tim Penyusun dan Penilai Pengendalian Intern atas Pelaporan
Keuangan pada PPATK berdasarkan Keputusan Kepala PPATK Nomor 105A
Tahun 2019.
8) Program 8: Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Penetapan SOP Layanan pada Peraturan Kepala PPATK Nomor 12 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Kepala PPATK Nomor PER-
06/1.01/PPATK/04/15 tentang Standar Operasional Prosedur Unit Kerja di
Lingkungan PPATK.
Dukungan Keterbukaan Informasi Publik melalui Peraturan Kepala PPATK
Nomor PER-17/1.01/PPATK/11/15 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Kepala PPATK Nomor PER-11/1.01/PPATK/08/14 tentang Klasifikasi dan
Pengelolaan Informasi Pada PPATK.
Pengembangan Sistem Informasi Publik-PPID PPATK dengan alamat
www.ppid.ppatk.go.id untuk menjamin keterbukaan informasi publik PPATK
kepada masyarakat.
Peraturan Kepala PPATK Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pedoman Uji
Konsekuensi Informasi Publik di Lingkungan PPATK.
Penyediaan layanan call center untuk memudahkan laporan pengaduan
masyarakat kepada PPATK.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 105
Pemanfaatan sistem informasi pembelajaran anti pencucian uang dan pencegahan
pendanaan terorisme perbankan sebagai media pembelajaran dan meningkatkan
awareness frontliner penyedia jasa keuangan terhadap pencucian uang.
Tabel 3.51
Perbandingan Realisasi IKSS ke-16 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun 2019
Persentase
Realisasi Dibanding
Target Tahun 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Nilai pelaksanaan reformasi birokrasi
PPATK.
65 Nilai
70 Nilai
75 Nilai
80 Nilai
85 Nilai
77,82* Nilai
91,55%
Pada tahun 2019, PPATK menargetkan kinerja nilai pelaksanaan reformasi
birokrasi, yaitu nilai 85. Realisasi kinerja IKSS pada tahun 2019 sebesar 77,82 yang
merupakan hasil penilaian atas pelaksanaan reformasi birokrasi PPATK tahun 2018
karena hasil penilaian atas pelaksanaan reformasi birokrasi PPATK tahun 2019 dari
Kementerian PAN dan RB belum diterima oleh PPATK.
PPATK akan terus berupaya untuk mempercepat pelaksanaan program reformasi
birokrasi melalui langkah-langkah, antara lain:
1. PPATK melakukan sosialisasi dan internalisasi secara berkala dalam upaya mencapai
keseragaman dalam persepsi dan pemahaman terhadap kebijakan reformasi birokrasi
kepada seluruh pegawai PPATK.
2. PPATK melakukan koordinasi mengenai program dan kegiatan reformasi birokrasi
kepada seluruh pimpinan dan pegawai PPATK.
3. PPATK meningkatkan pengembangan kompetensi sumber daya manusia yang
menangani reformasi birokrasi dan tim asesor agar mampu memberikan arah perbaikan
atas pelaksanaan reformasi birokrasi di PPATK.
4. PPATK melakukan reviu atas Road Map Reformasi Birokrasi PPATK untuk
memperjelas arah dan sasaran yang akan diwujudkan dan ukuran keberhasilannya.
PPATK akan menyusun langkah kerja yang terpadu untuk mencapai sasaran perubahan
yang ditetapkan. Road map tersebut akan terintegrasi dengan Renstra PPATK Tahun
2020-2024 dan Road Map Reformasi Birokrasi Nasional Tahun 2020-2024 yang akan
ditetapkan oleh Kementerian PAN dan RB.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 106
5. PPATK melakukan evaluasi atas kemajuan kinrja agen perubahan dan
mengidentifikasi langkah-langkah perbaikan yang diperlukan agar perbaikan budaya
kinerja dan perubahan mindset aparatur dapat terwujud.
6. PPATK menerapkan sumber daya manusia yang berbasis merit melalui penerapan
manajemen kinerja individu yang selaras dengan kinerja organisasi dan
memanfaatkannya untuk pengembangan kompetensi dan pembinaan karier pegawai
dalam mendukung terlaksananya manajemen sumber daya manusia yang berbasis merit
guna meningkatkan profesionalitas sumber daya manusia. PPATK telah menetapkan
Sasaran strategis 14 dimaksudkan agar PPATK mampu menyajikan laporan
keuangan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, sehingga
mendorong terwujudnya tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan di
PPATK. Sasaran strategis 14 diukur keberhasilannya melalui satu IKSS, yaitu Opini
BPK. Pencapaian kinerja SS 14 sangat baik dengan capaian kinerja sebesar 100%.
Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan keuangan merupakan
pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria, yakni
kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan,
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian
intern.
Pada tahun 2019, PPATK menargetkan opini BPK atas Laporan Keuangan PPATK
adalah opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). PPATK telah menyusun Laporan
Keuangan PPATK Tahun 2018 dengan menerapkan Sistem Akuntansi Pemerintahan
berbasis akrual sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Laporan
Sasaran Strategis 14:
Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan keuangan PPATK
IKSS 17: Opini BPK
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 107
Keuangan PPATK disusun sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
222/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
177/PMK.05/2015 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga, laporan keuangan berbasis akrual tersebut terdiri atas
Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Keuangan Tahun 2018 PPATK Unaudited telah disusun dan disampaikan
kepada pihak-pihak, sebagai berikut:
a. Menteri Keuangan Up. Direktur Jenderal Perbendaharaan melalui surat Kepala
PPATK nomor: T/89/KU.07.02/II/2019 tanggal 21 Februari 2019.
b. Badan Pemeriksa Keuangan melalui surat Kepala PPATK nomor:
T/90/KU.07.02/II/2019 tanggal 21 Februari 2019.
Laporan Keuangan PPATK Audited Tahun 2018 telah disusun dan disepakati
berdasarkan hasil rekonsiliasi tiga pihak (tripartit) antara Kementerian Keuangan,
PPATK, Badan Pemeriksa Keuangan pada 28 Maret 2019 dan disampaikan tepat waktu
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sebagai berikut:
a. Menteri Keuangan Up. Direktur Jenderal Perbendaharaan melalui surat Kepala
PPATK nomor: T/120/KU.07.04/IV/2019 tanggal 16 April 2019.
b. Badan Pemeriksa Keuangan melalui surat Kepala PPATK nomor:
T/121/KU.07.04/IV/2019 tanggal 16 April 2019.
Laporan Keuangan Semester I Tahun 2019 tingkat satuan kerja PPATK telah
disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sebagai berikut:
a. Menteri Keuangan Up. Direktur Jenderal Perbendaharaan melalui surat Kepala
PPATK nomor: T/186/KU.07.03/VII/2019 tanggal 29 Juli 2019.
b. Badan Pemeriksa Keuangan melalui surat Kepala PPATK nomor:
T/187/KU.07.03/VII/2019 tanggal 29 Juli 2019.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 108
Selain menyusun Laporan Keuangan PPATK Tahun 2018 Unaudited dan Audited,
PPATK juga telah menyusun Laporan Keuangan Semester I Tahun 2019 PPATK dan
telah disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sebagai berikut:
a. Menteri Keuangan Up. Direktur Jenderal Perbendaharaan melalui surat Kepala
PPATK nomor: T/186/KU.07.03/VII/2019 tanggal 29 Juli 2019.
b. Badan Pemeriksa Keuangan melalui surat Kepala PPATK nomor:
T/187/KU.07.03/VII/2019 tanggal 29 Juli 2019.
Dalam upaya menghasilkan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL)
Tahun 2018 yang lebih berkualitas, Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal
Perbendaharaan meminta seluruh kementerian/lembaga untuk menyusun LKKL
Triwulan III Tahun 2019. Untuk menindaklanjuti permintaan tersebut, PPATK telah
menyampaikan Laporan Keuangan Triwulan III Tahun 2019 PPATK kepada Menteri
Keuangan up. Direktur Jenderal Perbendaharaan melalui surat Kepala PPATK nomor:
T/190/KU.07.03/X/2019 tanggal 29 Oktober 2019 perihal Penyampaian Laporan
Keuangan PPATK Triwulan III Tahun 2019.
Berdasarkan surat BPK nomor: 181/S/XV/05/2019 tanggal 13 Mei 2019 perihal
Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan PPATK Tahun 2018, hasil evaluasi
atas Laporan Keuangan PPATK Tahun 2018 adalah opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa Laporan Keuangan PPATK
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PPATK pada
31 Desember 2018, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, dan Laporan
Perubahan Ekuitas untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2018 sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan. Opini WTP ini merupakan penghargaan yang berhasil
diraih oleh PPATK selama tiga belas tahun berturut-turut.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 109
Gambar 3.6
Piagam WTP atas Laporan Keuangan Tahun 2018 PPATK
Target dan realisasi kinerja indikator kinerja untuk mengukur keberhasilan sasaran
strategis meningkatnya akuntabilitas pengelolaan keuangan PPATK, sebagai berikut:
Tabel 3.52
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-17 PPATK Tahun 2015-2019
Berdasarkan data dalam Tabel 3.52, pada tahun 2019, target kinerja indikator Opini
BPK adalah Opini WTP dan realisasi kinerja adalah Opini WTP. Capaian kinerja indikator
kinerja tersebut adalah 100%. Capaian kinerja IKSS ini berhasil memenuhi target kinerja.
PPATK berupaya optimal dalam mempertahankan IKSS Opini BPK sesuai target
kinerja, yaitu opini Wajar Tanpa Pengecualian.
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, realisasi kinerja selalu stabil
dari tahun ke tahun, yaitu memperoleh opini WTP. Begitu pula dengan capaian kinerja
yang selalu berhasil mencapai target kinerja sebesar 100% dan mempertahankan prestasi
opini WTP selama lima tahun berturut-turut. Hal ini menunjukkan bahwa laporan
keuangan PPATK telah disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan,
Opini BPK
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target Opini
WTP
Opini
WTP
Opini
WTP
Opini
WTP
Opini
WTP
Realisasi Opini WTP
Opini WTP
Opini WTP
Opini WTP
Opini WTP
Capaian 100% 100% 100% 100% 100%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 110
kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
efektivitas sistem pengendalian intern
Keberhasilan pencapaian kinerja ini disebabkan oleh hal-hal, sebagai berikut:
1. PPATK menyusun Laporan Keuangan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 222/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 177/PMK.05/2015 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dan Sistem Akuntansi Pemerintahan.
2. PPATK menerapkan sistem akuntansi akrual dalam pencatatan akuntansi barang
milik negara dan akuntansi keuangan.
3. PPATK telah mengimplementasikan Peraturan Kepala PPATK Nomor 8 Tahun 2018
tentang Administrasi Pengelolaan Hibah pada PPATK.
4. PPATK selalu melaksanakan rekonsiliasi realisasi belanja bulanan secara online
melalui aplikasi e-Rekon dari KPPN.
5. PPATK menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi dari Inspektorat PPATK dan
BPK terkait temuan dalam Laporan Keuangan PPATK.
6. Sekretariat Utama membentuk Tim Penyusun dan Penilai Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan (PIPK) pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang
ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala PPATK. Tujuan dari penerapan PIPK adalah
untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan dan memastikan bahwa pelaporan
keuangan telah disusun dengan pengendalian intern yang memadai.
Tabel 3.53
Perbandingan Realisasi IKSS ke-17 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun 2019
Persentase Realisasi
Dibanding Target Tahun
2019 2015 2016 2017 2018 2019
Opini
BPK WTP WTP WTP WTP WTP WTP 100%
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini telah
mencapai 100%. Secara persentase, capaian kinerja ini sudah sangat baik. Upaya-upaya
yang akan ditempuh oleh PPATK untuk mempertahankan kinerja pada periode
pengukuran kinerja selanjutnya, antara lain:
1. Mengelola administrasi hibah sesuai Peraturan PPATK Nomor 8 Tahun 2018.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 111
2. Penilaian risiko atas pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa yang bersifat
strategis.
3. Penerapan PIPK secara konsisten dan melakukan reviu PIPK secara berkala.
4. Pemantauan dan evaluasi untuk kegiatan pengendalian pada kegiatan strategis.
5. Menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi Inspektorat PPATK dan BPK atas
Laporan Keuangan PPATK.
C. Realisasi Anggaran
Pagu anggaran pada awal tahun 2019 sebesar Rp180.362.223.000,00. Pada 7 Mei
2019 PPATK memperoleh tambahan alokasi anggaran sebesar Rp10.000.000.000,00
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 377/KMK.02/2019 tentang Penetapan
Kementerian Negara/Lembaga Penerima Insentif dan Besaran Insentif Tahun Anggaran
2019 atas Kinerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2018.
Selama tahun berjalan, PPATK juga melakukan beberapa kali revisi DIPA dan revisi
POK, sehingga alokasi anggaran meningkat menjadi Rp211.467.726.000,00. Revisi
anggaran tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan anggaran yang sangat
mendesak dan harus segera dipenuhi karena belum diakomodasi dalam DIPA PPATK
TA 2019. Revisi anggaran tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, antara lain:
1. Penambahan kegiatan baru, yaitu festival kreatif dengan para peserta dari kalangan
masyarakat dengan membuat ide kreatif mengenai meme PPATK, vlog PPATK, dan
videografis PPATK, serta biaya iklan pada media sosial.
2. Pergeseran anggaran dalam program, antarsatker, antarprogram untuk memenuhi
kekurangan belanja pegawai.
3. Penambahan biaya perjalanan dinas luar negeri untuk menghadiri kegiatan-kegiatan
annual meeting (Pre-CTF Summit, CTF Summit, APG Plenary, dan FATF Plenary).
4. Penambahan biaya perjalanan dinas karena terdapat arahan dari pimpinan terkait
perluasan pilot project Financial Integraty Rating (FIR) yang akan diterapkan
kepada seluruh jenis industri.
5. Penyesuaian belanja sarana dan prasarana.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 112
Realisasi anggaran PPATK per 31 Desember 2019 adalah Rp195.685.169.459,00
atau 92,64% dari total alokasi anggaran sebesar Rp211.467.726.000,00. Hal tersebut
menunjukkan bahwa PPATK melakukan efisiensi/penghematan dalam penggunaan
anggaran apabila dibandingkan dengan rata-rata capaian kinerja yang baik, yaitu sebesar
99,43%.
Tabel 3.54
Perbandingan Realisasi Anggaran PPATK
Tahun 2018 dan 2019
Kode
Program/
Kegiatan
Nama Program/Kegiatan Realisasi
Tahun 2018
(Rp)
Realisasi
Tahun 2019
(Rp)
% Naik
(Turun)
01 Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya PPATK
93.400.016.835 107.030.321.021 14,59%
01.3374 Pengawasan internal PPATK 556.617.265 565.453.540 1,59%
01.3375 Pengelolaan perencanaan dan
keuangan PPATK
70.419.365.511 73.377.391.367 4,20%
01.3376 Pengelolaan sumber daya
manusia, organisasi, dan
ketatalaksanaan PPATK
5.669.241.177 6.823.846.698 20,37%
01.3377 Penyelenggaraan ketatausahaan,
kerumahtanggan, dan
perlengkapan PPATK
16.754.792.882 26.263.629.416 56,75%
06 Program Pencegahan dan
Pemberantasan TPPU dan
Pendanaan Terorisme
44.488.639.733 88.654.848.438 99,28%
06.3365 Pendidikan dan pelatihan anti
pencucian uang PPATK
8.251.500.155 20.102.770.068 143,63%
06.3379 Pengelolaan bidang hukum
PPATK
2.288.184.513 1.871.104.349 (18,23%)
06.3380 Pelaksanaan kerja sama dan
humas PPATK
6.229.773.003 16.021.356.252 157,17%
06.3381 Pengelolaan teknologi informasi PPATK
13.269.440.889 37.463.118.062 182,33%
06.3382 Pengawasan kepatuhan pihak
pelapor
1.545.211.032 1.483.484.339 (3,99%)
06.3383 Pengawasan kewajiban
pelaporan dan pembinaan pihak
pelapor
1.933.601.069 2.403.721.073 24,31%
06.3384 Analisis transaksi dan
pengelolaan laporan masyarakat
1.638.820.488 1.336.145.173 (18,47%)
06.5232 Pemeriksaan dan pengembangan
riset TPPU
9.332.108.584 7.973.149.122 (14,56%)
Jumlah 137.888.656.568 195.685.169.459 41,92%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 113
Berdasarkan Tabel 3.54, pada tahun 2019, diketahui bahwa realisasi anggaran
PPATK per 31 Desember 2019 sebesar Rp195.685.169.459,00, sehingga realisasi
anggaran pada tahun 2019 meningkat sebesar Rp57.796.512.891,00 atau 41,92% apabila
dibandingkan dengan realisasi anggaran per 31 Desember 2018 sebesar
Rp137.888.656.568,00. Peningkatan realisasi anggaran yang sangat signifikan terdapat
pada kegiatan Pendidikan dan pelatihan anti pencucian uang PPATK (143,63%),
Pelaksanaan kerja sama dan humas PPATK (157,17%), dan Pengelolaan teknologi
informasi PPATK (182,33%).
Tabel 3.55
Realisasi Anggaran PPATK
Tahun 2015-2019
Keterangan Pagu
Anggaran (Rp)
Realisasi
Anggaran (Rp)
Persentase
(%)
Tahun 2015 85.266.896.000 79.918.196.603 94,32
Tahun 2016 204.208.366.000 195.616.604.565 91,51
Tahun 2017 117.169.305.000 111.101.226.364 95,08
Tahun 2018 143.869.148.000 137.888.656.568 96,05
Tahun 2019 211.467.726.000 195.685.169.459 92,64
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, realisasi anggaran PPATK
cenderung berfluktuasi. Secara persentase, penyerapan anggaran tertinggi terjadi pada
tahun 2018 sebesar Rp137.888.656.568,00 atau 96,05%. Realisasi anggaran yang cukup
tinggi ini disebabkan, antara lain terdapat penambahan jumlah pegawai baru PPATK,
pembelian rumah oleh Pusdiklat APU PPT, dan pembayaran rapel tunjangan kepada
pejabat negara.
Tabel 3.56
Realisasi Anggaran Terkait Pencapaian Kinerja PPATK
Tahun 2019
No Sasaran
Strategis
IKSS Capaian
Kinerja
Program Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp) 1 Meningkatnya
persepsi publik
terhadap
pencegahan
Indeks persepsi
TPPU dan pendanaan
terorisme.
106,2%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 114
No Sasaran
Strategis
IKSS Capaian
Kinerja
Program Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp) dan
pemberantasan
TPPU dan
pendanaan
terorisme.
Program
pencegahan
dan
pemberantasan
TPPU dan
pendanaan
terorisme
98.560.725.000
88.654.848.438
2 Meningkatnya
tindak lanjut
atas
rekomendasi
pencegahan
dan
pemberantasan
TPPU dan
pendanaan
terorisme.
Persentase
rekomendasi PPATK
dalam pencegahan
dan pemberantasan
TPPU dan pendanaan
terorisme yang
ditindaklanjuti.
100%
Persentase
rekomendasi FATF
yang diadopsi dalam
kebijakan domestik.
120%
Persentase
rekomendasi NRA
yang ditindaklanjuti.
97,78%
3 Meningkatnya
pengungkapan
kasus TPPU
dan pendanaan
terorisme.
Persentase
peningkatan
pengungkapan kasus
TPPU dan pendanaan
terorisme di
Indonesia.
83,35%
4 Meningkatnya
efektivitas
kerja sama
pencegahan
dan
pemberantasan
TPPU dan
pendanaan
terorisme.
Persentase kerja sama
yang ditindaklanjuti
100%
5 Meningkatnya
kualitas hasil
riset TPPU
dan pendanaan
terorisme.
Tingkat kualitas hasil
riset TPPU dan
pendanaan terorisme.
97%
6 Meningkatnya
hasil analisis,
hasil
pemeriksaan,
dan informasi
Jumlah Hasil
Analisis, Hasil
Pemeriksaan, dan
informasi yang
120%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 115
No Sasaran
Strategis
IKSS Capaian
Kinerja
Program Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp) yang
ditindaklanjuti.
ditindaklanjuti
7 Meningkatnya
kepatuhan
pelaporan.
Persentase laporan
dari pihak pelapor
yang memenuhi
standar pelaporan.
103,79%
Indeks kepatuhan
pihak pelapor.
100%
8 Terpenuhinya
produk hukum
pencegahan
dan
pemberantasan
TPPU dan
pendanaan
terorisme.
Persentase
pemenuhan produk
hukum TPPU dan
pendanaan terorisme.
100%
9 Meningkatnya
keandalan
sistem TI
PPATK.
Indeks tata kelola
teknologi informasi
PPATK.
88,57%
10 Meningkatnya
kemampuan
pihak pelapor
dan penyidik
TPPU dalam
pencegahan
dan
pemberantasan
TPPU dan
pendanaan
terorisme.
Persentase kelulusan
peserta diklat.
87,58%
Program
dukungan
manajemen
dan
pelaksanaan
tugas teknis
lainnya
PPATK
112.907.001.000
107.030.321.021
11 Meningkatnya
kualitas
sumber daya
manusia
PPATK.
Persentase pegawai
PPATK yang
memiliki penilaian
prestasi kerja
pegawai baik.
100%
12 Meningkatnya
kualitas
manajemen
kinerja
PPATK.
Nilai AKIP PPATK 94,66%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 116
No Sasaran
Strategis
IKSS Capaian
Kinerja
Program Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp) 13 Terwujudnya
reformasi
birokrasi yang
efektif.
Nilai pelaksanaan
reformasi birokrasi
PPATK.
91,55%
14 Meningkatnya
akuntabilitas
pengelolaan
keuangan
PPATK.
Opini BPK. 100%
Total 211.467.726.000 195.685.169.459
D. Efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya
Rata-rata capaian kinerja PPATK sebesar 99,43% telah berhasil melampaui target
kinerja dengan realisasi anggaran sebesar 92,64%. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa selama tahun 2019, PPATK berhasil mencapai kinerja secara optimal dan
mencapai realisasi anggaran yang cukup tinggi. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa
PPATK dapat memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien. Beberapa efisiensi
yang telah dilakukan, antara lain:
a) Penggunaan sarana dan prasarana PPATK untuk pelaksanaan kegiatan pendidikan
dan pelatihan, terutama fasilitas gedung Pusdiklat APU PPT. Selain dimanfaatkan
oleh pihak internal PPATK, Pusdiklat APU PPT juga dimanfaatkan oleh mitra kerja
PPATK yang berasal dari aparat penegak hukum, Penyedia Jasa Keuangan, dan
Penyedia Barang dan Jasa sebagai tempat pelaksanaan kegiatan pendidikan dan
pelatihan APU PPT.
b) Penghematan dalam paket-paket pengadaan barang/jasa.
c) Penggunaan fasilitas internal PPATK untuk pengadaan kegiatan rapat, seminar, dan
konsinyering untuk efisiensi biaya paket meeting dalam/luar kota.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 117
E. Kinerja dan Capaian Lainnya
Selama tahun 2019, PPATK berhasil meraih prestasi-prestasi yang membanggakan
pada tingkat nasional dan internasional, meliputi:
1. Prestasi PPATK pada tingkat nasional, meliputi:
a. Penghargaan atas capaian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk
Laporan Keuangan PPATK tahun 2018.
b. Penghargaan Komisi Informasi Publik kepada PPATK sebagai Badan Publik
Menuju Informatif pada Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2019 tingkat
Lembaga Non Struktural.
Gambar 3.7 Penghargaan Opini WTP Tahun 2014-2018
c. Penghargaan atas capaian
opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) untuk
Laporan Keuangan PPATK
selama lima tahun berturut-
turut, yaitu Laporan
Keuangan PPATK tahun
2014-2018.
Gambar 3.8 Predikat I Kearsipan Tahun 2019
d. Predikat I (sangat
memuaskan) pada kategori
Lembaga Tinggi Negara,
Lembaga Setingkat
Kementerian, Lembaga
Non Struktural, dan
Lembaga Penyiaran
Publik berdasarkan hasil
pengawasan Arsip
Nasional Republik
Indonesia.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 118
e. Penghargaan Komisi Pemilihan Umum kepada PPATK sebagai mitra pendukung
pemilu serentak tahun 2019.
f. Jumlah penerimaan negara atas empat Hasil Pemeriksaan PPATK yang telah
masuk ke kas negara yang berasal dari denda sebesar Rp3.050.000.000,00, aset
berupa dua belas jenis mata uang asing dan uang rupiah senilai
Rp3.744.281.357,40 dan dari satu putusan audit Direktorat Jenderal Pajak telah
berkontribusi pada penerimaan negara sebesar Rp24.727.768.534,00, serta
sejumlah aset lainnya. PPATK juga telah berkontribusi dalam membantu
meningkatkan penerimaan negara dari perpajakan melalui Hasil Analisis yang
nilainya ditaksir mencapai Rp583.427.216.456,00.
Gambar 3.9 BKN Awards Tahun 2019
g. Penghargaan BKN Awards 2019
sebagai pemenang kategori
Implementasi Implementasi
Sistem Aplikasi Pelayanan
Kepegawaian (SAPK) dan
Pemanfaatan Computer Assisted
Test (CAT) tingkat Lembaga
Pemerintah Non Kementerian.
2. Prestasi PPATK pada tingkat internasional, meliputi:
a. PPATK sebagai tuan rumah
pertemuan tahunan Kelompok Kerja
Egmont Group meetings yang
diselenggarakan pada 28-31 Januari
2019 di Jakarta.
Gambar 3.10 Egmont Group meetings tahun 2019
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 119
Gambar 3.11 Kegiatan 5th CTF Summit pada 12-15 November
2019 di Manila, Filipina
b. PPATK menjadi co-host dalam
penyelenggaraan kegiatan 5th
Counter-
Terrorism Financing Summit (CTF
Summit) pada 12-15 November 2019 di
Manila, Filipina.
c. PPATK terpilih sebagai Regional Representative (RR) the Egmont Group untuk
kawasan Asia Pasifik
F. Rencana Pengembangan
Berdasarkan hasil analisis, pemantauan, pelaporan, dan evaluasi pencapaian kinerja
tahun 2019, PPATK terus berupaya untuk meningkatkan kinerja dengan menyusun
rencana pengembangan dalam bidang manajemen kinerja, pengembangan infrastruktur,
dan aplikasi yang meliputi:
1. PPATK akan menyusun Road Map Reformasi Birokrasi PPATK Tahun 2020-2024
sesuai sasaran lima tahunan ketiga (2020-2024) dalam Grand Design Reformasi
Birokrasi Tahun 2010-2025 dengan melibatkan partisipasi seluruh pimpinan dan para
pegawai sebagai penggerak organisasi.
2. PPATK akan melakukan counseling dan coaching ke Financial Crimes Enforcement
Network (FinCEN) dan Terrorist Screening Center (TSC) di Amerika Serikat terkait
rencana pembangunan aplikasi Sistem Informasi Terduga Pendanaan Terorisme
(SIPENDAR).
3. PPATK akan menyusun Work Plan Information Sharing Platform (ISP) Working
Group, yaitu rekomendasi pilihan technology solution and IT risk governance dan
usulan ISP face to face meeting di PPATK.
4. Persiapan implementasi aplikasi goAML yang meliputi pengadaan perangkat server
backup aplikasi goAML yang akan ditempatkan di DRC dan pengadaan perangkat
sistem keamanan dan jaringan yang mendukung aplikasi goAML.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 120
5. Pengembangan aplikasi Sistem Informasi Terduga Pendanaan Terorisme
(SIPENDAR). Aplikasi ini direncanakan akan dikembangkan secara swakelola oleh
para staf pengembangan aplikasi sistem pada Pusat TI.
6. Uji coba keamanan sistem informasi untuk aplikasi (PEP’s) dan aplikasi goAML
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 121
Laporan Kinerja Tahun 2019 PPATK menyajikan pencapaian sasaran strategis yang
tercermin pada capaian empat belas sasaran strategis dan tujuh belas IKSS yang termuat
dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2019. Rata-rata capaian kinerja PPATK pada tahun 2019
adalah 99,43%. Capaian kinerja tersebut didukung dengan realisasi anggaran per 31
Desember 2019 sebesar Rp195.685.169.459,00 atau sebesar 92,64% dari total anggaran
yang dialokasikan sebesar Rp211.467.726.000,00. Capaian kinerja ini menunjukkan bahwa
PPATK telah efektif dan efisien dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Berdasarkan capaian kinerja IKSS PPATK pada tahun 2019, tidak semua IKSS
berhasil mencapai target kinerja. Dari tujuh belas IKSS yang diukur, enam IKSS berhasil
mencapai target kinerja. Bahkan tiga IKSS capaian kinerjanya berhasil melampaui target
kinerja. Namun demikian, terdapat tujuh IKSS yang capaian kinerjanya belum berhasil
mencapai kinerja 100% dan satu IKSS yang tidak diukur capaian kinerjanya pada tahun
2019, yaitu Indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme.
Rincian capaian kinerja masing-masing IKSS tersebut, sebagai berikut:
1. Tiga IKSS yang capaian kinerjanya berhasil melampaui target kinerja (>100%), yaitu:
a. Persentase rekomendasi FATF yang diadopsi dalam kebijakan domestik (120%).
b. Jumlah Hasil Analisis, Hasil Pemeriksaan, dan informasi yang ditindaklanjuti
(120%).
c. Persentase laporan dari pihak pelapor yang memenuhi standar pelaporan
(103,79%).
2. Enam IKSS berhasil mencapai target kinerja (100%), yaitu:
a. Persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan
pendanaan terorisme yang ditindaklanjuti.
b. Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti
c. Indeks kepatuhan pihak pelapor.
d. Persentase pemenuhan produk hukum TPPU dan pendanaan terorisme.
e. Persentase pegawai PPATK yang memiliki penilaian prestasi kerja pegawai baik.
BAB IV
Penutup
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 122
f. Opini BPK.
3. Tujuh IKSS yang capaian kinerjanya belum berhasil mencapai target kinerja (<100%),
yaitu:
a. Persentase rekomendasi National Risk Assessment (NRA) yang ditindaklanjuti
(97,78%).
b. Tingkat kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme (97%).
c. Persentase kelulusan peserta pelatihan (87,58%).
d. Indeks tata kelola teknologi informasi PPATK (88,57%).
e. Nilai AKIP PPATK (94,66%).
f. Nilai pelaksanaan reformasi birokrasi PPATK (91,55%).
g. Persentase peningkatan pengungkapan kasus TPPU dan pendanaan terorisme di
Indonesia (83,35%).
Upaya-upaya yang akan dilakukan atas beberapa IKSS yang belum dapat tercapai
secara optimal, antara lain:
1. Memanfaatkan hasil evaluasi kinerja tahun sebelumnya dan menindaklanjuti
rekomendasi-rekomendasi yang berasal dari para stakeholders dan Inspektorat PPATK
guna perbaikan pengelolaan kinerja PPATK.
2. Perbaikan tata kelola teknologi informasi dan sistem manajemen kinerja yang
mendukung keberlangsungan bisnis proses PPATK.
3. Penguatan penyelenggaraan reformasi birokrasi dengan melibatkan seluruh pimpinan
secara aktif dan berkelanjutan, melakukan penilaian dan pengembangan kompetensi
pegawai secara menyeluruh, dan meningkatkan proses bisnis kegiatan utama sesuai
dengan tugas dan fungsi yang disesuaikan dengan perkembangan tuntutan efisiensi dan
efektivitas birokrasi.
Selain itu, untuk mendorong tercapainya target dalam Renstra PPATK Tahun 2015-
2019, PPATK memberikan perhatian yang lebih terhadap IKSS yang berpengaruh
signifikan untuk mendorong pencapaian target kinerja dan sasaran strategis yang ditetapkan
dalam upaya mencapai tujuan-tujuan strategis PPATK. Upaya-upaya tersebut, antara lain:
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 123
a. Mendorong setiap unit kerja untuk melakukan analisis dan evaluasi capaian kinerjanya,
termasuk kendala-kendala dalam pencapaian kinerja sebagai bahan evaluasi Renstra
PPATK Tahun 2015-2019.
b. Inspektorat melakukan evaluasi atas pengelolaan akuntabilitas kinerja unit eselon I dan
II di PPATK. Hasil evaluasi dan rekomendasi tersebut telah disampaikan kepada
masing-masing unit kerja untuk menjadi bahan evaluasi dan perbaikan kinerja pada
tahun-tahun selanjutnya.
c. Menyempurnakan aplikasi e-RKA, yaitu aplikasi perencanaan, monitoring, evaluasi, dan
pelaporan yang digunakan untuk pengelolaan anggaran dan kinerja dengan
memanfaatkan sistem teknologi informasi secara lebih optimal guna meningkatkan
kualitas pelaporan anggaran dan kinerja.
d. Meningkatkan kerja sama antara PPATK dengan para penyidik untuk meningkatkan
jumlah hasil analisis, hasil pemeriksaan, dan informasi yang ditindaklanjuti.
e. Menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN melalui peningkatan
budaya integritas dan efektivitas evaluasi terhadap implementasi kebijakan
whistleblowing system dan penanganan benturan kepentingan secara berkala.
PPATK yang selalu berupaya memperbaiki pengelolaan kinerja dalam kondisi
lingkungan yang terus berubah. Selain itu, keberhasilan PPATK juga tidak lepas dari peran
para pemangku kepentingan PPATK yang senantiasa memberikan dukungan dan masukan
bagi perbaikan kinerja PPATK. Dengan demikian, eksistensi dan manfaat PPATK dapat
semakin dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam upaya penegakan rezim anti
pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme di Indonesia.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
A. Perjanjian Kinerja Tahun 2019 PPATK
LAMPIRAN
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
B. Penghargaan atas Capaian Opini WTP untuk Laporan Keuangan Tahun 2018
PPATK
C. Penghargaan atas Capaian Opini WTP untuk Laporan Keuangan Tahun 2014-
2018 PPATK
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
D. Penghargaan Badan Publik Menuju Informatif Keterbukaan Informasi Publik
Kategori Lembaga Non Struktural di Istana Wakil Presiden pada 21 November
2019
E. Penyelenggaraan 5th
Counter Terrorism Financing Summit pada 12-15 November
2019 di Manila, Filipina
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
F. Penghargaan Komisi Pemilihan Umum kepada PPATK sebagai mitra pendukung
pelaksanaan pemilu serentak tahun 2019.
G. Aplikasi Rencana Kinerja dan Anggaran (Aplikasi e-RKA)
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
H. Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara PPATK dengan FIU
Uzbekistan di Jakarta pada 29-31 Januari 2019
I. Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan di Pusdiklat APU PPT
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
J. Daftar Lembaga/Organisasi Domestik yang Menjalin MoU dengan PPATK Tahun 2019
No. Lembaga/Organisasi Tindak Lanjut Tahun 2019
1 Ditjen Pajak 1. Pertukaran informasi.
2. Pelatihan.
3. Komite TPPU.
4. Pertukaran informasi melalui SOC.
5. Pengembangan SOC.
6. Rapat koordinasi penanganan perkara.
7. Penempatan pegawai Ditjen Pajak di PPATK
8. Penyusunan dokumen TC dan IO pada 2019 dalam prosedur MER FATF.
2 Ditjen Bea dan Cukai 1. Pertukaran informasi.
2. Pelatihan.
3. Komite TPPU.
4. Pertukaran informasi melalui SOC.
5. Pengembangan SOC.
6. Rapat koordinasi penanganan perkara.
7. Penempatan pegawai Ditjen Pajak di PPATK.
8. Penyusunan dokumen TC dan IO pada 2019 dalam prosedur MER FATF.
3 Departemen Kehutanan 1. Pertukaran informasi.
2. Pelatihan penanganan perkara TPPU dan TP bidang kehutanan.
3. Rapat koordinasi penanganan perkara.
4. Sosialisasi rezim TPPU
4 Itjen Departemen Keuangan 1. Pertukaran informasi.
2. Rapat koordinasi penanganan perkara.
3. Sosialisasi
5 Ditjen Administrasi Hukum Umum 1. Pertukaran informasi
2. Komite TPPU
3. Pembangunan prototype Database PEPs.
4. Penyusunan dokumen TC dan IO pada 2019 dalam prosedur MER FATF.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
6 Ditjen Imigrasi 1. Pertukaran informasi.
2. Rapat koordinasi pengembangan akses data ke Imigrasi
7 Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan
Pertukaran informasi.
8 Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi
1. Pertukaran informasi.
2. Koordinasi dalam Komite TPPU.
3. Penyusunan dokumen TC dan IO pada 2019 dalam prosedur MER FATF.
9 Komisi Pengawas Persaingan Usaha 1. Pertukaran Informasi
2. Sosialisasi
10 Badan Pemeriksa Keuangan RI Pertukaran informasi.
11 Universitas Sriwijaya Sosialisasi
12 PT Pertamina (Persero) 1. Koordinasi terkait permintaan informasi oleh Pertamina
2. Sosialisasi
13 Universitas Indonesia dan Bank
Indonesia
(terkait pendirian Pusat Kajian APU
di UI)
1. Penelitian.
2. Kunjungan mahasiswa dalam upaya sosialisasi
14 Universitas Udayana Sosialisasi
15 Universitas Bina Nusantara
1. Penelitian.
2. Kunjungan mahasiswa dalam upaya sosialisasi
16 Universitas Esa Unggul 1. Penelitian.
2. Kunjungan mahasiswa dalam upaya sosialisasi
17 Universitas Airlangga Kunjungan mahasiswa dalam upaya sosialisasi
18 Itjen Kementerian Pekerjaan Umum Pertukaran informasi.
19 Itjen Kementerian Hukum dan
HAM
Pertukaran informasi
20 Universitas Lambung Mangkurat Pelaksanaan kegiatan penyusunan Indeks Persepsi Publik terhadap TPPU dan TPPT Tahun 2018
21 Itjen Kementerian Agama RI Pertukaran informasi.
22 Sistem Administasi Badan Hukum
DJ AHU Kementerian Hukum dan
HAM
Pertukaran informasi.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
23 Kementerian Dalam Negeri RI
(Nota Kesepahaman)
1. Pertukaran informasi.
2. Pembangunan prototype Database PEPs.
3. Komite TPPU.
4. Penyusunan dokumen TC dan IO pada 2019 dalam prosedur MER FATF.
24 Itjen Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI
Pertukaran informasi.
25 Ditjen Kependudukan dan Catatan
Sipil
(Perjanjian Kerja Sama)
Pertukaran informasi.
26 Badan Pengawasan Obat Makanan Pertukaran informasi.
27 Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK)
1. Pertukaran informasi melalui SOC.
2. Pengembangan SOC.
3. Rapat koordinasi penanganan perkara.
4. Penyusunan dokumen TC dan IO pada 2019 dalam prosedur MER FATF.
28 Bank Indonesia (Pembaruan MoU) 1. Pertukaran informasi.
2. Perumusan produk hukum.
3. Komite TPPU.
4. Penyusunan dokumen TC dan IO pada 2019 dalam prosedur MER FATF.
29 Bank Indonesia (Perjanjian Kerja
Sama/PKS)
Pertukaran informasi
30 Kementerian Kesehatan 1. Pertukaran Informasi.
2. Sosialisasi.
3. Rapat koordinasi penanganan tindak lanjut informasi
31 Badan SAR Nasional
(BASARNAS)
1. Pertukaran informasi.
2. Sosialisasi
32 Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) 1. Pertukaran informasi
2. Sosialisasi
33 Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS)
1. Pertukaran informasi.
2. Rapat koordinasi dalam upaya RAN PPK
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
34 Lembaga Sandi Negara
(MoU)
1. Implementasi aplikasi mobile DTTOT.
2. Pengembangan aplikasi pemblokiran pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal.
3. Sosialisasi.
4. Penempatan pegawai Lemsaneg di PPATK
35 Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg)
(Perjanjian Kerja Sama)
1. Implementasi aplikasi mobile DTTOT.
2. Pengembangan aplikasi pemblokiran pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal
36 Universitas Gadjah Mada Penelitian
37 Universitas Jember (UNEJ) Penelitian
38 Kementerian Pertahanan 1. Pertukaran informasi.
2. Rakor penanganan perkara.
3. Sosialisasi.
4. Pelatihan penanganan TPPU untuk penyidik POM TNI
39 Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
1. Pertukaran informasi.
2. Sosialisasi
40 Universitas Islam Negeri Alauddin Sosialisasi
41 Badan Intelijen Negara 1. Pertukaran informasi.
2. Rapat koordinasi dalam rangka pertukaran informasi.
3. Komite TPPU.
4. Koordinasi monitoring NPO
5. Penyusunan dokumen TC dan IO pada 2019 dalam prosedur MER FATF
42 Kementerian Koperasi dan UKM 1. Koordinasi pelaksanaan PMPJ bagi koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam
2. Komite TPPU
3. Sosialisasi
4. Penyusunan dokumen TC dan IO pada 2019 dalam prosedur MER FATF
43 Kesepakatan Bersama antara
Kementerian Keuangan, Bank
Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan,
dan PPATK
Koordinasi mengenai pertukaran informasi
44 Badan Narkotika Nasional (BNN) 1. Pertukaran informasi.
2. Pelatihan.
3. Komite TPPU.
4. Pertukaran informasi melalui SOC.
5. Pengembangan SOC.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
6. Rapat koordinasi penanganan perkara.
7. Penyusunan dokumen TC dan IO pada 2019 dalam prosedur MER FATF.
45 Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri)
1. Pertukaran informasi.
2. Pelatihan.
3. Komite TPPU.
4. Pertukaran informasi melalui SOC.
5. Pengembangan SOC.
6. Rapat koordinasi penanganan perkara.
7. Penyusunan dokumen TC dan IO pada 2019 dalam prosedur MER FATF.
46 Lembaga Pengembangan Perbankan
Indonesia (LPPI)
Pelatihan pegawai PPATK di LPPI.
47 Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT)
1. Kerjasama dalam Tim Sinergitas Antar 36 Kementerian/Lembaga dalam Program
Penanggulangan Terorisme di wilayah NTB dan Sulteng;
2. Komite TPPU.
3. Penyusunan dokumen TC dan IO pada 2019 dalam prosedur MER FATF.
48 Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka dan Komoditi
(BAPPEBTI) (Perjanjian Kerja
Sama /PKS)
Koordinasi implementasi pengenaan sanksi administratif bagi pedagang berjangka dan komoditi
selaku Pihak Pelapor
49 TNI Angkatan Udara (TNI AU) 1. Pertukaran informasi.
2. Rakor penanganan perkara.
3. Pelatihan penanganan TPPU untuk penyidik POM TNI AU
50 Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional
(Kementerian ATR/BPN)
1. Pertukaran informasi
2. Koordinasi rencana pengembangan prototype database PEPs
51 Kementerian Perhubungan
(Nota Kesepahaman)
1. Pertukaran informasi.
2. Sosialisasi
3. Rakor penanganan perkara
52 Kementerian Perhubungan
(Perjanjian Kerja Sama dengan Itjen
Kemenhub)
1. Pertukaran informasi.
2. Rakor penanganan perkara
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
53 Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
1. Pertukaran informasi.
2. Sosialisasi
54 Sekretaris Jenderal Kementerian
Keuangan (Kemenkeu) Tentang LPSE
Penggunaan aplikasi LPSE Kemenkeu oleh PPATK dalam pengadaan barang/jasa secara elektronik
55 Ditjen Pajak Kemenkeu Petunjuk
Teknis Pertukaran informasi.
56 Universitas Jayabaya 1. Sosialisasi
2. Penyusunan kurikulum khusus TPPU di program magister kenotariatan Universitas Jayabaya
57 Universitas Brawijaya 1. Sosialisasi
2. Koordinasi rencana penyusunan kurikulum khusus TPPU di kampus Universitas Brawijaya
58 Satgas Waspada Investasi Koordinasi terkait dugaan tindakan melawan hukum di bidang penghimpunan dana masyarakat dan
pengelolaan investasi
59 Badan Kepegawaian Negara (Nota
Kesepahaman/MoU) Pengembangan prototype database PEPs
60 Badan Kepegawaian Negara
(Perjanjian Kerjasama/PKS) Pengembangan prototype database PEPs
kerjasama pengembangan web service
61 Sekretariat Jenderal Kemenkeu
(MoU tentang Penempatan Lulusan
PKN STAN Tahun 2018 di Luar
Kementerian Keuangan yang Telah
Lulus Seleksi Kompetensi Dasar)
Penempatan 16 orang lulusan PKN STAN di PPATK pada Desember 2018
62 Perpustakaan Nasional RI Koordinasi pengembangan digitalisasi Perpustakaan APU-PPT di Pusdiklat PPATK
63 Universitas Surabaya Sosialisasi
64 MoU dengan Bawaslu Pertukaran informasi dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang,
serta penindakan pelanggaran praktek politik uang dan pengawasan dana kampanye pada
penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota dan pemilihan umum.
65 PKS Satgas Waspada Investasi 1. Forum koordinasi
2. Pencegahan tindakan melawan hukum di bidang penghimpunan dana masyarakat dan
pengelolaan investasi
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
3. Penanganan tindakan melawan hukum di bidang penghimpunan dana masyarakat dan
pengelolaan investasi 4. Tukar menukar data dan informasi dan
5. Bidang lain sesuai kesepakatan.
66 MoU dengan Menkumham 1. Pertukaran informasi
2. Pemanfaatan informasi transaksi keuangan dalam rangka pemenuhan permintaan bantuan hukum
timbal balik dalam masalah pidana 3. Penelitian atau riset
4. Sosialisasi
5. Pendidikan dan pelatihan
6. Pengembangan sistem teknologi informasi
67 MoU Satgas Umrah 1. Pertukaran data dan/atau informasi
2. Pencegahan
3. Pengawasan
4. Perlindungan
5. Penanganan
6. Pembentukan Satuan Tugas
68 MoU dengan Kementerian BUMN 1. Pertukaran informasi
2. Sosialisasi
3. Pendidikan dan pelatihan
4. Penelitian dan riset
69 MoU OJK 1. Pertukaran informasi
2. Penyusunan ketentuan hukum danlatau pedoman
3. Koordinasi pemeriksaan (audit)
4. Edukasi dan sosialisasi
5. Pendidikan dan pelatihan
6. Penelitian atau riset
70 MoU KPU 1. Pertukaran informasi
2. Penyusunan ketentuan hukum dan/atau pedoman
3. Edukasi dan sosialisasi
4. Pendidikan dan pelatihan
5. Penelitian atau riset
6. Pengembangan sistem teknologi informasi
7. Kerja sama lainnya yang disepakati oleh PARA PIHAK.
71 PKS Dukcapil Pertukaran informasi
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
72 PKS Satgas Umrah 1. Pembentukan satuan tugas,
2. Pertukaran data dan/atau informasi: 3. Pencegahan,
4. Pengawasan:
5. Pelindungan,
73 MoU LPDP Pembahasan pengembangan sumber daya manusia PPATK
74 MoU BPS 1. Penyediaan data dan/atau informasi di bidang statistik dan bidang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme 2. Pemanfaatan data dan/atau informasi di bidang statistik dan bidang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
3. Pengembangan dan peningkatan sumber daya di bidang statistik dan bidang Pencegahan dan
Pemberanta san Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
75 MoU UNDIP Sosialisasi
76 PKS LPDP 1. Penyusunan program beasiswa
2. Penyusunan rencana pengembangan kompetensi pegawai PPATK 3. Sosialisasi dan pembekalan
4. Pendaftaran beasiswa
5. Seleksi dan pengumuman beasiswa
6. Dukungan teknis dan administrasi
7. Pelaksanaan program persiapan keberangkatan,
8. Penyelenggaraan studi
77 MoU dengan Sekretaris Jenderal
Kementerian Keuangan
(Penempatan lulusan PKN STAN di
PPATK)
Penempatan 4 orang lulusan PKN STAN di PPATK pada Desember 2019
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
K. Rekomendasi-rekomendasi FATF yang Diadopsi dalam Kebijakan Domestik Tahun 2019
Nomor
Rekomendasi
Rekomendasi FATF
Kondisi per 31
Desember 2019
Tindak Lanjut Tahun 2019
Rec. 1 Assessing risks and applying a risk-
based approach
LC Indonesia telah selesai melakukan pengkinian (updating) National
Risk Assessment on Money Laundering and Terrorism Financing
(NRA on ML/TF) yang diikuti dengan 10 (sepuluh) Sectoral Risk
Assessment.
Mitigasi berbasis risiko sesuai hasil NRA telah ditetapkan secara
nasional dan dilaksanakan dalam rincian Rencana Aksi per tahun
dalam Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan TPPU dan
TPPT Tahun 2017-2019 (Stranas TPPU dan TPPT).
Semua Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP) telah menerapkan
pengawasan berbasis risiko (Risk-Based Supervision/RBA) dalam berbagai tahap capaian.
Rec. 2 National cooperation and
coordination
LC Kerja sama nasional telah dilaksanakan dalam Komite TPPU yang telah menetapkan Rencana Aksi Tahun 2019 dalam Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan TPPU dan TPPT Tahun 2017-2019
(Stranas TPPU dan TPPT) sebagai kebijakan nasional berbasis risiko.
Kebijakan dan koordinasi antara aparat penegak hukum (apgakum)
dan LPP dalam berbagai Satgas, Nota Kesepahaman, Perjanjian Kerja
Sama, dan Peraturan Bersama.
Rec. 3 Money Laundering Offence LC Pemidanaan TPPU dan pelaksanaan pemidanaannya sesuai pasal 3, 4,
dan 5 UU Nomor 8 Tahun 2010 telah sesuai Konvensi Wina dan telah
cukup memadai.
Indonesia telah mempunyai aturan hukum nasional dan putusan
inkracht pada pemidanaan TPPU korporasi.
Indonesia telah menunjukkan pemidanaan pemalsuan dan pembajakan
hak cipta, tetapi belum secara eksplisit menyatakan bahwa tindak pidana pemalsuan dan pembajakan merupakan tindak pidana asal bagi
TPPU.
Rec. 4 Confiscation and provisional
measures
LC Indonesia telah melakukan mekanisme penundaan, penghentian, dan
pemblokiran transaksi keuangan terkait harta kekayaan yang diduga
merupakan hasil tindak pidana sebagai proses awal dari penyitaan aset
hasil tindak pidana sesuai UU, KUHP, dan KUHAP.
Indonesia telah melakukan perampasan harta kekayaan dan properti
hasil kejahatan dalam berbagai kasus korupsi dan kerugian negara
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
Nomor
Rekomendasi
Rekomendasi FATF
Kondisi per 31
Desember 2019
Tindak Lanjut Tahun 2019
dalam jumlah nominal yang signifikan.
Indonesia telah melakukan perlindungan terhadap bona fide Pihak
Ketiga yang dijelaskan dalam pasal 46 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Indonesia memiliki beberapa mekanisme untuk pengelolaan dan
apabila diperlukan Indonesia akan membuang barang/properti yang
dibekukan, dirampas, atau disita dalam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 mengenai Implementasi KUHAP, Peraturan Menteri
Hukum dan HAM RI Nomor 16 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Pengelolaan Objek Negara yang disita dan Hasil Penyitaan Negara di
Rumah Penyimpanan Objek Sitaan Negara, dan Peraturan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor 3/PMK.06/2011
mengenai Pengelolaan Barang Milik Negara yang berasal dari Barang
Hasil Sitaan dan Barang-Barang Gratifikasi.
Rec. 5 Terrorist financing offence LC Indonesia telah mempunyai Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013
yang telah memenuhi unsur-unsur pemidanaan pendanaan terorisme
sesuai dengan Konvensi PBB dan FATF Guidance on Criminalising
Terrorist Financing.
Indonesia telah menjatuhkan hukuman incrackht terhadap perkara
pendanaan terorisme berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2013.
Rec. 6 Targeted financial sanctions related
to terrorism & TF
PC Indonesia telah mempunyai Peraturan Bersama tentang pembekuan aset Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT) dan
peraturan-peraturan oleh LPP yang mengatur tindakan-tindakan yang
diperlukan terkait DTTOT, yaitu identifikasi, pencantuman nama,
pencabutan nama, pembekuan, dan pencabutan pembekuan. Instansi-
instansi kunci Indonesia yang terlibat dalam Pencegahan Pendanaan
Terorisme, antara lain PPATK, Kepolisian Republik Indonesia,
BNPT, BIN dan Kementerian Luar Negeri RI masuk dalam
keanggotaan Satgas DTTOT.
Indonesia belum sepenuhnya melaksanakan secara lengkap Resolusi
Dewan Keamanan PBB (UNSCR) Nomor 1267 terkait pembekuan
secara serta merta (freezing without delay).
Rec. 7 Targeted financial sanctions related
to proliferation
NC Indonesia telah mempunyai Peraturan Bersama mengenai pembekuan
aset Proliferasi Senjata Pemusnah Massal antara Kementerian Luar
Negeri RI, PPATK, Kepolisian Negara RI dan Badan Pengawas
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
Nomor
Rekomendasi
Rekomendasi FATF
Kondisi per 31
Desember 2019
Tindak Lanjut Tahun 2019
Tenaga Nuklir (BAPETEN), yaitu Peraturan Bersama Pendanaan
Proliferasi 2017 untuk mengimplementasikan United Nations
Targeted Financial Sanctions (UN TFS) terkait dengan proliferasi
senjata pemusnah massal dan pendanaannya. Peraturan Bersama
Pendanaan Proliferasi 2017 dan lampirannya menjelaskan tentang
proses implementasi pencantuman nama individu dan entitas yang
terduga dengan pendanaan proliferasi.
Indonesia sudah melakukan koordinasi lintas instansi, tetapi belum melaksanakan pencantuman pada sebagian besar daftar Korea Utara
dan seluruh daftar Iran dalam rerangka Proliferasi Senjata Pemusnah
Massal.
Rec. 8 Non-Profit Organizations LC Indonesia telah melaksanakan UU Nomor 16 Tahun 2017 dan
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2017 terkait ormas.
Indonesia telah mengidentifikasi ancaman sektor NPO dan
melaksanakan tindakan-tindakan mitigasi risiko NPO yang konsisten
dengan hasil NRA terkait NPO.
Indonesia telah melaksanakan koordinasi yang erat dan pertukaran
informasi dalam Tim Terpadu Pengawasan Ormas.
Indonesia telah menyelesaikan SRA Ormas dan mensosialisasikan
mitigasi risiko ormas ke daerah-daerah yang paling banyak mempunyai NPO berisiko tinggi.
Rec. 9 Financial institution secrecy laws C Indonesia telah melaksanakan perlindungan kerahasiaan informasi dari Pihak Pelapor sebagaimana telah diatur dalam UU Nomor 8
Tahun 2010 (UU TPPU).
Indonesia telah melindungi kerahasiaan informasi dari Pihak Pelapor
dalam setiap tahap dalam proses penegakan hukum.
UU TPPU tidak melarang pertukaran informasi antar-institusi
keuangan yang diharuskan oleh Rekomendasi 13, 16, dan 17.
Pasal 58 dalam Peraturan APU/PPT OJK bagi Penyedia Jasa
Keuangan (PJK) menyediakan kerahasian informasi bersama bagi
kelompok. Terdapat ketentuan sejenis dalam Pasal 10 ayat (2) dalam
Peraturan APU/PPT Bank Indonesia bagi Pembayaran Non Bank dan
Penyedia Jasa Penukaran Uang dan Pasal 43 Peraturan Mengenal Nasabah Bappebti bagi Pedagang Berjangka.
Rec. 10 Customer due diligence LC Seluruh LPP bagi Pihak Pelapor dalam UU TPPU telah mempunyai
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
Nomor
Rekomendasi
Rekomendasi FATF
Kondisi per 31
Desember 2019
Tindak Lanjut Tahun 2019
dan melaksanakan peraturan mengenai Prinsip Mengenali Pengguna
Jasa (PMPJ) bagi Pihak Pelapor yang menjadi kewenangannya.
Indonesia perlu meningkatkan PMPJ pada legal arrangements untuk
pedagang berjangka dan PMPJ bagi koperasi.
Indonesia perlu mengurangi defisiensi dalam waktu persyaratan CDD
bagi pedagang berjangka (future traders), koperasi, dan bank
penerima dalam wire transfer, definisi mengenai Beneficial Ownership dan pendekatan berbasis risiko untuk koperasi, dan
persyaratan CDD tentang pengaturan hukum untuk pedagang
berjangka.
Rec.11 Record keeping LC Indonesia telah melaksanakan UU Nomor 8 Tahun 1997 mengenai
pencatatan dokumentasi perusahaan.
Pasal 21 UU TPPU mewajibkan pihak pelapor untuk menyimpan
rekaman dan dokumen-dokumen mengenai identitas nasabah
minimum selama 5 tahun.
Seluruh LPP telah mempunyai peraturan yang mewajibkan Pihak
Pelapor melakukan dokumentasi pencatatan (record keeping) terkait
APU-PPT paling sedikit lima tahun.
Indonesia perlu meningkatkan record keeping pada koperasi dan
perposan selaku Pihak Pelapor.
Pasal 72 ayat (1) Undang-Undang Anti Pencucian Uang menetapkan
bahwa dalam kasus pencucian uang, penyidik, penuntut umum, atau
hakim harus diberikan kewenangan untuk meminta pihak pelapor
untuk menyediakan pernyataan tertulis mengenai aset orang yang (1)
dilaporkan oleh PPATK kepada penyidik, (2) tersangka, (3) terdakwa.
Rec.12 Politically exposed persons LC Seluruh LPP telah mempunyai peraturan APU-PPT yang mewajibkan
Pihak Pelapor melakukan identifikasi Politically exposed persons
(PEPs) domestik dan mancanegara yang menjadi nasabah atau
pengguna jasa.
Indonesia perlu meningkatkan identifikasi PEP pada koperasi dan
perposan selaku Pihak Pelapor.
Dalam pasal 32 ayat (1) Peraturan APU/PPT OJK bagi Penyedia Jasa
mensyaratkan institusi keuangan untuk memiliki sistem manajemen risiko untuk mengidentifikasi apakah nasabah atau pemilik manfaat
(Beneficial Ownership) adalah PEP asing.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
Nomor
Rekomendasi
Rekomendasi FATF
Kondisi per 31
Desember 2019
Tindak Lanjut Tahun 2019
Rec. 13 Correspondent banking C LPP terhadap bank, yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mempunyai
peraturan APU-PPT dan pelaksanaan yang sangat memadai terkait
korespondensi perbankan sesuai persyaratan-persyaratan dalam
Rekomendasi FATF.
Rec.14 Money or value transfer services C LPP terhadap Kegiatan Usaha Pengiriman Uang (KUPU), yaitu BI telah
mempunyai peraturan APU-PPT dan pelaksanaan yang sangat memadai
terkait KUPU sesuai persyaratan-persyaratan dalam Rekomendasi FATF.
Rec. 15 New technologies LC Seluruh LPP telah mempunyai peraturan APU-PPT yang mewajibkan
Pihak Pelapor melakukan penilaian risiko dan mitigasi risiko dalam
penggunaan teknologi baru dalam jasa keuangan.
Indonesia perlu meningkatkan upaya mitigasi risiko penggunaan teknologi baru dalam industri jasa keuangan nonperbankan.
Rec. 16 Wire transfers LC Indonesia telah melaksanakan UU Nomor 3 Tahun 2011 tentang transfer dana.
Seluruh LPP pada Pihak Pelapor yang melakukan jasa transfer dana
telah mempunyai peraturan APU-PPT terkait pelaksanaan terhadap
UU Nomor 3 Tahun 2011.
Indonesia perlu meningkatkan pengawasan pada transfer dana oleh
intermediary bank dan walk-in-customer.
Rec. 17 Reliance on third parties LC LPP terhadap Penyedia Jasa Keuangan (PJK) selaku Pihak Pelapor
yang dapat melakukan jasa yang melibatkan Pihak Ketiga, yaitu BI
dan OJK telah mempunyai peraturan APU-PPT yang mewajibkan PJK
melakukan PMPJ pada Pihak Ketiga sesuai persyaratan-persyaratan
dalam Rekomendasi FATF.
LPP perlu meningkatkan PMPJ pada Pihak Ketiga dengan
menentukan kriteria-kriteria Pihak Ketiga dari negara berisiko tinggi terutama pada PJK nonperbankan dan money changer.
Rec. 18 Internal controls and foreign
branches and subsidiaries
C Seluruh LPP pada Pihak Pelapor yang mempunyai jaringan kantor dan anak perusahaan telah mempunyai peraturan APU-PPT dan pelaksanaan
yang sangat memadai sesuai persyaratan-persyaratan dalam Rekomendasi
FATF.
Rec. 19 Higher-risk countries LC Seluruh LPP telah mempunyai peraturan APU-PPT yang mewajibkan
Pihak Pelapor melakukan identifikasi nasabah dan calon nasabah dari
negara berisiko tinggi dengan merujuk pada negara-negara yang masih
masuk dalam daftar FATF Public Statements.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
Nomor
Rekomendasi
Rekomendasi FATF
Kondisi per 31
Desember 2019
Tindak Lanjut Tahun 2019
Indonesia perlu meningkatkan identifikasi nasabah dan calon nasabah
dari negara berisiko tinggi pada koperasi dan perposan selaku Pihak
Pelapor.
Rec. 20 Reporting of suspicious transaction C Seluruh LPP telah mempunyai peraturan APU-PPT yang mewajibkan
Pihak Pelapor melakukan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan
(LTKM) kepada PPATK dan menjaga kerahasiaannya dengan
pelaksanaan yang sangat memadai sesuai persyaratan-persyaratan dalam
Rekomendasi FATF berdasarkan UU TPPU.
Rec. 21 Tipping-off and confidentiality LC UU TPPU telah menjamin dan melaksanakan kerahasiaan pelaporan
LTKM yang bersifat sangat rahasia oleh Pihak Pelapor kepada
PPATK dengan ketentuan pidana bagi setiap pihak yang membocorkan informasi dalam LTKM tersebut (tipping-off).
Indonesia perlu meningkatkan perlindungan terhadap Pihak Pelapor
dalam UU Nomor 9 Tahun 2013 (UU TPPT)
Rec. 22 DNFBPs: Customer due diligence LC Seluruh LPP terhadap Profesi selaku Pihak Pelapor berdasarkan PP
Nomor 43 Tahun 2015 telah telah mempunyai peraturan APU-PPT
yang mewajibkan Profesi melakukan PMPJ sesuai persyaratan-
persyaratan dalam Rekomendasi FATF.
Indonesia perlu meningkatkan PMPJ pada profesi akuntan.
Rec. 23 DNFBPs: Other measures LC Kasino merupakan penyedia jasa ilegal dan melanggar hukum pidana
sehingga dilarang di Indonesia.
Indonesia perlu meningkatkan PMPJ pada profesi akuntan dan PMPJ
profesi terkait UU TPPT.
Rec. 24 Transparency and beneficial
ownership of legal persons
PC Indonesia baru menetapkan Perpres tentang Beneficial Ownership
(BO), yaitu Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2018 pada Maret
2018, sehingga implementasi atas peraturan tersebut belum maksimal.
Seluruh LPP perlu membuat peraturan yang mewajibkan kepada Pihak
Pelapor untuk melakukan identifikasi BO berdasarkan Perpres Nomor 13 Tahun 2018.
Rec. 25 Transparency and beneficial
ownership of legal arrangements
PC Hukum di Indonesia tidak mengenal express trust dan legal arrangement lainnya yang mirip dengan express trust.
Indonesia harus meningkatkan identifikasi PJK, Profesi, dan Pihak
Pelapor lainnya yang dalam bisnis tertentu dapat melakukan kegiatan
bisnis seperti foreign trust, sehingga dapat melakukan PMPJ.
Rec. 26 Regulation and supervision of LC Seluruh LPP terhadap Pihak Pelapor telah mempunyai dan
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
Nomor
Rekomendasi
Rekomendasi FATF
Kondisi per 31
Desember 2019
Tindak Lanjut Tahun 2019
financial institutions melaksanakan ketentuan pengawasan dan pengaturan terhadap Pihak
Pelapor dalam rezim APU-PPT sesuai dengan persyaratan-persyaratan
dalam Rekomendasi FATF.
Indonesia harus meningkatkan pengawasan dan pengaturan terhadap
koperasi selaku Pihak Pelapor.
Rec. 27 Powers of supervisors LC Seluruh LPP terhadap Pihak Pelapor telah mempunyai dan
melaksanakan kewenangan pengawasan dan pengenaan sanksi
terhadap Pihak Pelapor.
Indonesia harus meningkatkan kewenangan pengawasan dan pengenaan sanksi terhadap koperasi selaku Pihak Pelapor.
Rec. 28 Regulation and supervision of
DNFBPs
PC PPATK selaku LPP terhadap beberapa Profesi telah melakukan kebijakan dan prosedur untuk pengawasan APU-PPT berbasis risiko.
Indonesia harus meningkatkan pengawasan APU-PPT berbasis risiko
pada profesi advokat dan notaris.
Rec. 29 Financial intelligence units C Indonesia telah mempunyai PPATK sebagai unit intelijen keuangan yang
telah melakukan tugas, fungsi, dan kewenangan yang sangat memadai
baik dalam lingkup domestik dan internasional sesuai persyaratan-
persyaratan dalam Rekomendasi FATF.
Rec. 30 Responsibilities of law enforcement/
investigative authorities
LC Indonesia mempunyai enam instansi penegak hukum yang mempunyai
kewenangan untuk melakukan penyidikan TPPU.
Polri merupakan apgakum yang berwenang melakukan penyidikan
tindak pidana pendanaan terorisme (TPPT).
Semua apgakum mempunyai kewenangan dan prosedur untuk
melakukan penyitaan harta kekayaan hasil tindak pidana.
Indonesia perlu meningkatkan penyidikan tindak pidana yang
melibatkan investigasi keuangan.
Rec. 31 Powers of law enforcement and
investigative authorities
LC Instansi penegak hukum telah mempunyai kewenangan yang cukup
memadai dalam melakukan penyidikan, antara lain penyamaran, penyadapan, dan akses terhadap data sistem komputer.
Semua instansi penegak hukum dapat meminta informasi intelijen
keuangan kepada PPATK.
Indonesia harus meningkatkan penggunaan teknik investigasi
keuangan pada semua tindak pidana asal dan TPPU.
Rec. 32 Cash couriers LC Indonesia telah melaksanakan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 99
Tahun 2016 mengenai pembawaan uang tunai lintas batas kepabeanan
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
Nomor
Rekomendasi
Rekomendasi FATF
Kondisi per 31
Desember 2019
Tindak Lanjut Tahun 2019
Indonesia.
Indonesia telah melaksanakan mekanisme deklarasi pembawaan uang
tunai lintas batas kepabeanan, baik dalam mata uang Rupiah dan mata
uang asing maupun alat pembayaran lainnya (Bearer Negotiable
Instruments/BNI) dalam jumlah minimal setara 100 juta Rupiah.
Indonesia perlu meningkatkan pengenaan sanksi bagi pelanggaran
terhadap pembawaan uang tunai lintas batas kepabeanan.
Rec. 33 Statistics LC PPATK telah melakukan statistik terkait APU-PPT secara memadai
yang dibuat setiap bulan dan dipublikasikan melalui website.
Berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik, semua instansi pemerintah termasuk LPP dan
apgakum wajib menyampaikan laporan semester dan laporan tahunan
dengan menyajikan pengkinian data statistik.
Indonesia perlu meningkatkan statistik terkait penanganan aset melalui
mekanisme Mutual Legal Assistance (MLA).
Rec. 34 Guidance and feedback LC Seluruh LPP terhadap PJK dan PBJ selaku Pihak Pelapor telah
mempunyai dan melaksanakan bimbingan dan umpan balik terhadap
Pihak Pelapor terkait rezim APU-PPT secara memadai.
LPP terhadap Profesi selaku Pihak Pelapor perlu meningkatkan
bimbingan dan umpan balik secara menyeluruh.
Rec. 35 Sanctions LC Seluruh LPP terhadap PJK dan PBJ selaku Pihak Pelapor telah
mempunyai peraturan dan melaksanakan kewenangan pengenaan
sanksi terhadap Pihak Pelapor pada sektor-sektor yang signifikan.
Indonesia perlu meningkatkan pengenaan sanksi terhadap koperasi dan menyusun peraturan mengenai pengenaan sanksi terhadap profesi.
Rec. 36 International instruments LC Indonesia telah meratifikasi dan melaksanakan empat Konvensi PBB yang strategis terkait rezim APU-PPT, yaitu the Vienna Convention,
the Merida Convention, the Palermo Convention, and the Terrorism
Financing Convention.
Indonesia perlu meningkatkan detail implementasi empat Konvensi
tersebut secara menyeluruh.
Rec. 37 Mutual legal assistance LC Indonesia telah mempunyai UU tentang MLA dan melaksanakannya
melalui penanganan perkara yang melibatkan MLA hasil kerja sama
apgakum dan Kemenkumham.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
Nomor
Rekomendasi
Rekomendasi FATF
Kondisi per 31
Desember 2019
Tindak Lanjut Tahun 2019
Indonesia perlu meningkatkan pelaksanaan MLA pada perkara yang
melibatkan prinsip dual criminality.
Rec. 38 Mutual legal assistance: freezing and
confiscation
LC Indonesia telah melaksanakan UU MLA dalam melakukan
identifikasi, pemblokiran, dan penyitaan aset hasil kejahatan
berdasarkan permintaan dari yurisdiksi asing.
Indonesia perlu meningkatkan jumlah pemblokiran dan penyitaan aset
melalui MLA.
Rec. 39 Extradition LC Indonesia telah melaksanakan UU tentang ekstradisi yang
memungkinkan TPPU dan TPPT sebagai perkara yang dapat menjadi
dasar melakukan ekstradisi terhadap perseorangan melalui perjanjian
bilateral.
Indonesia perlu mempertimbangkan penetapan mekanisme ekstradisi
yang lebih disederhanakan, sehingga mempercepat proses ekstradisi.
Rec. 40 Other forms of international
cooperation
LC PPATK, LPP, dan apgakum telah mempunyai kerja sama internasional
dengan counter part negara lain terkait rezim APU-PPT yang cukup
memadai.
Indonesia perlu meningkatkan kerja sama pertukaran informasi
internasional yang dilakukan oleh antara LPP di Indonesia dengan
LPP negara lain dan antara apgakum di Indonesia dengan apgakum di
negara lain.
IO 1 Risk, Policy and Coordination Substantial Indonesia telah selesai menyusun NRA, SRA, dan RBA yang
memadai.
Implementasi kebijakan oleh PPATK, LPP, apgakum, dan Pihak
Pelapor telah cukup konsisten dengan mitigasi risiko dalam NRA,
SRA, dan RBA.
IO 2 International Cooperation Substantial Indonesia telah melakukan penyidikan tindak pidana korupsi sebagai
tindak pidana asal bagi TPPU dengan melibatkan kerja sama
internasional, pencarian bukti di luar negeri, dan penggunaan MLA.
Kemenkumham telah menunjukkan kapabilitas untuk menjalankan
MLA.
Indonesia juga telah menggunakan MLA dalam kerja sama
penanganan perkara pendanaan terorisme atau terorisme.
IO 3 Supervision Moderate Dua LPP terhadap PJK selaku Pihak Pelapor, yaitu BI dan OJK, serta
PPATK selaku LPP telah melakukan pengawasan berbasis risiko
secara signifikan.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
Nomor
Rekomendasi
Rekomendasi FATF
Kondisi per 31
Desember 2019
Tindak Lanjut Tahun 2019
Pengenaan sanksi terhadap Pihak Pelapor yang dapat membuat jera
(dissuasive) perlu ditingkatkan.
LPP terhadap profesi advokat, notaris, dan akuntan perlu banyak
meningkatkan pengawasan dan kepatuhan berbasis risiko.
IO 4 Prevention Measures Moderate Perusahaan PJK dan PBJ yang berukuran besar telah melakukan
tindakan-tindakan penguatan APU-PPT, antara lain PMPJ,
pengendalian internal, dan dokumentasi pencatatan yang bersifat
signifikan.
Indonesia harus meningkatkan tindakan-tindakan penguatan APU-PPT pada sektor profesi dan Perusahaan PJK dan PBJ yang berukuran
kecil.
IO 5 Legal Persons and Arrangements Moderate Hukum di Indonesia tidak mengakomodasi pembentukan legal
arrangements secara spesifik.
PPATK, LPP, dan apgakum telah dapat memperoleh informasi BO
dari bank besar secara cepat.
Indonesia harus meningkatkan upaya mitigasi risiko terhadap legal
persons yang telah terdaftar resmi di Kemenkumham.
IO 6 Financial Intelligence Substantial PPATK telah melakukan koordinasi penanganan perkara TPPU,
TPPT, dan tindak pidana asal yang erat dengan apgakum.
PPATK perlu meningkatkan pelaporan LTKM oleh Profesi.
PPATK perlu meningkatkan pertukaran informasi melalui sistem
komunikasi elektronik yang aman (secured online communication).
Apgakum perlu meningkatkan kemampuan penyidik dalam
melakukan teknik investigasi keuangan dalam penyidikan TPPU dan tindak pidana asal.
IO 7 Money laundering investigation and prosecution
Moderate Apgakum di Indonesia telah banyak melakukan penyidikan dan penuntutan TPPU terhadap pelaku perseorangan yang melakukan
TPPU dari tindak pidana korupsi dan narkotika.
Indonesia telah melaksanakan beberapa putusan vonis pemidanaan
TPPU bagi korporasi dan jumlahnya perlu ditingkatkan.
Indonesia perlu meningkatkan jumlah penyidikan perkara TPPU yang
lebih kompleks atau rumit.
IO 8 Confiscation Substantial Melalui Stranas TPPU dan TPPT Tahun 2017-2019, Indonesia telah
memerintahkan apgakum untuk melakukan penyitaan aset dan
pemulihan aset dalam perkara TPPU, TPPT, dan tindak pidana asal
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19
Nomor
Rekomendasi
Rekomendasi FATF
Kondisi per 31
Desember 2019
Tindak Lanjut Tahun 2019
berisiko tinggi yang merujuk pada hasil NRA.
Apgakum Indonesia telah melaksanakan penyitaan aset hasil TPPU
dari tindak pidana korupsi dan narkotika dengan jumlah yang
signfikan.
Apgakum Indonesia telah melaksanakan penyitaan aset dari
penanganan perkara TPPT dan terorisme dengan jumlah yang
konsisten dengan tingkat risiko TPPT di Indonesia.
IO 9 Terrorist financing investigation and
prosecution
Substantial Apgakum Indonesia telah melakukan 55 vonis perkara tindak pidana
pendanaan terorisme (TPPT).
Apgakum mempunyai kemampuan yang memadai dalam melakukan
identifikasi, penyidikan, dan penuntutan TPPT.
PPATK, BIN, dan Densus 88 Polri telah bekerja sama dalam
mengidentifikasi dan menyidik aktivitas pendanaan terorisme yang
sebagian besar berhubungan dengan serangan terorisme.
Vonis hukuman terhadap pelaku TPPT telah memadai.
Indonesia secara umum telah mengintegrasikan pencegahan
pendanaan terorisme dalam upaya nasional memerangi terorisme.
IO 10 Terrorist financing preventive
measures & financial sanctions
Moderate Indonesia telah melakukan pencantuman nama dan pemblokiran aset
DTTOT sesuai UNSCR 1267, tetapi belum dapat dilakukan secara
serta merta (without delay).
Indonesia telah melakukan pemblokiran sesuai UNSCR 1373, tetapi
baru dilakukan secara terbatas.
Indonesia perlu meningkatkan pengawasan ormas berbasis risiko
TPPT.
IO 11 Proliferation Financing Sanctions Low Indonesia menetapkan Peraturan Bersama antar-instansi terkait
mengenai pemblokiran senjata pemusnah massal.
Indonesia harus menerapkan Peraturan Bersama tersebut dengan
melakukan pencantuman nama dan pemblokiran pada seluruh daftar
Iran dan Korea Utara.