Top Banner
Karaktristik Kimia Lipida Laporan Praktikum Biokimia Disusun oleh : Praktikan : Alfonsa Ratna Pertiwi (2011-21- 001) Koordinator Praktikum : F.X Prastowo Agung Putranto, S.TP Sada Rasmada Waktu Percobaan : Selasa, 25 September 2012 Pukul 08.00 - 14.00 Kode - Nama Mata Kuliah : B21 – 201 Kimia Pangan Program Studi : Prodi. S1 Ilmu Gizi STIK Sint Carolus 1
28

Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

Aug 05, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

Karaktristik Kimia Lipida

Laporan Praktikum Biokimia

Disusun oleh :

Praktikan : Alfonsa Ratna Pertiwi (2011-21-001)

Koordinator Praktikum : F.X Prastowo Agung Putranto, S.TP

Sada Rasmada

Waktu Percobaan : Selasa, 25 September 2012 Pukul 08.00 - 14.00

Kode - Nama Mata Kuliah : B21 – 201 Kimia Pangan

Program Studi : Prodi. S1 Ilmu Gizi STIK Sint Carolus

PRODI S1 ILMU GIZI

SEKOLAH ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS

JAKARTA

2012

1

Page 2: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

Abstrak

Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan, dengan kandungan

yang berbeda – beda. Lemak dan minyak juga mempunyai karaktristik kimia yang

berbeda – beda yang akan kita uji dalam praktikum kali ini. Penentuan kelautan

lemak dilakukan dengan cara mengambil masing – masing sampel 4 ml dan

dilarutkan dalam pelarut hexane, aseton, alkohol 70%, benzene dan aquades.

Diperoleh hasil bahwa minyak dan lemak larut dalam pelarut non polar dan semi

polar seperti aseton, benzene dan hexane. Uji kedua yaitu penentuan smoke point

dengan memanaskan masing-masing sampel hingga terbentuk asap, minyak

jagung memiliki smoke point yang tinggi yang menandakan bahwa minyak ini

mempunyai kualitas yang masih bagus. Praktikum ketiga yaitu identifikasi

akrolein dengan penambahan larutan KHSO4 pada 0,5 ml masing-masing sampel

lalu dipanaskan. Akrolein ini merupakan senyawa yang menyebabkan rasa gatal

pada tenggorokan, minyak gliserin dan minyak jelanta positif mengandung

akrolein. Praktikum keempat yaitu penentuan angka peroksida dengan

menambahkan campuran larutan asam asetat-chloroform 3:2 pada 5 gram masing

– masing sampel, minyak jelanta memiliki angka peroksida yang lebih tinggi,

semakin tinggi angka peroksida berarti semakin menurun mutu minyak tersebut.

Kata kunci : Kelarutan Lipid, Lemak dan Minyak, Nonpolar dan Semipolar,

Smoke Point, Akrolein, Angka Peroksida.

2

Page 3: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Lemak dan minyak termasuk dalam salah satu golongan lipid, yaitu lipid netral.

Lemak dan minyak dapat di komsumsi (edible fat) dan sumbernya dapat berasal

dari hewani dan nabati. Lemak dan minyak merupakan zat maknaan yang penting

bagi tubuh manusia Lemak dan minyak nabati merupakan lemak dan minyak yang

bersal dari tumbuh-tumbuhan sedangkan lemak dan minyak hewani berasal dari

hewan.

Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi yang efektif dan cadangan

makanan, dan juga merupakan pelarut bagi vitamin A, D, E dan K. Lemak

merupakan bahan makanan yang kaya energi. Lemak yang pada suhu kamar

berupa cairan, lazim disebut minyak. Minyak biasanya berasal dari tumbuhan

seperti minyak kelapa, minayak jagung dan minyak zaitun.

Wujud lemak berkaitan dengan asam lemak pembentukannya. Lemak yang

berbentutk cair (minyak) banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Sedangkan

lemak yang berbentuk padat lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Asam

lemak jenuh mempunyai titik cair yang lebih tinggi dari pada asam lemak tak

jenuh. Lemak dan minyak memiliki sifat kelarutan yang sama, yaitu nonpolar.

1.2 Tujuan

2.1 Mengidentifikasi kelarutan lipida dalam berbagai solvent (zat pelarut).

2.2 Menentukan smoke point pada minyak baru dan minyak bekas.

2.3 Mengidentifikasi akrolein pada minyak baru dan minyak jelanta.

2.4 Menentukan angka peroksida pada minyak baru dan minyak jelanta.

3

Page 4: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

1.3 Manfaat

Praktikum kali ini bermanfaat bagi kita calon-calon ahli gizi agar bisa mengetahui

karaktristik kimia lemak, yang sangat erat kaitannya dengan makanan dan juga

kesehatan, seperti contohnya kandungan akrolien pada minyak jelanta yang bisa

menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan.

4

Page 5: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

2. Dasar Teori

2.1 Kelarutan Lipid

Lipid atau trigliserida merupakan bahan bakar utama hampir semua organisme

disamping karbohidrat. Trigliserida adalah triester yang terbentuk dari gliserol dan

asam-asam lemak. Asam-asam lemak jenuh ataupun tidak jenuh yang dijumpai

pada trigliserida, umumnya merupakan rantai tidak bercabang dan jumlah atom

karbonnya selalu genap.

Ada dua macam trigliserida, yaitu trigliserida sederhana dan trigliserida

campuran. Trigliserida sederhana mengandung asam-asam lemak yang sama

sebagai penyusunnya, sedangkan trigliserida campuran mengandung dua atau tiga

jenis asam lemak yang berbeda. Pada umumnya, trigliserida yang mengandung

asam lemak tidak jenuh bersifat cairan pada suhu kamar, disebut minyak,

sedangkan trigliserida yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat yang

sering disebut lemak.

Trigliserida bersifat tidak larut dalam air, namun mudah larut dalam pelarut

nonpolar seperti kloroform, benzena, atau eter. Trigliserida akan terhidrolisis jika

dididihkan dengan asam atau basa. Hidrolisis trigliserida oleh basa kuat (KOH

atau NaOH) akan menghasilkan suatu campuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol.

Hidrolisis trigliserida dengan asam akan menghasilkan gliserol dan asam-asam

lemak penyusunnya.

Trigliserida dengan bagian utama asam lemak tidak jenuh dapat diubah secara

kimia menjadi lemak padat oleh proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya.

Jika terkena udara bebas, trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh

cenderung mengalami autooksidasi. Molekul oksigen dalam udara dapat bereaksi

dengan asam lemak, sehingga memutuskan ikatan gandanya menjadi ikatan

tunggal. Hal ini menyebabkan minyak mengalami ketengikan.

5

Page 6: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

Kelas lipida yang lain adalah steroid dan terpen. Steroid merupakan molekul

kompleks yang larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling bergabung.

Steroid yang paling banyak adalah sterol yang merupakan steroid alkohol.

Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan. Kolesterol dan senyawa

turunan esternya, dengan asam lemaknya yang berantai panjang adalah komponen

penting dari plasma lipoprotein.

2.2 Smoke Point

Bila suatu lemak dipanaskan, pada suhu tertentu timbul asap tipis kebiruan. Titik

ini disebut titik asap (smoke point). Bila pemanasan diteruskan akan tercapai flash

point, yaitu minyak mulai terbakar (terlihat nyala). Jika minyak sudah terbakar

secara tetap disebut fire point. Suhu terjadinya smoke point ini bervariasi dan

dipengaruhi oleh jumlah asam lemak bebas. Jika asam lemak bebas banyak, ketiga

suhu tersebut akan turun. Demikian juga bila berat molekul rendah, ketiga suhu

itu lebih rendah. Ketiga sifat ini penting dalam penentuan mutu lemak yang

digunakan sebagai minyak goreng (Winarno, 2002).

Titik asap adalah temperatur pada saat minyak atau lemak menghasilkan asap tipis

yang kebiru-biruan pada pemanasan tersebut. Titik asap, titik nyala dan titik api

adalah kriteria mutu yang terutama penting dalam hubungannya dengan minyak

yang digunakan untuk menggoreng (Ketaren, 1986).

Minyak yang telah terhirolisis, smoke point-nya menurun, bahan-bahan menjadi

coklat, dan lebih banyak menyerap minyak. Selama penyimpanan dan pengolahan

minyak atau lemak, asam lemak bebas bertambah dan harus dihilangkan dengan

proses pemurnian dan deodorisasi untuk menghasilkan minyak yang lebih baik

mutunya (Winarno, 2002).

6

Page 7: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

2.3 Senyawa Akrolein

Uji kualitatif lipid adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol

dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau

akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia (2008), uji akrolein digunakan untuk

menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah

ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian

gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal

sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan

ditandai dengan asap putih. Gliserol pada lipid yang terhidrolisis lebih lanjut akan

membentuk senyawa akrolein, senyawa ini merupakan aldehid yang mudah

terbakar, sangat reaksif dengan banyak senyawa kimia dapat menimbulkan rasa

gatal ditenggorokan dan sangat beracun. Hidrolisis sangat mudah terjadi pada

minyak yang memiliki asam lemak yang rendah (<C14) seperti minyak kelapa,

minyak kelapa sawit, mentega.

2.4 Angka Peroksida apada lipid

Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi dan

hidrolitik, baik ensimatik maupun non-ensimatik. Di antara kerusakan minyak

yang mungkin terjadi ternyata kerusakan karena autooksidasi yang paling besar

pengaruhnya terhadap cita rasa. Hasil yang diakibatkan oksidasi lemak antara lain

peroksida, asam lemak, aldehid dan keton. Bau tengik atau ransid terutama

disebabkan oleh aldehid dan keton. Untuk mengetahui tingkat kerusakan minyak

dapat dinyatakan sebagai angka peroksida atau angka asam thiobarbiturat (TBA)

(Sudarmadji et. al., 1989).

Bilangan peroksida didefiniskan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap 1000

g (1 kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida ini menunjukan tingkat

kerusakan lemak atau minyak (Rohman, 2007).

Penentuan peroksida kurang baik dengan cara iodometri biasa meskipun

peroksida bereaksi sempurna dengan alkali iod. Hal ini disebabkan karena

7

Page 8: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

peroksida jenis lainnya hanya bereaksi sebagian. Di samping itu dapat terjadi

kesalahan yang disebabkan oleh reaksi antara alkali iodida dengan oksigen dari

udara (Ketaren, 1986).

Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif akan

mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap).

Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun.

8

Page 9: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

3. Metodologi

3.1 Alat dan Bahan yang digunakan :

3.1.1 Identifikasi Kelarutan Lipida

Alat Bahan Kimia

Tabung reaksi Margarin

Pipet tetes Minyak kelapa

Gelas beker 50 ml Minyak jagung/kedelai

Gelas ukur Aquades

Alkohol 70% 4 ml

Aseton 4 ml

Hexane 4 ml

Benzene 4 ml

3.2.2 Penentuan Smoke Point

Alat Bahan

Gelas beker Minyak kelapa

Hot plate Minyak jagung/kedelai

Termometer Minyak jelanta

3.2.3 Identifikasi Akrolein

9

Page 10: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

Alat Bahan

Tabung reaksi Minyak baru

Pipet tetes Minyak jelanta

Gelas beker 50 ml KHSO4

Gelas ukur kecil Gliserin

3.2.4 Penentuan Angka Peroksida

Alat Bahan

Timbangan analitik Minyak baru

Erlenmeyer 250 ml Minyak jelanta

Alumunium foil Asam asetat : khloroform

(2 : 3)

Pipet mohr Larutan Kl jenuh

Corong kaca Na2S2O3 0,1 N

Buret + statif + klep Larutan amilum 1%

Aquades

3.2 Cara Kerja

10

Page 11: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

3.2.1 Identifikasi Kelarutan Lipida

3.2.2 Identifikasi Akrolein

3.2.3 Penentuan Smoke Point

11

Siap 5 tabung reaksi

Tabung 1, isi 4 ml aquades & 1 ml sampel

Tabung 2, isi 4 ml alkohol 70% & 1 ml sampel

Tabung 3, isi 4 ml aseton & 1 ml sampel

Tabung 4, isi 4 ml hexane & 1 ml sampel

Tabung 5, isi 4 ml benzene & 1 ml sampel

Siapkan 3 tabung reaksi

Tabung 1 isi 0,5 ml minyak baru & 1 ml KHSO4

Tabung 1 isi 0,5 ml minyak bekas & 1 ml KHSO4

Tabung 1 isi 0,5 ml gliserin & 1 ml KHSO4

Panaskan, amati, catat semua perubahan yang terjadi

Gojog, amati & catat semua perubahannya

Bandingkan hasil kelarutan tiap sampel yang diuji

Page 12: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

3.2.4 Penentuan Angka Peroksida

Angka peroksida = ml Na2S2O3 (sampel-blangko) x N Na2S2O3 X 1000 / berat sampel

(gram)

4. Hasil dan Pembahasan

12

20 ml sampel kegelas beker

Pasang termometer untuk membaca suhu

Panaskan sampel hingga mulai timbul asap

Catat suhunya

Bandingkan ketiga sampel yang diuji

+ 30 ml asam asetat – choloroform (3:2), goyang sampai larut semua

Timbang 5+-0,05 gr sampel dalam 250 ml anlenmeyer bertutup

+ 0,5 ml larutan jenuh Kl

Diamkan 1 menit, kadangkala digoyang

+ 30 ml aquades

Titrasi dengan 0,1 N Na2S2O3 hingga warna kuning hampir hilang

+ 0,5 ml larutan pati 1%, titrasi sampai warna biru hampir hilang

Angka peroksida dinyatakan dalam mili-ekquivalen, dari peroksida dalam setiap 1000 gr contoh

Page 13: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

4.1 Hasil Percobaan

4.1.1 Identifikasi Kelarutan Lipida

Jenis Sampel Jenis Pelarut Kelarutan

Aquades Tidak larut

Alkohol 70% Tidak larut

Aseton -

Hexane Larut

Benzene Larut

Aquades Tidak larut

Alkohol 70% Tidak larut

Aseton -

Hexane Larut

Benzene Larut

Aquades Tidak larut

Alkohol 70% Tidak larut

Aseton -

Hexane Larut

13

Page 14: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

Benzene Larut

Kesimpulan : Lipida bersifat tidak larut dalam larutan polar seperti air dan

alkohol, tetapi larut dalam larutan nonpolar seperti benzene dan hexzane.

4.1.2 Penentuan Smoke Point

Jenis sampel Suhu smoke point (0C)

Minyak kelapa 185 – 1900C

Minyak jagung 200 – 2080C

Minyak jelanta 175 – 1780C

Kesimpulan : Pada uji sampel, terlihat bahwa yang memiliki smoke point paling

kecil yaitu minyak jelanta yang menandakan pada minyak jelanta sudah banyak

terhidrolisis. Dari segi kualitas berdasarkan smoke point minyak yang memiliki

smoke point tinggi merupakan minyak yang bermutu baik yaitu minyak jagung.

4.1.3 Identifikasi Akrolein

Jenis sampel Hasil pengamatan

14

Page 15: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

0,5 ml minyak baru

+ 1 ml KHSO4

Sebelum pemanasan : minyak baru & KHSO4 terbagi atas

2 fase, terlihat jelas pemisahanya.

Setelah pemanasan : Larutan terbagi menjadi 2 fase dan

tambah terlihat jelas.

0,5 ml minyak

jelanta + 1 ml

KHSO4

Sebelum pemanasan : larutan terpisah 2 fase, minyak

berwarna orange & KHSO4 berwarna kuning.

Sesudah pemanasan : tetap menjadi 2 fase, namun warna

minyak menjadi kuning muda.

0,5 ml gliserin + 1

ml KHSO4

Sebelum pemanasan : Larutan tercampur menjadi satu.

Setelah pemanasan : Sama seperti sebelum pemanasan,

larutan tercampur menjadi satu.

Kesimpulan : Minyak gliserin terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak.

Gliserol yang mengalami hidrolisis lebih larut dan menghasilkan senyawa

akrolein yang dapat menimbulkan rasa gatal ditenggorokan.

4.1.4 Penentuan Angka Peroksida

Sampel ml Na2S2O3 N (Na2S2O3) Angka

15

Page 16: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

peroksidaJenis Berat (g) Titrasi

sampel

Titrasi

blanko

Minyak

baru

5 54,5 18,6 0,1 1462

Minyak

jelanta

5 50 5 0,1 1100

Kesimpulan : Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan, maka angka

peroksida minyak jelanta lebih kecil dibandingkan minyak baru.

4.2 Pembahasan

Dari percobaan pertama yang telah dilakukan yaitu dengan melakukan pengujian

uji kelarutan / daya larut, dapat diketahui bagaimana kelarutan lemak dan minyak

16

Page 17: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

direaksikan dengan beberapa larutan dan dilakukan dengan beberapa perlakuan.

Pada percobaan uji kelarutan / daya larut, disini digunakan minyak jagung,

minyak kelapa dan minyak jelanta sebagai sampel. Pengujian pertama minyak

diuji dengan aquades yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Hasilnya minyak

dan aquades tadi tidak bisa menyatu, sehingga dapat disimpulkan bahwa minyak

bersifat nonpolar atau tidak menyatu dengan larutan polar atau air. Selanjutnya

dilakukan pengujian minyak dengan larutan etanol atau alkohol 70%, disini etanol

bersifat semipolar, yaitu dapat bereaksi dengan larutan polar maupun nonpolar.

Setelah minyak direaksikan dengan etanol dapat dilihat reaksinya yaitu terbentuk

2 fase dimana etanol berada dilapisan atas. Etanol hanya dapat bereaksi / larut

sebagian dengan minyak karena sifat semipolarnya. Reaksi selanjutnya yaitu

mereaksikan minyak dengan larutan aseton. Dimana aseton bersifat semipolar,

sehingga ketika minyak direaksikan dengan aseton keduanya dapat menyatu atau

terbentuk 1 fase, karena sifatnya sama semipolar sehingga keduanya dapat

bereaksi dengan baik. Lalu minyak sebagai sampel diuji dengan larutan hexsan,

hasilnya terbentuk 1 fase / bercampur dan perlakuan minyak dengan larutan

benzene juga dihasilkan minyak dan benzene membentuk 1 fase/ bercampur.

Kedua hal ini bisa terjadi karena benzene dan hexane adalah larutan yang non

polar, karena lipida hanya larut dalam pelarut non polar.

Praktikum kedua yaitu Pada penentuan titik asap pada minyak goreng, sampel

yang digunakan sama seperti pada penentuan uji kelarutan lipida. Tujuan dari

penentuan titik asap ini adalah untuk mengetahui mutu minyak goreng yang baik.

Pada penentuan titik asap ini dilakukan dengan memanaskan sampel minyak

sebanyak 20 ml dalam gelas beker di atas hot plate hingga terbentuk asap tipis.

Dari hasil pengamatan maka diperoleh data seperti yang tersaji. Berdasarkan data

yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa pada sampel minyak jagung

memiliki smoke point paling tinggi, hal ini dikarenakan minyak yang masih baru

menunjukan mutu yang masih bagus yang ditandai dengan waktu yang

dibutuhkan untuk mencapai titik asap yang lama pada suhu 2000 – 2080C.

Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk membentuk asap dan semakin tinggi

17

Page 18: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

akan menunjukkan bahwa semakin bagus kualitas dari minyak tersebut. Sampel

minyak jelanta, waktu yang dibutuhkan untuk membentuk asap jauh lebih cepat

dan suhunya juga lebih kecil yaitu 1750-178oC . Hal ini dikarenakan minyak bekas

telah mengalami pemanasan berulang dimana pemanasan berulang akan

menyebabkan penurunan titik asap sehingga menurunkan kualitas minyak.

Pemanasan berulang juga akan mengakibatkan perubahan oksidatif dan hidrolitik

pada lemak dan mengakibatkan akumulasi substansi yang akan memberikan

flavour yang tidak disukai pada makanannya.

Praktikum ketiga yang kita uji adalah identifikasi senyawa akrolein pada minyak

jagung, minyak jelanta dan gliserin. Pada hasil uji akrolein, pada tabung 2 dan 3

yang berisi larutan gliserin, minyak jelanta dan 1 ml KHSO4 kemudian

diidentifikasi sebelum pemanasan dan sesudah pemanasan, diperoleh hasil bahwa

gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam gliserin dan minyak jelanta

akan mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein. Senyawa

pendehidrasi dalam uji ini adalah KHSO4 yang menarik molekul air dari gliserol.

Hasil uji akrolein menunjukkan bahwa gliserin dan minyak jelanta diuji

memberikan bau yang tajam yang diidentifikasi oleh praktikan sebagai bau

akrolein. Pada teorinya, hanya gliserol dalam bentuk bebas atau yang terikat

berupa senyawa yang akan membentuk akrolein, sedangkan asam-asam lemak

tidak. Gliserol yang terhidrolisis lebih lanjut akan membentuk senyawa akrolein,

senyawa ini merupakan aldehid yang mudah terbakar, sangat reaksif dengan

banyak senyawa kimia dapat menimbulkan rasa gatal ditenggorokan dan sangat

beracun. Hidrolisis sangat mudah terjadi pada minyak yang memiliki asam lemak

yang rendah (<C14) seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, mentega.

Menurut Rusdy (2008), minyak goreng yang telah digunakan, akan mengalami

beberapa reaksi yang menurunkan mutunya. Pada suhu pemanasan sampai

terbentuk akrolein. Bila minyak digunakan berulang kali, maka semakin cepat

terbentuk akrolein sehingga membuat batuk orang yang memakan hasil

gorengannya.

18

Page 19: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

Praktikum keempat yaitu kita menentukan angka peroksida dari minyak jagung

dan minyak jelanta. Perlakuan yang kita lakukan adalah dengan melarutkan 5

gram sampel dalam campuran asam asetat : chloroform (3 : 2) yang mengandung

kl maka akan terjadi pelepasan iod. Pada sampel minyak jelanta seharusnya

memiliki angka peroksida lebih tinggi dibandingkan dengan minyak jagung yang

masih baru. Hal ini dikarenakan adanya proses pemanasaan yang menyebabkan

minyak akan cepat rusak yang menyebabkan penurunan mutu yang ditandai

tingginya nilai bilangan peroksida. Tetapi pada praktikum diperoleh angka

perosida paling tinggi pada minyak jagung, hal ini terjadi karena kesalahan dari

pihak praktikan yang kurang teliti dalam menghitung jumlah larutan yang

diperlukan. Jadi, semakin tinggi angka peroksida maka mutu minyak tersebut

semakin menurun.

5.Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

19

Page 20: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

1. Minyak atau lemak memiliki daya larut yang sama, yaitu tidak dapat larut

dalam pelarut polar, namun bereaksi atau larut dalam pelarut nonpolar. Jadi

dapat disimpulkan lemak dan minyak merupakan larutan nonpolar.

2. Bilangan peroksida tertinggi diperoleh pada minyak jelanta, semakin tinggi

bilangan peroksida maka semakin rendah kualitas dari minyak.

3. Titik asap yang paling lama dan tinggi adalah pada sampel minyak jagung baru

yaitu pada suhu2000 – 2080C. Semakin lama waktu pemanasan dan semakin

tinggi smoke pointnya maka semakin bagus mutu minyak.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak antara lain adanya reaksi

oksidasi dan hidrolisis.

5. Senyawa akrolein itu terbentuk pada minyak yang sudah terhidrolisis, sehingga

gliserol yang mengalami hidrolisis lebih lanjut membentuk senyawa akrolein,

yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan.

6.Daftar Pustaka

http://dc396.4shared.com/doc/e2VrwJJU/preview.html (diakses pada 26-09-2012, 18.56 WIB)

http://www.rismaka.net/2009/06/uji-lipid.html (diakses pada 26-09-2012, 19.30 WIB)

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.

Rohman, Abdul dan Soemantri, 2007. Analisis Makanan, UGM Press, Yogyakarta

Rusdy,Ekmal.2008.DioxindanJelantahSangPembunuh. http://www.riaupos.com/v2/content/view/4862/30/ (diakses pada 26-09-2012, 18.03 WIB).

Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

20

Page 21: Laporan Karaktristik Kimia Lipida (Alfonsa Ratna Pertiwi)

21