Top Banner
LAPORAN KASUS DIARE AKUT e.c BAKTERIAL INFECTION DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG DISUSUN OLEH Andi Fahripa Nur Rahma (2009730125) PEMBIMBING dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A KEPANITERAAN KLINIK PEDIATRI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2013 1
38

LAPORAN KASUS DIARE AKUT

Nov 29, 2015

Download

Documents

Iva Habsyi

pediatri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

LAPORAN KASUS

DIARE AKUT e.c BAKTERIAL INFECTION DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG

DISUSUN OLEH

Andi Fahripa Nur Rahma (2009730125)

PEMBIMBING

dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK PEDIATRI

RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2013

1

Page 2: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis

dapat menyelesaikan laporan kasus mengenai “Diare akut e.c bacterial infection dengan

dehidrasi ringan sedang ” ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan

terimah kasih kepada dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A yang telah membimbing penulis

dalam menyelesaikan Laporan Kasus ini. Terima kasih juga kepada seluruh pihak yang

telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

penulisan laporan kasus ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca pada

umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Jakarta, Oktober 2013

Penulis

2

Page 3: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

BAB I

PENDAHULUAN

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di

Negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar

kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau

parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk

sindroma malabsorpsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek

terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi

penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan

pertumbuhan akibat diare.

3

Page 4: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

STATUS PASIEN

IDENTITAS/BIODATA

Nama : An. M

Umur : 3 tahun 4 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Nama Ayah : Tn.A

Nama Ibu : Ny.T

Agama : Islam

Suku Bangsa : Madura

Alamat : Plumpang, Jakarta Pusat.

Tanggal Masuk : 19 Oktober 2013, Pukul 07.30 WIB

ANAMNESIS

Alloanamnesis

Keluhan Utama : Demam 2 hari sebelum datang ke Rumah Sakit Islam CP

Keluhan Tambahan : BAB cair

Riwayat Penyakit Sekarang : 2 hari sebelum datang ke Rumah Sakit Islam CP orangtua

pasien mengatakan anak demam sepanjang hari, demam

timbul mendadak, tidak menggigil, tidak kejang. 1 hari

sebelum datang ke Rumah Sakit Islam CP mencret-

mencret sebanyak 4 kali/hari warna kuning, ampas (+),

bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah

(-), sekali BAB 1 gelas. SMRS Islam CP mencret-

mencret sebanyak 3 kali/hari warna kuning, ampas (+),

bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah

(-), sekali BAB 1 gelas, muntah (-). BAK lancar dan

tidak ada keluhan, warna kuning jernih, tidak pekat, tidak

ada darah, tidak sakit saat BAK. Anak terlihat lemas.

Intake makan dan minum sulit.

4

Page 5: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

Riwayat Penyakit Dahulu : Anak pertama kali sakit seperti ini, Riwayat kejang

demam usia 1 tahun 8 bulan (kejang 1 kali dengan durasi

30 detik)

Riwayat Penyakit Keluarga : Di keluarga dan lingkungan rumah tidak ada yang

menderita penyakit seperti ini.

Riwayat Pengobatan : Di rumah diberi obat sanmol, berobat ke dokter 1 kali

diberi obat penurun panas.

Riwayat Alergi : Alergi obat, makanan, dan cuaca disangkal

Riwayat Psikososial : Os merupakan anak 3 dari 2 bersaudara. Disekitar

lingkungan os tidak ada yang menderita seperti ini. Dan

lingkungan sekitar rumah bersih. Os sehari-hari susah

makan dan minum.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

Riwayat kehamilan : ANC di bidan 7 kali

Selama kehamilan : Riwayat minum jamu-jamuan, obat-obatan tidak pernah

Hamil : 38 minggu

Riwayat Persalinan : Lahir di Bidan, Normal

BBL : 3100 gram

PB : 50 cm

RIWAYAT MAKANAN

6 bulan = ASI diberikan selama

5

Page 6: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

> 6 bulan - 2 tahun = ASI + MPASI

> 2 tahun = Sufor + Makanan Pokok.

Kesan : Pola makanan sesuai Usia

RIWAYAT PERKEMBANGAN

Motorik kasar : Melompat, Berjalan usia 2,5 tahun

Motorik halus : Menulis, Menggambar

Verbal : Bicara sudah berbentuk kata dan tidak jelas

Sosial : Dapat bersosialisasi dengan orang lain

Kesan : Pertumbuhan anak tidak sesuai umur

RIWAYAT IMUNISASI

BCG : -

DPT : -

Polio : -

Hep. B : -

Campak : -

Kesan : Imunisasi tidak lengkap

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

6

Page 7: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

GCS : 15 (E4 V6 M5)

Tanda- tanda Vital :

- S : 37,4 °C (di UGD 39,2 0C)

- N : 160x/menit, kuat angkat, reguler

- P : 24x/menit

- TD : -

Antropometri :

- BB : 12 kg

- TB : 16 cm

oBB/U : 12/16 x 100 % = 75 % → Gizi kurang

oTB/U : 86/96 x 100 % = 90 % → Baik

oBB/TB: 12/14 x 100 % = 86 % → kurang

Kesan : Gizi kurang

STATUS GENERALIS

1. Kepala :

Bentuk : normochepal, ubun-ubun sudah menutup

Rambut : hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut

Mata : visus normal, ptosis -/-, lagoftalmos -/-, hordeolum -/-, udem

palpebra -/-, kunjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, sekret -/-,

refelks cahaya +/+, mata cekung +/+, pupil isokor

Hidung : septum deviasi -, sekret -/-, darah/bekas perdarahan -/-,

pernapasan cuping hidung -/-, edema mukosa -/-, hiperemis mukosa

-/-

Mulut : bibir kering +, lidah kotor -, faring hiperemis -, pseudomembran,

tonsil T1/T1, stomatitis -, lidah tremor -, lidah kotor -, gusi

berdarah –

Telinga : normotia, serumen +/+, membrane tympani intak.

2. Leher : pembesaran KGB -, pembesaran kel tiroid –

7

Page 8: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

3. Torax : Paru : I : simetris pada saat statis dan dinamis, retraksi iga -,

pernapasan abdominotorakal, laserasi-, penonjolan -,

pembengkakan -, bintik-bintik merah -

: P : nyeri tekan -, vocal premitus kanan kiri sama, krepitasi-

: P : sonor di kedua lapang paru

: A : vesikuler +/+, wheezing -, ronkhi -/-, BJ I dan II normal,

tidak ada bunyi tambahan

4. Abdomen : I : retraksi epigastrium -, cembung, simetris, spider nevi -,

bintik-bintik merah -, distensi -

: A : bising usus + melemah, metallic sound -, bruit -

: P : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), turgor kulit normal,

splenomegali (-), ginjal tidak teraba dan tidak nyeri.

: P: hipertympani pada 4 kuadran abdomen, pekak

menunjukkan batas hepar 1 jari dibawah arcus costa kanan.

5. Genitalia : skrotum dan testis normal, tidak fimosis, tidak hipospadi.

6. Ekstremitas : atas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-, bintik-bintik

merah -/-

: bawah : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-, bintik-

bintik merah -/-

7. Turgor kulit : Baik, < 2 detik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Hb Ht Trombo Leuko Ket

19/10/2013 12,5 40 346 24.37 F. GE

8

Page 9: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

- L : 4 - 6 / LPB

- Er : 10 – 15 / LPB

- Bakteri (+)

- Jamur (+)

- Infeksi batang gram negatif

- Erosi mukosa usus

- Infeksi jamur (+)

20/10/2013 12,9 - - 10.84 LED

25 mm

RESUME

2 hari sebelum datang ke Rumah Sakit Islam CP orang tua pasien mengatakan anak demam

sepanjang hari, demam timbul mendadak, tidak menggigil, tidak kejang. 1 hari sebelum

datang ke Rumah Sakit Islam CP mencret-mencret sebanyak 4 kali/hari warna kuning,

ampas (+), bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah (-), sekali BAB 1

gelas. SMRS Islam CP mencret-mencret sebanyak 3 kali/hari warna kuning, ampas (+),

bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah (-), sekali BAB 1 gelas. Anak

terlihat lemas. Intake makan dan minum sulit.

Pemeriksaan fisik : S = 37,4 C, N = 160 x/m, R = 24 x/m, Mata cekung +/+, bibir kering

dan hipertimpani

Pemeriksaan Laboratorium : (19/10/2013) F. GE L : 4 - 6 / LPB, Er : 10 – 15 / LPB,

Bakteri (+), Jamur (+).Infeksi batang gram negatif, Erosi mukosa usus, Infeksi jamur (+).

(20/10/2013) LED 25 mm.

ASSESSMENT

1. Demam

2. Diare

3. Intake inadekuat

4. Delay development

9

Page 10: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

DIAGNOSIS

• Diare Akut e.c Bakterial Infection dengan Dehidrasi Ringan Sedang

• Kurang gizi

DIAGNOSIS BANDING

• Diare Akut e.c Viral Infection dengan Dehidrasi Ringan Sedang

RENCANA TERAPI

Infus RL 15 tpm

1000 + (2x50) = 1100 ml/hari

1100 : 4 = 46

46 : 3 = 15 tpm

Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab

Lacto B 1 gr/sachet, 2x1 sachet

PCT syr 3 x 1 cdo

Inj. Novalgin 1 x 150 mg

Inj. Ceftriaxone 1 x 1 amp

Perbaikan gizi dengan pemberian makan yang seimbang (konsul gizi)

FOLLOW UP

Tanggal/jam S O A P

10

Page 11: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

20/10/2013 Demam, BAB cair 2 kali

dalam sehari, warna

kuning, berbau amis (-),

lendir (+), darah (-) lemas

(+), BAK lancar, anak

masih tampak lemes.

Suhu : 37,6°C, nadi :

125 x/m, RR : 22

x/m. Mata cekung

(+/+),BU (+) normal,

timpani di 4 kuadran

abdomen.

Diare akut e.c

bacterial

infection dengan

dehidrasi ringan-

sedang

Infus RL 12

tpm

Zinc 20

mg/hari, 1 x 1

tab

Lacto B 1

gr/sachet, 2x1

sachet

PCT syr 3 x 1

cdo

Inj. Novalgin

1 x 150 mg

Inj.

Ceftriaxone 1

x 1 amp

21/10/2013 BAB lunak (seperti

bubur), 1 kali dalam

sehari, warna kuning,

berbau amis (-), lendir (-),

darah (-) ampas (-), darah

(-), BAK lancar, anak

masih tampak lemes.

Suhu : 36,4°C, nadi :

100 x/m, RR : 23

x/m. Mata cekung

(+/+), BU (+)

normal, hipertimpani

di 4 kuadran

abdomen.

Diare akut

teratasi, pasien

sudah boleh

pulang.

Terapi lanjut

Boleh pulang

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

11

Page 12: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

A. Definisi

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,

disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah

yang berlangsung kurang dari satu minggu. Menurut WHO tahun 1998, diare

adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Sedangkan

menurut Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, definisi diare berbeda pada neonatus

dan bayi > 1 bulan serta anak. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi BAB >4

kali, sedangkan bayi > 1 bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensi BAB > 3

kali.

B. Etiologi

Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang

dibagi lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal,

anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit

dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi, radiasi. (Lung. McGraw Hill,

2003).

Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral, dengan

air dan makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian terbanyak.

Adapun beberapa penyebab diare pada anak yaitu :

1. Infeksi

A. Virus

Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara lain

Rotavirus (sebanyak 40-60%), Norwalk virus, Adenovirus. Norwalk virus

dan Adenovirus sering menyebabkan diare akut pada anak besar dan

dewasa, sedangkan Rotavirus sering terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun

terutama usia dibawah 2 tahun.

B. Bakteri

Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak :

E.Coli

Ada 5 subtipe yang menimbulkan diare akut. E. Coli ini merupakan

penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus dengan frekuensi 20-

30%. Subtipe E. Coli tersebut adalah :

12

Page 13: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

Entero Pathogenic E. Coli (EPEC)

Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)

Entero Invasive E. Coli (EIEC)

Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)

Entero Aggregative E. Coli (EAEC)

Shigella

Campylobacter yeyuni

Salmonella sp.

Yersinia

Vibrio

C. Parasit

Entamoeba Histolytica.Insidensinya kurang dari 1%

Giardia Lamblia. Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun.

Crytosporidium. Di negara berkembang frekuensinya antara 4-115.

Sering terjadi pada penderita AIDS.

2. Malabsorbsi

Karbohidrat

Lemak

3. Alergi

Diantaranya yaitu :

Alergi susu

Alergi makanan

CMPSE (cow’s milk protein enteropathy).

4. Keracunan

5. Imunodefisiensi

6. Sebab Lain

Pemberian antibiotik, defek anatomis seperti malrotasi, Hisrchrsprung’s disease

dan Shor Bowel Syndrome.

C. Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui

makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung

13

Page 14: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita

atau tidak langsung melalui lalat.

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain

: tidak memberikan ASI secara penuh 4 – 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak

memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana

kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan

penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.

Selain hal tersebut beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan

kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain : gizi buruk, imunodefisiensi,

berurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus dan faktor genetik.

D. Patofisiologi

Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu ganggan pada proses absorbs atau

sekresi.

Terdapat beberapa pembagian diare :

1. Pembagian diare menurut etiologi

2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan absorbs dan

ganggaun sekresi

3. Pembagian diare menurut lamanya diare

Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari

Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi

Diare persisten berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare

osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus (IDAI, 2010).

Diare osmotik

Terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi menyebabkan

bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat

hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan

osmosis antara lumen usu dan darah maka pada segmen usus jejunum yang

bersifat permeabel, air akan mengalir ke arah lumen jejunum sehingga air akan

banyak terkumpul di dalam lumen usus. Natrium akan mengikuti masuk ke

dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar

dengan kadar natrium yang normal. Sebagian kecil cairan ini akan diabsorpsi

14

Page 15: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

kembali, akan tetapi lainnya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan

yang tidak diserap seperti Mg, Glukose, sukrose, laktose, maltose di segmen

ileum dan melebihi kemampuan absorpsi kolon sehingga terjadi diare. Bahan-

bahan seperti karbohidrat dari jus buah atau bahan yang mengandung sorbitol

dalam jumlah berlebihan akan memberikan dampak yang sama.

Diare sekretorik

Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri

dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu

bentuk dihydroxy serta asam lemak rantai panjang.

Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan

konsentrasi intrasel cAMP, cGMP atau Ca2+ yang selanjutnya akan

mengaktifkan protein kinase. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan

fosforilasi membran protein sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion,

akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan pompa

natrium, dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama Cl-. Bahan laksatif

dapat menyebabkan bervariasi efek pada aktivitas NaK-ATPase. Beberapa

diantaranya memacu peningkatan kadar cAMP intraseluler, meningkatkan

permeabilitas intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel mukosa.

Beberapa obat menyebabkan sekresi intestinal. Penyakit malabropsi seperti

reseksi ileum, penyakit Crohn dapat menyebabkan kelainan sekresi seperti

menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.

Diare karena gangguan motilitas usus

Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorpsi tetapi

perubahan motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorpsi. Baik peningkatan

ataupun penurunan motilitas, keduanya menyebabkan diare. Penurunan

motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan

diare. Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absopsi.

Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan stasis intestinal berakibat

inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan malabsopsi. Diare akibat

hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena

hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi. Gangguan motilitas

mungkin merupakan penyebab diare pada tirotoksikosis, malabsopsi asam

empedu dan penyakit lain. Diare ini juga terjadi akibat adanya gangguan pada

15

Page 16: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post reseksi

usus serta hipertiroid.

Diare terkait imunologi

Diare terkait iunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III,

dan IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen

makanan. Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan

reaksi tipe IV terdapat pada coeliac disease dan protein loss enteropaties.

E. Manifestasi Klinis

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila

terjadi komplikasi ekstra intenstinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala

gastrointenstinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah sedangkan manifestasi

sistematik bervariasi tergantung pada penyebabnya.

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja dengan mengandung sejumlah ion

natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektronik ini bertambah bila

ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada pans. Hal ini dapat

menyebabkan dehidrasi, asidosis metbolik dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan

keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia.kolaps

kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi

menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,dehidrasi

hipertonik(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonuik. Menurut derajat dehidrasinya

bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat.

Bila terdapat panas dimungkinkan karena peradangan atau akibat dehidrasi.Panas

badan umunya terjadi pada penderita dnegan inflammantory diare. Nyeri perut

yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rektum,

menunjukkan terkenanya usus besar.

Muat dan muntah adalah simptom yang nospsesifik akan tetapi muntah mungkin

disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas.

Gejala Khas diare akut oleh berbagai penyebab

16

Page 17: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

Gejala

klinik

Rotavirus Shigella Salmonella ETEEC EIEC Kolera

Mas tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72

Jam

Panas + ++ ++ - ++ -

Mual

muntah

Sering Jarang Sering + _ Sering

Nyeri perut tenesmus Tenesmus

kramp[

tenesmus - Tenesmus

kramp

Kramp

Nyeri

kepala

- + Kolik - - -

Lamanya

sakit sifat

tinja

>7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3hari

Frekuensi

konsistensi

darah

Sedang Sedikit>1

0x/hr

Sedikit banyak Sedikit Banyak

Bau 5-10x/hr Lembek Sering Sering Sering Terus

Menerus

Warna Cair Sering Lembek

kadang

Cair - Lembek + cair -

Leukosit Langu Merah-

hijau

Busuk + Tidak Amais

khas

Lain-lain Kuning-

hijau –

anorexia

+kejang ± Busuk

Kehijauan

+ sepsis±

+ tak

berwarna –

Meteorismus

Merah-

hijau –

infeksi

sistematik

Seperti

air

cucian

beras - +

F. Menegakkan Diagnosis

1. Anamnesis

17

Page 18: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,

frekuensi,volume, konsitensi tinja,warna, bau ada/tidak lendir dan darah. Bila

disertai muntah: volume dan frekuesnsinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang

atau tidak kencing dalama 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang

berikan selama diare. Adakan panas atau penyakit lain yang menyertai seperti:

batuk,pilek,otitis media,campak.

Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : member oralit,

membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang

diberikan serta riwayat imunisasi.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : Berat badan, suhu tubuh, frekuensi

denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari

tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan

tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata :

cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan

lidah kering basah.

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bising

usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan

ekstremitas perlu karena perfusi dan capillart refill dapat menentukan derajat

dehidrasi yang terjadi.

3. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak

diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungtkin diperlukan misalnya

penyebab dasarnya tidak dikatahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut

atau pada penderita dengan dehidrasi berat.

Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :

Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur

dan tes kepekaan terhadap antibiotika.

Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.

Tinja :

Makroskopik

18

Page 19: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan

oleh enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran

gastrointestinal.

Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi

bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang

menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti E.

histolytica, B. coli, dan T. trichiura. Apabila terdapat darah biasanya

bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E. histolytica darah

sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat

garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada

infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan

Strongyloides.

Mikroskopik

Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang

menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja

menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi

sitokin seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, C. difficile, Y.

enterocolitica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau

P. shigelloides. Leukosit yang ditemukan umumnya adalah PMN kecuali

pada S. typhii mononuklear.

Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic

Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit

pada tinja, KLB diare dan pada penderita immunocompromised.

4. Pemeriksaan Penunjang lain

a) Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan

elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai

kejang), kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik.

b) Duodenal intubation (biopsi duodenum), untuk mengetahui kuman

penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik

yang disebabkan Giardiasis, Strongyloides, dan protozoa yang

membentuk spora.

G. Penatalaksanaan

19

Page 20: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

Departemen kesehatan mulai melakukan sosialisasi panduan Tata Laksana

pengobatan Diare pada balita yang baru didukung baru didukung oleh ikatan

Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Meperbaiki kondisi

usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu,

Departemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanakan diare bagi semua

kasus diare yangdiderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang

dirawat di rumah sakit, yaitu:

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. ASI dan makanan tetap diteruskan

4. Antibiotik selektif

5. Nasihat kepada orang tua.

Rehidrasi dengan oralit, dapat mengurangi rasa mual dan muntah.

Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatsi dehidrasi. Oralit

formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang

terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih

banyak elektronik tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak

terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan

oleh karena virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan

elektronik seberat pada disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan

formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas, sehingga kurang menyebabkan

risiko terjadinya hiperpatremia. Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas

yang rendah.

Ketentuan pemberian oralit formula baru:

a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru

b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk

persediaan 24 jam.

c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan

sebagai berikut:

Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB

Untuk 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB

20

Page 21: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

d. Jika dalam waktu 24 jam persedian larutan oralit masih tersisa maka sisa larutan

harus dibuang.

Pemberiaan Zinc

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu

makan anak. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut

didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi

saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare.

Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga

dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.

Dosisi zinc untuk anak-anak:

Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) perhari

Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1tablet) per hari.

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari

diare. Untuk bayi, tabl;et zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau

oralit.

Menurut buku pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO tahun

2005, penatalaksanaan diare dibagi menjadi 3 rencana terapi yakni rencana terapi A

untuk penanganan diare di rumah, rencana terapi B untuk dehidrasi ringan/sedang,

terapi C untuk dehidrasi berat.

Rencana Terapi B

(Dehidrasi Ringan – Sedang)

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral

sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara

intravena sebanyak : 75 ml/kgBB/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan

setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan

setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih

ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau

muntah.

Beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis yang sama seperti pada rencana terapi

A.

21

Page 22: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

Yaitu :

Oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-

hari :

< 2 tahun : 50-100 ml tiapkali BAB

>2 tahun : 100-200ml tiap BAB

Beri tablet Zink

Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis

Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari

Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari

Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa

minum oralit mislanya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus dengan

intravena secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan RL / Ringer Asetat (atau jika tak

tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :

Bayi (dibawah 12 bulan) : 70 ml/kgBB/5 jam

Anak (12 bulan sampai 5 tahun) : 70 ml/kgBB/2,5 jam

(Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO, 2009)

Amati Anak dengan Seksama dan Bantu Ibu Memberikan Oralit

Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan

Tunjukkan cara memberikannya sesendok teh tiap 12 menit untuk anak < 2

tahun, beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua

Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah

22

Page 23: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit

tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 23 menit

Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air

masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan

telah hilang

Setelah 34 jam, Nilai kembali Anak Menggunakan Bagan Penilaian, Kemudian

Pilih Rencana Terapi A,B atau C untuk Melanjutkan Terapi

Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah

hilang, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur

Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B

tetapi tawarkan makanan, susu dan sari buah seperti Rencana Terapi A

Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C.

Bila Ibu Harus Pulang Sebelum Selesai Rencana Terapi B

Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah

Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari lagi seperti

dijelaskan dalam rencana terapi A

Tunjukkan cara menyiapkan oralit

Jelaskan 3 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah

Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti

Member makan anak

Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu.

Antibiotik

Antibiotika pada umummya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena

sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak

dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang

disebabkan oleh bakteri patogen seperti V.cholera, Shigella, Enterotoksigenik

E.Coli, Salmonella, Camphylobacter dan sebagainya.

Probiotik

23

Page 24: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang

difermentasi yang menunjang kesahatan melalui terciptanya keseimbangan

mikroflora intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan

pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak

minum ASI.

Prebiotik

Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan.

Umumnya kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang

pertumbuhan flora intestinak yang menguntungkan kesehatan.

Diet pada Diare

Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien

dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah

dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena

adanya defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.

H. Komplikasi

Dehidrasi

Hipoglikemi

Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)

Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan yakni

pernapasan cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan Kusmaul. Pernapasan

ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk

mempertahankan pH darah. (Suraatmaja, 2005)

Gangguan elektrolit

Hipernatremia

Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan

pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar

natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat

sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi

oral atau nasogastik meenggunakan oralitadalah cara terbaik dan paling

aman.

24

Page 25: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan

0,45% saline – 55 dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan

menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma

setelah 8 jam. Bila normallanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya

lanjtukan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam.

Untuk rumatan gunakan 0,18% saline – 5% dextrose, perhitungkan untuk 24

jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus setelah

pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai

diberikan. Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare

berhenti.

Hiperkalemia

Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan

pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-

10 menit dengan monitor detak jantung.

Hipokalemia

Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut

kadar K : jika kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75

mcg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara

intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam.

Dosisnya : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam)

diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 - kadar K

terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB)

Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan

fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan

kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan

memberikan makanan yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare

berhenti.

Kejang

Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan

sirkulasi darah berupa renjatan/syok hipovolemik.

25

Page 26: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

I. Pencegahan

Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :

1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare

Kuman – kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal –

oral. Pemberian ASI yang benar

a. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI

b. Penggunaan air besih yang cukup

c. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air

basar dan sebelum makan

d. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga

e. Membuang tinja bayi yang benar.

2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu

a. Memberikan ASI paling tidak sampai usia 2 tahun

b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan

dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.

26

Page 27: LAPORAN KASUS DIARE AKUT

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 2000.

Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2007.

Garna H, Melinda H. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-3.

Bandung: Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD RS Dr. Hasan Sadikin. 2005.

27