Top Banner
LAPORAN KASUS PTERIGIUM Disusun Oleh: Dimas wicaksono 406148020 Pembimbing : dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA PERIODE 13 APRIL – 16 MEI 2015 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI – BOGOR
20

Laporan Case 2 Dimas Konjungtivitis

Dec 15, 2015

Download

Documents

dimas wicaksono

baru
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN KASUS

PTERIGIUM

Disusun Oleh:

Dimas wicaksono406148020Pembimbing :

dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M.KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 13 APRIL 16 MEI 2015RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI BOGORI. IDENTITAS

Nama

: Tn. NUmur

: 19 tahun

Jenis Kelamin: Laki-lakiAgama : IslamPekerjaan : tukang ojekAlamat

: KP Babakan ciawi bogorII. ANAMNESIS

Auto anamnesis pada tanggal 29 April 2015 pukul 10.20 WIBKeluhan utama

Kedua mata merah sejak 2 minggu laluKeluhan tambahanKedua mata terasa gatal dan nyeriRiwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh adanya kemerahan pada kedua mata sejak 2 minggu yang lalu. Pasien juga merasakan adanya gatal dan nyeri pada kedua matanya. Dan pada saat pasien bangun tidur, pasien merasakan matanya sulit dibuka karena ada belekan yang lengket pada kedua matanya saat pasien bangun tidur. Pasien juga mengatakan bahwa matanya sering berair. Pasien sudah memberikan salep pada matanya tetapi tidak ada perbaikan. Pasien tidak ada hipertensi maupun DM.Riwayat Penyakit DahuluPasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status GeneralisKeadaan umum: tampak sakit ringanKesadaran: compos mentis

Tanda Vital: TD : 110/80 mmHg; Nadi : 78 kali/menitKepala/Leher: tidak terdapat pembesaran kelenjar getah beningThorax, Jantung: dalam batas normal Paru: dalam batas normal

Abdomen: dalam batas normal Ekstremitas: dalam batas normalStatus OphtalmologiKETERANGANOSOD

1. VISUS

Visus 20/2020/20

Koreksi --

Addisi --

Kaca mata lama--

Persepsi warna++

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

Ukuran NormalNormal

Eksoftalmus --

Endoftalmus --

Deviasi--

Gerakan Bola MataBaik ke segala arahBaik ke segala arah

Strabismus--

Nystagmus --

3. SUPERSILIA

WarnaHitam Hitam

SimetrisNormalNormal

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema --

Nyeri tekan --

Ekteropion--

Entropion--

Blefarospasme--

Trikiasis- -

Sikatriks--

Punctum lakrimalNormalNormal

Fissure palpebral--

Tes anelTidak dilakukan Tidak dilakukan

5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis++

Folikel--

Papil--

Sikatriks--

Hordeolum--

Kalazion --

6. KONJUNGTIVA BULBI

Sekret++

Injeksi Konjungtiva++

Injeksi Siliar--

Perdarahan Subkonjungtiva/kemosis--

Pterigium--

Pinguekula--

Flikten --

Nevus Pigmentosus--

Kista Dermoid--

7. SKLERA

WarnaPutihPutih

Ikterik- -

Nyeri Tekan--

8. KORNEA

KejernihanJernihJernih

PermukaanRataRata

Ukuran9 mm9 mm

SensibilitasBaikBaik

Infiltrat--

Keratik Presipitat--

Sikatriks--

Ulkus--

Perforasi--

Arcus senilis--

Edema--

Test PlacidoTidak dilakukanTidak dilakukan

9. BILIK MATA DEPAN

KedalamanCukupCukup

Kejernihan JernihJernih

Hifema--

Hipopion--

Efek Tyndall--

10. IRIS

WarnaCoklatCoklat

Kripta--

Sinekia--

Kolobama--

11. PUPIL

Letak Tengah Tengah

Bentuk Bulat Bulat

Ukuran3 mm3 mm

Refleks Cahaya Langsung++

Refleks Cahaya Tidak Langsung++

12. LENSA

KejernihanJernihJernih

LetakTengahTengah

Test ShadowNegatifNegatif

13. BADAN KACA

Kejernihan--

14. FUNDUS OCCULI

BatasTidak dapat dinilaiTidak dapat dinilai

Warna

Ekskavasio

Rasio arteri : vena

C/D rasio

Makula lutea

Retina

Eksudat

Perdarahan

Sikatriks

Ablasio

15. PALPASI

Nyeri tekan--

Masa tumor--

Tensi Occuli--

Tonometry SchiotzTidak dilakukanTidak dilakukan

16. KAMPUS VISI

Tes Konfrontasi++

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan tajam penglihatan2. Pemeriksaan sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan gram) untuk mengindentifikasi bakteri, jamur, parasit V. RESUMETn N, laki-laki, usia 19 tahun datang ke poliklinik mata dengan keluhan kedua mata merah sejak 2 minggu lalu disertai rasa gatal dan nyeri pada kedua mata. Didapatkan juga adanya berair(+). Saat bangun tidur pasien juga merasakan sulit buka kedua mata disebabkan adanya cairan atau belekan yang lengket pada kedua mata sehingga pasien sulit untuk membuka mata pada saat bangun tidur. Pasien tidak didapatkan adanya hipertensi maupun DM. Pasien sudah memberikan salep mata tetapi tidak ada perbaikanPada pemeriksaan fisik didapati, status generalis : dalam batas normal,

status ophtalmologi :

OSOD

Visus20/2020/20

TION/palpasiN/palpasi

CtsHiperemisHiperemis

CtiHiperemisHiperemis

CbHiperemis, Injeksi konjungtiva (+)

Hiperemis, Injeksi konjungtiva (+)

CjernihJernih

CoACukupCukup

PBulat, 3mm, RC +Bulat , 3mm, RC +

I Sinekia - Sinekia -

LJernihJernih

FTidak dilakukanTidak dilakukan

VI. DIAGNOSIS KERJA

Konjungtivitis bakteri Anamnesis: kedua mata pasien kemerahan disertai gatal(+) dan nyeri(+). Didapatkan juga adanya secret(+), berair(+) Pemeriksaan visus normal DIAGNOSIS BANDING

1. Konjungtivitis virus2. Konjungtivitis alergiVII. PENATALAKSANAAN

Cendo Polygran ed 6 x ODS tetes mata Cendo Lyters ed 6 x ODSVIII. PROGNOSIS

OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)Ad Vitam

: Bonam

Bonam

Ad Fungsionam: Bonam

BonamAd Sanationam: Bonam

BonamTinjauan pustaka

AnatomiKonjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran mukosa tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 2 bagian yaitu konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbaris. Pada konjungtiva palpebra, terdapat dua lapisan epithelium dan menebal secara bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk epithelium berlapis tanpa keratinisasi pada daerah marginal kornea. Konjungtiva palpebralis terdiri dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari leukosit. Konjungtiva palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang dekat pada daerah kornea.3Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva 5,

Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata, dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas lakrimasi, dan menyuplai darah.KONJUNGTIVITISDefinisi Konjungtivitis yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan.

Gejala dan Tanda klinisGejala konjungtivitis adalah sensasi benda asing, gatal, nyeri, secret, berair. Jika ada rasa sakit menandakan kornea terkena. Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.

Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikuler.Hiperemia adalah tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut. Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakteri dan keputihan mirip susu mengesankan konjungtivitis alergika.

Berair mata (epiphora) sering mencolok, diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca.

Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bacterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika,yang biasanya menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun tdr pagi hari, dan jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.

Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskullus muller (M. Tarsalis superior). Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat. Mis. Trachoma dan konjungtivitis epidemica.

Pseudomembran dan membran adalah hasil proses eksudatif dan berbeda derajatnya. Sebuah pseudomembran adalah pengentalan di atas permukaan epitel. Bila diangkat, epitel tetap utuh. Sebuah membran adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel dan jika diangkat akan meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah.Konjungtivitis BakterialTerdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun. Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan memadai.

Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini.

Tanda dan Gejala

- Iritasi mata,

- Mata merah,

- Sekret mata,

- Palpebra terasa lengket saat bangun tidur

- Kadang-kadang edema palpebra

- Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti seprei, kain, dll.

Pemeriksaan Laboratorium

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organisme dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear. Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran. Studi sensitivitas antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotika empiric. Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada, tetapi antibiotika spesifik dapat diteruskan.

Komplikasi Blefaritis marginal menahun sering menyertai konjungtiva stafilokokus kecuali pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembranosa dan pada kasus tertentu yang diikuti ulserasi kornea dan perforasi. Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N gonorroeae, N konchii, N meningitides, H aegyptus, S gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk camera anterior, dapat timbul iritis toksik.1,3 Terapi

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan terapi topical antimikroba. Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas dengan larutan gram agar dapat menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan secara khusus higiene perorangan.

Perjalanan dan Prognosis

Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan meningitis.Konjungtivitis Virus Etiologi dan Faktor Risiko

Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan Herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus Gejala Klinis

Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan etiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran.

Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes. Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kemosis.

Komplikasi

Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit. Penatalaksanaan

Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea . Pasien konjungtivitis juga diberikan instruksi higiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi Konjungtivitis alergi

1. Konjungtivitis Vernalis Definisi

Penyakit ini, juga dikenal sebagai konjungtivitis musiman adalah penyakit alergi bilateral yang jarang. Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di daerah dingin. Tanda dan gejala

Pasien mengeluh gatal-gatal yang sangat dan belekan. Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi. Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering memiliki papilla raksasa(cobble stone) Setiap papilla raksasa berbentuk polygonal, dengan permukaan rata, dan mengandung berkas kapiler.

Laboratorium

Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak eosinofil dan granula eosinofilik bebas. Terapi

Penyakit ini sembuh sendiri tetapi medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai untuk jangka panjang. steroid sistemik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit mempengaruhi penyakit ini, dan efek sampingnya (glaucoma, katarak, dan komplikasi lain) dapat sangat merugikan. Cromolyn topical adalah agen profilaktik yang baik untuk kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor, kompres dingin dan kompres es ada manfaatnya, dan tidur di tempat ber AC sangat menyamankan pasien. Agaknya yang paling baik adalah pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab. Pasien yang melakukan ini sangat tertolong bahkan dapat sembuh total.2. Konjungtivitis Vernalis Tanda dan gejala

Sensasi terbakar, belekan, dan fotofobia. Tepian palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada konjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa pada konjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti dengan vaskularisasi.Biasanya ada riwayat alergi pada pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, konjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vernal. Laboratorium

Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. Terapi

Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10 mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200 mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini. Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya. \DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan-Eva P dan Whitcher JP. 2007. Herpes Simplex Keratitis dalam : ebook Vaughan & Asbury's General Ophthalmology. USA : Mc Graw-Hill, 2007 : chap 6th.

2. Kanski JJ, Bowling B. Herpes Simplex Keratitis dalam : ebook Clinical Ophthalmology 7th ed. Philadelphia : Elsevier Saunders, 2011 : chap 6th.3. llyas, Sidarta. Keratitis Virus dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010 : 153-7.

PAGE 14