Top Banner
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT LAPORAN KASUS INDIVIDU HIPERTENSI Oleh M RACHMAT SULTHONY H1A 007 037 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA 0
70

Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Oct 24, 2015

Download

Documents

Yudriawan Annas

ilmu kkesehatan masyarakat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KASUS INDIVIDU

HIPERTENSI

Oleh

M RACHMAT SULTHONY

H1A 007 037

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

PUSKESMAS NARMADA

2013

0

Page 2: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang diderita oleh

hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah penderita hipertensi sendiri

terus bertambah setiap tahunnya. Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di

dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Riset

Kesehatan Daasar (RISKESDAS) tahun 2007 mendapatkan prevalensi hipertensi pada

penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia cukup tinggi yakni mencapai 31,7% dengan

penduduk yang mengetahui dirinya menderita hipertensi hanya 7,2% dan yang minum obat

antihipertensi hanya 0,4%. Sedangkan Menurut Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC-VII), hampir 1

milyar orang menderita hipertensi di dunia. Data tahun 2010 di Amerika Serikat

menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita hipertensi.1,2,3,4,5

Di Indonesia sendiri berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia 2011, hipertensi

termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit pada tahun

2010 dengan jumlah kasus sebanyak 19.874 pasien rawat inap dan 80.615 pasien rawat jalan.

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, provinsi Kalimantan Selatan (39,6%), Jawa

Timur (37,4%), Bangka Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi Tengah (36,6%),

DI Yogyakarta (35,8%), Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%), Kalimantan Tengah (33,6%),

dan Nusa Tenggara Barat (32,4%), merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi

hipertensi lebih tinggi dari angka nasional (31,7%).6

Di Puskesmas Narmada sendiri, hipertensi merupakan penyakit yang termasuk dalam

10 besar penyakit rawat inap dan rawat jalan dengan jumlah yang semakin meningkat dari

tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Dari data-data tersebut di atas, maka perlu dilakukan

usaha-usaha untuk menurunkan angka kejadian hipertensi. Dalam hal ini, Puskesmas sebagai

ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat primer yang bertanggung jawab

terhadap kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat

penting demi tercapainya tujuan tersebut.7,8,9

1

Page 3: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

BAB II

GAMBARAN PENYAKIT HIPERTENSI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NARMADA

2.1 Gambaran Penyakit Hipertensi di Puskesmas Narmada

Berdasarkan data Puskesmas Narmada pada tahun 2012, hipertensi masih termasuk dalam 10

penyakit terbanyak dan menduduki peringkat keempat di Puskesmas Narmada dengan

jumlah kasus mencapai 2521 kasus. Jumlah ini ternyata lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya yang berjumlah 2120 kasus pada tahun 2010 dan sebanyak 1642 kasus pada

tahun 2011 yang sama-sama menduduki peringkat keenam penyakit terbanyak di Puskesmas

Narmada.7,8,9

Tabel 1. Data 10 Penyakit Terbanyak (Rawat Inap dan Rawat Jalan) Puskesmas

Narmada Tahun 2010

NO PENYAKIT JUMLAH

1 ISPA 8.159

2 Reumatik 5.408

3 Gastritis 3.959

4 Demam sebab lain 3.203

5 Penyakit kulit infeksi 2.246

6 Penyakit tekanan darah tinggi 2.120

7 Asma 2.107

8 Diare 1.970

9 Bronchitis 1.933

10 Kecelakaan dan ruda paksa 1.242

Sumber: Data Puskesmas Narmada tahun 2010

2

Page 4: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Grafik 1. Data 10 penyakit terbanyak (rawat jalan dan rawat inap) di Puskesmas

Narmada Tahun 2010

ISPA

Reumati

k

Gastri

tis

Demam

seba

b lain

Penya

kit ku

lit inf

eksi

Penya

kit te

kana

n dara

h ting

gi

Asma

Diare

Bronk

hitis

Kecela

kaan

dan r

uda p

aksa

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000 8159

5408

39593203

2246 2120 2107 1970 19331242

Jumlah Penyakit Terbanyak Puskesmas Narmada Tahun 2010

Tabel 2. Data 10 Penyakit Terbanyak (Rawat Inap dan Rawat Jalan) Puskesmas

Narmada Tahun 2011

NO PENYAKIT TOTAL

1. ISPA 5435

2. Penyakit pada sistem otot dan jaringan ikat 3823

3. Gastritis 2787

4. Demam sebab lain 2155

5. Kecelakaan dan rudapaksa 1774

6. Penyakit darah tinggi 1642

7. Penyakit kulit infeksi 1432

8. Diare 1279

9. Asma 978

10. Penyakit lain 910

Sumber: Data Puskesmas Narmada tahun 2011

3

Page 5: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Grafik 2. Data 10 Penyakit Terbanyak (Rawat Jalan dan Rawat Inap) di Puskesmas

Narmada Tahun 2011

ISPA

Penya

kit pa

da si

stem ot

ot da

n jari

ngan

ikat

Gastri

tis

Demam

seba

b lain

Kecela

kaan

dan r

udap

aksa

Penya

kit da

rah tin

ggi

Penya

kit ku

lit inf

eksi

Diare

Asma

Penya

kit la

in0

100020003000400050006000 5435

38232787

2155 1774 1642 1432 1279 978 910

Jumlah Penyakit Terbanyak Puskesmas Narmada Tahun 2011

Tabel 3. Data 10 Penyakit Terbanyak (rawat inap dan rawat jalan) Puskesmas

Narmada Tahun 2012

NO. PENYAKIT TOTAL

1. ISPA 7589

2. Gastritis 3170

3. Penyakit pada sistem otot dan jaringan ikat 3027

4. Penyakit darah tinggi 2521

5. Penyakit kulit infeksi 1794

6. Asma 1673

7. Demam sebab lain 1494

8. Penyakit kulit alergi 1227

9. Diare 1203

10. Kecelakaan dan rudapaksa 628

Sumber : Data Puskesmas Narmada tahun 2012

4

Page 6: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Grafik 3. Data 10 penyakit terbanyak (rawat jalan dan rawat inap) di Puskesmas

Narmada Tahun 2012

ISPA

Gastri

tis

Peny

akit

pada

siste

m otot

dan j

aring

an ik

at

Peny

akit

darah

ting

gi

Peny

akit

kulit

infek

si

Asma

Demam

seba

b lain

Peny

akit

kulit

alerg

iDiar

e

Kecela

kaan

dan r

udap

aksa

010002000300040005000600070008000

7589

3170 30272521

1794 1673 1494 1227 1203628

Jumlah Penyakit Terbanyak Puskesmas Narmada Tahun 2012

5

Page 7: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah yang kuat dan konstan memompa darah melalui

pembuluh darah. Terjadi bila darah memberikan gaya yang lebih tinggi dibandingkan kondisi

normal secara persisten pada sistem sirkulasi.4

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140

mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang

waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Menurut WHO (2011) batas normal

tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80

mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya

lebih dari 140/90 mmHg.4

Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan

dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/atau >90 mmHg

(tekanan diastolik) (Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and

Treatment of High Pressure VII, 2003). Nilai yang lebih tinggi (sistolik ) menunjukan fase

darah yang dipompa oleh jantung, nilai yang lebih rendah ( diastolik ) menunjukan fase darah

kembali ke dalam jantung.11

Stadium hipertensi yang mencerminkan beratnya penyakit, menurut The Joint National

Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun

2003 hipertensi dibedakan berdasarkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah

Diastolik (TDD) sebagai berikut:1

a) Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg

b) Prehypertension bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80-89 mmHg

c) Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99

mmHg

d) Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan diastolik ≥100 mmHg

Menurut petunjuk WHO-ISH klasifikasi hipertensi menyerupai JNC VI, yaitu:

a) Optimal bila tekanan sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg

b) Normal bila tekanan sistolik <130 mmHg dan tekanan darah diastolik <85 mmHg

c) Normal tinggi bila tekanan sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 85-89

mmHg

6

Page 8: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

d) Hipertensi derajat 1 (ringan) bila tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah

diastolik 90-99 mmHg

e) Hipertensi derajat 2 (sedang) bila tekanan sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah

diastolik 100-109 mmHg

f) Hipertensi derajat 3 (berat) bila tekanan sistolik ≥180 mmHg dan tekanan darah diastolik

≥110 mmHg

g) Hipertensi sistolik (Isolated Sistolic Hypertension) bila tekanan sistolik ≥140 mmHg dan

tekanan darah diastolik <90 mmHg

Etiologi hipertensi tidak diketahui pada lebih dari 95% kasus kenaikan tekanan darah.

Kajian epidemiologi selalu menunjukkan adanya hubungan yang penting dan bebas antara

tekanan darah dan berbagai kelainan, terutama penyakit jantung koroner, stroke, gagal

jantung, dan kerusakan fungsi ginjal.

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Penyakit Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Hipertensi essensial atau primer.

b. Hipertensi sekunder

Penyebab dari hipertensi essensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Kuranq

lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi essensial sedangkan 10%-nya tergolong

hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui

antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid ), penyakit

kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme) dan lain-lain. Bentuk hipertensi antara lain hipertensi

hanya diastolik, hipertensi campuran (diastolik dan sistolik yang meninggi) dan hipertensi

sistolik. Hipertensi diastolik sangat jarang dan hanya terlihat peninggian yang ringan dari

tekanan diastolik, misalnya 120/100 mmHg. Bentuk seperti ini biasanya ditemukan pada

anak-anak dan dewasa muda sementara itu hipertensi sistolik paling sering dijumpai pada

usia lanjut.11

7

Page 9: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Pada tahun 2003, JNC -VII membuat pembagian hipertensi berikut anjuran frekuensi

pemeriksaan tekanan darah sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

2.2.3 Epidemiologi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup banyak

mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada manusia yang paruh baya

(Iebih dari 40 tahun). Namun banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya menderita

hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum

menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya. Boedi Darmoyo dalam penelitiannya

menemukan bahwa antara 1,8%-28,6% penduduk dewasa adalah penderita hipertensi.

Prevalensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan antara 15-20%. Pada usia setengah baya

dan muda, hipertensi ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Pada golongan umur

55-64 tahun, penderita hipertensi pada pria dan wanita sama banyak. Pada usia 65 tahun ke

atas, penderita hipertensi wanita lebih banyak daripada pria. Penelitian epidemiologi

membuktikan bahwa tingginya tekanan darah berhubungan erat dengan kejadian penyakit

jantung. Sehingga, pengamatan pada populasi menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah

dapat menurunkan terjadinya penyakit jantung.11

A. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi

a. Orang

Menurut Kaplan (1991) prevalensi penderita hipertensi umumnya paling tinggi

dijumpai pada usia >40 tahun. Penderita kemungkinan mendapat komplikasi pembuluh darah

otak 6-10 kali lebih besar pada usia 30-40 tahun.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan

prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas secara nasional mencapai 31,7%.

Berdasarkan kelompok umur yang paling tinggi terdapat pada kelompok umur 65-74 tahun

8

Page 10: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

yaitu 63,5% dan pada kelompok umur diatas 75 tahun yaitu 67,3%. Berdasarkan jenis

kelamin prevalensi hipertensi pada laki-laki sebesar 31,3% dan pada perempuan 31,9%.4

b. Tempat

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan

Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Provinsi Jawa Timur (37,4%), Bangka

Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi Tengah (36,6%), DI Yogyakarta (35,8%),

Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%), Kalimantan Tengah (33,6%), dan Nusa Tenggara

Barat (32,4%), merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari

angka nasional (31,7%).4

Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi hipertensi pada penduduk umur

>18 tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%), Katingan (49,6%), Wonogiri

(49,5%), Hulu Sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir (47,7%), Kuantan Senggigi (46,3%),

Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%), dan Kota Salatiga (45,2%). Sedangkan 10

kabupaten/kota yang mempunyai prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 Tahun

terendah adalah Jayawijaya (6,8%), Teluk Wondama (9,4%), Bengkulu Selatan (11,0%),

Kepulauan Mentawai (11,1%), Tolikara (12,5%), Yahukimo (13,6%), Pegunungan Bintang

(13,9%), Seluma (14,6%), Sarmi (14,6%), dan Tulang Bawang (15,9%).4,5

Penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai lebih rentan terhadap penyakit

hipertensi karana tingkat mengonsumsi garam lebih tinggi dibandingkan daerah pegunungan

yang lebih banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.4

c. Waktu

Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT, 2001) di kalangan penduduk umur 25

tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi 0,3%

mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke. Terdapat 50% penderita tidak menyadari

sebagai penderita sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak merubah dan menghindari

faktor risiko. Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, maka banyak diabaikan/terabaikan

sehingga menjadi ganas (hipertensi maligna) dan 90% hipertensi esensial dan hanya 10%

penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal dan kelainan pembuluh

darah. Angka kesakitan hipertensi pada dewasa sebanyak 6-15% dan kasusnya cenderung

meningkat menurut peningkatan usia.4

9

Page 11: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Sedangkan hasil SKRT 2004 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria sebesar 12,2%

dan wanita 15,5%. Berdasarkan laporan riskesdas tahun 2007 prevalensi hipertensi di

Indonesia saat ini mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa. 4

2.2.4 Faktor Resiko Hipertensi

Faktor-faktor risiko penyakitjantung koroner sebagai akibat dari penyakit hipertensi yang

tidak ditangani secara baik dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:

1) Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah

Faktor risiko tidak dapat diubah yang antara lain umur, jenis kelamin dan genetik.

Hipertensi adalah faktor risiko yang paling sering dijumpai.

a. Umur

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko

terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia

lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Pada

usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik.

Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih

tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan

dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah

besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih

kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. Penelitian yang

dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan

Makasar terhadap usia lanjut (55-85 tahun), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar

52,5% (Kamso, 2000).11

Tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja. Orang berusia muda yang

menyandang hipertensi cenderung memiliki tekanan diastolik tinggi sedangkan orang

lanjut usia cenderung memiliki tekanan sistolik tinggi. Tekanan darah tinggi sangat sering

terjadi pada orang berusia lebih dari 60 tahun karena tekanan darah secara alami

cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.11

Pada sebagian besar populasi di Negara barat, TDS cenderung meningkat secara

progresif pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa untuk mencapai nilai rata-rata 140

mmHg pada usia 70-an atau 80-an. Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

Departemen Kesehatan, kejadian hipertensi paling tinggi pada usia 30-40 tahun.11

10

Page 12: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Di Inggris, prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar 20%

dan meningkat lebih dari 50% pada usia diatas 60 tahun. Tekanan darah tinggi juga dapat

terjadi pada usia muda namun prevalensinya rendah (kurang dari 20%).4

b. Jenis Kelamin

Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih banyak yang

menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk

peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung

dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun, setelah

memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia

65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang

diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi

terdapat pada wanita.11

Pada usia dini tidak terdapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan darah

antara laki-laki dan wanita. Akan tetapi, mulai pada masa remaja, pria cenderung

menunujukkan aras rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas pada orang

dewasa muda dan orang setengah baya. Perubahan pada masa tua antara lain dapat

dijelaskan dengan tingkat kematian awal yang lebih tinggi pada pria pengidap hipertensi.

Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, komplikasi

hipertensi meningkat pada laki-laki. 4

c. Keturunan (Genetik)

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga

mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial).

Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang

kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan

dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila

kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya

dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun

ke anak-anaknya.11

Sekitar 20-40% variasi tekanan darah di antara individu disebabkan oleh faktor

genetik. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih

mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibanding

dengan anak adopsi. Hal ini menunujukkan bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya

11

Page 13: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

faktor lingkungan (seperti makanan dan status sosial), berperan besar dalam menentukan

tekanan darah. 4

2. Faktor Risiko Yang Dapat Diubah

Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita

hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, kurang aktifitas gerak, berat badan

berlebih/kegemukan, konsumsi alkohol, Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia, stress dan

konsumsi garam berlebih, sangat erat berhubungan dengan hipertensi.11

a. Kegemukan (obesitas)

Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam

Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi

badan kuadrat dalam meter (Kaplan dan Stamler, 1991). Kaitan erat antara kelebihan berat

badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badandan

indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah

sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada

obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orangorang gemuk 5

kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada

penderita hipertensi ditemukan sekitar 20 -33% memiliki berat badan lebih (overweight).

Penentuan obesitas pada orang dewasa dapat dilakukan pengukuran berat badan ideal,

pengukuran persentase lemak tubuh dan pengukuran IMT. Pengukuran berdasarkan IMT

dianjurkan oleh FAO/WHO/UNU tahun 1985.11 Nilai IMT dihitung menurut rumus:

12

Page 14: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Klasifikasi IMT orang dewasa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di

beberapa negara berkembang.

Anak dan dewasa yang kegemukan menderita lebih banyak hipertensi dan penambahan

berat badan biasanya diikuti oleh kenaikan tekanan darah. Walaupun kalori tambahan yang

13

Page 15: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

bertanggung jawab bagi kenaikan berat badan, dapat menginduksi hipertensi karena ia

membawa natrium tambahan.11

Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO pada kebanyakan kajian, kelebihan berat

badan berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko mendapat hipertensi. Pada populasi Barat,

jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh kelebihan berat badan diperkirakan 30-65%.

Secara umum, populasi saat ini cenderung semakin kelebihan berat badan. Massa tubuh dapat

dihitung dengan indeks massa tubuh (body mass index) melalui pengukuran tinggi badan dan

berat badan, dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan sehat bila IMT 20-25,

kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas bila IMT ≥27. 4

b. Psikososial dan Stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,dendam, rasa takut, rasa

bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu

jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika

stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul

kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau

penyakit maag.11

Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika

Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak

puas orang kulit hitam pada nasib mereka. Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh

adanya transaksi antara individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk

mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis,

psikologis, dan sosial) yang ada pada diri seseorang (Damayanti, 2003). Peningkatan darah

akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi

(Pinzon, 1999) .11

Dalam penelitian Framingham dalam Yusida tahun 2001 bahwa bagi wanita berusia 45-64

tahun, sejumlah faktor psikososial seperti keadaan tegangan, ketidakcocokan perkawinan,

tekanan ekonomi, stress harian, mobilitas pekerjaan, gejala ansietas dankemarahan terpendam

didapatkan bahwa hal tersebut berhubungan dengan pening-katan tekanan darah dan

manifestasi klinik penyakit kardiovaskuler apapun.11

Studi eksperimental pada laboratorium animals telah membuktikan bahwa faktor

psikologis stress merupakan faktor lingkungan sosial yang penting dalam menyebabkan

tekanan darah tinggi, namun stress merupakan faktor risiko yang sulit diukur secara

kuantitatif, bersifat spekulatif dan ini tak mengherankan karena pengelolaan stress dalam

14

Page 16: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

etikologi hipertensi pada manusia sudah kontroversial (Henry dan Stephens tahun 1997

dalam Kamso, 2000) .11

Tekanan darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress, yang timbul dari

tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang tinggi, kehilangan pekerjaan dan

pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke stress bisa menaikkan tekanan darah dan

hipertensi dini cenderung menjadi reaktif. Aktivasi berulang susunan saraf simpati oleh stress

dapat memulai tangga hemodinamik yang menimbulkan hipertensi menetap. 4

c. Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok

yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri,dan

mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,

dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis pada seluruh

pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk

disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin

meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.11

Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan juga menyebabkan

pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang. Karena tercemar nikotin, akibatnya

viskositas darah meningkat sehingga timbul hipertensi. Merokok dapat meningkatkan tekanan

darah secara temporer yaitu tekanan darah sistolik yang naik sekitar 10 mmHg dan tekanan

darah diastolik naik sekitar 8 mmHg.11

Merokok juga dapat menghapuskan efektivitas beberapa obat antihipertensi. Misalnya,

pengobatan hipertensi yang menggunakan terapi betablocker dapat menurunkan risiko

penyakit jantung dan stroke hanya bila pemakainya tidak merokok karena merokok

merupakan faktor risiko utama untuk munculnya penyakit kardiovaskular. 4

d. Olah Raga

Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi

penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan melakukan olah raga aerobik yang

teratur dapat menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan turun.

e. Konsumsi Alkohol Berlebih

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme

peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan

15

Page 17: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan

dalam menaikan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara

tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan

darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap

harinya.11

Di negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihan berpengaruh terhadap

terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh asupan alkohol

yang berlebihan di kalangan pria paruh baya. Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini

menyebabkan hipertensi sekunder di kelompok usia ini.11

Alkohol juga mempengaruhi tekanan darah. Orang-orang yang minum alkohol terlalu

sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada individu

yang tidak minum atau minum sedikit alkohol. Lebih dari dua minuman keras sehari akan

menimbulkan peningkatan signifikan. Diperkirakan 5-10% hipertensi pada laki-laki Amerika

disebabkan langsung oleh konsumsi alkohol.11

Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO mengatakan bahwa pada beberapa populasi,

konsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan tekanan darah tinggi. Jika minuman keras

diminum sedikitnya dua kali per hari, TDS naik kira-kira 1,0 mmHg dan TDD kira-kira 0,5

mmHg per satu kali minum. Peminum harian ternyata mempunyai aras TDS dan TDD lebih

tinggi, berturut-turut 6,6 mmHg dan 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali

seminggu. 4

f. Konsumsi Garam Berlebihan

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel

agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar

60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah dengan

mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang,

ditemukan tekanan darah ratarata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam

sekitar.7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi.11

Penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang berlebihan dengan

tekanan darah tinggi pada beberapa individu. Asupan natrium yang meningkat menyebabkan

tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan volume darah. Di samping itu, diet tinggi garam

dapat mengecilkan diameter dari arteri. Jantung harus memompa lebih keras untuk

mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang sempit. Akibatnya adalah hipertensi.

16

Page 18: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Hal ini sebaliknya juga terjadi, ketika asupan natrium berkurang maka begitu pula volume

darah dan tekanan darah pada beberapa individu. 1,4

g. Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia

Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol

total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah.

Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan

peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Untuk

jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini:

Pola makan penduduk yang tinggi di kota-kota besar berubah dimana fast food dan

makanan yang kaya kolesterol menjadi bagian yang dikonsumsi sehari-hari. Mengurangi diet

lemak dapat menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg dan bila dikombinasikan dengan

meningkatkan konsumsi buah dan sayuran dapat menurunkan tekanan darah sebesar 11/6

mmHg. Makan ikan secara teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan

penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak. 3,4,5

17

Page 19: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

h. Status Olahraga

Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi.

Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat badan, tetapi

juga dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah

adalah berjalan kaki, bersepeda, berenang, dan aerobik. 4

i. Status sosioekonomi

Di negara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan ekonomi dan

epidemiologi selalu dapat ditunjukkan bahwa aras tekanan darah dan prevalensi hipertensi

yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi rendah. Hubungan yang terbalik itu

ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan. Akan tetapi, dalam

masyarakat yang berada dalam masa peralihan atau pra-peralihan, aras tinggi tekanan darah

dan prevalensi hipertensi lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi lebih tinggi. 4

2.2.5 Gejala Klinis

Keluhan-keluhan yang tidak spesifik pada penderita hipertensi antara lain:

□ Sakit kepala

□ Gelisah

□ Jantung berdebar-debar

□ Pusing

□ Penglihatan kabur

□ Rasa sakit didada

□ Mudah lelah, dan lain-lain.

Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai sebagai berikut:

1) Gangguan Penglihatan

2) Gangguan Saraf

3) Gangguan jantung

4) Gangguan Fungsi Ginjal

5) Gangguan Serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh darah

otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut yaitu

sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang

18

Page 20: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita

hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi

pembengkakan di otak. 1,4

Hipertensi yang berujung pada komplikasi menunjukkan gejala kerusakan organ. Adapun

yang menjadi gejala kerusakan organ yaitu:

a) Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, penglihatan terganggu, serangan iskemik sesaat,

gangguan panca indera atau gerak

b) Jantung: berdebar-debar, nyeri dada, napas pendek, pergelangan kaki bengkak

c) Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuria

d) Arteri perifer: tangan kaki dingin, pincang berkala (claudicatio intermittens). 1,4,5

2.2.6 Tatalaksana

A. Pengendalian Faktor Risiko

Pengendalian faktor risiko penyakitjantung koroneryang dapat saling berpengaruh terhadap

terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-

usaha sebagai berikut:11

a) Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan.

Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas

jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada

penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight).

Dengan demikian obesitas harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan.

b) Mengurangi asupan garam didalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.

Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Batasi sampai dengan

kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari pada saat memasak.

c) Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat menontrol sistem syaraf

yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

d) Melakukan olah raga teratur

Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 34 kali

dalam seminggu, diharapkan dapat menrnbah kebugaran dan memperbaiki metabolisme

tubuh yang ujungnya dapat mengontrol tekanan darah.

19

Page 21: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

e) Berhenti merokok

Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat memperburuk

hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap

melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh

darah arteri, dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi.

Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya

artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut

jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada

penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh

darah arteri. Tidak ada cara yang benar-benar efektif untuk memberhentikan kebiasaan

merokok.11

Beberapa metode yang secara umum dicoba adalah sebagai berikut:

1. Inisiatif Sendiri

Banyak perokok menghentikan kebiasannya atas inisiatif sendiri, tidak memakai

pertolongan pihak luar. Inisiatif sendiri banyak menarik para perokok karena hal-hal

berikut:

Dapat dilakukan secara diam-diam.

□ Program diselesaikan dengan tingkat dan jadwal sesuai kemauan.

□ Tidak perlu menghadiri rapat-rapat penyuluhan.

□ Tidak memakai ongkos.

2. Menggunakan Permen yang mengandung Nikotin

Kencanduan nikotin membuat perokok sulit meninggalkan merokok. Permen

nikotin mengandung cukup nikotin untuk mengurangi penggunaan rokok. Di negara-

negara tertentu permen ini diperoleh dengan resep dokter.

Ada jangka waktu tertentu untuk menggunakan permen ini. Selama menggunakan

permen ini penderita dilarang merokok. Oengan demikian, diharapkan perokok sudah

berhenti merokok secara total sesuai jangka waktu yang ditentukan.

3. Kelompok Program

Beberapa orang mendapatkan manfaat dari dukungan kelompok untuk dapat

berhenti marokok. Para anggota kelompok dapat saling memberi nasihat dan

dukungan. Program yang demikian banyak yang berhasil, tetapi biaya dan waktu yang

diperlukan untuk menghadiri rapat-rapat seringkali menyebabkan enggan bergabung.

20

Page 22: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

f) Mengurangi konsumsi alkohol.11

Hindari konsumsi alkohol berlebihan.

□ Laki-Iaki : Tidak lebih dari 2 gelas per hari

□ Wanita : Tidak lebih dari 1 gelas per hari

B. Terapi Farmakologis

Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan dan

kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan gangguan

terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal , masa

kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat

ditarnbahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat atau

kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap

obat anti hipertensi.11

Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai berikut :

□ Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi

□ Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan

harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.

□ Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi.

□ Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan seumur

hidup.11

Jenis-jenis obat antihipertensi:11

1) Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh (Iewat kencing),

sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi

ringan dan berefek turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan pertama pada

hipertensi tanpa adanya penyakit lainnya.

2) Penghambat Simpatis

Golongan obat ini bekerja denqan menghambat aktifitas syaraf simpatis (syaraf yang

bekerja pada saat kita beraktifitas). Contoh obat yang termasuk dalam golongan

penghambat simpatetik adalah : metildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang

dijumpai adalah: anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah kerena pecahnya sel

21

Page 23: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

darah merah), gangguan fungsi ahati dan kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit

hati kronis. Saat ini golongan ini jarang digunakan.

3) Betabloker

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.

Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan

pernafasan seperti asma bronkhial. Contoh obat golongan betabloker adalah metoprolol,

propanolol, atenolol dan bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes harus hati-hati,

karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun menjadi

sangat rendah sehingga dapat membahayakan penderitanya). Pada orang dengan penderita

bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-

hati.

4) Vasodilatator

Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot

pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah prazosin dan hidralazin.

Efek samping yang sering terjadi pada pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kapala.

5) Penghambat enzim konversi angiotensin

Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang

dapat meningkatakan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah

kaptopril. Efek samping yang sering timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala dan

lemas.

6) Antagonis kalsium

Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan menghambat

kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :

nifedipin, diltizem dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,

pusing, sakit kepala dan muntah.

7) Penghambat reseptor angiotensin II

Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada

reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang

termasuk .golongan ini adalah valsartan. Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit

kepala, pusing, lemas dan mual.

22

Page 24: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Tatalaksana hipertensi dengan obat anti hipertensi yang dianjurkan:

a. Diuretik: hidroclorotiazid dengan dosis 12,5 -50 mg/hari

b. Penghambat ACE/penghambat reseptor angiotensin II : Captopril 25 -100 mmHg

c. Penghambat kalsium yang bekerja panjang : nifedipin 30 -60 mg/hari

d. Penghambat reseptor beta: propanolol 40 -160 mg/hari

e. Agonis reseptor alpha central (penghambat simpatis}: reserpin 0,05 -0,25 mg/hari.11

Terapi kombinasi antara lain:

1. Penghambat ACE dengan diuretik

2. Penghambat ACE dengan penghambat kalsium

3. Penghambat reseptor beta dengan diuretik

4. Agonis reseptor alpha dengan diuretic.11

23

Page 25: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Bagan alur pengobatan hipertensi :

24

Page 26: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Keterangan alur pengobatan hipertensi:

1. Pada saat seseorang ditegakkan diagnosisnya menderita hipertensi maka yang pertama

dilakukan adalah mencari faktor risiko apa yang ada, maka dilakukanlah usaha untuk

menurunkan faktor risiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup, sehingga dapat dicapai

tekanan darah yang diharapkan. Bila dalam jangga waktu 1 bulan tidak tercapai tekanan

darah normal, maka terapi obat pilihan diperlukan.

2. Terapi obat yang diperlukan sesuai dengan derajat hipertensi dan ada tidaknnya indikasi

khusus, seperti diabetes mellitus, kehamilan, asma bronchial, kelainan hati dan kelainan

darah.

3. Terapi pertama obat pili han adalah pertama golongan tiazid, kedua golongan penghambat

enzim konversi angitensin,kemudian diikuti golongan antagonis kalsium.

4. Bila terapi tunggal tidak berhasil maka terapi dapat dikombinasikan.

5. Bila tekanan darah tidak dapat dicapai baik melalui modifikasi gaya hidup dan terapi

kombinasi maka dilakukakanlah sistem rujukan spesialistik.11

C. Rujukan

Rujukan dilakukan bilamana terapi yang diberikan di pelayanan primer belum dapat

mencapai sasaran pengobatan yang diinginkan atau dijumpai komplikasi penyakit lainnya

akibat penyakit hipertensi. Yang penting adalah mempersiapkan penderita untuk rujukan

tersebut sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah terhadap hasil pengobatan yang

sudah dijalani.11

2.2.7 Komplikasi

Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi

masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan seperti membuat sistem

sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang.

Bila tekanan darah tinggi tidak dapat dikontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian

komplikasi serius dan penyakit kardiovaskular seperti angina atau rasa tidak nyaman di dada

dan serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal, gagal ginjal, masalah mata,

hipertensif encephalopathy sering dirujuk pada penyakit organ akhir.11

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang

terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada

hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,

sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami

25

Page 27: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya

aneurisma.11

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat

menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,

kebutuhan oksigen miokardum mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia

jantung yang menyebabkan infark.11

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler

glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu

nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya

membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid

plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi

yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial

diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta

kematian. 1,3,4,5

2.2.8 Pencegahan Hipertensi

A. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap

hipertensi dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko. Upaya ini dimaksudkan

dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan pencegahan terjadinya

hipertensi yang dapat dilakukan melalui pendekatan populasi ataupun perorangan.

Pendekatan populasi secara khusus mengandalkan program untuk mendidik masyarakat.

Pendidikan masyarakat yakni masyarakat harus diberi informasi mengenai sifat, penyebab,

dan komplikasi hipertensi, cara pencegahan, gaya hidup sehat, dan pengaruh faktor risiko

kardiovaskular lainnya. 4

B. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor risiko yang tampak

pada individu atau masyarakat. Sasaran pada orang sehat yang berisiko tinggi dengan usaha

peningkatan derajat kesehatan yakni meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan

masyarakat secara optimal dan menghindari faktor risiko timbulnya hipertensi. 4

26

Page 28: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Pencegahan primer penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:

a) Mengurangi/menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko, yaitu menurunkan

berat badan bagi yang kelebihan berat badan dan kegemukan, menghindari meminum

minuman beralkohol, mengurangi/menghindari makanan yang mengandung makanan

yang berlemak dan berkolesterol tinggi

b) Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu melakukan olahraga secara

teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki, berlari, naik sepeda, berenang,

diet rendah lemak dan memperbanyak mengonsumsi buah-buahan dan sayuran,

mengendalikan stress dan emosi. 4

C. Pencegahan Sekunder

Sasaran utama adalah pada mereka terkena penyakit hipertensi melalui diagnosis dini

serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses penyakit lebih lanjut dan

timbulnya komplikasi. Pemeriksaan diagnostik terhadap pengidap tekanan darah tinggi

mempunyai beberapa tujuan:

a. Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi

b. Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular

c. Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya

d. Mencari kemungkinan penyebabnya

Sudah jelas bahwa semua tujuan ini merupakan unsur-unsur proses diagnosis tunggal

yang bertahap dan menyeluruh yang menggunakan tiga metode klasik: pencatatan riwayat

penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Sejauh mana pemeriksaan

laboratorium harus dilakukan dapat disesuaikan dengan bukti yang diperoleh dari riwayat

penyakit, pemeriksaan fisik, dan uji laboratorium pendahuluan.11

Perangkat diagnostik dalam pengukuran tekanan darah dapat menggunakan

sfigmomanometer yang akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik jauh

sebelum adanya gejala penyakit. Pemerikasaan penunjang yang rutin bisa dilakukan pada

penderita hipertensi yang bertujuan mendeteksi penyakit yang bisa diobati dan menilai fungsi

jantung serta ginjal. 4

27

Page 29: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan berkala

a.1. Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter secara teratur

merupakan cara untuk mengetahui apakah kita menderita hipertensi atau tidak

a.2. Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa obat-

obatan anti hipertensi

b. Pengobatan/perawatan

b.1. Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit hipertensi

dapat segera dikendalikan

b.2. Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia, diabetes

mellitus dan lain-lain

b.3. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas hidup

penderita tidak menurun

b.4. Mengobati penyakit penyerta seperti dibetes mellitus, kelainan pada ginjal,

hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan organ. 4

D. Pencegahan Tersier

Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan mencegah

cacat/kelumpuhan dan kematian karena penyakit hipertensi. Pencegahan tersier penyakit

hipertensi adalah sebagai berikut:

a) Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal sehingga kualitas hidup penderita

tidak menurun

b) Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan

pada jaringan organ otak yang mengakibatkan stroke dan kelumpuhan anggota badan

c) Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi. 4

28

Page 30: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

BAB IV

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. S

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Tidak bekerja

Pendidikan terakhir : SD

Alamat : Tanak Beak Otak Desa.

II. Anamnesis (20-08-2013)

Keluhan utama: Nyeri kepala.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Os mengeluhkan nyeri pada kepala yang dirasakan sejak sekitar 2 bulan yang lalu.

Keluhan ini diakui berlangsung terus menerus dan semakin memberat ketika os sedang stress.

Selain itu os juga mengeluhkan nyeri pada bagian belakang leher dan rasa pegal-pegal pada

punggung serta kedua kaki. Os juga merasa sering pusing dan merasa kelelahan, namun os

mengaku tidak merasa mual atau sampai muntah. Jantung berdebar-debar (-), gangguan

penglihatan (-). BAB dan BAK (+) normal.

Os mengaku seringkali mengkonsumsi makanan yang asin, dan seringkali

menaburkan garam halus di atas nasi yang akan dikonsumsi. Os juga sering mengkonsmsi

makanan yang digoreng, jarang mengkonsumsi buah dan sayuran serta jarang berolahraga.

Os juga mengaku seringkali merasa stress akibat kondisi perekonomian keluarganya.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (-), DM (-), riwayat operasi (-), asma (-),

bronkitis (-).

Riwayat Penyakit Keluarga :

Os mengaku orangtuanya dulu pernah dikatakan menderita tekanan darah tinggi. Saat

ini tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti os.

29

Page 31: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Riwayat Pengobatan

Os mengaku bahwa ia terkadang mengkonsumsi obat sakit kepala yang dijual di

warung untuk mengatasi nyeri kepala yang dialaminya.

Ikhtisar Keluarga

30

Page 32: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan:

Os memiliki 3 orang anak:

I. Tn. E, 31 tahun, tidak bekerja, menikah

II. Ny. E, 30 tahun, tidak bejerja, menikah

III. Tn. Deni, 23 tahun, tidak bekerja,belum menikah

Os tinggal di rumah bersama suaminya (Tn. E, 50 tahun, tukang ojek, menikah), anak

pertama dan ketiga, menantunya (istri dari anak pertamanya Ny. I, 25 tahun, tidak

bekerja, menikah) dan satu orang cucu (An. B, 5 tahun, pelajar)

Os mengaku tidak pernah merokok atau mengkonsumsi alkohol

Os merupakan keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Os tidak bekerja,

pemasukan keuangan didapatkan dari suami os yang bekerja sebagai tukang ojek dengan

penghasilan rata-rata Rp. 15,000/hari

Untuk air minum, os menggunakan air sumur yang dibuat di dekat rumahnya. Os

mengaku terkadang memasak terlebih dahulu air yang diminum namun os juga mengaku

terkadang air tidak dimasak terlebih dahulu dan langsung diminum

Untuk mencuci pakaian, os menggunakan air sungai yang ada di samping rumahnya

Os belum memiliki fasilitas MCK di rumahnya, sehingga os dan anggota keluarganya

mandi dan buang air di sungai yang terletak di samping rumahnya. Sungai tersebut

memang digunakan sebagai fasilitas MCK oleh warga di sekitar rumah os yang masih

belum memiliki fasilitas MCK. Keluarga os belum memiliki rencana untuk membangun

fasilitas MCK dalam waktu dekat.

Untuk memasak, keluarga os menggunakan tungku dan kayu bakar.

31

Page 33: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

3 meter 2 meter 3 meter

2 meter Ruang Tamu 1Dapur 1 dan Gudang

Dapur 2

Ruang Tamu 2

Sungai

Sumur

Gambar 4.1. Denah Rumah Os.

32

Page 34: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 150/100 mmHg

Frek. Nadi : 92 x/menit

Frek. Nafas : 20 x/menit

Suhu : 36,7 º C

Berat Badan : 62 kg

Tinggi Badan : 160 cm

Status Gizi : Cukup

Status Generalis

Kepala-Leher

Kepala : Deformitas (-)

Rambut : Hitam, lurus, lebat

Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung (-)

Telinga : Deformitas pinna (-), serumen (-)

Hidung : Deformitas (-), sekret (-)

Tenggorok : Uvula di tengah, arkus faring simetris, tonsil T1-T1, detritus (-)

Gigi dan mulut: Karies dentis (-), sianosis (-)

Leher : Tidak teraba pembesaran KGB

Thoraks

Inspeksi:

1. Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-), pergerakan dinding

dada simetris.

2. Permukaan dada: papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-), spider naevi (-), vena

kolateral (-), massa (-).

3. Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif, tidak tampak hipertrofi SCM, otot bantu

abdomen tidak aktif dan hipertrofi (-).

4. Iga dan sela iga: pelebaran ICS (-).

5. Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: cekung, simetris kiri dan kanan

Fossa jugularis: tak tampak deviasi

6. Tipe pernapasan: torako-abdominal.

33

Page 35: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Palpasi:

Trakea: tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea parasternal

sinistra.

Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).

Gerakan dinding dada: simetris kiri dan kanan.

Fremitus vocal: simetris kiri dan kanan.

Perkusi:

Sonor seluruh lapang paru.

Batas paru-hepar à Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV; Ekskursi: 2 ICS.

Batas paru-jantung:

Kanan: ICS II linea parasternalis dekstra

Kiri: ICS IV linea mid clavicula sinistra

Auskultasi:

Cor: S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).

Pulmo:

Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru .

Rhonki (-/-).

Wheezing (-/-).

Abdomen

Inspeksi:

Bentuk: simetris

Umbilicus: masuk merata

Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-), ikterik (-),

massa (-), vena kolateral (-), caput meducae (-), papula (-), petekie (-), purpura (-),

ekimosis (-), spider nevy (-)

Distensi (-)

Ascites (-)

Auskultasi:

Bising usus (+) normal

Metallic sound (-)

Bising aorta (-)

34

Page 36: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Perkusi:

Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)

Nyeri ketok (-)

Nyeri ketok CVA (-/-)

Palpasi:

Nyeri tekan epigastrium (-)

Massa (-)

Hepar/lien/ren: tidak teraba

Tes Undulasi (-), Shifting dullness (-)

Ekstremitas

Inguinal-genitalia-anus : tidak diperiksa

IV. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dievaluasi.

V. Diagnosis Kerja

Hipertensi Stage II.

VI. Penatalaksanaan

- Captopril 12,5 mg, 3x1 tablet

- Ibuprofen 400 mg, 3x1 tablet

- Multivitamin, 1x1 tablet

35

Page 37: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

VII. Prognosis

Dubia ad Bonam

VIII.Konseling

Penyakit yang diderita adalah penyakit hipertensi yang tidak menular dan tidak

bisa sembuh dan hanya bisa dikontrol.

Menjelaskan kepada os tentang gejala-gejala pada penyakit hipertensi dan resiko

penyulit yang mungkin terjadi.

Menganjurkan pasien agar mengurangi konsumsi makanan yang asin dan

berhenti menaburkan garam pada nasi yang dikonsumsi, serta mengurangi

konsumsi makanan yang digoreng dan makanan yang berlemak.

Menjelaskan kepada os agar tekun meminum obat dan rutin memeriksakan

dirinya di Puskemas Narmada, meskipun os sudah merasa sehat.

Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh.

36

Page 38: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

HIPERTENSI

BIOLOGIS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

DIABETESMELITUS

Usia - Usia pasien 45 tahun

- Kejadian hipertensi paling tinggi pada usia 30-40 tahun

Riwayat keluarga yang menderita hipertensi20-40% hipertensi esensial disebabkan oleh faktor genetik.

PERILAKU

Diet Tinggi Garam

Diet Tinggi Lemak

Jarang Berolah Raga

LINGKUNGAN

Tingkat PendidikanStress psikisStress Psikis

PELAYANANKESEHATAN

Tidak ada program khusus untuk menangani penyakit hipertensi

KERANGKA KONSEP MASALAH PASIEN

37

Page 39: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

BAB V

PEMBAHASAN

Alasan Pemilihan Kasus

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang diderita oleh

hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah penderita hipertensi sendiri

terus bertambah setiap tahunnya. Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di

dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Riset

Kesehatan Daasar (RISKESDAS) tahun 2007 mendapatkan prevalensi hipertensi pada

penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia cukup tinggi yakni mencapai 31,7% dengan

penduduk yang mengetahui dirinya menderita hipertensi hanya 7,2% dan yang minum obat

antihipertensi hanya 0,4%.

Di Indonesia berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia 2011, hipertensi termasuk

ke dalam 10 besar penyakit rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit pada tahun 2010

dengan jumlah kasus sebanyak 19.874 pasien rawat inap dan 80.615 pasien rawat jalan. Di

Puskesmas Narmada sendiri, hipertensi merupakan penyakit yang termasuk dalam 10 besar

penyakit rawat inap dan rawat jalan dengan jumlah yang semakin meningkat dari tahun 2010

sampai dengan tahun 2012. Dari data-data tersebut di atas, maka perlu dilakukan usaha-usaha

untuk menurunkan angka kejadian hipertensi. Dalam hal ini, Puskesmas sebagai ujung

tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat primer yang bertanggung jawab terhadap

kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting demi

tercapainya tujuan tersebut.

Aspek Klinis

Pada kasus ini, pasien adalah seorang wanita berumur 45 tahun dengan keluhan utama

nyeri kepala. Keluhan ini sudah dirasakan sejak sekitar 2 bulan yang lalu yang berlangsung

terus-menerus dan semakin memberat ketika os sedang stress. Selain itu pasien juga

mengeluhkan nyeri pada bagian belakang leher, sering pusing dan selalu merasa lelah, akan

tetapi tidak disertai dengan keluhan mual atau muntah. Pasien mengaku seringkali

mengkonsumsi makanan yang asin, dan seringkali menaburkan garam halus di atas nasi yang

akan dikonsumsi. Pasien juga sering mengkonsmsi makanan yang digoreng, jarang

mengkonsumsi buah dan sayuran serta jarang berolahraga. Pasien juga mengaku seringkali

merasa stress akibat kondisi perekonomian keluarganya.

38

Page 40: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg, frekuensi nadi:

92 x/menit, laju pernapasan: 20 x/menit, suhu aksila: 36,7 º C, berat badan: 62 kg, tinggi

badan: 160 cm, dengan status gizi cukup.

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140

mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang

waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Seseorang dinyatakan mengidap

hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg. Menurut The Joint National

Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun

2003 dikatakan Hipertensi Stadium 1 bila didapatkan tekanan darah sistolik 140-159 mmHg

dan diastolik 90-99 mmHg, oleh karena itu pasien pada laporan kasus ini dapat didiagnosis

menderita Hipertensi Stage II.

Untuk penatalaksanaan pada pasien ini diberikan Captopril 12,5 mg, 3x1 tablet serta

diberikan pula Ibuprofen 400 mg, 3x1 tablet untuk membantu mengurangi keluhan nyeri

yang dirasakan.

Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-faktor utama

yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat yang

diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor genetik (keturunan), perilaku

(gaya hidup) individu atau masyarakat, faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan

faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya), namun yang paling berperan

dalam terjadinya hipertensi adalah faktor genetik, perilaku, serta pelayanan kesehatan.

Hipertensi menjadi masalah di mayarakat disebabkan oleh karena faktor-faktor berikut :

1. Biologis

a) Usia

Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, kejadian

hipertensi paling tinggi pada usia 30-40 tahun. Pada beberapa studi didapatkan bahwa

prvelaensi hipertensi pada usia 45-54 tahun dan lebih tua selalu lebih tinggi pada

kelompok hipertensi dibandingkan kelompok kontrol.

b) Riwayat keluarga yang menderita hipertensi

Sekitar 20-40% variasi tekanan darah di antara individu disebabkan oleh faktor

genetik. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih

mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah

39

Page 41: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

dibanding dengan anak adopsi. Hal ini menunujukkan bahwa gen yang diturunkan,

dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan dan status sosial), berperan

besar dalam menentukan tekanan darah pada penderita hipertensi.

2. Perilaku

a) Diet tinggi garam

Penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang berlebihan dengan

tekanan darah tinggi pada beberapa individu. Asupan natrium yang meningkat

menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan volume darah.

b) Jarang berolah raga

Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah

tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat

badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat

mengontrol tekanan darah adalah berjalan kaki, bersepeda, berenang, dan aerobik.

c) Makanan tinggi lemak

Konsumsi makanan yang tinggi lemak dapat meningkatkan resiko terjadinya

hipertensi. Dengan mengurangi diet lemak terbukti bahwa dapat terjadi pengurangan

tekanan darah.

3. Lingkungan

a) Tingkat pendidikan

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat

mempengaruhi terjadinya hipertensi karena dengan tingkat pendidkan yang lebih

tingggi diharapkan pengetahuan atau informasi yang dimiliki tentang hipertensi dan

faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi menjadi lebih baik.

Masalah hipertensi sering timbul karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang

memadai tentang penyakit ini.

b) Stress Psikis

Orang yang mengalami stres akan mempunyai proporsi lebih tinggi untuk menderita

hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami stress psikis. Tekanan

darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress, yang timbul dari

40

Page 42: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang tinggi, kehilangan

pekerjaan dan pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke stress bisa menaikkan

tekanan darah dan hipertensi dini cenderung menjadi reaktif. Aktivasi berulang

susunan saraf simpati oleh stress dapat memulai tangga hemodinamik yang

menimbulkan hipertensi menetap.

4. Pelayanan Kesehatan

a) Tidak ada program khusus untuk menangani penyakit hipertensi

Masyarakat perlu diberikan informasi mengenai hipertensi karena seringkali hal ini

diabaikan oleh masyarakat. Penyakit-penyakit tidak menular seperti hipertensi

seringkali terabaikan padahal melihat tren yang terjadi dalam beberapa tahun

belakangan ini, jumlah kasus penyakit tidak menular seperti hipertensi justru semakin

meningkat. Kegiatan Pelayanan Lansia sendiri sudah sering dilakukan oleh PKM

Narmada akan tetapi pada kenyataannya kegiatan tersebut lebih mengutamakan proses

kuratif untuk menangani hipertensi dibandingkan upaya-upaya pencegahan hipertensi

yang lebih esensial.

Sedangkan untuk program pengendalian penyakit tidak menular sendiri hingga saat

ini masih belum berjalan dengan optimal dan belum diterapkan ke masyarakat yang

ada di wilayah kerja Puskesmas Narmada.

Saran-saran

1. Kepada institusi:

Program pengendalian penyakit tidak menular seperti hipertensi yang seringkali

terabaikan sebaiknya mulai digalakkan sebab melihat tren yang terjadi dalam beberapa

tahun belakangan ini, jumlah kasus penyakit tidak menular seperti hipertensi justru

semakin meningkat di wilayah kerja Puskesmas Narmada. Sebaiknya PKM Narmada

mulai memikirkan untuk menggalakkan program penanggulangan penyakit tidak menular

yang di dalamnya salah satunya termasuk penyakit hipertensi.

41

Page 43: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

2. Kepada pasien:

Pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi

serta menghindari konsumsi makanan yang berlemak yang merupakan faktor-faktor

resiko yang dapat memperberat kondisi pasien. Pasien juga dianjurkan untuk berolahraga

secara teratur dan rutin.

42

Page 44: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. U.S. Department of Health and Human Services. 2004. Complete Report: The Seventh

Report pf the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,

dan Treatment of High Blood Pressure. United States: U.S. Department of

Health and Human Services.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. 2007. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

3. Castillon et al. 2007. Intake of fried foods is associated with obesity in the cohort of

Spanish adults from the European Prospective Investigation into Cancer and

Nutrition. Am J Clin Nutr (86): 198-205.

4. Universitas Sumatera Utara. Hipertensi. 2002. [Accessed on August 17, 2013]

5. Rahajeng W dan Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di

Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 59, Nomor 12: 580-587.

6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia

Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

7. Tim Penyusun. 2010. Data Puskesmas Narmada Tahun 2010. Puskesmas Narmada.

8. Tim Penyusun. 2011. Data Puskesmas Narmada Tahun 2011. Puskesmas Narmada.

9. Tim Penyusun. 2012. Data Puskesmas Narmada Tahun 2012. Puskesmas Narmada.

10. Fauci, A.S., et al. 2008. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17th Edition.

New York: McGraw-Hill

11. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana

Penyakit Hipertensi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

43

Page 45: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

LAMPIRAN – FOTO LINGKUNGAN RUMAH PASIEN

44

Page 46: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

45

Page 47: Laporan Kasus Individu TONY - Hipertensi.docx

46