Top Banner
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT LAPORAN KASUS INDIVIDU DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI PADA DEWASA Oleh : M. Furqan Hidayat H1A 008 028 Pembimbing : dr. Mayuarsih Kartika S DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
49

Laporan Kasus Diare

Sep 28, 2015

Download

Documents

Laporan Kasus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KASUS INDIVIDUDIARE AKUT TANPA DEHIDRASI PADA DEWASA

Oleh :M. Furqan HidayatH1A 008 028

Pembimbing :dr. Mayuarsih Kartika S

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYABAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAMPUSKESMAS NARMADA 2014

BAB 1PENDAHULUAN

Diare masih merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Di Indonesia, hasil Survey Subdit Diare pada Survey Kesehatan Rumah Tangga angka kesakitan diare semua umur tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk. Kematian diare pada balita 75/100.000 balita dan semua umur 23/100.000 penduduk, dan hasil Riskesda (2008) diare merupakan penyebab kematian no 4 (13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian no 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (Kemenkes RI, 2011).Kasus diare di Puskesmas Narmada tahun 2013 yaitu sebanyak 866 kasus, sedangkan untuk seluruh wilayah kerja puskesmas Narmada termasuk kunjungan ke pustu yaitu sebanyak 2281 kasus. Setiap tahunnya, diare selalu termasuk dalam 10 besar penyakit terbanyak di puskesmas Narmada. Untuk kasus rawat inap, diare selalu masuk dalam 5 besar penyakit yang paling sering dirawat inap di Puskesmas Narmada. Pada tahun 2013, pasien rawat inap karena menderita diare sebanyak sebanyak 75 kasus. Tingginya kasus diare dapat disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang tidak baik serta pemahaman masyarakat tentang perilaku hidup bersih sehat /PHBS yang masih kurang (Puskesmas Narmada, 2013). Puskesmas sebagai pusat pelayanan primer merupakan ujung tombak baik dalam meningkatkan kesehatan perorangan ataupun upaya kesehatan masyarakat. Untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut, puskesmas memiliki program-program sebagai pusat pelayanan primer yang berfungsi sebagai pencegahan serta pemberantasan penyakit. Salah satu program dari puskesmas untuk meningkatkan upaya kesehatan masyarakat yaitu upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2M) yang merupakan salah satu dari 6 upaya kesehatan wajib. Salah satu program dalam P2M ini adalah pemberantasan diare. Diare merupakan penyakit yang tinggi morbiditas dan mortalitasnya, namun masih merupakan penyakit yang mudah untuk dicegah dan diobati, asalkan mengikuti perilaku hidup bersih sehat. Untuk itu, laporan ini akan membahas tentang bagaimana pemberantasan serta pencegahan penyakit diare.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Gambaran Umum Demografi Puskesmas Narmada2.1.1 GeografiPuskemas Narmada merupakan Puskesmas Perawatan yang terletak di jalan Ahmad Yani Narmada Kabupaten Lombok Barat dengan luas wilayah kera 49.15 Km2 dengan batas-batas wilayah : Sebelah Timur: Wilayah kerja Puskesmas Sedau, Kecamatan Narmada Sebelah Barat: Wilayah kerja Puskesmas Cakranegara, Kota Mataram Sebelah Utara: Wilayah kerja Puskesmas Lingsar, Kecamatan Lingsar Sebelah Selatan: Wilayah kerja Puskesmas Kediri, Kecamatan Kediri

Puskesmas Perawatan Narmada dibangun pada tahun 2009 diareal seluas 10.000 M2, Melayani 42.884 jiwa penduduk. Yang terdiri dari 20.880 laki-laki dan 22.004 perempuan. Luas Wilayah kerja Puskesmas Narmada yaitu 49,15 Km2 yang terbagi menjadi 11 Desa dan 61 Dusun.

Gambaran Penyakit Diare Di Puskesmas NarmadaBerdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Narmada, diare merupakan salah satu penyakit yang tetap masuk dalam 10 penyakit terbanyak setiap tahunnya. Pada tahun 2013, diare masuk dalam sepuluh penyakit terbanyak dengan jumlah penderita mencapai 866 orang. Angka ini mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya dimana pada tahun 2011 berada pada urutan ke 8 dengan jumlah penderita diare sebanyak 1279, dan pada tahun 2012 turun satu anak tangga menjadi urutan ke sembilan dengan jumlah penderita sebanyak 1203 penderita.

Tabel 2.1 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Narmada Tahun 2011NoNama Penyakit (semua umur)Jumlah

1.ISPA5435

2.Penyakit pada sistem otot dan jaringan ikat3823

3.Gastritis2787

4.Demam sebab lain2155

5.Kecelakaan dan rudapaksa1774

6.Penyakit darah tinggi1642

7.Penyakit kulit infeksi1432

8.Diare1279

9.Asma978

10.Penyakit lain910

Tabel 2.2 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Narmada Tahun 2012NoNama Penyakit (semua umur)Jumlah

1.ISPA7589

2.Gastritis3170

3.Penyakit otot dan jaringan sendi3027

4.Hipertensi2521

5.Penyakit Kulit Infeksi1794

6.Asma1673

7.Demam sebab lain1494

8.Penyakit Kulit Alergi1227

9.Diare1203

10.Kecelakaan rudapaksa628

Tabel 2.3 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Narmada Tahun 2013NoNama Penyakit (semua umur)Jumlah

1ISPA8044

2Penyakit pada sistem otot dan jaringan ikat3529

3Gastritis3213

4Hipertensi2908

5Demam sebab lain1960

6Asma1593

7Penyakit Kulit Infeksi1240

8Penyakit Kulit alergi1161

9Bronkhitis1129

10Diare866

2.2 Definisi DiareDiare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari tiga kali perhari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah (Sudoyo,2009).Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology Organisation global guideline 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari (Sudoyo,2009).Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare non infeksi bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut. Diare organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak dapat ditemukan penyebab organik (Sudoyo,2009).

2.3 Epidemiologi Penyakit DiareDi Indonesia pada tahun 70 sampai 80-an, prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per tahun. Angka Case Fatality Rate (CFR) menurun dari tahun ke tahun, pada tahun 1975 CFR sebesar 40-50%, tahun 1980-an CFR sebesar 24%. Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT), tahun 1986 CFR sebesar 15%, tahun 1990 CFR sebesar 12%, dan diharapkan pada tahun 1999 akan menurun menjadi 9%. Angka kesakitan dan kematian akibat diare mengalami penurunan dari tahun ke tahun. (Widoyono, 2008).

2.4 KlasifikasiDiare dapat diklasifikasikan berdasarkan: 1. Lama waktu diare: akut atau kronik, 2. Mekanisme patofisiologi: osmotik atau sekretorik dll, 3. Berat ringan diare: kecil atau besar, 4. Penyebab infeksi atau tidak: infeksi atau non-infeksi dan 5. Penyebab organik atau tidak: organik atau fungsional. (Sudoyo,2009)

2.5 Etiologi dan Faktor RisikoPada saat ini dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kuman-kuman patogen telah dapat diidentifikasikan dari penderita diare sekitar 80% pada kasus yang datang di sarana kesehatan dan sekitar 50% kasus ringan di masyarakat. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare akut oleh karena infeksi adalah non inflammatory dan inflammatory. (Juffrie, 2010)Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin. (Juffrie, 2010)Di negara berkembang, kuman patogen penyebab penting diare akut pada anak-anak yaitu Rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejui dan Cryptosporidium. (Juffrie, 2010)Faktor-faktor penyebab diare :1. Faktor InfeksiInfeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, virus maupun parasit. Penyebab lain timbulnya diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi enteral yang diikuti puasa yang lama, kemoterapi,impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain. Dari penelitian pada tahun1993-1994 terhadap 123 pasien dewasa yang menderita diare akut, penyebab terbanyak hasil infeksi bakteri E.coli (38.29%), V.cholerae Ogawa (18.29%), Aeromonas. Sp (14.29%) (Mansjoer,2001).Diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau parasit. Bakteri yang dapat menyebakan terjadinya diare diantaranya yaitu Shigela, Salmonella, E.colli, Vibrio cholera, Staphylococcus aureus, Campilobacter aeromonas. Virus yang dapat menyebabkan diare antara lain Rotavirus, Norwalk, Norwalk like agent, Adenovirus. Sedangkan parasit yang dapat menimbulkan terjadinya keluhan diare yaitu Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli (protozoa), Ascaris, Trichiuris trichiura (cacing), dan Candida (jamur) (Sudoyo,2009). Diare oleh sebab non infeksi dapat disebabkan oleh penyakit penyakit defek anatomi seperti Short Bowel Syndrome, Penyakit Hirchsprung atau penyakit Malabsorbsi seperti Defisiensi disakaridase dan Cholestasis, serta penyakit lain seperti alergi susu sapi, keracunan logam berat dan jamur, vitamin C terlalu tinggi, dan fruktosa berlebih (Sudoyo,2009). 2. Faktor Umur Umur merupakan karakter yang memiliki pengaruh paling besar. Umur mempunyai lebih banyak efek pengganggu daripada yang dimiliki karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel terkuat yang dipakai untuk memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa kesehatan, dan karena saling diperbandingkan maka kekuatan variable umur menjadi mudah dilihat. Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi.Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Widoyono, 2008).3. Faktor Status Gizi 4. Faktor Lingkungan sanitasi dasar, sarana air bersih, limbah dan sampah, serta jamban keluarga5. Faktor Susunan Makan yang mempengaruhi angka kejadian diare adalah adanya antigen, osmolaritas terhadap cairan, malabsorpsi, dan mekanik (Widoyono, 2008).

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger) (Widoyono, 2008).

Faktor risiko terjadinya diare adalah:

1. Faktor perilaku Menurut Depkes RI (2005), faktor perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare adalah sebagai berikut:a. Kebiasaan cuci tanganKebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi makan anak dan sesudah makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.b. Kebiasaan membuang tinjaMembuang tinja harus dilakukan secara bersih dan benar.Banyak orang beranggapan bahwa tinja tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Tinja yang dibuang secara tidak benar inilah yang anntinya akan menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit, termasuk diare.c. Menggunakan air minum yang tercemarAir mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah.Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat peyimpanan tidak tertutup atau tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.Untuk mengurangi risiko terhadap diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi. Salah satu caranya yaitu dengan merebus air hingga mencapai suhu 1000 C sebelum dikonsumsi.d. Menggunakan jambanPenggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penularan risiko terhadap penyakit diare.Keluarga yang tidak mempunyai jamban sebaiknya membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Bila tidak mempunyai jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak tempat anak-anak bermain dan harus berjarak kurang lebih 10 meter dari sumber air, serta hindari buang air besar tanpa alas kaki.e. Penggunaan botol susuPenggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman, karena botol susu susah dibersihkan. Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Widoyono, 2008).

2. Faktor lingkungan Faktor lingkungan antara lain: a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK) b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk (Widoyono, 2008).

Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Depkes RI, 2011).Menurut Mansjoer (2001), diare akibat infeksi ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan makanan atau minuman yang masuk terkontaminasi tinja ditambah ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang bahkan disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah melalui transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi, tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile), atau melalui aktifitas seksual.Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni yang dapat menginduksi diare. Patogenesis diare yang disebabkan karena infeksi bakteri terbagi dua, yaitu :1. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada usus halus namun tidak merusak mukosa. Bakteri yang termasuk golongan ini adalah V. cholera, Enterotoksigenik E.coli, C.perfingers, S.aureus, dan vibrio-nonaglutinabel. Secara klinis, diare berupa cairan dan meninggalkan dubur seara deras dan banyak. Keadaan seperti ini disebut diare sekretorik isotonik voluminal.2. Bakteri enteroinvasifDiare yang menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lender dan darah. Bakteri yang termasuk golongan ini adalah enteroinvasive E.coli, S.paratyphi B,S. typhimurium, S.enteriditis, S. choleraesuis, Shigela, Yersinia dan C.perfingers Tipe C (Sudoyo,2009).Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan mekanisme berikut ini:1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.2. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang yang memakannya.3. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko diare adalah:a. Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI ekslusif lagi. (ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja sewaktu bayi berusia 0-4 bulan). Hal ini akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian karena diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap infeksi.b. Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi. Pemakaian botol akan meningkatkan risiko pencemaran kuman, dan susu akan terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat berkembang bila susu tidak segera diminum.c. Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan peralatan makanan yang merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan mikroba.d. Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah buang air besar (BAB) akan memungkinkan kontaminasi langsung (Widoyono, 2008).

2.6 DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.AnamnesisKeluhan diare biasanya berlangsung kurang dari 15 hari. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam dan tinja yang sering, bisa air, malabsortif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Pasien yang memakan toksin atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas mengalami nausea dan muntah sebagai gejala prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang mengalami demam. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan (Sudoyo,2009). Pemeriksaan FisikKelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan clue bagi penentuan etiologi (Sudoyo,2009).Pemeriksaan PenunjangPada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut antara lain pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum, dan kreatinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan Enzym-linked immunosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis dan foto x-ray abdomen. (Sudoyo,2009)

2.7 Penatalaksanaan DiareRehidrasiAspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan sendok teh garam, sendok teh baking soda, dan 2 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin. (Khalid, 2004)Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara : BJ plasma, dengan memakai rumus :

Kebutuhan cairan = BJ Plasma 1,025 X Berat badan (Kg) X 4 ml 0,001 Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis : - Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB - Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB - Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberi penilaian/skor (tabel 1) Tabel 1. Skor Daldiyono- Rasa haus/muntah (1) - Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg (1) - Tekanan darah sistolik < 60 mmHg (2) - Frekwensi Nadi> 120 x/menit (1) - Fesadaran apatis (1) - Kesadaran somnolen, sopor atau koma (2) - Frekwensi nafas > 30 x/menit (1) - Facies cholerica (2) -Voxcholerica (2) - Turgor kulit menurun (1) - Washers womans hand (1) - Ekstremitas dingin (1) - Sianosis (2) - Umur 50-60 tahun (-1) - Umur> 60 tahun (-2)

Kebutuhan cairan = Skor X 10% X KgBB X 1 liter 15Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama 3 disertai syok diberikan cairan per intravena. (Sudoyo,2009)AntibiotikPemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Obat pilihan yaitu kuinolon (missal siprofloksasin 500 mg 2 x/hari selama 5-7 hari). Obat ini baik terhadap bakteri pathogen invasif termasuk Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, dan Aeromonas species. Sebagai alternatif yaitu kotrimoksazol. Metronidazol 250 mg 3 x/hari selama 7 hari diberikan bagi yang dicurigai giardiasis. (Sudoyo,2009)Obat AntidiareObat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala:a. Yang paling efektif yaitu derivat opioid misal loperamide, difenoksilat-atropin dan tinktur opium.b. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti.c. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/hari (Sudoyo,2009)DietPasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan justru minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, kripik dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi laktase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alkohol harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus. (Sudoyo,2009)

2.8 Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Terjadinya DiareSumber air minumAir sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan masak air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2003).Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2000). Abdullah (1987) menyimpulkan bahwa penduduk disuatu daerah yang tidak menggunakan air bersih, akan memiliki kecenderungan menderita penyakit diare. Hal ini sejalan dengan penelitian Munir (1983) yang menyatakan bahwa penyediaan air bersih dapat menurunkan risiko diare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang memanfaatkan air bersih dari sumber yang memenuhi syarat kesehatan angka kejadian diarenya lebih sedikit bila dibandingkan dengan keluarga yang memanfaatkan air dari sumber yang tidak memenuhi syarat kesehatan. (Notoatmodjo, 2003). Menurut Depkes RI (2000), hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah:1. Mengambil air dari sumber air yang bersih.2. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.3. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran seperti septiktank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter.4. Mengunakan air yang direbus.5. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup.

Jenis tempat pembuangan tinjaPembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penulurannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Menurut Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah :1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya,2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,3. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya,4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya,5. Tidak menimbulkan bau,6. Pembuatannya murah, dan7. Mudah digunakan dan dipelihara.

Pembuangan sampahSampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang berasal dari rumah tangga atau hasil proses industri. Jenis-jenis sampah antara lain, yakni sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan. Cara pengolahan sampah antara lain sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2003).1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah. Pengumpulan sampah diperlukan tempat sampah yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak mudah rusak, harus tertutup rapat, ditempatkan di luar rumah. Pengangkutan dilakukan oleh dinas pengelola sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA)2. Pemusnahan dan pengelolaan sampahDilakukan dengan berbagai cara yakni, ditanam (Landfill), dibakar (Inceneration), dijadikan pupuk (Composting)PerumahanKeadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan higiene dan sanitasi lingkungan. Adapun syarat-syarat rumah yang sehat ditinjau dari ventilasi, cahaya, luas bangunan rumah, Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat sebagai berikut : (Notoatmodjo, 2003).1. VentilasiFungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar dan untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen.. Luas ventilasi kurang lebih 15-20 % dari luas lantai rumah2. CahayaRumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Penerangan yang cukup baik siang maupun malam 100-200 lux.3. Luas bangunan rumahLuas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5-3 m2 untuk tiap orang. Jika luas bangunan tidak sebanding dengan jumlah penghuni maka menyebabkan kurangnya konsumsi O2, sehingga jika salah satu penghuni menderita penyakit infeksi maka akan mempermudah penularan kepada anggota keluarga lain.4. Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehatRumah yang sehat harus memiliki fasilitas seperti penyediaan air bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan sampah, pembuangan air limbah, fasilitas dapur, ruang berkumpul keluarga, gudang, kandang ternakAir limbah Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit terutama kolera, diare, typus, media berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, tempat berkembangbiaknya nyamuk, menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak sedap, sebagai sumber pencemaran air permukaan tanah dan lingkungan hidup lainnya, mengurangi produktivitas manusia, karena bekerja tidak nyaman (Notoatmodjo, 2003).Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut diperlukan kondisi, persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut tidak mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan tanah, tidak mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga, tikus dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor, tidak terbuka kena udara luar sehingga baunya tidak mengganggu (Notoatmodjo, 2003).

2.8 Pencegahan Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia. (Khalid,2004)Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air. (Khalid,2004)Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak. (Khalid,2004)

BAB IIILAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIENNama Pasien: Aq.NuriniUmur: 80 tahunJenis kelamin: Laki-lakiAlamat: Karang Duntal, Gerimak Indah, NarmadaKunjungan ke PKM: 7 Agustus 2014Identitas keluarga: Kakek dari keluarga dari Laki-laki

Istri

NamaIq.Tari

Umur70 Th

Pendidikan/Berapa tahunSMA

PekerjaanPedagang Sayur Keliling

Anak (laki-laki)Menantu (perempuan)

NamaAhmad Syaiful BasriSuryan

Umur40 th38 th

PendidikanSMASD

PekerjaanPedagang BaksoIRT

Cucu 1Cucu 2

NamaNurul HumaeniSiti Saoni

Umur19 th17 th

PendidikanSMASMA (kelas 1)

PekerjaanSiswiSiswi

Cucu 3Cucu 4

NamaSyaifulSaputri

Umur14 th9 bln

PendidikanSMP (kelas 1)-

PekerjaanSiswa-

II. ANAMNESIS Keluhan utama: Mencret

Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien mengeluhkan mencret sejak 3 hari yang lalu. Mencret terjadi 5-10 kali sehari sebanyak setengah sampai satu gelas belimbing setiap kali mencret, konsistensi cair, ampas (+), lendir (-), darah (-), dan tidak berbau busuk. Pasien juga dikeluhkan demam pada malam harinya sebelum terjadinya mencret pada pagi hari. Demam tiba-tiba terjadi dan langsung tinggi, terus menerus sepanjang hari, menggigil (-), berkeringat (-), batuk (-), pilek (-). Mual dan muntah (-), namun pada hari pertama mencret pasien mengeluhkan mual dan muntah sebanyak 3 kali. BAK (+) 3 kali sehari, warna kuning, darah (-).

Riwayat Penyakit Dahulu :Pasein sebeumnya pernah menderita diare (lebih dari setahun), dan setelah berobat ke puskesmas diare membaik. Riwayat penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gula darah disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga :6 orang anggota keluarga, kecuali cucu pasien yang berusia 9 bulan dan istri pasien, mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Dimana sebelum mencret seluruh anggota keluarga menderita panas terlebih dahulu, sebelum kemudian mencret. Anak pasien, Tn Ahmad Syaiful Basri bahkan mencret sampai 10 hari, sebelum akhirnya sembuh lalu diikuti oleh anggote keluarga yang lain dan yang terakhir adalah pasien sendiri

Riwayat Sosial, ekonomi dan Lingkungan : Riwayat SosialPasien adalah orang tua dari Bp. Ahmad Syaiful Basri. Pasien tinggal dirumah ber-delapan dengan istri, anak laki-laki, menantu, dan 4 orang cucu.

Riwayat Lingkungan Rumah tinggal pasien terdiri dari 3 kamar tidur, dan 1 ruang keluarga sekaligus sebagai ruang tamu dan pada malam hari juga dipakai untuk ruang tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan 1 gudang. Luas rumah pasien 10 x 10 meter, rumah pasien tidak memiliki pekarangan, jarak rumah pasien dengan rumah tetangga sebelah barat 0,5 meter, sebelah timur 2 meter, belakang 0.5 meter dan bagian depan 1 meter. Terdapat masing-masing 1 jendela pada setiap kamar, namun hanya 2 buah jendela kamar tidur yang mendapat pencahayaan yang cukup, sedangkan untuk ruang keluarga dan 1 buah jendela kamar tidur lainnya sedikit bahkan tidak mendapatkan cahaya sama sekali. Jendela di rumah pasien selalu dibuka setiap pagi harinya. Ventilasi di rumah pasien hanya berupa jendela sebanyak 4 buah. Lantai rumah pasien terbuat dari semen, dinding rumah berupa tembok, atap rumah terbuat dari seng dan tidak memiliki plafon. Sumber air minum berasal dari PAM, air biasanya langsung diminum dan tidak direbus. Namun, setelah hampir seluruh anggota keluarga mencret, 1 hari yang lau pasien mulai memasak air yang diminum. Kamar mandi sekaligus jamban terletak dalam rumah disamping dapur. Kamar mandi menggunakan bak sebagai penampung air. Lantai kamar mandi terbuat dari semen, begitu juga dinding bak terbuat dari semen. Kamar mandi ini juga digunakan oleh tetangga sekitar, karena tetangga sekitar masih ada yang belum memiliki kamar mandi. Untuk mencuci piring dan alat dapur juga digunakan air PAM. Di teras rumah, pasien juga memelihara ayam yang dikurung di dalam sangkar ayam. Di teras rumah juga biasanya tempat dimana pasien mengatur barang dagangan istri pasien berupa sayur-sayuran yang dijajakkan ke lingkungan sekitar. Setelah BAB atau sebelum makan, pasien dan keluarga tetap mencuci tangan dengan air, namun tidak menggunakan sabun. Walaupun pasien sudah mempunyai WC dan kamar mandi, namun jika mandi pasien lebih sering dikali, juga tempat mencuci baju pasien mencucinya di kali, karena menurut keluarga pasien biaya untuk pembayaran PAM bisa maha jika air digunakan untuk segala keperluan. Pasien juga buang air besar lebih sering dikai walaupun sudah memiliki jamban keluarga.

Riwayat Ekonomi Pendapatan keluarga berasal dari anak pasien yang bekerja sebagai pedagang bakso dan dari istri pasien yang bekerja sebagai pedagang keliling. Penghasilan per bulan Rp. 1.000.000, sampai Rp.1.500.000,-.

Riwayat pengobatan Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Riwayat alergi obat (-).

Ikhtisar Keluarga

PerempuanLaki-lakiPasienHub. KeturunanHub. PerkawinanTinggal Satu Rumah

III. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan UmumKeadaan Umum : BaikKesadaran/GCS: Composmentis/E4V5M6

Tanda Vital Tekanan Darah : 120/70Nadi : 88x/menit, kuat angkatRespirasi : 20x/menitSuhu : 36,8 C

Kepala:Kepala : Simetris, deformitas (-)Mata: Anemis -/-, ikterik -/-, mata cowong (-)Mukosa Mulut : Merah BasahWajah: sianosis (-)THT: Otorhea (-), rinorhea (-), deformitas (-)Leher: Pemb. KGB (-)

Thorax :Inspeksi: Kelainan bentuk (-), penggunaan otot bantu nafas (-), Bentuk simetris, gerakan simetrisPalpasi: Pergerakan simetrisPerkusi : Sonor di kedua lapangan paru, redup pada batas jantung. Auskultasi: S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-), Gallop (-), Suara nafas vesicular (+)/(+), Ronchi (-)/(-), wheezing (-)/(-), stridor (-)Abdomen :Inspeksi: Distensi (-)Auskultasi : BU (+) meningkatPerkusi : timpaniPalpasi: Supel, turgor normal, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.

Urogenital Tidak dievaluasiAnal-perianal Tidak dievaluasi

Ekstermitasatas : Edema (-/-), akral hangat (+/+), pembesaran KGB aksila (-/-)Ekstermitasbawah : Edema (-/-), akral hangat (+/+),

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG(-)

V. DIAGNOSIS Diare akut tanpa dehidrasi

VI. RENCANA KERJARencana Terapi Oralit setiap kali diare 350 cc Paracetamol, kalau perlu.

Gambar Denah Rumah Pasien

KAMAR 3KAMAR 2KAMAR 1WCDAPURTERAS RUMAHRUANG KELUARGA

Gambar Foto rumah pasien

Jarak dengan rumah tetanggaTeras Rumah

Kamar Tidur 1Ruang Keluarga

Tempat pembuangan sampah

Kamar Tidur 2Kamar Tidur 3

DapurLangit-langit Rumah

Keran AirWC

KERANGKA KONSEP MASALAH PASIEN

BIOLOGIS

Pasien umur 80 tahun masuk dalam kriteria lansia dimana kinerja sistem imun sudah menurun

PERILAKU

LINGKUNGAN

Pasien tidak mencuci tangan sebelum makan

Kandang ayam dilingkungan rumah, satu tempat dikumpulkannya makanan

Walaupun sudah memiliki jamban, pasien masih sering BAB di kali, mandi serta mencuci pakaian di kali DIARE

PELAYANAN KESEHATANKurangnya penyuluhan mengenai alur penularan diare serta pentingnya PHBS

BAB IVPEMBAHASAN

Aspek KlinisPada kasus ini, pasien adalah laki-laki berusia 80 tahun dengan keluhan utamanya adalah mencret. Mencret dengan frekuensi 5-10x/hari, dengan konsistensi cair, tidak ada darah ataupun lendir yang berlangsung sejak 3 hari sebelum ke puskesmas. Berdasarkan keadaan tersebut, pasien di diagnosis awal dengan diare akut. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari tiga kali perhari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya tanda-tanda dehidrasi pada pasien ini, keadaan umum pasien baik, mata cekung tidak ada, mukosa mulut terlihat basah, tekanan darah 120/70 mmHg, denyut nadi 88 x/menit, kuat angkat, pernapasan dalam batas normal, suhu tubuh normal yaitu 36,8C, pemeriksaan turgor kulit normal. Dari pemeriksaan abdomen juga didapatkan peristaltik usus meningkat. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis diare akut tanpa dehidrasi. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan feses lengkap (FL) pada kasus ini tidak perlu dilakukan karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarahkan bahwa diare ini bersifat akut dan berdasarkan literatur menunjukkan diare akut infektif. Hal ini didukung oleh adanya keluhan yang khas yaitu nausea, muntah, dan demam sebelumnya.ORT (Oral Rehydration Therapy) merupakan hal yang paling penting untuk mencegah dan mengobati kekurangan cairan dan elektrolit. Di Indonesia telah dibuat ORS yang diberi nama Oralit, yang berisi NaCl 0,7 g, KCl 0,3 g, trinatrium sitrat dihidrat 2,9 g serta glukosa anhidrat yang berbentuk serbuk dalam sachet, dimana setiap sachet untuk 200 ml air. Glukosa menstimulasi secara aktif transport Na dan air melalui dinding usus sehingga resorbsi air dalam usus halus meningkat 25 kali. Penggunaan ORS dengan formula WHO yang dilaksanankan dengan benar, dapat mengatasi dehidrasi akibat semua jenis diare pada semua kelompok umur.Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah sembuh. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampun menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrien. Pada kasus ini, faktor yang paling berperan dalam penularan diare ialah faktor perilaku dan lingkungan. Dari anamnesa diketahui bahwa pasien dan amak-anaknya meminum air yang tidak dimasak. Selain itu, pasien dan keluarga tidak terbiasa mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air. Untuk itu, selain menatalaksanai pasien dengan terapi sesuai tatalaksana diare tanpa dehidrasi, keluarga pasien juga diberi informasi mengenai cara penularan diare melalui perilaku mereka yang salah selama ini serta cara mencegahnya muncul lagi dikemudian hari.Dari pengamatan yang dilakukan selama tiga tahun terakhir, tampak angka kejadian diare secara keseluruhan berkurang. Hal ini mungkin disebabkan karena kesadaran orang mengenai cara penularan serta cara mencegah penularan diare semakin baik. Namun, angka kejadian diare ini biasanya meningkat di bulan tertentu dalan suatu tahun. Bulan-bulan ini adalah saat musim penghujan tiba, dimana lalat sebagai vektor kuman mulai banyak tumbuh dan mengkontaminasi makanan dan minuman

Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat Menurut teori H.L Blom terdapat empat faktor yang mendasari munculnya suatu penyakit. Faktor tersebut antara lain : faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor perilaku. Mengacu pada teori tersebut kejadian diare pada pasien ini dapat di jabarkan antara lain :1. Faktor biologiPada pasien ini, faktor biologis yang menyebabkan terjadinya diare adalah usia pasien yang sudah mencapai 80 tahun, dimana pada usia tua, status imun seseorang cennderung sudah sangat menurun sehingga mudah terkena infeksi.

2. Faktor LingkunganFaktor yang mempengaruhi terjadinya diare sebagian besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Seperti yang telah dijabarkan diatas, lingkungan rumah pasien termasuk lingkungan yang kurang sehat. Sumber air yang digunakan untuk minum tidak dimasak, di teras rumah pasien juga terdapat kandang ayam, yang juga menjadi tempat dikumpulkannya sayur-sayur dagangan istri pasien. Jarak antara rumah yang begitu dekat satu sama lain sehingga memudahkan terjadinya transmisi penyakit.

3. Faktor PerilakuKebiasaan tidak mencuci tangan menggunakan sabunKeefektifan mencuci tangan pada saat sebelum makan, sesudah makan, sebelum mempersiapkan makanan, sesudah BAK dan BAB pada pasien masih belum dilakukan. Pasien tetap melakukan rutinitas cuci tangan, namun pasien tidak menggunakan sabun. Hal ini dapat memudahkan penyebaran penyakit.

Pengolah makanan dan minuman yang tidak higienisPengolaham makanan dan minuman yang tidak higienis berperan dalam penularan diare misalnya makanan yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air minum yang tidak dimasak. Sumber air minum pasien ini adalah PAM dimana air untuk diminum tidak dimasak.

4. Faktor Pelayanan KesehatanKurangnya data surveillance diare yang menunjukkan orang yang terserang/ kelompok populasi yang terkena diare serta informasi tempat dan waktu kejadian diare di masyarakat sehingga para pengambil keputusan di bidang kesehatan dapat menetapkan cara penanganan yang tepat.

BAB VKESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Diare merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah di Puskesmas Narmada terlihat pada tahun 2013, diare masih masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak, yang mana tetap terjadi setiap tahunnya, dengan jumlah total penderita sebanyak 866.2. Munculnya diare pada pasien ini disebabkan oleh perilaku hidup bersih dan sehat yang berupa mencuci tangan, sarana air bersih dan matang.

Saran1. Melakukan sosialisasi berupa penyuluhan yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada masyarakat, terutama wilayah dengan masyarakat tingkat pendidikan serta sosio ekonomi yang masih rendah2. Mencuci tangan serta makanan dengan air mengalir dan dengan sabun secara benar3. Memakan makanan yang bergizi, tidak berlebihan dan buah-buahan yang bersih agar terhindar dari diare.4. Mendorong keluarga untuk mengupayakan selalu tersedianya air masak di dalam keluarganya.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, R. I., 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta : Ditjen PPM dan PL.Depkes, R.I., 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Ditjen PPM dan PL.Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS., 2010. Buku Ajar Gastroenterohepatologi. Jilid 1. Jakarta : UKK Gastroenterohepatologi IDAIKhalid, Zein dkk. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Fakultas Kedokteran Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Sumatera UtaraKementrian Kesehatan RI., 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaNotoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.Sudoyo, Aru W. dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.Tim Penyusun, 2013, Profil Kesehatan Puskesmas Narmada Tahun 2013. Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok BaratTim Penyusun, 2013, Laporan Tahunan Puskesmas Narmada Tahun 2013. Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok BaratWidoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.