Laporan Kasus Glaukoma Pembimbing: Dr. Rosa Septiana, Sp.M Disusun oleh : Charles Prakasa Lohanatha 406117022 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS 2012
Laporan Kasus
Glaukoma
Pembimbing:
Dr. Rosa Septiana, Sp.M
Disusun oleh :
Charles Prakasa Lohanatha
406117022
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS
2012
TINJAUAN PUSTAKA
GLAUKOMA
PENDAHULUAN
Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan intraokular yang disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan
pandang. Glaukoma yang penyebabnya tidak di ketahui disebut glaucoma primer,
sedangkan glaucoma yang penyebabnya diketahui disebut glaucoma sekunder.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran
keluar aqueous humor akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma
sudut terbuka) atau gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase (glaukoma sudut
tertutup). Beberapa gejala umum glaukoma adalah penglihatan kabur, hilangnya lapang
pandang perifer, terlihat halo dan sakit kepala. Pada glaukoma sekunder, gejala spesifik
tergantung pada keadaan atau penyakit yang menyebabkannya.
Disamping anamnesa yang cermat dan teliti, perlu dilakukan pemeriksaan guna dapat
mendiagnosis suatu glaukoma, antara lain pemeriksaan tajam penglihatan, lapang pandang,
tekanan bola mata, gonioskopi. Tonografi dan tes provokasi dilakukan bila memungkinkan.
Pengobatan pada glaucoma hanya ditujukan untuk mempertahankan visus dan lapang
pandang yang ada dengan menurunkan tekanan intraokular dan apabila mungkin,
memperbaiki patogenesis yang mendasarinya.
DEFINISI
Glaukoma adalah suatu neurophaty optic yang disertai dengan penyempitan lapang
pandang khas glaucomatosa dan ekskavasio diskus optikus, dimana peningkatan tekanan
intra okuler merupakan salah satu faktor resikonya.
KLASIFIKASI
Glaukoma diklasifikasikan sebagai glaukoma sudut terbuka dan tertutup. Jika penyebab
glaukoma diketahui, disebut sebagai glaukoma sekunder, tapi jika penyebabnya tidak
diketahui disebut sebagai glaukoma primer. Lebih jelasnya glaukoma dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
A. Glaukoma Primer
1. Glaukoma simpleks (sudut terbuka)
i. Peningkatan TIO.
ii. Perubahan lapangan pandang
iii. Mata terasa sakit oada pagi hari
2. Glaukoma sudut tertutup
i. Peningkatan TIO.
ii. Bilik mata depan dangkal.
iii. Edema kornea
iv. Dilatasi pupil
v. Kemerahan di badan silier.
3. Glaukoma Congenital
i. Primer atau infantile : epifora, fotofobia, mata besar, kornea
buram.
ii. Menyertai penyakit kongenital lainnya
4. Glaukoma Sekunder
i. Perubahan lensa
ii. Kelainan uvea
iii. Trauma
iv. Bedah
v. Rubeosis
vi. Steroid, dll
5. Glaukoma Absolut
Glaucoma absolut merupakan stadium akhir glaucoma (sempit atau
terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata.
Kornea terlihat keruh, bilik mata depan dangkal, papil atrofi dengan
ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.
PATOFISIOLOGI
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada keadaan
fisiologis pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan dengan
sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm,sclera spur, garis Schwalbe dan
jonjot iris. Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior oleh badan
siliar, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui
trabekula meshwork ke canalis schlemm.
Pada glaucoma sudut terbuka kelainan terjadi pada jaringan trabekular, sedangkan
sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intra okuler meningkat karena adanya
hambatan outflow humor akuos akibat kelainan pada jaringan trabekular.
Pada glaucoma sudut tertutup, jaringan trabekular normal sedangkan tekanan
intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata,
sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan
seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yan sempit (tertutup).
GEJALA DAN TANDA
Glaukoma disebut sebagai “pencuri penglihatan” karena berkembang tanpa ditandai
dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma tidak
menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya diketahui disaat
penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan.
Pada fase lanjut glaukoma, gejala-gejala berikut mungkin timbul:
- Hilangnya lapang pandang perifer
- Sakit kepala
- Penglihatan kabur
- Melihat pelangi bila melihat sumber cahaya.
Pada glaukoma sudut terbuka akan terjadi penglihatan yang kabur dan penurunan
persepsi warna dan cahaya. Terjadi penurunan luas lapang pandang yang progresif. Yang
pertama hilang adalah lapang pandang perifer yang pada akhirnya hanya akan menyisakan
penglihatan yang seperti terowongan (tunnel vision). Penderita biasanya tidak
memperhatikan kehilangan lapang pandang perifer ini karena lapang pandang sentralnya
masih utuh.
Pada glaukoma sudut tertutup dapat terjadi gejala nyeri, sakit kepala, nausea, mata
merah, penglihatan kabur dan kehilangan penglihatan.
DIAGNOSIS
1. Funduskopi.
Untuk melihat gambaran dan menilai keadaan bagian dalam bola mata terutama
saraf optik.
2. Tonometri.
Pemeriksaan untuk mengukur tekanan bola mata, baik dengan alat kontak
menyentuh bola mata ) maupun non kontak.
3. Gonioskopi
Adalah pemeriksaan untuk menilai keadaan sudut bilik mata, adakah hambatan
pengaliran humor aquos.
4. Perimetri
Pemeriksaan lapang pandangan dengan komputer, untuk mendeteksi atau
menilai hilangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf penglihatan.
Pemeriksaan lengkap ini hanya dilakukan pada penderita yang dicurigai
menderita glaukoma saja.
PENATALAKSANAAN
1. Terapi obat-obatan
Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang diberikan
adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol)
atau simpatomimetik (adrenalin dan depriverin). Untuk mencegah efek samping
obat diberikan dengan dosis terendah dan frekuensi pemberiannya tidak boleh
terlalu sering. Miotikum (pilocarpine dan carbachol) meski merupakan antiglaukoma
yang baik tidak boleh digunakan karena efek sampingnya. Jika pengobatan belum
efektif maka dapat dilakukan peningkatan konsentrasi obat, mengganti jenis obat
atau menambah dengan obat lain.
2. Terapi bedah
Trabekuloplasti jika TIO tetap tidak bisa terkontrol dengan pengobatan
medikamentosa yang maksimal.
Iridectomy ataupun Trabekulotomi (bedah drainase) jika trabekuloplasti
gagal, atau kontraindikasi dengan trabekuloplasti atau diperlukan TIO yang
lebih rendah lagi.
KOMPLIKASI
Glaukoma dapat menyebabkan hilang penglihatan sebagian atau seluruhnya
PROGNOSIS
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan kasus
glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, tablet,
operasi laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah
kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma maka
akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata.
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny.W
b. Alamat : Jepang Wetan 3/10
c. Usia : 41 tahun
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Suku : Jawa
f. Agama : Islam
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h. Status : Menikah
i. RM : 493214
II. Anamnesis
a. Anamnesis secara
Autoanamnesis pasien pada tanggal 03 Agustus 2012 , dan Alloanamnesa
dari CM
b. Keluhan utama
Mata Kiri terasa kabur
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kiri terasa kabur sejak 3 tahun
yang lalu. Awalnya pasien merasa gatal di mata, dan kepala sering terasa
cekot – cekot. Selain itu, pasien juga kadang melihat pelangi saat
memandang lampu. Sekarang, pasien merasa penglihatannya menyempit
sehingga untuk berjalan menjadi kesusahan dan harus berhati – hati. Keluhan
serupa pernah dialami pasien pada mata kanannya. Mata kanan sudah tidak
bisa melihat sejak 6 tahun yang lalu. Awalnya, mata kanan juga terasa gatal,
cekot – cekot, kabur dan kadang terlihat pelangi saat melihat lampu. lalu
lama kelamaan, mata kanan hilang pandangan penglihatan yang terasa
semakin lama semakin mengecil lalu tidak bisa melihat sampai sekarang.
Pasien sudah sering ke dokter dan di beri obat tetes, namun keluhan dirasa
pasien tidak berkurang.
d. Riwayat penyakit dahulu
Operasi mata: disangkal
DM: disangkal
HT: disangkal
Riwayat memakai kacamata (-)
e. Riwayat keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita sakit
sama seperti pasien
f. Riwayat Sosial Ekonomi : Biaya ditanggung JAMKESMAS. Kesan ekonomi :
Kurang
III. Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda vital
i. Tensi : 110/ 80 mmHg
ii. Nadi : 80 x/menit
iii. RR : tidak diukur
iv. Suhu : afebris
STATUS OFTALMOLOGI
Gambar:
1 OD OS
Keterangan:
1.lensa sedkiti keruh 2. Sinekia Anterior
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
1/∞ Visus 6/24
Ragu - ragu Proyeksi sinar Bisa
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
Gerak bola mata
normal, enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Bulbus okuli
Gerak bola mata
normal, enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-),
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),
Palpebra
Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-),
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-)
21
ektropion (-),
entropion (-)
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
Konjungtiva
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
Warna putih dan tidak
ikterik
Sklera Warna putih dan tidak
ikterik
Bulat, edema (-),
keratik presipitat (-)
infiltrat (-), sikatriks (-)
Kornea
Bulat, edema (-),
keratik presipitat (-),
infiltrat (-), sikatriks (-)
Jernih, kedalaman
dangkal, hipopion (-),
hifema (-)
Camera Oculi Anterior
(COA)
Jernih, kedalaman
dangkal, hipopion (-),
hifema (-),
Kripta (-), Warna coklat,
edema ( -), sinekia
anterior (+)
Iris Kripta (-), warna coklat,
edema (-), sinekia
anterior (+),
ireguler, letak sentral,
diameter : 5mm,
refleks pupil L/TL: -/+
Pupil ireguler, letak sentral,
diameter: 3mm,
refleks pupil L/TL: +/-
Keruh sebagian Lensa Keruh sebagian
Bentuk bulat, warna
pucat, batas tegas, CDR
0,9, Excavasio (+)
Optic disc Bentuk bulat, warna
orange, batas tegas,
CDR 0,8, Excavasio (+)
(+) suram Fundus Refleks (+) suram
21,1 mmHg TIO 20 mmHg
Epifora (-), lakrimasi (-) Sistem Lakrimasi Epifora (-), lakrimasi (-)
IV. Resume
SUBYEKTIF
Pasien datang dengan keluhan mata kiri terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu.
Awalnya pasien merasa gatal di mata, dan kepala sering terasa cekot – cekot. Selain
itu, pasien juga kadang melihat pelangi saat memandang lampu. Sekarang, pasien
merasa penglihatannya menyempit sehingga untuk berjalan menjadi kesusahan dan
harus berhati – hati. Keluhan serupa pernah dialami pasien pada mata kanannya.
Mata kanan sudah tidak bisa melihat sejak 6 tahun yang lalu. Awalnya, mata kanan
juga terasa gatal, cekot – cekot, kabur dan kadang terlihat pelangi saat melihat
lampu. lalu lama kelamaan, mata kanan hilang pandangan penglihatan yang terasa
semakin lama semakin mengecil lalu tidak bisa melihat sampai sekarang. Pasien
sudah sering ke dokter dan di beri obat tetes, namun keluhan dirasa pasien tidak
berkurang.
OBYEKTIF
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
1/∞ Visus 6/24
Ragu - ragu Proyeksi sinar Bisa
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
Kripta (-), Warna coklat,
edema ( -), sinekia
anterior (+)
Iris Kripta (-), warna coklat,
edema (-), sinekia
anterior (+),
ireguler, letak sentral,
diameter : 5mm,
refleks pupil L/TL: -/+
Pupil ireguler, letak sentral,
diameter: 3mm,
refleks pupil L/TL: +/-
Keruh sebagian Lensa Keruh sebagian
Bentuk bulat, warna
pucat, batas tegas, CDR
0,9, Excavasio (+)
Optic disc Bentuk bulat, warna
orange, batas tegas,
CDR 0,8, Excavasio (+)
(+) suram Fundus Refleks (+) suram
21,1 mmHg TIO 20 mmHg
V. Diferential Diagnosis
OS Glaukoma Primer sudut tertutup
OS Glaukoma Primer sudut terbuka
OS Glaukoma sekunder sudut terbuka
OS Glaukoma sekunder sudut tertutup
OD:
OD Glaukoma Absolut
OD Glaukoma Primer sudut tertutup
OD Glaukoma Primer sudut terbuka
OD Glaukoma sekunder sudut terbuka
OD Glaukoma sekunder sudut tertutup
VI. Diagnosa Kerja
OS Glaukoma Primer Sudut Tertutup Kronik
OD Glaukoma Absolut
Dasar Diagnosis
Riw Halo ( + ) ODS saat melihat sinar
Kehilangan lapang pandang
Visus OD : 1/∞ ( dengan Proyeksi sinar ragu – ragu ) dan OS : 6/24 ( PS bisa )
Mata tenang
COA ODS dangkal
Sinekia Anterior Menunjukkan Stadium Kronik
OS CDR 0,8. OD CDR 0.9, Excavasio ODS (+)
VII. Penatalaksanaan
Operatif :
OS
- Iridektomi
- Trabekulektomi
Medikamentosa
ODS Timolol 0,5% 2 x 1 tetes
Glucon 1 x ½ tab
KCl 2 x 1 tab
Rehabilitasi
- Menjelaskan kepada pasien untuk mata kanan sudah tidak dapat di gunakan
untuk melihat.
- Untuk mata Kanan jika sakit, dianjurkan Cryotherapi / injeksi alcohol pada
retrobulber/ Enukleasi ( pengangkatan bola mata )
VIII. Prognosis
Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
Quo Ad Visam Ad malam Dubia ad malam
Quo Ad Sanam Ad malam Ad malam
Quo Ad Kosmetikam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo Ad Vitam Ad bonam Ad bonam
IX. Usul dan Saran
USUL
OS :
Tes Lapang pandang Kampimetri Untuk melihat defek lapang pandang
Pemeriksaan OCT (Optical Coherence Tomography)
SARAN- Kontrol secara teratur- Memakai obat tetes secara teratur- Konsumsi obat secara teratur
X. PEMBAHASAN
Pasien di diagnosa OS Glaukoma sudut tertutup kronik, berdasarkan anamnesa mata
kiri ada riwayat Halo saat memandang lampu, dan kehilangan lapang pandang.. Selain
itu, pada pemeriksaan fisik di mata kiri didapatkan COA dangkal, , CD Ratio 0.8 mmHg
, Excavasio (+). Adanya sinekia anterior menunjukkan Perjalanan penyakit sudah
berlangsung lama.
Sedangkan OD diagnosa kerja Glaukoma Absolut, dikarenakan dari anamnesa mata
kanan sudah tidak bisa melihat lagi, dengan ada riwayat halo sebelumnya. Dari
pemeriksaan fisik di dapat mata kanan COA Dangkal, Sinekia anterior (+), CD Ratio
0.9mmHg, Excavasio (+).
Pada mata kiri disarankan untuk di lakukan pemeriksaan lapang pandang, OCT, dan
dilakukan Iridektomi atau trabekulektomi untuk memperlancar pengeluaran akuous
humor. Untuk mata kanan, jika menyebabkan sakit, sebaiknya dilakukan Cryotherapi /
injeksi alcohol pada retrobulber untuk mematikan corpus ciliaris atau Enukleasi
( pengangkatan bola mata ).
Terapi yang diberikan adalah timolol 0.5% 2x1 tetes, Glucon 1 x1/2 tab dan
KCL.Timolol dan glucon untuk menurunkan tekanan intraokuler dan KCL untuk
pengganti kalium.
Prognosa pasien untuk mata kiri untuk Quo ad Vitam dinyatakan ad bonam karena
tidak mengancam jiwa os terbukti dari tanda vital dan hasil pemeriksaan fisik tidak
didapati keluhan berat . Quo ad Visam dinyatakan ad malam karena fungsi penglihatan
mata yang sudah rusak akibat glaukoma, tidak dapat di koreksi kembali. Quo ad Sanam
dinyatakan ad malam karena terapi yang di berikan hanya untuk menjaga stabil TIO,
bukan menyembuhkan.
Prognosa pasien untuk mata kanan untuk Quo ad Vitam dinyatakan ad bonam karena
tidak mengancam jiwa os terbukti dari tanda vital dan hasil pemeriksaan fisik tidak
didapati keluhan berat . Quo ad Visam dinyatakan ad malam karena fungsi penglihatan
mata yang sudah rusak akibat glaukoma, tidak dapat di koreksi kembali. Quo ad Sanam
ad malam.
Daftar Pustaka
Ilyas, S, Prof, Dr. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta: 2003.
Ilyas, S, Prof, Dr. Penuntun Ilmu penyakit Mata Edisi Kedua. Sagung Seto. Jakarta :
2003.
Sherwood, Laurglee. Fisiologi Manusia edisi 2. EGC : 2001
Tanu, lan. Farmakologi dan Terapi edisi 5. FKUI : 2007
Ilyas, S, Prof, Dr. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto. Jakarta : 2001
www.scrib.com
www.medline.com
www.medscape.com
www.emedicine.com