BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak positif terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja, kemudahan dalam komunikasi dan transportasi dan akhirnya juga berdampak pada peningkatan social ekonomi masyarakat. Disisi lain dampak negatif yang terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-bahan selama proses industri atau dari hasil produksi itu sendiri. Hal tersebut menghawatirkan karena mengancam kesehatan dan lingkungan, diantaranya pencemaran udara ataupun proses pengolahan bahan baku tertentu yang berpotensi bahaya seperti debu batu bara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas-gas beracun, dan lainnya. Tergantung jenis paparan yg terhisap, berbagai penyakit paru dapat timbul pada seseorang/pekerja. Penyakit tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja (Baharudin, 2010) Menurut data ILO pada tahun 1999, penyakit saluran pernapasan menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan. Tujuh persen dari semua kematian di seluruh dunia setiap tahun disebabkan oleh penyakit paru dan pernafasan yang sesungguhnya dapat dicegah. Jutaan orang sedang menjalani usia tua yang menyakitkan karena
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak positif terhadap
kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja, kemudahan dalam komunikasi dan
transportasi dan akhirnya juga berdampak pada peningkatan social ekonomi masyarakat.
Disisi lain dampak negatif yang terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-
bahan selama proses industri atau dari hasil produksi itu sendiri. Hal tersebut
menghawatirkan karena mengancam kesehatan dan lingkungan, diantaranya pencemaran
udara ataupun proses pengolahan bahan baku tertentu yang berpotensi bahaya seperti debu
batu bara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas-gas beracun, dan lainnya. Tergantung jenis
paparan yg terhisap, berbagai penyakit paru dapat timbul pada seseorang/pekerja. Penyakit
tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapat berpengaruh terhadap
produktivitas dan kualitas kerja (Baharudin, 2010)
Menurut data ILO pada tahun 1999, penyakit saluran pernapasan menempati urutan
ketiga sebagai penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan. Tujuh persen dari
semua kematian di seluruh dunia setiap tahun disebabkan oleh penyakit paru dan pernafasan
yang sesungguhnya dapat dicegah. Jutaan orang sedang menjalani usia tua yang menyakitkan
karena penyakit paru dan pernafasan yang seharusnya dapat diobati jika saja sudah terdeteksi
secara dini melalui pemeriksaan yang tepat yaitu spirometri (Baharudin, 2010)
Spirometri adalah tes fisiologis yang mengukur bagaimana seseoranng mengembuskan
napas atau menghirup udara sebagai fungsi waktu. Sinyal utama diukur dalam spirometri
mungkin volume atau aliran. Spirometri sangat berharga sebagai tes skrining umum
pernafasan kesehatan dengan cara yang sama dengan tekanan darah yang memberikan
informasi penting tentang kardiovaskular kesehatan (Guyton, 2007).
1.2 Tujuan
1. untuk mendemostrasikan dan menganalisa kapasitas pernafasan manusia
2. untuk mengukur efektivitas dan kecepatan paru dalam mengisi dan mengosongkan
udara
3. untuk mengetahui fungsi atau faal paru
4. untuk mengetahui adanya gangguan di paru dan saluran pernapasan
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu sebagai sarana untuk menambah wawasan pengetahuan
dan pengalaman sehingga menjadi bekal di kemudian hari yang kelak dapat diterapkan dalam
praktek yang sesungguhnya sehingga tercapai keselarasan antara teori dan praktek di
lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan merupakan saluran penghantar udara yang terdiri dari beberapa organ
dasar seperti hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru-paru. Organ-organ ini bekerja
sama dalam menerima udara bersih, pergantian udara dari darah, dan mengeluarkan udara
yang telah dimodifikasi (Seeley, 2004).
Sistem pernapasan dapat dibagi menjadi 2 bagian tergantung fungsinya, yaitu konduksi,
sebagai bagian yang berfungsi dalam proses penghantaran dan bagian respiratorik yang
terdiri atas alveoli dan regio distal lainnya yang berfungsi dalam pertukaran gas. Organ-organ
respirasi dapat dibagi lagi menurut letaknya, yaitu upper respiratory tract yang terdiri dari
daerah dari hidung hingga laring dan lower respiratory tract yang terdiri dari trakea,
bronkus, bronkiolus, dan paru-paru (Seeley, 2004).
Gambar 2.1 Sistem Pernapasan
Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa
bersilia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka udara disaring, dihangatkan, dan
dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri
dari sel epitel bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan
mucus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring
oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan
terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke bagian posterior di
dalam rongga hidung dan ke bagian superior di dalam sistem pernapasan bagian bawah
menuju ke faring. Dari sini partikel halus akan tertelan atau dibatukkan keluar. Lapisan
mucus memberikan air untuk kelembaban, dan banyaknya jaringan pembuluh darah di
bawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan
sehingga ketika mencapai faring hampir bebas debu, bersuhu mendekati temperatur tubuh,
dan kelembabannya mencapai 100% (Price, 2006).
Udara akan mengalir dari faring menuju laring. Laring terdiri dari rangkaian cincin tulang
rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Laring juga mempunyai
fungsi batuk untuk membantu menghalau benda-benda asing dan sekret keluar dari saluran
pernapasan bagian bawah. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga (glotis)
yang bermuara ke dalam trakea, dan merupakan pemisah antara saluran napas bagian atas
dan bawah. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda.
Struktur trakea dan bronkus dianalogikan sebagai pohon trakeobronkial. Tempat trakea
bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan disebut karina. Karina memiliki banyak
saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme serta batuk yang berat jika dirangsang (Price,
2006).
Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus utama kanan lebih pendek dan
lebar serta merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya,
bronkus utama kiri lebih panjang dan sempit serta merupakan kelanjutan dari trakea dengan
sudut yang lebih tajam. Oleh sebab itu, benda asing yang terhirup lebih sering tersangkut
pada percabangan bronkus kanan karena arahnya yang vertikal. Cabang utama bronkus kanan
dan kiri akan membentuk bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan
ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya lebih kecil sampai akhirnya membentuk
bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveolus. Setelah
bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru sebagai temapat
pertukaran udara. Asinus terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus
alveolaris terminalis yang merupakan struktur akhir paru. Alveolus merupakan bagian dari
struktur paru-paru yang sangat fungsional. Alveolus merupakan kantong bundar berdiameter
0.2-0.5 mm (Price, 2006).
Paru-paru merupakan organ yang luas, berbentuk konkaf pada bagian basalnya pada
diafragma, serta berbentuk tumpul pada bagian apeksnya. Paru-paru merupakan muara dari
bronkus, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan nervus. Paru-paru kiri berukuran lebih kecil
daripada yang kanan akibat kemiringan jantung ke sisi kiri. Paru-paru kiri memiliki dua lobus
yaitu lobus superior dan lobus inferior. Kedua lobus ini dipisahkan oleh fisura obliqua.
Sedangkan paru-paru kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus superior, lobus medius, dan
lobus inferior. Ketiga lobus tersebut dipisahkan oleh fisura obliqua dan fisura horizontalis
(Price, 2006).
Pleura merupakan suatu lapisan membran serosa yang menutupi paru-paru. Pleura ada
dua macam, yaitu pleura viseralis yang menjulur ke dalam fisura, serta pleura parietalis yang
melekat di mediastinum dan permukaan superior dari diafragma. Di antara pleura parietalis
dan pleura viseralis terdapat suatu ruangan yang disebut pleural cavity, yang diisi oleh cairan
pelumas dengan beberapa fungsi, contohnya sebagai lubrikan. Cairan pleural bersifat licin
sehingga dapat mengurangi gesekan pada saat paru-paru mengembang. Selain itu, cairan
pleural juga akan menciptakan suatu gradien tekanan di dalam paru-paru (Seeley, 2004).
2.2 Fisiologi Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan mempunyai fungsi utama untuk menyediakan oksigen (O2) dan
mengeluarkan karbondioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi ini merupakan fungsi yang vital bagi
kehidupan. Oksigen dibutuhkan dalam metabolisme sel untuk menghasilkan energi bagi
tubuh yang dipasok terus-menerus, sedangkan karbondioksida merupakan bahan toksik yang
harus segera dikeluarkan dari tubuh. Bila CO2 menumpuk di dalam darah akan menyebabkan
penurunan pH sehingga dapat menimbulkan keadaan asidosis yang mengganggu fungsi tubuh
dan bahkan dapat menyebabkan kematian (Seeley, 2004).
Proses pernapasan berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu :
1) Ventilasi paru, yang berarti pertukaran udara antara atmosfer dan alveolus paru
2) Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
3) Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan
dari sel jaringan tubuh (Guyton, 2007).
Udara bergerak masuk dan keluar paru karena adanya selisih tekanan yang terdapat
antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Diantaranya itu perubahan
tekanan intrapulmonar, tekanan intrapleural, dan perubahan volume paru (Guyton, 2007).
Keluar masuknya udara pernapasan terjadi melalui 2 proses mekanik, yaitu :
1) Inspirasi : proses aktif dengan kontraksi otot-otot inspirasi untuk menaikkan volume
intratoraks, paru-paru ditarik dengan posisi yang lebih mengembang, tekanan dalam
saluran pernapasan menjadi negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru.
2) Ekspirasi : proses pasif dimana elastisitas paru (elastic recoil) menarik dada
kembali ke posisi ekspirasi, tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang, tekanan
dalam saluran pernapasan menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir keluar dari
paru-paru, dalam hal ini otot-otot pernapasan berperan (Yulaekah, 2007).
2.2.1 Parameter Fungsi Paru
1) Volume Paru
Ada empat jenis volume paru, yaitu :
a) Volume tidal, yaitu jumlah udara yang dihirup atau dihembuskan dalam satu siklus
pernapasan normal. Besarnya kira-kira 500 ml pada rata-rata orang dewasa.
b) Volume cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihirup
setelah akhir inspirasi kuat. Biasanya mencapai 3.000 ml.
c) Volume cadangan ekspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat
dihembuskan sesudah akhir ekspirasi kuat. Jumlahnya sekitar 1.100 ml.
d) Volume residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam paru sesudah melakukan
ekspirasi maksimal atau ekspirasi yang paling kuat. Volume tersebut ± 1.200 ml
(Guyton, 2007).
2) Kapasitas Paru
Peristiwa dalam sikus paru mencakup dua atau lebih nilai volume paru.
Kombinasi ini disebut kapasitas paru, yang dijelaskan sebagai berikut :
a) Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah volume
cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3.500 ml) yang dapat dihirup
oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai
jumlah maksimal.
b) Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume
residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal
(kira-kira 2.300 ml).
c) Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan
volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
oleh seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan
kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kirakira 4.600 ml).
d) Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan paru sebesar
mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kirakira 5.800 ml). Jumlah ini sama dengan