BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bawang merah adalah merupakan sayuran penting di Indonesia, selain untuk bumbu masak, bawang merah juga dapat digunakan sebagai obat-obatan. Dengan banyaknya penggunaan bawang merah menjadikan bawang pasar bawang merah sangat terbuka luas, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional yang sejak lama diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah (Rp 2,7 triliun/tahun) dengan potensi pengembangan areal cukup luas mencapai ± 90.000 ha (Baswarsiati, 2009). Rata-rata produksi bawang merah di Indonesia masih tergolong rendah, jika dibandingkan dengan potensi hasil, sebagai contoh produksi rata-rata bawang merah ex. Philipina adalah 4,4 ton/ha – 14 ton/ha, sedangkan potesi hasil adalah 20 ton/ha – 25 ton/ha. Oleh karena itu berbaikan sistim budidaya adalah sangatlah penting. Bawang merah di Indonesia telah lama dibudidayakan oleh petani secara komersil, dimana 1 | Page
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bawang merah adalah merupakan sayuran penting di Indonesia, selain untuk
bumbu masak, bawang merah juga dapat digunakan sebagai obat-obatan. Dengan
banyaknya penggunaan bawang merah menjadikan bawang pasar bawang merah
sangat terbuka luas, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Bawang merah
merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional yang sejak lama
diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini merupakan sumber pendapatan
dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap
perkembangan ekonomi wilayah (Rp 2,7 triliun/tahun) dengan potensi
pengembangan areal cukup luas mencapai ± 90.000 ha (Baswarsiati, 2009).
Rata-rata produksi bawang merah di Indonesia masih tergolong rendah, jika
dibandingkan dengan potensi hasil, sebagai contoh produksi rata-rata bawang merah
ex. Philipina adalah 4,4 ton/ha – 14 ton/ha, sedangkan potesi hasil adalah 20 ton/ha –
25 ton/ha. Oleh karena itu berbaikan sistim budidaya adalah sangatlah penting.
Bawang merah di Indonesia telah lama dibudidayakan oleh petani
secara komersil, dimana sebagian besar hasil produksinya ditujukan untuk
memenuhi permintaan pasar. Usaha peningkatan produksi pertanian hortikultura
tidak lepas dari peranan pupuk sebagai bahan penyubur. Hal yang mungkin belum
tercapai dengan baik adalah meningkatkan efisiensi penggunaannya. Pengunaan
ini perlu ditingkatkan karena salah satu faktor yang membatasi produksi tanaman
adalah unsur hara. Pupuk dapat digunakan untuk mencapai keseimbangan hara bagi
pertumbuhan tanaman, sehingga dapat mencapai produksi yang optimal
(Setyamidjaja, l986). Pupuk cair merupakan pupuk yang dibuat dari bahan
baku kotoran ternak, kompos, limbah alam dengan kandungan unsur hara
lengkap. Pupuk ini mempunyai kelebihan diantaranya adalah memperbaiki sifat
fisik , kimia dan biologi tanah, meningkatkan kondisi lingkungan yang baik untuk
1 | P a g e
pertumbuhan tanaman, mengurangi dosis pemakaian pupuk kimia sampai 25%,
aman bagi petani dan ramah lingkungan.
1.2. Tujuan
Untuk mendapatkan konsentrasi pupuk organic cair yang dapat
mempengaruhi ukuran umbi terhadap kualitas dan kuantitas bobot umbi bawang
merah
2 | P a g e
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi Tanaman Bawang Merah
Bawang merah ( Allium Ascalonicum ) berasal dari Asia barat yaitu Palestina
yang masuk ke Indonesia mulai dari India. Pada dasarnya Bawang merah dikenal
ada dua jenis yaitu Bawang merah biasa ( Allium ascolanum ) dan bawang merah
Bombay atau Bawang merah besar (Allium cepa) ( Rukmana, 2002 ).
Tanaman yang termasuk famili liliaceae dengan bentuk daun bulat panjang
berongga dan berakar serabut tersebut dapat ditanam sepanjang musim pada daerah
yang pengairannya lancar pada ketinggian 0 – 400 m dpl (Rukmana, 2002).
Klasifikasi Botani
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Liliidae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae (suku bawang-bawangan)
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa var. aggregatum L.
Morfologi bawang merah adalah : berakar serabut, berbatang sejati dengan
bentuk pipih dan batang semu dengan bentuk pelepah daun, daun berbentuk bulat
3 | P a g e
berlubang dan umbi berwarna merah. Tanaman bawang merah adalah merupakan
salah satu tanaman sayuran berumur pendek, dan dapat hidup didataran rendah
dengan ketinggian 10 s/d 250 dpl, namun demikian tanaman bawang merah dapat
diusahakan pada dataran tinggi dengan ketinggian 800 s/d 1.200 dpl.
Dengan morfologi diatas tanaman bawang merah tergolong tanaman yang
rentan terhadap hama dan penyakit, dan mempunyai karakter peka terhadap hama
dan penyakit. Sehingga keberhasilan petani dalam budidaya bawang merah adalah
tergantung pada produksi dan harga produk. Dengan perilaku harga yang sangat
fluktuatif serta daya simpan yang pendek, maka perlu dilakukan pengamatan
produktifitas serta permintaan pasar yang tepat.
2.2. Pupuk Organik Cair
Penggunaan pupuk pada tanaman adalah sebagai upaya penambahan unsure
hara tanah/bahan makanan bagi tanaman, sehingga tanaman terpenuhi kebutuhan
makannya dan pada akhirnya dapat berproduksi maksimal. Terdapat beberapa
macam pupuk diantaranya adalah : pupuk anorganik, pupuk organik dan pupuk
hayati.
Pupuk organic cair adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
berasal dari sisa bahan organic (tanaman/hewan) yang telah berbentuk cairan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
2.3. Hubungan Unsur Hara Terhadap Tanaman Bawang Merah
Keberadaan unsur hara sangat berpengaruh terhadap tanaman baik untuk
pertumbuhan maupun hasil. Berdasarkan kebutuhannya, unsur hara dibagi menjadi
dua yaitu unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang
sangat diperlukan tanaman bawang merah, apabila unsur hara ini tidak dipenuhi
maka pertumbuhan bawang merah akan mengalami hambatan. Unsur yang termasuk
didalam unsur hara makro adalah
4 | P a g e
1. Nitrogen ( N )
Unsur ini merupakan protein bagi tanaman bawang merah yang berguna untuk
pertumbuhan pucuk daun, kekurangan N akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman
Bawang Merah menjadi lambat, daun berwarna pucat dan hasilnyapun rendah.
2. Phosphor ( P )
Phospor merupakan salah satu unsur didalam protein yang dibutuhkan oleh
tanaman Bawang Merah yang mendorong tanaman dapat mempercepat pertumbuhan
umbi, unsur ini berguna sebagai perangsacng akar menjadi kuat dan
tahan kekeringan,kekuranngan P akan mengakibatkan pertumbuhana tanaman akan
tarlambat dan daunnya berdiri tegak tetapi tidak rimbun
3. Kalium ( K )
Kalium sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan zat tepung didalam
tanaman bawang merah. Disamping memperkuat tubuh tanaman, juga menjadikan
daun tidak mudah rebah ke tanah serta tahan terhadap penyakit, kekurangan unsur
Kalium mengakibatkan daun – daun yang paling rendah berwarna kuning, tanaman
tidak tahan kekurangan air, pertumbuhan umbi akan berkurang serta mudah terkena
penyakit. ( Sugiharto, 2008 )
Selain ketersediaan unsur hara makro, produktivitas tanaman bawang merah
juga ditentukan oleh ketersediaan unsur hara mikro walaupun dibutuhkan dalam
jumlah yang kecil. Ketersedian unsur hara mikro tergantung pada beberapa faktor
yaitu pH, tekstur tanah, komposisi mineral, jumlah dan tipe snyawa organik, interaksi
antar unsur hara mikro, temparatur, kelembaban dan aktivitas mikroorganisme
didalam tanah.( Syukur A, 2002 )
Unsur hara yang tergolong kedalam unsur hara mikro menurut Yusuf ( 2009 )
adalah :
1. Besi ( Fe )
Berfungsi untuk pembentukan klorofil. Tanda kekurangan Fe yaitu daun
menguning dan akhirnya mati dari pucuk
2. Mangan ( Mn )
5 | P a g e
Berfungsi untuk penyusunan klorofil. Ciri kekurangan Mn yaitu daun
menguning dan beberapa jaringan mati
3. Tembaga ( Cu )
Kehadiran tembaga pada tanaman Bawang Merah belum banyak diketahui,
Namun tembaga secara umum berfungsi sebagai pembentuk klorofil, kekurangan Cu
mengakibatkan daun sering layu dan klorosis
4. Seng ( Zn )
Dalam pembentukan hormon, kekurangan unsur ini mengakibatkan
perubahan warna pada daun
5. Boron ( B )
Berfungsi mengangkut Karbohidrat kedalam tubuh tanaman, menghisap unsur
kalsium dan perkembangan bagian – bagian tanaman untuk tumbuh aktif, kekurangan
unsur ini mengakibatkan klorosis, daun yang baru muncul terlihat kecil dan tanaman
menjadi kerdil.
2.3. Hubungan Pemberian Pupuk Organik Cair dengan Kualitas dan Kuantitas
Umbi Bawang Merah
Bawang merah selama pertumbuhannya memerlukan unsur hara seperti N, P,
K, Ca, Mg dan Na. Unsur hara tersebut dapat diperoleh dengan pemberian
pupuk organik dan anorganik. Menurut Asandhi dan Koestoni (l990) dosis
pemupukan bawanng merah di tingkat petani cukup tinggi dan tanpa
penggunaan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik yang tinggi secara
terus menerus jika tidak diimbangi pupuk organik akan merusak sifat fisik dan kimia
tanah dan merusak kehidupan mikroorganisme tanah (Indriani, l999).
Pupuk organik cair dapat dipergunakan untuk semua jenis tanaman
hortikultura dengan konsentrasi 1-2 cc yang dilarutkan dalam ½ sampai 1
liter air yang disiramkan lewat tanah atau daun setiap 2-4 minggu sekali (Anonim,
2000). Dengan melihat beberapa kelebihan dari pupuk organik cair ini dimana salah
satunya dapat mengurangi pupuk kimia, maka perlu dilakukan inovasi teknologi
6 | P a g e
pemakaiannya dengan biaya yang murah.
Sampai saat ini varietas bawang merah cukup banyak, bahkan telah
menjadi tanaman likal dan berkembang di berbagai daerah misalnya Bima
Brebes, Sumenep, lampung, maja, Medan, Ampenan, yang satu dan lainnya tampak
perbedaaanya pada bentuk dan warnanya, ukuran, kekenyalan, aroma, umur serta
ketahanan tanaman terhadap penyakit dan hujan (Samadi dan Cahyono, l996,
Rahayu dan Berlian, l994). Kualitasnya ditentukan oleh warna merah cerah,
kepadatan umbi serta bau yang sedap/harum.
Secara umum produksi bawang merah dipengaruhi : bibit yang unggul dan
Rukmana, R., 1994. Bertanam Petsai dan Sawi.Kanisius, Yogyakarta.
Setyamidjadja, D., 1986. Pupuk dan Pemupukan.Simplex, Jakarta
Syukur, Abdul. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat-sifat Tanah dan Pertumbuhan Caisim Di Tanah Pantai. J. Tanah dan Lingkungan, 5p: 30-38
Tisdale, S and W. Nelson. 1975.Soil Fertility and Fertilizers. Mac. Millan Publ.
Co., Inc. New York.
16 | P a g e
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 1. Gambar 2.
Penanaman Umbi Bawang Merah
* ---
Gambar 3, 4, 5, 6. Pertumbuhan Umbi Bawang Merah Pada 1 MST Dengan Perlakuan
Konsentrasi POC 0,3,6,9 (cc/l)
17 | P a g e
Gambar 7. Menghitung Pertumbuhan Gambar 8. Daun Tanaman Bawang