Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI Disusun oleh: Nama : Dara Muslimah Daulay NIM : 115040201111301 Kelompok :Kamis, 15.00 Asisten : Mas Nugroho S JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
79

laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Jan 18, 2016

Download

Documents

muktibudi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

LAPORAN PRAKTIKUM

BAKTERIOLOGI

Disusun oleh:

Nama : Dara Muslimah Daulay

NIM : 115040201111301

Kelompok :Kamis, 15.00

Asisten : Mas Nugroho S

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri merupakan mikroorganisme bersel satu, prokariotik, materi

genetic (DNA), tidak terikat oleh sebuah membrane dan karenanya tidak di

atur dalam inti. Jumlah bakteri kurang lebih 200 jenis yang dapat

menyebabkan penyakit pada tanaman. Patogen bakteri apabila menginfeksi

inangnya akan menimbulkan gejala serta tanda. Gejala akibat infeksi bakteri

pada suatu tanaman yaitu dengan adanya perubahan bentuk morfologis

tanaman karena bakteri tersebut mengganggu proses fisiologis tanaman,

gejala tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang. Contoh gejala akibat

infeksi bakteri yaitu : Blight (Hawar), Bengkak (Puru) bakteri, Busuk Basah,

Bercak Daun dan Penyakit pada jaringan pembuluh. Sedangkan untuk melihat

tanda akibat infeksi pathogen bakteri pada suatu inang biasanya dengan

melihat ada tidaknya oose (aliran massa bakter). Oose dapat dilihat apabila

inang yang bergejala tersebut dimasukkan ke dalam air.

Kebanyakan bakteri merupakan campuran berbagai macam spesies

bakteri. Oleh karena itu perlu dilakukan isolasi pada bakteri guna

mempermudah dalam proes identifikasi bakteri tersebut. Isolasi merupakan

cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan,

sehingga diperoleh kultur murni atau biakan muri.

Dalam praktikum, sebelum dilakukan identifikasi pada bakteri, awalnya

bakteri dilakukan uji hipersensitif menggunakan tanaman tembakau serta uji

patogenesitas menggunakan dalil Postulat Koch. Bakteri sendiri digolongkan

menjadi 2 berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram positif dan

bakteri gram negatif. Berdasarkan penggolongan bakteri tersebut selanjutnya

bakteri akan diidentifikasi dengan metode Uji Gram.

Page 3: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis gejala dan tanda-tanda penyakit yang disebabkan

oleh bakteri.

2. Untuk memahami teknik isolasi,uji hipersensitif, serta uji patogenesitas

akteri

3. Untuk melakukan identifikasi bakteri berdasarkan struktur dinding selnya

1.3 Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengembangkan keahliannya dalam melakukan

isolasi, purifikasi, uji hipersensitif, uji patogenesitas serta identifikasi

sebagai bekal awal dalam melakukan skripsi.

2. Mahasiswa nantinya dapat mengaplikasikan ilmu ini dalam

masyarakat.

3. Dapat menambah wawasan dan cara-cara perlakuan dalam

mendapatkan bakteri yang diinginkan.

1.

Page 4: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gejala yang diakibatkan bakteri pathogen

Gejala adalah perubahan fisiologis dari tumbuhan akibat terserang

mikroorganisme yang memunculkan hal yang berbeda dari biasanya. Biasanya

gejala yang ditimbulkan oleh bakteri adalah busuk buah, busuk batang atau akar

yang mengubah warna bagian tanaman tersebut menjadi coklat hingga kehitaman

dari dalam. Pengenalan gejala bertujuan untuk mengenalkan gejala tanaman sakit

yang diakibatkan oleh pathogen tanaman.

2.2 Definisi Pengenalan tanda yang diakibatkan bakteri pathogen

Tanda merupakan hal-hal yang ditinggalkan sdan menunjukan adanya

mikroorganisme yang menyerang tanaman seperti adanya laendir pada bagian

tanaman yang busuk, adanya luka tusukan nematode, dan lain-lain. Pengenalan

tanda bertujuan untuk mengenalkan tanda tanaman sakit yang diakibatkan oleh

pathogen tanaman.

2.3 Pembuatan Media NA

Media untuk menumbuhkan bakteri salah satunya adalah media

Nutrient Agar atau NA. Pembuatan Nutrient Agar Pembuatan NA antara lain

Timbang komponen medium dengan menggunakan timbangan analitis

untuk volume yang diinginkan sesuai dengan komposisi berikut:

1. Beef extract 3 g

2. Peptone 5 g

3. Agar 15 g

4. Akuades s.d 1000 ml

Akuades sebanyak 100 ml dibagi menjadi dua satu bagian untuk

melarutkan Beef extract dan peptone dan sebagian lagi untuk melarutkan

agar. Sebaiknya air untuk melarutkan agar lebih banyak. Larutkan agar

pada sebagian air tersebut dengan mengaduk secara konstan dan diberi

panas. Dapat menggunakan kompor gas atau hot plate stirrer (jangan

sampai overheat, karena akan terbentuk busa dan memuai sehingga

Page 5: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

tumpah). Sementara itu sebagian akuades digunakan untuk melarutkan

peptone dan beef extract, cukup dengan pengadukan.

Setelah keduanya larut, larutan dituangkan ke larutan agar dan diaduk

sampai homogen. Kemudian pH media diukur dengan mencelupkan

kertas pH indikator. Jika pH tidak netral maka dapat ditambahkan

HCl/NaOH. Setelah itu media dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan

disterilisasi dengan autoklaf.

Tuang media steril ke cawan petri steril secara aseptis. Jika diinginkan

media tegak atau miring pada point ke 5, media langsung dituang ke

tabung kemudian disterilisasi.

2.4 Teknik Isolasi Bakteri

Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu

dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan

identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri

dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan

Isolasai Mikroba. Menurut Admin (2008) Terdapat berbagai cara mengisolasi

mikroba, yaitu

1) Isolasi pada agar cawan

Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan

mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan

dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan

tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara

dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan

metode agar cawantuang.Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan

dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap

koloni berasal dari satusel.

2) Metode agar tuang

Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan

medium agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang kemudian

dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang

Page 6: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan atau di

dalam cawan.

3) Isolasi pada medium cair

Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak

dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh

pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan

beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk

mendapatkan satu sel semakin besar.

4) Isolasi sel tunggal

Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel

mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode

agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan

perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan

menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator,

yang dilakukan secara aseptis.

2.5 Teknik Perbanyakan Bakteri

Metode-metode yang dapat digunakan untuk membuat biakan bakteri

menurut Rachdie (2008) antara lain cawan gores (sterak plate), cawan tebar,

dan cawan tuang.

a. Teknik Dilusi (Pengenceran)  

Gambar 1. Teknik Dilusi (Rachdie, 2008)

Teknik dilusi sangat penting di dalam analisa mikrobiologi. Karena

hampir semua metode perhitungan jumlah sel mikroba mempergunakan

Page 7: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

teknik ini. Tujuan dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau

melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah

penanganannya. Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan

dalam akuades steril.

b. Teknik Pour Plate (Lempeng Tuang)

Teknik Pour Plate adalah suatu teknik dalam menumbuhkan

mikroorganisme dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar

cair dengan stok kultur. Teknik ini umumnya digunakan pada metode

Total Plate Count (TPC). Sedangkan teknik streak plate adalah suatu

teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme dalam media agar dengan

cara menggores (streak) permukaan agar dengan jarum yang telah

diinokulasi dengan kultur mikroba. Teknik ini menjadikan

mikroorganisme tumbuh dan tampak pada goresan-goresan inokulasi

bekas jarum (Radchie, 2008).

c. Teknik Streak Plate

Gambar 2 . Teknik Streak Plate  (Rachdie, 2008)

Teknik streak plate (lempeng gores) adalah suatu teknik di dalam

menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara

menstreak (menggores) permukaan agar dengan jarum ose yang telah

diinokulasikan dengan kultur bakteri. Dengan teknik ini mikroorganisme

yang tumbuh akan tampak dalam goresan-goresan inokulum bekas dari

streak jarum ose (Rachdie, 2008).

2.6 Uji Hipersensitif.

Page 8: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Reaksi ini berguna untuk mengetahui sifat patogenik bakteri uji. Satu lup

koloni bakteri dicampur dengan 5 ml LB ( luria broth ), dikocok dengan

kecepatan 100 rpm selama 21 jam, kemudian suspensi bakteri tersebut

diinokulasi pada daun tembakau dengan cara menyuntikkan pada permukaan

bawah daun. Reaksi positif ditunjukkan setelah 24 jam sampai 28 jam

inokulasi dengan terbentuknya gejala nekrosis pada bagian daun yang sudah

diinjeksi ( Klement et al.,1990).

2.7 Uji patogenisitas.

Isolate bakteri yang menunjukkan reaksi hipersensitif diambil 20 nomor

isolate untuk diuji patogenisitasnya pada bibit yang berumur 1 bulan.

Inokulasi bakteri dilakukan dengan memasukkan suspense bakteri dengan

kepekatan populasi bakteri 10 pangkat 8 sel/ml dengan menggunakan jarum

inokulasi pada pangkal batang bibit yang digunakan. Perkembangan gejala

penyakit diamati selama dua minggu kemudian dicatat waktu munculnya

gejala penyakit. Isolate bakteri yang paling virulen ditentukan berdasarkan

kecepatannya dalam menimbulkan gejala penyakit. Uji patogenisitas

dinyatakan positif apabila diperoleh koloni bakteri yang serupa dengan

bakteri yang diinokulasikan ( Lelliot and Stead,1987).

2.8 Identifikasi Bakteri.

a. Pengecatan Gram

Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada

tahun 1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua

yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari

reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut

ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa

dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel

sepertiMycoplasma sp   (Waluyo, 2004).

Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu

pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik

adalah 24 jam : Biakan muda). Bila digunakan biakan tua, terdapat

kemungkinan penyimpanan hasil pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel

Page 9: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

mengalami kerusakan pada dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding

sel ini menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan larutan

pemucat. Ini berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding sel yang rusak

tidak lagi dapat mempertahankan crystal violet sehingga terlihat sebagai

bakteri gram negatif. Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam-

garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana

salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu

zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang mengandung warna

adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ion

yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna tersebut disebut

pewarna negatif (Hadiutomo. 1990).

Untuk pewarnaan yang mengamati morfologi sel mikroorganisme maka

seringkali setelah pembuatan preparat ulas dilakukan fiksasi diikuti oleh

pewarnaan. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan preparat diatas

api atau merendamnya dengan metanol. Fiksasi digunakan untuk :

1.      Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah

diwarnai

2.      Melekatkan bakteri pada glass objek

3.      Mematikan bakteri

Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna

untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazim,

prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti crystal violet, biru

metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau malakit. Kadang kala

digunakan zat warna negatif untuk pewarnaan sederhana : zat warna asam yang

sering digunakan adalah nigrosin dan merah kongo. Prosedur Pewarnaan

sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan untuk

melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikoorganisme bakteri pada bakteri

dikenal bentu yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral. Dengan

pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus dapat

terlihat pewarnaan seperti rantai (stertococcus), buah anggur ( staphylococcus),

pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (saranae)

(Lay.1994).

Page 10: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

b. Uji KOH

uji ini dilakukan dengan mencampurkan satu lup isolate bakteri pada gelas

obyek yang telah ditetesi KOH 3%, kemudian diamati terbentuk tidaknya

lendir. Jika terbentuk lender maka bakteri tersebut dikelompokkan ke dalam

gram negative dan sebaliknya jika tidak terebntuk lender maka bakteri tersebut

tergolong gram positif ( Schaad, et al.,2001 )

c. Uji Oksidatif – Fermentatif

Dilakukan dengan menumbuhkan bakteri uji pada media oksidatif /

fermentative dengan pH 7,2 pada tabung reaksi. Masing – masing bakteri uji

diinokulasikan pada 2 tabung reaksi. Bakteri uji diinokulasikan pada media

dengan cara menusukkannya pada kedalaman 0,5 cm, kemudian ditutup

dengan paraffin oil steril pada salah satu tabung, sedangkan tabung yang

satunya tanpa diberi paraffin. Control pada pengujian ini berupa media uji

tanpa bakteri. Pengamatan dilakukan selama 7 – 14 hari. Jika terjadi perubahan

warna menjadi kuning hanya pada media uji tanpa paraffin oil berarti bakteri

tersebut bersifat oksidatif, sedangkan bakteri fermentative jika mengalami

perubahan warna menjadi kuning, baik pada media berparafin maupun tanpa

paraffin ( Schaad et al.,2001 ).

2.9 Karakteristik bakteri yang digunakan

a. Xanthomonas anoxipodans pv. glycine

Inang

Selain menyerang kedelai, beberapa galur Xag juga dapat

menyerang buncis, kacang panjang, Dolichos uniflorus, Glycine spp.,

Phaseolus lunatus, P. vulgaris (famili Leguminosae) (Garrity, 2005)

Gejala

Menurut Haerunisa (2010), gejala yang timbul pada daun dimulai

dengan adanya bercak-bercak kecil berwarna hijau kekuning-kuningan,

bagian tengah bercak agak menonjol. Bercak ini tidak tampak kebasah-

basahan yang berbeda dengan gejala akibat umumnya bakteri. Pada

varietas yang rentan bercak tersebut berkembang dan membesar,

ukurannya bervariasi dari kecil hingga besar. Pustul dapat bersatu

membentuk ukuran yang lebih besar. Jaringan daun akhirnya mengering

Page 11: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

dan seringkali daun menjadi sobek-sobek atau bolong. Gejala pustule

bakteri sering dikacaukan dengan gejala karat daun akibat cendawan karat,

tetapi pada gejala pustul tidak terdapat bentuk seperti lubang, sedangkan

pada gejala karat terdapat lubang tempat keluarnya spora cendawan karat.

Infeksi bakteri ini pada tanaman biasanya melalui luka, stomata (mulut

daun) dan hidatoda (pori-pori air). Gejala penyakit biasanya mulai tampak

pada tanaman kedelai yang setengah umur, 40 hari setelah tanam dan

semakin parah dengan bertambahnya umur tanaman. Serangan penyakit

yang parah dapat mengakibatkan gugurnya daun sebelum waktunya,

sehingga pengisian polong tidak sempurna. Gejala penyakit dapat terlihat

pada polong.

Gambar 7. Gejala pustul pada daun kedelai (Anonim, 2014)

Karakter pada Media NA

Gambar (A) daun kedelai terkena pustule (B) koloni (Anonim 2014)

(http://www.rdi.ku.ac.th/Techno_ku60/res-08/index8.html)

Syarat Hidup dan Siklus Hidup

Page 12: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Bakteri bertahan pada biji, sisa-sisa tanaman dan di daerah

perakaran. Beberapa gulma, Dolichos biflorus, buncis subspesies tertentu

dan kacang tunggak bisa menjadi inang. Bakteri menyebar melalui air

hujan atau hembusan angin pada waktu hujan. Bakteri masuk ke tanaman

melalui lubang-lubang alami dan luka pada tanaman (Hasna, 2011).

Morfologi bakteri ini berbentuk batang dengan flagellum polar, bersifat

aerobic dengan ukuran 0.4-0.9 x 0.6-2.6 µm . Membentuk kapsula, tidak

menghasilkan spora. Biakan yang dihasilkan memiliki warna putih

kekuningan, berbentuk bundar, permukaan tepi halus serta berlendir.

Hampir semuanya monotrichus, bersifat gram negative yaitu bakteri yang

tidak dapat diberi warna atau menyerap warna oleh pewarna crystal violet

(pewarna gram), menyebabkan nekrose (kematian jaringan setempat) pada

tumbuhan monokotil dan dikotil.Penyakit ini biasa disebut dengan istilah

bisul bakteri (bacterial pustule). Penyakit ini termasuk salah satu penyakit

penting pada kedelai di Indonesia. Penyakit tersebut tersebar luas di

seluruh Indonesia. Bahkan menurut Nyvall (1979) dalam Semangun

bahwa dapat dikatakan penyakit ini tersebar di seluruh dunia dimana

kedelai berada (Semangun, 1991).

Bakteri ini hidup dengan cara mempertahankan diri pada sisa-sisa

tanaman sakit dan pada biji. Menurut Nyvall, bakteri ini juga bertahan

pada rhizofer tanaman lain, antara lain gandum. Infeksi pada tanaman

terjadi melalui mulut kulit dan hidatoda (pori air), bakteri selanjutnya

berkembang dalam ruang antarsel. Selain itu, infeksi dapat terjadi melalui

luka-luka. Pemencaran bakteri dipengaruhi terutama oleh percikan yang

ditimbulkan oleh air hujan, terutama jika hujan disertai dengan angin

keras. Selain itudapat terjadi karena adanya singgungan antar daun, dank

arena bersentuhan dengan alat-alat pertanian yang terkontaminasi pada

saat daun dalam keadaan basah (Semangun, 1991). Bakteri ini hidup

dengan cara mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman sakit dan pada

biji. Menurut Nyvall (1979), bakteri ini juga bertahan pada rhizofer

tanaman lain, antara lain gandum. Infeksi pada tanaman terjadi melalui

mulut kulit dan hidatoda (pori air), bakteri selanjutnya berkembang dalam

Page 13: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

ruang antarsel. Selain itu, infeksi dapat terjadi melalui luka-luka.

Pemencaran bakteri dipengaruhi terutama oleh percikan yang ditimbulkan

oleh air hujan, terutama jika hujan disertai dengan angin keras. Selain itu

dapat terjadi karena adanya singgungan antar daun, dan arena bersentuhan

dengan alat-alat pertanian yang terkontaminasi pada saat daun dalam

keadaan basah.

b. Xanthomonas campestris

inang X. campestris

Penyakit Xanthomonas campestris pv. campestris (Pamm.) Dye

merupakan penyakit pada inang kubis-kubisan (Cruciferae, Brassicaceae)

(Anonim, 2011a)

gejala penyakit tanaman X. campestris

Gejala awal berupa daerah tepi daun berwarna kuning atau pucat yang

kemudian meluas ke bagian tengah. Tulang-tulang daun di daerah ini

umumnya berwarna cokelat tua atau hitam. Gejala lanjut berupa

meluasnya penyakit hingga mencapai batang. Jaringan helai daun yang

terinfeksi menjadi kering seperti selaput dengan tulang-tulang daun

berwarna hitam. Akibat infeksi penyakit ini menyebabkan daun rontok

satu per satu. Kondisi lingkungan lembab menyebabkan terjadinya

penyakit busuk kering (Anonim, 2011a)

karakter pada media NA X. campestris

Gambar

(Deacon, 2014)

Penjelasa

n

Kenampakan koloni bakteri berwarna putih kekuningan,

ratarata diameter koloni adalah 3 mm, permukaan koloni

rata/datar dengan bagian tepinya halus (Streets, 1972 dalam

Widadari, et al., 2012)

Page 14: laporan bakteriologi dara-revisi.docx
Page 15: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Gambar makro dan mikro (diberi penjelasan) X. campestris

Makro Mikro

Anonim, 2014a)(Anonim, 2014b)

Penjelasan : Busuk hitam (black rot)

merupakan penyakit penting pada tanaman

kubis. Daerah tepi daun berwarna kuning

atau pucat yang kemudian meluas ke

bagian tengah. Tulang-tulang daun di

daerah ini umumnya berwarna cokelat tua

atau hitam (Anonim, 2011a).

Penyakit disebabkan oleh bakeri

Xanthomonas campestris pv Campetris

yang dapat bertahan dari musim ke musim

pada biji-bijian kubis, dalam tanah, pada

tumbuhan lain serta dalam sisa-sisa

tanaman sakit. Oleh karena itu penyakit ini

sulit dikendalikan (Semangun, 1996).

Penjelasan : Bakteri ini berbentuk batang,

berukuran 0,7-3,0 x 0,4-0,5 µm, berkapsula,

tidak berspora, bergerak dengan satu flagel

poler. Bakteri mempertahankan diri pada

biji-biji kubis di dalam tanah, pada inang

lain, atau dalam sisa-sisa tanaman sakit.

Bakteri masuk ke dalam tanaman melalui

lubang hidatoda yang terdapat di tepi daun.

(Anonim, 2011a)

Page 16: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Siklus hidup X. campestris

Gambar

(Anonim, 2014c)

Penjelasan Sumber utama inokulum adalah benih yang terinfeksi

Xanthomonas campestris pv. campestri (Xcc). Selama

perkecambahan, bibit menjadi terinfeksi melalui epikotil dan

kotiledon dapat mengembangkan margin menghitam,

mengerut , dan drop. Bakteri maju melalui sistem pembuluh

darah ke batang muda dan daun , di mana penyakit

bermanifestasi sebagai V - berbentuk klorosis lesi nekrotik

memanjang dari tepi daun. Dalam kondisi lembab, bakteri

hadir dalam tetesan gutasi dapat disebarkan oleh angin,

hujan, cipratan air, dan peralatan mekanik untuk tanaman

tetangga (Anonim, 2014c).

Tahap invasi alami oleh Xcc adalah melalui hydathodes,

meskipun luka daun yang disebabkan oleh serangga dan akar

tanaman juga mungkin portal masuk. Kadang-kadang,

infeksi terjadi melalui stomata. Hydathodes memberikan

patogen jalur langsung dari tepi daun ke sistem vaskular

tanaman dan infeksi inang sehingga sistemik. Invasi vena

jahitan menyebabkan produksi benih yang terinfeksi Xcc

(Anonim, 2014c).

Xcc dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman dalam tanah

sampai 2 tahun, tetapi jika di tanah bebas tidak lebih dari 6

minggu. Bakteri yang bertahan pada sisa-sisa tanaman

Page 17: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

sebagai sumber inokulum sekunder (Anonim, 2014c).

X. campestris dapat terlihat seperti lesi hitam yang

berkembang pada permukaan tanaman bila terkontaminasi.

Patogen yang pertama berinteraksi dengan inang akan

mengeluarkan berbagai protein efektor termasuk reaksi

hipersensitif tipe III menggunakan sistem sekresi ( TTSS ).

Efektor ini mungkin berperilaku baik dengan menyamarkan

dirinya untuk mengeluarkan beberapa reaksi hipersensitif

dan protein luar agar terjadi interaksi dengan sel inang. X.

campestris kemudian menargetkan jaringan pembuluh darah

yang menyebabkan penggelapan dan klorosis pada daun.

Bakteri menyebar ke daun melalui stomata, hydathodes, dan

sel-sel epidermis memulai lesi baru. Infeksi yang parah

terjadi pada bibit muda. Karena penyakit ini kemajuan

seluruh tanaman, batang utama tidak dapat membentuk,

pengerdilan pengembangan dan menghitam pembuluh darah.

Akhirnya, bakteri berproliferasi seluruh sistem pembuluh

darah dan tangkai benih yang menyebabkan benih terinfeksi

penyakit masa depan (Anonim, 2014b).

Pada musim hujan, X. campestris memiliki pili yang

mengakomodasi gerakan meluncur melalui daun basah.

Meliputi wilayah yang terkena dampak di berbagai nomor,

sekali tanaman yang sakit, patogen akan menyebar dalam

bentuk apapun pergerakan air termasuk percikan setetes

hujan ke host baru (Anonim, 2014b).

Faktor virulensi terdiri dari enzim litik yang menyerang

dinding sel, ekskresi protease, amilase, selulase dan lipase

yang membantu mekanisme kerentanan tanaman. Selain itu,

cluster gen RPF juga penting untuk patogenesis agar X.

campestris untuk memoderasi produksi faktor-faktor virulen

(Anonim, 2014b).

Page 18: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Syarat Hidup X. campestris

X. campestris menyebabkan kerugian besar di bidang pertanian

karena habitatnya di tanaman. Hal ini dapat hidup di tanah selama lebih

dari setahun dan menyebar melalui saliran irigasi dan air permukaan.

Bakteri ini berkembang terutama selama cuaca basah dan hangat dengan

suhu yang optimal pada 25-30o C (77-85o F) (Anonim, 2014b). Pada suhu

50C perkembangan X. campestris lebih lambat namun infeksi tanaman

inang tanpa gejala dibawah suhu 180C. (Anonim, 2014c). X. campestris

bergantung pada air untuk bertahan hidup dan gerakan ke inang

berikutnya. Karena kontaminasi selama operasi budaya, tanaman yang

terserang biasanya terjadi pada baris yang sama ketika bertani (Anonim,

2014b).

c. Xanthomonas campestris pv. citri (Hasse) Dye

Inang

Bakteri X. campestris pv. citri selain menginfeksi

tanaman jeruk juga dapat bertahan pada tumbuhan inang

lain yang termasuk kedalam genus (marga) yang

mempunyai hubungan dekat dengan Citrus, antara lain

Aegle, Atalantia, dan Feronia. Bahkan Goto et al.

mengatakan bahwa bakteri dapat bertahan pada rumput

Zoysia japonica yang banyak terdapat dalam kebun jeruk

di Jepang (Thurston, 1984).

Gejala Penyakit Tanaman

Mula- mula pada daun dan buah terjadi bercak-

bercak kebasahan, yang lalu menguning, dan di tengahnya

terjadi pembentukan gabus berwarna coklat. Di tengah-

tengah kutil ini terdapat celah-celah yang menyebabkan

terjadinya lubang-lubang seperti kepundan. Bercak-bercak

bersatu membentuk bercak-bercak besar yang ukurannya

dapat bervariasi dari 0,5 - 5 cm.

Page 19: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Gambar 1. Gejala serangan X. citri pada daun dan buah jeruk

(Anonima, 2014)

Daun-daun yang sakit tidak atau sedikit sekali

mengalami malformasi. Buah-buah yang sakit tetap kecil

dan sering agak mengalami malformasi yang sangat

menurunkan nilainya. Ranting-ranting (tunas-tunas) yang

masih hijau dapat pula terjangkit, dan ini dapat

mengganggu pertumbuhannya (Semangun, 2000).

Karakter pada Media NA

Gambar 10. X. axonopodis pv. citri pada media NA (Anonimb, 2014).

Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. citri adalah

berbentuk batang, gram negatif, dan memiliki flagel polar

tunggal. Koloni pada media laboratorium biasanya kuning

akibat 'xanthomonadin' diproduksi pigmen. Ketika glukosa

atau gula lain yang ditambahkan ke dalam media kultur,

koloni menjadi sangat berlendir karena produksi dari lendir

Page 20: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

exopolysaccaride. Sebuah media semi-selektif dapat dibuat

dengan menambahkan antibiotik, kasugamycin, yang

menghambat banyak kontaminan tapi tidak

xanthomonads. Maksimum dan rentang suhu optimum

untuk pertumbuhan adalah 39 ° C (95-102 ° F) dan 28

hingga 30 ° C (82-86 ° F) (Anonimb, 2014).

Gambar Mikroskopik

Gambar 11. Kenampakan mikroskopik X. citri (Anonimc, 2014)

Bakteri berbentuk batang, 1,5 -2,0 x 0,5 – 0,74µm,

membentuk rantai, berkapsula, tidak berspora, bergerak

dengan satu bulu cambuk (flagellum) poler. Termasuk bakteri

gram negatif (Semangun, 2000).

Siklus Hidup

Xanthomonas campestris pv. citri dapat bertahan pada

bercak-bercak di daun, ranting, atau batang. Bakteri dapat

bertahan sangat lama dalam kanker-kanker pada jaringan

berkayu. Untuk jangka waktu yang tidak lama bakteri dapat

bertahan pada sisa-sisa tanaman dan dalam tanah. Infeksi

pada tanaman jeruk terjadi melalui mulut kulit, lentisel, dan

luka-luka. Umumnya infeksi hanya terjadi pada bagian-bagian

yang muda, khususnya yang sedang tumbuh dengan cepat.

Dalam cuaca basah bekteri keluar bersama-sama dengan

eksudat dari bercak-bercak tanaman sakit, dipencarkan oleh

hujan atau embun ke bagian-bagian tanaman yang lain.

Page 21: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Angin, manusia, dan mungkin juga serangga dapat

membantu pemencaran. Khususnya angin dapat memegang

peranan penting. Serangga dapat menyebabkan terjadinya

luka yang dapat menambah jalan untuk infeksi (Semangun,

2000).

Syarat Hidup

Berat ringannya penyakit dipengaruhi oleh jenis

tanaman jeruk dan cuaca. Semua jenis jeruk dapat dikatakan

rentan terhadap kanker, namun kerentanannya agak

berbeda-beda. Jenis-jenis keprok adalah tahan. Jenis-jenis

manis kurang rentan. Yang sangat rentan terhadap serangan

pada daun adalah jeruk delima, pandan wangi, bali, pandan,

jenis-jenis grape fruit (kecuali jeruk manis besar), jenis-jenis

nipis, sitrun-sitrun, dan Pineapple orange. Makin tua daun

jeruk menjadi makin tahan. Ketahanan daun terhadap bakteri

kanker ditentukan oleh struktur mulut kulit. Juga diketahui

bahwa terdapat korelasi positif antara dosis inokulum dengan

bercak yang terjadi pada daging daun. Ketahanan daging

daun terhadap infeksi meningkat bila daun menjadi tua

(Semangun, 2000).

d. Erwinia carotovora pv. carotovora (Jones) Dye

Inang : Wortel , Kubis.

Gejala : Gejala umum terdapat pada tanaman kubis adalah busuk basah,

berwarna coklat atau kehitaman pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian

yang yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak membesar

dan mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua

kehitaman. Jika kelembaban tinggi, jaringan yang sakit tampak kebasahan,

berwarna krem atau kecoklatan, dan tampak agak berbutir-butir halus.

Disekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen coklat tua atau

hitam. Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak berbau, tetapi dengan

adanya serangan bakteri sekunder jaringan tersebut menjadi berbau khas.

Page 22: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

(Semangun, 1989. Penyakit- penyakit tanaman hortikultura di Indonesia.

UGM press:yogyakarta).

Gambar Makroskopis dan Mikroskopis:

(Anonim 2014)

Siklus Hidup : Siklus penyakit atau perkembangan penyakit dapat

dijelaskan sebagai berikut. Bakteri pada awalnya masuk ke luka pada

tanaman. Luka ini dapat disebabkan oleh serangga tersebut mengimpan

telurnya pada tanaman kubis sehingga menyebabkan luka. Bakteri setelah

masuk akan makan dan membelah diri dengan cepat serta merusak sel di

sekitarnya. Hal ini menyebabkan terbentuknya cairan. Selain tiu, bakteri ini

menghasilkan enzim pektinase dan selulase. Enzim peptinase dapat

menguraikan peptin yang berfungsi untuk merekatkan dinding sel yang

berdampingan. Dengan terurainya peptin, sel-sel akan terdesintegrasi.

Enzim selulase menyebabkan merusak selulosa dan melunakkan dinding sel.

Akibatnya air dari protoplasma berdifusi ke ruang antar sel. Sel kemudian

mengalami plasmolisis, kolaps, dan mati. Bakteri selanjutnya bergerak

menuju ruang antarsel dan membelah diri sambil mengeluarkan enzimnya

sehingga infeksi semakin besar.

Syarat Hidup : Terdapat beberapa hal yang dapat mendukung

perkembangan penyakit diantaranya drainasi yang buruk pada pertanaman,

kelembaban yang tinggi, curah hujan tinggi yang dapat menyebabkan

bakteri tersebar dengan cepat, adanya sisa-sisa tanaman terinfeksi di sekitar

daerah penanaman dan suhu yang rendah.

Kondisi yang menyebabkan perkembangan penyakit pada pasca panen

adalah luka pada kubis.

e. Xanthomonas oryzae pv oryzae

Page 23: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Inang

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh bakteri

Xanthomonas oryzae pv oryzae (XOO) merupakan salah satu penyakit

utama padi di Indonesia dan negara-negara penghasil padi lainnya di Asia.

Penyakit in juga dilaporkan telah ditemukan di beberapa negara Amerika

latin, Australia Utara dan Amerika Serikat. Gejala penyakit bakteri terlihat

jelas pada varietas yang rentan. Luka biasanya diawali dari pinggir daun

dekat pucuk berwarna hijau pucat sampai kelabu, kemudian berubah

menjadi putih sampai kuning (Mew, 1989).

Gejala

Bakteri X. oryzae menginfeksi daun padi melalui hidatoda atau

luka (Kerr, 1980) dalam buku Hery (1990). Di pembibitan gejala pertama

tampak berupa bercak – bercak kecil kebasahan pada pinggir daun. Bercak

kemudian membesar, daun menguning dan kering dengan cepat. Di

pertanaman, gejala awal tampak sebagai garis – garis kebasahan kemudian

bercak membesar baik lebar maupun panjangya dengan tepi bercak

bergelombang dan daun menguning dalam beberapa hari. Batas antara

bercak dan bagian yang sehat tampak kebasahan. Walaupun gejala awal

sering dimulai dari tepi daun, tetapi bercak dapat juga terjadi pada bagian

tengah daun asalkan ada luka. De Datta (1981) mengemukakan bahwa

gejala X. oryzae di daerah tropik dapat dibedakan atas tiga tipe, yaitu

gejala kresek, gejala leaf – blight dan gejala kuning muda. Gejala kresek

dan leaf – bligt adalah gejala utama dari infeksi X. oryzae, sedangkan

gejala kuning sebagai gejala sekunder (Hery, 1990).

Gambar Penjelasan

Page 24: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Gejala pertama

tampak berupa

bercak – bercak kecil

kebasahan pada

pinggir daun. Bercak

kemudian membesar,

daun menguning dan

kering dengan cepat.

Gambar 13. Daun tanaman padi terserang Xanthomonas oryzae (Anonym,2014)

Gambar Penjelasan

Gambar 14. Morfologi bakteri

Xanthomonas oryzae

Xanthomonas oryzae adalah

bakteri yang memiliki alat gerak

berupa flagel. Ukuran flagel

bakteri ini sangat kecil, tebalnya

0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya

melebihi panjang sel bakteri.

Flagel yang dimilikinya hanya

satu sehingga bakteri

Xanthomonas oryzae termasuk

dalam golongan bakteri monotrik.

Karakter pada Media NA

A B

Page 25: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Gambar . Karakter Xanthomonas oryzae pada media NA, A. Bentuk koloni

Xanthomonas oryzae B. Hasil streak plate Xanthomonas oryzae pada media NA

(Wahyudi dan Meliah, 2011)

Menurut Wahyudi dan Meliah, (2011) koloni Xanthomonas oryzae pada

media nutrient agar berwarna kuning muda, bentuk bulat dan mukoid dengan

penampakan koloni basah. Diameter koloni berkisar 1,5 - 3,0 mm.

Syarat Hidup dan Siklus Hidup

Suhu optimum untuk perkembangan penyakit adalah 30OC. Karena

penularan utamanya melalui percikan air, hujan angin akan memperberat

penyakit karena apabila terjadi peningkatan suhu rata – rata akan

mendorong perkembangan penyakit ini. Webb dalam Garred et al, (2006)

menyatakan bahwa gen ketahanan padi terhadap Xanthomonas oryzae

terekspresi lebih baik pada suhu yang meningkat (Wiyono, 2007).

Serangan penyakit pada tanaman pangan seperti hawar daun bakteri

(HDB) pada padi sawah dapat menyebabkan penurunan hasil sangat

bervariasi berkisar antara 20 – 30 %, bergantung pada varietas yang

ditanam dan pada musim tanaman. Selama periode 1996 – 2002, hawar

daun bakteri merupakan penyakit penting padi di Indonesia. Luas

penularan hawar daun bakteri dilaporkan mencapai 28.766 hektar dengan

puncak kejadian terjadi pada musim hujan. Dalam kurun waktu tersebut

penyakit HDB (Hawar Daun Bakteri) menimbulkan kerusakan di Jawa

Barat dan Jawa Tengah. Hal ini terkait dengan meluasnya areal

Page 26: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

pertanaman varietas unggul yang rentan terhadap penyakit HDB. Sebagai

contoh varietas unggul IR64 yang dilaporkan tahan hama wereng akan

tetapi rentan terhadap hawar daun bakteri ( Suryadi dkk, 2006).

f. Ralstonia solanacearum

Inang

Patogen ini meyebabkan penyakit pada lebih dari 200 spesies

dalam lebih dari 50 famili tanaman terutama Solanaceae. Serangan

patogen ini secara nyata dapat menurunkan produksi dan kualitas hasil.

Bakeri ini tersebar di daerah tropik, sub tropik maupun temperate/dingin.

Di daerah tropis patogen ini berkembang dengan subur karena keberadaan

inang sepanjang tahun. Di daerah temperate dimana tanaman inang tidak

selalu ada, patogen ini menjadi penting (terutama pada kentang) lebih

karena status karantinanya bukan karena kerusakan yang ditimbulkannya.

Gejala Penyakit Tanaman

Gejala awal yang ditimbulkan pada tanaman yang terserang bakteri

ini adalah tanaman mulai layu. Kemudian menjalar ke daun bagian bawah.

Gejala yang lebih lanjut : seluruh tanaman layu, daum menguning sampai

coklat kehitam-hitaman, dan akhirnya tanaman mati. Serangan pada umbi

menimbulkan gejala dari luar tampak bercak-bercak kehitam-hitaman,

terdapat lelehan putih keruh (massa bakteri) yang keluar dari mata tunas

atau ujung stolon. Adanya daun muda pada pucuk dan daun tua tanaman

akan menjadi layu, daun bagian bawah menguning merupakan ciri khas

gejala penyakit layu bakteri.

Bakteri menyerang pembuluh batang melalui akar dan

mengeluarkan zat beracun hingga pembuluh tersebut mengeluarkan cairan

berwarna merah seperti kecap/darah. Apabila pada batang terdapat luka,

maka cairan merah akan keluar melalui luka tersebut. Adakalanya cairan

keluar bersamaan dengan keluarnya jantung pisang. Gejala pada tajuk,

baru tampak setelah timbulnya tandan buah. Mula-mula satu daun muda

berubah warna, dari ibu tulang daun keluar garis coklat kekuningan ke tepi

daun. Dalam jangka satu minggu semua daun menguning dan menjadi

coklat.

Page 27: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Karakter pada media NA

Gambar makro dan mikro

Gambar makro pada tanaman Gambar mikro pada mikroskop dan

media NA

Siklus hidup

Inokulasi terjadi apabila bakteri masuk ke dalam pembuluh

tanaman yang mengalami pelukaan, atau melalui penularan oleh serangga.

Sedangkan inokulasi melalui batang jarang terjadi. Bakteri dapat bertahan

dalam tanah dan mempertahankan virulensinya selama paling sedikit satu

tahun.

Penyakit dapat menular melalui parang yang digunakan waktu

menebang pisang, membersihkan batang atau memotong bunga

jantan/anakan pisang. Penularan dapat terjadi juga karena pemakaian tunas

dari rumpun yang sakit sebagai bibit. Penyakit juga dapat menular melalui

Page 28: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

udara dan menginfeksi buah-buah yang dapat dilakukan oleh serangga.

Bakteri yang terbawa ke kepala putik pada saat pembuahan dapat

mencapai buah melalui saluran tangkai putik.

Syarat Hidup

R. solanacearum adalah spesies yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan

oleh variabilitas genetiknya yang luas dan kemampuannya untuk

beradaptasi dengan lingkungan setempat, sehingga di alam dijumpai

berbagai strain R. solanacearum dengan ciri yang sangat beragam.

Ralstonia solanacearum merupakan bakteri yang dapat menyerang

tanaman dataran rendah dari daerah tropis atau sub tropis, tapi ada

beberapa yang dapat menyerang di dataran yang lebih tinggi atau

temperatur lebih tinggi. Bakteri ini tumbuh optimal pada suhu 28-32°C.

Pada media agar padat, koloni bakteri ini akan muncul setelah 36-48 jam

pada suhu 28°C

Page 29: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

BAB III

METOGOLOGI

3.1 Metode pengenalan tanda dan gejala penyakit tumbuhan

Alat : cutter, cawan Petri, Api Bunsen, plastic wrapping, kertas label, jarum ose.

Bahan: daun kubis bergejala Xanthomonas campestris, daun jeruk bergejala

Xanthomonas citri, Daun kedelai bergejala Xanthomonas glycine, Wortel

bergejala Erwinia carotovora, daun padi bergejala Xanthomonas oryzae,

tanaman tomat bergejala Ralstonia solanacearum

Metode yang dilakukan

Menyiapkan specimen yang akan dimati

Mengamati gejala dan tanda penyakit pada tumbuhan

Mendokumentasikan hasil pengamatan dan membandingkan dengan literatur

Mencatat hasil pengamatan

3.2 Isolasi pathogen

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil daun setengah sehat dan setengah sakit

Daun disterilisasi menggunakan Alkohol 70% selama 1 menit

Dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali, lalu dikeringkan diatas tissue steril

Daun diisolasi pada media PDA

Diinkubasi selama 3 hari

Pengamatan dan dokumentasi

Page 30: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Pensterilan seluruh alat-alat dan lingkungan

Jarum ose yang digunakan untuk memindahkan koloni dibakar dari bagian pangkal dalam hingga ke bagian ujung sampai berpijar merah

Bagian tepi cawan petri yang berisi kultur patogen hasil isolasi disterilisasi

Jarum  ose segera dimasukkan ke dalam cawan petri, untuk mengambil sedikit koloni pathogen tunggal

Amati dan Dokumentasi

3.3 Purifikasi

3.4 Uji Hipersensitif

Dokumentasi

Reaksi hipersensitif dianggap positif selama 48 jam hasil suntikan menimbulkan gejala nekrosis atau hipersensitif

Suntikkan suspensi pada tulang daun sekunder dari tanaman tembakau

Campurkan isolat bakteri yang telah berumur 48 jam dengan aquades steril sehingga mencapai kepekatan 108 cfu/ml atau setara OD = 0,3

Siapkan suspensi bakteri yang akan diuji

Page 31: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

3.5 Uji Patogenesitasa. Bakteri Penyebab Layu

b. Bakteri Penyebab Gejala Bercak Daun

3.6 Identifikasi Bakteria. Uji KOH

Doumentasi

Sediakan tanaman (tomat, jeruk, padi, kubis, dan wortel) yang diberi perlakuan.1. Dilukai akarnya dengan scaipel dan disiram dengan suspensi bakteri

2. Disiram dengan suspensi bakteri tanpa dilukai3. Dilukai batangnya dengan jarum dan diinokulasi dengan suspensi bakteri

4. Dilukai akarnya dan disiram dengan aquades (kontrol)

Buat suspensi bakteri (konsentrasi sekitar 108) dengan melarutkan beberapa ose bakteri dalam air steril dalam tabung reaksi

Dokumentasi

Inkubasikan selama 7 hari

Gunting ujung daun padi dengan gunting yang telah dicelup pada suspensi bakteri

Celupkan gunting steril tersebut kedalam suspensi

Sterilkan gunting dengan bunsen dan alkohol

Sediakan tanaman padi yang berumur 2 minggu

Buat Suspensi bakteri seperti diatas

Page 32: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

b. Uji Pewarnaan Gram

Dokumentasi

Amati- Jika berlendir berarti (-)

- Jika tidak berlender berarti (+)

Tetesi KOH

Letakkan pada preparat

Ambil bakteri dengan jarum ose

Dokumentasi

Amati di mikroskop

Cuci dan keringanginkan

Safranin

Cuci dan keringanginkan

Alkohol

Cuci dan keringanginkan

iodin (20 detik)

Cuci dan keringanginkan

1 tetes kristal violet (20 detik)

Dikeringkan dibawah bunsen

Gelas plastik + suspensi bakteri

Page 33: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

c. Uji Oksidatif – Fermentatif (OF)

Dokumentasi

Jika warna kuning (bakteri tumbuh)

Jika warna biru (bakteri tidak tumbuh)

Amati perubahan warna 7-14 hsi

Setelah memadat inokulasikan bakteri pada 2 tabung- Parafin (1 ml)- Non parafin

Glukosa 10% (0,3 ml)

Sterilisasi

Cek pH 7,1 (tuang dalam tabung reaksi 3 ml)

Bromothymol blue 1% (3 ml)

Pepton 2 gr, NaCl 5 gr, KH2PO4 , Agar 3 grBahan tersebut untuk pembuatan media basal (dilarutkan dalam 1 L aquades)

Page 34: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan Gejala dan Tanda pada Tanaman

4.1.1 Dokumentasi Pengamatan

Penyakit Inang Gejala Tanda

Ralstonia solanacearum Tomat

Tanaman layu seperti bekas tersiram air panas.

Serangan berat dapat menyebabkan matinya tanaman secara mendadak.

Saat dipotong terdapatnya bercak-bercak cokelat pada berkas pembuluh batang, dan saat dicelupkan ke dalam air jernih,mengeluarkan cairan keruh yang merupakan koloni bakteri.

Xanthomonas citri

Jeruk

Pada daun terdapat bercak-bercak seperti kanker.

Bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm.

Xanthomonas oryzae

Padi

Terdapat garis kekuningan pada pucuk daun, kemudian menyebar lama-kelamaan daun menjadi kering dimulai dari pucuk daun.

Helaian daunnya melengkung.

Mengering

Page 35: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Xanthomonas glycine

Kedelai

Daun menguning

Terdapat bercak kecil tidak beraturan yang menonjol seperti bisul berwarna cokelat tidak

Xanthomonas campestris

Kubis

Adanya busuk kering

adanya bercak kuning yang menyerupai huruf V di sepanjang pinggir daun mengarah ke tengah daun

Erwinia cartovora

Wortel

Terdapat bercak kebasahan yang berwarna cokelat (busuk lunak)

Adanya bau busuk yang menyengat

4.1.2 Pembahasan dibandingkan dengan literatur

Sapel tanaman yang dibawa yaitu (Xanthomonas glicyne), tanaman padi

(Xanthomonas oryzae), tanaman kubis (Xanthomonas campestris), tanaman tomat

(Ralstonia solanacearum), tanaman wortel (Erwinia carotovora), dan daun jeruk

(Xanthomonas campestris pv.citri). Penamaan gejala Xanthomonas campestris

pada tanaman kubis karena ditemukan bercak dan busuk berwarna kecoklatan dan

berlendir pada bonggol kubis serta pada daun tanaman terdapat busuk dan kering.

Pada sampel buah wortel yang terjangkit Erwinia carotovora menunjukkan gejala

busuk dan daun tanaman yang layu. Sampel tanaman tomat yang dibawa terlihat

layu dan terdapat lendir pada batang. Menurut Semangun (2001) Tanaman tomat

yang terserang akan layu mendadak dan serangan pada tanaman muda hampir

pasti menyebabkan kematian segera setelah tanaman tersebut menunjukkan gejala

layu dan busuk.

Pada sampel tanaman yang terserang Xantromonas Citris Gejala awal

berupa bercak putih pada sisi bawah daun yang selanjutnya warna hijau gelap,

Page 36: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

kadang-kadang berwarna kuning di sepanjang tepinya. Bagian tengah terbentuk

gabus warna coklat. Luka terjadi pada bagian atas dan bawah daun. Pada buah

ditandai dengan gejala serupa dengan di daun tetapi bagian tepi tidak berwarna

kuning. Infeksi terjadi melalui stomata, lentisel dan luka. Terutama pada jaringan-

jaringan muda sedang tumbuh. Pada keadaan lembab karena adanya embun yang

sangat tebal, bakteri keluar dari luka seperti gabus atau melalui percikan air hujan.

Bakteri juga dapat tersebar melalui serangga dan manusia (CABI, 2000).

Berdasarkan pengamtan pada praktikum tersebut, terdapat gejala yang

sama dengan literaur yaitu bercak putih pada daun dan terlihat hijau gelap pada

sisi daun, maupun pada buah jeruk. Bentuk bercak tersebut tidak teratur dan

hamper menyebar keseluruh permukaan daun maupun permukaan buah jeruk.

Pada bercak tersebut diikuti oleh kerusakan jaringan yang menyebabkan

terjadinya bercak hijau gelap dan mengambat dalam proses perkembangan

pertumbuhan tanaman tersebut.

Pada sampel tanaman Xanthomonas campestris merupakan patogen yang

telah tersebar di hampir seluruh dunia dan umum menyerang lebih dari 30 jenis

tanaman dan gulma anggota famili Brassicaceae/Cruciferae. Bunga kol dan kubis

merupakan tanaman yang paling sering terserang Xcc meskipun kebanyakan

merupakan kultivar tahan. Patogen mampu hidup secara epifit pada banyak

tanaman inang liar, gulma, dan tanaman budidaya (CABI 2007).

Bakteri menginfeksi tanaman melalui stomata, hidatoda atau luka. Bakteri X.

campestris akan memperbanyak diri pada jaringan pembuluh kemudian menyebar

ke seluruh bagian tanaman, bahkan sampai ke benih. Pembuluh xylem yang

terserang akan hancur kemudian menyebar ke sel-sel pada jaringan parenkim di

sekitar pembuluh sehingga sel tersebut akan mati. Gejala pertama yang muncul

pada daun berupa area tidak teratur pada bagian tepi dan berkembang menjadi lesi

berbentuk huruf V. Lesi V memiliki tepi berwarna kuning, bagian tengah

berwarna cokelat lebih gelap dengan guratan tulang daun berwarna hitam. Pada

daun dengan serangan berat, beberapa gejala akan bergabung sehingga daun

terlihat seperti tersiram air panas (CABI 2007).

Page 37: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

4.2 Hasil Isolasi dan Purifikasi pathogen

Isolasi patogen

X. oryzae X. citri Ralstonia solanacearum

X. campestris X. glycine e.carotovora

Purifikasi pathogen-Streak tunggal X. Glycine

Hasil purifikasi X. glycine menghasilkan koloni bakteri berwarna putih kekuningan. Namun, terdapat beberapa koloni bekteri kontaminan berwarna putih.

Page 38: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

4.2.3 Pembahasan dibandingkan dengan literatur

Hasil isolasi

Bahan-bahan yang digunakan dalam isolasi patogen bakteri

menggunakan motede Streak Plate yaitu 6 spesimen yang digunakan.

Spesimen yang terserang patogen bakteri tersebut sebelumnya dibersihkan di

bawah air mengalir, hal ini bertujuan untuk membersihkan bahan dari kotoran

yang masih menempel pada bagian tanaman tersebut. Setelah dicuci bersih,

kemudian potong-potong bagian tanaman tersebut ± 4 cm. Kemudian

sterilkan lagi potongan-potongan tersebut pada cawan petri tang diisi

alkhohol 70% , 3 cawan diisi aquades steril dan cawan terakhir diisi dengan

kertas tissue steril. Setelah itu cacah bahan tersebut pada petridish steril dan

masukkan cacahan tersebut pada gelas yang berisi aquades steril kemudian

suspensi tersebut ditunggu selama ± 15 menit. Setelah itu, ambil suspensi

tersebut menggunakan jarum ose dan goreskan (streak) pada permukaan

media dan selanjutnya inkubasikan serta pindahkan koloni yang morfologinya

tampak berbeda pada media baru dan murnikan.

Dari hasil pengamtan siolasi pathogen berhasil menumbuhkan bakteri dari

patgogen yang ad di dalam tanaman karena, terlihat dari bakteri yang

menyebar langsung pada jaringan tanaman. Tetapi ada sebagaian media yang

mengalami kontaminan sehingga mengakibabtkan pengahmabatan

pertumbuhan yang maskismal. Kontaminan pada media bisa diakibatkan oleh

sterilisasi yang kurang, suhu yang terlalu tinggi sehingga memacu

pertumbuhan mikroorganisme selain dari bakteri yang kita inginkan.

Sedangkan hasil pengamatan pada Streak Plate juga menunjukan

kontaminasi sehingga mengakibatkan penghambatan pertumbuhan bakteri

pada media. Dalam proses Streak Plate diperlukan ketrampilan khusus,

ketelitian serta kecepatan, sehingga hasilnya akan maksimal. Terjadinya

kontaminasi disebabkan oleh sterilisasi yang kurang maksimal, suhu, dll yang

memicu pertumbuhan mikroorganisme yang lain.

Page 39: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Hasil purifikasi

Langkah pertama yang haris dilakukan adalah pensterilan seluruh alat-

alat dan lingkungan sekitar dengan menyemprotkan alkohol. Alat –alat yang

digunakan seperti jarum oase dimasukkan kedalam gelas berisi alkohol.

Jarum ose yang digunakan untuk memindahkan koloni dibakar dari bagian

pangkal dalam hingga ke bagian ujung sampai berpijar merah. Sebelum

digunakan untuk pengambilan koloni jamur terlebih dahulu jarum ose harus

dikibaskan sekali saja untuk mengurangi suhu panas yang dapat

menyebabkan kematian jamur. Sebelum membuka petri, bagian tepi cawan

petri yang berisi kultur patogen hasil isolasi disterilisasi dengan cara dibakar

dan  memutar tabung sehingga semua bagian bibir petri terkena api. Jarum 

ose segera dimasukkan ke dalam cawan petri, untuk mengambil sedikit koloni

patogen.

Dalam mengambil koloni tersebut sebaiknya diambil bagian yang

masih muda yaitu bagian tepi dan dengan sedikit media. Ketika memasukkan

jarum ose hindari menyentuh dinding tabung dan sebaiknya pengambilan

koloni dilakukan di dekat pembakar bunsen. Jarum ose yang telah

ditempelkan koloni masing-masing bakteri di sentuhkan pada cawan petri

baru yang berisi media dan selanjutnya di wrapping.

Hasil purifikasi bakteri Erwinia carotovora pada praktikum adalah

benar. Hal ini dikarenakan warna isolatnya putih kekuningan. Sesuai dengan

literature mengatakan bahwa, isolat bakteri ini berwarna putih kekuningan

dengan aroma menyerupai aroma gas belerang (Sudira, 2011). Hasil

purifikasi Xanthomonas campestris berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan

litertaur yang menyatakan bahwa bakteri ini memiliki koloni berwarna kuning

muda, bentuk bulat dan mukoid dengan penampakan koloni basah (Ernawati,

2006).

Hasil purifikasi pada Xanthomonas campestris pv citri menunjukkan

warna kuning. Hal ini benar karena sebagian besar Xanthomonas berwarna

kuning. Secara kenampakan fisik dapat diketahui bahwa bakteri ini sesuai

dengan yang diinginkan oleh peneliti.

Page 40: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

4.3 Hasil Uji Hipersensitif

4.3.1 Dokumentasi dan Data Uji Hipersensitif pada Tembakau

No. Nama Penyakit Dokumentasi Keterangan

1 Kontrol Tidak

terdapat

gejala

serangan

2 Xanthomonas

oryzae

Terdapat

gejala

serangan

4 Xanthomonas

glycine

Tidak

terdapat

gejala

serngan

5 Xanthomonas

campestris

Terdapat

gejala

serangan

Page 41: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

4.3.2 Pembahasan dibandingkan dengan Literatur

Hasil uji hipersensitif pada tanaman tembakau menyatakan

bahwa terdapat gejala nekrosis hasil inokulasi bakteri pada daun

tembakau. Daun yang diinokulasikan bakteri Xanthomonas campestris,

Erwinia carotovora dan Xanthomonas oryzae yang menimbulkan

nekrosis. Daun menjadi kuning dan kecoklatan (kering). Sedangkan

pada daun yang diinfeksikan Xanthomonas citri dan Ralstonia

solanacearum tidak menunjukkan gejala nekrosis pada daun. Perubahan

daun terjadi setelah 3 hari diinokulasikan, biasanya bakteri mampu

menyerang tanaman dalam waktu yang cepat 1x 24 jam, tetapi pada

pengamatan berlangsung 3 hari. Hal ini menandakan bahwa tingkat

patogenisitas dan virulensi bakteri tersebut rendah.

Hal ini sesuai dengan litertaur yang menyatakan bahwa isolat

Xanthomonas spdan Erwinia sp. yang diinokulasi kedalam tanaman

tembakau mampu menginduksi reaksi hipersensitif (Wahyudi, 2011).

Daun tembakau menjadi kecoklatan pada area masuknya bakteri.

Reaksi hipersensitif merupakan program kematian sel yang cepat dan

terlokalisasi. Reaksi ini muncul pada tanaman yang terinfeksi saat

pengenalan patogen dan bersamaan dengan itu, merupakan usaha untuk

menghambat pertumbuhan patogen. Induksi reaksi hipersensitif dan

patogenisitas dipengaruhi oleh gen hrp yang umum ditemukan pada

bakteri gram negatif patogen tanaman, termasuk kelompok

Xanthomonas sp.dan Erwinia sp.

Akan tetapi, pada bagian yang diinokulasikan bakteri

Xanthomonas citri dan Ralstonia solanacearum tidak menunjukkan

gejala. Hal ini bisa dapat diindikasikan bahwa bakteri yang di

inokulasikan bisa jadi bukan pathogen melainkan bakteri lain atau

tingkat patogenisitas rendah. Selain itu, tingkat ketelitian dalam

menyuntikkan bakteri juga perlu diperhatikan. Tingkat patogenisitas ba

Page 42: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

4.4 Hasil Uji Patogenisitas

4.4.1 Dokumentasi Dan Data Uji Patogenisitas

Dokumentasi Keterangan

Awal inokulasi bakteri Xanthomonas

citri pada buah jeruk, Xanthomonas

campestris pada kubis dan Ralstonia

solanacearum pada tomat dan

Xanthomonas oryzae pada tanaman

padi

Hasil pengamatan pada hari ke 7

inokulasi bakteri Xanthomonas citri

pada buah jeruk tidak menimbulkan

gejala.

Hasil pengamatan pada hari ke 7

inokulasi bakteri Xanthomonas

campestris pada kubis tidak

menimbulkan gejala.

Page 43: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Pada pengamatan hari ke 7 buah tomat

yang dinokulasikan bakteri patogen

Ralstonia solanacearum pada bagian

yang dilingkari menimbulkan sedikit

gejala busuk pada pinggirian buah

tomat saat dibelah.

Pada hasil pengamatan hari ke 7

tanaman padi sudah menimbulkan

gejala serangan, dimana semakin

banyak daun yang menguning secara

keseluruhan.

4.4.2 Pembasan dibandingkan literatur

Uji patogenisitas dilakukan dengan memasukkan atau menyuntikkan

suspensi bakteri ke dalam buah dan daun serta menyemprotkan suspensi pada

seluruh bagian buah dan daun. Berdasarkan hasil uji patogenisitas pada buah

tomat, kubis, dan jeruk serta padi dengan masing masing bakteri patogen,

terdapat 2 bahan yang menimbulkan gejala yaitu tomat oleh bakteri Ralstonia

solanacearum dan padi oleh Xanthomonas oryzae.

Pada buah jeruk setelah pengamatan selama 7 hari tidak terjadi

perubahan/ gejala bintik bintik kuning kecoklatan pada buah yang disuntikkan

maupun disemprot suspensi bakteri Xanthomonas citri. Menurut Eka (2010)

gejala serangan pada daun dan buah jeruk diawali dengan munculnya bintik

kuning berdiameter kurang dari 1 mm pada permukaan bawah daun. Pada

perkembangan selanjutnya, bintik tersebut berubah menjadi bercak cembung

dan berwarna kecoklatan serta agak mengkilat. Pada pengamatan tidak

menunjukkan gejala tersebut sehingga kemungkinan, bakteri patogen yang

diinfeksikan bukanlah X. Citri ataupun tingkat patogenisitasnya sudah menurun

dan tanaman mampu mentoleransi keberadaan bakteri tersebut.

Page 44: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Sama halnya dengan tanaman padi ini yang menghasilkan gejala

serangan bakteri Xanthomoas oryzae. Biasanya gejala ini terlihat ketika fase

awal pembibitan, fase pemindahan bibit ke lapang dan pada fase pertumbuhan

tanaman di lapang (tanaman dewasa). Sedangkan pada pengamatan daun padi,

kurang menunjukkan gejala spesifik khas penyakit “kresek” padi seperti yang

sudah dijelaskan diatas sehingga kemungkinan daun tersebut layu karena

kekurangan unsur hara ataupun terserang bakteri patogen lain.

Pengamatan kubis yang disuntikkan dan disemprot suspensi bakteri

Xanthomonas campestrist idak menimbulkan gejala busuk maupun kering/layu.

Menurut Kohl dan Wolf (2005), serangan Xanthomonas campestris pada mula-

mula di tepi daun terdapat daerah-daerah yang berwarna kuning atau pucat,

yang kemudian meluas ke bagian tengah. Didaerah ini tulang-tulang daun

berwarna coklat tua atau hitam dan bisa masuk ke dalam batang.Jaringan

helaian daun yang sakit mengering menjadi seperi selaput, dengan tulang-

tulang daun berwarna hitam. Umumnya penyakit mulai dari daun-daun bawah

dan dapat menyebabkan gugurnya daun satu per satu dan bonggol kubis tidak

terbentuk sempurna. Pada pengamatan, kubis masih terlihat segar dan tidak

layu sehingga dapat diasumsikan bahwa suspensi bakteri yang diinfeksikan

tingakt patogenisitas dan virulensinya sudah menurun.

Pada pengamatan buah menunjukkan gejala busuk buah berwarna

kecoklatan pada sebagian kecil pinggiran buah saat dibelah. Hal ini

menunjukkan bahwa bakteri tersbut tidak menunjukkan gejala dan tingkat

patogenistasnya juga menurun. Hal ini berbeda menurut Kurniawan (2010)

serangan R. Solanacearum pada umbi menimbulkan gejala dari luar tampak

bercak-bercak kehitam-hitaman, terdapat lelehan putih keruh (massa bakteri)

yang keluar dari mata tunas atau ujung stolon.

4.5 Hasil Identifikasi Bakteri

4.5.1 Dokumentasi dan Data Uji Oksidatif Fermentatif

Page 45: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Awal pengujian bakteri dengan

Oksidatif Fermentatif

Hari ke 7 setelah pengujian, media

berwarna kuning yang menandakan

bakteri dapat tumbuh secara aerob dan

anaerob.

4.5.2 Dokumentasi dan Data Uji Pewarnaan Gram

Lengketnya koloni yang diduga bakteri

Erwinia carotovora menunjukkan

bahwa bakteri tersebut merupakan

bakteri gram negatif

Lengketnya koloni yang diduga bakteri

Ralstonia solanacearum menunjukkan

bahwa bakteri tersebut merupakan

bakteri gram negatif

Page 46: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Lengketnya koloni yang diduga bakteri

Xanthomonas campestris menunjukkan

bahwa bakteri tersebut merupakan

bakteri gram negatif

Lengketnya koloni yang diduga bakteri

Xanthomonas citri menunjukkan

bahwa bakteri tersebut merupakan

bakteri gram negatif

Lengketnya koloni yang diduga bakteri

Xanthomonas oryzae menunjukkan

bahwa bakteri tersebut merupakan

bakteri gram negatif

Hasil pengujian gram dimana bakteri

berwarna merah yang menunjukkan

bakteri tersebut adalah bakteri gram

negatif dan bersifat patogen

4.5.3 Dokumentasi dan Data Hasil Identifikasi Bakteri Patogen

Bakteri yang diduga sebagai Ralstonia

solanacearum pada pengamatan

mikroskop berbentuk basil

Page 47: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Bakteri yang diduga sebagai

Xanthomonas citri pada pengamatan

mikroskop berbentuk coccus

Bakteri yang diduga sebagai

Xanthomonas oryzae pada pengamatan

mikroskop berbentuk coccus

Bakteri yang diduga sebagai Erwinia

carotovora pada pengamatan

mikroskop berbentuk basil

Bakteri yang diduga sebagai

Xanthomonas campestris pada

pengamatan mikroskop berbentuk

coccus

4.5.4 Pembahasan dibandingkan dengan Literatur

Pengamatan uji oksidatif dilakukan dengan dua perlakuan yaitu

penggunaan parafin dan non parafin sebagai indikator apakah bakteri yang

ditumbuhkan aerob ataukah anaerob dan sebagai control tidak diberi perlakuan

apapun. Bakteri golongan Xanthomonas sp. pada media parafin dan non parafin

mampu tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Begitu juga pada bakteri

Page 48: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Erwinia carotovora dan R. Solanacearumyang mampu tumbuh pada kondisi

media yang aerob dan anerob.

Erwinia sp.merupakan bakteri anaerob berbentuk lonjong suhu optimal

untuk perkembangan bakteri 27°C. Pada kondisi suhu rendah dan kelembaban

rendah bakteri terhambat pertumbuhannya. Hujan dan suhu yang tinggi

mendorong penyebaran di lahan. Infeksi pada saat pengangkutan dan

penyimpanan merupakan kontaminasi bakteri saat di lahan maupun pasca panen

melalui peralatan pengangkutan dan panen serta tempat penyimpanan. Bakteri

busuk lunak dapat berkembang pada suhu 5 – 37°C dengan suhu optimum

berkisar 22°C (Agrios, 1998). Pada pengamatan bakteri mampu tumbuh pada

kondisi anaerob dan aerob sehingga kemungkinan bakteri tersebut merupakan

bakteri patogen Erwinia carotovora , tetapi perlu dilakukan identifikasi lebih

lanjut. Hal ini dtunjukkan dengan perubahan warna media uji oksidatif yang

semula berwarna biru menjadi kuning yang menandakan adanya koloni bakteri.

Pada pengamatan Xanthomonas menunjukkan bahwa bakteri yang diuji

mampu tumbuh pada media anaerob. Padahal menurut litertaur, Xanthomonas

merupakan bakteri aerob dan dapat menghasilkan ekstraseluler polisakarida

(EPS) yang berperan dalam pembentukan eksudat yang digunakan untuk

menginfeksi daun (Bradbury, 1984; Liu et al., 2006). Menurut Ou (1985) bakteri

pada dasarnya tidak membutuhkan vitamin sebagai faktor yang sangat

diperlukan, akan tetapi sejumlah kecil tiamin (Vitamin B), kalsium pantotenat,

nikotin, atau piridoksin  memberikan efek rangsangan untuk pertumbuhan

bakteri. Kemungkinan bakteri yang tumbuh bukanlah bakteri patogen jenis

Xanthomonas sp. melainkan bakteri patogen lain yang mampu hidup pada

kondisi lingkungan yang aerob dan anerob.

Pengamatan bakteri yang ditumbuhkan pada media anaerob

kemungkinan bukanlah bakteri R. solanacearum melainkan bakteri patogen lain

yang mampu hidup pada media anaerob ataupun kontaminasi dari jenis patogen

lain. Hal ini dikarenakan tidak sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa

bakteri tersebut merupakan bakteri gramnegatif, berbentuk batang lurus atau

bengkok,ukuran (0,5 – 1,0 μm) x (1,5 – 4,0 μm) memiliki satu atau lebih flagela

polar, katalase positif dan bersifat aerobik.

Page 49: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Pada pengamatan uji gram hasil yang didapat yaitu semua jenis bakteri

yang diujikan merupakan bakteri gram negatif. Hal ini ditunjukkan dengan

adanya lendir lengket. Bakteri gram negatif ditunjukkan dengan adanya benang-

benang. Lalu pada saat pemberian safranin warna koloni menjadi merah. Hal

inisesuai dengan litatur yang menyatakan bahwa metode Uji Gram yaitu koloni

bakteri dari biakan diambil dengan menggunakan jarum oshe dan dioleskan pada

gelas objek yang telah ditetesi larutan KOH 3 %. Koloni yang nampak berlendir

memperlihatkan reaksi positif( gram negatif) sedangkan yang tidak berlendir

atau terlepas adalah negatif ( gram positif). Bakteri gram negatif biasanya

merupakan jenis bkateri patogen sedangkan gram postif biasanya bakteri non

patogen/ antagonis.(Birana serlina, 2012).

Setelah dilakukan uji gram, bakteri pada kaca preparat diamati di bawah

mikroskop untuk mengetahui bentuk koloni secara lebih jelas. Pada Bakteri yang

diduga sebagai Ralstonia solanacearum pada pengamatan mikroskop berbentuk

basil, Xanthomonas citri, Xanthomonas oryzae dan Xanthpmonas campestris

berbentuk coccus, Erwinia carotovora berbentuk basil. Bentuk dasar bakteri

terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia) serta terdapat

bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil.

Bakteri golongan Xanthomonas adalah bakteri yang berbentuk batang

dengan kedua ujung membulat, berukuran pendek, dengan panjang  berkisar

antara 0,7-2.0 µm dan lebar antara  0,4-0,7 µm, memiliki satu flagel, tanpa

spora, Ciri khas genus Xanthomonas adalah koloninya berlendir, dan

menghasilkan pigmen berwarna kuning yang merupakan pigmen

xanthomonadin(Bradbury, 1984; Liu et al., 2006).  Bentuk koloni pada medium

Page 50: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

biakan adalah bulat, cembung dan berdiameter 1-3 mm (Ou, 1985). Pada

pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop bakteri golongan

Xanthomonas sp. tidak berbentuk batang (basil) melainkan berbentuk bulat

(coccus) hal ini menunjukkan bahwa bakteri patogen tersbut bukanlah bakteri

golongan Xanthomonas sp. Hal ini dikarenakan pada pengujian sebelumnya baik

dari awal inokulasi sampai uji gram bentuk dan warna koloni sedikit berbeda.

Walaupun demikian bakteri tersebut tetap bakteri patogen karena mampu

menunjukkan gejala hipersensitif pada tanaman tembakau dan adanya gejala

pada uji patogenisitas dan bersifat gram negatif.

Erwinia carotovora adalah bakteri berbentuk batang yang diberi nama

setelah bakteri ini berhasil  diisollasi dari wortel. Sel bakteri berbentuk batang

dengan ukuran (1,5 x 2,0) x (0,6 x 0,9) mikron, umumnya membentuk rangkaian

sel-sel seperti rantai, tidak mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri

bergerak dengan menggunakan flagella yang terdapat di keliling bakteri. Bakteri

ini menginfeksi berbagai macam sayur dan tanaman seperti wortel, kentang,

mentimun, bawang, tomat, selada, dan tanaman hias seperti bunga Iris.

Penyebaran mikroba ini dapat ditemui dalam tanah, perut serangga, air, serta

aerosol tersuspensi pada udara. Masalah utama yang ditimbulkan mikroba ini

pada bidang agrikultura adalah penyerangan secara membabi buta pada kentang

dan sayuran lain pada lahan atau penyimpanan yang mana jaringan tanaman

akan berair yang akhirnya menjadi lembek dan berbau (Agrios, 1998).

BAB V

PENUTUP

Page 51: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan phasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa

1. Terdapat 5 dari 6 bahan yang menunjukkan gejala penyakit bateri yang

dimaksudkan yaitu pada daun padi, jeruk, kubis, tomat, dan umbi wortel.

2. Hasil dari pengamtan bakteri patogen dengan 5 sampel tanaman bergejala

memiliki hasil yang berbeda pada setiap perlakuan. Pada inokulasi terjadi

kontaminasi pada semua media yang berisi bakteri patogen dengan jamur

lain. Pada hasil purifikasi koloni bakteri memiliki warna putih dan

kekuningan pada hampir semua media.

3. Pada uji hipersenitif, bakteri patogen yang menimbulkan gejala hanya 3 dari 5

bakteri yaitu gejala nekrosis yang timbul pada daun tembakau yang

diinfeksikan X. campestrisE. carotovora dan X. oryzae, sedangkan bagian

yang diinfeksikan R. solanacearum dan X. citri tidak terjadi nekrosis.

4. Pada uji patogenisitas, tanaman yang menunjukkan gejala yaitu pada buah

tomat dan padi. tetapi busuk dan kering tersebut kurang sesuai dengan ciri ciri

tanaman terserang R. solanacearum dan X. oryzae.

5. Pada uji Oksidatif , uji gram dan pengamatan mikroskop, bakteri dapat hidup

pada media aerob dan anerob, serta merupakan bakteri bergram negatif. Pada

pengamatan mirkoskop hanya bakteri E. carotovora dan R. solanacearum

yang memiliki bentuk sesuai dengan literatur yaitu berbentuk batang (basil).

isolasi bakteri E. carotovora dan R. solanacearum adalah benar. Akan tetapi,

golongan Xanthomonas sp tidak sesuai karena bentuk tidak sesuai dengan

literature yang ada.

6. Perlu uji lanjutan untuk memastikan apakah bakteri yang diambil merupakan

jenis bakteri yang diinginkan.

5.2 Saran

Tidak ada saran untuk praktikumnya karena sudah maksimal. Hanya

saja laporan akhir sangat banyak dan saya kewalahan mengerjakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 52: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Admin., 2008,  Perkembangan- Mikrobiologi http://www.ubb.ac.id/

menulengkap.php ?judul=Sejarah- . Diakses pada tanggal 19mei 2014,

Makassar.

Agrios G.N.. 1998. Plant Pathology. Departement of Plant Pathology. University

of Florida

Anonima. 2014. http://www.google.com/imgres?imgurl= http.//Fwww.apsnet.org.

Diakses Tanggal 17 Mei 2014.

Anonimb. 2014. https://www.apsnet.org/edcenter/intropp/lessons/prokaryotes

/Pages/CitrusCanker.aspx.Diakses Tanggal 17 Mei 2014.

Anonimc. 2014. http://www.crec.ifas.ufl.edu/ academics/classes/PLP5115C/ PDF/

citrus_pathology_wang.pdf. Diakses Tanggal 17 Mei 2014.

Birana Serlina, Baharuddin, Danial Rahim. 2012. Keragaman Bakteri Antagonis

Di Lahan Pertanian Tana Toraja Dan Uji Kemampuan Menekan

Ralstonia Solanacearum Penyebab Penyakit Layu Bakteri Pada Kentang

Secara In-Vitro. Jurusan Ilmu Hama & Penyakit Tumbuhan Fakultas

PertanianUniversitas Hasanuddin Makassar.

Ernawati, Ni Made Laksmi. 2006. Populasi Awal Bakteri Hawar Daun Xanthomonas campestris pv. Acacia Di Sekitar Tanaman Inang. Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

Haerunisa, Rizky. 2010. desease notebook “Pustul pada Tanaman Kedelai”.

http://rizkyhaerunisa08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/desease-notebook-

pustul-pada-tanaman-kedelai/. Diakses tanggal 18 Mei 2014

Hery, Gede Purwa Jelantik., 1990. Daya Penghambatan Tiga Jenis Ekstrak

Tumbuhan terhadap Pertumbuhan (Jumlah Koloni) Bakteri Xanthomonas

oryzae (Uyeda & Ishiyama) Dowson dan Pseudomonas Solanacearum

E.F Smith In Vitro. Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan. IPB. Bogor. Hlm

1 – 4

Klement,Z.,K.Rudolph, and D.C.Sands.1990. Methods in Phytobacteriology.

Academical Kiado Budapest.p.547

Kohl J, Wolf JVD. 2005. Alternaria brassicicola and Xanthomonas campestris

pv. campestris in organic seed production of brassicae: epidemiology

and seed infection [internet]. [diunduh 2011 Sept 25]. Plant Research

International B.V..

Page 53: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Kurniawan. 2010. Klasifikasi bakteri Ralstonia solanacearum.

http://rizkianggakurniawan.blogspot.com/favicon.ico

Lay, Bibiana.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : Rajawali

Liu, D.N.O., P.C. Ronald.,and A.J. Bogdanove. 2006. Xanthomonas oryzae

pathovars:model pathogens of model crop. Blackwell Publishing LTD.

Pp. 303-324.

Lelliot,R.A. and D.E.Stead.1987.Methods for the diagnosis of bacterial diseases

of plant. Blackwell Scientific Publications, Oxford, London.pp 216.

Mehan V.K. 1995. Isolation and identification of Pseudomonas solanacearum. In:

Mehan V.K.. and D.Mc. Donald. Techniques for Diagnosis of

Pseudomonas solanacearum and for Resistances Screening Against

Groundnut Bacterial Wilt. ICRISAT, Andhra Pradesh

Ou, S.H. 1985. Rice Disease. Commonwealth. Inst. Kiew, Surrey, England. 368 p

Peltier, G. 1920. Influence of Temperature and Humidity on the growth of

Pseudomonas citri and its Host Plants, and on Infection and

Development of Disesae. J. Agr. Res. 20: 247.

Rachdie. 2008. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba.

http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-

pertumbuhan-mikroba/. Diakses 4 Mei 2014.

Retnowati, Lilik., Cahyadi Irwan, Baskoro SW dan Harsono L., 2007.

Perbanyakan dan Cara Aplikasi Corynebacterium. BBOPT. Jatisari. Hlm

1 – 210

Sastrahidayat, Ika Rohdjatun. 2011. Fitopatologi. UB press. Malang

Schaad, N. W.,Jones,J.B. and W. Chun. 2001. Plant Pathogenic Bacteria. Third

Edition. The American Phytopathological Society. St. Paul. Minnesota.

For.

Semangun, Haryono. 2007. Penyakit- penyakit tanaman hortikultura di Indonesia.

Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada

University Press. Yogyakayta.

Semangun, H., 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.

Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Hlm 267 – 272

Page 54: laporan bakteriologi dara-revisi.docx

Sudira, I wayan, dkk. 2011. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Kedondong (Lannea Grandis Engl) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Erwinia Carotovora. Buletin Veteriner Udayana Vol. 3 No.1. :45-50 ISSN : 2085-2495 Pebruari 2011.

Sukariawati, Annisa. 2011. Gejala dan Tanda Penyakit Tumbuhan

http://annisasukariawati.blogspot.com/2011/04/gejala-dan-tanda-

penyakit-tumbuhan.html. Diakses tanggal 20 mei 2014.

Suryadi, Y, T. S. Kadir dan Machmud., 2006. Deteksi Xanthomonas oryzae pv

oryzae Penyebab Hawar Daun Bakteri Pada Tanaman Padi. Jurnal

Penelitian Tanaman Pangan Vol 25 No. 2 Tahun 2006

Sutedjo, Mul Mulyani.1991. Mikrobiologi Tanah.Jakarta : Rineka Cipta

Syam dan Diah Wurjandari., 2003. Masalah Lapang Hama Penyakit dan Hara

Pada Padi. library.diptero.or.id/index.php?p=show_detail&id=4878 - 10k

Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Jakarta. Diakses pada tanggal 16

Januari 2009. Hlm 38 – 39

Volk, W. A. dan Wheeler, M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima. Jakarta:

Erlangga. 

Waluyo,Lud.2004.Mikrobiologi Umum. Malang:  UMM Press.

Wahyudi, Aris Tri. 2011.Xanthomonas Oryzae Pv. Oryzae Bakteri Penyebab

Hawar Daun Pada Padi: Isolasi, Karakterisasi, Dan Telaah Mutagenesis

Dengan Transposon. Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Institut

Pertanian Bogor. Bogor

Wiyono, Suryo., 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama Penyakit Tanaman.

Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian

Bogor. Makalah Keanekaragaman Hayati di Tengah Perubahan Iklim.

Diakses pada tanggl 16 Januari 2009. Hlm 1 –

Widadari, et al. Exploration Of Bactriophage Virulent ToXanthomonas

campestris pv campetris Toward Development As Biocontrol Agent For

Cabbage Black Rot Disease. Diunduh dari

http://fp.uns.ac.id/jurnal/Bu_Sri_Widadi.pdf . diakses pada 17 Mei 2014

Page 55: laporan bakteriologi dara-revisi.docx