BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPada material hasil proses produksi diperlukan
suatu alat ukur linier untuk mengetahui apakah material tersebut
sudah sesuai dengan toleransi yang dikehendaki atau belum. Karena
alat ukur ini dirasakan sangat penting dalam ilmu proses produksi
maka diperlukan suatu pengukuran dengan menggunakan jangka sorong
dan mikrometer.Jangka sorong dan mikrometer skrup merupakan salah
satu dari alat ukur linier. Jangka sorong memiliki ketelitian yang
cukup tinggi yaitu 0,05 mm, namun mikrometer skrup lebih teliti
lagi dibandingkan dengan jangka sorong. Selain itu mikrometer skrup
disamping memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan karena
bentuknya yang kecil dan hanya digunakan untuk pengukuran dengan
ketelitian yang tinggi 0,01 mm, oleh sebab itu didalam kehidupan
sehari-hari kita harus dapat menentukan alat ukur apa yang sesuai
dengan bidang atau kontruksi bidang suatu benda yang hendak
diukur.Dalam laporan ini akan di bahas cara kerja dan cara
pembacaan dari alat ukur linier yaitu jangka sorong dan mikrometer,
sehingga kita dapat mengamati secara jelas alat ukur apa yang lebih
teliti serta apa kegunaan dan kelebihan dari masing-masing alat
ukur tersebut sehingga kita dapat mengerti dalam penggunaan jangka
sorong dan mikrometer skrup dalam kehidupan sehari-hari, seperti di
industri-industri atau perusahaan yang kerap kali menggunakan alat
ukur linier.Untuk mengetahui karakteristik alat ukur linier dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya maka dilakukan pengujian yaitu
pengujian dengan jangka sorong dan mikrometer.
1.2 TujuanTujuan dari praktikum pengukuran linier ini adalah
agar:a. Kegunaan dan fungsi dari masing-masing alat ukur.b. Cara
pembacaan dari alat ukur yang digunakan.c. Mengetahui beberapa
jenis alat ukur linier.d. Memilih metode pengukuran dan alat ukur
yang tepat.e. Menganalisa data pengukuran
1.3 ManfaatAdapun manfaat dari praktikum metrologi industri ini
adalah :a. Praktikan dapat menggunakan jangka sorong dan mikrometer
dengan benar.b. Praktikan dapat membaca hasil dan mengetahui cara
kerja dari alat ukur tersebut.c. Praktikan dapat mengetahui
ketelitian dari masing-masing alat ukur.d. Praktikan mampu mencari
alat ukur apa yang tepat untuk digunakan pada benda kerja yang akan
diukur.e. Praktikan bisa membandingkan, mengetahui dan memilih alat
ukur yang paling teliti.
BAB II DASAR TEORI
2.1 Jangka SorongAlat ukur ini dalam praktik sehari-hari
mempunyai banyak sebutan antara lain; jangka sorong,mistar ingsut,
sketmat, sigmat, atau vernier caliper. Alat ini merupakan suatu
alat pengukuran yang cepat dan relatif teliti untuk mengukur
diameter dalam,diameter luar dan kedalaman suatu benda.Bagian
jangka sorong terdiri atas kunci peluncur, kunci penggerak halus,
skala utama batang, lidah pengukur kedalaman. Penggunaan pada
jangka sorong dapat dilihat pada gambar 2,berikut:
Gambar 2.1. Jangka sorong
Jangka sorong terbagi menjadi tiga macam yaitu jangka sorong
dengan pembacaan nonius , jangka sorong jam ukur , serta jangka
sorong digital. Berikut adalah macam-macamnya :
Gambar 2.2. jangka sorong pembacaan nonius
Gambar 2.3 jangka sorong jam ukur
Gambar 2.4 jangka sorong digital
2.2 Mikrometer Mikrometer merupakan alat ukur linier langsung
dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi hingga mencapai 0,001
mm. ada 3 macam mikrometer yaitu : mikrometer dalam, mikrometer
luar dan mikrometer kedalaman.Mikrometer luar memlki bentuk yang
bermacam-macam yang disesuaikandengan bentuk benda yang diukur.
Bagian-bagian dari mikrometer luar terdiri dari spindle, anvil,
inner sleeve, thimble, lock clam, outer sleeve, ratchet stopper.
Spindle merupakan poros panjang yang dapat bergerak maju mundur
untuk menyesuaikan dimensi benda yang akan diukur. untuk
menggerakkan spindle dilakuka dengan cara memutar thimble. Apabila
thimble di putar ke kanan,maka spindle akan mendekati anvil. Pada
saat mengukur benda kerja jika jarak antar spindle dengan benda
kerja masih jauh, maka untuk mendekatkannya dengan cara memutar
thimble ke kanan. Namun apabila jarak antara ujung spindle dengan
benda kerja sudah dekat maka untuk mendekatkannya dengan cara
memutar ratchet stopper sampai ujung spindle menyentuh benda kerja.
Lock clamp digunakan untun mengunci spindle agar tadak dapat
berputar sehingga posisi skala pengukuran tidak berubah.
Gambar 2.5 mikrometerAda enam macam mikrometer, yaitu mikrometer
dimeter dalam , mikrometer tiga kaki (triobor), mikrometer lubang,
mikrometer V-Anvil, mikrometer ulir dan mikrometer roda gigi.
Berikut ini adalah contoh-contoh mikrometer:
(a) (b)(c)
(d) (e)(f)Gambar 2.6 Jenis-jenis Mikrometer,(a) mikrometer
diameter dalam, (b) mikrometer tiga kaki, (c) mikrometer lubang,
(d) mikrometer v-anvil, (e) mikrometer ulir,(f) mikrometer roda
gigiBAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN
3.1 AlatAdapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :a.
Jangka Sorong
Gambar 3.1 Jangka Sorong
b. Mikrometer
Gambar 3.2 Jangka Sorong
3.2 BahanAdapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
:a. Karburator
Gambar 3.3 Karburator
b. Rumah Piston
Gambar 3.4 Rumah Piston
c. Bearing
Gambar 3.5 Bearing
d. Pelat
Gambar 3.6 Pelat
e. Poros
Gambar3.7 Poros3.3 Cara Pembacaan Alata. Jangka Sorong
Gambar 3.8 Contoh Pembacaan jangka sorongPembacaan hasil
pengukuran pada jangka sorong yang menggunakan skala nonius, cara
pembacaan ukurannya secara singkat sebagai berikut :1. Baca angka
mm pada skala utama (pada gambar 3.8) menunjukan angka 9 mm.2. Baca
angka kelebihan ukuran dengan cara mencari garis skala utama yang
segaris lurus dengan skala nonius (pada gambar 3.8) menunjukan
angka 0.15.3. jumlahkan kedua ukuran yang ditunjukan alat ukur
jangka sorong sehingga diperoleh ukuran 9,15 mm.
b. Mikrometer
Gambar 3.9 Contoh Pembacaan AlatCara membaca skala pada
mikrometer : Pertama-tama perhatikan bilangan bulat pada skala
utama barrel, lalu perhatikan apakah terbaca skala setengah
milimeter pada bagian atas skala utama (ada kalanya dibawah), dan
akhirnya bacalah skala perseratusan pada lingkaran.
Nilai ukuran dari gambar dibaca sbb :- Skala utama= 10 x 1,00
mm= 10,00 mm- Skala minor= 1 x 0,50 mm= 0,50 mm- Skala pemutar= 16
x 0,01 mm= 0,16 mm- Nilai = 10,66 mm
3.4 Prosedur Penggunaan Alata. Jangka Sorong1. Mengukur Diameter
Luar Benda
Gambar 3.10 Mengukur diameter luarCara mengukur diameter, lebar,
atau ketebalan benda :a. Memutar pengunci ke kirib. Memasukkan
benda ke rahang bawah jangka sorongc. Menggeser rahang agar rahang
tepat pada bendad. Memutar pengunci ke kanane. Membaca skala yang
ada pada jangka sorong
2. Mengukur kedalaman benda
Gambar 3.11 Mengukur kedalaman benda
Cara mengukur diameter, lebar, atau ketebalan benda :a. Memutar
pengunci ke kirib. Memasukkan rahang atas ke dalam bendac.
Menggeser agar rahang tepat pada bendad. Memutar pengunci ke
kanane. Membaca skala yang ada pada jangka sorong
3. Mengukur diameter dalam benda
Gambar 3.12 Mengukur diameter dalamCara mengukur diameter dalam
:a. Memutar pengunci ke kirib. Membuka rahang sorong hingga ujung
lancip menyentuh dasar tabungc. Memutar pengunci ke kanand. Membaca
skala yang ada pada jangka sorongb. Mikrometer1. Pegang mikrometer
dengan tangan kanana. Pegang saklar putar hati-hati dengan jari
jempol dan telunjukb. Lingkarkan jari tengah dan jari manis dengan
kuat ke rangka mikrometerc. Putar skala berlawanan dengan arah
jarum jam sampai jarak kedua ujung ukur cukup lebar dimasuki benda
yang akan diukur.
2. Pegang benda uji di tangan kiria. Putar skala searah jarum
jam jari jempol dan telunjuk sampai terasa ada tekananb. Putar
sedikit skala dengan maju mundur sampai terasa tekanan yang merata
pada kedua ujung ukurc. Putar pengunci pada saat skala putar tidak
dapat digerakkan dan terdengar bunyi klikd. Kunci spindle dengan
perlengkapan pengunci.
3.5 DataTabel 3.1 Hasil pengukuran Diameter Luar Poros dengan
mikrometer (mm)
NoPercobaan Poros Bertngkat
Tingkat 1Tingkat 2Tingkat 3
111821,5026,30
2218,0521,5026,28
3318,0121,4526,29
441821,5026,29
5518,0121,5126,30
Tabel 3.2 Ketebalan plat dengan mikrometer (mm)
Nopercobaan Posisi 1Posisi 2
116,426,41
226,436,42
336,416,41
446,426,41
556,426,42
Tabel 3.3 Diameter luar dengan jangka sorong (mm)
NoPercobaan Poros Bertngkat
Tingkat 1Tingkat 2Tingkat 3
1118,0121,5326,30
2218,1021,5226,28
3318,0121,5426,29
4418,0121,5226,29
5518,0421,5226,30
Tabel 3.4 Hasil pengukuran diameter dalam menggunakan jangka
sorong (mm)
NoPercobaanKarburatorPistonBearing
1115,90 41,25 40,10
2215,90 41,20 40,05
3315,85 41,25 40,05
4415,90 41,20 40,01
5515,92 41,25 40.01
Table 3.5 Diameter kedalaman benda menggunakan jangka sorong
(mm)
NoPercobaanKarburatorPistonBearing
1143,40 37,1523,50
2243,50 37,1523,51
3343,50 37,1023,49
4443,49 37,1723,51
5543,48 37,1023,50
Tabel 3.6 Ketebalan plat menggunakan jangka sorong (mm)
Nopercobaan Posisi 1Posisi 2
116,106,15
226,126,14
336,106,10
446,126,14
556,146,12
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data hasil PengukuranDari hasil pengukuran maka kami
analisis sebagai berikuta. Pengukuran diameter luar porosTabel 4.1
pengukuran diameter luar poros dengan mikrometer (mm)NoPercobaan
Poros Bertngkat
Tingkat 1Tingkat 2Tingkat 3
111821,5026,30
2218,0521,5026,28
3318,0121,4526,29
441821,5026,29
5518,0121,5126,30
18,0121,4926,29
Dari Tabel 4.1 Tingkat 1 rata-rata pada titik 1 = jumlah hasil
pengukuran Banyaknya pengukuran= =18,01 mm
Grafik 4.1 Pengukuran diameter luar poros
Tingkat 2 rata-rata pada titik 2= jumlah hasil pengukuran
Banyaknya pengukuran= = 21,49 mm
Grafik 4.2 Pengukuran diameter luar poros
Tingkat 3 rata-rata pada titik 3= jumlah hasil pengukuran
Banyaknya pengukuran= = 26,29 mm
Grafik 4.3 Pengukuran diameter luar poros
b. Pengukuran tebal platTable 4.2 Pengukuran tebal plat dengan
mikrometer (mm)Nopercobaan Posisi 1Posisi 2
116,426,41
226,436,42
336,416,41
446,426,41
556,426,42
6,426,41
Dari tabel 4.2 maka diperoleh Posisi 1 rata-rata pada posisi 1 =
jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = = 6,42 mm
Grafik 4.4 Pengukuran tebal plat
Posisi 2 rata-rata pada posisi 2 = jumlah hasil pengukuran
Banyaknya pengukuran = =6,41mm
Grafik 4,5 Pengukuran tebal plat
1. Pengukuran diameter luar
Tabel 4.3. Diameter luar poros dengan jangka sorong (mm)
NoPercobaan Poros Bertngkat
Tingkat 1Tingkat 2Tingkat 3
1118,0121,5326,30
2218,1021,5226,28
3318,0121,5426,29
4418,0121,5226,29
5518,0421,5226,30
18,0321,5226,29
Dari Tabel 4.3 maka Tingkat 1 rata-rata pada tingkat 1 = jumlah
hasil pengukuran Banyaknya pengukuran= =18,03 mm
Grafik 4.6 Pengukuran diameter luar poros
Tingkat 2 rata-rata pada tingkat 2 = jumlah hasil pengukuran
Banyaknya pengukuran = = 21,52 mm
Grafik 4.7 Pengukuran diameter luar poros
Tingkat 3 rata-rata pada tingkat 3 = jumlah hasil pengukuran
Banyaknya pengukuran = =26,29 mm
Grafik 4.8 pengukuran diameter luar poros
2. Pengukuran diameter dalamTabel 4.4. Hasil pengukuran diameter
dalam menggunakan jangka sorong (mm)
NoPercobaanKarburatorPistonBearing
1115,90 41,25 40,10
2215,90 41,20 40,05
3315,85 41,25 40,05
4415,90 41,20 40,01
5515,92 41,25 40.01
15,8941,2340,08
Dari Tabel 4.4 maka diperoleh : Karburator rata-rata= jumlah
hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = =15,89 mm
Grafik 4.9 pengukuran diameter dalam karburator
Piston rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran=
=41,23 mm
Grafik 4.10 Pengukuran diameter dalam piston
Bearing rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran=
=40,08 mm
Grafik 4.11 pengukuran diameter dalam bearing
3. Pengukuran kedalamanTable 4.5. Diameter kedalaman benda
menggunakan jangka sorong (mm)
NoPercobaanKarburatorPistonBearing
1143,40 37,1523,50
2243,50 37,1523,51
3343,50 37,1023,49
4443,49 37,1723,51
5543,48 37,1023,50
43,4737,1323,50
Dari Tabel 4.5 diperoleh hasil sebagai berikut : Karburator
rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran==43,47
mm
Grafik 4.12 pengukuran kedalam karburator
Piston rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran=
=37,13 mm
Gtafik 4.13 Pengukuran kedalaman piston Bearing rata-rata=
jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran==23,50 mm
Grafik 4.14 pengukuran kedalaman bearing
4. Pengukuran ketebalan platTabel 4.6. Ketebalan plat
menggunakan jangka sorong (mm)
Nopercobaan Posisi 1Posisi 2
116,106,15
226,126,14
336,106,10
446,126,14
556,146,12
6,116,13
Dari Tabel 4.6 diperoleh hasil sebagai berikut : posisi 1
rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran= =
6,11mm
Grafik 4.15 Pengukuran tebal plat
posisi 2 rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya
pengukuran= =6,13 mm
Gambar 4.16 Pengukuran tebal plat
4.2 PembahasanPada pengukuran linier, hasil pengukuran jangka
sorong dengan mikrometer mengalami perbedaan karena kedua alat ukur
ini memiliki ketelitian yang berbeda. Ketelitian dari jangka sorong
0,05 mm dan ketelitian mikrometer 0,01 mm. Dilihat dari
ketelitiannya, mikrometer memiliki ketelitian lebih tinggi
dibandingkan jangka sorong.Saat melakukan pengukuran linier akan
diperoleh data hasil pengukuran yang berbeda dari setiap kali
melakukan pengukuran baik menggunakan jangka sorong maupun
mikrometer. Hal ini menyebabkan perlunya pengukuran yang
berulang-ulang guna mendapatkan nilai rata-rata untuk hasil
pengukuran yang akurat atau maksimal. Pada pengukuran diameter luar
poros dengan menggunakan mikrometer pada tingkat pertama diperoleh
hasil pengukuran rata-rata yaitu18,01 mm, tingkat kedua 21,49 mm,
dan tingkat ketiga 26,29 mm. Sedangkan untuk pengukuran tebal plat
dengan menggunakan mikrometer pada posisi satu diperoleh nilai
rata-rata pengukuran 6,42 mm, dan posisi dua yaitu 6,41 mm.
Kemudian pengukuran diameter luar poros rata-rata dengan
menggunakan jangka sorong pada tingkat satu yaitu,18,03 mm, tingkat
dua 21,52 mm, dan tingkat tiga 26,29 mm. Selanjutnya pengukuran
diameter dalam dengan jangka sorong diperoleh rata-rata untuk
karburator 15,9 mm, piston 41,23 mm, dan bearing 40,08 mm.
Sedangkan untuk kedalaman, rata rata hasil pengukuran pada
karburator 43,47 mm, piston 37,13 mm, dan bearing 23,5 mm. Pada
pengukuran tebal plat dengan menggunakan jangka sorong diperoleh
pengukuran rata-rata pada posisi satu 6,11 mm dan posisi dua 6,13
mm.Hasil pembacaan skala pada alat ukur linier, jangka sorong dan
mikrometer mengalami perubahan data setiap kali melakukan
pengukuran disebabkan oleh ;a. Faktor pengamatanb. Faktor pembacaan
skala alat ukur yang kurang cermat.c. Faktor penggunan alat tidak
sesuai dengan prosedurd. Faktor bentuk spesimen yang tidak rata.e.
Faktor kebersihan alat ukur dan benda ukur
BAB VPENUTUP
1.1 KesimpulanDari hasil praktikum metrologi industri yakni
pengukuran linier dapat disimpulkan :a. Pada pengukuran dengan
menggunakan Jangka sorong dan mikrometer terdapat hasil pengukuran
yang berbeda-beda walaupun dilakukan berulang-ulang. Ini disebabkan
karena kesalahan pengukuran yang diakibatkan oleh kesalahan
pembacaan, atau kesalahan pandangan pada saat mengamati skala yang
ditunjukan oleh alat ukur.b. Setelah menggunakan jangka sorong dan
mikrometer kita dapat membandingkan hasil yang dicapai oleh kedua
alat ukur tersebut.c. Setelah melakukan pengukuran dan menganalisis
data dapat disimpulkan bahwa jangka sorong menunjukkan pengukuran
yang lebih teliti dibandingkan dengan mikrometer.d. Untuk mengukur
diameter dalam dan dan kedalaman kita hanya bisa menggunakan jangka
sorong karena mikrometer hanya dapat mengukur ketebalan dan
diameter pada praktikan ini.1.2 SaranAdapun saran untuk mengukur
dimensi suatu benda dengan menggunakanjangka sorong dan micrometer
adalah sebagai berikut :a. Pada saat pengukuran diameter dan tebal
suatu benda dengan menggunakan jangka sorong, sebaiknya bahan yang
akan di ukur benar-benar tepat berada di tengah-tengah rahangb.
Untuk mengukur kedalaman posisi jangka sorong harus tegak lurusc.
Untuk mengukur tebal plat posisi mulut alat ukur harus benar-benar
tepatd. Untuk mendapatkan hasil yang akurat perlu dilakukan
pengukuran berkali-kali lalu menentukan nilai rata-rata supaya kita
mengetahui mana pengukuran yang lebih akurat.BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangUntuk mencapai kualitas produksi mesin yang
baik, maka diperlukan seorang perancang yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang baik juga dalam perancangan mesin. Hal ini
sangat mempengaruhi fungsi kerja dari mesin yang dihasilkan. Banyak
hal-hal yang harus diperhatikan dalam perancangan mesin, misalnya
adalah perhitungan komponen mesin, pengukuran material yang
digunakan, dan lain sebagainya.Dalam melakukan pengukuran,
perancang harus memiliki keterampilan dalam menggunakan alat ukur.
Kalibrasi dari alat ukur yang digunakan sangat mempengaruhi hasil
pengukuran. Selain itu, kemampuan dalam pembacaan skala pada alat
ukur juga adalah salah satu hal yang mempengaruhi hasil pengukuran.
Misalnya adalah kesalahan pembacaan skala pengukuran sudut pada
mesin yang akan dibuat. Jika kesalahan ini terjadi, maka hasil
produksi dapat dikatakan gagal dan perancang akan banyak merugikan
perusahaan dan banyak orang. Oleh karena itu, sebagai perancang,
akan dibutuhkan kemampuan penggunaan alat yang baik.Dalam praktikum
ini, kita akan mempelajari penggunaan dan cara kerja dari sebagian
alat ukur. Kita akan mempelajari cara penggunaan dan cara membaca
skala pengukuran pada alat ukur bevel protactor (busur baja).
1.2 TujuanTujuan dari praktikum yang akan dilakukan adalah :a.
Praktikan mengetahui beberapa jenis alat ukur sudut.b. Praktikan
mampu memilih metoda pengukuran dan alat ukur yang cocok,
melaksanakan pengukuran, menganalisis data hasil pengukuran dan
menyimpulkan hasil pengukuran.
1.3 Manfaat Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :a.
Praktikan menguasai cara kerja dan cara penggunaan dari bevel
protactor.b. Praktikan mampu mengaplikasikannya pada dunia
kerja.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1Dasar TeoriMetrologi Industri merupakan ilmu yang mempelajari
tentang pengukuran. Secara umum, pengukuran dapat diartikan sebagai
suatu proses pembandingan antara suatu besaran dengan besaran
standar yang berasal dari besaran dasar. Pengukuran geometris
terdiri dari tiga aspek yaitu ukuran, bentuk dan kekasaran. Dan
secara terperinci, terbagi menjadi pengukuran linear, sudut,
kedataran, profil, ulir, roda gigi, penyetelan posisi dan kekasaran
permukaan.Pengukuran dibagi beberapa jenis yaitu : a. Pengukuran
langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur langsung
dan hasilnya dapat diperoleh langsung dari pembacaan saat dilakukan
pengukuran.b. Pengukuran tak langsung adalah pengukuran yang
dilakukan dengan beberapa jenis alat ukur pembanding, standard dan
alat bantu.c. Pengukuran dengan pengukuran dengan geometri khusus
adalah pengukuran yang dilakukan hanya untuk satu geometri tertentu
saja seperti kebulatan,pitch ulir dan lainnya.d. Pengukuran dengan
kaliber batas yaitu proses pemeriksaan untuk memastikan apakah
objek ukur memiliki harga yang terletak didalam atau diluar daerah
toleransi ukuran, bentuk atau posisi.e. Pengukuran dengan bentuk
acuan adalah pengukuran dengan cara membandingkan dengan suatu
bentuk acuan yang ditetapkan pada layar alat ukur proyeksi.f.
Pengukuran dengan mesin ukur koordinat yaitu alat ukur geometri
modern dengan memanfaatkan komputer untuk mengontrol gerakan sensor
relative terhadap benda ukur untuk menganalisis data
pengukuran.
Alat ukur adalah suatu alat yang dipakai untuk mengukur suatu
benda yang diukur, alat ukur mesin perkakas biasanya dipakai di
pabrik, di workshop, di bengkel kuliah, dan di bengkel sekolah.
oleh sebab itu, alat ini membantu untuk mengukur benda yang sulit
diukur. Contoh dari alat ukur yang digunakan untuk mengukur besar
sudut dari suatu material adalah bevel protactor atau busur
baja.
2.2Busur Baja ( Bevel Protactor )Bevel protactor merupakan alat
ukur yang digunakan untuk mengetahui nilai atau harga sudut pada
suatu benda kerja dimana hasil pengukurannya langsung dapat dibaca
pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari plat baja dan dibentuk
setengah lingkaran dan diberi batang pemegang serta pengunci. Pada
plat setengah lingkaran itulah dicantumkan skala ukuran sudutnya.
Bevel protaktor merupakan pengukur sudut universal digunakan untuk
pengukuran sudut secara tepat. Pengukuran sudut dapat disetel pada
sembarang tempat dengan daerah pengukuran dari nol sampai dengan
1800.Untuk memudahkan, plat berbentuk lingkaran yang berskala
tersebut disebut dengan piringan skala utama. Antara piringan skala
utama dengan batang pemegang dihubungkan dengan pengunci yang
mempunyai fungsi untuk mematikan gerakan dari piringan skala utama
waktu mengukur.
Pengunci Gambar 2.1. Bevel Protactor
Skala utamaPenunjuk skala utama
Batang pemegang
Pengunci Gambar 2.2 Bagian-bagian Bevel protactorBaja tersebut
hanya mempunyai ketelitian sampai 1 derajat. Piringan skala
setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0 180 secara
bolak-balik. Satu skala kecil besarnya sama dengan 1 derajat. Busur
baja cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut benda ukur terutama
yang terbuat dari plat.
Gambar 2.3 Pengukuran sudut pada plat dengan menggunakan bevel
protactorDi samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini dapat
juga untuk mengukur sudut-sudut alat potong. Untuk mengukur
sudut-sudut yang kecil maka dalam menggunakan busur baja dapat
dibantu dengan penyiku.
BAB IIIMETODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahana. Alat Bevel Protactor (busur baja)
Gambar 3.1 Bevel Protactor yang digunakan
b. Bahan Plat trapesium
Gambar 3.2. Plat trapesium3.2Prosedur PraktikumProsedur yang
harus diikuti dalam melakukan praktikum menggunakan bevel protactor
adalah :a. Permukaan benda ukur dan permukaan kerja dari busur
bilah dibersihkan.b. Bidang dari busur bilah harus berimpit atau
sejajar dengan bidang dari sudut yang diukur (bidang normal).c.
Sisi kerja dari pelat dasar dan salah satu sisi dari bilah utama
harus benar-benar berimpit dengan permukaan benda ukur, dan tidak
boleh terjadi celah.
3.3Cara Pembacaan Alat UkurBusur baja hanya mempunyai satu
skala, yakni skala utama yang mempunyai tingkat kecermatan satu
derajat. Prinsip pembacaan skala pengukuran sangat praktis, karena
hanya melihat satu skala, yakni skala utama kita sudah dapat hasil
pengukuran..
3.4Data Hasil PengukuranHasil Pengukuran pada praktikum ini
tertera pada table di bawah ini :
Table 3.1. Hasil Pengukuran Plat A (mm)NO1234
1102100.57776.25
2102.5100.577.176.5
3102.25100.377.376.3
4102100.47776.6
5102100.757776.9
Table 3.2. Hasil Pengukuran Plat B (mm)NO1234
1102.51027776
2102.5102.276.576.3
3102.5102.176.2576.5
4102.5102.576.576.5
5102.5102.2576.476.2
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Analisa DataPada tabel hasil pengukuran plat dapat kita lihat
bahwa besar antara sudut plat A dan B tidak sama. Ada baiknya pada
saat mengukur sudut, posisi busur baja dan posisi sudut plat harus
benar-benar presisi, dengan begitu kita bisa mendapat hasil
pengukuran yang diinginkan.Table 4.1. Hasil Perhitungan Plat A
(mm)Hasil Perhitungan Plat A
No1234
1102100,57776,25
2102,5100,577,176,5
3102,25100,377,376,3
4102100,47776
5102100,757776,9
Jumlah510,75502,45385,4381,95
Rata-rata102,15100,4977,0876,39
rata-rata dari pengukuran plate A didapat dengan rumus :
rata-rata pada sudut 1 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya
pengukuran = 102 + 102,5 + 102,25 + 102 + 102 5 = 102.15 mm
= Hasil pengukuran
= Nilai rata-rata
Grafik 4.1. Plat A Pengukuran 1 rata-rata pada sudut 2 = jumlah
hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = 100,5 + 100,5+ 100,3+ 100,4
+ 100,75 5 = 100,49 mm
= Hasil pengukuran
= Nilai rata-rata
Grafik 4.2. Plat A Pengukuran 2
rata-rata pada sudut 3 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya
pengukuran = 77 + 77,1+ 77,3+ 77 + 77 5 = 77,08 mm
= Hasil pengukuran
= Nilai rata-rata
Grafik 4.3. Plat A Pengukuran 3
rata-rata pada sudut 4 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya
pengukuran = 76,25 + 76,5+ 76,3+ 76 + 76,9 5 = 76,39 mm
= Hasil pengukuran= Nilai rata-rata
Grafik 4.4. Plat A Pengukuran 4
Table 4.2 Hasil Pengukuran Plat B (mm)Hasil Perhitungan Plat
A
No1234
1102,51027776
2102,5102,276,576,3
3102,5102,176,2576,5
4102,5102,576,576,5
5102,5102,2576,476,2
Jumlah512,5511,05382,65381,5
Rata-rata102,50102,2176,5376,3
rata-rata dari pengukuran plate B didapat dengan rumus :
rata-rata pada sudut 1 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya
pengukuran = 102,5 + 102.5+ 102.5+ 102.5+ 102.5 5 = 102,50 mm
= Hasil pengukuran
= Nilai rata-rata
Grafik 4.5 Plat B Pengukuran 1
rata-rata pada sudut 2 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya
pengukuran = 102 + 102,2+ 102,1+ 102,5 + 102,25 5 = 102,21mm
= Hasil pengukuran
= Nilai rata-rata
Grafik 4.6 Plat B Pengukuran 2
rata-rata pada sudut 3 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya
pengukuran = 77+ 76,5+ 76,25+ 76,5 + 76,4 5 = 76,53 mm
= Hasil pengukuran
= Nilai rata-rata
Grafik 4.7 Plat B pengukuran 3
rata-rata pada sudut 4 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya
pengukuran = 76+ 76,3+ 76,5+ 76,5 + 76,2 5 = 76,3 mm
= Hasil pengukuran
= Nilai rata-rata
Grafik 4.8 Plat B pengukuran 4
4.2Pembahasana. Pembacaan dan Pengambilan DataPengambilan data
atau hasil dari pengukuran dengan bevel protactor didapat dengan
melakukan pengukuran langsung sesuai benda kerja yang diukur
seperti gambar dibawah ini :
Gambar 4.1 Pengukuran Sudut pada Plat dengan Bevel
ProtactorPembacaan dapat dilihat langsung pada skala utama yang
ditunjukan oleh bevel protactor. Hasil Dari setiap pengukuran
didata dalam bentuk tabel sesuai format yang telah ditentukan. Dan
pembacaan pengukuran ini harus dilakukan dengan teliti sesuai
cara-cara yang telah ditentukan untuk mengurangi kesalahan sekecil
mungkin.b. Perhitungan Data Pengukuran Dari data setiap pengukuran
yang didapat, dilakukan perhitungan untuk mencari rata-rata dari
pengukuran tersebut yang akan dicantumkan dalam bentuk tabel dan
grafik hasil pengukuran, hal ini untuk memudahkan pamahaman
terhadap data yang telah didapatkan. Perhitungan data hasil
pengukuran bevel protactor dihitung dengan rumus berikut ini :
: jumlah Rata-rataDengan rumus diatas maka kita akan mendapatkan
hasil rata-rata dari pengukuran yang kita lakukan sehingga kita
dapat masukan kedalam bentuk grafik hasil pengukuran.c. Pembacaan
GrafikGrafik diatas menunjukan data hasil perhitungan dari berapa
kali dilakukan percobaan serta nilai rata-rata. Data hasil setiap
percobaan itu dilambangkan dengan warna biru dan Nilai rata-rata
percobaan di tunjukan dengan warna merah muda. Dari grafik diatas
dapat kita ketahui bahwa dari beberapa kali pengukuran yang
dilakukan terdapat perbedaan pembacaan namun mendekati sama, hal
itu menunjukan bahwa cara pembacaan baik posisi pembacaan, posisi
alat serta cara pembacaan kita sangat berpengaruh terhadap hasil
yang kita dapatkan. Untuk itu maka kita cari nilai rata-rata untuk
mencari nilai pengukuran yang tepat.d. Perbedaan PembacaanSetiap
pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang selalu mendapatkan
pembacaan yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh prosedur pembacaan
yang kurang dicermati, misalnya alat ukur yang tidak bersih
sehingga pembacaan tidak jelas, posisi pembaca yang tidak tepat
sehingga menyebabkan pembacaan pertama dan kedua menjadi berbeda,
ketepatan pemasangan alat yang juga menyebabkan skala yang
ditunjukan berubah-ubah itulah panyebab data yang didapat
berbeda-beda pada setiap pembacaan.
BAB VPENUTUP
5.1KesimpulanDari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat
disimpulkan bahwa :a. bevel protaktor adalah salah satu alat ukur
lansung untuk mengukur sudut.b. pembacaan pada bevel protaktor
dapat langsung kita dapat kan dengan melihat sekala utama yang di
tunjukan.c. Perhitungan data hasil pengukuran dapat dihitung dengan
rumus
d. Grafik menunjukan perbedaan pembacaan beberapa kali pembacaan
dibandingkan dengan nilai rata-rata dari semua pengukuran.e.
Prosedur pembacaan yang kurang tepat dapat menyebabkan perbedaan
pembacaan.
5.2SaranAdapun saran untuk mengukur sudut suatu benda dengan
menggunakanbevel protactor adalah sebagai berikut :a. Untuk
menghindari kesalahan dalam pembacaan maka harus menguasai terlebih
dahulu cara penggunaan alat yang benar dan cara pembacaan yang
tepat.b. Lakukanlah pengukuran dengan sangat hati-hati dan
teliti.
34