Laporan Praktikum Higiene Pangan PEMERIKSAAN SUSU DAN PRODUK OLAHANNYA Oleh MULIANI O111 12 114 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
Laporan Praktikum Higiene Pangan
PEMERIKSAAN SUSU DAN PRODUK OLAHANNYA
Oleh
MULIANI O111 12 114
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWANFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2015
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam praktikum Pengukuran Kesegaran Susu dan Kebersihan Susu
dilakukan pengujian untuk mengetahui tingkat kesegaran dan kebersihan susu.
Sampel susu yang digunakan yaitu susu kedelai dan susu sapi dalam kemasan.
Pengujian yang dilakukan dalam praktikum yaitu uji alkohol, pengukuran pH dan
berat jenis, uji reduksi Metilen Blue, uji mastitis, serta dilakukan pemeriksaan
mikroba dengan metode hitungan cawan.
1. pH
Pengukuran pH di lakukan untuk mengetahui tingkat keasaman
pada susu kedelai yaitu dilakukan dengan menggunakan alat pH meter,
adapun hasil yang didapatkan ialah 5,8, sampel susu yang digunakan
merupakan susu dalam kemasan botol, ada kemungkinan susu itu telah
lama disimpan sehingga sangat bersifat asam.
Standar indikator pH susu segar ialah 6,3 – 6,75, jika pH susu di
atas 6,85 dinyatakan susu itu bersifat alkalis dan mengandung bahan
pengawet, dan jika pH susu tersebut dibawah 6,3 biasanya menandakan
susu sudah lama disimpan.
Nilai pH merupakan cerminan jumlah ion H+ dari asam didalam
susu yang diakibatkan oleh pertumbuhan mikroba. Tujuan dari uji pH
adalah mengetahui tingkat keasaman susu sehingga dapat
diperkirakan tingkat kualitas dan keamanan susu untuk dikonsumsi.
Cara praktis uji pH yang sering digunakan yaitu dengan
menggunakan pH meter e lek t r ik . Pada prinsipnya berbagai
macam (merk) pH meter dapat digunakan. Sebagai kontrol digunakan
larutan bufer (pH 4 dan 7) dan/atau akuades (pH 7). Susu yang baik
mempunyai pH sekitar 6,3-6,8.
Gambar 1. Pengukuran pH
2. Uji Alkohol
Uji alkohol dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman dan
perubahan yang terjadi pada susu. Langkah kerjanya yaitu susu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 ml, ditambahkan
alkohol 68% sebanyak 2 ml, kemudian dikocok selama beberapa detik,
kemudian diamati perubahan yang terjadi. Jika susu pecah yang
ditandai dengan terbentuk endapan halus yang menempel pada dinding
tabung reaksi, maka diperkirakan derajat keasaman susu sekitar 8,5SH.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme.
Hasil pengujian pada praktikum menunjukkan tidak terjadi
perubahan pada sampel susu yang digunakan. Jadi, diperkirakan susu
tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme.
Gambar 2. Uji alkohol
3. Uji Reduksi Metilen Blue
Uji reduksi Metilen Blue dilakukan untuk mengetahui perkiraan
jumlah bakteri yang ada di dalam susu. Adapun langkah kerja dari uji
reduksi metilen blue ialah sampel susu dimasukkan dalam tabung reaksi
sebanyak 2 ml, ditambahkan Metilen Blue sebanyak 5 tetes, kemudian
dikocok, selanjutnya diamati perubahan yang terjadi tiap 30 menit,
pengamatan dilakukan selama ±2 jam.
Pada pengujian ini dilakukan pengamatan terhadap kemampuan
bakteri di dalam susu untuk tumbuh dan menggunakan oksigen yang
terlarut, sehingga menyebabkan penurunan kekuatan oksidasi-reduksi dari
campuran susu dan Metilen Blue. Akibatnya, Metilen Blue yang
ditambahkan ke dalam contoh akan tereduksi menjadi berwarna putih.
Semakin tinggi jumlah bakteri di dalam sampel, semakin cepat terjadinya
perubahan dari biru menjadi putih.
Saat praktikum dilakukan pengamatan pada sampel selama ± 2jam.
Sampel yang diamati tidak mengalami perubahan warna biru menjadi
putih. Sehingga diperkirakan jumlah mikroorganisme pada sampel susu
tergolong rendah.
Gambar 3. Uji reduksi metilen blue
4. Uji Mastitis
Uji mastitis dilakukan untuk mendeteksi apakah susu yang diuji
berasal dari sapi yang sehat atau dari sapi yang mengalami mastitis.
Cara pengujian yang dilakukan yaitu: sampel susu dimasukkan pada
padle pengujian sebanyak 2 ml pada tiap lubang, ditambahkan CMT
(California Mastitis Test) sebanyak 2 ml, dihomogenkan selama 15-20
detik, dilakukan pembacaan dengan cahaya terang.
Jika susu berasal dari sapi yang mengalami mastitis subklinis (hasil
positif mastitis), maka terdapat gumpalan pada dasar padle yang
berbentuk seperti gel. Hasil uji mastitis yang dilakukan saat praktikum
menunjukkan hasil negatif yaitu tidak terdapat gumpalan pada dasar
padle. Artinya sampel susu yang diuji bukan berasal dari sapi yang
mengalami mastitis.
Gambar 4. Uji mastitis
5. Pengukuran Berat Jenis (BJ)
Pengukuran berat jenis (BJ) dilakukan dengan memasukkan susu
ke dalam gelas ukur sebanyak 200 ml, kemudian alat pengukur berat
jenis (laktodensimeter) dimasukkan dalam gelas ukur yang berisi susu,
selanjutnya dilakukan pembacaan. Hasil pengukuran menunjukkan
berat jenis sampel susu yaitu 24.
Gambar 5. Pengukuran berat jenis (BJ)
6. Pemeriksaan Jumlah Mikroba dengan Metode Hitungan Cawan
Sebelum dilakukan pembiakan bakteri pada media terlebih dahulu
dilakukan metode pengenceran. Cara melakukan pengenceran yaitu:
disediakan 5 buah tabung reaksi, tiap tabung diberi nama (tabung 1, 10-
1, 10-2, 10-3, 10-4), tabung reaksi pertama (diberi nama tabung 1) diisi
sampel susu sebanyak 2 ml, 4 tabung reaksi lainnya diisi 4,5 ml
aquades (tabung 10-1, 10-2, 10-3, 10-4). Sampel susu diambil dari tabung 1
sebanyak 0,5 ml dan dipindahkan pada tabung 10-1, campuran
dihomogenkan. Sampel pada tabung 10-1 diambil sebanyak 0,5 ml,
dihomogenkan dan dipindahkan pada tabung 10-2. Selanjutnya
dilakukan lagi pengambilan sampel pada tabung 10-2 diambil sebanyak
0,5 ml, dihomogenkan dan dipindahkan pada tabung 10-3. Langkah
tersebut diulangi sampai pada tabung 10-4.
Disediakan 10 cawan petri, lima cawan petri untuk media NA
diberi label NA 1, NA 10-1, NA 10-2, NA 10-3, dan NA 10-4. Lima cawan
petri lainnya untuk media Endo Agar diberi label EA 1, EA 10-1, EA 10-
2, EA 10-3, dan EA 10-4. Tuangkan media agar cair dengan suhu 45-50oC
sebanyak ±20-25 ml untuk setiap cawan petri berlabel NA dituangkan
media NA cair, untuk setiap cawan petri berlabel EA dituangkan media
Endo Agar cair, kemudian ditambahkan sampel dari setiap pengenceran
sebanyak 1 ml pada setiap cawan petri (contohnya cawan NA 10 -1
dituangkan sampel yang berasal dari tabung berlabel 10-1). Segera
setelah penuangan media agar cair, campurkan secara merata media
agar dengan sampel dengan cara menggoyangkan cawan petri
mengikuti arah angka delapan di atas meja atau permukaan yang rata
secara hati-hati. Hindari tumpahnya media agar ke luar cawan petri.
Kemudian biarkan cawan petri pada tempat yang rata sampai media
agar memadat. Percobaan dilakukan di dekat api (bunsen).
Setelah media agar memadat, cawan petri dimasukkan ke dalam
inkubator dan letakkan dengan posisi terbalik. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi evaporasi sehingga mencegah koloni menyebar. Cawan
petri diinkubasikan pada suhu 37oC selama ±24 jam.
Media Nutrient Agar (NA) merupakan media umum untuk kultur
bakteri, semua bakteri dapat tumbuh pada media NA. Media Endo agar
merupakan media diferensial untuk mengisolasi bakteri usus gram
negatif yang dapat membedakan koloni bakteri yang tidak patogen
dengan bakteri usus patogen. Bakteri-bakteri gram negatif yang tidak
patogen akan membentuk koloni-koloni yang merah dengan atau tanpa
merah kilat logam. Bahan yang terkandung dalam Endo agar antara lain
laktosa, basic fuchsin, dan Na-sulfit.
Bakteri gram-negatif tumbuh baik di media ini, sementara
pertumbuhan organisme gram positif dihambat. Organisme Coliform
memfermentasi laktosa dalam media ini, menghasilkan warna merah
(yaitu Escherichia coli), sedangkan organisme non-laktosa-fermentasi
memproduksi koloni tak berwarna dan bening contohnya yaitu
Salmonella sp. Kandungan natrium sulfit dan basic fuchsin dalam
media Endo Agar dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram
Positif. Asam yang dihasilkan dari perombakan laktosa dapat dideteksi
dengan asetaldehid dan natrium sulfit.
Adapun hasil dari perhitungan koloni ialah ;
NA :
10-1 63 x 4 = 252
10-2 35 x 4 = 140
10-3 26 x 4 = 104
10-4 18 x 4 = 72
Pada media Nutrien Agar (NA) didapatkan hasil sebagai berikut :
Cawan 100 Tidak diperoleh hasil, dikarenakan Natrium Agar
pada cawan petri rusak.
Cawan 10-1 252 x 101 =2520 atau 25,2 x 10-2 gr/ml
Cawan 10-2 140 x 102 = 14000 atau 14 x 10-3 gr/ml
Cawan 10-3 104 x 103 = 104000 atau 10,4 x 10-4 gr/ml
Cawan 10-4 72 x 10-4 = 720000 atau 7,2 x 10-5 gr/ml
EA :
10-1 25 x 4 = 100
10-2 18 x 4 = 72
10-3 12 x 4 = 48
10-4 2 x 4 = 8
Pada media Endo Agar (EA) didapatkan hasil sebagai berikut :
Cawan 100 koloni bakteri sangat banyak sehingga sulit untuk
terhitung
Cawan 10-1 100 x 101 = 1000 atau 28 x 10-2 gr/ml
Cawan 10-2 72 x 102 = 7200 atau 7,2 x 10-3 gr/ml
Cawan 10-3 48 x 103 = 48000 4,8 x 10-4 gr/ml
Cawan 10-4 8 x 104 = 8000 atau 0,8 x 10-5 gr/ml
10o 10-1 10-2
10-3
10-4
10o 10-1 10-2
10-3 10-4