LAPORAN PRAKTIKUM GALENIKA ENFLEURAGE DINGIN oleh kelompok 6 1. Meyna Sulistyaningrum M3511037 2. Nina Anindyawati M3511040 3. Okky Mareta M3511042 4. Pebri Andriyanto M3511043 5. Pratiwi Hening P M3511044 6. Previ Rahma A M3511045 D3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM GALENIKA
ENFLEURAGE DINGIN
oleh
kelompok 6
1. Meyna Sulistyaningrum M3511037
2. Nina Anindyawati M3511040
3. Okky Mareta M3511042
4. Pebri Andriyanto M3511043
5. Pratiwi Hening P M3511044
6. Previ Rahma A M3511045
D3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2011
PENYARIAN MINYAK ATSIRI DENGAN
METODE ENFLEURASI DINGIN
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara mengisolasi
minyak atsiri dengan metode enfleurasi dingin.
2. Mahasiswa dapat mengisolasi minyak atsiri dari bunga Melati
(Jasminum sambac) dengan metode enfleurasi dingin.
3. Mahasiswa dapat melakukan kontrol kualitas minyak atsiri dari bunga
Melati (Jasminum sambac)
II. DASAR TEORI
Teknologi enfleurasi
Metode enfleurasi adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang
dilekatkan pada media lilin. Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa
jenis bunga yang setelah dipetik, enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam
menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa hari atau minggu. Misalnya pada
bunga melati Jasminum sambac, sehingga perlu perlakuan yang tidak merusak
aktivitas enzim tersebut secara langsung (Didik gunawan, dkk., 2004).
Metode penyulingan memiliki banyak kelemahan yang berpengaruh
terhadap kualitas minyak atsiri yang dihasilkan, karena adanya panas dan uap air.
Dilaporkan bahwa, komponen fenil etil alkohol tidak terdapat dalam minyak
mawar yang di ekstraksi dengan cara penyulingan, karena komponen ini larut
dalam air destilat. Untuk meningkatkan mutu dan rendemen minyak bunga,
Moates dan Reynolds (1991) menyarankan penggunaan teknik solvent extraction
atau enfleurasi (Ketaren, 1985).
Teknik enfleurasi dingin merupakan salah satu cara pengambilan minyak
atsiri bunga dari lemak sebagai absorben yang telah jenuh dengan aroma wangi,
di mana proses penyerapan aroma oleh lemak terjadi dalam keadaan tanpa
pemanasan. Metode ini sudah lama digunakan di wilayah Perancis Selatan yang
sangat terkenal dengan kualitas parfumnya. Penggunaan teknik enfleurasi pada
pembuatan minyak melati dilaporkan dapat meningkatkan rendemen minyak
hingga 4-5 kali lebih besar bila dibandingkan dengan cara penyulingan
(Yulianingsih,dkk., 2007).
Dalam proses enfleurasi minyak bunga, faktor absorben berpengaruh
terhadap kualitas dan rendemen absolut. Lemak yang digunakan sebagai absorben
harus bebas dari kotoran atau zat lain, warna dan bau spesifik, yang akan
mempengaruhi proses absorbsi minyak bunga serta aroma absolut bunga yang
dihasilkan (Yulianingsih, dkk., 2007).
Kandungan asam lemak bebas yang tinggi akan menyebabkan lemak
mudah rusak dan tidak tahan lama. Adanya warna dan bau yang tidak diinginkan
dari lemak yang akan digunakan sebagai absorben mempengaruhi warna dan
aroma absolut dari bunga (Ketaren, 1985).
Dalam menggunakan teknik enfleurasi untuk produksi minyak bunga,
jenis lemak yang berperan sebagai absorben sangat menentukan rendemen dan
kualitas minyak bunga yang diperoleh. Adapun campuran lemak sapi dan lemak
babi dengan perbandingan 1:2 mempunyai konsistensi yang baik apabila
digunakan sebagai absorben dalam proses enfleurasi bunga sedap malam (Tjiptadi
dan Wahyu, 1986).
Minyak dari bungan-bungan sangat cocok diekstrak dengan metode
enfluerasi karena sifat bunga yang masih melanjutkan kegiatan fisiologisnya dan
menghasilkan minyak yang menguap dengan waktu singkat walaupun sudah
dipetik. Selain itu, kegiatan bunga akan terhenti dan mati bila terkena panas atau
terendam dalam pelarut organik, sehingga metode ekstraksi pada suhu tinggi atau
yang menggunakan pelarut akan menghasilkan rendemen yang rendah bila
diterapkan sebagai metode ektraksi minyak dari bunga-bungaan. Syarat-syatat
lemak yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis lemak untuk metode ini
diantaranya adalah :
1. Lemak tidak berbau, karena bila berbau akan mencemari bau minyak atsiri
yang dihasilkan. Bila yang ada hanya lemak yang berbau maka terlebih
dahulu harus dilakukan proses deodorisasi terhadap lemak tersebut.
2. Konsistensi lemak yang sesuai, karena lemak yang terlalu keras akan
memiliki daya absorbsi yang rendah, sedangkan bila terlalu lunak, maka
lemak akan banyak melekat pada bunga dan susah untuk dipisahkan.
Pengaturan konsistensi lemak ini bisa dilakukan dengan mencampur beberapa
jenis lemak bisa lemak nabati maupun hewani.
3. Lemak harus halal karena dibeberapa negara masalah kehalalan sangat
diperhatikan
4. Harga lemak yang akan digunakan, bila minyak yang dihasilkan terletak pada
kelas mutu yang sama maka tentunya harga lemak yang murah tentu jadi
pilihan (Ketaren, 1985)
Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak
ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris atau minyak esensial karena pada
suhu biasa mudah menguap di udara terbuka. Istilah esensial dipakai karena
minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan tidak tercemar,
murni dan segar, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun pada
penyimpanan dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya menjadi
lebih gelap atau tua. Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri
harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misal disimpan di dalam bejana gelas
yang berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak
memungkinkan berhubungan langsung dengan oksigen di udara, ditutup rapat,
serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk (Didik gunawan, dkk., 2004).
Sifat-sifat Minyak Atsiri yaitu :
1. Memiliki bau khas, umumnya bau dari tanaman asalnya. Bau minyak atsiri
satu dengan yang lain berbeda-beda tergantung dari macam dan intensitas bau
dari masing-masing penyusunnya.
2. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi
kesan hangat sampai panas atau justru dingin ketika terasa di kulit.
3. Dalam keadaan murni (belum tercemar) mudah menguap pada suhu kamar
sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika dibiarkan
menguap, tidak meninggalkan bekas noda pada benda yang ditempel.
4. Tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen, sinar
matahari dan panas karena terdiri dari berbagai macam komponen penyusun.
5. Indeks bias umumnya tinggi.
6. Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut
hingga dapat memberikan baunya kepada air, walaupun kelarutannya sangat
kecil.
7. Sangat mudah larut dalam pelarut organik (Didik gunawan, dkk., 2004).
Metode Isolasi Minyak atsiri
Minyak atsiri umumnya diisolasi dengan empat metode :
1. Metode destilasi terhadap bagian tanaman yang megandung minyak. Dasar
dari metode ini adalah perbedaan titik didih.
2. Metode penyarian dengan menggunakan pelarut penyari yang cocok. Dasar
dari metode ini adalah adanya perbedaan kelarutan. Minyak atsiri sangat
mudah larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
3. Metode pengepresan atau pemerasan. Metode ini hanya bisa digunakan
terhadap simplisia yang mengandung minyak atsiri dalam kadar yang cukup
besar. Bila tidak, nantinya akan habis dalam proses.
8. Metode perlekatan bau dengan menggunakan media lilin. Metode ini disebut
juga metode enfleurasi. Cara ini memanfaatkan aktivitas enzim yang diyakini
masih terus aktif selama sekitar 15 hari setelah bahan minyak atsiri dipanen
(Didik gunawan, dkk., 2004).
Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Cara penetapan dengan mencampur bahan yang diperiksa dalam labu
dengan cairan penyuling, pasang alat dan mengisi buret dengan air hingga penuh,
kemudian panaskan dengan penangas udara sehingga penyulingan berlangsung
dengan lambat tetapi teratur. Setelah penyulingan selesai, biarkan selama tidak
kurang dari 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak
atsiri dalam % v/b (Anonim, 1980)
Melati .
Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak
yang hidup menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang
disebut Spansish Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun
1665 di Inggris dibudidayakan melati putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh
Duke Casimo de’ Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di
kawasan India Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di Inggris pada tahun 1923.
Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Nusantara.
Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut atau Meulu
Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru
(Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete
(Madura). Kedudukan tanaman melati dalam sistematika/taksonomi tumbuhan
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Spesies : Jasminum sambac (L) W. Ait..
Bunga melati bermanfaat sebagai bunga tabur, bahan industri minyak wangi,
kosmetika, parfum, farmasi, penghias rangkaian bunga dan bahan campuran atau
pengharum teh (Anonim, 2000).
Tanaman melati dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 10-1.600 m dpl. Meskipun
demikian, tiap jenis melati mempunyai daya adaptasi tersendiri terhadap
lingkungan tumbuh. Melati putih (J. sambac) ideal ditanam di dataran rendah
hingga ketinggian 600 m dpl, sedangkan melati Star Jasmine (J. multiflorum)
dapat beradaptasi dengan baik hingga ketinggian 1.600 m dpl. Di sentrum
produksi melati, seperti di Kabupaten Tegal, Purbalingga dan Pemalang (Jawa
Tengah), melati tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai dataran menengah
yaitu 0-700 m dpl (Rukmana, 1997).
Contoh produk pengolahan pascapanen bunga melati adalah Jasmine Oil,
dengan jenis-jenis:
1. Minyak melati istimewa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati
dengan pelarut ether minyak bumi, sebagai bahan baku minyak wangi mutu
tinggi.
2. Minyak melati biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan
pelarut benzole, sebagai bahan baku minyak wangi mutu sedang.
3. Minyak pomade istimewa, yakni minyak yang diperoleh dengan teknik
enfleurage bunga melati, sebagai bahan baku minyak rambut.
4. Minyak pomade biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati
bekas enfleurage, sebagai pewangi teknis (Rukmana, 1997).
Teknik enfleurage disebut teknik olesan. Prinsip kerja ekstraksi bunga
melati dengan teknik olesan adalah sebagai berikut:
1. Oleskan lemak muri pada permukaan kaca tipis.
2. Letakan bunga melati yang masih segar (baru petik) diatas permukaan kaca.
3. Simpan kaca tipis bersama bunga melati dalam rak-rak penyimpanan yang
terbuat dari plastik, kayu/logam tahan karat.
4. Biarkan bunga melati selama 3-4 hari sampai bunga tersebut layu.
5. Bunga melati yang telah layu segera dibuang untuk diganti dengan bunga-
bunga baru/masih segar.
6. Lakukan cara tadi secara berulang-ulang selama 2-3 bulan hingga lemak
dipenuhi minyak wangi bunga melati (Rukmana, 1997).
Minyak Melati
Minyak melati diperoleh dari bunga melati dengan cara “enfleurage” atau
ekstraksi dengan pelarut menguap. Minyak melati yang dihasilkan dari ekstraksi
dengan perbandingan bunga dan pelarut 1 : 2 mengandung komponen minyak
atsiri yang tinggi. Minyak melati mengandung benzil ester dari asam asetat asam
format dan asam propionat, linalool dan esternya, metil anthranilat, benzilalkohol,
geraniol dan paracrenol. Melati kaca piring (cape jasmin) mempunyai bau wangi