LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
PEMBUATAN SEDIAAN OBAT TETES MATA CHLORAMPHENICOL 0,5% YANG
MEMPUNYAI PH =7,0 SEBANYAK 10 ML
Disusun Oleh :
1. Alifianti Balinda P
1222101010672. Aulia Aditya A 122210101071
3. Nidia Rizqi I
1222101010734. Nora Putri N
122210101075BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER
MARET, 2015
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami dan dapat melakukan metode sterilisasi filtrasi dan
sterilisasi basah
2. Mempelajari pembuatan sediaan obat tetes mata steril pH 7,0
dengan penambahan bakterisida
II. PRA FORMULASI
1. Tinjauan farmakologis kloramfenikol (Martindale: 1137 dan
Farmakologi II) Efek utama : antibakteri
Bakteriostatik : terhadap enterobacter dan staphylococcus
aureus
Bakterisid : terhadap str. Pneumoniae. Neiss. Meningitis,H.
Infwanze (martindale 36;2009;p.241)
Efek samping : reaksi hipersensitif termasuk rashes, demam,
angiodema bisa terjadi, khususnya setelah penggunaan topikal
(martindale 36;2009;p.241)
Kontraindikasi : (martindale 36;2009;p.240)
Pasien dengan riwayat hipersensitivitas atau reaksi toksik pada
kloramfenikol
Tidak boleh diberikan secara sistemik untuk infeksi ringan atau
untuk profilaksis
Program pengobatan berulang dan berkepanjangan
Seharusnya tidak digunakan pada pasien dengan depresi sumsum
tulang atau diskisia darah
Penggunaan kloramfenikol dihindari secara kehamilan dan dapat
mengganggu imunitas dan tidak boleh diberikan selama aktif
imunisasi
Perhatian dan peringatan : Pada penggunaan jangka panjang
sebaiknya dilakukan pemeriksaan hematologi secara berkala.
Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan gagal ginjal,
wanita hamil dan menyusui, bayi prematur dan bayi yang baru lahir
(martindale 36;2009;p.240)2. Tinjauan sifat fisika kimia
(martindale 36;2009;p.239)
a. Kelarutan : 1:400 dalam air, 1: 2,5 dalam etanol 95% P, sukar
larut dalam kloroform P dan dalam eter P, 1:7 dalam propilen glikol
P, Praktis tidak larut dalam petrolatum dan minyak nabati
(Martindale: 1136).
b. Stabilitas
Terhadap cahaya: tidak stabilPemaparan kloramfenikol (eye drops
10 mg mg/L, dapar fosfat PH 7,0) terhadap cahaya menebabkan
degradasi 80% dalam waktu 45 menit. Terhadap suhu: tidak
stabilDalam air akan terhidrolisis 4% (pemanasan 100C 30 menit) dan
10% (pemanasan 115C, 30 menit). Pada PH 7,2 lebih cepat
terdegradasi daripada PH 4,8 (pemanasan 100C/120C) Terhadap PH: PH
larutan jenuh 4,5-7,5PH stabilitas optimum 6,0 (FI IV,1995). Stabil
terhadap larutan netral dan asam, cepat rusakoleh larutan alkali
(Remington). Stabil pada PH yang luas untuk larutan air (PH 2-7)
Terhadap oksigen: tidak stabil. c. Cara sterilisasi bahan
Sediaan dipanaskan pada suhu 100C selama 30 menit dengan
prediksi kehilangan hanya 3,6%. Pemanasan 98-100% selama 30 menit
pada sediaan tetes mata tidak akan kehilangan potensi lebih dari
10% (Martindale: 1137)
d. Inkompatibilitas
- Dengan parasetamol: menurunkan waktu paruh dan klirens
- Dengan kontrasepsi oral: menurunkan efikasi kontrasepsi
oral
- Dengan diuretic
: meningkatkan ekskresi kloramfenikol (furosemid)
e. Cara penggunaan
Dosis umum untuk infeksi ocular, optalmik, kloramfenikol 0,5%
dosis 1-2tetes tiap 2 jam untuk 48 jam pemakaian pertama, tiap 4
jam untuk pemakaian setelahnyaIII. FORMULASI
1. Permasalahan dan penyelesaian
PH sediaan harus dibuat mendekati PH fisiologis untuk mencegah
iritasi
Harga PH mata sama dengan PH darah yaitu 7,4 (Lukas, 2006).
Harga PH tetes mata kloramfenikol antara 7-7,5 pada larutan dapar
(FI IV, 1995). Sehingga pada sediaan tetes mata ditambahkan buffer
borat yang memiliki rentang PH 6,8-9,1 (Lukas, 2006) agar
dihasilkan PH sesuai cairan fisiologis mata.
Kloramfenikol tidak stabil pada pemanasan
Kloramfenikol pada air akan terhidrolisis 4% (pemanasan 100C, 3
menit) dan 10% (pemanasan 110C, 30 menit). Pada PH 7,2 lebih cepat
terdegradasi daripada PH 4,8 (pemanasan 100C/120C).
Kloramfenikol kurang larut dalam air
Apabila dilihat dari kelarutannya maka kloramfenikol sangat
sukar larut dalam air (1:400), sehingga untuk meningkatkan
kelarutanya ditambahkan atau dilarutkan dalam dapar borat, karena
dapar borat juga berfungsi untuk meningkatkan kelarutan.
Kemungkinan terjadi kontaminasi mikroorganisme karena termasuk
sediaan dosis ganda
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu ditambahkan
bakterisida. Pada praktikum ini dipilih fenil merkuri nitrat dengan
konsentrasi 0,001-0,002%. Dipilih fenil merkuri nitrat karena
memiliki rentang PH yang luas. Selain itu penambahan bakterisida
juga dapat meningkatkan nilai SAL.
2. Formulasi
R/cloramphenicol
500 mg
Boric acid
1,5 g
Borax
300 mg
Phenyl mercuric nitate 2 mg
Water forinjection ad100 ml
3. Perhitungan berat dan volume
Volume yang tertera pada kemasan adalah 10 ml, karena
sterilisasi menggunakan filtrasi, dikhawatirkan adanya bahan yang
tertinggal, maka penimbangan dilebihkan 50%.
Penimbangan bahan
Kloramfenikol = 500mg/100ml x 15 ml = 75mg
Boric acid = 1,5g/100ml x 15 ml
= 225mg
Borax
= 300mg/100ml x 15ml = 45mg
Timbang = 50 mg lalu ditambahkan 5 ml fenil merkuri nitrat
0,002% ad larut.
x = 4,5 ml (dipipet 4,5 ml)
Phenyl mercuric nitrate = 2mg/100ml x 15ml = 0,3mg
Pengenceran dengan menimbang 50 mg lalu ditambahkan aq for
injeksi 50 ml lalu dipipet 0,3 ml. Pada percobaan, fenil merkuri
nitrat telah diberikan dalam bentuk terlarut. Water for
injection
Aq pro injeksi ditambahkan ad 15 ml
Vol yang tertera pada sediaan = 10 ml kelebihan 0,5 ml (FI IV,
1995). Jadi sediaan yang dimasukkan pada botol adalah 10,5 ml.
d. Cara sterilisasi bahan
Sediaan disterilisasi dengan menggunakan sterilisasi
filtrasi.IV. PELAKSANAAN
1. Penyiapan Alata. Alat yang digunakan dan cara sterilisasi
NoNama alatJumlahUkuranSterilisasiWaktu
1Kaca arloji23cmOven-180C30
2Kaca arloji15cmOven-180C30
3Pengaduk2Oven-180C30
4Gelas beker250mlOven-180C30
5Sendok logam1Oven-180C30
6Pinset2Oven-180C30
7Erlenmeyer150mlOven-180C30
8Botol tetes coklat110mlOven-180C30
9Pipet tetes pendek2Autoklaf-115C30
10Corong15cmAutoklaf-115C30
11Kertas saring2Autoklaf-115C30
12Gelas ukur1Autoklaf-115C30
13Pipet botol tetes1Autoklaf-115C30
14Taliq.sAutoklaf-115C30
b. Pencucian, pengeringan, dan pembungkusan alat
Pencucian alat gelas
Pencucian alat alumunium
Pengeringan dan pembungkusan
c. Sterilisasi alat
Sterilisasi alat dengan metode panas kering menggunakan oven
pada suhu 180 C selama 30 menit.
Waktu pemanasan
= menit
Waktu kesetimbangan
= menit
Waktu pembinasaan
= 30 menit
Tambahan waktu untuk jaminan sterilitas= menit
Waktu pendinginan
= menit
Total waktu sterilisasi
= menit
Sterilisasi alat dengan metode panas basah menggunakan autoklaf
pada suhu 121C selama 15 menit.
Waktu pemanasan
= menit
Waktu pengeluaran udara
= menit Waktu menaik
= menit Waktu kesetimbangan
= menit
Waktu pembinasaan
= 15 menit
Tambahan waktu untuk jaminan sterilitas= menit
Waktu penurunan
= menit Waktu pendinginan
= menit
Total waktu sterilisasi
= menit2. Cara kerja
a. Pembuatan dapar borat PH 7,0
b. Pembuatan sediaan tetes mata
3. Kemasan
4. Brosur
5. Etiket
V. HASIL PENGAMATAN
a. pH sediaan = 7
b. Volum sediaan yang dibuat = 10,5 ml
Karena untuk sediaan 10 ml , kelebihan volum yang dianjurkan
adalah 0,5 ml (Farmakope Indonesia IV, 1044)c. Sterilisasi Sediaan
dengan Autoklaf Suhu 121C selama 15 Menit
Waktu pemanasan: 10 menit
Waktu pengeluaran udara: 0 menit
Waktu menaik: 0 menit
Waktu kesetimbangan: 10 menit
Waktu pembinasaan: 30 menit
Waktu tambahan jaminan sterilitas: 5 menit
Waktu penurunan: 0 menit
Waktu pendinginan: 7 menit
Total Waktu: 62 menit
Proses sterilisasi dimulai pukul 15.03 sampai dengan pukul
16.05
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukam pembuatan sedian tetes mata
kloramfenikol 0,5% yang mempunyai pH 7 sebanyak 10 ml. Sediaan
tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang
digunakan pada mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir
mata disekitar kelopak mata atau bola mata. Sterilitas adalah
persyaratan yang sangat penting dalam pembuatan larutan mata,
karena pada larutan tersebut dimungkinkan membawa banyak organisme
yang berbahaya, contohnya Pseuodomonas aeroginosa. Infeksi mata
oleh Pseuodomonas aeroginosa ini dapat membuat kebutaan.
Bahan aktif yang digunakan dalam praktikum ini adalah
kloramfenikol. Ada 3 jenis kloramfenikol, yaitu kloramfenikol base,
kloramfenikol palmitat dan kloramfenikol sodium suksinat.
Kloramfenikol suksinat dan palmitat merupakan formulasi proobat
tidak aktif antibiotik yang memerlukan pemecahan gugus ester dari
senyawa induk untuk membebaskan kloramfenikol yang bersifat
antibakteria aktif (Bechmen,1996). Pada praktikum kali ini dipilih
kloramfenikol base, karena sediaan yang dibuat ditujukan untuk
penggunaan pada mata. Mata tidak mempunyai enzim hidrolitik seperti
pada saluran cerna, sehingga untuk sediaan tetes mata tidak dapat
diberikan kloramfenikol palmitat maupun suksinat karena tidak ada
enzim yang memecah keduanya pada mata.
Kloramfenikol merupakan antibiotik bersifat bakteriostatik dan
mempunyai spektrum luas. Kloramfenikol efektif terhadap riketsia
dan konjungtivitis akut yang disebabkan oleh mikoroorganisme,
termasuk Pseudomonas sp kecuali Pseudomonas aeroginosa. Senyawa ini
juga efektif untuk pengobatan infeksi berat yang disebabkan oleh
bakteri gram positif dan gram negatif.
Efek utama dari kloramphenikol pada sediaan tetes mata adalah
sebagai antibiotik spektrum luas dengan cara mengganggu sintesis
protein dan bersifat bakteriostatik. Pada penyakit mata digunakan
untuk mengobati konjuntivis konjungtivitas. Efek sampingnya adalah
retikolopenia, anemia aplasia, gangguan penglihatan, ruam, demam,
dan angio derma.
Pemaparan kloramfenikol (eye drops 10 mg mg/L, dapar fosfat PH
7,0) terhadap cahaya menebabkan degradasi 80% dalam waktu 45 menit.
Sehingga untuk menghindari proses fotolisis digunakan wadah sediaan
yang gelap terlindung dari paparan cahaya secara langsung, misalnya
menggunakan wadah berwarna coklat. Sediaan disimpan ditempat yang
terlindung dari cahaya, steril, dan kedap udara (British
Pharmacopoeia, 2001).Berlangsungnya hidrolisis kloramfenikol
terkatalisis asam umum/basa umum, tetapi pada kisaran pH 2 sampai
7, laju reaksinya tidak tergantung PH. Spesies pengkatalisasi
adalah asam umum atau basa umum yang terdapat pada larutan dapar
yang digunakan; khususnya pada ion monohidrogen fosfat, asam asetat
tidak terdisosiasi, serta ion asam monohidrogen dan dihidrogen
sitrat dapat mengkatalisis proses degradasi. Dibawah pH 2,
hidrolisis terkatalisis ion hydrogen spesifik memegang peranan
besar pada terjadinya degradasi kloramfenikol. Obat ini sangat
tidak stabil dalam suasana basa, dan reaksinya terlihat
terkatalisis baik asam maupun basa spesifik (Connors, 1992)Air mata
mempunyai pH normal 7,4 dan memiliki suatu kemampuan dapar.
Kloramfenikol memiliki stabilitas yang sangat baik pada kisaran pH
2 sampai 7, stabilitas maksimumnya dicapai pada pH 6. Untuk sediaan
tetes mata kloramfenikol mempunyai pH optimal pada 7,0 7,5 (British
Pharmacopoeia, 2001).
Dapar yang dipilih dalam formulasi adalah dapar borat. Untuk
penggunaan dapar ini bisa diganti dengan dapar fosfat. Namun
menurut penelitian Insan Sunan Kurniawan Syah (2006), penggunaan
dapar fosfat dalam sediaan tetes mata kloramfenikol menunjukkan
perbedaan penurunan kadar kloramfenikol yang cukup signifikan jika
dibandingkan dengan penggunaan dapar borat.
Pada penggunaan dapar borat, reaksi penguraian kloramfenikol
merupakan reaksi orde pertama, dimana laju reaksi hanya berdasarkan
pada satu reaktan saja. Sedangkan pada penggunaan dapar fosfat,
reaksi penguraian berubah menjadi reaksi orde nol, dimana laju
reaksi tidak tergantung pada konsentrasi reaktan tetapi dipengaruhi
oleh adanya faktor lain
seperti katalis, dalam hal ini disebabkan karena adanya ion
monohidrogen fosfat dalam dapar fosfat yang bertindak sebagai
katalis, sehingga laju penguraiannya dipengaruhi oleh katalis
tersebut.
Hasil uji stabilitas dengan metode uji dipercepat menunjukkan
bahwa penggunaan dapar fosfat dalam sediaan tetes mata
kloramfenikol dapat menunjukkan bahwa adanya katalis (ion
monohidrogen fosfat dalam dapar fosfat) akan menurunkan energi
aktivasi dari suatu reaksi, mengubah orde reaksi, serta
meningkatkan laju reaksi hidrolisis kloramfenikol, sehingga waktu
paruh serta batas umur simpannya menjadi lebih cepat dibandingkan
dengan tetes mata kloramfenikol yang menggunakan dapar borat.
Sehingga lebih dipilih sediaan tetes mata kloramfenikol menggunakan
dapar borat.Selain pemilihan dapar, penggunaan pengawer untuk
sediaan tetes mata Kloramfenikol 0,5% steril juga perlu
diperhatikan. Kontaminasi pada sediaan mata dapat menyebabkan
kerusakan yang serius. Misalnya menyebabkan radang kornea mata.
Kontaminan yang terbesar adalahPseudomonas aeruginosa. Organisme
lain yang bisa mengjasilkan infeksi pada kornea seperti
golonganproteusyang telah diketahui sebagai kontaminan dalam
larutan metil selulosa. Selain bakteri, fungi juga merupakan
kontaminan. MisalnyaAspergilus fumigatus. Virus juga merupakan
kontaminan seperti herpes simplex. Umumnya pengawet tidak cocok
dengan virus. Pengawet antimikroba merupakan zat yang ditambahkan
pada sediaan obat untuk melindungi sediaan terhadap kontaminasi
mikroba dengan menghambat pertumbuhan (bakteristatik) atau bahkan
mematikan bakteri (bakterisida). Larutan tetes mata yang mengandung
bahan pengawet harus tidak mengiritasi serta dapat mencegah
berkembang atau masuknya mikroorganisme dengan tidak sengaja
kedalam larutan obat mata ketika wadah terbuka selama pemakaian.
Contoh pengawet yang bersifat bakterisida yang banyak digunakan
dalam sediaan tetes mata adalah :Pengawet yang dipilih seharusnya
mencegah dan membunug pertumbuhan mikroorganisme selama penggunaan.
Pengawet yang sesuai untuk larutan obat tetes mata hendaknya
memiliki sifat sebagai berikut:a)Bersifat bakteriostatik dan
fungistatik. Sifat ini harus dimiliki terutama terhadapPseudomonas
aeruginosa.b)Non iritan terhadap mata (jaringan okuler yaitu kornea
dan konjungtiva)
c)Kompatibel terhadap bahan aktif dan zat tambahan lain yang
dipakai.
d)Tidak memiliki sifat alergen dan mensensitisasi.
e)Dapat mempertahankan aktivitasnya pada kondisi normal
penggunaan sediaan.
Golongan pengawet pada sediaan tetes mata (DOM hal 148:Diktat
kuliah teknologi steril, 291-293; Codex, 161-165; Benny Logawa,
43):
JenisKonsentrasiInkompatibilitasKeterangan
Senyawa amonium kuartener:
Benzalkonium klorida0,004-0,02% (biasanya 0,01 %)Sabun,
surfaktan anionik, salisilat, nitrat, fluoresecin natrium.Paling
banyak dipakai untuk sediaan optalmik.
Efektivitasnya ditingkat-kan dengan penambahan EDTA 0,02%
Senyawa merkur nitrat: Fenil merkuri nitrat
Thiomersal0,01-0,005 %
0,005 %Halida tertentu dengan fenilmerkuri asetat
Biasanya digunakan seba-gai pengawet dari zat aktif yang OTT
dengan Benzalkonium Klorida
Parahidroksi benzoat:
Nipagin, NipasolNipagin 0,18% + Nipasol 0,02%Diadsorpsi oleh
makro-molekul, interaksi dg surfaktan nonionikJarang digunakan,
banyak digunakan untuk mence-gah pertumbuhan jamur, dalam dosis
tinggu mem-punyai sifat antimikroba yang lemah
Fenol: Klorobutanol0,5-0,7 %Stabilitasnya pH depen-dent;
aktivitasnya tercapai pada konsen-trasi dekat kelarutan maxAkan
berdifusi melalui kemasan polietilen low-density.
Pengawet yang biasa digunakan untuk tetes mata kloramfenikol
adalah Nipagin, Klorobutanol, Benzalkonium Klorida, dan Fenil
Merkuri Nitrat. Berikut adalah beberapa pertimbangan untuk
pemilihan pengawet tersebut :
Benzalkonium klorida
Benzalkonium klorida merupakan senyawa turunan amonium kuartener
yang digunakan pada formulasi farmasetik sebagai pengawet
antimikroba, disinfektan.
Rumus struktur :
R = campuran dari alkil ; n-C8H17 n-C18H37; dodecyl, tetradecyl
dan hexadecyl.
Konsentrasi benzalkonium korida yang digunakan pada ophthalmic
sebesar 0.010.02% w/v. Sering digunakan dalam kombinasi dengan
pengawet atau bahan tambahan lain terutama 0.1% b/v disodium
edetat, untuk meningkatkan aktivitas antimikroba terhadap
Pseudomonas.
Pemerian:putih atau putih kekuningan, amorf, higroskopis, bau
aromatik yang ringan dan berasa pahit.
pH stabil : 5 8
Kelarutan:praktis tidak larut dalam eter, sangat larut dalam
aseton, etanol, (95%), metanol, propanol dan air.
Inkompatibilitas :
Benzalkonium klorida bersifat surfaktan kationik, yang
aktivitasnya akan tidak aktif oleh sabun dan surfaktan anionik.
Benzalkonium klorida tidak tercampurkan dengan alumunium, surfaktan
anionik, sitrat, kapas, fluoresin, hidrogen peroksida
hidroksipropil metilselulosa, iod, kaolin, lanolin, nitrat,
surfaktan nonionik dalam konsentrasi tinggi, permangat, protein,
salisilat, garam-gram perak, sabun, sulfonamida, tartrat, seng
oksida, seng sulfat, beberapa macam karet dan plastik.
Aktivitas antimikroba :
Larutan benzalkonium klorida aktif terhadap berbagai bakteri,
ragi, dan fungi. Lebih efektif terhadap bakteri Gram positif
daripada bakteri gram negatif dan kurang efektif untuk membunuh
endospora. Benzokonium klorida tidak efektif terhadap beberapa
Pseudomonas aeruginosa, Mycobacterium tuberculosis, Trichophyton
interdigitale dan T. Rubrum. Namun, bila dikombinasikan dengan
disodium edetat (0.01-0.1% b/v), benzil alkohol, phenyletanol atau
phenylpropanolol aktivitasnya terhadap Pseudomonas meningkat.
Stabilitas :
Bersifat higroskopis dan dipengaruhi oleh cahaya, air dan logam.
Larutan stabil pada pH luas dan berbagai suhu. Larutan dapat
disterilkan dengan autoklaf tanpa kehilangan efektivitas. Larutan
dapat disimpan dalam waktu yang lama dalam suhu ruang. Nipagin /
Methylis Parabenum (Excipient Hal 441)
Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152,15
Pemerian : hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal
putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, dan mempunyai rasa
sedikit panas.
Kelarutan : mudah larut dalam etanol, eter; praktis tidak larut
dalam minyak; larut dalam 400 bagian air
OTT : surfaktan non-ionik seperti polisorbat 80, bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan sodium alginat
Kegunaan : antifungi
Konsentrasi : 0.020.3% untuk topical
Nipagin memiliki aktivitas antimikroba pada pH 4-8, namun
efikasinya menurun seiring dengan meningkatnya pH. Nipagin juga
lebih aktif terhadap ragi dan kapang dibandingkan terhadap bakteri,
serta lebih aktif terhadap bakteri gram psitif dibandingkan dengan
bakteri gram negative. Hal ini kurang sesuai jika digunakan untuk
sediaan tetes mata kloramfenikol yang dikehendaki bersifat
bakteriosatatik pada bakteri gram positif dan gram negative. (Rowe,
2009)
Selain itu, nipagin dalam larutan berair stabil pada pH 3-6
sementara larutan air pada pH 8 ke atas secara cepat dapat
mengalami hidrolisis sehingga tidak dapat digunakan untuk sediaan
tetes mata kloramfenikol dengan pH akhir sediaan adalah 7.
Klorobutanol
Klorobutanol Stabil pada suhu kamar pada pH 5 atau kurang.
Klorbutanol dapat berpenetrasi pada wadah plastik. Konsentrasi
0,5%, larut sangat perlahan.
stabilitas klorobutanol dalam larutan baik pada pH 3 dan menurun
seiring dnegan peningkatan pH.
Fenil Merkuri Nitrat
Fenil merkuri nitrat aktif pada spektrum pH yang luas melawan
bakteri dan jamur pada larutan netral sampai alkali, serta efektif
juga jika digunakan pada pH yang sedikit asam. Fenil merkuri nitrat
memang biasanya digunakan terutama untuk sediaan optalmik. Senyawa
ini memiliki aktvitas bakterisidal dan fungisidal. Aktivitasnya
akan meningkat dengan meningkatnya pH walaupun pada pH 6 ke bawah
diketahui fenil merkuri nitrat memiliki aktivitas melawan
Pseudomonas aeruginosa (Rowe et al., 2009).Pada pembuatan sediaan
tetes mata kloramfenikol ini, pada tahap akhir pembuatan adalah
filtrasi dengan menggunakan membrane filter 0,45 m. Tujuan dari
filtrasi tersebut adalah untuk sterilisasi sediaan. Digunakan
sterilisasi filtrasi karena kloramfenikol tidak tahan atau sensitif
terhadap pemanasan. Dengan difiltrasi tersebut akan menghilangkan
partikel-partikel asing atau mencegah adanya partikel-partikel
asing yang dapat mengiritasi mata. Proses filtrasi dilakukan di
dalam chamber LAF ( Laminar Air Flow) untuk mencegah tambahan
kontaminasi dari lingkungan saat dilakukan filtrasi. Hasil filtrasi
tersebut langsung dimasukkan ke dalam wadah yang steril.Proses
filtrasi pada sediaan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu dengan
menggunakan kertas saring Whatman no.54 (diameter pori 0,45 m) pada
proses penyaringan pertama dan milipore filter pada proses
penyaringan kedua. Milipore filter terdiri dari filter dan tabung
syringe. Filternya menggunakan membrane milipore, yaitu membrane
yang terbuat dari selulosa dengan pori yang berliku-liku dan
berukuran 0,45 0,22 m. Lewatnya larutan akan dipercepat dengan
adanya tekanan dari tabung syringe. Dengan menekan syringe, larutan
akan didesak melewati membrane. Saat menekan syringe harus
dilakukan dengan hati-hati karena jika menekannya terlalu keras
dapat merobek membrane.
Proses penyaringan pertama bertujuan untuk mengurangi bioburden
(jumlah mikroorganisme awal) dan pengotor serta jumlah partikel
besar yang ada pada sediaan sehingga akan dihasilkan larutan yang
jernih karena tidak mengandung partikel asing. Hal ini dikarenakan
salah satu syarat sediaan tetes mata yang ditetapkan oleh Farmakope
Indonesia Edisi IV adalah jernih. Untuk proses penyaringan kedua
bertujuan untuk membersihkan sediaan dari bakteri. Hal ini
dikarenakan syarat lain dari sediaan tetes mata yang ditetapkan
oleh Farmakope Indonesia Edisi IV adalah steril.
Sediaan tetes mata kloramfenikol dibuat sebanyak 10 ml. namun
dalam pembuatannya volume dilebihkan 5 ml menjadi 15 ml, hal ini
digunakan untuk mengantisipasi kehilangan volume selama pembuatan
yaitu saat pelarutan dengan bantuan pemanasan suhu < 50C dan
saat penyaringan. Selain itu, juga mengantisipasi kehilangan volume
saat pemindahan dari beaker glass ke dalam wadah tetes mata. Namun
kelebihan volume yang ditambahkan adalah 0,5 ml (FI IV, 1995),
sehingga jumlah sediaan yang dimasukkan dalam wadah tetes mata
adalah 10,5 ml.
Selain menggunakan metode penyaringan sediaan tetes mata
kloramfenikol juga dapat disterilisasi dengan metode panas basah
atau menggunakan autoklaf. Sterilisasi mengguanakan autoklaf dapat
diakukan pada suhu yang rendah sekitar 98 100oC selama 30 menit
dengan cara katup aoutoklaf dibiarkan terbuka dengan penambahan zat
bakterisida diketahui hanya terjadi degradasi sebesar 3 - 4%
sedangakan sterilisasi pada suhu 115oC selama 30 menit, dapat
mengakibatkan 10% - 15 % kloramfenikol terdegradasi (Connors dkk.,
1986).
Kloramfenikol stabil terhadap pengaruh suhu baik dalam bentuk
kristal maupun larutan. Pendidihan dalam air selama 5 jam tidak
merusak aktivitas mikrobanya. Berdasarkan hasil pengamatan
praktikum dihasilkan waktu kesetimbangan sterilisasi kloramfenikol
adalah 10 menit.
Kloramfenikol tidak stabil terhadap cahaya oleh karena itu untuk
mencegah reaksi fotolisis maka menggunakan wadah sediaan yang tidak
tembus cahaya. Botol berwarna coklta diketahui mampu bertindak
sebagai pelindung cahaya yang paling baik.
VII. KESIMPULAN Sediaan tetes mata adalah sediaan steril berupa
larutan atau suspensi yang digunakan pada mata dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata
atau bola mata. Pemilihan kloramfenikol base, karena sediaan yang
dibuat ditujukan untuk penggunaan pada mata. Efek utama dari
kloramphenikol pada sediaan tetes mata adalah sebagai antibiotik
spektrum luas dengan cara mengganggu sintesis protein dan bersifat
bakteriostatik. Pada penyakit mata digunakan untuk mengobati
konjuntivis konjungtivitas. Efek sampingnya adalah retikolopenia,
anemia aplasia, gangguan penglihatan, ruam, demam, dan angio
derma.
Dapar yang dipilih dalam formulasi adalah dapar borat. Pengawet
yang dipilih adalah Fenil merkuri nitrat aktif pada spektrum pH
yang luas melawan bakteri dan jamur pada larutan netral sampai
alkali, serta efektif juga jika digunakan pada pH yang sedikit
asam. Fenil merkuri nitrat memang biasanya digunakan terutama untuk
sediaan optalmik. Senyawa ini memiliki aktvitas bakterisidal dan
fungisidal. Aktivitasnya akan meningkat dengan meningkatnya pH
walaupun pada pH 6 ke bawah diketahui fenil merkuri nitrat memiliki
aktivitas melawan Pseudomonas aeruginosa Pada pembuatan sediaan
tetes mata kloramfenikol ini, pada tahap akhir pembuatan adalah
filtrasi dengan menggunakan membrane filter 0,45 m dan sterilisasi
dengan autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit. Kloramfenikol tidak
stabil terhadap cahaya oleh karena itu untuk mencegah reaksi
fotolisis maka menggunakan wadah sediaan yang tidak tembus cahaya.
Botol berwarna coklta diketahui mampu bertindak sebagai pelindung
cahaya yang paling baik.DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Ansel, H.C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi ke-4.
Jakarta : UI PressBechman, Kliegman dan Arvin, Nelson. 1996. Nelson
Textbook of Pediatrics 5thedition. Saunders
Company,Philadelphia.Connors, Kenneth A., dkk.1986. Chemical
Stability of Pharmacuticals : A Hanbook of Pharmacist. Canada :
Library of Congress Cataloging in Publication Date.
Connors KA, 1992. Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi. Edisi
Kedua. Semarang: IKIP Semarang PressLund, W., 1994, The
Pharmaceutical Codex, 20th edition, PhP, London.
Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.Rowe, Raymond C, dkk.2006.Handbook of
Pharmacutical Excipirnts fifth Edition. London : Pharmacutical
PressSweetman, S.C. 2002. Martindale : The Complete Drud Reference
Ed.86 . London : Pharmaceutical PressSyah, Kurniawan. 2006. Uji
Stabilitas Sediaan Tetes Mata Kloramfenikol Menggunakan Dapar
Fosfat Dibandingkan Sediaan Tetes Mata Kloramfenikol Menggunakan
Dapar Borat
Dengan Metode Uji Dipercepat. Univ.Padjajaran.
The departement of health, social service and public safety.
2001. British pharmacopeia. The stationery office,london
LAMPIRAN
Mencuci alat gelas dengan air dan HCl encer
Merendam dalam larutan tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan
didihkan selama 1 jam
Ulangi ad larutan jernih (maksimal 3x)
Membilas dengan aquadest sebanyak 3x
Mendidihkan alat alumunium dalam tepol 1% selama 10 menit
Merendam dalam larutan Na2CO3 5% selama 5 menit
Membilas dengan aqua panas mengalir
Mendidihkan dengan air 15 menit kemudian dibilas
Mendidihkan dengan aquadet 15 menit
Membilas dengan aquadest sebanyak 3 x
Mengeringkan alat di oven pada suhu 100-1050C selama 10 menit
(dalam keadaan terbalik)
Mendinginkan dan bungkus dengan alumunium foil rangkap 2
Menyiapkan alat dan bahan
Mengkalibrasi botol tetes coklat 10,5 ml
Sejumlah 50 mg Borax
ditimbang, dilarutkan ke dalam larutan Fenil Merkuri Nitrat
0,002% 5 ml, pipet 4,5 ml
Larutan Borax dan Asam Borat
Sejumlah 225mg Asam Borat
ditimbang, lalu dilarutkan dalam 5ml larutan Fenil Merkuri
Nitrat 0.002%
dicampur, dan diukur ad pH 7,0
Larutan Dapar Borat pH 7
Sejumlah 75 mg Kloramfenikol
ditimbang, lalu dimasukkan kedalam beaker glass
75 mg Kloramfenikol dalam Beker Glass
ditambah larutan dapar, lalu diaduk ad larut bila perlu dengan
pemanasan