LAPORAN KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH (LKIP)
TAHUN 2016
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Jl. Soekarno-Hatta No. 576 Bandung
2016
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... I-1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... I-1 1.2 Tujuan ........................................................................................ I-1 1.3 Dasar Hukum ............................................................................. I-1 1.4 Tugas Pokok dan Fungsi ........................................................... I-2 1.5 Isu Strategis ............................................................................... I-2 1.6 Sistematika Penyajian ............................................................... I-3
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ............................. II-1 2.1 Rencana Stratejik ...................................................................... II-1 2.2 Perjanjian Kinerja ...................................................................... II-3
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................ III-1 3.1 Kerangka Pengukuran Kinerja .................................................. III-1 3.2 Analisis dan Evaluasi Pencapaian Kinerja Sasaran Strategis... III-3 3.5 Realisasi Anggaran dan Analisis Efisiensi ................................ III-19
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... IV-1
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Sistem Lakip & Pola Penetapan Indikator Kinerja........................ III-2
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 iv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2 Perjanjian Kinerja Dinas ESDM Tahun 2016 .............................. II-3 Tabel 3.1 Skala Penilaian Capaian Kinerja Sasaran .................................. III-3 Tabel 3.2 Rekapitulasi Rasio Elektrifikasi Jawa Barat per Kabupaten/Kota
Tahun 2016 .................................................................................
III-4 Tabel 3.3 Perhitungan Jumlah Pemanfaatan Sumber Energi Baru dan
Terbarukan 2016 .........................................................................
III-6 Tabel 3.4 Luas Zona Aman pada CAT di Jawa Barat ................................. III-12 Tabel 3.5 Target dan Realisasi Pendapatan Bidang Energi dan Sumber
Daya Mineral Tahun 2016 ............................................................
III-16 Tabel 3.6 Rencana dan Realisasi Anggaran Sasaran Strategis .................. III-19 Tabel 3.7 Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya terhadap
Pencapaian Sasaran Strategis .....................................................
III-20 Tabel 4 Rekapitulasi Capaian Sasaran Strategis Dinas ESDM Tahun
2016 ..............................................................................................
IV-1
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 I-1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) merupakan salah satu upaya untuk
menciptakan Good Governance, dimana sistem pengelolaan pemerintahan harus
didasarkan pada prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat sebagai Satuan Kerja Pemerintah Daerah
(SKPD) Pemerintah Provinsi berkewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja untuk
disampaikan kepada Gubernur Jawa Barat sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Negara PAN dan Reformasi Birokasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan LKIP adalah:
Bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan;
Penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang;
Penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang;
Penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.
1.3. Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang LPPD, LKPJ dan ILPPD;
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
Peraturan Menteri Negara PAN dan Reformasi Birokasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;
Peraturan Menteri Negara PAN dan Reformasi Birokasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Pedoman Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah;
Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Jawa Barat Tahun 2013-2018;
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 I-2
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 16 Tahun 2016 tentang Penyelarasan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-
2018 Dengan Kebijakan Nasional;
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 42 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi,
Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi
Jawa Barat;
Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tanggal 25
Maret 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
1.4. Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, berdasarkan Peraturan
Gubernur Jawa Barat Nomor 42 Tahun 2009, mempunyai tugas pokok melaksanakan
urusan pemerintahan daerah bidang energi dan sumber daya mineral berdasarkan asas
otonomi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Provinsi Jawa Barat mempunyai Unit Pelaksana Teknis Dinas sebagaimana diatur dalam
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 47 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi,
Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat. Dalam menyelenggarakan tugas
pokok tersebut, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai fungsi :
Perumusan dan penetapan kebijakan teknis energi dan sumberdaya mineral;
Penyelenggaraan urusan kesekretariatan, listrik dan pemanfaatan energi, mineral,
geologi dan air tanah, panas bumi dan migas, serta bina usaha dan kerjasama;
Penyelenggaraan fasilitasi urusan energi dan sumber daya mineral meliputi listrik dan
pemanfaatan energi, mineral, geologi dan air tanah, panas bumi dan migas serta bina
usaha dan kerjasama;
Penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTD.
1.5 Isu Strategis
Isu strategis merupakan isu paling pokok yang tidak hanya berupa permasalahan namun
juga bersifat aktual dan mendesak. Isu Strategis ini akan menjadi perhatian dalam
pembangunan sektor energi dan sumber daya mineral di Jawa Barat untuk lima tahun ke
depandan tentunya mendukung penanganan isu strategis Provinsi Jawa Barat
sebagaimana dirumuskan dalam RPJMD 2013-2018 dimana yang terkait dengan bidang
energi dan sumberdaya mineral adalah sebagai berikut :
a. Pengangguran dan ketenagakerjaan. Sektor ESDM memiliki potensi penyerapan
tenaga kerja yang besar untuk mengatasi permasalahan pengangguran dan
ketenagakerjaan.
b. Kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur. Rendahnya pelayanan infrastruktur
wilayah yang meliputi aspek transportasi, aspek sumber daya air, listrik perdesaan,
dan persampahan harus segera diatasi. Sedangkan aspek listrik perdesaan memiliki
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 I-3
tingkat pelayanan/rasio elektrifikasi rumah tangga yang belum optimal, karena akses
listrik masyarakat di daerah perdesaan masih rendah.
c. Kualitas lingkungan hidup untuk mendukung terwujudnya Jabar Green Province.
Tingginya pertumbuhan penduduk dan kegiatan investasi (industri dan jasa)
mendorong meningkatnya alih fungsi lahan di Jawa Barat untuk permukiman dan
pembangunan infrastruktur ekonomi. Perkembangan yang terjadi mendorong
dilakukannya eksploitasi air tanah.
d. Ketersediaan energi dan pengembangan energi baru terbarukan, ketergantungan
terhadap sumber energi masih besar baik dari sektor industri, rumah tangga dan
komersial. Namun kondisi kenaikan harga BBM berimplikasi terhadap jaminan
kelangsungan pasokan energi di Jawa Barat.
e. Adaptasi dan mitigasi terhadap bencana dan perubahan iklim, meliputi gerakan tanah,
banjir dan gempa serta pencemaran dan kerusakan lingkungan yang terjadi masih
belum dapat ditangani secara berkelanjutan.
Dengan memperhatikan permasalahan pelayanan Dinas ESDM terkait visi dan misi
gubernur terpilih, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat, Renstra Kementrian
ESDM, dan Rancangan RPJMD Provinsi Jawa Barat, maka dapat ditentukan isu strategis
sebagai berikut:
1. Cakupan dan akses masyarakat terhadap infrastruktur ketenagalistrikan
2. Diversifikasi dan konservasi energi
3. Optimalisasi pemanfaatan potensi panas bumi
4. Kelancaran distribusi dan niaga migas
5. Pendayagunaan dan konservasi air tanah
6. Nilai tambah produk sumber daya mineral
7. Mitigasi bencana alam dan perlindungan lingkungan geologi
1.6 Sistematika Penyajian
Substansi yang tercakup di dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat ini disusun berdasarkan lampiran II
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan
penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan
utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.
BAB II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun
2016.
BAB III Akuntabilitas Kinerja
Dalam bab ini diuraikan pencapaian sasaran-sasaran organisasi
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 I-4
Dinas ESDM, dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil
pengukuran kinerja serta realisasi anggaran yang digunakan.
BAB IV Penutup
Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan umum atas capaian
kinerja Dinas ESDM serta langkah di masa mendatang untuk yang
akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja.
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 II-1
BAB II PERENCANAAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis
a. Visi dan Misi
Dalam mendukung visi Jawa Barat, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi
Jawa Barat sebagai perangkat daerah menetapkan visi yang berkaitan dengan
pengelolaan energi dan sumberdaya mineral, sebagai berikut:
“Energi dan Sumber Daya Mineral Untuk Kemajuan dan Kesejahteraan
Masyarakat”
Penjelasan Visi tersebut :
1. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas
cahaya, mekanika, kimia dan elektromagnetika.
2. Sumber Daya Mineral adalah sejumlah tertentu bahan yang dijumpai di
permukaan dan bawah permukaan bumi yang memenuhi kriteria layak tambang
dalam bentuk unsur kimia atau senyawanya, termasuk di dalamnya mineral
logam, mineral non logam, batuan, dan air tanah.
3. Kemajuan Masyarakat adalah suatu kondisi dimana masyarakat Jawa Barat
secara optimal, dinamis, dan berkesinambungan melalui kontribusi bidang energi
dan sumber daya mineral mampu meningkatkan produktivitas, daya saing,
kemandirian, ketrampilan dan inovasi.
4. Kesejahteraan Masyarakat adalah suatu kondisi dimana seluruh masyarakat
Jawa Barat dapat merasakan nilai tambah atas potensi energi dan sumberdaya
mineral yang terdapat di wilayah Jawa Barat baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Untuk dapat mewujudkan visi tersebut maka ditetapkan misi Dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral Provinsi Jawa Barat yang merupakan rumusan umum mengenai upaya-
upaya yang akan dilaksanakan sesuai tugas dan fungsi Dinas. Dengan adanya misi
diharapkan seluruh pegawai dan pihak lain yang berkepentingan dapat mengenal
organisasi, mengetahui peran dan program-program pembangunan serta hasil yang
ingin diperoleh di masa yang akan datang. Misi Dinas Energi dan Sumber Daya
Mineral Provinsi Jawa Barat tahun 2013–2108 adalah:
1. Mewujudkan ketahanan energi;
2. Meningkatkan pendayagunaan dan konservasi sumber daya mineral;
3. Mengoptimalkan dukungan investasi dan pendapatan bidang energi dan sumber
daya mineral;
4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kerjasama bidang energi dan sumber
daya mineral.
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 II-2
Adapun beberapa definisi dari misi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Ketahanan Energi adalah kondisi terpenuhinya energi bagi kebutuhan seluruh
masyarakat Jawa Barat yang cukup dan merata secara berkelanjutan dan tepat
waktu dengan harga yang wajar.
Pendayagunaan Sumber Daya Mineral adalah upaya penataan, penyediaan,
penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya mineral secara
optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.
Konservasi Sumber Daya Mineral adalah upaya pelestarian dan perlindungan
sumber daya mineral melalui pemanfaatan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai dan keanekaragamannya.
b. Tujuan
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi. Tujuan Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai hasil akhir yang ingin dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu 1 sampai dengan 5 tahun kedepan (Tahun 2013 -
2018) adalah sebagai berikut:
1) Terwujudnya pemenuhan kebutuhan energi listrik bagi masyarakat dan peningkatan
konservasi energi;
2) Terwujudnya peningkatan pemanfaatan potensi migas dan panas bumi;
3) Terwujudnya peningkatan pendayagunaan dan konservasi potensi sumber daya
mineral dan air tanah;
4) Terwujudnya mitigasi bencana dan perlindungan lingkungan geologi;
5) Terwujudnya optimalisasi investasi, pendapatan dan kesempatan kerja di bidang
energi dan sumber daya mineral;
6) Meningkatnya kapasitas kelembagaan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral;
7) Optimalisasi kerjasama bidang energi dan sumber daya mineral;
c. Program
Program kerja operasional merupakan proses penentuan jumlah dan jenis
sumberdaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan suatu rencana. Program
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral mengacu kepada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat 2013 – 2018 antara lain adalah :
1. Pembinaan Pengembangan Ketenagalistrikan dan Pemanfaatan Energi;
2. Pembinaan dan pengembangan sumber Daya Mineral, Geologi dan Air Tanah;
3. Pengembangan Panas Bumi dan Migas;
4. Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman;
5. Peningkatan Kesempatan Kerja;
6. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan;
7. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur;
8. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Umum;
9. Pelayanan Administrasi Perkantoran;
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 II-3
10. Pembinaan Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Aparatur;
11. Peningkatan Iklim Promosi dan Kerjasama Investasi;
12. Perencanaan Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah;
13. Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah;
14. Penataan Peraturan Perundang-undangan, Kesadaran Hukum dan HAM;
15. Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah.
2.2 Perjanjian Kinerja
Indikator kinerja yang hendak diukur dalam dokumen ini didasarkan atas dokumen
perjanjian kinerja yang telah disepakati oleh Gubernur Jawa Barat dengan Kepala Dinas
ESDM Provinsi Jawa Barat sebagai berikut:
Tabel 2 Perjanjian Kinerja Dinas ESDM Tahun 2016
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Program APBD
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Meningkatnya akses masyarakat terhadap infrastruktur listrik
Rasio Elektrifikasi rumah
95 % Program Pembinaan Pengembangan
Ketenagalistrikan dan Pemanfaatan Energi
2 Meningkatnya pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan berbasis potensi lokal
Jumlah pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan
170.000 SBM (setara barel
minyak)
Program Pembinaan Pengembangan
Ketenagalistrikan dan Pemanfaatan Energi
3 Meningkatnya penghematan energi
Persentase jumlah gedung kantor di lingkup OPD Pemprov Jabar yang melakukan penghematan energy
60 % Program Pembinaan, Pengembangan
Ketenagalistrikan dan Pemanfaatan Energi
4 Meningkatnya jumlah wilayah kerja panas bumi yang berproduksi
Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang berproduksi
6 Wilayah Program Pembinaan, Pengembangan Panas
Bumi dan Migas
5 Meningkatnya ketersediaan dan pemanfaatan potensi migas
Jumlah Wilayah Kerja Migas yang diusahakan/ berproduksi
4 Wilayah Program Pembinaan, Pengembangan Panas
Bumi dan Migas
6 Meningkatnya pengelolaan pengusahaan sumber daya mineral
Persentase usaha pertambangan yang melaksanakan Good Mining Practise
50 % Program Pembinaan, Pengembangan
Sumber Daya Mineral, Geologi dan Air Tanah
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 II-4
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Program APBD
(1) (2) (3) (4) (5)
7 Meningkatnya konservasi air tanah
Persentase luas zona aman pada cekungan air tanah
65,45 % Program Pembinaan, pengembangan
sumber Daya Mineral, Geologi dan Air Tanah
8 Meningkatnya ketersediaan air baku di wilayah rawan air
Tersedianya prasarana air bersih bagi masyarakat bersumber dari air tanah dalam di wilayah rawan air
20 Titik Program Pembinaan, pengembangan
sumber Daya Mineral, Geologi dan Air Tanah
9 Meningkatnya pendapatan di bidang energi dan sumber daya mineral
Jumlah pendapatan di bidang energi dan sumber daya mineral
Rp. 2.641.640.000.000,
-
Program Pengelolaan Keuangan dan
Kekayaan Daerah
10 Meningkatnya jumlah wirausahawan baru sektor energi dan sumber daya mineral
Jumah wirausahawan baru sektor ESDM
3.753 orang Program Peningkatan Kesempatan Kerja
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-1
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas Kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau
pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam
melaksanakan misi organisasi kepada pihak-pihak yang berwenang menerima pelaporan
akuntabilitas/pemberi amanah. Pemerintah Provinsi Jawa Barat selaku pengemban amanah
masyarakat Jawa Barat melaksanakan kewajiban berakuntabilitas melalui penyajian Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Provinsi Jawa Barat yang dibuat sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Negara PAN dan Reformasi Birokasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan tersebut diatas memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian kinerja sasaran
sebagaimana ditetapkan dalam Perda Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat serta dokumen Rencana
Strategis Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat 2013-2018.
3.1 Kerangka Pengukuran Kinerja
Kinerja Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral diukur berdasarkan tingkat pencapaian
kinerja sasaran yang dilakukan melalui media perjanjian kinerja yang kemudian
dibandingkan dengan realisasinya. Pencapaian kinerja sasaran diperoleh dengan cara
membandingkan target dengan realisasi indikator sasaran. Dari hasil pengukuran kinerja
tersebut dilakukan evaluasi dan analisis kinerja untuk mengetahui keberhasilan dan
kegagalan pencapaian sasaran strategis Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral dan
sebab-sebab tercapai dan tidak tercapainya kinerja yang diharapkan.
Indikator kinerja merupakan unsur utama akuntabilitas kinerja. Indikator kinerja juga
adalah ukuran keberhasilan pencapaian suatu sasaran, dan tujuan stratejik atau bahkan
visi organisasi. Indikator ini bersifat kuantitatif atau kualitatif apabila tidak memungkinkan
bersifat kuantitatif.
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-2
VISI
MISI
(MISSION)
TUJUAN
(GOAL)
SASARAN
(OBJECTIVES)
STRATEGY
SISTEM INFORMASI
(PENGUMPULAN
DATA)
INDIKATOR
KINERJA
HASIL
AKTIVITAS
Gambar 3.1 Sistem Lakip dan Pola Penetapan Indikator Kinerja
Pencapaian kinerja dalam prosentase dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
A. Semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik, maka
digunakan rumus :
B. Semakin tinggi realisasi menunjukan semakin rendah pencapaian kinerja, maka
digunakan rumus :
Dari hasil pengukuran kinerja tersebut dilakukan evaluasi dan analisis kinerja untuk
mengetahui keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran strategis Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral dan sebab-sebab tercapai dan tidak tercapainya kinerja yang
diharapkan. Selanjutnya untuk mempermudah interpretasi atas pencapaian sasaran
diberlakukan penggunaan makna dari nilai yang diperoleh sebagai berikut :
Presentase Pencapaian
Rencana tingkat capaian = %100xrencana
realisasi
Presentase Pencapaian
Rencana tingkat capaian = %100)(
xrencana
rencanarealisasirencana
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-3
Tabel 3.1 Skala Penilaian Capaian Kinerja Sasaran
Prosentase Kategori Keterangan
> 90% AA Sangat Memuaskan
80%
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-4
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bahwa rasio elektrifikasi di Provinsi
Jawa Barat adalah sebesar 97,87%, dengan perincian sebagaimana Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Rekapitulasi Rasio Elektrifikasi Jawa Barat per Kabupaten/Kota Tahun 2016
No Provinsi/Kab/Kota
Realisasi Tahun 2016
Jumlah Rumah
Tangga
Jumlah Rumah
Berlistrik PLN
Jumlah Rumah
Berlistrik Non
PLN
RE (%)
JAWA BARAT 12.580.863 12.239.849 73.095 97,87
1 Bogor 1.300.844 1.516.559 6.583 100,00
2 Sukabumi 673.447 614.609 5.743 92,12
3 Cianjur 592.214 536.566 15.301 93,19
4 Bandung 915.514 806.053 6.517 88,76
5 Garut 652.843 525.798 10.761 82,19
6 Tasikmalaya 504.303 386.441 2.035 77,03
7 Ciamis 327.718 316.433 723 96,78
8 Pangandaran 169.587 113.321 8.289 71,71
9 Kuningan 286.811 289.811 474 100,00
10 Cirebon 588.903 506.864 1.456 86,32
11 Majalengka 374.322 331.294 112 88,54
12 Sumedang 344.035 315.086 721 91,80
13 Indramayu 530.539 435.502 2.191 82,50
14 Subang 457.226 442.152 1.376 97,00
15 Purwakarta 242.671 270.679 2.071 100,00
16 Karawang 642.061 702.256 2.638 100,00
17 Bekasi 830.579 950.832 2.312 100,00
18 Bandung Barat 427.544 392.103 813 91,90
19 Kota Bogor 259.086 245.210 397 94,80
20 Kota Sukabumi 81.910 88.303 186 100,00
21 Kota Bandung 699.565 615.697 914 88,14
22 Kota Cirebon 82.511 92.256 206 100,00
23 Kota Bekasi 694.405 809.216 428 100,00
24 Kota Depok 502.236 523.784 382 100,00
25 Kota Cimahi 156.781 142.631 351 91,20
26 Kota Tasikmalaya 184.859 185.603 9 100,00
27 Kota Banjar 54.415 55.880 106 100,00
Sumber Data: Ditjen Ketenagalistrikan Kementrian ESDM, 2017
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa terdapat 11 kabupaten/kota yang telah
mencapai angka rasio elektrifikasi 100% yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten
Kuningan, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota
Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Tasikmalaya dan Kota
Banjar. Namun demikian masih ada beberapa Kabupaten yang masih memiliki angka
rasio elektrifikasi relatif rendah, bahkan Kabupaten Pangandaran yang memiliki angka
rasio elektrifikasi terendah masih berada pada angka 71,71%, disusul Kabupaten
Tasikmalaya dan Garut masing-masing sebesar 77,03% dan 82,19%.
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-5
Perhitungan Capaian Kinerja = (97,87%) x 100% = 103,02 % 95%
Dengan tercapainya angka rasio elektrifikasi sebesar 97,87% ini maka Pemerintah
Provinsi Jawa Barat telah mampu melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2016
berdasarkan Perjanjian Kinerja Kepala OPD sebesar 95% dan berdasarkan target
jangka menengah Renstra sebesar 87% namun belum melampaui melampaui target
jangka menengah Renstra berdasarkan RPJMD Penyelarasan pada tahun 2018
sebesar 100%.
Tahun 2013
(kondisi awal) 2014 2015 2016 2018*
Target
Renstra 80,05 % 83 % 85 % 87% 98 - 100 %
Target
Perjanjian
Kinerja
80,05 % 83 % 85 % 95% -
Realisasi 80,05 % 83,77 % 93,71 % 97,87% -
Capaian
Kinerja 100% 100,92% 110,24% 103,02% -
* Target berdasarkan Pergub No. 16 Tahun 2016
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2015 ke 2016 terjadi kenaikan angka
rasio elektrifikasi sebesar 4,16%. Angka tersebut lebih kecil dari kenaikan angka rasio
elektrifikasi pada tahun 2014 dan 2015. Hal ini tidak terlepas dari dampak terbitnya UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dimana dalam pasal 298 ayat
(5) disebutkan bahwa belanja hibah kepada masyarakat hanya dapat diberikan
kepada badan, lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
Indonesia, sehingga mekanisme pemberian bantuan listrik kepada masyarakat miskin
di Jawa Barat yang selama ini dilaksanakan melalui prosedur hibah harus dikaji
kembali. Oleh sebab itu, pada Tahun Anggaran 2016 untuk Program Pembinaan,
Pengembangan Ketenagalistrikan dan Pemanfaatan Energi melalui Kegiatan
Akselerasi Peningkatan Rasio Elektrifikasi di Wilayah Kerja UPTD ESDM lebih
difokuskan pada evaluasi program tersebut pada Tahun Anggaran 2014 dan 2015.
Serta inventarisasi data rumah yang belum berlistrik dan inventarisasi data
infrastruktur ketenagalistrikan sehingga target penerima bantuan untuk tahun
mendatang dapat lebih sistematis dan tepat sasaran. Keluaran dari kegiatan tersebut
adalah terbitnya daftar Calon Penerima Calon Lokasi (CPCL) untuk pelaksanaan
kegiatan Akselerasi Peningkatan Rasio Elektrifikasi pada Tahun Anggaran 2017.
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-6
Adanya evaluasi dari Kementerian Dalam Negeri pada Tahun 2016 bahwa
pelaksanaan program listrik perdesaan pada tahun berikutnya harus dilaksanakan
melalui mekanisme bantuan sosial dan didukung dengan terbitnya Permendagri No.
14 Tahun 2016 tentang Perubahan Pertama Atas Permendagri No. 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bansos Yang Bersumber Dari APBD,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkomitmen untuk mencapai angka rasio elektrifikasi
100% pada tahun 2018. Hal ini tidak lepas dari pengembangan infrastruktur
ketenagalistrikan yang dipandang sebagai salah satu infrastruktur strategis yang
memiliki daya ungkit cukup besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Jawa Barat. Untuk mencapai hal tersebut dukungan yang sangat besar dari berbagai
pihak khususnya PT. PLN (Persero), Kementrian ESDM, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota sangat dibutuhkan.
MENINGKATNYA PEMANFAATAN SUMBER ENERGI BARU DAN TERBARUKAN
BERBASIS POTENSI LOKAL
Indikator Sasaran : Jumlah pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan
(170.000 SBM)
Perhitungan pencapaian indikator target sasaran ini adalah dengan mengkonversikan
satuan energi dari produksi 4 (Empat) jenis energi baru terbarukan di tahun 2016 ke
dalam satuan SBM (Setara Barel Minyak) yang terdiri dari: (1). Pembangkit Listrik
Tenaga Mini-MikroHidro; (2). Pengembangan Biogas; (3). Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (Biomass); dan (4). Sistem Konversi Tenaga Surya. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3.3 Perhitungan Jumlah Pemanfaatan Sumber Energi Baru dan Terbarukan 2016
No Jenis Energi
Terbarukan
Kapasitas
Terpasang
Satuan Energi Setara Barrel
Minyak (SBM)
1 Pembangkit Listrik
Tenaga Mini-
MikroHidro
52,31 MegaWatt (MW) 138.772
2 Biogas 2.102 Unit 5.127
3 Pembangkit Listrik
Biomassa
6 MW 25.828
4 Tenaga Surya 10,3 kW 11,6
JUMLAH TOTAL (SBM) 169.748
* Target berdasarkan Pergub No. 16 Tahun 2016
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa sampai dengan tahun 2016
kontribusi terbesar jenis energi terbarukan di Jawa Barat adalah Pembangkit Lisrtik
Tenaga Mini-Minihidro. Hal tersebut didukung oleh besarnya potensi sumber daya air di
Jawa Barat khususnya di wilayah Jawa Barat bagian Selatan. Sedangkan berdasarkan
target jumlah pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan di tahun 2016 yang
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-7
tercantum pada Renstra yakni 170.000 SBM, diperoleh hasil capaian kinerja sebagai
berikut:
Perhitungan Capaian Kinerja = (169.748 SBM) x 100% = 99,85 % 170.000 SBM
Tahun 2013 (kondisi
awal) 2014 2015 2016 2018*
Target 15.425 65.000 120.000 170.000 200.000
Realisasi 15.425 64.154,31 87.339 169.748 -
Capaian Kinerja
100% 98,69% 72,78% 99,85% -
* Target berdasarkan Pergub No. 16 Tahun 2016
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa pencapaian kinerja pada tahun
2016 adalah sebesar 99,85% dimana menunjukkan pemanfaatan pemanfaatan energi
baru dan terbarukan di Provinsi Jawa Barat sudah berjalan optimal. Dibandingkan
dengan tahun 2015 terdapat kenaikan signifikan pada kapasitas EBT jenis Pembangkit
Listrik Tenaga Mini- MikroHidro dimana terjadi kenaikan dari 21,22 MW pada tahun
2015 menjadi 52,31 MW pada tahu 2016 atau naik sebesar 146,51%. Selain hal
tersebut adanya potensi-potensi EBT baru dari tenaga surya dan biogas menunjukkan
adanya kenaikkan yang siginifikan dari tahun 2015 sebesar 94,35% setelah sebelumnya
pada tahun 2014 hanya memperoleh kenaikkan sebesar 36,13%. Meskipun demikan
jika dibandingkan dengan target 2018 (200.000 SBM), capaian target pada tahun 2016
baru mencapai 84,87%.
Pada tahun 2016 terdapat kendala-kendala dalam pencapaian kinerja EBT ini
diantaranya adalah:
- Berdasarkan UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Pemerntah Provinsi
memiliki otoritas terbatas terkait pengembangan beberapa jenis EBT ber-skala besar
(diatas 10 MW untuk listrik dan di atas 10.000 Ton per tahun untuk Bio-diesel).
- Terdapat pekerjaan pembangunan Instalasi Biogas yang tidak dapat dilaksanakan
karena transisi implementasi regulasi hibah di tingkat masyarakat.
- Nilai keekonomian energi baru terbarukan memerlukan dukungan implementasi
Kebijakan teknis lebih kuat agar bisnis energi baru terbarukan dapat bersaing
dengan energi fosil.
- Pencapaian target beberapa program energi baru terbarukan, yaitu pembangunan
dan/Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro berjalan lambat, karena adanya
hambatan teknis, lingkungan dan adminstrasi.
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-8
Adapun usulan solusi dari permasalahan-permasalahan tersebut antara lain ialah:
- Koordinasi dan Sinkronisasi terkait Pengembangan dan Investasi Energi Baru
Terbarukan dan akan diperkuat melalui berbagai forum, institusi dan workshop/FGD
serta dukungan anggaran.
- Fasilitasi dan Analisis Untuk Percepatan Pembangunan Pembangkit Energi
Terbarukan (Minihidro) dengan mekanisme yang dimungkinkan.
- Perencanaan-pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan pengembangan energi
baru terbarukan harus ditingkatkan dengan melibatkan pihak terkait sesuai dengan
Peraturan yang berlaku.
MENINGKATNYA PENGHEMATAN ENERGI
Indikator Sasaran : Jumlah gedung kantor di lingkup OPD Pemprov Jabar yang
melakukan penghematan energi (60%)
Perhitungan penghematan energi di gedung kantor lingkup OPD Pemprov Jabar ini
dilakukan dengan rumusan sebagai berikut:
EFF = % pelaporan OPD + % bangunan dilaporkan + % bangunan dgn efisiensi
Jumlah kluster data
36,57% = 23 dari 51 OPD1) + 29 dari 65 bangunan2) + 13 dari 65 bangunan3)
3 kluster data
Catatan:
1) Termasuk kedalamnya Biro, Dinas, Lembaga, Badan, BUMD, DPRD dan lainnya 2) Data terkini didapatkan, perlu diverifikasi didapatkan, termasuk kedalamnya seluruh bangunan dikelola oleh 1) 3) Input data baru masuk selama 3 bulan terakhir, belum bisa mendapatkan data efisiensi pada bangunan yang dinyatakan dalam
IKE (Intensitas Konsumsi Energi) yang dihitung dalam kurun waktu 1 tahun atau 12 bulan.
Proses pelaporan gedung kantor di lingkup OPD Pemprov Jabar yang melakukan
penghematan Listrik dapat dikatakan belum efektif megingat masih adanya OPD yang
belum bersedia untuk melaporkan penggunaan energinya. Hal ini bertolak belakang
dengan Gugus Tugas Penghematan Listrik dan Air yang dibentuk oleh Gubernur melalui
Instruksi Gubernur (Ingub) No 4 Tahun 2012. Meskipun demikian masih terdapat
beberapa OPD yang melaporkan seluruhnya atau sebagian penggunaan energi pada
gedung kantor yang dikelolanya.
Perhitungan Capaian Kinerja = (36,57 %) x 100% = 60,95 % 60%
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-9
Tahun 2013 (kondisi
awal) 2014 2015 2016 2018
Target 8,6 % 26 % 43 % 60 % 100 %
Realisasi 8,6 % 23,13 % 15,48 % 36,57 % -
Capaian
Kinerja 100% 88,96% 36% 60,95% -
Dibandingkan dengan capaian tahun 2015, terjadi kenaikan persentase jumlah gedung
kantor di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang melaksanakan penghematan
energi sebesar 21,09%. Namun, pencapaian realisasi pada tahun 2016 masih
menyisakan deviasi sebesar 23,43% dari target yang ditetapkan pada Renstra sebesar
60%. Hal ini disebabkan karena terdapat kesulitan atau kesalahan input data dan
ketidaktahuan dalam hal penggunaan aplikasi pelaporan penggunaan energi yang telah
disediakan. Yang kedua adalah kurangnya kesadaran para pengelola
gedung/kantor/bangunan/rumah dinas, akan pentingnya melakukan penghematan energi
yang diperkirakan akibat tidak adanya sistem reward and punishment yang jelas.
Sebagai alternatif solusi untuk mencapai target capaian kinerja sebesar 100% pada
tahun 2018, perlu diadakan sosialisasi dan pelatihan pengelola secara berkala dalam
penggunaan aplikasi penggunaan energi, hingga pencapaian data pelaporan OPD dan
gedung dapat mencapai 100%. Untuk mencapai angka tersebut diperlukan evaluasi pada
gedung/kantor/bangunan/rumah dinas yang belum mencapai angka efisensi tertentu.
Oleh sebab itu dibutuhkan pengkondisian dalam bentuk peraturan-peaturan tertentu,
dengan penerapan sistim reward and punishment yang jelas bagi OPD pemerintah
provinsi Jawa Barat yang melakukan efisiensi pada bangunan yang dikelolanya.
MENINGKATNYA JUMLAH WILAYAH KERJA PANAS BUMI YANG BERPRODUKSI
Indikator Sasaran : Jumlah wilayah kerja panas bumi yang berproduksi (6
Wilayah)
Pada tahun 2013 terdapat 4 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang berproduksi di
Jawa Barat dan sampai dengan akhir tahun 2014 bertambah 2 wilayah panas bumi
yang berproduksi sehingga menjadi 6 Wilayah yang masih beroperasi sampai
dengan tahun 2016 ini, yaitu:
1. WKP Kamojang (PT. Pertamina Geothermal Energy) kapasitas 235 MW
2. WKP Drajat (Chevron Geothermal Indonesia Ltd.) kapasitas 271 MW
3. WKP Wayang Windu (Star Energy Geothermal Wayang Windu Ltd.) kapasitas 227
MW
4. WKP SALAK (Chevron Geothermal Salak Ltd.) kapasitas 377 MW
5. WKP PATUHA (PT. Geo Dipa Energy) kapasitas 55 MW
6. WKP Cibuni (KJK. Yala Teknosa) kapasitas 100 KV
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-10
Perhitungan Capaian Kinerja = (6 Wilayah) x 100% = 100%
6 Wilayah
Tahun 2013 (kondisi
awal) 2014 2015 2016 2018*
Target 4 Wilayah 5 6 6
Realisasi 4 Wilayah 6 6 6 -
Capaian
Kinerja 100% 120% 100% 100% -
* Kewenangan pengelolaan panas bumi berada di Pemerintah Pusat (UU. No. 23 Tahun 2014)
Dari sisi jumlah WKP yang berproduksi selama tahun 2016 tidak terdapat
penambahan dengan total kapasitas produksi panas bumi di Jawa Barat masih
tetap sama seperti pada tahun 2015 sebesar 1.165,1 MW. Hal ini dikarenakan
terbitnya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang mengamanatkan
bahwa kewenangan pengelolaan panas bumi berada di Pemerintah Pusat, kecuali
untuk Penerbitan izin pemanfaatan langsung panas bumi lintas Daerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi. Kemudian pasal 410 pada undang-
undang tersebut menegaskan bahwa peraturan pelaksanaan harus ditetapkan
paling lama 2 (dua) tahun sejak diundangkan sehingga pada tahun 2016 kegiatan
pengembangan panas bumi yang dilaksanakan untuk mendukung indikator sasaran
tersebut antara lain ialah kegiatan koordinasi, konsultasi dan sosialisasi
pengelolaan panas bumi di Jawa Barat, kegiatan peningkatan kapasitas industri
geothermal (direct use) di Jawa Barat, penyusunan dan bedah buku geothermal,
serta sosialisasi pendidikan dasar panas bumi di Jawa Barat . Selain hal tersebut,
penerbitan surat keterangan terdaftar usaha jasa penunjang yang kegiatan
usahanya dalam 1 (satu) Daerah provinsi menyebabkan untuk indikator sasaran
jumlah wilayah kerja panas bumi yang berproduksi tidak menjadi indikator sasaran
untuk pencapaian kinerja di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2017.
Numun demikian Pemerintah Provinsi Jawa Barat tetap berusaha mendukung
peningkatan produksi panas bumi sebagai salah satu bentuk energi baru
terbarukan melalui pelaksanaan kegiatan Pengembangan Panas Bumi di Jawa
Barat dan Pengelolaan Lingkungan dan Masyarakat di Sekitar Lokasi PLTP, serta
koordinasi dengan Pemerintah Pusat (Kementerian ESDM cq. Ditjen EBTKE) dan
memberikan masukan dalam penyusunan PP serta regulasi turunannya.
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-11
MENINGKATNYA KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN POTENSI MIGAS
Indikator Sasaran : Jumlah Wilayah Kerja Migas yang diusahakan/
berproduksi (4 Wilayah)
Sampai dengan akhir tahun 2016 ini jumlah wilayah kerja migas yang
diusahakan/berproduksi di Jawa Barat adalah 4 wilayah sebagai berikut:
1. Lapisan Parigi (PT. Pertamina EP),
2. Jawa Bagian Barat (PT. Pertamina EP),
3. PT. Pertamina EP Asset 3 - X – Ray, dan
4. Offshore North West Java (Pertamina Hulu Energi ONWJ)
Perhitungan Capaian Kinerja = (4 Wilayah) x 100% = 100%
4 Wilayah
Tahun 2013 (kondisi
awal) 2014 2015 2016 2018*
Target 4 Wilayah 4 4 4 -
Realisasi 4 Wilayah 4 4 4 -
Capaian
Kinerja 100% 100% 100% 100% -
* Kewenangan pengelolaan panas bumi berada di Pemerintah Pusat (UU No. 22 Tahun 2014)
Sampai dengan tahun 2016 ini 4 Wilayah Kerja Migas di Jawa Barat masih berjalan
sehingga capaian kinerja dalam hal ini mecapai 100%. Untuk mendukung hal ini
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melaksanakan kegiatan koordinasi dan konsultasi
pengelolaan minyak dan gas bumi ke Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)
Migas Jawa Barat Pemanfaatan Potensi Migas, peningkatan industri migas,
pengawasan distribusi dan niaga migas hilir dengan selalu berkoordinasi dengan
Pemerintah Pusat cq Kementerian ESDM (SKK Migas, Ditjen Migas, BPH Migas
dan Pertamina). Sama halnya dengan panas bumi, dengan terbitnya UU Nomor 23
tahun 2014 yang mengamanatkan bahwa kewenangan pengelolaan migas Hulu
dan Hilir berada di Pemerintah Pusat, maka sesuai dengan Undang-Undang
tersebut indikator ini akan dihilangkan sebagai salah satu ukuran pencapaian
kinerja Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat pada Tahun Anggaran 2017.
MENINGKATNYA PENGELOLAAN PENGUSAHAAN SUMBER DAYA MINERAL
Indikator Sasaran : Persentase usaha pertambangan yang melaksanakan
Good Mining Practice (60%)
Tingkat pengelolaan sumber daya mineral ini dilihat berdasarkan Jumlah IUP (Izin
Usaha Pertambangan) yang melaksanakan kaidah Good Mining Practice (a)
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-12
dibandingkan dengan Total IUP yang dikunjungi (∑ b) dikalikan 100%. Sehingga
didapat melalui perhitungan sebagai berikut:
Tingkat Pengelolaan Sumber Daya Mineral (%) =
Dari total jumlah IUP Eksplorasi dan Produksi di Jawa Barat sebanyak 645
perusahaan telah dilakukan peninjauan lapangan sebanyak 56 perusahaan dengan
hasil evaluasi diperoleh data 36 perusahaan yang telah sesuai dengan penerapan
kaidah Good Mining Practice. Untuk itu, maka didapatkan persentase tingkat
pengelolaan sumber daya mineral di Jawa Barat dengan perhitungan sebagai
berikut:
Tingkat Pengelolaan Sumber Daya Mineral = 36 x 100% = 64,29% 56
Perhitungan Capaian Kinerja = (64,29%) x 100% = 107,15 % 60%
Tahun 2013
(kondisi awal) 2014 2015 2016 2018*
Target
Renstra 20 % 30 % 40 % 50 % 70 %
Target
Perjanjian
Kinerja
20% 30% 50% 60% -
Realisasi 20% 42,23 56 % 64,29 % -
Capaian
Kinerja 100% 140,77% 112% 107,15% -
* Target berdasarkan Pergub No. 16 Tahun 2016
Target yang digunakan untuk mengukur indikator sasaran ini adalah berdasarkan
Perjanjian Kerja Kepala OPD Tahun 2016 sebesar 60%. Hal ini dikarenakan target
berdasarkan Renstra untuk tahun 2016 adalah 50% dan untuk Tahun 2017 adalah
60% sehingga jika menggunakan target Renstra secara otomatis target jangka
menengah sudah tercapai. Sedangkan pada tahun 2015 capaian mecapai 112%
dengan target berdasarkan Perjanjian Kinerja OPD sebesar 40%.
Meskipun demikian dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2016 ini terdapat
beberapa kendala yang dihadapi yakni:
- Masih banyak para pemegang IUP yang belum memahami dan memenuhi
kewajiban-kewajibannya;
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-13
- Fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian menjadi tanggung jawab
Pemerintah Provinsi yang dilakukan oleh para Inspektur Tambang yang jumlahnya
masih kurang dibandingkan dengan jumlah IUP yang ada di wilayah Provinsi Jawa
Barat;
- Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh
Kab/Kota kepada para pemegang IUP belum berjalan optimal.
Adapun alternatif solusi yang ditawarkan adalah:
- Melaksanakan koordinasi secara intensif dengan Kab/Kota dan Pemerintah Pusat
dalam upaya penataan pengelolaan usaha pertambangan di Jawa Barat.
- Melaksanakan rencana aksi, koordinasi dan supervisi tata kelola Sektor
Pertambangan Mineral dan Batubara.
MENINGKATNYA KONSERVASI AIR TANAH
Indikator Sasaran; Persentase luas zona aman pada cekungan air tanah (65,45%)
Tabel 3.4 Luas Zona Aman pada CAT di Jawa Barat Tahun 2016
NO CAT LUAS (km2) LUAS ZONA AMAN 2016
(km2)
1 BOGOR 1.311 1067
2 SUKABUMI 868 746
3 BEKASI-
KARAWANG 3.641 2981
4 SUBANG 1.514 819
5 CIATER 566 312
6 LEMBANG 169 54
7 BANDUNG-SOREANG
1.716 795
8 CIBUNI 621 18
9 BANJARSARI 605 114
10 TASIKMALAYA 1.219 812
11 MALANGBONG 514 343
12 CIAMIS 581 534
13 KUNINGAN 507 354
14 MAJALENGKA 686 488
15 INDRAMAYU 1.282 731
16 SUMBER-CIREBON
1.659 1260
TOTAL 17.459 11.429
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase zona aman pada CAT di Jawa Barat
dapat dihitung sebagai berikut:
Indikator Kinerja (%) = (Jumlah Luasan Zona Aman) x 100% Luas Total Cekungan Air Tanah
= 11.429 Km2 x 100% 17.459 Km2
= 65,46%
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-14
Sedangkan untuk menghitung tingkat capaian kinerja adalah sebagai berikut:
Perhitungan Capaian Kinerja = (65,46 %) x 100% = 100,01 % 65,45%
Tercapainya sasaran dalam upaya peningkatan konservasi air tanah ini tidak terlepas
dari upaya sosialisasi konservasi air tanah secara terus menerus dan
berkesinambungan, Evaluasi terhadap perijinan terutama saat perpanjangan ijin, serta
adanya kesadaran dari pengguna air terhadap upaya pengimbuhan kembali air tanah
dengan melakukan pembuatan sumur imbuhan, kolam resapan dan sumur resapan.
Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2015, pada tahun 2016 terdapat
penambahan luas zona aman pada CAT Subang sebesar 8,3% atau sebesar 63 Km2,
CAT Bekasi-Karawang sebesar 0,56% Km2 atau sebesar 18 Km2, dimana luas zona
aman yang tercapai masih berada sedikit di bawah target pada tahun 2015 ini dapat
tercapai diatas target sebesar 0,06%.
Tahun 2013 (kondisi
awal) 2014 2015 2016 2018*
Target 65 65,15 65,30 65,45 65,75
Realisasi 65 65,14 65,34 65,46 -
Capaian
Kinerja 100 99,98% 100,06% 100,01% -
* Target berdasarkan Pergub No. 16 Tahun 2016
Pada kenyataanya masih banyak kendala yang harus dihadapi dalam upaya
meningkatkan konservasi air tanah di Provinsi Jawa Barat ini, diantaranya:
- Pengguna air tanah semakin meningkat.
- Pembuatan sumur Imbuhan sebagai upaya pengimbuhan kembali air tanah belum
optimal karena membutuhkan biaya yang besar, sehingga para pengguna air tanah
melakukan upaya konservasi air tanah secara bertahap.
- Banyaknya pengguna air tanah yang memanfaatkan air tanah melebihi debit yang
diijinkan.
- Banyaknya pengguna air tanah yang tidak memiliki ijin, sehingga tidak terevaluasi
dan tidak terkendali penggunaan airnya.
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-15
Beberapa alternatif solusi yang telah diambil untuk menanggulangi hal ini diantaranya
adalah:
- Dilakukan pengurangan debit untuk Zona Kritis dan Rawan bagi pengguna yang
belum melakukan upaya konservasi air tanah, sedangkan untuk zona rusak tidak
diterbitkan rekomendasi teknisnya.
- Pembatasan debit untuk yang pengguna yang pemakaiannya melebihi debit yang
diijinkan, dengan pemasangan stopkran.
- Penutupan sumur bagi yang tidak berijin.
- Melakukan pembinaan dan pengawasan bagi para pemegang Izin Pemakaian Air
Tanah (IPAT).
MENINGKATNYA KETERSEDIAAN AIR BAKU DI WILAYAH RAWAN AIR
Indikator Sasaran; Tersedianya prasarana air bersih bagi masyarakat bersumber
dari air tanah di wilayah rawan air (20 titik sumur/lokasi)
Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dimana dalam
pasal 298 ayat (5) disebutkan bahwa belanja hibah kepada masyarakat hanya dapat
diberikan kepada badan, lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan
hukum Indonesia, sehingga pelaksanaan kegiatan penyediaan prasarana air bersih
yang pada tahun sebelumnya dilaksanakan dengan mekanisme hibah ke kelompok
masyarakat, pada tahun 2016 harus diserahkan kepada oraganisasi masyarakat yang
berbadan hukum. Pada tahun 2016 pelaksanaan kegiatan ini diputuskan dilaksanakan
dengan mekanisme belanja modal yang berkonsekuensi pada resiko pemeliharaan
yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Namun pembangunan
prasarana air bersih terkendala dimana lokasi pembangunan harus berstatus milik
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dengan terbitnya Permendagri No. 14 Tahun 2016
tentang Perubahan Pertama Atas Permendagri No. 32 Tahun 2011, memudahkan
kegiatan prasarana air bersih bagi masyarakat bersumber dari air tanah di wilayah
rawan air di Jawa Barat untuk dilaksanakan kembali pada Tahun Anggaran 2017
dengan menggunakan mekanisme hibah.
Perhitungan Capaian Kinerja = (11 titik) x 100% = 55%
20 titik
Tahun 2013 (kondisi
awal) 2014 2015 2016 2018
Target 5 titik 10 15 20 25
Realisasi 5 titik 10 11 11 -
Capaian
Kinerja 100% 100% 73,33% 55% -
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-16
MENINGKATNYA PENDAPATAN DI BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL
Indikator Sasaran; Jumlah pendapatan di bidang energi dan sumber daya
mineral (Rp. 2.641.640.000.000,-)
Didalam dokumen penetapan kinerja tahun 2016 ditetapkan bahwa target jumlah
pendapatan bidang energi dan sumber daya mineral adalah sebesar Rp.
2.641.640.000.000,- angka ini terkoreksi dalam perubahan APBD 2016 menjadi Rp.
2.481.407.362.268,- namun untuk kepentingan pengukuran capaian kinerja ini
digunakan perbandingan dengan target sebagaimana ditetapkan dalam Dokumen
Perjanjian Kinerja. Selengkapnya mengenai target dan realisasi pendapatan bidang
energi dan sumber daya mineral tahun 2016 dapat dicermati pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Target dan Realisasi Pendapatan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2016
No Uraian Target APBD 2016
(Perubahan) Realisasi % Ket
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
1 RETRIBUSI JASA
LAB.
420.000.000 442.925.034 105,46 Sd. Des
2 PBBKB 2.203.754.854.637 2.185.561.758.512 99,17 Sd. Des
DANA PERIMBANGAN
3 MIGAS
A. MINYAK BUMI 28.595.560.554 28.595.560.554 100,00 Sd. Des
B. GAS ALAM 118.837.895.652 119.216.718.448 100,32 Sd. Des
4 PERTAMBANGAN
UMUM
A. LANDRENT 1.744.807.333 1.744.807.333 100,00 Sd. Des
B. ROYALTY 4.587.740.385 4.364.211.000 95,13 Sd. Des
PANAS BUMI 123.273.408.434 127.021.614.094 103,04 Sd. Des
LANDRENT 193.095.273 263.733.524 136,58 Sd. Des
Jumlah 2.481.407.362.268 2.467.211.328.499 Sumber: Bidang Bina Usaha dan Kerjasama, Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat, 2016
Perhitungan Capaian Kinerja = (Rp. 2.467.211.328.499,-) x 100% = 93,39% Rp. 2.641.640.000.000,-
Tahun 2013 (kondisi
awal) 2014 2015 2016 2018
Target PK 1.807.881.696.157 2.224.570.000.000 2.423.460.000.000 2.641.640.000.000 3.143.770.000.000
Target
APBD-P 1.807.881.696.157 2.045.778.068.339 2.591.107.165.443 2.481.407.362.268 -
Realisasi 1.807.881.696.157 2.180.652.833.322 2.652.685.269.341 2.467.211.328.499 -
Capaian
Kinerja 100% 98,02% 109,46% 93,39% -
Melalui perhitungan didapatkan capaian sasaran kinerja Dinas ESDM dalam hal
pendapatan di sektor ESDM adalah sebesar 93,39%. Jika dilihat dari perkembangan
pendapatan daerah sektor ESDM, maka dapat dicermati bahwa di tahun 2016 ini terjadi
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-17
penurunan dalam hal pendapatan yaitu menurun sebesar 6,99% atau Rp.
185.473.940.842,- jika dibandingkan dengan tahun 2015. Penurunan pendapatan terjadi
di sektor PAD yakni PBBKB sebesar Rp. 192.092.196.852 atau 8,07% dibandingkan
tahun 2015. Kemudian pada dana perimbangan untuk minyak bumi terjadi penurunan
sebesar Rp. 58. 586.223.696 atau sebesar 67,2% dan untuk pertambangan umum
terjadi penurunan pendapatan bersumber dari royalty sebesar Rp. 6.665.004.261 atau
sebesar 60,43%.
Adapun kendala-kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut:
1. Masih terdapat IUP yang diterbitkan Pemerintah Kabupaten/Kota yang tidak
disampaikan ke Pemerintah Provinsi sehingga Pemerintah Provinsi kesulitan dalam
melakukan inventarisasi data-data pemegang IUP di Jawa Barat.
2. Pemegang IUP belum memahami tata cara pembayaran dan penyampaian bukti
setor landrent dan royalty ke Kas Negara sehingga pada saat rekonsiliasi tidak dapat
diidentifikasi dan menyebabkan Dana Bagi Hasil Pertambangan Umum belum dapat
disalurkan ke daerah penghasil.
3. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten penghasil masih kesulitan dalam melaksanakan
simulasi perhitungan besaran dana bagi hasilnya. Hal ini disebabkan masih belum
transparannya parameter yang menjadi perhitungan dana bagi hasil migas.
4. Menurunnya potensi migas secara alami yang berdampak kepada penurunan
besaran penerimaan daerah sektor migas dan belum adanya eksplorasi
pengembangan sumur baru (lapangan off shore).
5. Dana bagi hasil yang disalurkan ke daerah penghasil baru berasal dari pengusahaan
panas bumi eksisting yang sudah mencapai NOI 34% sedangkan untuk lapangan
panas bumi yang belum mencapai NOI 34% belum wajib setor.
6. Kesadaran wajib pungut/lembaga penyalur dalam pelaporan bulanan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) ke Pemerintah Provinsi serta ketaatan
penggunaan BBM non subsidi oleh aparat pemerintah, BUMN, dan BUMD belum
maksimal.
7. Terbatasnya sarana pengeolah data Surat Pemberitahuan Volume Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor (SPVBBKB) yang berbasis sistem informasi dan sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi pengawasan (PPNS Migas Hilir).
Adapun solusi yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan tersebut antara
lain ialah:
1. Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal data para
pemegang IUP dan penyampaian bukti setor PNBP (landrent dan royalty)
2. Konsultasi ke Dirjen Migas Kementerian ESDM mengenai penerimaan migas, faktor-
faktor yang mempengaruhi penermaan migas, lifting migas, cost recovery, Harga
Minyak Mentah Indonesia (ICP), nilai tukar rupiah terhadap US Dollar serta faktor
pengurang penermaan migas.
3. Koordinasi dan fasilitasi perhitungan produksi dan bagi hasil dengan Pemerintah
Kabupaten penghasil migas.
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-18
4. Koordinasi dengan narasumber (BPH Migas dan Dispenda) untuk melaksanakan
sosialisasi kebijakan pengelolaan BBBKB/SPVBBKB kepada Wajib pungut dan
aparat pemerntah dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pungut terhadap
peraturan berlaku.
5. Pembuatan sistem informasi dan sarana pengolahan data.
6. Konsultasi dengan Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
BPH Migas dan Pertamina untuk mendapatkan kuota BBM baik subsidi maupun non
subsidi yang didistribusikan ke Jawa Barat sebagai dasar verifikasi perhitungan
SPVBBKB dan target PBBKB.
Berdassarkan alternatif solusi tersebut, Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat cukup optimis
bahwa target pendapatan sebesar Rp. 3.143.770.000.000,- dapat tercapai pada tahun
2018 atau pada akhir masa rencana pembangunan jangka menengah.
MENINGKATNYA JUMLAH WIRAUSAHAWAN BARU SEKTOR ENERGI DAN
SUMBER DAYA MINERAL
Indikator Sasaran; Jumlah Wirausahawan Baru Sektor ESDM (3.753 Orang)
Tahapan pencetakan Wirausahawan Baru Sektor ESDM dimulai dengan pendaftaran
(melalui sosialisasi dengan surat edaran, leaflet dan spanduk), seleksi
(administrasidan wawancara), pelatihan (kewirausahaan dan teknis), pemagangan
(kerjasama dengan perusahaan besar), pendampingan, evaluasi dan monitoring.
Pada tahun 2016 Hasil pendaftaran tercatat 500 peserta yang kemudian diseleksi dan
ditetapkan sebanyak 400 WUB (pengrajin batako dan bata merah) terdiri dari:
a. 200 orang WUB sektor ESDM di Kabupaten Sumedang ( Desa Jatihurip dan Desa
Cikole)
b. 200 orang WUB sektor ESDM di Kabupaten Bandung Barat ( Desa Citatah, Desa
Sirnajaya, dan Desa Saguling)
Selain 400 orang penciptaan WUB yang bersumber dari APBD Tahun 2016,
sebelumnya pada tahun 2015 Dinas ESDM disamping menyusun dokumen untuk
Petunjuk Teknis pelaksanaan Pencetakan Wirausahawan Baru Sektor ESDM 2014-
2018 juga telah membina sebanyak 250 orang WUB yang terseber sebanyak 125
orang WUB di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur serta 125 orang WUB di
Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Total WUB yang dihasilkan oleh
Dinas ESDM Jawa Barat sampai dengan tahun 2016 adalah 680 orang WUB
kemudian ditambah dengan 4.640 orang WUB yang pendanaannya bersumber dari
program CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan-perusahaan migas, panas
bumi, dan pertambangan umum sehingga jumlah WUB sektor ESDM sampai dengan
akhir tahun 2016 ini menjadi sebanyak 5.320 orang.
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-19
Perhitungan Capaian Kinerja = (5.320 Orang) x 100% = 141,75%
3.753 Orang
Tahun
2013
(kondisi
awal)
2014 2015 2016 2018
Target 0 1 Dokumen 1.000 org 3.753 org 4.000 org
Realisasi 0 1 Dokumen 3.353 org 5.320 org -
Capaian
Kinerja 0 100% 335,3% 141,75% -
Capaian sasaran kinerja Dinas ESDM dalam upaya mencetak wirausahawan baru
jauh melebihi target hingga 141,75%. Capaian ini dapat diwujudkan berkat kerjasama
yang baik dan keterlibatan perusahaan-perusahaan sektor ESDM untuk bersama-
sama meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian maka jumlah
4.000 orang WUB yang menjadi tanggung jawab Dinas ESDM sampai dengan tahun
2018 sebagai bagian dari Program Pencetakan 100.000 Wirusahawan Baru di Jawa
Barat sudah dapat teralisasi di tahun 2016.
3.3 Realisasi Anggaran dan Analisis Efisiensi
Pencapaian kinerja sasaran pada tahun 2016 didukung oleh 35 (tiga puluh lima) kegiatan
pembangunan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral yang seluruhnya dibiayai oleh APBD
Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp. 32.569.195.200,-. Adapun rencana
dan realisasi anggaran untuk setiap sasaran kinerja dapat dicermati pada tabel berikut:
Tabel 3.6
Rencana dan Realisasi Anggaran Sasaran Strategis
No Sasaran Rencana
Anggaran (Rp) Realisasi
Anggaran (Rp) Sisa Anggaran
(Rp) %
1 Meningkatnya akses masyarakat terhadap infrastruktur listrik
20.307.522.750,00 19.535.281.167,00 772.241.583,00 96,19
2 Meningkatnya pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan berbasis potensi lokal
2.028.462.400,00 1.799.053.592,00 229.408.808,00 88,69
3 Meningkatnya penghematan energi 932.552.100,00 857.807.277,00 74.744.823,00 91,98
4 Meningkatnya jumlah wilayah kerja panas bumi yang berproduksi
433.401.480,00 389.694.558 43.706.922,00 89,91
5 Meningkatnya ketersediaan dan pemanfaatan potensi
516.598.520,00 472.981.598 43.616.922,00 82,03
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-20
No Sasaran Rencana
Anggaran (Rp) Realisasi
Anggaran (Rp) Sisa Anggaran
(Rp) %
migas
6 Meningkatnya pengelolaan pengusahaan sumber daya mineral
2.530.000.000,00 2.262.420.262,00 267.579.738,00 89,42
7 Meningkatnya konservasi air tanah 1.553.375.000,00 1.135.731.980,00 417.643.020,00 73,11
8 Meningkatnya ketersediaan air baku di wilayah rawan air
88.644.750,00 58.197.700,00,00 30.447.050,00 65,65
9 Meningkatnya pendapatan di bidang energi dan sumber daya mineral
782.000.000,00 749.965.046,00 32.034.954,00 95,90
10 Meningkatnya jumlah wirausahawan baru sektor energi dan sumber daya mineral
2.000.000.000,00 1.899.648.000,00 100.352.000,00 94,98
TOTAL 31.172.557.000,00 29.102.583.480,00 2.069.973.520,00 93,35
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari total rencana Rp. 31.172.557.000,00 realisasi
serapan anggaran sebesar Rp. 29.102.583.480,00atau 93,35% dari rencana awal. Realisasi
anggaran tertinggi secara agregat adalah pada kegiatan-kegiatan dengan pencapaian
sasaran meningkatnya akses masyarakat terhadap infrastruktur listrik dengan 96,19%,
sementara persentase terendah adalah pada kegiatan-kegiatan dengan pencapaian sasaran
meningkatnya ketersediaan air baku di wilayah rawan air yang hanya mencapai 65,65%. Hal
ini tidak terlepas dari mekanisme pemberian bantuan prasarana air bersih kepada
masyarakat di wilayah rawan air di Jawa Barat yang tidak dapat dilaksanakan karena
terbitnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 sehingga mekanisme pemberian bantuan
harus dikaji kembali. Dengan terbitnya Permendagri No. 14 Tahun 2016 tentang Perubahan
Pertama Atas Permendagri No. 32 Tahun 2011, memudahkan kegiatan prasarana air bersih
bagi masyarakat bersumber dari air tanah di wilayah rawan air di Jawa Barat untuk
dilaksanakan kembali pada Tahun Anggaran 2017 melalui mekanisme hibah.
Analisis efisiensi menggambarkan tingkat efisiensi yang dilakukan oleh instansi dengan
memberikan data nilai output per unit yang dihasilkan ole suatu input tertentu. Analisis ini
dilakukan untuk sasaran-sasaran dengan pencapaian kinerja di atas 100%. Hasil analisis
efisiensi untuk sasaran-sasaran strategis dengan tingkat pencapaian di atas 100% pada
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut:
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 III-21
Tabel 3.7
Analisis Efesiensi Penggunaan Sumber Daya terhadap Pencapaian Sasaran Strategis
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA %
CAPAIAN KINERJA
% PENYERAPAN ANGGARAN
TINGKAT EFISIENSI
1 2 3 4 5 6
1 Meningkatnya akses
masyarakat terhadap infrastruktur listrik
Rasio Elektrifikasi Rumah
(95%)
103,02 96,19 6,83%
2 Meningkatnya pengelolaan pengusahaan sumber
daya mineral
Persentase usaha pertambangan yang melaksanakan Good
Mining Practice (60%)
107,15 89,42 17,73%
3 Meningkatnya konservasi air tanah
Persentase luas zona aman pada cekungan air
tanah (65,45%)
100,01 73,11 26,9%
4 Meningkatnya jumlah
wirausahawan baru sektor energi dan sumber daya mineral
Jumlah Wirausahawan
Baru Sektor ESDM (3.753 Orang)
141,75 94,98 5,02
Berdasarkan hasil analisis efisiensi diperoleh hasil bahwa sasaran dengan tingkat efisiensi
penggunaan sumber daya terbesar adalah sasaran ‘meningkatnya konservasi air tanah
sebesar 26,9%. Hal ini disebabkan sasaran ini memiliki tingkat penyerapan 73,11% dengan
sisa anggaran sebesar Rp. 417.643.020,00. Sedangkan untuk sasaran ‘meningkatnya jumlah
wirausahawan baru sektor energi dan sumber daya mineral’ memiliki tingkat efisiensi sebesar
5,02% dengan tingkat penyerapan anggaran 94,98% dan sisa anggaran sebesar Rp.
100.352.000,00.
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 IV-1
BAB IV PENUTUP
Berdasarkan pengukuran kinerja dan hasil analisis yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa dari sepuluh indikator yang telah disepakati untuk
mendukung sasaran strategis Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat, sebanyak delapan indikator
menunjukan tingkat capaian diatas 90% sehingga dapat dikategorikan SANGAT
MEMUASKAN, dengan capaian tertinggi 141,75% untuk indikator ‘Jumlah wirausahawan baru
sektor energi dan sumber daya mineral’. Sedangkan satu indikator yaitu ‘Meningkatnya
penghematan energi mendapat predikat BAIK dengan capaian indikator 60,95%. Indikator
‘Meningkatnya ketersediaan air baku di wilayah rawan air’ menjadi satu-satunya indikator
dengan capaian terendah pada tahun 2017 yakni sebesar 55% sehingga mendapat penilaian
dengan kategori CUKUP. Salah satu indikator sasaran yang perlu mendapat perhatian adalah
‘Rasio Elektrifikasi Rumah’ yang mana pada akhir tahun 2016 ini telah mencapai angka 96,20%
melebihi target jangka menengah tahun 2018 (91%) sehingga tentunya untuk ke depan perlu
dilakukan koreksi atau penghitungan ulang terhadap target yang ingin dicapai dari mulai tahun
2017 sampai dengan 2018. Untuk selengkapnya mengenai capaian target sasaran strategis
Dinas ESDM tahun 2016 dapat dicermati pada tabel 4 berikut :
Tabel 4
Rekapitulasi Capaian Strategis Dinas ESDM Tahun 2016
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2016
Realisasi 2016
% Nilai
1 Meningkatnya akses masyarakat terhadap infrastruktur listrik
Rasio Elektrifikasi rumah 95 % 97,87 % 103,02 AA
2 Meningkatnya pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan berbasis potensi lokal
Jumlah pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan
170.000 SBM
169.748 SBM
99,85 AA
3 Meningkatnya penghematan energi
Persentase jumlah gedung kantor di lingkup OPD Pemprov Jabar yang melakukan penghematan energi
60 % 36,57 % 60,95 B
4 Meningkatnya jumlah wilayah kerja panas bumi yang berproduksi
Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang berproduksi
6 Wilayah 6 Wilayah 100 AA
5 Meningkatnya ketersediaan dan pemanfaatan potensi migas
Jumlah Wilayah Kerja Migas yang diusahakan/ berproduksi
4 Wilayah 4 Wilayah 100 AA
6 Meningkatnya pengelolaan pengusahaan sumber daya mineral
Persentase usaha pertambangan yang melaksanakan Good Mining Practise
60 % 64,29 % 107,15 AA
7 Meningkatnya konservasi air tanah
Persentase luas zona aman pada cekungan air tanah
65,45% 65,46% 100,01 AA
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 IV-2
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2016
Realisasi 2016
% Nilai
8 Meningkatnya ketersediaan air baku di wilayah rawan air
Tersedianya prasarana air bersih bagi masyarakat bersumber dari air tanah dalam di wilayah rawan air
20 Titik 11 Titik 55 CC
9 Meningkatnya pendapatan di bidang energi dan sumber daya mineral
Jumlah pendapatan di bidang energi dan sumber daya mineral
Rp. 2.641.640.000.000,-
Rp. 2.467.211.328.499,-
93,39 AA
10 Meningkatnya jumlah wirausahawan baru sektor energi dan sumber daya mineral
Jumlah wirausahawan baru sektor energi dan sumber daya mineral
3.753 Orang
5.320 Orang
141,75 AA
Untuk akuntabilitas keuangan, realisasi belanja untuk mendukung sasaran strategis yang
dilaksanakan melalui 35 kegiatan dari total rencana Rp. 31.172.557.000,00 realisasi serapan
anggaran sebesar Rp. 29.102.583.480,00 atau 93,35% dari rencana awal. Realisasi anggaran
tertinggi secara agregat adalah pada kegiatan-kegiatan dengan pencapaian sasaran
meningkatnya akses masyarakat terhadap infrastruktur listrik dengan 96,19%, sementara
persentase terendah adalah pada kegiatan-kegiatan dengan pencapaian sasaran
meningkatnya ketersediaan air baku di wilayah rawan air yang hanya mencapai 65,65%. Hal ini
tidak terlepas dari mekanisme pemberian bantuan prasarana air bersih kepada masyarakat di
wilayah rawan air di Jawa Barat yang tidak dapat dilaksanakan karena terbitnya Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014 sehingga mekanisme pemberian bantuan harus dikaji kembali.
Berdasarkan hasil analisis efisiensi diperoleh hasil bahwa sasaran dengan tingkat efisiensi
penggunaan sumber daya terbesar adalah sasaran ‘meningkatnya konservasi air tanah
sebesar 26,9%. Hal ini disebabkan sasaran ini memiliki tingkat penyerapan 73,11% dengan
sisa anggaran sebesar Rp. 417.643.020,00. Sedangkan untuk sasaran ‘meningkatnya jumlah
wirausahawan baru sektor energi dan sumber daya mineral’ memiliki tingkat efisiensi sebesar
5,02% dengan tingkat penyerapan anggaran 94,98% dan sisa anggaran sebesar Rp.
100.352.000,00.
Berikut ini adalah langkah-langkah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kinerja OPD di tahun mendatang yakni:
1. Koordinasi intensif dengan PT. PLN (Persero) sebagai pihak yang memiliki hak
penyaluran tenaga listrik di wilayah Jawa Barat untuk memastikan jumlah rumah tangga
yang belum berlistrik dalam rangka mencapai Rasio Elektrifikasi 100% di tahun 2018;
2. Menjalankan kegiatan-kegiatan yang terkendala karena adanya transisi implementasi
regulasi hibah pasca terbitnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 dan setelah
terbitnya Permendagri No. 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Pertama Atas
Permendagri No. 32 Tahun 2011, memudahkan kegiatan-kegiatan dengan mekanisme
hibah dan bantuan sosial untuk dilaksanakan kembali pada Tahun Anggaran 2017;
LKIP Dinas Energi dan Sumber Daya mineral Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 IV-3
3. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pengelola secara berkala dalam penggunaan
aplikasi penggunaan energi, hingga pencapaian data pelaporan OPD dan gedung dapat
mencapai 100%;
4. Melaksanakan koordinasi secara intensif dengan Kab/Kota dan Pemerintah Pusat
dalam upaya penataan pengelolaan usaha pertambangan di Jawa Barat;
5. Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal data para
pemegang IUP dan penyampaian bukti setor PNBP (landrent dan royalty);
6. Melakukan pembinaan dan pengawasan bagi para pemegang Izin Pemakaian Air
Tanah (IPAT) guna meningkatkan Luas Zona Aman pada CAT di Jawa Barat pada
tahun mendatang.
COVERKata PengantarDaftar IsiBab IBab IIBab IIIBAB IV