Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang dianggap tertinggal dalam sektor kesehatan dibanding dengan negara- negara lain di Asia Tenggara. Angka kematian bayi yang tinggi (34 per 1000 kelahiran hidup), angka kematian ibu melahirkan yang tinggi (228 per 100.000 jiwa), angka harapan hidup yang rendah (6,9 pertahun), tingginya angka rata-rata prevalensi malnitrisi dan penyakit menular, diperburuk dengan isu-isu terkait tidak meratanya dan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat dan peningkatan biaya berobat yang tidak terkontrol adalah faktor-faktor penyebab memburuknya sektor kesehatan di Indonesia. WHO (2003) menekankan bahwa kunci untuk meningkatkan status kesehatan dan mencapai Millenium Develompment Goals (MDGs) 2015 adalah dengan memperkuat sistem pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care). Perlu adanya integrasi dari Community Oriented Medical education (COME) ke Family Oriented Medical Educational (FOME), salah satunya adalah dengan pelayanan kedokteran keluarga yang melaksanakan pelayanan kesehatan holistik meliputi usaha promotif,
51

Laporan Field Lab HOME VISIT

Feb 03, 2016

Download

Documents

Laporan Field Lab HOME VISIT
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Field Lab HOME VISIT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang dianggap tertinggal dalam sektor kesehatan

dibanding dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Angka kematian bayi

yang tinggi (34 per 1000 kelahiran hidup), angka kematian ibu melahirkan

yang tinggi (228 per 100.000 jiwa), angka harapan hidup yang rendah (6,9

pertahun), tingginya angka rata-rata prevalensi malnitrisi dan penyakit

menular, diperburuk dengan isu-isu terkait tidak meratanya dan rendahnya

kualitas pelayanan kesehatan masyarakat dan peningkatan biaya berobat yang

tidak terkontrol adalah faktor-faktor penyebab memburuknya sektor kesehatan

di Indonesia.

WHO (2003) menekankan bahwa kunci untuk meningkatkan status

kesehatan dan mencapai Millenium Develompment Goals (MDGs) 2015

adalah dengan memperkuat sistem pelayanan kesehatan primer (Primary

Health Care). Perlu adanya integrasi dari Community Oriented Medical

education (COME) ke Family Oriented Medical Educational (FOME), salah

satunya adalah dengan pelayanan kedokteran keluarga yang melaksanakan

pelayanan kesehatan holistik meliputi usaha promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif dengan pendekatan keluarga.

Dengan adanya prinsip utama pelayanan dokter keluarga tersebut,

perlulah diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi

tanggungannya, serta dapat selalu menjaga kesinambungan pelayanan

kedokteran yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Untuk dapat mewujudkan

pelayanan kedokteran yang seperti ini, banyak upaya yang dapat dilakukan.

salah satunya yang dipandang mempunyai peranan penting adalah melakukan

kunjungan rumah (home visit) serta melakukan perawatan pasien di rumah

(home care) terhadap keluarga yang membutuhkan.

Karena pengetahuan tentang latar belakang pasien serta terwujudnya

pelayanan kedokteran menyeluruh dinilai merupakan kunci pokok

1

Page 2: Laporan Field Lab HOME VISIT

2

keberhasilan pelayanan dokter keluarga, maka telah merupakan kewajiban

pula bagi setiap dokter untuk dapat memahami serta terampil melakukan dan

perawatan pasien di rumah tersebut.

B. Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar-dasar kunjungan rumah (home

visit) dalam kedokteran keluarga.

2. Mahasiswa mampu melakukan tahapan-tahapan dan prosedur kegiatan

kunjungan rumah (home visit) dalam pelayanan kedokteran keluarga.

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi permasalahan kesehatan keluarga

berdasarkan fungsi keluarga dan menyusun usulan penatalaksanaannya

secara holistik dan komprehensif.

Page 3: Laporan Field Lab HOME VISIT

3

BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

1. Pertemuan Pertama

a. Hari, tanggal : Kamis, 6 November 2014

b. Tempat : Puskesmas Baturetno

c. Kegiatan :

Pada hari Kamis, 6 November 2014, mahasiswa sampai di

Puskesmas Baturetno pukul 07.15 WIB. Mahasiswa bertemu dengan dr.

Rita selaku instruktur Field Lab dan dr. Sustyadi selaku kepala

puskesmas. Kegiatan pada pertemuan pertama kali ini adalah penjelasan

tentang topik home visit serta perencanaan untuk kegiatan home visit di

pertemuan kedua. Setelah itu, mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok

kecil. Kelompok 1 terdiri dari Amarisanti, Azizah Amalia N, dan Dyah

Rohmi N. Kelompok 2 terdiri dari Dyonisa N P, Indah Purnama Sari, Ni

Kadek Ayu S S, dan Vicianita Putri U. Kelompok 3 terdiri dari Abdullah

Al Hazmy, Bima Kusuma Jati, Medita Prasetyo, dan Fika Indah P. Kasus

untuk kegiatan home visit sudah dipilihkan oleh pihak puskesmas, yaitu

tuberkulosis untuk kelompok 1, skizofrenia untuk kelompok 2, dan stroke

untuk kelompok 3. Pada kesempatan kali ini mahasiswa juga melakukan

observasi dan berkenalan dengan para pegawai Puskesmas Baturetno serta

diajarkan cara mencari data pasien melalui SIMPUS (Sistem Informasi

dan Manajemen Puskesmas).

2. Pertemuan Kedua

a. Hari, Tanggal : Kamis, 13 November 2014

b. Tempat : Puskesmas Baturetno

c. Kegiatan :

Mahasiswa sampai di Puskesmas Baturetno pukul 7.30 WIB.

Kegiatan dimulai dengan pengarahan dari dr.Rita mengenai penjelasan

teknis di lapangan dan persiapan anamnesis serta alat yang digunakan

untuk pemeriksaan dan penyuluhan ke pasien. Kemudian mahasiswa

3

Page 4: Laporan Field Lab HOME VISIT

4

dibagi sesuai dengan kelompok masing-masing dan menuju rumah pasien

dengan didampingi dari pihak Puskesmas.

Kelompok 1

Mahasiswa kelompok satu didampingi oleh Bidan Desa

mengujungi rumah Bapak Simin yang merupakan salah satu pasien di

Puskesmas Baturetno yang sedang menjalani pengobatan untuk

tuberkulosis (TBC). Mahasiswa melakukan anamnesis untuk

mendapatkan riwayat penyakit pasien dan data keluarga pasien,

setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik pada pasien meliputi

pemeriksaan tanda vital yakni tekanan darah dan auskultasi untuk

mendengarkan suara pernafasan pasien. Kunjungan dilanjutkan

dengan pemberian penyuluhan mengenai tuberkulosis kepada pasien

dan anaknya. Hal-hal yang mahasiswa sampaikan antara lain :

definisi TBC, penyebab TBC, cara penularan TBC, pengobatan TBC,

cara pencegahan penularan TBC, dan lain lain. Pertemuan ditutup

dengan kami melihat lingkungan rumah Bapak Simin untuk

mendapatkan denah rumah beliau.

Kelompok 2

Kelompok 2 didampingi oleh Bidan Desa Bu Amanah

berkesempatan mengunjungi pasien Mbak Fitri yang melakukan

rawat jalan di Puskesmas Baturetno dan Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta karena di diagnosis skizofrenia. Di rumah pasien,

mahasiswa melakukan anamnesis untuk mendapatkan riwayat

penyakit pasien dan data mengenai pasien sesuai dengan form home

visit. Selain itu mahasiswa juga melakukan pemeriksaan fisik,

pemeriksaan status mental pasien, dan edukasi kepada pasien dan

keluarganya.

Kelompok 3

Kelompok 3 didampingi oleh Bapak Basuki dari pihak

puskesmas mengujungi rumah Bapak Parjan dan Ibu Sakinem yang

merupakan pasien stroke. Di rumah pasien, mahasiswa

Page 5: Laporan Field Lab HOME VISIT

5

mengidentifikasi data keluarga dan riwayat penyakit stroke yang

dialami. Selain itu dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Setelah

kegiatan selesai, mahasiswa kembali ke puskesmas untuk pengarahan

kegiatan pertemuan ketiga.

3. Pertemuan Ketiga

a. Hari, tanggal : Selasa, 18 November 2014

b. Tempat : Puskesmas Baturetno

c. Kegiatan :

Pada pertemuan ketiga ini tiap kelompok melakukan presentasi

untuk melaporkan setiap kasus yang dikunjungi. Setelah itu mahasiswa

mengumpulkan laporan akhir.

Page 6: Laporan Field Lab HOME VISIT

6

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kelompok 1 (Tuberkulosis)

Kegiatan kunjungan rumah (home visit) dilakukan di rumah Bapak

Simi,beliau adalah pasien TBC yang telah menjalani pengobatan selama 5

bulan di Puskesmas Baturetno. Kunjungan dilakukan bersama dengan pihak

Puskesmas. Tatacara kunjungan rumah adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi

2. Mengatur jadwal kunjungan

3. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan

4. Melakukan pengumpulan data

5. Melakukan pencatatan data

Tatacara pertama dan kedua sudah disiapkan dari pihak Puskesmas,

untuk tatacara selanjutnya dilakukan oleh mahasiswa dan dibantu pendamping

dari Puskesmas Baturetno. Berikut adalah hasil kunjungan rumah mahasiswa

kelompok 1 :

A. Karakteristik Demografis Keluarga

Bapak Simin tinggal bersama dengan 3 orang anak, 2 orang menantu,

dan satu orang cucu.

B. Identitas Pasien

Nama Bapak Simin

Umur 68 tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Pekerjaan Pensiunan PNS

Agama Islam

Status pernikahan Menikah, dengan 7 orang anak

Alamat Karangtengah RT. 02 RW. X, Gambiranom,

Baturetno

Tanggal kunjungan 14 ovember 2014

6

Page 7: Laporan Field Lab HOME VISIT

7

C. Penetapan Masalah Pasien

1. Riwayat medis

a. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan batuk, nyeri dada, kurang nafsu makan sudah

dirasakan sejak 2 bulan sebelum Bapak Simin menjalani

pengobatan ke Puskesmas. Karena batuk yang tidak kunjung

sembuh pasien disarankan oleh anaknya untuk memeriksakan diri

ke dokter dan menjalani rotgen Thoraks. Dari hasil rotgen Thoraks

oleh Dokter pasien didiagnosis TBC Paru dan disarankan untuk

menjalani pengobatan di Puskesmas. Saat ini Bapak Simin sudah

menjalani pengobatan selama 5 bulan dan telah masuk pada tahap

pengobatan lanjutan TBC Paru. Walaupun pernah satu kali selama

kurang lebih 3 hari berhenti minum obat, Bapak Simin saat ini

rutin meminum obat dari Puskesmas. Pasien merasakan sudah ada

perbaikan pada kondisi fisiknya, pasien tidak mengeluhkan nyeri

dada, sudah jarang batuk, dan nafsu makannya sudah membaik.

b. Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu seperti

jantung, diabetes melitus, hipertensi, maupun keganasaan.

2. Riwayat penyakit Keluarga

Anak pasien yang tinggal serumah yakni, Bapak Sunardi 3 tahun

yang lalu pernah menderita TBC paru. Beliau menjalani pengobatan

dan sudah dinyatakan sembuh oleh pihak Puskesmas. Istri pasien

meninggal karena komplikasi diabetes melitus dan hipertensi.

3. Riwayat kebiasaan

Pasien sudah berhenti merokok 3 tahun yang lalu.

4. Riwayat sosial ekonomi

Sebelum terdiagnosis TBC Paru Bapak Simin mengisi

aktivitasnya dengan bertani, namun setelah sakit dan menjalani

pengobatan beliau tidak lagi bekerja. Selain karena sakit yang diderita

baliau juga sudah merasa fisiknya tidak mampu lagi bekerja berat

Page 8: Laporan Field Lab HOME VISIT

8

seperti bertani. Meskipun tidak bekerja Bapak Simin masih memiliki

penghasilan dari uang pensiunan beliau sebagai PNS. Pengobatan TBC

yang dijalani selama 5 bulan oleh pasien tidak membebani beliau

karena pengobatan TBC menjadi salah satu program dari pemerintah

sehingga pasien bisa mendapatkan pengobatan secara gratis dari

puskesmas.

5. Riwayat gizi

Makan teratur 3 kali sehari, namun terkadang lupa makan

sebelum minum obat.

6. Diagnostik holistik (biopsikososial)

a. Aspek personal

Pasien telah menyadari telah menyadari bahwa Tuberculosis

merupakan penyakit menular yang pengobatannya membutuhkan

waktu yang lama. Pasien sempat merasa jenuh dengan pengobatan

yang dilakukan dan sempat berhenti minum obat selama beberapa

hari, tapi karena keadaan selama berhenti minum obat yang kian

memburuk pasien sadar harus kembali menjalani pengobatan.

Semenjak itu pasien rutin berobat dan kontrol ke Puskesmas.

Selain itu pasien juga menyadari bahwa TBC merupakan penyakit

yang menular,sehingga pasien berhati-hati ketika batuk, meludah

atau membuang dahak.

b. Aspek klinis

Diagnosis klinis : Tuberculosis (TBC) Paru

c. Aspek Internal

Bapak Simin sudah berhenti merokok sejak tiga tahun yang

lalu, dimana kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor yang

dapat memperberat penyembuhan penyakit TBC.

d. Aspek Eksternal

Pengobatan pasien mendapatkan dukungan penuh dari

keluarganya. PMO pasien selalu mendorong pasien untuk rutin

Page 9: Laporan Field Lab HOME VISIT

9

minum obat dan mengingatkan pasien untuk kontrol ke

Puskesmas.

e. Skala fungsi sosial

Bapak Simin aktif dalam kegiatan di masyarakat, seperti

arisan bapak-bapak yang rutin dilaksanakan setiap satu bulan

sekali setiap hari Sabtu malam.

D. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Biologis

Keluarga Bapak Simin merupakan sebuah keluarga besar dengan

jumlah anak 7 orang, serta 8 orang cucu. Di rumah, Bapak Simin

tinggal bersama 3 orang anak (Suparni, Sutardi, Sunardi), seorang

menantu, serta seorang cucu yang masih berusia 4 bulan. Istri Bapak

Simin sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu akibat komplikasi dari

penyakit yang dideritanya, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi.

Tiga tahun yang lalu pula, salah seorang anak dari Bapak Simin,

Sunardi, juga menderita TB Paru, namun kini sudah dinyatakan

sembuh. Saat ini, setelah menjalani pengobatan selama 5 bulan, Bapak

Simin telah merasakan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Fungsi Sosial

Bapak Simin termasuk orang yang aktif dalam kegiatan di

masyarakat. Meskipun tidak menjabat di lingkungan RT, beliau selalu

menghadiri arisan untuk bapak-bapak yang rutin dilaksanakan sebulan

sekali pada hari sabtu malam.

3. Fungsi Psikologis

Hubungan pasien dengan keluarga sangat harmonis. Hubungan

antar anggota keluarga yang lain juga harmonis. Keluarga memiliki

kepedulian yang besar terhadap pasien terkait dengan penyakit yang

dideritanya. Hal ini terlihat dengan menjadinya Mas Sunardi sebagai

PMO (Pengawas Minum Obat) yang selalu menyiapkan dan

mengingatkan Bapak Simin untuk rutin minum obat.

Page 10: Laporan Field Lab HOME VISIT

10

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan utama keluarga ini berasal dari Bapak Simin yang

merupakan pensiunan PNS dengan gaji Rp 1.200.000,00/ bulan.

Namun untuk kebutuhan keluarga sehari-hari, anak-anak Bapak Simin

juga turut membantu mencukupinya.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Penyelesaian masalah dalam keluarga ini berlangsung dengan

baik. Keputusan penting dalam keluarga ini dipegang oleh anak Bapak

Simin, namun tidak lupa untuk bermusyawarah bersama dengan

Bapak Simin. Tidak ada masalah dengan masyarakat sekitarnya.

6. Fungsi Fisiologis (Skor APGAR)

Pengisian kuesioner untuk penentuan skor APGAR (Adaptation,

Partnership, Growth, Affection, Resolve) dalam kelurga ini hanya

dilakukan oleh Mas Sunardi saja, sebab Bapak Simin tidak bisa

mencerna maksud dari pertanyaan dengan baik, Mas Sutardi sedang

bekerja, Ibu Suparni mengalami gangguan mental, dan menantunya

sedang merawat cucunya yang sedang rewel. Hasil skor APGAR yang

diperoleh yaitu 7 (cukup).

7. Fungsi Patologis (SCREEM)

Fungsi-fungsi patologis digolongkan dalam beberapa aspek antara

lain sosial, culture/ budaya, religius, ekonomik, edukasi, dan medical.

Fungsi sosial, budaya, dan religius keluarga ini cukup baik. Meskipun

ekonomi dan pendidikannya termasuk menengah kebawah, namun hal

ini tidak mengganggu dan dapat diatasi dengan baik. Pembiayaan

medis menggunakan BPJS Kesehatan.

8. Kesimpulan Permasalahan Fungsi Keluarga

Tidak terdapat permasalahan dalam fungsi keluarga.

Page 11: Laporan Field Lab HOME VISIT

11

E. Struktur Keluarga (Genogram)

F. Pola Interaksi Keluarga

Hubungan antar anggota keluarga baik. Keluarga memberi dorongan

yang besar bagi pasien untuk sembuh.

G. Keadaan Rumah dan Lingkungan (Indoor dan Outdoor)

Rumah pasien termasuk cukup luas untuk ditempati pasien dan

kelaurganya. Pekarangan depan rumah termasuk luas dan terdapat 1-2

pohon di sekitar rumahnya. Terdapat empat kamar tidur didalam rumah.

Rumah pasien memilik kamar mandi di luar sedangkan untuk WC di

dalam rumah. Sumber air berasal dari sumur terletak di belakang rumah.

Tampak sanitasi lingkungan baik, namun tidak ada tempat pembuangan

sampah. Pasien dan keluarganya masih membuang sampah di sekitar

sungai untuk selanjutnya dibakar di tempat tersebut. Dinding rumah masih

menggunakan kayu namun sebagian besar lantai rumah sudah di keramik,

kecuali dapur yang masih terbuat dari tanah padat. Ventilasi dan

penerangan di dalam rumah pasien masih kurang.

TBC

Diabetes Mellitus

Gangguan Mental

Hipertensi

Page 12: Laporan Field Lab HOME VISIT

Rr

Ruang tamu

Kamar tidur

Kamar tidur

Kamar tidur

Kamar tidur

WCDapur

12

H. Denah Rumah

I. Daftar Masalah

1. Masalah Medis

Bapak Simin menderita TBC sejak 5 bulan yang lalu dan telah

menjalani pengobatan rutin di Puskesmas Baturetno.

2. Masalah Nonmedis

Bapak Simin terkadang lupa makan sebelum minum obat.

B. Kelompok 2 (Skizofrenia)

Kegiatan kunjungan rumah (home visit) dilakukan di rumah keluarga

Mbak Fitri Aisyah. Mbak Fitri adalah pasien skizofrenia yang telah menderita

gangguan ini sejak tahun 2002. Sekarang pasien sedang menjalani pengobatan

rutin di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, dimana setiap satu bulan sekali,

pasien akan mengambil obat ke rumah sakit tersebut. Pasien memberitahukan

bahwa dosis obat telah diturunkan dari sebelumnya. Pasien mengaku

meminum obat secara teratur, namun sempat tidak minum obat sekali (siang

hari tanggal 12 November 2014) karena rasa malas dan efek obat yang sedikit

Page 13: Laporan Field Lab HOME VISIT

13

menganggu. Terdapat empat jenis obat pasien, yaitu Chlorpromazine 1x1

(malam), Haloperidol 3x1, Risperidon 2x1.

Tata cara kunjungan rumah adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi

2. Mengatur jadwal kunjungan

3. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan

4. Melakukan pengumpulan data

5. Melakukan pencatatan data

Tata cara pertama sampai kelima sudah dilakukan oleh mahasiswa dengan

bantuan dari pihak Puskesmas. Pencatatan data dilakukan sesuai dengan

formulir kunjungan rumah.

Pada kasus keluarga Mbak Fitri identifikasi fungsi keluarga dijelaskan

sebagai beikut:

A. Karakteristik Demografis Keluarga

Mbak Fitri tinggal di rumah bersama kedua orangtuanya. Sebenarnya

Mbak Fitri memiliki dua adik, namun keduanya tinggal di luar kota

bersama dengan pasangan masing-masing.

No Nama UmurJenis

KelaminKedudukan Pendidikan Pekerjaan Penyakit

1 Sutarman 58 th Laki-laki

Ayah S1 Guru SD Skizofrenia (1990)

2 Sriyati 53 th Perempuan

Ibu SD Ibu Rumah Tangga

Skizofrenia (1990)

3 Fitri Aisyah 33 th Perempuan

Anak Kandung / I

S1 Tidak Bekerja

Skizofrenia (2002)

4 Zulfa Suniarini

31 th Perempuan

Anak Kandung / II

S1 Buruh -

5 Bustomi Karunia

28 th Laki-laki

Anak Kandung / III

S1 Guru MAN

Psikosis (2011)

Page 14: Laporan Field Lab HOME VISIT

14

B. Identitas Penderita

C. Penetapan Masalah Pasien

Masalah utama pasien adalah pasien menderita skizofrenia sejak tahun 2002

dan dukungan dari keluarga pasien sangat kurang. Hal ini menyebabkan aktivitas

sosial pasien terganggu, pasien kehilangan minat dan tujuan, serta menjadi malas

dan berdiam diri. Pada keluarga pasien diduga memiliki faktor genetik yang kuat,

bapak dan ibu pasien mengalami gangguan jiwa dengan manifestasi yang berbeda,

namun yang sedang menjalani pengobatan hanya ibu pasien. Sedangkan faktor

pemicu yang diduga menyebabkan munculnya gejala adalah terjadinya stress

psikologis karena pacar dan ramalan. Masalah lain pasien adalah kesadaran pasien

untuk percaya bahwa dirinya dapat sembuh kurang. Pasien memahami bahwa

dirinya harus berobat, namun kepercayaan untuk dapat sembuh sangat minim. Hal

ini juga mungkin disebabkan karena kurangnya dukungan dari kedua orang tua,

yang juga terdapat gangguan jiwa.

1. Riwayat Medis

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Saat dilakukan anamnesis pasien mengakui bahwa dirinya

ingin teriak dan mengamuk karena ada pikiran yang menyuruhnya.

Hal ini diduga pasien mengalami though of insertion. Pasien

mengaku awal mulanya terjadi gangguan disebabkan karena ada

masalah dengan pacar dan melakukan permainan ramalan. Salah

satu ramalan yang membuat pasien stress adalah ramalan tentang

Nama Fitri Aisyah

Umur 33 tahun

Jenis Kelamin Perempuan

Pekerjaan -

Agama Islam

Pendidikan S1

Alamat Dusun Putuk RT 01/04 Desa

Glesungrejo, Baturetno, Wonogiri

Status Pernikahan Belum menikah

Page 15: Laporan Field Lab HOME VISIT

15

nama pacar pasien yang berbeda dengan kenyataan. Selain itu

akibat dari permainan ini menyebabkan pasien mengalami sakit

pada mata, pikiran menjadi bingung, kecapekan. Kemudian pasien

mengalihkan rasa tersebut dengan menulis dan membaca syair dan

puisi. Pasien juga pernah membeli obat penenang secara bebas

selama dua bulan, namun kejadian tersebut masih menjadi beban

pikiran bagi pasien. Hal ini diduga menjadi faktor pemicu

munculnya skizofrenia pada pasien. Kemudian pasien dirawat di

Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta selama satu bulan

untuk pengobatan. Saat ini pasien rutin kontrol ke RSJD Surakarta

setiap satu bulan sekali sekaligus mengambil obat.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan status mental pada pasien.

Hasil pemeriksaan status mental adalah sebagai berikut:

1. Deskripsi Umum : Penampilan pasien tampak baik,

pasien juga merawat diri dengan baik

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor: Normoaktif

3. Mood dan Afek: Saat dilakukan anamnesis pasien

menjawab biasa/kosong, tidak ada kebahagian maupun

kesedihan. Afek pasien tumpul atau datar. Sehingga dapat

disimpulkan mood dan afek selaras.

4. Pembicaraan: Tidak ada gangguan pembicaraan pada

pasien

5. Gangguan persepsi: Pasien mengalami gangguan persepi

berupa halusinasi auditorik maupun visual. Pasien

mempercayai halusinasi tersebut merupakan hal yang

nyata dan hal ini mengganggu kehidupan pasien.

Halusinasi biasanya muncul pada sore hari. Halusinasi

tersebut berupa:

a) Halusinasi auditorik: berupa suara orang yang

membicarakan pasien, bahwa pasien merupakan

seseorang yang baik, jangan diganggu. Selain itu

Page 16: Laporan Field Lab HOME VISIT

16

pernah ada suara yang menyatakan bahwa seluruh

dunia ingin memukuli pasien. Sempat juga terdengar

suara gaduh yang tidak jelas dan tertawa.

b) Halusinasi visual: sering melihat orang lewat dengan

cepat di depannya tanpa waktu yang jelas dan pernah

melihat seseorang memakai baju hitam, sarung

hitam, dan kupluk hitam saat hendak ke kamar mandi

dini hari.

6. Bentuk pikiran: Non realistik

7. Isi pikiran: Pasien mengalami waham bersalah, waham

kejar, dan though of insertion. Waham bersalah terjadi

karena pasien merasa tidak berguna di keluarga, sering

merepotkan keluarganya. Waham kejar terjadi ketika

pasien melihat dirinya dikejar-kejar banyak orang dan

melarikan diri sampai pacitan. Though of insertion terjadi

ketika sebuah buku bacaan pasien merasuki pemikiran

pasien sehingga pasien seolah-olah tidak memiliki bapak

ibu dan ketika seseorang menyuruh pasien untuk teriak.

Hal ini dirasakan saat fase kambuh

8. Tingkat Kesadaran: Secara kualitatif kesadaran pasien

berubah. Sedangkan secara kuantitatif kesadaran pasien

compos mentis

9. Orientasi: orientasi orang, tempat, waktu pasien masih

baik. Namun terkadang saat kambuh, orientasi pasien

terganggu.

10. Daya ingat: Daya ingat pasien tidak terganggu, baik

segera, pendek, menengah, dan panjang. Pasien masih

mengingat aktivitas yang baru saja dikerjakan saat

pemeriksa datang dan masih mengingat pengalaman

semasa kuliah dan saat keci.

11. Konsentrasi dan perhatian: baik.

Page 17: Laporan Field Lab HOME VISIT

17

12. Visuospasial: pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan

karena pasien tidak melakukan instruksi

13. Pikiran abstrak: baik

14. Pengendalian impuls: Tenang

15. Pertimbangan dan Tilikan: Pertimbangan pasien masih

baik. Tillikan pasien adalah 5, dimana pasien tahu bahwa

dirinya sakit tanpa tahu penyebabnya dan berusaha

mencari pertolongan.

Dari hasil pemeriksaan status mental dan anamnesis, menurut

PPDGJ, pasien memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.

Hasil pemeriksaan yang sesuai dengan kriteria diagnosis adalah

adanya though of insertion, waham kejar, waham bersalah,

halusinasi visual dan auditorik, adanya gejala negatif seperti masa

bodoh (apatis) dan respons emosional yang menumpul dan tidak

wajar, serta terjadinya perubahan dalam mutu hidup dang gejala-

gejala ini telah berlangsung lebih dari satu bulan.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami sakit mata dan tenggorokan sejak

kejadian ramalan dan. Pasien mengobati dengan merica dan

menyebabkan sakit semakin parah dan sempat batuk darah. Sakit

ini sudah dibawa ke dokter. Namun, pasien masih mempercayai

penyebab sembuh sakit mata dan tenggorokan adalah merica.

Pasien juga mengaku dulu pernah mengalami vertigo.

Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

sebanyak delapan kali. Rata-rata rawat inap selama 10-14 hari.

2. Riwayat Penyakit Keluarga

Page 18: Laporan Field Lab HOME VISIT

18

a. Bapak pasien menderita hipertensi dan gangguan jiwa, salah satu

manifestasi yang paling terlihat adalah obsesi menjadi penulis

hebat.

b. Ibu pasien menderita asam urat dan gangguang jiwa, salah satu

manifestasi yang tampak adalah mutisme. Saat ini sedang

mengalami pengobatan.

c. Adik pasien nomor dua juga mengalami gangguan jiwa dengan

awal mula pusing. Sempat dirawat di RSJD Surakarta selama tiga

bulan.

3. Riwayat Kebiasaan

a. Jarang melakukan aktivitas olahraga

b. Sering jalan-jalan di sekitar rumah dan masih melakukan aktivitas

fisik rumah

c. Tidak minum alkohol maupun rokok

4. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tidak bekerja. Penghasilan utama keluarga ini berasal dari

Bapak pasien yang bekerja sebagai guru. Penghasilan ini sudah cukup

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien dan keluarga.

Aktivitas sosial pasien sudah mulai berkurang. Dahulu pasien

sempat mengikuti karang taruna dan pengajian, namun sekarang sudah

tidak. Terkadang pasien hanya berbicara sedikit dengan tetangga.

5. Riwayat Gizi

a. Makan tidak teratur, yaitu 1-5x sehari

b. Minum air sudah terasa segar dan cukup

c. Menyukai sayur, tetapi tidak dengan daging

d. Kadang-kadang mengonsumsi buah tetapi tidak sering

6. Diagnostik Holistik

a. Aspek Personal

Pasien menyadari bahwa ada gangguan pada dirinya dan

mengetahui bahwa harus diobati. Pasien kontrol rutin setiap

sebulan sekali ke RSJD Surakarta. Walaupun demikian pasien

Page 19: Laporan Field Lab HOME VISIT

19

masih merasa bahwa kesembuhan akan sukar didapat sehingga

tidak bersemangat dalam proses pengobatan.

b. Aspek Klinis

Diagnosis klinis: Skizofrenia

c. Aspek Internal

Aspek internal dari diri pasien yang dapat memperburuk

keadaan pasien adalah kurangnya semangat pasien dalam proses

pengobatan dan hal ini ditakutkan terjadiya lupa atau kemalasan

minum obat.

d. Aspek Eksternal

Kurangnya komunikasi dalam keluarga membuat pasien

menjadi kurang merasakan kasih sayang dan dukungan dari

orangtua.

e. Skala Fungsi Sosial

Pasien sudah tidak aktif lagi dalam kegiatan sosial. Namun,

terkadang masih berkomunikasi dengan tetangga walau hanya

sebentar.

D. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Biologis

Fungsi biologis menunjukkan apakah di dalam keluarga teradapat

gejaa-gejala penyakit menurun (herediter), penyakit menular, maupun

penyakit kronis (Prasetyawati, 2010). Pada keluarga pasien tampak

terdapat penyakit herediter, yaitu gangguan jiwa. Bapak, ibu, dan adik

nomor 2 juga mengalami gangguan jiwa. Apabila ditelesuri lebih ke

atas tampak kakek dari pihak bapak dan sepupu dari pihak ibu juga

mengalami gangguan jiwa.

2. Fungsi Sosial

Pasien sudah tidak aktif dalam kegiatan masyrakat sekitar.

Namun, masih memiliki interaksi yang baik dengan lingkungan,

walaupun hanya sebentar.

3. Fungsi Psikologis

Page 20: Laporan Field Lab HOME VISIT

20

Pasien tinggal serumah dengan bapak dan ibu. Hubungan pasien

dengan keluarga tidak harmonis. Pasien sering dimarahi orangtua dan

mengaku tidak merasakan kasih sayang dari orang tua. Namun, pasien

mengaku masih memiliki hubungan yang baik dengan kedua adiknya.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasian utama keluarga berasal dari bapak pasien yang

bekerja sebagai guru. Penghasilan ini cukup untuk memenuhi

kebutuhan keluarga. Apabila pasien berobat, maka biaya yang

dikeluarkan ditanggung oleh BPJS

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Penyelesaian masalah dalam keluarga berlangsung tidak baik.

Apabila ada masalah dibiarkan saja sehingga tidak pernah

terselesaikan.

6. Fungsi Fisiologis (Skor APGAR)

Ketika pengisian kuesioner untuk penentuan skor APGAR

(Adaptation, Partnership, Growth, Affection, Resolve), anggota

keluarga yang berada di rumah hanya Mbak Fitri dan ibu, sehingga

skor APGAR hanya dapat ditentukan keduanya. Skor APGAR untuk

Mbak Fitri dan Ibu adalah 0, yang berarti kurang. Hal ini menunjukkan

adaptasi (dukungan, penerimaan, saran) yang jarang, komunikasi yang

jarang, dukungan terhadap hal yang baru jarang, hubungan kasih

sayang dan interaksi yang jarang, dan tidak adanya kepuasam tentang

kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama.

7. Fungsi Patologis (SCREEM)

Fungsi-fungsi patologis digolongkan dalam beberapa aspek antara

lain sosial, culture/budaya, religious, ekonomi, edukasi, dan medical.

Fungsi sosial kurang baik karena sudah jarang mengikuti aktivitas di

luar, namun kadang masih berkomunikasi dengan tetangga. Fungsi

budaya dan religi cukup baik. Fungsi ekonomi termasuk menengah ke

bawah, namun hal ini tidak mengganggu dan dapat diatasi dengan

baik. Fungsi edukasi baik, tampak rata-rata pendidikan yang

Page 21: Laporan Field Lab HOME VISIT

21

7

3

45

6

21

diselesaikan adalah Sarjana. Fungsi medical baik, tampak rutin

melakukan pemeriksaan dan konsultasi sebulan sekali ke RSJD

Surakarta.

8. Kesimpulan Permasalahan Fungsi Keluarga

Terdapat permasalahan pada fungsi psikologis, fungsi penguasaan

masalah dan kemampuan beradaptasi, serta fungsi fisiologis. Tampak

kurangnya komunikasi di dalam keluarga sehingga apabila ada

masalah tidak dapat dipecahkan dengan baik dan cenderung dibiarkan

saja. Hubungan dalam keluarga cenderung kurang harmonis dan

menyebabkan pasien merasakan kurangnya kasih sayang dalam

keluarga. Hal ini juga tampak pada skor APGAR yang hasilnya

kurang.

E. Struktur Keluarga (Genogram)

Keterangan nama keluarga pasien yang mengalami gangguan kejiawaan:

1. Fitri

2. Zulfa

3. Bustomi

4. Bp. Sutarman

5. Ibu Sriyati

6. Bapak

7. Paijem

Page 22: Laporan Field Lab HOME VISIT

Ruang TamuKamar Mbak Fitri

Kamar Bapak Ibu Mbak Fitri

Ruang Keluarga

Dapur

WCpur

Kamar mandiJemuran

PekaranganU

Tempat Pem

buangan Sampah

Tempat Pembuangan Sampah

22

F. Pola Interaksi Keluarga

Hubungan antar anggota keluarga kurang harmonis. Keluarga kurang

memberikan dukungan atau dorongan kepada pasien.

G. Keadaan Rumah dan Lingkungan

Rumah pasien termasuk cukup luas untuk ditempati pasien dan

orangtuanya. Pekarangan depan rumah termasuk luas dan terdapat 1-2

pohon di sekitar rumahnya. Jarak antara rumah satu dengan yang lainnya

cukup dekat. Ruang tamu dan ruang keluarga hanya dipisahkan oleh

sebuah lemari kayu. Terdapat dua kamar tidur. Rumah pasien memilik

kamar mandi dan WC yang berada di luar rumah. Sumber air berasal dari

PAMTampak sanitasi lingkungan baik, namun tidak ada tempat

pembuangan sampah. Tempat pembuangan sampah di belakang rumah,

yaitu di pekarangan. Dinding rumah masih batako namun sebagian besar

lantai rumah sudah di keramik, kecuali dapur yang masih terbuat dari

tanah padat. Ventilasi dan penerangan cukup baik

H. Denah Rumah

I. Daftar Masalah

Page 23: Laporan Field Lab HOME VISIT

23

1. Masalah Medis

Mbak Fitri menderita skizofrenia sejak tahun 2002. Saat ini sedang

menjalani pengobatan secara rutin.

2. Masalah Non Medis

Kurangnya komunikasi, dukungan, dan kasih sayang dari keluarga

yang dapat berakibat kurangnya semangat dalam proses pengobatan.

C. Kelompok 3 (Stroke)

Kegiatan kunjungan rumah (home visit) dilakkan di rumah Bapak Parjan

dan Ibu Sakinem. Keduanya merupakan pasangan suami istri yang menderita

stroke. Bapak Parjan terdiagnosis stroke sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu,

sedangkan Ibu Sakinem terdiagnosis stroke sejak kurang lebih seminggu yang

lalu.

A. Karakteristik Demografis Keluarga

Bapak Parjan dan Ibu Sakinem tinggal bersama dua orang anak dan

seorang menantu.

No Nama Umur Jenis kelamin

Kedudukan Pendidikan Pekerjaan Penyakit Ket.

1. Parjan 76 L Kepala keluarga

SD Petani Stroke, Hipertensi

2. Sakinem 71 P Istri SD Petani Stroke, hipertensi, DM

3. Sartini 55 P Anak pertama

SD Wiraswasta - domisili Jakarta

4. Sudarno 51 L Anak kedua

SMEA Wiraswasta HT, susp DM

5. Sunarni 49 P Anak ketiga

SD Wiraswasta HT, susp DM

6. Wiji 43 P Anak keempat

SD Wiraswasta - domisili Jakarta

7. Sutiyem 42 P Menantu SMEA Wiraswasta -

B. Identitas Penderita

Page 24: Laporan Field Lab HOME VISIT

24

C. Penetapan Masalah Pasien

Masalah utama dari Bapak Parjan adalah menderita stroke sejak

kurang lebih 1 tahun yang lalu. Saat itu Bapak Parjan merasa tubuhnya

kaku separuh badan dan tidak bisa digerakkan saat bangun dari tidur, serta

mengalami keluhan pegal dan kesemutan pada malam sebelumnya. Jika

ditelusur dari awal mula terjadinya, stroke yang diderita Bapak Parjan

adalah jenis stroke iskemik. Sebelum terdiagnosis stroke Bapak Parjan

Nama Bapak Parjan

Umur 76 tahun

Jenis Kelamin Laki –laki

Pekerjaan Petani

Agama Islam

Pendidikan SD

Alamat Winong, Temon, Baturetno

Status Pernikahan Menikah

Nama Ibu Sakinem

Umur 71 tahun

Jenis Kelamin Perempuan

Pekerjaan Petani

Agama Islam

Pendidikan SD

Alamat Winong, Temon, Baturetno

Status Pernikahan Menikah

Page 25: Laporan Field Lab HOME VISIT

25

bekerja sebagai petani dari pagi hingga sore hari. Bapak Parjan juga

memiliki kebiasaan merokok dan riwayat hipertensi, namun tidak pernah

rutin diperiksakan. Saat awal terdiagnosis stroke Bapak Parjan rutin

minum obat dan latihan, tetapi belakangan sudah berhenti minum obat

karena sudah merasa baikan. Kebiasaan merokoknya juga belum dapat

dihentikan.

Masalah utama dari Ibu Sakinem adalah menderita stroke sejak

kurang lebih seminggu yang lalu. Saat itu Ibu sakinem ditemukan terjatuh

dari tempat tidur dan merasa tubuhnya kaku separuh badan, serta

mengalami keluhan pegal dan kesemutan malam sebelumnya. Saat

dilakukan pemeriksaan tenyata tekanan darah dan gulanya tinggi. Ternyata

Ibu Sakinem memiliki kebiasaan suka minum minuman manis dan bekerja

berat semenjak Bapak Parjan mengalami stroke dan tidak dapat bekerja

lagi. Hasil pemeriksaan CT Scan menunjukkan bahw Ibu Sakinem

mengalami stroke iskemik. Masalah lain dari Ibu Sakinem adalah Diabetes

Mellitus tipe II dan Hipertensi stage II. Saat ini Ibu Sakinem dalam terapi

pengobatan beberapa obat, yaitu Amlodipine, Aspilet, dan injeksi Insulin.

1. Riwayat Medis

a. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama Bapak Parjan adalah kurang lebih 1 tahun

yang lalu separuh badan kaku (hemiparesis sinistra) dan tidak

dapat digerakkan saat bangun dari tidur, terdiagnosis stroke dan

hipertensi stage III. Bapak Parjan berobat ke puskesmas dan

mendapat obat. Namun karena badan merasa sudah membaik pada

beberapa bagian tubuh sehingga tidak pernah kontrol ke

puskesmas lagi.

Keluhan utama Ibu Sakinem adalah mengalami kaku separuh

badan(hemiparesis sinistra) kuranglebih sejak seminggu yang lalu.

Saaat ditemukan Ibu sakinem sudah terjatuh dari tempat tidur

dengan kesadaran yang menurun (koma diabetikum).Berdasarkan

hasil pemeriksaan tekanan darah, CT Scan, dan gula darah, Ibu

Page 26: Laporan Field Lab HOME VISIT

26

sakinem terdiagnosis stroke, hipertensi stage II, dan DM tipe II.

Perawatan di umah sakit dan pemberian obat memperingan

kondisi Ibu Sakinem.

b. Riwayat penyakit dahulu

Bapak Parjan dan Ibu Sutiyem tidak memiliki riwayat alergi,

asma, maupun penyakit jantung.

2. Riwayat Penyakit Keluarga

Dari garis keturunan Bapak Parjan tidak ada yang mengalami

penyakit stroke maupun hipertensi selain Bapak Parjan sendiri,

sedangkan dari garis keturunan Ibu Sakinem, diketahui bahwa kakak

laki-lakinya yaitu Bapak Sakijo pernah menderita sakit yang sama dan

meninggal dunia. Keponakan Ibu Sakinem (Anak pertama Bapak

Sakijo) juga pernah menderita koma akibat DM tipe II dan meninggal

dunia. Anak nomor 2 dan 3 dari Bapak Parjan dan Ibu Sakinem juga

memiliki riwayat tekanan darah dan gula darah tinggi.

3. Riwayat Kebiasaan

a. Bapak Parjan memiliki kebiasaan merokok sejak usia muda.

Kebiasaan ini tidak berhenti meskipun sudah menderita stroke.

b. Ibu Sakinem memiliki kebiasaan meminum minuman manis, sering

merasa cepat haus dan lapar (gejala trias poli)

c. Keduanya tidak pernah berolah raga, tetapi aktivitasnya sebagai

petani tergolong berat, yaitu berkebun dan menggendong hasil

kebun yang berat dari ladang sampai rumah setiap hari.

d. Sebelumnya keduanya rutin untuk datang ke posyandu lansia dan

kegiatan-kegiatan desa yang lainnya, namun tidak pernah

melakukan pemeriksaan gula darah.

4. Riwayat Sosial Ekonomi

Page 27: Laporan Field Lab HOME VISIT

27

Sebelum menderita stroke, bapak Parjan bekerja sebagai petani

dari pagi hingga sore hari. Setelah menderita stroke, Bapak Parjan

berhenti bekerja dan digantikan oleh Ibu Sakinem. Setelah keduanya

menderita stroke dan tidak mampu bekerja, kebutuhan keluarga

dicukupi oleh anak nomor dua dan menantunya, yaitu Bapak Sudarno

dan Ibu Sutiyem yang tinggal di dekat rumah dan mengunjungi

keduanya setiap hari. Pekerjaan keduanya adalah sebagai petani

dengan penghasilan kurang lebih Rp. 3.000.000,00 per 3 bulan.

Penghasilan ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

5. Riwayat Gizi

a. Keduanya makan 3 kali sehari (bubur nasi-sayur-lauk)

b. Jarang mengonsumsi buah

6. Diagnosis Holistik (Biopsikososial)

a. Aspek Personal

- Bapak Parjan: Pasien telah menderita Stroke Iskemik,

Hipertensi stage III sejak satu tahun lalu, kemudian rutin cek ke

Puskesmas hingga saat ini, sehingga saat ini keadaan beliau

mulai membaik.

- Ibu Sakinem: Pasien tidak menyadari jika memiliki kadar gula

darah yang tinggi, sehingga gula darah tidak terkontrol

sekaligus riwayat hipertensi stage II membuat risiko terjadinya

stroke iskemik. Setelah jatuh dari tempat tidur seminggu lalu,

pasien mulai mengetahui bahwa mengidap Stroke Iskemik,

Hipertensi stage II, Diabetes Mellitus tipe II sehingga keluarga

pun membantu mengingatkan pasien untuk minum obat agar

keadaannya dapat membaik dan merawat serta memenuhi

kebutuhan pasien sehari-hari.

b. Aspek Klinis

- Bapak Parjan: Stroke Iskemik, Hipertensi stage III

- Ibu Sakinem: Stroke Iskemik, Hipertensi stage II, Diabetes

Mellitus tipe II

Page 28: Laporan Field Lab HOME VISIT

28

c. Aspek Internal

- Bapak Parjan: Aspek internal dari diri pasien yang dapat

memperburuk keadaan adalah kebiasaan merokok.

- Ibu Sakinem: Aspek internal dari diri pasien yang dapat

memperburuk keadaaan adalah kebiasaan suka meminum

minuman manis. Namun hal tersebut sudah dikurangi sedikit

demi sedikit sejak menderita stroke

d. Aspek Eksternal

Penghasilan dari keluarga dianggap telah cukup untuk

memenuhi kebutuhan keluarga. Anak - anaknya juga cukup

memahami kebutuhan keduanya dan merawat dengan baik.

e. Skala Fungsi Sosial

Setelah mengalami stroke keduanya lebih banyak di rumah

dan tidak banyak mengikuti kegiatan di masyarakat. Namun

hubungan dengan keluarga dan tetangga masih bagus.

D. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Biologis

Keluarga bapak Parjan dan Ibu Sakinem memiliki fungsi biologis

yang baik karena telah memiliki anak dan cucu. Ibu Sakinem juga

tidak pernah mengalami keguguran selama masa kehamilannya.

2. Fungsi Sosial

Bapak Parjan dan Ibu Sakinem termasuk orang yang aktif dalam

kegiatan masyarakat sebelum menderita stroke. Kegiatan yang rutin

mereka ikuti antara lain arisan, rapat RT, dan posyandu lansia.

3. Fungsi Psikologis

Hubungan Bapak Parjan dan Ibu Sakinem dengan keluarga sangat

harmonis. Keluarga pun memiliki kepedulian yang besar terhadap sakit

yang diderita keduanya. Hubungan antaranggota keluarga yang lain

juga baik.

4. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan

Page 29: Laporan Field Lab HOME VISIT

29

Penghasilan utama keluarga ini berasal dari penghasilan anak

kedua (Bapak Sudarno) yang bermata pencaharian sebagai petani.

Penghasilan sebesar kurang lebih Rp 3.000.000,00 per 3 bulan cukup

untuk memenuhi kebutuhan Bapak Parjan, Ibu Sakinem, dan keluarga

Bapak Sudarno sendiri.

5. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan berinteraksi

Penyelesaian masalah dalam keluarga ini berlangsung dengan

baik . semua permasalahan diselesaikan dengan musyawarah mufakat.

6. Fungsi fisiologis (APGAR)

Ketika pengisian kuesioner untuk penentian skor APGAR,

anggota keluarga yang berada di rumah hanya Bapak Parjan, Ibu

Sakinem, seorang anak (anak nomor 3) dan menantunya.

Bapak Parjan : 10 (baik)

Ibu Sakinem : 10 (baik)

Ibu Sutiyem : 10 (baik)

Ibu Sunarni : 10 (baik)

7. Fungsi patologis (SCREEM)

Fungsi sosial, budaya, dan religi keluarga cukup baik, meskipun

budaya Jawa masih cenderung kental. Fungsi ekonomi dan edukasi

tergolong menengah ke bawah, namun tidak terlalu mengganggu dan

dapat diatasi dengan baik.

8. Kesimpulan dan permasalahan fungsi keluarga

Tidak terdapat permasalahan Fungsi Keluarga

E. Struktur Keluarga (Genogram)

Page 30: Laporan Field Lab HOME VISIT

30

Keterangan:

Stroke

Diabetus Melitus

Hipertensi

F. Pola Interaksi Keluarga

Hubungan antaranggota keluarga baik. keluarga memberi dorongan

yang besar bagi pasien untuk sembuh.

G. Keadaan Rumah dan Lingkungan

Rumah Bapak Parjan dan Ibu Sakinem tergolong cukup besar.

Memiliki 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 4 kamar tidur, dan 1 kamar

mandi dan WC permanen. Dinding rumah terbuat dari kayu dan lantainya

sudah ubin. Ventilasi dan pencahayaan di rumah cukup baik. Sumber air

berasal dari sumur yang jaraknya dengan septitank cukup jauh, lebih dari

10 m. kecukupan air di rumah ini baik dan jarang kekeringan meskipun

musim kemarau. Pembuangan sampah dilakukan di kebun, dengan cara

dibakar.

H. Denah Rumah

Bapak Parjan Ibu Sakinem

Ibu Sartini Bapak Sudarno Ibu Sunarni Bapak Wiji

Page 31: Laporan Field Lab HOME VISIT

31

I. Daftar Masalah

1. Masalah Medis

Bapak Parjan dan Ibu Sakinem menderita penyakit stroke. Bapak

Parjan sudah dapat berjalan lagi meskipun kaki kirinya masih agak

kaku dan perlu dibantu dengan tongkat. Bapak Parjan sudah tidak

mengkonsumsi obat. Sedangkan Ibu Sakinem baru saja mengalami

strokes sehingga masih menjalani pengobatan rutin.

2. Masalah Non-medis

Kebiasaan merokok Bapak Parjan belum dapat dihentikan. Perlu

nya pengawasan secara intensif terhadap kedua pasien, pengawasan

dan perawatan terutama oleh keluaraga (anak dan menantu).

Page 32: Laporan Field Lab HOME VISIT

32

BAB IV

PENUTUP

A. Kelompok 1 (Tuberkulosis)

1. Simpulan

Bapak Simin menderita TBC kemungkinan karena tertular dari

anaknya yang tinggal satu rumah dengan beliau. Dengan adanya dukungan

dari anak-anak beliau sdalam menjalani pengobatan saat ini kondisi Bapak

Simin sudah membaik.

2. Saran

a. Pencahayaan dan ventilasi di rumah Bapak Simin yang kurang baik

perlu diperhatikan lagi, mengingat hal ini merupakan salah satu bentuk

pencegahan penularan TBC

b. Perlunya peran serta seluruh anggota keluarga untuk mendukung dan

mengawasi pengobatan pasien, termasuk pemenuhan asupan gizi

B. Kelompok 2 (Skizofrenia)

1. Simpulan

Penegakan diagnosis secara holistik pada pasien ini adalah sebagai

berikut:

1. Biomedis: Pasien menderita skizofrenia yang terdiagnosis sejak tahun

2002.

2. Psikologis: Pasien merasakan kurangnya komunikasi, dukungan, dan

kasih sayang dari keluarga. Selain itu semangat untuk sembuh dari

pasien kurang, hal ini juga dapat disebabkan dukungan yang kurang.

3. Sosial: Pasien tidak mengalami masalah sosial. Memang pasien sudah

tidak aktif dalam kegiatan seperti karangtaruna ataupun pengajian.

Namun, pasien masih berkomunikasi dengan tetangga

2. Saran

Pasien sudah mengerti bahwa dirinya harus minum obat secara teratur.

Namun, semangat untuk sembuh masih kurang, sehingga perlu diberikan

penyuluhan dan motivasi agar memiliki semangat untuk sembuh dan terus

melakukan pengobatan secara rutin. Selain itu, komunikasi keluarga perlu

32

Page 33: Laporan Field Lab HOME VISIT

33

ditingkatkan dan diberikan pengertian kepada keluarga untuk selalu

mendukung dan menampakkan kasih sayang sehingga dapat mendorong

lagi semangat untuk sembuh dan melakukan pengobatan secara rutin. Hal

ini juga diharapkan dapat mengurangi gejala-gejala dari skizofrenia.

C. Kelompok 3 (Stroke)

1. Simpulan

Pasien menderita stroke iskemik yaitu Bapak Parjan dan Ibu

Sakinem dengan penyebab pola hidup yang kurang terkontrol. Dengan

adanya perawatan obat dan dukungan keluarga, ada perbaikan kondisi dari

keduanya. Hubungan keluarga dan sosial tidak mengalami masalah.

2. Sarana. Perlunya dukungan dan perawatan lebih banyak terhadap penderita

agar tidak terjadi kasus seperti terjatuh dari tempat tidur, kesulitan

bergerak, dan sebaginya.

b. Perbaikan perilaku hidup perlu dilakukan penderita dengan

pengawasan dari keluarga.

c. Perlu skrining gula darah, tekanan darah, dan pennelusuran informasi

mengenai pola hidup sehat warga sekitar (terutama keluarga) karena

dapat menjadi faktor resiko terjadinya stroke.

d. Perlunya penambahan fasilitas dari puskesmas dalam pelaksanaan

home visit/kunjungan rumah pasien seperti form home visit, alat

transportasi, dan koordinasi dengan bidan desa/mantri/tenaga

kesehatan terdekat untuk melakukan home visit secara berkala.

Page 34: Laporan Field Lab HOME VISIT

34

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta: Yayasan

Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.

Idris, Fami. 2006. Pelayanan Dokter Berbasis Dokter Keluarga di Indonesia.

Palembang : Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat – Kedokteran Komunitas

(IKM/IKK) FK Universitas Sriwijaya.

http://eprints.unsri.ac.id/311/1/13._Yandok_berbasis_doga.pdf - diakses

November 2014

Prasetyawati AE. 2010. Kedokteran Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Field Lab FK UNS. 2014. Ketrampilan Kedokteran Keluarga: Kunjungan

Pasien di Rumah (Home Visit). Surakarta: FK UNS Press.

Toomey, Sara L., Cheng, Tina L. 2012. Home Visiting and the Family‐Centered

Medical Home: Synergistic Services to Promote Child Health. American

Academy of Pediatrics

http://www.medicalhomeinfo.org/downloads/pdfs/Home_Visiting.pdf -

diakses November 2014

34