LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI Disusun oleh: Nama : Dara Muslimah Daulay NIM : 115040201111301 Kelompok :Kamis, 15.00 Asisten : Mas Nugroho S JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
LAPORAN PRAKTIKUM
BAKTERIOLOGI
Disusun oleh:
Nama : Dara Muslimah Daulay
NIM : 115040201111301
Kelompok :Kamis, 15.00
Asisten : Mas Nugroho S
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel satu, prokariotik, materi
genetic (DNA), tidak terikat oleh sebuah membrane dan karenanya tidak di
atur dalam inti. Jumlah bakteri kurang lebih 200 jenis yang dapat
menyebabkan penyakit pada tanaman. Patogen bakteri apabila menginfeksi
inangnya akan menimbulkan gejala serta tanda. Gejala akibat infeksi bakteri
pada suatu tanaman yaitu dengan adanya perubahan bentuk morfologis
tanaman karena bakteri tersebut mengganggu proses fisiologis tanaman,
gejala tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang. Contoh gejala akibat
infeksi bakteri yaitu : Blight (Hawar), Bengkak (Puru) bakteri, Busuk Basah,
Bercak Daun dan Penyakit pada jaringan pembuluh. Sedangkan untuk melihat
tanda akibat infeksi pathogen bakteri pada suatu inang biasanya dengan
melihat ada tidaknya oose (aliran massa bakter). Oose dapat dilihat apabila
inang yang bergejala tersebut dimasukkan ke dalam air.
Kebanyakan bakteri merupakan campuran berbagai macam spesies
bakteri. Oleh karena itu perlu dilakukan isolasi pada bakteri guna
mempermudah dalam proes identifikasi bakteri tersebut. Isolasi merupakan
cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan,
sehingga diperoleh kultur murni atau biakan muri.
Dalam praktikum, sebelum dilakukan identifikasi pada bakteri, awalnya
bakteri dilakukan uji hipersensitif menggunakan tanaman tembakau serta uji
patogenesitas menggunakan dalil Postulat Koch. Bakteri sendiri digolongkan
menjadi 2 berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif. Berdasarkan penggolongan bakteri tersebut selanjutnya
bakteri akan diidentifikasi dengan metode Uji Gram.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis gejala dan tanda-tanda penyakit yang disebabkan
oleh bakteri.
2. Untuk memahami teknik isolasi,uji hipersensitif, serta uji patogenesitas
akteri
3. Untuk melakukan identifikasi bakteri berdasarkan struktur dinding selnya
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengembangkan keahliannya dalam melakukan
isolasi, purifikasi, uji hipersensitif, uji patogenesitas serta identifikasi
sebagai bekal awal dalam melakukan skripsi.
2. Mahasiswa nantinya dapat mengaplikasikan ilmu ini dalam
masyarakat.
3. Dapat menambah wawasan dan cara-cara perlakuan dalam
mendapatkan bakteri yang diinginkan.
1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gejala yang diakibatkan bakteri pathogen
Gejala adalah perubahan fisiologis dari tumbuhan akibat terserang
mikroorganisme yang memunculkan hal yang berbeda dari biasanya. Biasanya
gejala yang ditimbulkan oleh bakteri adalah busuk buah, busuk batang atau akar
yang mengubah warna bagian tanaman tersebut menjadi coklat hingga kehitaman
dari dalam. Pengenalan gejala bertujuan untuk mengenalkan gejala tanaman sakit
yang diakibatkan oleh pathogen tanaman.
2.2 Definisi Pengenalan tanda yang diakibatkan bakteri pathogen
Tanda merupakan hal-hal yang ditinggalkan sdan menunjukan adanya
mikroorganisme yang menyerang tanaman seperti adanya laendir pada bagian
tanaman yang busuk, adanya luka tusukan nematode, dan lain-lain. Pengenalan
tanda bertujuan untuk mengenalkan tanda tanaman sakit yang diakibatkan oleh
pathogen tanaman.
2.3 Pembuatan Media NA
Media untuk menumbuhkan bakteri salah satunya adalah media
Nutrient Agar atau NA. Pembuatan Nutrient Agar Pembuatan NA antara lain
Timbang komponen medium dengan menggunakan timbangan analitis
untuk volume yang diinginkan sesuai dengan komposisi berikut:
1. Beef extract 3 g
2. Peptone 5 g
3. Agar 15 g
4. Akuades s.d 1000 ml
Akuades sebanyak 100 ml dibagi menjadi dua satu bagian untuk
melarutkan Beef extract dan peptone dan sebagian lagi untuk melarutkan
agar. Sebaiknya air untuk melarutkan agar lebih banyak. Larutkan agar
pada sebagian air tersebut dengan mengaduk secara konstan dan diberi
panas. Dapat menggunakan kompor gas atau hot plate stirrer (jangan
sampai overheat, karena akan terbentuk busa dan memuai sehingga
tumpah). Sementara itu sebagian akuades digunakan untuk melarutkan
peptone dan beef extract, cukup dengan pengadukan.
Setelah keduanya larut, larutan dituangkan ke larutan agar dan diaduk
sampai homogen. Kemudian pH media diukur dengan mencelupkan
kertas pH indikator. Jika pH tidak netral maka dapat ditambahkan
HCl/NaOH. Setelah itu media dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan
disterilisasi dengan autoklaf.
Tuang media steril ke cawan petri steril secara aseptis. Jika diinginkan
media tegak atau miring pada point ke 5, media langsung dituang ke
tabung kemudian disterilisasi.
2.4 Teknik Isolasi Bakteri
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu
dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan
identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri
dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan
Isolasai Mikroba. Menurut Admin (2008) Terdapat berbagai cara mengisolasi
mikroba, yaitu
1) Isolasi pada agar cawan
Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan
mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan
dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan
tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara
dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan
metode agar cawantuang.Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan
dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap
koloni berasal dari satusel.
2) Metode agar tuang
Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan
medium agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang kemudian
dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang
terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan atau di
dalam cawan.
3) Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak
dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh
pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan
beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk
mendapatkan satu sel semakin besar.
4) Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel
mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode
agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan
perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan
menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator,
yang dilakukan secara aseptis.
2.5 Teknik Perbanyakan Bakteri
Metode-metode yang dapat digunakan untuk membuat biakan bakteri
menurut Rachdie (2008) antara lain cawan gores (sterak plate), cawan tebar,
dan cawan tuang.
a. Teknik Dilusi (Pengenceran)
Gambar 1. Teknik Dilusi (Rachdie, 2008)
Teknik dilusi sangat penting di dalam analisa mikrobiologi. Karena
hampir semua metode perhitungan jumlah sel mikroba mempergunakan
teknik ini. Tujuan dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau
melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah
penanganannya. Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan
dalam akuades steril.
b. Teknik Pour Plate (Lempeng Tuang)
Teknik Pour Plate adalah suatu teknik dalam menumbuhkan
mikroorganisme dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar
cair dengan stok kultur. Teknik ini umumnya digunakan pada metode
Total Plate Count (TPC). Sedangkan teknik streak plate adalah suatu
teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme dalam media agar dengan
cara menggores (streak) permukaan agar dengan jarum yang telah
diinokulasi dengan kultur mikroba. Teknik ini menjadikan
mikroorganisme tumbuh dan tampak pada goresan-goresan inokulasi
bekas jarum (Radchie, 2008).
c. Teknik Streak Plate
Gambar 2 . Teknik Streak Plate (Rachdie, 2008)
Teknik streak plate (lempeng gores) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
menstreak (menggores) permukaan agar dengan jarum ose yang telah
diinokulasikan dengan kultur bakteri. Dengan teknik ini mikroorganisme
yang tumbuh akan tampak dalam goresan-goresan inokulum bekas dari
streak jarum ose (Rachdie, 2008).
2.6 Uji Hipersensitif.
Reaksi ini berguna untuk mengetahui sifat patogenik bakteri uji. Satu lup
koloni bakteri dicampur dengan 5 ml LB ( luria broth ), dikocok dengan
kecepatan 100 rpm selama 21 jam, kemudian suspensi bakteri tersebut
diinokulasi pada daun tembakau dengan cara menyuntikkan pada permukaan
bawah daun. Reaksi positif ditunjukkan setelah 24 jam sampai 28 jam
inokulasi dengan terbentuknya gejala nekrosis pada bagian daun yang sudah
diinjeksi ( Klement et al.,1990).
2.7 Uji patogenisitas.
Isolate bakteri yang menunjukkan reaksi hipersensitif diambil 20 nomor
isolate untuk diuji patogenisitasnya pada bibit yang berumur 1 bulan.
Inokulasi bakteri dilakukan dengan memasukkan suspense bakteri dengan
kepekatan populasi bakteri 10 pangkat 8 sel/ml dengan menggunakan jarum
inokulasi pada pangkal batang bibit yang digunakan. Perkembangan gejala
penyakit diamati selama dua minggu kemudian dicatat waktu munculnya
gejala penyakit. Isolate bakteri yang paling virulen ditentukan berdasarkan
kecepatannya dalam menimbulkan gejala penyakit. Uji patogenisitas
dinyatakan positif apabila diperoleh koloni bakteri yang serupa dengan
bakteri yang diinokulasikan ( Lelliot and Stead,1987).
2.8 Identifikasi Bakteri.
a. Pengecatan Gram
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada
tahun 1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua
yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari
reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut
ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa
dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel
sepertiMycoplasma sp (Waluyo, 2004).
Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu
pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik
adalah 24 jam : Biakan muda). Bila digunakan biakan tua, terdapat
kemungkinan penyimpanan hasil pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel
mengalami kerusakan pada dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding
sel ini menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan larutan
pemucat. Ini berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding sel yang rusak
tidak lagi dapat mempertahankan crystal violet sehingga terlihat sebagai
bakteri gram negatif. Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam-
garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana
salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu
zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang mengandung warna
adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ion
yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna tersebut disebut
pewarna negatif (Hadiutomo. 1990).
Untuk pewarnaan yang mengamati morfologi sel mikroorganisme maka
seringkali setelah pembuatan preparat ulas dilakukan fiksasi diikuti oleh
pewarnaan. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan preparat diatas
api atau merendamnya dengan metanol. Fiksasi digunakan untuk :
1. Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah
diwarnai
2. Melekatkan bakteri pada glass objek
3. Mematikan bakteri
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna
untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazim,
prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti crystal violet, biru
metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau malakit. Kadang kala
digunakan zat warna negatif untuk pewarnaan sederhana : zat warna asam yang
sering digunakan adalah nigrosin dan merah kongo. Prosedur Pewarnaan
sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan untuk
melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikoorganisme bakteri pada bakteri
dikenal bentu yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral. Dengan
pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus dapat
terlihat pewarnaan seperti rantai (stertococcus), buah anggur ( staphylococcus),
pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (saranae)
(Lay.1994).
b. Uji KOH
uji ini dilakukan dengan mencampurkan satu lup isolate bakteri pada gelas
obyek yang telah ditetesi KOH 3%, kemudian diamati terbentuk tidaknya
lendir. Jika terbentuk lender maka bakteri tersebut dikelompokkan ke dalam
gram negative dan sebaliknya jika tidak terebntuk lender maka bakteri tersebut
tergolong gram positif ( Schaad, et al.,2001 )
c. Uji Oksidatif – Fermentatif
Dilakukan dengan menumbuhkan bakteri uji pada media oksidatif /
fermentative dengan pH 7,2 pada tabung reaksi. Masing – masing bakteri uji
diinokulasikan pada 2 tabung reaksi. Bakteri uji diinokulasikan pada media
dengan cara menusukkannya pada kedalaman 0,5 cm, kemudian ditutup
dengan paraffin oil steril pada salah satu tabung, sedangkan tabung yang
satunya tanpa diberi paraffin. Control pada pengujian ini berupa media uji
tanpa bakteri. Pengamatan dilakukan selama 7 – 14 hari. Jika terjadi perubahan
warna menjadi kuning hanya pada media uji tanpa paraffin oil berarti bakteri
tersebut bersifat oksidatif, sedangkan bakteri fermentative jika mengalami
perubahan warna menjadi kuning, baik pada media berparafin maupun tanpa
paraffin ( Schaad et al.,2001 ).
2.9 Karakteristik bakteri yang digunakan
a. Xanthomonas anoxipodans pv. glycine
Inang
Selain menyerang kedelai, beberapa galur Xag juga dapat
menyerang buncis, kacang panjang, Dolichos uniflorus, Glycine spp.,
Phaseolus lunatus, P. vulgaris (famili Leguminosae) (Garrity, 2005)
Gejala
Menurut Haerunisa (2010), gejala yang timbul pada daun dimulai
dengan adanya bercak-bercak kecil berwarna hijau kekuning-kuningan,
bagian tengah bercak agak menonjol. Bercak ini tidak tampak kebasah-
basahan yang berbeda dengan gejala akibat umumnya bakteri. Pada
varietas yang rentan bercak tersebut berkembang dan membesar,
ukurannya bervariasi dari kecil hingga besar. Pustul dapat bersatu
membentuk ukuran yang lebih besar. Jaringan daun akhirnya mengering
dan seringkali daun menjadi sobek-sobek atau bolong. Gejala pustule
bakteri sering dikacaukan dengan gejala karat daun akibat cendawan karat,
tetapi pada gejala pustul tidak terdapat bentuk seperti lubang, sedangkan
pada gejala karat terdapat lubang tempat keluarnya spora cendawan karat.
Infeksi bakteri ini pada tanaman biasanya melalui luka, stomata (mulut
daun) dan hidatoda (pori-pori air). Gejala penyakit biasanya mulai tampak
pada tanaman kedelai yang setengah umur, 40 hari setelah tanam dan
semakin parah dengan bertambahnya umur tanaman. Serangan penyakit
yang parah dapat mengakibatkan gugurnya daun sebelum waktunya,
sehingga pengisian polong tidak sempurna. Gejala penyakit dapat terlihat
pada polong.
Gambar 7. Gejala pustul pada daun kedelai (Anonim, 2014)
Karakter pada Media NA
Gambar (A) daun kedelai terkena pustule (B) koloni (Anonim 2014)
(http://www.rdi.ku.ac.th/Techno_ku60/res-08/index8.html)
Syarat Hidup dan Siklus Hidup
Bakteri bertahan pada biji, sisa-sisa tanaman dan di daerah
perakaran. Beberapa gulma, Dolichos biflorus, buncis subspesies tertentu
dan kacang tunggak bisa menjadi inang. Bakteri menyebar melalui air
hujan atau hembusan angin pada waktu hujan. Bakteri masuk ke tanaman
melalui lubang-lubang alami dan luka pada tanaman (Hasna, 2011).
Morfologi bakteri ini berbentuk batang dengan flagellum polar, bersifat
aerobic dengan ukuran 0.4-0.9 x 0.6-2.6 µm . Membentuk kapsula, tidak
menghasilkan spora. Biakan yang dihasilkan memiliki warna putih
kekuningan, berbentuk bundar, permukaan tepi halus serta berlendir.
Hampir semuanya monotrichus, bersifat gram negative yaitu bakteri yang
tidak dapat diberi warna atau menyerap warna oleh pewarna crystal violet
(pewarna gram), menyebabkan nekrose (kematian jaringan setempat) pada
tumbuhan monokotil dan dikotil.Penyakit ini biasa disebut dengan istilah
bisul bakteri (bacterial pustule). Penyakit ini termasuk salah satu penyakit
penting pada kedelai di Indonesia. Penyakit tersebut tersebar luas di
seluruh Indonesia. Bahkan menurut Nyvall (1979) dalam Semangun
bahwa dapat dikatakan penyakit ini tersebar di seluruh dunia dimana
kedelai berada (Semangun, 1991).
Bakteri ini hidup dengan cara mempertahankan diri pada sisa-sisa
tanaman sakit dan pada biji. Menurut Nyvall, bakteri ini juga bertahan
pada rhizofer tanaman lain, antara lain gandum. Infeksi pada tanaman
terjadi melalui mulut kulit dan hidatoda (pori air), bakteri selanjutnya
berkembang dalam ruang antarsel. Selain itu, infeksi dapat terjadi melalui
luka-luka. Pemencaran bakteri dipengaruhi terutama oleh percikan yang
ditimbulkan oleh air hujan, terutama jika hujan disertai dengan angin
keras. Selain itudapat terjadi karena adanya singgungan antar daun, dank
arena bersentuhan dengan alat-alat pertanian yang terkontaminasi pada
saat daun dalam keadaan basah (Semangun, 1991). Bakteri ini hidup
dengan cara mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman sakit dan pada
biji. Menurut Nyvall (1979), bakteri ini juga bertahan pada rhizofer
tanaman lain, antara lain gandum. Infeksi pada tanaman terjadi melalui
mulut kulit dan hidatoda (pori air), bakteri selanjutnya berkembang dalam
ruang antarsel. Selain itu, infeksi dapat terjadi melalui luka-luka.
Pemencaran bakteri dipengaruhi terutama oleh percikan yang ditimbulkan
oleh air hujan, terutama jika hujan disertai dengan angin keras. Selain itu
dapat terjadi karena adanya singgungan antar daun, dan arena bersentuhan
dengan alat-alat pertanian yang terkontaminasi pada saat daun dalam
keadaan basah.
b. Xanthomonas campestris
inang X. campestris
Penyakit Xanthomonas campestris pv. campestris (Pamm.) Dye
merupakan penyakit pada inang kubis-kubisan (Cruciferae, Brassicaceae)
(Anonim, 2011a)
gejala penyakit tanaman X. campestris
Gejala awal berupa daerah tepi daun berwarna kuning atau pucat yang
kemudian meluas ke bagian tengah. Tulang-tulang daun di daerah ini
umumnya berwarna cokelat tua atau hitam. Gejala lanjut berupa
meluasnya penyakit hingga mencapai batang. Jaringan helai daun yang
terinfeksi menjadi kering seperti selaput dengan tulang-tulang daun
berwarna hitam. Akibat infeksi penyakit ini menyebabkan daun rontok
satu per satu. Kondisi lingkungan lembab menyebabkan terjadinya
penyakit busuk kering (Anonim, 2011a)
karakter pada media NA X. campestris
Gambar
(Deacon, 2014)
Penjelasa
n
Kenampakan koloni bakteri berwarna putih kekuningan,
ratarata diameter koloni adalah 3 mm, permukaan koloni
rata/datar dengan bagian tepinya halus (Streets, 1972 dalam
Widadari, et al., 2012)
Gambar makro dan mikro (diberi penjelasan) X. campestris
Makro Mikro
Anonim, 2014a)(Anonim, 2014b)
Penjelasan : Busuk hitam (black rot)
merupakan penyakit penting pada tanaman
kubis. Daerah tepi daun berwarna kuning
atau pucat yang kemudian meluas ke
bagian tengah. Tulang-tulang daun di
daerah ini umumnya berwarna cokelat tua
atau hitam (Anonim, 2011a).
Penyakit disebabkan oleh bakeri
Xanthomonas campestris pv Campetris
yang dapat bertahan dari musim ke musim
pada biji-bijian kubis, dalam tanah, pada
tumbuhan lain serta dalam sisa-sisa
tanaman sakit. Oleh karena itu penyakit ini
sulit dikendalikan (Semangun, 1996).
Penjelasan : Bakteri ini berbentuk batang,
berukuran 0,7-3,0 x 0,4-0,5 µm, berkapsula,
tidak berspora, bergerak dengan satu flagel
poler. Bakteri mempertahankan diri pada
biji-biji kubis di dalam tanah, pada inang
lain, atau dalam sisa-sisa tanaman sakit.
Bakteri masuk ke dalam tanaman melalui
lubang hidatoda yang terdapat di tepi daun.
(Anonim, 2011a)
Siklus hidup X. campestris
Gambar
(Anonim, 2014c)
Penjelasan Sumber utama inokulum adalah benih yang terinfeksi
Xanthomonas campestris pv. campestri (Xcc). Selama
perkecambahan, bibit menjadi terinfeksi melalui epikotil dan
kotiledon dapat mengembangkan margin menghitam,
mengerut , dan drop. Bakteri maju melalui sistem pembuluh
darah ke batang muda dan daun , di mana penyakit
bermanifestasi sebagai V - berbentuk klorosis lesi nekrotik
memanjang dari tepi daun. Dalam kondisi lembab, bakteri
hadir dalam tetesan gutasi dapat disebarkan oleh angin,
hujan, cipratan air, dan peralatan mekanik untuk tanaman
tetangga (Anonim, 2014c).
Tahap invasi alami oleh Xcc adalah melalui hydathodes,
meskipun luka daun yang disebabkan oleh serangga dan akar
tanaman juga mungkin portal masuk. Kadang-kadang,
infeksi terjadi melalui stomata. Hydathodes memberikan
patogen jalur langsung dari tepi daun ke sistem vaskular
tanaman dan infeksi inang sehingga sistemik. Invasi vena
jahitan menyebabkan produksi benih yang terinfeksi Xcc
(Anonim, 2014c).
Xcc dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman dalam tanah
sampai 2 tahun, tetapi jika di tanah bebas tidak lebih dari 6
minggu. Bakteri yang bertahan pada sisa-sisa tanaman
sebagai sumber inokulum sekunder (Anonim, 2014c).
X. campestris dapat terlihat seperti lesi hitam yang
berkembang pada permukaan tanaman bila terkontaminasi.
Patogen yang pertama berinteraksi dengan inang akan
mengeluarkan berbagai protein efektor termasuk reaksi
hipersensitif tipe III menggunakan sistem sekresi ( TTSS ).
Efektor ini mungkin berperilaku baik dengan menyamarkan
dirinya untuk mengeluarkan beberapa reaksi hipersensitif
dan protein luar agar terjadi interaksi dengan sel inang. X.
campestris kemudian menargetkan jaringan pembuluh darah
yang menyebabkan penggelapan dan klorosis pada daun.
Bakteri menyebar ke daun melalui stomata, hydathodes, dan
sel-sel epidermis memulai lesi baru. Infeksi yang parah
terjadi pada bibit muda. Karena penyakit ini kemajuan
seluruh tanaman, batang utama tidak dapat membentuk,
pengerdilan pengembangan dan menghitam pembuluh darah.
Akhirnya, bakteri berproliferasi seluruh sistem pembuluh
darah dan tangkai benih yang menyebabkan benih terinfeksi
penyakit masa depan (Anonim, 2014b).
Pada musim hujan, X. campestris memiliki pili yang
mengakomodasi gerakan meluncur melalui daun basah.
Meliputi wilayah yang terkena dampak di berbagai nomor,
sekali tanaman yang sakit, patogen akan menyebar dalam
bentuk apapun pergerakan air termasuk percikan setetes
hujan ke host baru (Anonim, 2014b).
Faktor virulensi terdiri dari enzim litik yang menyerang
dinding sel, ekskresi protease, amilase, selulase dan lipase
yang membantu mekanisme kerentanan tanaman. Selain itu,
cluster gen RPF juga penting untuk patogenesis agar X.
campestris untuk memoderasi produksi faktor-faktor virulen
(Anonim, 2014b).
Syarat Hidup X. campestris
X. campestris menyebabkan kerugian besar di bidang pertanian
karena habitatnya di tanaman. Hal ini dapat hidup di tanah selama lebih
dari setahun dan menyebar melalui saliran irigasi dan air permukaan.
Bakteri ini berkembang terutama selama cuaca basah dan hangat dengan
suhu yang optimal pada 25-30o C (77-85o F) (Anonim, 2014b). Pada suhu
50C perkembangan X. campestris lebih lambat namun infeksi tanaman
inang tanpa gejala dibawah suhu 180C. (Anonim, 2014c). X. campestris
bergantung pada air untuk bertahan hidup dan gerakan ke inang
berikutnya. Karena kontaminasi selama operasi budaya, tanaman yang
terserang biasanya terjadi pada baris yang sama ketika bertani (Anonim,
2014b).
c. Xanthomonas campestris pv. citri (Hasse) Dye
Inang
Bakteri X. campestris pv. citri selain menginfeksi
tanaman jeruk juga dapat bertahan pada tumbuhan inang
lain yang termasuk kedalam genus (marga) yang
mempunyai hubungan dekat dengan Citrus, antara lain
Aegle, Atalantia, dan Feronia. Bahkan Goto et al.
mengatakan bahwa bakteri dapat bertahan pada rumput
Zoysia japonica yang banyak terdapat dalam kebun jeruk
di Jepang (Thurston, 1984).
Gejala Penyakit Tanaman
Mula- mula pada daun dan buah terjadi bercak-
bercak kebasahan, yang lalu menguning, dan di tengahnya
terjadi pembentukan gabus berwarna coklat. Di tengah-
tengah kutil ini terdapat celah-celah yang menyebabkan
terjadinya lubang-lubang seperti kepundan. Bercak-bercak
bersatu membentuk bercak-bercak besar yang ukurannya
dapat bervariasi dari 0,5 - 5 cm.
Gambar 1. Gejala serangan X. citri pada daun dan buah jeruk
(Anonima, 2014)
Daun-daun yang sakit tidak atau sedikit sekali
mengalami malformasi. Buah-buah yang sakit tetap kecil
dan sering agak mengalami malformasi yang sangat
menurunkan nilainya. Ranting-ranting (tunas-tunas) yang
masih hijau dapat pula terjangkit, dan ini dapat
mengganggu pertumbuhannya (Semangun, 2000).
Karakter pada Media NA
Gambar 10. X. axonopodis pv. citri pada media NA (Anonimb, 2014).
Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. citri adalah
berbentuk batang, gram negatif, dan memiliki flagel polar
tunggal. Koloni pada media laboratorium biasanya kuning
akibat 'xanthomonadin' diproduksi pigmen. Ketika glukosa
atau gula lain yang ditambahkan ke dalam media kultur,
koloni menjadi sangat berlendir karena produksi dari lendir
exopolysaccaride. Sebuah media semi-selektif dapat dibuat
dengan menambahkan antibiotik, kasugamycin, yang
menghambat banyak kontaminan tapi tidak
xanthomonads. Maksimum dan rentang suhu optimum
untuk pertumbuhan adalah 39 ° C (95-102 ° F) dan 28
hingga 30 ° C (82-86 ° F) (Anonimb, 2014).
Gambar Mikroskopik
Gambar 11. Kenampakan mikroskopik X. citri (Anonimc, 2014)
Bakteri berbentuk batang, 1,5 -2,0 x 0,5 – 0,74µm,
membentuk rantai, berkapsula, tidak berspora, bergerak
dengan satu bulu cambuk (flagellum) poler. Termasuk bakteri
gram negatif (Semangun, 2000).
Siklus Hidup
Xanthomonas campestris pv. citri dapat bertahan pada
bercak-bercak di daun, ranting, atau batang. Bakteri dapat
bertahan sangat lama dalam kanker-kanker pada jaringan
berkayu. Untuk jangka waktu yang tidak lama bakteri dapat
bertahan pada sisa-sisa tanaman dan dalam tanah. Infeksi
pada tanaman jeruk terjadi melalui mulut kulit, lentisel, dan
luka-luka. Umumnya infeksi hanya terjadi pada bagian-bagian
yang muda, khususnya yang sedang tumbuh dengan cepat.
Dalam cuaca basah bekteri keluar bersama-sama dengan
eksudat dari bercak-bercak tanaman sakit, dipencarkan oleh
hujan atau embun ke bagian-bagian tanaman yang lain.
Angin, manusia, dan mungkin juga serangga dapat
membantu pemencaran. Khususnya angin dapat memegang
peranan penting. Serangga dapat menyebabkan terjadinya
luka yang dapat menambah jalan untuk infeksi (Semangun,
2000).
Syarat Hidup
Berat ringannya penyakit dipengaruhi oleh jenis
tanaman jeruk dan cuaca. Semua jenis jeruk dapat dikatakan
rentan terhadap kanker, namun kerentanannya agak
berbeda-beda. Jenis-jenis keprok adalah tahan. Jenis-jenis
manis kurang rentan. Yang sangat rentan terhadap serangan
pada daun adalah jeruk delima, pandan wangi, bali, pandan,
jenis-jenis grape fruit (kecuali jeruk manis besar), jenis-jenis
nipis, sitrun-sitrun, dan Pineapple orange. Makin tua daun
jeruk menjadi makin tahan. Ketahanan daun terhadap bakteri
kanker ditentukan oleh struktur mulut kulit. Juga diketahui
bahwa terdapat korelasi positif antara dosis inokulum dengan
bercak yang terjadi pada daging daun. Ketahanan daging
daun terhadap infeksi meningkat bila daun menjadi tua
(Semangun, 2000).
d. Erwinia carotovora pv. carotovora (Jones) Dye
Inang : Wortel , Kubis.
Gejala : Gejala umum terdapat pada tanaman kubis adalah busuk basah,
berwarna coklat atau kehitaman pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian
yang yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak membesar
dan mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua
kehitaman. Jika kelembaban tinggi, jaringan yang sakit tampak kebasahan,
berwarna krem atau kecoklatan, dan tampak agak berbutir-butir halus.
Disekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen coklat tua atau
hitam. Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak berbau, tetapi dengan
adanya serangan bakteri sekunder jaringan tersebut menjadi berbau khas.
(Semangun, 1989. Penyakit- penyakit tanaman hortikultura di Indonesia.
UGM press:yogyakarta).
Gambar Makroskopis dan Mikroskopis:
(Anonim 2014)
Siklus Hidup : Siklus penyakit atau perkembangan penyakit dapat
dijelaskan sebagai berikut. Bakteri pada awalnya masuk ke luka pada
tanaman. Luka ini dapat disebabkan oleh serangga tersebut mengimpan
telurnya pada tanaman kubis sehingga menyebabkan luka. Bakteri setelah
masuk akan makan dan membelah diri dengan cepat serta merusak sel di
sekitarnya. Hal ini menyebabkan terbentuknya cairan. Selain tiu, bakteri ini
menghasilkan enzim pektinase dan selulase. Enzim peptinase dapat
menguraikan peptin yang berfungsi untuk merekatkan dinding sel yang
berdampingan. Dengan terurainya peptin, sel-sel akan terdesintegrasi.
Enzim selulase menyebabkan merusak selulosa dan melunakkan dinding sel.
Akibatnya air dari protoplasma berdifusi ke ruang antar sel. Sel kemudian
mengalami plasmolisis, kolaps, dan mati. Bakteri selanjutnya bergerak
menuju ruang antarsel dan membelah diri sambil mengeluarkan enzimnya
sehingga infeksi semakin besar.
Syarat Hidup : Terdapat beberapa hal yang dapat mendukung
perkembangan penyakit diantaranya drainasi yang buruk pada pertanaman,
kelembaban yang tinggi, curah hujan tinggi yang dapat menyebabkan
bakteri tersebar dengan cepat, adanya sisa-sisa tanaman terinfeksi di sekitar
daerah penanaman dan suhu yang rendah.
Kondisi yang menyebabkan perkembangan penyakit pada pasca panen
adalah luka pada kubis.
e. Xanthomonas oryzae pv oryzae
Inang
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh bakteri
Xanthomonas oryzae pv oryzae (XOO) merupakan salah satu penyakit
utama padi di Indonesia dan negara-negara penghasil padi lainnya di Asia.
Penyakit in juga dilaporkan telah ditemukan di beberapa negara Amerika
latin, Australia Utara dan Amerika Serikat. Gejala penyakit bakteri terlihat
jelas pada varietas yang rentan. Luka biasanya diawali dari pinggir daun
dekat pucuk berwarna hijau pucat sampai kelabu, kemudian berubah
menjadi putih sampai kuning (Mew, 1989).
Gejala
Bakteri X. oryzae menginfeksi daun padi melalui hidatoda atau
luka (Kerr, 1980) dalam buku Hery (1990). Di pembibitan gejala pertama
tampak berupa bercak – bercak kecil kebasahan pada pinggir daun. Bercak
kemudian membesar, daun menguning dan kering dengan cepat. Di
pertanaman, gejala awal tampak sebagai garis – garis kebasahan kemudian
bercak membesar baik lebar maupun panjangya dengan tepi bercak
bergelombang dan daun menguning dalam beberapa hari. Batas antara
bercak dan bagian yang sehat tampak kebasahan. Walaupun gejala awal
sering dimulai dari tepi daun, tetapi bercak dapat juga terjadi pada bagian
tengah daun asalkan ada luka. De Datta (1981) mengemukakan bahwa
gejala X. oryzae di daerah tropik dapat dibedakan atas tiga tipe, yaitu
gejala kresek, gejala leaf – blight dan gejala kuning muda. Gejala kresek
dan leaf – bligt adalah gejala utama dari infeksi X. oryzae, sedangkan
gejala kuning sebagai gejala sekunder (Hery, 1990).
Gambar Penjelasan
Gejala pertama
tampak berupa
bercak – bercak kecil
kebasahan pada
pinggir daun. Bercak
kemudian membesar,
daun menguning dan
kering dengan cepat.
Gambar 13. Daun tanaman padi terserang Xanthomonas oryzae (Anonym,2014)
Gambar Penjelasan
Gambar 14. Morfologi bakteri
Xanthomonas oryzae
Xanthomonas oryzae adalah
bakteri yang memiliki alat gerak
berupa flagel. Ukuran flagel
bakteri ini sangat kecil, tebalnya
0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya
melebihi panjang sel bakteri.
Flagel yang dimilikinya hanya
satu sehingga bakteri
Xanthomonas oryzae termasuk
dalam golongan bakteri monotrik.
Karakter pada Media NA
A B
Gambar . Karakter Xanthomonas oryzae pada media NA, A. Bentuk koloni
Xanthomonas oryzae B. Hasil streak plate Xanthomonas oryzae pada media NA
(Wahyudi dan Meliah, 2011)
Menurut Wahyudi dan Meliah, (2011) koloni Xanthomonas oryzae pada
media nutrient agar berwarna kuning muda, bentuk bulat dan mukoid dengan
penampakan koloni basah. Diameter koloni berkisar 1,5 - 3,0 mm.
Syarat Hidup dan Siklus Hidup
Suhu optimum untuk perkembangan penyakit adalah 30OC. Karena
penularan utamanya melalui percikan air, hujan angin akan memperberat
penyakit karena apabila terjadi peningkatan suhu rata – rata akan
mendorong perkembangan penyakit ini. Webb dalam Garred et al, (2006)
menyatakan bahwa gen ketahanan padi terhadap Xanthomonas oryzae
terekspresi lebih baik pada suhu yang meningkat (Wiyono, 2007).
Serangan penyakit pada tanaman pangan seperti hawar daun bakteri
(HDB) pada padi sawah dapat menyebabkan penurunan hasil sangat
bervariasi berkisar antara 20 – 30 %, bergantung pada varietas yang
ditanam dan pada musim tanaman. Selama periode 1996 – 2002, hawar
daun bakteri merupakan penyakit penting padi di Indonesia. Luas
penularan hawar daun bakteri dilaporkan mencapai 28.766 hektar dengan
puncak kejadian terjadi pada musim hujan. Dalam kurun waktu tersebut
penyakit HDB (Hawar Daun Bakteri) menimbulkan kerusakan di Jawa
Barat dan Jawa Tengah. Hal ini terkait dengan meluasnya areal
pertanaman varietas unggul yang rentan terhadap penyakit HDB. Sebagai
contoh varietas unggul IR64 yang dilaporkan tahan hama wereng akan
tetapi rentan terhadap hawar daun bakteri ( Suryadi dkk, 2006).
f. Ralstonia solanacearum
Inang
Patogen ini meyebabkan penyakit pada lebih dari 200 spesies
dalam lebih dari 50 famili tanaman terutama Solanaceae. Serangan
patogen ini secara nyata dapat menurunkan produksi dan kualitas hasil.
Bakeri ini tersebar di daerah tropik, sub tropik maupun temperate/dingin.
Di daerah tropis patogen ini berkembang dengan subur karena keberadaan
inang sepanjang tahun. Di daerah temperate dimana tanaman inang tidak
selalu ada, patogen ini menjadi penting (terutama pada kentang) lebih
karena status karantinanya bukan karena kerusakan yang ditimbulkannya.
Gejala Penyakit Tanaman
Gejala awal yang ditimbulkan pada tanaman yang terserang bakteri
ini adalah tanaman mulai layu. Kemudian menjalar ke daun bagian bawah.
Gejala yang lebih lanjut : seluruh tanaman layu, daum menguning sampai
coklat kehitam-hitaman, dan akhirnya tanaman mati. Serangan pada umbi
menimbulkan gejala dari luar tampak bercak-bercak kehitam-hitaman,
terdapat lelehan putih keruh (massa bakteri) yang keluar dari mata tunas
atau ujung stolon. Adanya daun muda pada pucuk dan daun tua tanaman
akan menjadi layu, daun bagian bawah menguning merupakan ciri khas
gejala penyakit layu bakteri.
Bakteri menyerang pembuluh batang melalui akar dan
mengeluarkan zat beracun hingga pembuluh tersebut mengeluarkan cairan
berwarna merah seperti kecap/darah. Apabila pada batang terdapat luka,
maka cairan merah akan keluar melalui luka tersebut. Adakalanya cairan
keluar bersamaan dengan keluarnya jantung pisang. Gejala pada tajuk,
baru tampak setelah timbulnya tandan buah. Mula-mula satu daun muda
berubah warna, dari ibu tulang daun keluar garis coklat kekuningan ke tepi
daun. Dalam jangka satu minggu semua daun menguning dan menjadi
coklat.
Karakter pada media NA
Gambar makro dan mikro
Gambar makro pada tanaman Gambar mikro pada mikroskop dan
media NA
Siklus hidup
Inokulasi terjadi apabila bakteri masuk ke dalam pembuluh
tanaman yang mengalami pelukaan, atau melalui penularan oleh serangga.
Sedangkan inokulasi melalui batang jarang terjadi. Bakteri dapat bertahan
dalam tanah dan mempertahankan virulensinya selama paling sedikit satu
tahun.
Penyakit dapat menular melalui parang yang digunakan waktu
menebang pisang, membersihkan batang atau memotong bunga
jantan/anakan pisang. Penularan dapat terjadi juga karena pemakaian tunas
dari rumpun yang sakit sebagai bibit. Penyakit juga dapat menular melalui
udara dan menginfeksi buah-buah yang dapat dilakukan oleh serangga.
Bakteri yang terbawa ke kepala putik pada saat pembuahan dapat
mencapai buah melalui saluran tangkai putik.
Syarat Hidup
R. solanacearum adalah spesies yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan
oleh variabilitas genetiknya yang luas dan kemampuannya untuk
beradaptasi dengan lingkungan setempat, sehingga di alam dijumpai
berbagai strain R. solanacearum dengan ciri yang sangat beragam.
Ralstonia solanacearum merupakan bakteri yang dapat menyerang
tanaman dataran rendah dari daerah tropis atau sub tropis, tapi ada
beberapa yang dapat menyerang di dataran yang lebih tinggi atau
temperatur lebih tinggi. Bakteri ini tumbuh optimal pada suhu 28-32°C.
Pada media agar padat, koloni bakteri ini akan muncul setelah 36-48 jam
pada suhu 28°C
BAB III
METOGOLOGI
3.1 Metode pengenalan tanda dan gejala penyakit tumbuhan
Alat : cutter, cawan Petri, Api Bunsen, plastic wrapping, kertas label, jarum ose.
Bahan: daun kubis bergejala Xanthomonas campestris, daun jeruk bergejala
Xanthomonas citri, Daun kedelai bergejala Xanthomonas glycine, Wortel
bergejala Erwinia carotovora, daun padi bergejala Xanthomonas oryzae,
tanaman tomat bergejala Ralstonia solanacearum
Metode yang dilakukan
Menyiapkan specimen yang akan dimati
Mengamati gejala dan tanda penyakit pada tumbuhan
Mendokumentasikan hasil pengamatan dan membandingkan dengan literatur
Mencatat hasil pengamatan
3.2 Isolasi pathogen
Menyiapkan alat dan bahan
Mengambil daun setengah sehat dan setengah sakit
Daun disterilisasi menggunakan Alkohol 70% selama 1 menit
Dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali, lalu dikeringkan diatas tissue steril
Daun diisolasi pada media PDA
Diinkubasi selama 3 hari
Pengamatan dan dokumentasi
Pensterilan seluruh alat-alat dan lingkungan
Jarum ose yang digunakan untuk memindahkan koloni dibakar dari bagian pangkal dalam hingga ke bagian ujung sampai berpijar merah
Bagian tepi cawan petri yang berisi kultur patogen hasil isolasi disterilisasi
Jarum ose segera dimasukkan ke dalam cawan petri, untuk mengambil sedikit koloni pathogen tunggal
Amati dan Dokumentasi
3.3 Purifikasi
3.4 Uji Hipersensitif
Dokumentasi
Reaksi hipersensitif dianggap positif selama 48 jam hasil suntikan menimbulkan gejala nekrosis atau hipersensitif
Suntikkan suspensi pada tulang daun sekunder dari tanaman tembakau
Campurkan isolat bakteri yang telah berumur 48 jam dengan aquades steril sehingga mencapai kepekatan 108 cfu/ml atau setara OD = 0,3
Siapkan suspensi bakteri yang akan diuji
3.5 Uji Patogenesitasa. Bakteri Penyebab Layu
b. Bakteri Penyebab Gejala Bercak Daun
3.6 Identifikasi Bakteria. Uji KOH
Doumentasi
Sediakan tanaman (tomat, jeruk, padi, kubis, dan wortel) yang diberi perlakuan.1. Dilukai akarnya dengan scaipel dan disiram dengan suspensi bakteri
2. Disiram dengan suspensi bakteri tanpa dilukai3. Dilukai batangnya dengan jarum dan diinokulasi dengan suspensi bakteri
4. Dilukai akarnya dan disiram dengan aquades (kontrol)
Buat suspensi bakteri (konsentrasi sekitar 108) dengan melarutkan beberapa ose bakteri dalam air steril dalam tabung reaksi
Dokumentasi
Inkubasikan selama 7 hari
Gunting ujung daun padi dengan gunting yang telah dicelup pada suspensi bakteri
Celupkan gunting steril tersebut kedalam suspensi
Sterilkan gunting dengan bunsen dan alkohol
Sediakan tanaman padi yang berumur 2 minggu
Buat Suspensi bakteri seperti diatas
b. Uji Pewarnaan Gram
Dokumentasi
Amati- Jika berlendir berarti (-)
- Jika tidak berlender berarti (+)
Tetesi KOH
Letakkan pada preparat
Ambil bakteri dengan jarum ose
Dokumentasi
Amati di mikroskop
Cuci dan keringanginkan
Safranin
Cuci dan keringanginkan
Alkohol
Cuci dan keringanginkan
iodin (20 detik)
Cuci dan keringanginkan
1 tetes kristal violet (20 detik)
Dikeringkan dibawah bunsen
Gelas plastik + suspensi bakteri
c. Uji Oksidatif – Fermentatif (OF)
Dokumentasi
Jika warna kuning (bakteri tumbuh)
Jika warna biru (bakteri tidak tumbuh)
Amati perubahan warna 7-14 hsi
Setelah memadat inokulasikan bakteri pada 2 tabung- Parafin (1 ml)- Non parafin
Glukosa 10% (0,3 ml)
Sterilisasi
Cek pH 7,1 (tuang dalam tabung reaksi 3 ml)
Bromothymol blue 1% (3 ml)
Pepton 2 gr, NaCl 5 gr, KH2PO4 , Agar 3 grBahan tersebut untuk pembuatan media basal (dilarutkan dalam 1 L aquades)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan Gejala dan Tanda pada Tanaman
4.1.1 Dokumentasi Pengamatan
Penyakit Inang Gejala Tanda
Ralstonia solanacearum Tomat
Tanaman layu seperti bekas tersiram air panas.
Serangan berat dapat menyebabkan matinya tanaman secara mendadak.
Saat dipotong terdapatnya bercak-bercak cokelat pada berkas pembuluh batang, dan saat dicelupkan ke dalam air jernih,mengeluarkan cairan keruh yang merupakan koloni bakteri.
Xanthomonas citri
Jeruk
Pada daun terdapat bercak-bercak seperti kanker.
Bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm.
Xanthomonas oryzae
Padi
Terdapat garis kekuningan pada pucuk daun, kemudian menyebar lama-kelamaan daun menjadi kering dimulai dari pucuk daun.
Helaian daunnya melengkung.
Mengering
Xanthomonas glycine
Kedelai
Daun menguning
Terdapat bercak kecil tidak beraturan yang menonjol seperti bisul berwarna cokelat tidak
Xanthomonas campestris
Kubis
Adanya busuk kering
adanya bercak kuning yang menyerupai huruf V di sepanjang pinggir daun mengarah ke tengah daun
Erwinia cartovora
Wortel
Terdapat bercak kebasahan yang berwarna cokelat (busuk lunak)
Adanya bau busuk yang menyengat
4.1.2 Pembahasan dibandingkan dengan literatur
Sapel tanaman yang dibawa yaitu (Xanthomonas glicyne), tanaman padi
(Xanthomonas oryzae), tanaman kubis (Xanthomonas campestris), tanaman tomat
(Ralstonia solanacearum), tanaman wortel (Erwinia carotovora), dan daun jeruk
(Xanthomonas campestris pv.citri). Penamaan gejala Xanthomonas campestris
pada tanaman kubis karena ditemukan bercak dan busuk berwarna kecoklatan dan
berlendir pada bonggol kubis serta pada daun tanaman terdapat busuk dan kering.
Pada sampel buah wortel yang terjangkit Erwinia carotovora menunjukkan gejala
busuk dan daun tanaman yang layu. Sampel tanaman tomat yang dibawa terlihat
layu dan terdapat lendir pada batang. Menurut Semangun (2001) Tanaman tomat
yang terserang akan layu mendadak dan serangan pada tanaman muda hampir
pasti menyebabkan kematian segera setelah tanaman tersebut menunjukkan gejala
layu dan busuk.
Pada sampel tanaman yang terserang Xantromonas Citris Gejala awal
berupa bercak putih pada sisi bawah daun yang selanjutnya warna hijau gelap,
kadang-kadang berwarna kuning di sepanjang tepinya. Bagian tengah terbentuk
gabus warna coklat. Luka terjadi pada bagian atas dan bawah daun. Pada buah
ditandai dengan gejala serupa dengan di daun tetapi bagian tepi tidak berwarna
kuning. Infeksi terjadi melalui stomata, lentisel dan luka. Terutama pada jaringan-
jaringan muda sedang tumbuh. Pada keadaan lembab karena adanya embun yang
sangat tebal, bakteri keluar dari luka seperti gabus atau melalui percikan air hujan.
Bakteri juga dapat tersebar melalui serangga dan manusia (CABI, 2000).
Berdasarkan pengamtan pada praktikum tersebut, terdapat gejala yang
sama dengan literaur yaitu bercak putih pada daun dan terlihat hijau gelap pada
sisi daun, maupun pada buah jeruk. Bentuk bercak tersebut tidak teratur dan
hamper menyebar keseluruh permukaan daun maupun permukaan buah jeruk.
Pada bercak tersebut diikuti oleh kerusakan jaringan yang menyebabkan
terjadinya bercak hijau gelap dan mengambat dalam proses perkembangan
pertumbuhan tanaman tersebut.
Pada sampel tanaman Xanthomonas campestris merupakan patogen yang
telah tersebar di hampir seluruh dunia dan umum menyerang lebih dari 30 jenis
tanaman dan gulma anggota famili Brassicaceae/Cruciferae. Bunga kol dan kubis
merupakan tanaman yang paling sering terserang Xcc meskipun kebanyakan
merupakan kultivar tahan. Patogen mampu hidup secara epifit pada banyak
tanaman inang liar, gulma, dan tanaman budidaya (CABI 2007).
Bakteri menginfeksi tanaman melalui stomata, hidatoda atau luka. Bakteri X.
campestris akan memperbanyak diri pada jaringan pembuluh kemudian menyebar
ke seluruh bagian tanaman, bahkan sampai ke benih. Pembuluh xylem yang
terserang akan hancur kemudian menyebar ke sel-sel pada jaringan parenkim di
sekitar pembuluh sehingga sel tersebut akan mati. Gejala pertama yang muncul
pada daun berupa area tidak teratur pada bagian tepi dan berkembang menjadi lesi
berbentuk huruf V. Lesi V memiliki tepi berwarna kuning, bagian tengah
berwarna cokelat lebih gelap dengan guratan tulang daun berwarna hitam. Pada
daun dengan serangan berat, beberapa gejala akan bergabung sehingga daun
terlihat seperti tersiram air panas (CABI 2007).
4.2 Hasil Isolasi dan Purifikasi pathogen
Isolasi patogen
X. oryzae X. citri Ralstonia solanacearum
X. campestris X. glycine e.carotovora
Purifikasi pathogen-Streak tunggal X. Glycine
Hasil purifikasi X. glycine menghasilkan koloni bakteri berwarna putih kekuningan. Namun, terdapat beberapa koloni bekteri kontaminan berwarna putih.
4.2.3 Pembahasan dibandingkan dengan literatur
Hasil isolasi
Bahan-bahan yang digunakan dalam isolasi patogen bakteri
menggunakan motede Streak Plate yaitu 6 spesimen yang digunakan.
Spesimen yang terserang patogen bakteri tersebut sebelumnya dibersihkan di
bawah air mengalir, hal ini bertujuan untuk membersihkan bahan dari kotoran
yang masih menempel pada bagian tanaman tersebut. Setelah dicuci bersih,
kemudian potong-potong bagian tanaman tersebut ± 4 cm. Kemudian
sterilkan lagi potongan-potongan tersebut pada cawan petri tang diisi
alkhohol 70% , 3 cawan diisi aquades steril dan cawan terakhir diisi dengan
kertas tissue steril. Setelah itu cacah bahan tersebut pada petridish steril dan
masukkan cacahan tersebut pada gelas yang berisi aquades steril kemudian
suspensi tersebut ditunggu selama ± 15 menit. Setelah itu, ambil suspensi
tersebut menggunakan jarum ose dan goreskan (streak) pada permukaan
media dan selanjutnya inkubasikan serta pindahkan koloni yang morfologinya
tampak berbeda pada media baru dan murnikan.
Dari hasil pengamtan siolasi pathogen berhasil menumbuhkan bakteri dari
patgogen yang ad di dalam tanaman karena, terlihat dari bakteri yang
menyebar langsung pada jaringan tanaman. Tetapi ada sebagaian media yang
mengalami kontaminan sehingga mengakibabtkan pengahmabatan
pertumbuhan yang maskismal. Kontaminan pada media bisa diakibatkan oleh
sterilisasi yang kurang, suhu yang terlalu tinggi sehingga memacu
pertumbuhan mikroorganisme selain dari bakteri yang kita inginkan.
Sedangkan hasil pengamatan pada Streak Plate juga menunjukan
kontaminasi sehingga mengakibatkan penghambatan pertumbuhan bakteri
pada media. Dalam proses Streak Plate diperlukan ketrampilan khusus,
ketelitian serta kecepatan, sehingga hasilnya akan maksimal. Terjadinya
kontaminasi disebabkan oleh sterilisasi yang kurang maksimal, suhu, dll yang
memicu pertumbuhan mikroorganisme yang lain.
Hasil purifikasi
Langkah pertama yang haris dilakukan adalah pensterilan seluruh alat-
alat dan lingkungan sekitar dengan menyemprotkan alkohol. Alat –alat yang
digunakan seperti jarum oase dimasukkan kedalam gelas berisi alkohol.
Jarum ose yang digunakan untuk memindahkan koloni dibakar dari bagian
pangkal dalam hingga ke bagian ujung sampai berpijar merah. Sebelum
digunakan untuk pengambilan koloni jamur terlebih dahulu jarum ose harus
dikibaskan sekali saja untuk mengurangi suhu panas yang dapat
menyebabkan kematian jamur. Sebelum membuka petri, bagian tepi cawan
petri yang berisi kultur patogen hasil isolasi disterilisasi dengan cara dibakar
dan memutar tabung sehingga semua bagian bibir petri terkena api. Jarum
ose segera dimasukkan ke dalam cawan petri, untuk mengambil sedikit koloni
patogen.
Dalam mengambil koloni tersebut sebaiknya diambil bagian yang
masih muda yaitu bagian tepi dan dengan sedikit media. Ketika memasukkan
jarum ose hindari menyentuh dinding tabung dan sebaiknya pengambilan
koloni dilakukan di dekat pembakar bunsen. Jarum ose yang telah
ditempelkan koloni masing-masing bakteri di sentuhkan pada cawan petri
baru yang berisi media dan selanjutnya di wrapping.
Hasil purifikasi bakteri Erwinia carotovora pada praktikum adalah
benar. Hal ini dikarenakan warna isolatnya putih kekuningan. Sesuai dengan
literature mengatakan bahwa, isolat bakteri ini berwarna putih kekuningan
dengan aroma menyerupai aroma gas belerang (Sudira, 2011). Hasil
purifikasi Xanthomonas campestris berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan
litertaur yang menyatakan bahwa bakteri ini memiliki koloni berwarna kuning
muda, bentuk bulat dan mukoid dengan penampakan koloni basah (Ernawati,
2006).
Hasil purifikasi pada Xanthomonas campestris pv citri menunjukkan
warna kuning. Hal ini benar karena sebagian besar Xanthomonas berwarna
kuning. Secara kenampakan fisik dapat diketahui bahwa bakteri ini sesuai
dengan yang diinginkan oleh peneliti.
4.3 Hasil Uji Hipersensitif
4.3.1 Dokumentasi dan Data Uji Hipersensitif pada Tembakau
No. Nama Penyakit Dokumentasi Keterangan
1 Kontrol Tidak
terdapat
gejala
serangan
2 Xanthomonas
oryzae
Terdapat
gejala
serangan
4 Xanthomonas
glycine
Tidak
terdapat
gejala
serngan
5 Xanthomonas
campestris
Terdapat
gejala
serangan
4.3.2 Pembahasan dibandingkan dengan Literatur
Hasil uji hipersensitif pada tanaman tembakau menyatakan
bahwa terdapat gejala nekrosis hasil inokulasi bakteri pada daun
tembakau. Daun yang diinokulasikan bakteri Xanthomonas campestris,
Erwinia carotovora dan Xanthomonas oryzae yang menimbulkan
nekrosis. Daun menjadi kuning dan kecoklatan (kering). Sedangkan
pada daun yang diinfeksikan Xanthomonas citri dan Ralstonia
solanacearum tidak menunjukkan gejala nekrosis pada daun. Perubahan
daun terjadi setelah 3 hari diinokulasikan, biasanya bakteri mampu
menyerang tanaman dalam waktu yang cepat 1x 24 jam, tetapi pada
pengamatan berlangsung 3 hari. Hal ini menandakan bahwa tingkat
patogenisitas dan virulensi bakteri tersebut rendah.
Hal ini sesuai dengan litertaur yang menyatakan bahwa isolat
Xanthomonas spdan Erwinia sp. yang diinokulasi kedalam tanaman
tembakau mampu menginduksi reaksi hipersensitif (Wahyudi, 2011).
Daun tembakau menjadi kecoklatan pada area masuknya bakteri.
Reaksi hipersensitif merupakan program kematian sel yang cepat dan
terlokalisasi. Reaksi ini muncul pada tanaman yang terinfeksi saat
pengenalan patogen dan bersamaan dengan itu, merupakan usaha untuk
menghambat pertumbuhan patogen. Induksi reaksi hipersensitif dan
patogenisitas dipengaruhi oleh gen hrp yang umum ditemukan pada
bakteri gram negatif patogen tanaman, termasuk kelompok
Xanthomonas sp.dan Erwinia sp.
Akan tetapi, pada bagian yang diinokulasikan bakteri
Xanthomonas citri dan Ralstonia solanacearum tidak menunjukkan
gejala. Hal ini bisa dapat diindikasikan bahwa bakteri yang di
inokulasikan bisa jadi bukan pathogen melainkan bakteri lain atau
tingkat patogenisitas rendah. Selain itu, tingkat ketelitian dalam
menyuntikkan bakteri juga perlu diperhatikan. Tingkat patogenisitas ba
4.4 Hasil Uji Patogenisitas
4.4.1 Dokumentasi Dan Data Uji Patogenisitas
Dokumentasi Keterangan
Awal inokulasi bakteri Xanthomonas
citri pada buah jeruk, Xanthomonas
campestris pada kubis dan Ralstonia
solanacearum pada tomat dan
Xanthomonas oryzae pada tanaman
padi
Hasil pengamatan pada hari ke 7
inokulasi bakteri Xanthomonas citri
pada buah jeruk tidak menimbulkan
gejala.
Hasil pengamatan pada hari ke 7
inokulasi bakteri Xanthomonas
campestris pada kubis tidak
menimbulkan gejala.
Pada pengamatan hari ke 7 buah tomat
yang dinokulasikan bakteri patogen
Ralstonia solanacearum pada bagian
yang dilingkari menimbulkan sedikit
gejala busuk pada pinggirian buah
tomat saat dibelah.
Pada hasil pengamatan hari ke 7
tanaman padi sudah menimbulkan
gejala serangan, dimana semakin
banyak daun yang menguning secara
keseluruhan.
4.4.2 Pembasan dibandingkan literatur
Uji patogenisitas dilakukan dengan memasukkan atau menyuntikkan
suspensi bakteri ke dalam buah dan daun serta menyemprotkan suspensi pada
seluruh bagian buah dan daun. Berdasarkan hasil uji patogenisitas pada buah
tomat, kubis, dan jeruk serta padi dengan masing masing bakteri patogen,
terdapat 2 bahan yang menimbulkan gejala yaitu tomat oleh bakteri Ralstonia
solanacearum dan padi oleh Xanthomonas oryzae.
Pada buah jeruk setelah pengamatan selama 7 hari tidak terjadi
perubahan/ gejala bintik bintik kuning kecoklatan pada buah yang disuntikkan
maupun disemprot suspensi bakteri Xanthomonas citri. Menurut Eka (2010)
gejala serangan pada daun dan buah jeruk diawali dengan munculnya bintik
kuning berdiameter kurang dari 1 mm pada permukaan bawah daun. Pada
perkembangan selanjutnya, bintik tersebut berubah menjadi bercak cembung
dan berwarna kecoklatan serta agak mengkilat. Pada pengamatan tidak
menunjukkan gejala tersebut sehingga kemungkinan, bakteri patogen yang
diinfeksikan bukanlah X. Citri ataupun tingkat patogenisitasnya sudah menurun
dan tanaman mampu mentoleransi keberadaan bakteri tersebut.
Sama halnya dengan tanaman padi ini yang menghasilkan gejala
serangan bakteri Xanthomoas oryzae. Biasanya gejala ini terlihat ketika fase
awal pembibitan, fase pemindahan bibit ke lapang dan pada fase pertumbuhan
tanaman di lapang (tanaman dewasa). Sedangkan pada pengamatan daun padi,
kurang menunjukkan gejala spesifik khas penyakit “kresek” padi seperti yang
sudah dijelaskan diatas sehingga kemungkinan daun tersebut layu karena
kekurangan unsur hara ataupun terserang bakteri patogen lain.
Pengamatan kubis yang disuntikkan dan disemprot suspensi bakteri
Xanthomonas campestrist idak menimbulkan gejala busuk maupun kering/layu.
Menurut Kohl dan Wolf (2005), serangan Xanthomonas campestris pada mula-
mula di tepi daun terdapat daerah-daerah yang berwarna kuning atau pucat,
yang kemudian meluas ke bagian tengah. Didaerah ini tulang-tulang daun
berwarna coklat tua atau hitam dan bisa masuk ke dalam batang.Jaringan
helaian daun yang sakit mengering menjadi seperi selaput, dengan tulang-
tulang daun berwarna hitam. Umumnya penyakit mulai dari daun-daun bawah
dan dapat menyebabkan gugurnya daun satu per satu dan bonggol kubis tidak
terbentuk sempurna. Pada pengamatan, kubis masih terlihat segar dan tidak
layu sehingga dapat diasumsikan bahwa suspensi bakteri yang diinfeksikan
tingakt patogenisitas dan virulensinya sudah menurun.
Pada pengamatan buah menunjukkan gejala busuk buah berwarna
kecoklatan pada sebagian kecil pinggiran buah saat dibelah. Hal ini
menunjukkan bahwa bakteri tersbut tidak menunjukkan gejala dan tingkat
patogenistasnya juga menurun. Hal ini berbeda menurut Kurniawan (2010)
serangan R. Solanacearum pada umbi menimbulkan gejala dari luar tampak
bercak-bercak kehitam-hitaman, terdapat lelehan putih keruh (massa bakteri)
yang keluar dari mata tunas atau ujung stolon.
4.5 Hasil Identifikasi Bakteri
4.5.1 Dokumentasi dan Data Uji Oksidatif Fermentatif
Awal pengujian bakteri dengan
Oksidatif Fermentatif
Hari ke 7 setelah pengujian, media
berwarna kuning yang menandakan
bakteri dapat tumbuh secara aerob dan
anaerob.
4.5.2 Dokumentasi dan Data Uji Pewarnaan Gram
Lengketnya koloni yang diduga bakteri
Erwinia carotovora menunjukkan
bahwa bakteri tersebut merupakan
bakteri gram negatif
Lengketnya koloni yang diduga bakteri
Ralstonia solanacearum menunjukkan
bahwa bakteri tersebut merupakan
bakteri gram negatif
Lengketnya koloni yang diduga bakteri
Xanthomonas campestris menunjukkan
bahwa bakteri tersebut merupakan
bakteri gram negatif
Lengketnya koloni yang diduga bakteri
Xanthomonas citri menunjukkan
bahwa bakteri tersebut merupakan
bakteri gram negatif
Lengketnya koloni yang diduga bakteri
Xanthomonas oryzae menunjukkan
bahwa bakteri tersebut merupakan
bakteri gram negatif
Hasil pengujian gram dimana bakteri
berwarna merah yang menunjukkan
bakteri tersebut adalah bakteri gram
negatif dan bersifat patogen
4.5.3 Dokumentasi dan Data Hasil Identifikasi Bakteri Patogen
Bakteri yang diduga sebagai Ralstonia
solanacearum pada pengamatan
mikroskop berbentuk basil
Bakteri yang diduga sebagai
Xanthomonas citri pada pengamatan
mikroskop berbentuk coccus
Bakteri yang diduga sebagai
Xanthomonas oryzae pada pengamatan
mikroskop berbentuk coccus
Bakteri yang diduga sebagai Erwinia
carotovora pada pengamatan
mikroskop berbentuk basil
Bakteri yang diduga sebagai
Xanthomonas campestris pada
pengamatan mikroskop berbentuk
coccus
4.5.4 Pembahasan dibandingkan dengan Literatur
Pengamatan uji oksidatif dilakukan dengan dua perlakuan yaitu
penggunaan parafin dan non parafin sebagai indikator apakah bakteri yang
ditumbuhkan aerob ataukah anaerob dan sebagai control tidak diberi perlakuan
apapun. Bakteri golongan Xanthomonas sp. pada media parafin dan non parafin
mampu tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Begitu juga pada bakteri
Erwinia carotovora dan R. Solanacearumyang mampu tumbuh pada kondisi
media yang aerob dan anerob.
Erwinia sp.merupakan bakteri anaerob berbentuk lonjong suhu optimal
untuk perkembangan bakteri 27°C. Pada kondisi suhu rendah dan kelembaban
rendah bakteri terhambat pertumbuhannya. Hujan dan suhu yang tinggi
mendorong penyebaran di lahan. Infeksi pada saat pengangkutan dan
penyimpanan merupakan kontaminasi bakteri saat di lahan maupun pasca panen
melalui peralatan pengangkutan dan panen serta tempat penyimpanan. Bakteri
busuk lunak dapat berkembang pada suhu 5 – 37°C dengan suhu optimum
berkisar 22°C (Agrios, 1998). Pada pengamatan bakteri mampu tumbuh pada
kondisi anaerob dan aerob sehingga kemungkinan bakteri tersebut merupakan
bakteri patogen Erwinia carotovora , tetapi perlu dilakukan identifikasi lebih
lanjut. Hal ini dtunjukkan dengan perubahan warna media uji oksidatif yang
semula berwarna biru menjadi kuning yang menandakan adanya koloni bakteri.
Pada pengamatan Xanthomonas menunjukkan bahwa bakteri yang diuji
mampu tumbuh pada media anaerob. Padahal menurut litertaur, Xanthomonas
merupakan bakteri aerob dan dapat menghasilkan ekstraseluler polisakarida
(EPS) yang berperan dalam pembentukan eksudat yang digunakan untuk
menginfeksi daun (Bradbury, 1984; Liu et al., 2006). Menurut Ou (1985) bakteri
pada dasarnya tidak membutuhkan vitamin sebagai faktor yang sangat
diperlukan, akan tetapi sejumlah kecil tiamin (Vitamin B), kalsium pantotenat,
nikotin, atau piridoksin memberikan efek rangsangan untuk pertumbuhan
bakteri. Kemungkinan bakteri yang tumbuh bukanlah bakteri patogen jenis
Xanthomonas sp. melainkan bakteri patogen lain yang mampu hidup pada
kondisi lingkungan yang aerob dan anerob.
Pengamatan bakteri yang ditumbuhkan pada media anaerob
kemungkinan bukanlah bakteri R. solanacearum melainkan bakteri patogen lain
yang mampu hidup pada media anaerob ataupun kontaminasi dari jenis patogen
lain. Hal ini dikarenakan tidak sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa
bakteri tersebut merupakan bakteri gramnegatif, berbentuk batang lurus atau
bengkok,ukuran (0,5 – 1,0 μm) x (1,5 – 4,0 μm) memiliki satu atau lebih flagela
polar, katalase positif dan bersifat aerobik.
Pada pengamatan uji gram hasil yang didapat yaitu semua jenis bakteri
yang diujikan merupakan bakteri gram negatif. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya lendir lengket. Bakteri gram negatif ditunjukkan dengan adanya benang-
benang. Lalu pada saat pemberian safranin warna koloni menjadi merah. Hal
inisesuai dengan litatur yang menyatakan bahwa metode Uji Gram yaitu koloni
bakteri dari biakan diambil dengan menggunakan jarum oshe dan dioleskan pada
gelas objek yang telah ditetesi larutan KOH 3 %. Koloni yang nampak berlendir
memperlihatkan reaksi positif( gram negatif) sedangkan yang tidak berlendir
atau terlepas adalah negatif ( gram positif). Bakteri gram negatif biasanya
merupakan jenis bkateri patogen sedangkan gram postif biasanya bakteri non
patogen/ antagonis.(Birana serlina, 2012).
Setelah dilakukan uji gram, bakteri pada kaca preparat diamati di bawah
mikroskop untuk mengetahui bentuk koloni secara lebih jelas. Pada Bakteri yang
diduga sebagai Ralstonia solanacearum pada pengamatan mikroskop berbentuk
basil, Xanthomonas citri, Xanthomonas oryzae dan Xanthpmonas campestris
berbentuk coccus, Erwinia carotovora berbentuk basil. Bentuk dasar bakteri
terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia) serta terdapat
bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil.
Bakteri golongan Xanthomonas adalah bakteri yang berbentuk batang
dengan kedua ujung membulat, berukuran pendek, dengan panjang berkisar
antara 0,7-2.0 µm dan lebar antara 0,4-0,7 µm, memiliki satu flagel, tanpa
spora, Ciri khas genus Xanthomonas adalah koloninya berlendir, dan
menghasilkan pigmen berwarna kuning yang merupakan pigmen
xanthomonadin(Bradbury, 1984; Liu et al., 2006). Bentuk koloni pada medium
biakan adalah bulat, cembung dan berdiameter 1-3 mm (Ou, 1985). Pada
pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop bakteri golongan
Xanthomonas sp. tidak berbentuk batang (basil) melainkan berbentuk bulat
(coccus) hal ini menunjukkan bahwa bakteri patogen tersbut bukanlah bakteri
golongan Xanthomonas sp. Hal ini dikarenakan pada pengujian sebelumnya baik
dari awal inokulasi sampai uji gram bentuk dan warna koloni sedikit berbeda.
Walaupun demikian bakteri tersebut tetap bakteri patogen karena mampu
menunjukkan gejala hipersensitif pada tanaman tembakau dan adanya gejala
pada uji patogenisitas dan bersifat gram negatif.
Erwinia carotovora adalah bakteri berbentuk batang yang diberi nama
setelah bakteri ini berhasil diisollasi dari wortel. Sel bakteri berbentuk batang
dengan ukuran (1,5 x 2,0) x (0,6 x 0,9) mikron, umumnya membentuk rangkaian
sel-sel seperti rantai, tidak mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri
bergerak dengan menggunakan flagella yang terdapat di keliling bakteri. Bakteri
ini menginfeksi berbagai macam sayur dan tanaman seperti wortel, kentang,
mentimun, bawang, tomat, selada, dan tanaman hias seperti bunga Iris.
Penyebaran mikroba ini dapat ditemui dalam tanah, perut serangga, air, serta
aerosol tersuspensi pada udara. Masalah utama yang ditimbulkan mikroba ini
pada bidang agrikultura adalah penyerangan secara membabi buta pada kentang
dan sayuran lain pada lahan atau penyimpanan yang mana jaringan tanaman
akan berair yang akhirnya menjadi lembek dan berbau (Agrios, 1998).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan phasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Terdapat 5 dari 6 bahan yang menunjukkan gejala penyakit bateri yang
dimaksudkan yaitu pada daun padi, jeruk, kubis, tomat, dan umbi wortel.
2. Hasil dari pengamtan bakteri patogen dengan 5 sampel tanaman bergejala
memiliki hasil yang berbeda pada setiap perlakuan. Pada inokulasi terjadi
kontaminasi pada semua media yang berisi bakteri patogen dengan jamur
lain. Pada hasil purifikasi koloni bakteri memiliki warna putih dan
kekuningan pada hampir semua media.
3. Pada uji hipersenitif, bakteri patogen yang menimbulkan gejala hanya 3 dari 5
bakteri yaitu gejala nekrosis yang timbul pada daun tembakau yang
diinfeksikan X. campestrisE. carotovora dan X. oryzae, sedangkan bagian
yang diinfeksikan R. solanacearum dan X. citri tidak terjadi nekrosis.
4. Pada uji patogenisitas, tanaman yang menunjukkan gejala yaitu pada buah
tomat dan padi. tetapi busuk dan kering tersebut kurang sesuai dengan ciri ciri
tanaman terserang R. solanacearum dan X. oryzae.
5. Pada uji Oksidatif , uji gram dan pengamatan mikroskop, bakteri dapat hidup
pada media aerob dan anerob, serta merupakan bakteri bergram negatif. Pada
pengamatan mirkoskop hanya bakteri E. carotovora dan R. solanacearum
yang memiliki bentuk sesuai dengan literatur yaitu berbentuk batang (basil).
isolasi bakteri E. carotovora dan R. solanacearum adalah benar. Akan tetapi,
golongan Xanthomonas sp tidak sesuai karena bentuk tidak sesuai dengan
literature yang ada.
6. Perlu uji lanjutan untuk memastikan apakah bakteri yang diambil merupakan
jenis bakteri yang diinginkan.
5.2 Saran
Tidak ada saran untuk praktikumnya karena sudah maksimal. Hanya
saja laporan akhir sangat banyak dan saya kewalahan mengerjakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Admin., 2008, Perkembangan- Mikrobiologi http://www.ubb.ac.id/
menulengkap.php ?judul=Sejarah- . Diakses pada tanggal 19mei 2014,
Makassar.
Agrios G.N.. 1998. Plant Pathology. Departement of Plant Pathology. University
of Florida
Anonima. 2014. http://www.google.com/imgres?imgurl= http.//Fwww.apsnet.org.
Diakses Tanggal 17 Mei 2014.
Anonimb. 2014. https://www.apsnet.org/edcenter/intropp/lessons/prokaryotes
/Pages/CitrusCanker.aspx.Diakses Tanggal 17 Mei 2014.
Anonimc. 2014. http://www.crec.ifas.ufl.edu/ academics/classes/PLP5115C/ PDF/
citrus_pathology_wang.pdf. Diakses Tanggal 17 Mei 2014.
Birana Serlina, Baharuddin, Danial Rahim. 2012. Keragaman Bakteri Antagonis
Di Lahan Pertanian Tana Toraja Dan Uji Kemampuan Menekan
Ralstonia Solanacearum Penyebab Penyakit Layu Bakteri Pada Kentang
Secara In-Vitro. Jurusan Ilmu Hama & Penyakit Tumbuhan Fakultas
PertanianUniversitas Hasanuddin Makassar.
Ernawati, Ni Made Laksmi. 2006. Populasi Awal Bakteri Hawar Daun Xanthomonas campestris pv. Acacia Di Sekitar Tanaman Inang. Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Haerunisa, Rizky. 2010. desease notebook “Pustul pada Tanaman Kedelai”.
http://rizkyhaerunisa08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/desease-notebook-
pustul-pada-tanaman-kedelai/. Diakses tanggal 18 Mei 2014
Hery, Gede Purwa Jelantik., 1990. Daya Penghambatan Tiga Jenis Ekstrak
Tumbuhan terhadap Pertumbuhan (Jumlah Koloni) Bakteri Xanthomonas
oryzae (Uyeda & Ishiyama) Dowson dan Pseudomonas Solanacearum
E.F Smith In Vitro. Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan. IPB. Bogor. Hlm
1 – 4
Klement,Z.,K.Rudolph, and D.C.Sands.1990. Methods in Phytobacteriology.
Academical Kiado Budapest.p.547
Kohl J, Wolf JVD. 2005. Alternaria brassicicola and Xanthomonas campestris
pv. campestris in organic seed production of brassicae: epidemiology
and seed infection [internet]. [diunduh 2011 Sept 25]. Plant Research
International B.V..
Kurniawan. 2010. Klasifikasi bakteri Ralstonia solanacearum.
http://rizkianggakurniawan.blogspot.com/favicon.ico
Lay, Bibiana.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : Rajawali
Liu, D.N.O., P.C. Ronald.,and A.J. Bogdanove. 2006. Xanthomonas oryzae
pathovars:model pathogens of model crop. Blackwell Publishing LTD.
Pp. 303-324.
Lelliot,R.A. and D.E.Stead.1987.Methods for the diagnosis of bacterial diseases
of plant. Blackwell Scientific Publications, Oxford, London.pp 216.
Mehan V.K. 1995. Isolation and identification of Pseudomonas solanacearum. In:
Mehan V.K.. and D.Mc. Donald. Techniques for Diagnosis of
Pseudomonas solanacearum and for Resistances Screening Against
Groundnut Bacterial Wilt. ICRISAT, Andhra Pradesh
Ou, S.H. 1985. Rice Disease. Commonwealth. Inst. Kiew, Surrey, England. 368 p
Peltier, G. 1920. Influence of Temperature and Humidity on the growth of
Pseudomonas citri and its Host Plants, and on Infection and
Development of Disesae. J. Agr. Res. 20: 247.
Rachdie. 2008. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba.
http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-
pertumbuhan-mikroba/. Diakses 4 Mei 2014.
Retnowati, Lilik., Cahyadi Irwan, Baskoro SW dan Harsono L., 2007.
Perbanyakan dan Cara Aplikasi Corynebacterium. BBOPT. Jatisari. Hlm
1 – 210
Sastrahidayat, Ika Rohdjatun. 2011. Fitopatologi. UB press. Malang
Schaad, N. W.,Jones,J.B. and W. Chun. 2001. Plant Pathogenic Bacteria. Third
Edition. The American Phytopathological Society. St. Paul. Minnesota.
For.
Semangun, Haryono. 2007. Penyakit- penyakit tanaman hortikultura di Indonesia.
Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakayta.
Semangun, H., 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.
Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Hlm 267 – 272
Sudira, I wayan, dkk. 2011. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Kedondong (Lannea Grandis Engl) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Erwinia Carotovora. Buletin Veteriner Udayana Vol. 3 No.1. :45-50 ISSN : 2085-2495 Pebruari 2011.
Sukariawati, Annisa. 2011. Gejala dan Tanda Penyakit Tumbuhan
http://annisasukariawati.blogspot.com/2011/04/gejala-dan-tanda-
penyakit-tumbuhan.html. Diakses tanggal 20 mei 2014.
Suryadi, Y, T. S. Kadir dan Machmud., 2006. Deteksi Xanthomonas oryzae pv
oryzae Penyebab Hawar Daun Bakteri Pada Tanaman Padi. Jurnal
Penelitian Tanaman Pangan Vol 25 No. 2 Tahun 2006
Sutedjo, Mul Mulyani.1991. Mikrobiologi Tanah.Jakarta : Rineka Cipta
Syam dan Diah Wurjandari., 2003. Masalah Lapang Hama Penyakit dan Hara
Pada Padi. library.diptero.or.id/index.php?p=show_detail&id=4878 - 10k
Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Jakarta. Diakses pada tanggal 16
Januari 2009. Hlm 38 – 39
Volk, W. A. dan Wheeler, M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Waluyo,Lud.2004.Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Wahyudi, Aris Tri. 2011.Xanthomonas Oryzae Pv. Oryzae Bakteri Penyebab
Hawar Daun Pada Padi: Isolasi, Karakterisasi, Dan Telaah Mutagenesis
Dengan Transposon. Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Wiyono, Suryo., 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama Penyakit Tanaman.
Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Makalah Keanekaragaman Hayati di Tengah Perubahan Iklim.
Diakses pada tanggl 16 Januari 2009. Hlm 1 –
Widadari, et al. Exploration Of Bactriophage Virulent ToXanthomonas
campestris pv campetris Toward Development As Biocontrol Agent For
Cabbage Black Rot Disease. Diunduh dari
http://fp.uns.ac.id/jurnal/Bu_Sri_Widadi.pdf . diakses pada 17 Mei 2014