Top Banner
Bab I Dasar Teori Manusia memiliki lima alat indra, yaitu mata adalah indra penglihatan, telinga adalah indra pendengar, hidung adalah indra penciuman, kulit adalah indra peraba dan lidah adalah indera pengecap. Lidah tersusun atas otot – otot rangka yang berbentuk longitudinal , transversal dan sirkuler. Pada bagian dorsal lidah tertutup oleh selaput lendir sehingga selalu lembab dan tertutup papila – papila yang mengandung kuncup pengecapan ( taste buds ). Taste buds (kuntum pengecapan), alat indera untuk pengecapan, merupakan badan ovoid yang berukuran 50 – 70 μm. Tiap-tiap kuntum pengecap terbentuk oleh 4 jenis sel, yaitu sel basal; sel tipe 1 dan 2, yang merupakan sel suspentakularis; dan sel tipe 3, yang merupakan sel reseptor pengecap (gustatorik) yang membuat hubungan sinaps dengan serat saraf sensorik. Leher dari sel-sel ini berhubungan satu sama lain dan dengan sel epitel di sekitarnya melalui tight junction. Kuntum pengecap ini dipersarafi oleh sekitar 50 serat saraf, dan sebaliknya, setiap serat saraf menerima masukan dari rata-rata 5 kuntum pengecap. Sel-sel basal berasal dari sel epitel yang mengelilingi kuntum pengecap. Sel-sel ini berdiferensiasi menjadi sel reseptor baru, dan sel 1 | Page
36

Laporan II Fisio

Jan 03, 2016

Download

Documents

Tuhu Suryono
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan II Fisio

Bab I

Dasar Teori

Manusia memiliki lima alat indra, yaitu mata adalah indra penglihatan,

telinga adalah indra pendengar, hidung adalah indra penciuman, kulit adalah indra

peraba dan lidah adalah indera pengecap. Lidah tersusun atas otot – otot rangka

yang berbentuk longitudinal , transversal dan sirkuler. Pada bagian dorsal lidah

tertutup oleh selaput lendir sehingga selalu lembab dan tertutup papila – papila

yang mengandung kuncup pengecapan ( taste buds ).

Taste buds (kuntum pengecapan), alat indera untuk pengecapan, merupakan badan

ovoid yang berukuran 50 – 70 μm. Tiap-tiap kuntum pengecap terbentuk oleh 4

jenis sel, yaitu sel basal; sel tipe 1 dan 2, yang merupakan sel suspentakularis; dan

sel tipe 3, yang merupakan sel reseptor pengecap (gustatorik) yang membuat

hubungan sinaps dengan serat saraf sensorik. Leher dari sel-sel ini berhubungan

satu sama lain dan dengan sel epitel di sekitarnya melalui tight junction. Kuntum

pengecap ini dipersarafi oleh sekitar 50 serat saraf, dan sebaliknya, setiap serat

saraf menerima masukan dari rata-rata 5 kuntum pengecap. Sel-sel basal berasal

dari sel epitel yang mengelilingi kuntum pengecap. Sel-sel ini berdiferensiasi

menjadi sel reseptor baru, dan sel reseptor lama secara terus-menerus diganti

dengan waktu paruh sekitar 10 hari.

Beberapa factor dapat mempengaruhi rasa antara lain :

1. System indra

2. Makanan

Reseptor pada lidah dan mekanisme pencicipan

Menurut studi biologis dan elektrofisiologis, sel pencicip menggunakan

beberapa mekanisme yang berbeda dalam mentransduksi infomasi kimiawi

kepada sel-sel pembawa sinyal. Deteksi rasa asam dan asin dimediasi oleh saluran

ion (ion channels), sedangkan untuk manis, pahit dan umami, transduksi rasa

mengikutkan membran reseptor protein yang mengkait pada alur signal

1 | P a g e

Page 2: Laporan II Fisio

intraselular. Secara kimiawi, cara pengenalan kedua kelompok rasa ini jelas

berbeda.

Ambang batas pengenalan (threshold) senyawa-senyawa pemberi sensasi

rasa bervariasi antar senyawa. Kisarannya bisa dari yang agak lemah seperti pada

kemanisan sukrosa (3-fold), keasinan garam NaCl yang menengah (80-fold)

sampai dengan kepahitan kina yang sangat kuat (200-fold). Sensitivitas lidah

dipengaruhi oleh jumlah “taste buds” yang ada. Umumnya sensitivitas alat

pencecap semakin berkurang dengan bertambahnya usianya.

Kelainan genetik dapat menyebabkan orang kehilangan sensitivitas pada rasa

tertentu. Contoh yang sering dilaporkan adalah ketidakmampuan seseorang

mengenali rasa pahit dari phenylthiourea (phenyl thiocarbamide, PTC).

Dilaporkan 1 dari 4 orang dengan gen resesif tidak dapat mengenali rasa pahit

PTC. Contoh lain dari “kebutaan rasa”(taste blindness) terjadi pada seseorang

dengan “congenital idiopathic hypoparathyroidism” dalam mengenali rasa manis,

walau yang bersangkutan mampu mengenali rasa pahit, asam dan asin secara

normal. Orang dengan keterbatasan ini akan merasakan sukrosa dan fruktosa

sebagai rasa asam, sementara galaktosa dan siklamat dirasakan sebagai pahit.

Senyawa pemberi rasa

Berbagai teori tentang mekanisme bagaimana suatu senyawa dapat memberikan

sensasi rasa tertentu telah banyak dikupas di berbagai jurnal dan buku. Masing-

masing jenis rasa memiliki mekanisme yang khas walau beberapa jenis rasa

memiliki kemiripan.

Rasa asin. Pada rasa asin, ion sodium (Na+) yang menyentuh ujung apikal dari sel

pencecap melalui saluran ion pada mikrovili akan menimbulkan rangsangan

sensasi rasa asin. Pada dasarnya semua kation dapat memberikan rasa asin namun

ukuran diameter ion akan sangat menentukan. Semakin besar ukuran garam akan

mengubah rasa asin ke arah pahit, seperti halnya NaCl (0.56 nm) asin sedang

MgCl2 (0.85 nm) cenderung pahit. Rasa asin yang serupa dengan Na+ adalah

2 | P a g e

Page 3: Laporan II Fisio

lithium. Kalium atau kation monovalen lain juga dapat digunakan untuk

menggantikan sodium sebagai pemberi rasa asin, namun sering terkendala adanya

rasa samping (aftertaste) pahit. Selain kation, beberapa senyawa peptida juga

memiliki rasa asin atau mampu meningkatkan rasa asin seperti garam Orn-

Tau.HCl.

Satu hal yang perlu dicermati adalah kation Na+ mempunyai peran lain selain

memberi rasa asin yaitu kemampuannya untuk menstimulasi cita-rasa daging atau

meaty flavor, serta peran yang tidak bisa dipisahkan dalam membentuk rasa lezat

khas pada daging kepiting.

Rasa asam. Pada rasa asam, sensasi asam dipengaruhi oleh konsentrasi ion (H+)

dalam larutan. Namun stimulus senyawa pada saraf pencecap lebih bergantung

pada asam tertitrasi daripada pHnya. Itu sebabnya, tidak semua produk dengan pH

rendah mempunyai rasa asam. Juga asam organik memberikan kesan rasa asam

lebih kuat daripada asam in-organik terkait dengan pHnya. Rasa asam terutama

diberikan oleh garam-garam organik tak terdisosiasi seperti asam malat, tartarat,

asam sitrat, dan seterusnya. Perlu dipahami bahwa masing-masing asam tidak

murni memberi rasa asam saja, tetapi juga rasa khas pada setiap asamnya seperti

asam sitrat memberikan juga rasa kesat (tart) dan sepat (astringent) khas seperti

pada tanaman sitrus, sementara asam laktat memberi kesan khas seperti pada

yoghurt atau mentega. Oleh karenanya, perlu perhatian dalam memilih jenis

pengasam yang akan digunakan.

Rasa manis. Nampaknya lebih banyak studi yang dilakukan pada rasa manis

sehingga lebih banyak versi mekanisme yang dilaporkan. Teori tentang senyawa

dengan sensasi rasa manis yang banyak diacu adalah Shallenberger-Acree-Kie

model yang mendasarkan pada korelasi AH (donor proton)-B (penerima proton)

dengan pusat hidrofobik (gamma atau X) yang membentuk segitiga dengan jarak

tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimerisasi reseptor penting agar

senyawa manis dapat berinteraksi dengan tepat dengan reseptor yang kompleks.

Banyak faktor yang berperan dalam stimuli senyawa pemberi rasa manis, namun

3 | P a g e

Page 4: Laporan II Fisio

secara ringkas dapat dikatakan bahwa ukuran, sifat geometri, khiralitas dan

karakteristik dari molekul larutan memegang peranan penting dalam mendeteksi

sensasi manis ini. Sensasi manis dapat dihasilkan oleh berbagai golongan senyawa

baik dari kelompol gula, asam amino-peptida-protein, amida siklis, turunan

benzene bahkan kloroform. Tentu saja mutu kemanisan dari senyawa yang

berbeda akan berbeda, termasuk keberadaan rasa sekunder seperti alkali, metalik,

lalu juga intensitas dan spektrum periode manis yang diberikan. Hal inilah yang

menjadi tantangan tersendiri dalam menggantikan pemanis gula sukrosa dengan

kelompok pemanis yang lain.

Rasa pahit. Sensasi senyawa rasa pahit diperoleh dengan mekanisme yang mirip

dengan rasa manis. Hanya saja jarak antar gugus fungsional menjadi penentu.

Rasa pahit umumnya diasosiasikan dengan kelompok komponen fenolik dan

alkaloid seperti naringin pada grapefruit dan anggur, limonin pada sitrus, kafein

pada kopi, dan sebagainya. Selain itu peptida dengan berat molekul lebih kecil

6000 atau asam amino hidrofobik dapat juga memberikan rasa pahit. Senyawa

pemberi rasa pahit terkini yang dilaporkan memiliki rasa pahit yang sangat intens

adalah “quinozolate” dengan ambang batas 0.00025 mmol/kg air (Ottinger dan

Hofmann, 2001).

Rasa umami. Pada rasa umami, seperti halnya pada rasa manis dan pahit, senyawa

pemberi sensasi ini akan berperan melalui protein G yang mengkait pada reseptor

dan mengaktifkan pembawa pesan kedua (second messenger). Senyawa pemberi

umami yang paling dikenal dan potensial adalah L-glutamat, asam amino yang

terdapat dalam protein hampir semua produk pangan terutama daging, ikan dan

kacang-kacangan. Asam glutamat bebas secara alami terdapat dalam sumber

pangan hewani, produk laut, sayur dan beberapa buah seperti tomat serta juga

pada keju. Fenomena ini dapat menjadi alasan mengapa pada studi sensasi secara

genetik terlihat bahwa hewan mampu juga merasakan sensasi ini. Mungkin terkait

dengan keberadaan asam glutamat sebagai sumber gizi yang penting.

4 | P a g e

Page 5: Laporan II Fisio

Garam dari asam glutamat yaitu Mono sodium glutamat (MSG) juga dapat

meningkatkan karakteristik khas flavor terutama pada sensasi mouthfullness,

thickness dan continuity dari rasa. Itu sebabnya MSG dikenal sebagai flavor

enhancer. Seperti diulas sebelumnya, MSG dapat bersifat sinergis dengan garam

NaCl sehingga dapat menurunkan jumlah penggunaan keduanya untuk

mendapatkan sensasi yang sama. Senyawa pemberi sensasi umami tidak hanya

asam glutamat, tetapi juga bisa diperoleh dari kelompok ribonukleat dengan

nukleotida-5‘ seperti IMP, GMP dan beberapa peptida seperti ADP. Senyawa

penguat sensasi umami terkini diisolasi dari teh hijau yaitu theogallin, L-theanin

dan asam suksinat (Kaneko et al, 2006). Penggunaan senyawa-senyawa pemberi

rasa umami ini secara kombinasi lebih menguntungkan karena sifat sinergisnya.

After taste dari senyawa umami umumnya lebih kuat dari senyawa sensasi lain

dikarenakan pada affinitas yang dari senyawa terhadap sel reseptor.

Rasa sekunder

Senyawa pemberi rasa sekunder mempunyai mekanisme yang berbeda dari rasa

primer karena sensasi ini lebih banyak bekerja dengan syaraf trigeminal pada

wajah (terutama hidung, rongga mulut dan mata). Itu sebabnya bila kita

kepedasan, maka seluruh rongga mulut akan terasa panas bahkan seluruh wajah

bergetar dan air mata mengalir. Rasa pedas (hot) pada cabe disebabkan oleh

kapsaisin dan dihidrokapsaisin berbeda dengan pedas (pungent) merica yang

disebabkan oleh piperin, dan tentu saja sangat berbeda dengan “sengatan”

menusuk hidung oleh isotiosianat pada mustard atau wasabi. Jadi perlu dibedakan

sendiri apakah itu sensasi trigeminal rasa atau aroma (bau).

Demikian juga cooling effect yang merupakan sensasi trigeminal rasa dan minty

odor dari mentol yang berupa aroma. Oleh karena efek cooling saja dapat

diperoleh dari xilitol tanpa harus ada aroma minty. Efek cooling ini dilaporkan

diperoleh dari reaksi endoterm pada saat senyawa terlarut.

5 | P a g e

Page 6: Laporan II Fisio

Untuk sensasi rasa sekunder seperti sepat (astringent) umumnya disebabkan oleh

senyawa polifenolik seperti pada kopi, teh, wine, coklat, dan lainnya. Dilaporkan

bahwa senyawa polifenol akan membentuk kompleks dengan protein saliva kaya

prolin (PRPs) dan pengendapan protein yang terjadi menghilangkan kelenturan

lidah sehingga menimbulkan sensasi astrigent.

6 | P a g e

Page 7: Laporan II Fisio

Bab II

Tabel Pengamatan

3.3.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area Wajah

No

.

Bentuk Ukuran Waktu

1 √ √ 2 detik

2 √ √ 1 detik

3 √ √ 1 detik

4 √ √ 2 detik

Keterangan :

Permen 1 : Bentuk ( Segitiga ) ; Ukuran ( Besar )

Permen 2 : Bentuk ( Ellips ) ; Ukuran ( Sedang )

Permen 3 : Bentuk ( Kotak ) ; Ukuran ( Kecil )

Permen 4 : Bentuk (Ellips ) ; Ukuran ( Sangat besar )

3.3.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah

No. Bagian 1mm 2mm 3mm

1 Lidah depan √ √ √

2 Lidah kanan √ √ √

3 Lidah kiri √ √ √

4 Lidah ½ posterior × √ √

5 Lidah posterior × × ×

6 Palatum √ √ √

7 Mukosa pipi × √ √

8 Gusi √ √ √

9 Bibir atas √ √ √

10 Bibir bawah √ √ √

11 Leher √ √ √

7 | P a g e

Page 8: Laporan II Fisio

12 Dahi √ √ √

13 Hidung √ √ √

14 Cuping telinga √ √ √

15 Pipi kanan kiri √ √ √

16 Dagu √ √ √

3.3.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah

Bagian perlakuan Dingin Panas

Ujung lidah - -

Samping

Dorsal - -

Posterior - -

Palatum

Mukosa pipi

Gusi

Bibir atas -

Bibir bawah

Leher -

Dahi -

Hidumg

Cuping telinga - -

Pipi kiri -

Pipi kanan

Dagu -

Ket : - tidak merasakan sensasi / merasakan tapi kurang tepat

Merasakan dan tepat

8 | P a g e

Page 9: Laporan II Fisio

3.3.4 Persepsi Rasa pada Beberapa Bagian Lidah

No. Sampel Rasa Daerah Lidah yang Peka

1 Air Gula Manis 1,2,3

2 Air Garam Asin 1,2,3

3 Air Merica Pedas 1,2,3,4,5,6,7,8

4 Air Masako Umami 1,2,3,4,5,6,7,8

5 Air Kina Pahit 4

Ket :

1 : Ujung lidah

2 : Tepi kanan lidah

3 : Tepi kiri lidah

4 : Posterior lidah

5 : ½ anterior kanan lidah

6 : ½ anterior kiri lidah

7 : ½ posterior kanan lidah

8 : ½ posterior kiri lidah

3.3.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah

A. Rangsangan Tekanan

Daerah tekanKedalaman tekanan hingga

merasakan nyeri (mm)

Lidah bagian 1

Lidah bagian 2

Lidah bagian 3

Lidah bagian 4

Lidah bagian 5

Lidah bagian 6

Lidah bagian 7

Lidah bagian 8

3 mm

10 mm

10 mm

5 mm

10 mm

7 mm

12 mm

8 mm

9 | P a g e

Page 10: Laporan II Fisio

Mukosa pipi kanan

Gusi anterior

Pipi kanan

Bibir atas

Dahi

Leher

5 mm

2 mm

10 mm

3 mm

3 mm

3 mm

Keterangan :

Bagian Lidah 1 : Ujung lidah

2 : Lateral kanan lidah

3 : Lateral kiri lidah

4 : Posterior Lidah

5 : ½ anterior kanan lidah

6 : ½ anterior kiri lidah

7 : ½ posterior kanan lidah

8 : ½ posterior kiri lidah

B. Rangsangan Panas

No. DaerahWaktu (detik)

60º 70 º 80 º 90 º

1. Lidah 1 4.00 1.22 1.06 0.75

2. Lidah 2 2.00 1.56 1.12 0.70

3. Lidah 3 2.20 1.28 1.35 0.92

4. Lidah 4 2.46 1.01 2.29 0.65

5. Lidah 5 1.39 1.31 1.26 1.14

6. Lidah 6 1.39 0.84 0.88 1.20

7. Lidah 7 1.94 1.23 1.60 1.10

8. Lidah 8 1.33 2.11 0.95 1.03

9. Mukosa pipi 2.76 1.40 0.72 0.73

10 | P a g e

Page 11: Laporan II Fisio

kanan

10. Gusi anterior 2.80 4.24 1.03 0.59

11. Pipi kanan 1.00 0.85 0.62 0.63

12. Bibir atas 0.75 0.65 0.70 0.68

13. Dahi 2.45 0.77 0.52 1.15

14. Leher 0.53 0.89 0.53 0.64

Keterangan :

Bagian Lidah 1 : Ujung lidah

2 : Lateral kanan lidah

3 : Lateral kiri lidah

4 : Posterior Lidah

5 : ½ anterior kanan lidah

6 : ½ anterior kiri lidah

7 : ½ posterior kanan lidah

8 : ½ posterior kiri lidah

C. Rangsangan dingin

No Bagian Waktu timbul rasa nyeri (detik) Rata-rata

20º 10º 5º 0º

1 Lidah bagian 1 1.97 1.73 0.89 3.10 1.92

2 Lidah bagian 2 0.97 0.93 0.88 1.09 0.97

3 Lidah bagian 3 1.32 0.63 0.98 1.99 1.23

4 Lidah bagian 4 1.73 1.17 0.68 1.41 1.25

5 Lidah bagian 5 1.14 1.11 0.98 1.63 1.22

6 Lidah bagian 6 0.92 0.78 0.99 0.92 0.90

7 Lidah bagian 7 2.22 1.16 0.78 1.03 1.30

8 Lidah bagian 8 2.53 1.16 0.88 1.52 1.52

9 Mukosa pipi 1.01 0.77 1.00 1.10 0.97

11 | P a g e

Page 12: Laporan II Fisio

10 Gusi anterior 1.95 1.55 1.14 0.94 1.40

11 Pipi kanan 1.15 1.08 0.78 0.96 0.99

12 Bibir 0.98 0.84 1.58 1.33 0.93

13 Dahi 1.45 1.15 2.06 1,00 1.41

14 Leher 1.11 2.47 2.22 1.15 1.74

A.. Tes Vitalitas Gigi Dengan Suhu Dingin

Gigi Insisive Pertama Bawah Molar Pertama Bawah

Rasa Ngilu, dingin Tidak ngilu, dingin

B. Tes Vitalitas Gigi Dengan Suhu Panas

Gigi Suhu Panas Suhu Dingin

RASA

I Panas, agak ngilu Tidak berasa apapun

M Panas, ngilu dingin

I Panas, ngilu Tidak berasa apapun

M Panas, ngilu dingin

I Panas, ngilu dingin

M Panas, ngilu dingin

C. Tes Vitalitas Gigi Dengan Tekanan

Percobaan Insisive Molar

I Tidak sakit sakit

II sakit sakit

III sakit sakit

D. Tes Perkusi Gigi dan Palpasi

Percobaan Insisive Molar

I sakit sakit

II sakit sakit

III sakit Sangat sakit

12 | P a g e

Page 13: Laporan II Fisio

Bab III

Pertanyaan

1. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap

pengenalan bentuk benda?

2. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap

mengenali jarak antar dua titik? Jelaskan mengapa!

3. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap suhu? Jelaskan mengapa!

4. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap nyeri? Jelaskan mengapa!

5. Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?

6. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin, pahit,

asam, dan umami?

7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?

8. Untuk apa test perkusi dan palpasi dilakukan?

Jawaban

1.bagian mulut yang sensitive terhadap pengenalan bentuk benda yaitu ujung

lidah, sedangkan bagian wajah yang sensitive terhadap pengenalan bentuk

benda yaitu bibir atas, hidung, pipi kanan, dan pipi kiri.

2. dari hasil percobaan didapatkan pada daerah ujung lidah, bibir atas,

hidung, pipi kanan, dan pipi kiri. Hal ini dikarenakan lapisan terluar dari

bagian tersebut tipis dan dekat dengan daerah persyarafan sehingga tingkat

kesensitivannya lebih tinggi dibanding daerah lain terhadap adanya

sentuhan.

3. dari percobaan yang kita lakukan bagian lidah yang peka terhadap suhu

baik suhu panas ataupun dingin adalah lidah bagian samping dan lidah

bagian posterior. Hal ini dikarenakan pada daerah samping lidah dan

posterior lidah terdapat papila yang lebih banyak dibandingkan daerah

lain. Papila merupakan ujung saraf pengecapan. Semakin banyak papila di

daerah tersebut maka semakin sensitive pula terhadap adanya suatu

rangsangan terutama suhu.

13 | P a g e

Page 14: Laporan II Fisio

4. pada percobaan didapatkan bahwa bagian lidah yang paling sensitive

terhadap nyeri adalah lidah bagian ujung depan. Hal ini dikarenakan

lapisan terluar dari ujung lidah merupakan lapisan tertipis dibandingkan

dengan daerah lidah yang lain. Sehingga apabila ada tekanan yang

menimbulkan rasa nyeri bagian ujung lidah merupakan daerah paling

sensitive terhadap nyeri.

5.dari percobaan yang kami lakukan data yang kami peroleh cukuo sesuai

dengan teori yang sebenarnya.

6. Menurut teori, bagian lidah yang peka terhadap rasa manis yaitu bagian

ujung lidah. Rasa asin dapat dirasakan lebih peka pada bagian ujung lidah

namun dikatakan bahwa bagian samping lidah juga peka terhadap rasa

asin. Rasa asam lebih peka dirasakan di dua pertiga bagian samping lidah.

Sedangkan rasa pahit paling jelas dirasakan pada bagian pangkal atau

posterior lidah, dan bias juga dirasakan dibagian palatum mole. Rasa

umami adalah rasa kelima yang merupakan perpaduan antara berbagai rasa

dan biasa disebut dengan rasa gurih. Rasa umami dapat dirasakan bagian

ujung lidah.

7. test vitalitas gigi sangat penting karena untuk mengetahui seberapa kuat

gigi kita terhadap rangsangan baik rangsangan suhu dan tekanan. Dan juga

untuk mengetahui kondisi gigi dalam keadaan baik ataupun tidak baik.

8. test perkusi dan palpasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi gigi

dalam keadaan baik ataupun tidak baik. Dan juga untuk mengetahui

apakah subyek terkena penyakit, salah satu contohya adalah gingivitis.

14 | P a g e

Page 15: Laporan II Fisio

Bab IV

Pembahasan

3.3.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area Wajah

Pada percobaan kali ini, orang coba tidak diperkenankan mengetahui

bentuk permen yang akan dicoba. Maka dari itu mata orang coba haruslah ditutup.

Lalu ambil salah satu permen, dan masukkan ke dalam mulut di atas lidah orang

coba dengan menggunakan pinset, lalu letakkan perlahan dan jangan menyentuh

lidah. Orang coba diminta untuk mengenali benda yang ada di atas lidahnya,

orang coba diperkenankan menutup mulut/ menggunakan seluruh organ dalam

mulut. Setelah itu, orang coba diminta untuk menyebutkan bentuk serta

ukurannya. Percobaan di lakukan beberapa kali menggunakan bentuk dan ukuran

permen yang berbeda. Lalu, catat pula waktu orang coba dapat mengenali bentuk

serta ukuran permen tersebut.

Hasil pada percobaan kali ini, orang coba mampu menyebutkan bentuk

serta ukuran permen dengan tepat, dengan rata-rata waktu 1 sampai 2 detik.

Percobaan ini menunjukkan bahwa lidah serta area wajah lain mempunyai

kemampuan/sensitivitas untuk mengenali bentuk serta ukuran benda asing.

3.3.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah

Pada percobaan kali ini orang coba tidak diperkenankan mengetahui apa yang

akan dicobakan. Untuk itu, mata orang coba harus ditutup. Lalu dengan

menggunakan jangka yang berjarak 1mm, 2mm, dan 3 mm, letakkan pada

beberapa bagian rongga mulut serta area wajah. Orang coba diminta untuk

menyebutkan berapa titik yang dia rasakan.

Pada praktikum kali ini, orang coba tidak dapat merasakn titik pada daerah

mukosa pipi, lidah posterior, dan lidah setengah posterior. Hal ini dikarenakan

tingkat kesensitifitas pada bagian-bagian pada rongga mulut yang berbeda-beda.

15 | P a g e

Page 16: Laporan II Fisio

Sedangkan pada bagian-bagian yang lain, orang coba bisa dengan jelas merasakn

titik yang ditujukan pada tempat tersebut.

3.3.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah

Dalam praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai pengenalan suhu di

rongga mulut dan area wajah. Dalam praktikum kali ini orang coba tidak di

perkenankan untuk mengetahui apa yang akan di cobakan, maka dari itu mata

orang coba harus di tutup. Percobaan pengenalan suhu di rongga mulut dan area

wajah di cobakan pada bagian anterior tidah,samping, ½ antero –posterior lidah

dan pada bagian dorsal lidah dengan ketentuan speaut yang di gunakan tidak

boleh mengenai lidah orang coba.

Dari data hasil percobaan kira memperoleh hasil sebagai berikut:

1. Dari percobaan pengenalan suhu di rongga mulut terutama pada bagian

bagian dari lidah orang coba kurang peka terhadap sensasi panas dan

dingin yang di rangsangkan, orang coba hanya dapat membedakan

dengan tepat pada rangsangan yang di berikan di bagian samping

lidah. Lidah merupakan salah satu organ di rongga mulut yang paling

peka terhadap perubahan yang terjadi di dalam tubuh. Pada dasarnya,

permukaan lidah adalah daerah yang paling banyak terpapar oleh iritasi

dan keperluan dasar hidup sehari-hari seperti makan dan minum.

Penurunan sensifitas lidah terhadap suhu mungkin dapat di sebabkan

karena adanya pengaruh usia. Hal ini disebabkan karena terjadinya

kemunduran dalam hal fisik maupun biologis. Penusuran usia dapat

mempengaruhi sensivitas reseptor perasa di dalam lidah. Selain itu

pada percobaan yang dilakukan juga dapat mempengaruhi sensivitas

reseptor perasa pada lidah itu sendiri misalnya Spada percobaan

pengenalan suhu ini di berikan suhu dingin sebesar 5 derajad celsius

dan suhu panas 80 derajad celcius. Diketahui bahwa suhu makanan

yang kurang dari 20o C maupun yang lebih dari 30oC dapat

mempengaruhi sensitivitas taste buds pada indera pengecap. Suhu

yang terlalu panas akan merusak sel-sel pada taste buds, namun

16 | P a g e

Page 17: Laporan II Fisio

keadaan ini akan cenderung berlangsung cepat karena sel yang rusak

akan segera diperbaiki. Suhu yang terlalu dingin juga dapat membius

lidah sehingga sensitivitas lidah akan berkurang.

2. Pada percobaan pengenalan suhu di bagian rongga mulut lainnya

seperti mukosa pipi, gusi bibir atas dan bibir bawah orang coba dapat

membedakan dengan baik antara rangsangan suhu panas dan dingin,

kecuali pada bagian bibir atas. Orang coba tidak dapat meunjukkan

bagian yang di rangsang dengan rangsangan panas dengan tepat.

Kesalahan yang terjadi dari ketepatan data hasil percobaan mungkin

dikarenakan kesalahan praktikan salah satunya yaitu suhu dan takaran

yang diujikan pada orang coba tidak sama dan stabil, hal ini dapat

menimbulkan perbedaan dan kerancuan presepsi membedakan panas

dan dingin pada orang coba .

3. Pada bagian pengenalan suhu di area wajah seperti pada bagian

leher,dahi, hidung, cuping telinga,pipi kiri – kanan, dan dagu. Orang

coba memiliki kesulitan membedakan rangsangan suhu panas dan

dingin pada bagian cuping telinga. Sedangkan pada bagian yang lain

seperti pada bagian leher, orang coba tidak dapat membedakan dan

merasakan dengan tepat pemberian rangsangan dingin hal yang sama

juga terjadi saat pada bagian pipi kiri. sedagkan pada bagian dagu dan

dahi orang coba kesulitan membedakan dengan tepat dari tempat

pemberian rangsangan panas. Kesalahan yang terjadi dari ketepatan

data hasil percobaan mungkin dikarenakan kesalahan praktikan salah

satunya yaitu suhu dan takaran yang diujikan pada orang coba tidak

sama dan stabil, hal ini dapat menimbulkan perbedaan dan kerancuan

presepsi membedakan panas dan dingin pada orang coba .

3.3.4 Persepsi Rasa pada bagian lidah

Dalam praktikum kali ini kami mencoba menetukan lokasi reseptor

pengecap pada manusia dan variasi waktu sensasinya. Menurut teori ada 5

pengecap dasar yang digunakan untuk mengetahui lokasi reseptor dan variasi

waktu sensasinya, Dimana pada bagian ujung lidah lebih sensitif terhadap rasa

17 | P a g e

Page 18: Laporan II Fisio

manis,asin dan umami , pada dua pertiga bagian samping lidah terasa asam, dan

bagian posterior dan palatum molle lidah lebih sensitif rasa pahit.

Setelah kami analisa ternyata tidak semua praktikan mempunyai lokasi

reseptor yang sesuai dengan teori. Hal ini dapat kita lihat pada pemberian

rangsangan yang pertama yaitu rasa asin, sampel dapat merasakan semua rasa

yang di berikan . pada pemberian rangasangan yang ke 2 sampel dapat merasakan

sensasi rasa asin pada bagian ujung lidah samping kanan dan kiri lidah dan juga

pada bagian posterior lidah. Pada rangsangan yang ketiga yaitu pemberian

rangsangan rasa pedas sampel dapat merasakan sensasi rasa di hampir semua

bagian lidah kecuali di bagian ½ anterior kanan lidah. Pada rangsangan yang ke 4

yaitu umami, sampel dapat merasakan rangsangan pada semua bagian lidah

dengan baik. Dan yang terakhir pada saat pemberian rangsangan pahit sampel

hanya dapat merasakan pada bagian posterior lidah. Ketidak sesuaian atau

penyimpangan yang terjadi kemungkinan disebabkan oleh kesalahan prosedur

kerja selama praktikum. Pada saat pemberian substrat, lidah tetap menjulur keluar

sampai mulai terasa pengecap dari substrat yang diletakkan tetapi kelompok kami

memasukkan lidah sesaat setelah substrat diletakkan. Memasukkan lidah dapat

merancukan lokasi reseptor pengecap. Ketika lidah dimaksukkan maka dapat

tercampur dengan saliva sehingga rasa lebih cepat dikenali. Kelembaban pada

permukaan lidah dapat juga mempengaruhi kecepatan sensasi rasa yang diperoleh.

Zat harus terlarut dalam kelembaban mulut untuk dapat diindra oleh kuncup

pengecap. Produksi saliva dapat membantu untuk mengenali suatu rasa. Saliva

berfungsi dalam pengaturan kelembaban yang dapat mempengaruhi kerja dari

kuncup pengecap. Banyaknya substrat yang diletakkan juga berpengaruh terhadap

waktu sensasi reseptor pengecap. Jika substrat yang diletakkan banyak maka akan

lebih cepat terasa jika dibandingkan dengan substrat yang sedikit. Kemungkinan

lain adalah adanya kelainan pengecapan seperti ageusia ( hilangnya daya

pengecapan ), hipogeusia ( berkurangnya kepekaan pengecapan ), dan disgeusia

( distorsi daya pengecapan ) ( Gayton & Hall, 1997 ). Tingkat sensitivitas lidah

seseorang juga mempengaruhi kemampuannya mengecap suatu rasa. Ada

beberapa hal yang mempengaruhi sensitivitas ini. Sensitivitas mungkin

18 | P a g e

Page 19: Laporan II Fisio

disebabkan struktur dari lidah itu sendiri yang rusak atau tidak bagus akibat dari

pola makan seseorang. Hal lain yang mempengaruhi sensitivitas adalah proses

pengantaran rangsang dari organ menuju otak, hal tersebut biasanya terjadi pada

orang uang kondisi tubuhnya lemah (sakit) sehingga daya tanggap terhadap

rangsang sedikit terganggu. Cepat lambatnya seseorang dalam mengecap rasa

dapat dipengaruhi oleh kecepatan penghantaran rangsang yang diberikan jika

dalam penyampaian rangsang tersebut terjadi gangguan maka dapat

mempengaruhi waktu sensasi yang dihasilkan.

3.3.5 Rasa Nyeri Pada Jaringn Rongga Mulut dan Area Wajah

A. Rangsangan Tekanan

Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui rasa nyeri pada jaringan

rongga mulut dan area wajah yang dilakukan dengan rangsangan tekanan. Dimana

didapatkan bagian yang paling sensitif dengan rangsangan tekanan ini adalah gusi

anterior, dengan kedalaman tekanan hanya 2 mm. Sensitivitas tekan dipengaruhi

oleh lapisan yang ada pada bagian tubuh itu sendiri. Semakin tipis lapisan yang

terdapat pada bagian tubuh tertentu, akan semakin sensitif terhadap rangsangan

tekanan.

Berikut ini urutan rangsangan tekanan pada setiap bagian dari yang paling

sensitif, antara lain: Gusi anterior, ujung lidah, bibir atas, dahi, leher, posterior

lidah, mukosa pipi kanan, ½ anterior kiri lidah, ½ posterior kiri lidah, lateral

kanan lidah, lateral kiri lidah, ½ anterior kanan lidah, ½ posterior kanan lidah.

B. Rangsangan Panas

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui daerah rongga mulut dan wajah yang

paling sensitive terhadap rangsangan suhu panas. Dari percobaan yang dilakukan,

di dapatkan data bahwa daerah leher merupakan rongga mulut dan wajah yang

paling sensitif terhadap rangsangan suhu panas, yaitu dengan nilai rata-rata

sebesar 0.64. Hal ini dikarenakan kulit adalah alat indera yang peka terhadap

rangsangan berupa sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri atau

sakit..Kepekaan tersebut disebabkan karena adanya ujung-ujung saraf atau

reseptor peraba di bagian dermis yang ada pada  kulit. Biasanya ujung saraf indera

19 | P a g e

Page 20: Laporan II Fisio

peraba tersebut ada dua macam, yaitu ujung saraf bebas yang mendeteksi rasa

nyeri atau sakit, dan ujung saraf yang berselaput (berpapilia). Ujung saraf

berselaput yang mendeteksi adanya rangsangan panas ialah korpuskel ruffini.

Selain itu rangsang panas pada kulit juga menggiatkan ujung – ujung syaraf

tersebut untuk merespon rangsang taktil, lewat tulang belakang sampai keotak

syaraf – syaraf sensoris itu yang mempunyai jalannya sendiri – sendiri. Berikut

didapatkan nilai waktu rata-rata rasa nyeri yang timbul pada jaringan rongga

mulut dan area wajah akibat rangsangan suhu panas dari yang paling sensitif :

leher, bibir atas, pipi kanan, ½ anterior kiri lidah, dahi, ½ anterior kanan lidah,

lateral kanan lidah, ½ posterior kiri lidah , mukosa pipi kanan, lateral kiri lidah, ½

posterior kanan lidah , ujung lidah, posterior lidah dan gusi anterior.

C. Rangsangan Dingin

Dari percobaan yang dilakukan daerah rongga mulut yang paling sensitif

terhadap rangsangan suhu dingin adalah lidah bagian 6, yakni pada ½ posterior

kiri lidah dengan nilai rata-rata sebesar 0.90. Hal ini dikarenakan pada lidah

banyak mengandung papilla. Rangsangan suhu yang diberikan akan bekerja pada

mikrovili yang ada di pori-pori papilla untuk mencetuskan potensial generator di

sel reseptor yang menimbulkan potensial aksi di neuron sensorik. Dimana serat-

serat saraf sensorik dari papilla-papilla pengecap berjalan dengan cabang korda

timpani, nervus facialis, dan serat-serat saraf dari seperiga posterior lidah

mencapai batang otak melalui saraf glossofaringeus. Disana mereka bersinaps

dengan neuron-neuron ordo kedua yang aksonnya melintasi garis tengah dan

bertemu dengan lemikus medialis, berakhir di nucleus-nukleus pemancar sensorik

spesifik pada thalamus bersama serat untuk sensasi sentuh nyeri dan suhu. Berikut

nilai waktu rata-rata rasa nyeri yang timbul pada jaringan rongga mulut dan area

wajah akibat rangsangan suhu dingin dari yang paling sensitif , : ½ anterior kiri

lidah, ujung lidah, bibir, mukosa pipi, samping lidah kanan, pipi kanan, ½ anterior

kanan lidah, samping lidah kiri, ½ posterior kanan lidah, posterior lidah, gusi

anterior, dahi, ½ posterior kiri lidah, leher, dan ujung lidah.

3.3.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi

20 | P a g e

Page 21: Laporan II Fisio

Pemeriksaan vitalitas gigi yang kami lakukan terdiri dari 4 macam, yaitu

test vitalitas gigi dengan suhu dingin, test vitalitas gigi dengan suhu panas, test

vitalitas gigi dengan tekan, dan test perkusi gigi dan palpasi. Test vitalitas gigi

dengan suhu dingin dilakukan pada gigi insisive pertama bawah dan molar

pertama bawah. Pada gigi incisive pertama bawah setelah diberi Chlor-ethyl terasa

ngilu dan dingin. Ngilu yang terjadi ini menunjukkan terjadinya sensasi tajam

yang tidak hilang atau semakin sakit sehingga merupakan pertanda terjadinya

pulpitis irreversible. Pulpitis irreversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa

yang persisten dapat simtomatik maupun asimtomatik yang disebabkan oleh suatu

stimuli noksius. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam dan

tetap ada setelah stimuli dihilangkan. Sedangkan pada gigi molar pertama bawah

setelah diberi Chlor-ethyl tidak menimbulkan ngilu dan terasa dingin. Hal ini

menunjukkan bahwa rangsangan dari Chlor-ethyl berhenti sehingga tidak terjadi

ngilu dan merupakan pertanda bahwa gigi masih vital. Test vitalitas gigi dengan

suhu panas dilakukan dengan metode penyemprotan air panas dan air pada suhu

kamar pada permukaan gigi yang di tes hingga seluruh permukaan terbasahi.

Percobaan ini dilakukan pada gigi incisive pertama dan gigi molar pertama kanan

rahang bawah dan dilakukan sebanyak 3 kali. Pada percobaan dengan

menggunakan air panas berturut- turut sebanyak 3 kali hasilnya tetap sama yaitu

gigi terasa panas dan ngilu. Sedangkan pada percobaan dengan air pada suhu

kamar menunjukkan gigi tidak berasa apapun dan dingin untuk percobaan pertama

dan kedua, sementara pada percobaan ketiga gigi terasa dingin. Rasa panas dan

ngilu yang dialami setelah penyemprotan air panas ini menunjukkan bahwa gigi

masih vital tetapi belum tentu normal. Sedangkan tidak adanya respon

menunjukkan bahwa terdapat nekrosis pulpa. Perlu diketahui bahwa test vitalitas

gigi dengan suhu panas ini kurang efektif untuk mengetahui vitalitas pulpa,

namun dapat membantu pada pasien dengan symptom panas dan lokasi gigi

diketahui.

Test vitalitas gigi dengan tekan dilakukan dengan menekankan handle kaca

mulut pada gigi yang dites dan dilakukan sebanyak 3 kali percobaan. Test ini

dilakukan pada gigi insisiv pertama dan gigi molar pertama kanan rahang bawah.

21 | P a g e

Page 22: Laporan II Fisio

Percobaan yang dilakukan pada gigi molar menunjukkan hasil bahwa gigi terasa

sakit setelah ditekan sehingga terbukti bahwa gigi masih dalam keadaan vital. Hal

yang sama juga terjadi pada percobaan yang dilakukan pada gigi insisiv.

Test perkusi gigi dan palpasi dilakukan dengan mengetuk- ketukkan handle

kaca mulut pada gigi yang dites dengan arah vertical, kemudian dilakukan

palpasi/perabaan pada gusi/gingival gigi yang bersangkutan. Percobaan ini

dilakukan sebanyak 3 kali. Tujuan test perkusi ini adalah untuk menetukan adanya

patosis pulpa dan jaringan periapikal. Sedangkan test palpasi bertujuan untuk

menentukan adanya proses inflamasi yang sudah sampai ke periapikal. Percobaan

yang dilakukan pada gigi insisiv menunjukkan hasil bahwa terjadi rasa sakit

setelah diketuk dengan handle kaca mulut, dan ini menandakan bahwa terjadi

inflamasi pada ligament periodontal. Sementara pada gigi molar menunjukkan

terjadi rasa yang sangat sakit setelah dilakukan test sehingga menunjukkan bahwa

terjadi inflamasi periapikal.

22 | P a g e

Page 23: Laporan II Fisio

Bab V

Kesimpulan

1. Manusia memiliki 4 macam modalitas cita rasa dasar yang spesifik, yaitu:

manis pada ujung lidah, asin pada tepi depan, asam pada tepi belakang, dan

pahit pada pangkal lidah, akibat dari taste bud yang berbeda-beda.

2. Lokasi reseptor pengecap tidak sama pada tiap orang.

3. Waktu sensasi reseptor pengecap berbeda pada tiap orang.

23 | P a g e

Page 24: Laporan II Fisio

Daftar Pustaka

Ganong, W. F., 2003, Fisiologi Kedokteran, penerbit Buku Kedokteran

EGC: Jakarta

Gayton & Hall., 1997 , Fisiologi Kedokteran , Penerbit Buku Kedokteran

EGC : Jakarta

Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Penerbit Erlangga:

Jakarta.

Pearce, E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia:

Jakarta

24 | P a g e