Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitative untuk orang-orang yang menderita sakit, terlukadanmelahirkan world health organization). Pelayanan kesehatan di indonesia, khususnya pelayanan keperawatan saat ini dihadapkan pada situasi yang menuntut peningkatan mutu. untuk menjawab tuntutan ini perlu adanya upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Berbicara tentang mutu pelayanan keperawatan tidak lepas dari proses manajemen keperawatan. sebagai suatu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan maka diterapkan dan diuji coba berbagai metode pemberian asuhan keperawatan. Praktek klinik manajemen keperawatan merupakan penerapan konsep-konsep manajemen keperawatan yang berhubungan dengan pengelolaan efektif manajemen operasional dan asuhan keperawatan di ruang perawatan,sehingga dapat meningkatkan mutu
92

Laporan Bab 123

Jan 24, 2016

Download

Documents

u
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Bab 123

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan

memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang

terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitative

untuk orang-orang yang menderita sakit, terlukadanmelahirkan world

health organization).

Pelayanan kesehatan di indonesia, khususnya pelayanan keperawatan

saat ini dihadapkan pada situasi yang menuntut peningkatan mutu. untuk

menjawab tuntutan ini perlu adanya upaya peningkatan mutu pelayanan

keperawatan.

Berbicara tentang mutu pelayanan keperawatan tidak lepas dari

proses manajemen keperawatan. sebagai suatu upaya untuk meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan maka diterapkan dan diuji coba berbagai

metode pemberian asuhan keperawatan.

Praktek klinik manajemen keperawatan merupakan penerapan

konsep-konsep manajemen keperawatan yang berhubungan dengan

pengelolaan efektif manajemen operasional dan asuhan keperawatan di

ruang perawatan,sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan atau

asuhan keperawatan.

Perubahan yang terjadi terus menerus dalam system pelayanan

kesehatan, menuntut adanya pembaharuan dalam keperawatan terutama

dalam pengelolaan asuhan keperawatan. Pengelolaan asuhan keperawatan

yang terfragmentasi menyebabkan kurang adanya tanggung jawab perawat

yang menyeluruh terhadap asuhan klien. hal ini sangat bertentangan

dengan nilai-nilai professional dalam praktek keperawatan professional.

Pengelolaan asuhan keperawatan merupakan inti dari praktek keperawatan

professional.

Praktek keperawatan profesional dilakukan bila perawat menerima

Page 2: Laporan Bab 123

tanggung jawab untuk mengelola asuhan keperawatan sejumlah klien

dalam periode waktu tertentu. agar tanggung jawab ini dapat dialami

perawat, klien dan keluarga, hubungan yang bertanggung jawab ini perlu

dikembangkan oleh perawat. Bila hubungan ini tidak dikembangkan dalam

suatu cara yang dapat diketahui oleh klien dan kleuarga, hubungan ini

tidak mencapaia tujuan. Esensi asuhan keperawatan professional adalah

sejauh mana dikembangkan hubungan yang bertanggung jawab antara

anggota masyarakat (klien) dengan seseorang yang diberi lisensi oleh

masyarakat untuk memberikan asuhan keperawatan yang profesional

(nurse).

Sebagai realisasi dari upaya meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan, maka dilaksanakan uji coba penerapan manajemen praktek

keperawatan professional oleh mahasiswa program studi ilmu keperawatan

fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah surakarta di rsud dr.

Moewardi Surakarta.

Pelaksanaan tanggung jawab ini dapat dilakukan melalui metoda

manajemen praktek keperawatan professional dimana seorang perawat

primer akan bertanggung jawab terhadap asuhan klien bersama perawat

assosciate dari mulai datang sampai pulang/pindah dari suatu ruangan .

B. Tujuan

1. Tujuan umum

a. Bagi mahasiswa

Setelah mengikuti praktek klinik manajemen keperawatan

profesional, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan

pengelolaan dalam pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat

inap

b. Bagi rumah sakit

Perawat dapat menerapkan metode mpkp di ruang rawat inap

tulip rsud dr. Moewardi Surakarta sehingga dapat tercapainya

mutu pelayanan profesional terutama dalam bidang keperawatan.

Page 3: Laporan Bab 123

2. Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktek klinik Manajemen Keperawatan,

mahasiswa diharapkan mampu menerapkan aspek – aspek manajemen

keperawatan dalam penerapan proses keperawatan, yang meliputi :

a. Mampu mengumpul data terkait managemen pelayanan dan

managemen asuhan keperawatan

b. Mampu menganalisa data yang terkumpul di ruang angrek 1

c. Mampu mengidentifikasi masalah dan menyusun prioritas masalah

yang ada di ruang rawat inap angrek 1.

d. Mampu menyusun perencanaan

e. Mampu menyelesaikan masalah yang telah di prioritaskan

C. Manfaat

a. Bagi mahasiswa

Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori praktik managemen

keperawatan profesional.

b. Bagi ruang Anggrek 1

Mampu mengaplikasikan metode praktik keperawatan profesional

yang diharapkan mampu meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan

rumah sakit RSUD dr. Moewardi Surakarta.

c. Bagi pasien

Mampu meningkatkan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan yang di

berikan perawat Angrek 1 di RSUD dr. Moewardi Surakarta.

D. Cara pengumpulan data

Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi

masalah dilakukan dengan metode :

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan,

proses pelayanan, inventaris ruangan, penerapan patient safety,

penerapan 6 sasaran keselamatan pasien dan asuhan keperawatan yang

Page 4: Laporan Bab 123

langsung dilakukan ke pasien.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat dan keluarga

pasien untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru

dan pelayanan pasien.

3. Studi dokumentasi

Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik

pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen

ruangan, prosedur tetap ruangan, dan inventaris ruangan.

4. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan

keperawatan, mutu pelayanan rumah sakit, kepuasan perawat,

penerapan standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan model praktek

keperawatan profesional

E. Peserta praktik

Mahasiswa profesi ners angktan XIII gelombang 1 Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan anggota 12

orang sebagai berikut:

1. Dwi Ayudha Kurnia W, S. Kep ( J 230 145 088)

2. Nila Vicky Anggraheni, S. Kep ( J 230 145 096)

3. Hikmah Musthofiatun, S. Kep ( J 230 145 099)

4. Mahayu Arianti, S. Kep ( J 230 145 067)

5. Nur Khoiron, S. Kep ( J 230 145 075)

6. Dwi Hartanto, S. Kep ( J 230 145 085)

7. Atri Ayuk Kustanti, S. Kep ( J 230 145 091)

8. Puspita Maya Agustina, S. Kep ( J 230 145 103)

9. Dedi Kuncahyana, S. Kep ( J 230 145 092)

10. Yuliana, S. Kep ( J 230 145 105)

11. Panji Tulus Wicaksono, S. Kep ( J 230 145 109)

12. Dyah Isna Romadani, S. Kep ( J 230 145 052)

Page 5: Laporan Bab 123

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dan Proses Managemen Keperawatan

Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena

manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana

perawat manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip

dan metode yang berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi

keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit. teori ini meliputi pengetahuan

tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan pengembangan

atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan

pengertian yang jelas perawat manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan

realistis untuk pelayanan keperawatan (swanburg, 2000).

Didalam managemen terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan

dengan baik yaitu meliputi, input, proses dan output. Yang dapat

digambarkan sebagai berikut.

B. Unsur Input

1. Man

a. Pasien

Seseorang yang datang ke instansi kesehatan yang

membutuhkan pelayanan medis atau keperawatan baik yang terganggu

kondisi kesehatannya baik jasmani, rohani maupun yang tidak

terganggu kesehatannya.

Input Proses Output

1. Man2. Metod3. Material 4. Money 5. Modal

1. Planning2. Organizing3. Stafing4. Leading5. Controlling

1. Asuhan keperawatan

2. Kepuasan pasien3. Peningkatan mutu

pelayanan

Page 6: Laporan Bab 123

b. Mahasiswa

RSUD dr. Moewardi merupakan rumah sakit pemerintahan yang

menjadi lahan praktek klinik mahasiswa keperawatan dan kedokteran

serta mahasiswa lain seperti fisioterapi dan radiologi.

Pendidikan dan praktek keperawatan profesional yang

merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan

calon perawat secara komprehensif dalam hal pengetahuan.

Mahasiswa keperawatan berhak mendapatkan bimbingan yang

optimal dari pembimbing baik dari pembimbing klinik maupun

pembimbing akademik.

c. Ketenagaan

1) Kuantitas

Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu proses

pembuatan perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga

yang dibutuhkan dan dengan kriteria seperti apa pada suatu unit

untuk setiap shiftnya. Untuk penetapan ini ada beberapa rumus

yang telah dikembangkan oleh para ahli. Selain untuk

menetapkan rumus ini juga dapat digunakan nuntuk menilai dan

membandingkan apakah tenaga yang dibutuhkan saat ini cukup,

kurang atau berlebih. Rumus tersebut antara lain:

a) Menurut gillies (1982)

Jumlah ketenagakerjaan yang dibutuhkan (x) di ruang

rawat dapat dilihat dari aspek kapasitas ruangan, bor, jumlah

jam efektif perawatan dan hari libur perawat dalam satu tahun

dengan rumus:

Sedangkan untuk menentukan jam efektif perawatan

secara khusus dapat dikategorikan sebagai berikut :

(1) Minimal care membutuhkan waktu 1-2 jam/ 24 jam

( X ) = ( BOR x TT ) x jam efektif x hari dalam 1 tahun

( hari dalam 1 tahun – hari libur ) x 7

Page 7: Laporan Bab 123

(2) Parsial care membutuhkan waktu 3-4 jam/ 24 jam

(3) Total care membutuhkan waktu 5-6 jam/ 24 jam.

b) Menurut douglas (2000)

Perhitungan jumlah tenaga keperawatan menurut

douglas dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan setiap

shift klien seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Perhitungan Jumlah Tenaga Keperawatn Menurut Douglas

Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Setiap Shift Klien.

Waktu

Klasifikasi

Kebutuhan Perawat

Pagi Sore Malam

Minimal 0.17 0.14 0.07

Parsial 0.27 0.15 0.10

Maksimal 0.36 0.30 0.20

Sumber: Douglas 2008

Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga adalah pagi,

sore dan malam. Sedangkan klasifikasi derajat

ketergantungan klien terhadap keperawatan,berdasarkan

kriteria douglas sebagai berikut:

(1) Perawatan minimnal care memerlukan waktu selama 1-2

jam/ 24 jam dengan kriteria hasil:

(a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan

sendiri.

(b) Ambulasi dengan pengawasan.

(c) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.

(d) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

(e) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

(2) Perawatan parsial memerlukan waktu 3-4 jam/ 24 jam

dengan kriteria hasil:

(a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.

(b) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.

Page 8: Laporan Bab 123

2) Kualitas

Salah satu indikator keberhasilan RS dalam memberikan

pelayanan kesehatan ditentukan oleh pemberian asuhan

keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang

berkualitas didukung oleh sumberdaya yang berkualitas dan

profesional dalam melakukan tugas dan fungsinya.

Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang

berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam

pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen.

Dalam keperawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah untuk

memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang

dihasilkan sesuai standar atau keinginan pasien (Nursalam, 2002)

Manajemen sumber daya manusia pada hekekatnya

merupakan bagian intergral dari keseluruhan manajemen rumah

sakit, strategi manajemen sumber daya manusia sebenarnya juga

merupakan bagian intergral dari strategi rumah sakit dengan

pemahaman bahwa sumberdaya manusia adalah aset utama rumah

sakit sehingga perlu dilakukan perencanaan rotasi dan mutasi

sumber daya manusia untuk menyesuaikan beban dan tuntutan

pelayanan di masa depan sehingga penyesuaian keahlian yang

dibutuhkan melalui pelatihan terus menerus dan

berkesinambungan.

2. Material

Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya

pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang

terlaksananya pelayanan keperawatan. Fasilitas untuk pasien : tempat

tidur, meja, kamar mandi dan wc. Fasilitas petugas kesehatan :ruang

kantor dan administrasi, nurse station, ruang observasi, ruang ganti

perawat wanita dan pria, kamar kecil dan kamar mandi untuk karyawan.

Fasilitas peralatan perawatan, Dreesing chart, Sarung tangan, Sunting

plester, Bengkok, Urinal, Pispot dan lain-lain.

Page 9: Laporan Bab 123

3. Metode

1) Penerapan MPKP

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu

sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang

memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan

keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan

(Ratna Sitorus & Yuli, 2006)

2) Meeting morning

Meeting morning adalah pengarahan yang dilakukan oleh

kepala ruangan kepada seluruh staff, setiap pagi setelah serah terima

tugas jaga malam ke pagi dan sebelum pre conference.

3) Pre dan Post Conference

1) Pengertian

Pre conference adalah komunikasi katim dan

perawat pelaksana setelah selesai operan untuk

rencana kegiatan pada shift tersebut yang

dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab

tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu

orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre

conference adalah rencana tiap perawat (rencana

harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ

tim(Modul MPKP, 2006)

Post conference adalah komunikasi katim dan

perawat pelaksana tentang hasil kegiatan

sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift

berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap

perawatan dan hal penting untuk operan (tindak

lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj

tim (Modul MPKP, 2006)

2) Tujuan

Secara umum tujuan konferensi adalah untuk

Page 10: Laporan Bab 123

menganalisa masalah-masalah secara kritis dan

menjabarkan alternatif penyelesaian masalah,

mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan

yang dapat menjadi masukan untuk menyusun

rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan

kesiapan diri dalam pemberian asuhan

keperawatan dan merupakan cara yang efektif

untuk menghasilkan perubahan non kognitif

(McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi

dalam rencana pemberian asuhan keperawatan

sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan,

kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan

(T.M.Marelli, et.al, 1997).

a) Tujuan pre conference adalah:

(1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-

masalah pasien, merencanakan asuhan dan

merencanakan evaluasi hasil

(2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui

di lapangan

(3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi

tentang keadaan pasien

b) Tujuan post conference adalah

Untuk memberikan kesempatan

mendiskusikan penyelesaian masalah dan

membandingkan masalah yang dijumpai

3) Waktu

a) Pre conference

Dilakukan secara terjadwal pagi hari segera

setelah operan jaga sift malam ke sift pagi dan

sebelum kegiatan dimulai

Page 11: Laporan Bab 123

b) Post conference

Dilakukan secara terjadwal siang hari sebelum

operan sift pagi ke sift sore pada hari yang

sama dilakukan ketika akan melakukan pre

conference pada hari berikutnya.

4) Tempat: Nurse Station dan tempat lain yang memungkinkan

5) Peserta conference

a) Kepala ruang

b) Perawat primer

c) Perawat pelaksana

d) Mahasiswa

6) Kegiatan dalam konference

a) Pre conference

(1) Kepala primer atau penanggung jawab primer

membuka acara

(2) Kepala primer atau penanggung jawab primer

menanyakan rencana harian masing-masing perawat

pelaksana

(3) Kepala primer atau penanggung jawab primer

memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait

dengan asuhan yang diberikan saat

(4) Kepala primer atau penanggung jawab primer

memberikan reinforcement

(5) Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup

acara.

b) Post conference

(1) Kepala primer atau penanggung jawab primer

membuka acara

(2) Kepala primer atau penanggung jawab primer

menanyakan kendala dalam asuhan yang telah

diberikan

Page 12: Laporan Bab 123

(3) Kepala primer atau penanggung jawab primer

menyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus

dioperkan kepada perawat shift berikut nya

(4) Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup

acara

4) Timbang Terima

a) Pengertian

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan

sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.

Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer

tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke

perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan

waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien,

terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan

antisipasinya (Nursalam, 2008)

b) Tujuan Timbang Terima

a) Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data

fokus).

b) Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan

dalam asuhan keperawatan kepada klien.

c) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera

ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.

d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

c) Manfaat

a) Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak

lanjuti oleh perawat pada shift berikutnya

b) Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang

dilaporkan dengan keadaan klien yang sebenarnya.

c) Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung

bila ada yang belum terungkap.

d) Prosedur timbang terima

Page 13: Laporan Bab 123

a) Persiapan

(1) Kedua kelompok dalam keadaan siap.

(2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku

catatan.

b) Pelaksanaan

(1) Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada

masing-masing penanggung jawab:

(2) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift

atau operan. Dari nurse station perawat berdiskusi

untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji

secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah

keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan

belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang

perlu dilimpahkan.

(3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan

perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus

untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang

berikutnya.

(4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang

terima adalah :

(a) Identitas klien dan diagnosa medis.

(b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih

muncul.

(c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum

dilaksanakan.

(d) Intervensi kolaborasi dan dependen.

(e) Rencana umum dan persiapan yang perlu

dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya

operasi, pemeriksaan laboratorium atau

pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk

Page 14: Laporan Bab 123

konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak

dilaksanakan secara rutin.

(5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat

melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan

validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas

Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat

dan jelas

(6) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih

dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan

memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.

(7) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara

langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat.

(Nursalam, 2002)

Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:

(1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan

melimpahkan tanggungjawab. Meliputi faktor

informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga

sebelumnya.

(2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan

pulang dan datang melakukan pertukaran informasi.

Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa

pertukaran informasi yang memungkinkan adanya

komunikasi dua arah antara perawat yang shift

sebelumnya kepada perawat shift yang datang.

(3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang

tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan.

Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima

operan untuk melakukan pengecekan data informasi

pada medical record atau pada pasien langsung.

e) Hal yang harus diperhatikan

a) Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.

Page 15: Laporan Bab 123

b) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau

penanggung

c) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas

d) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,

sistematis, dan menggambarkan kondisi pasien saat ini serta

menjaga kerahasiaan pasien.

e) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan

pasien.

f) Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan

volume yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak

mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang

dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara

langsung di dekat klien.

g) Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock

sebaiknya dibicarakan di nurse station

(Nursalam, 2008)

C. Unsur Proses

1. Fungsi Menegemen Keperawatan

Swansburg (2000) menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri

atas lima fungsi yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan

pengendalian (controlling). Bab ini akan membahas dan menjelaskan

fungsi manajemen menurut Swansburg (2000) yang dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen.

Perencanaan dalam manajemen keperawatan adalah proses mental

dimana semua manajer perawat menggunakan data yang valid dan

Page 16: Laporan Bab 123

dapat dipercaya untuk mengembangkan objektif dan menentukan

sumber-sumber yang dibutuhkan dan cetak biru yang digunakan

dalam mencapai objektif. Tujuan utama dari perencanaan adalah

membuat kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan

personel, bahan, dan alat (Swansburg, 2000). Huber (2006)

menyatakan bahwa perencanaan merupakan fungsi manajemen yang

digunakan untuk memilih prioritas, hasil, dan metode yang

digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian membimbing sistem

untuk mengikuti arahan tersebut. Robins dan Coulter (2007)

menyatakan bahwa fungsi perencanaan mencakup proses

merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran

yang telah disepakati, dan mengembangkan perencanaan tersebut

untuk memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah

mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling

sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengorganisasian

meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan

untuk mencapai objektif divisi keperawatan, departemen atau

pelayanan, dan unit (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan

bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang

berhubungan dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk

menyelesaikan tujuan yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi

pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang akan dikerjakan,

individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas,

strukturpertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan.

Manajer bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf

yang digunakan untuk mencapai sasaran organisasi (Robins &

Coulter, 2007).

c. Pengaturan staf (Staffing)

Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama

Page 17: Laporan Bab 123

dalam manajemen keperawatan. Pengaturan staf keperawatan

merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk

menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan

untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan

sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi tertentu

(Swansburg, 2000). Pengaturan staf memerlukan banyak

perencanaan dari manajer. Perencanaan pengaturan staf dipengaruhi

oleh misi dan tujuan institusi, dan dipengaruhi oleh kebijakan

personel (Swansburg, 2000).

d. Kepemimpinan (Leading)

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kelompok

untuk menentukan dan mencapai tujuan. Kepemimpinan difokuskan

kepada gaya kepemimpinan situasi kemungkinan dan faktor-faktor

seperti manusia, pekerjaan, situasi, organisasi, dan faktor-faktor

lingkungan. Manajer perawat dalam fungsi ini berperan untuk

merangsang motivasi dengan mempraktikkan fungsi kepemimpinan

karena perilaku motivasi merupakan promosi, autonomi, membuat

keputusan, dan manajemen partisipasi (Swansburg, 2000).

Fungsi kepemimpinan menurut Huber (2006) adalah fungsi

manajemen yang mengarahkan dan kemudian mempengaruhi

individu tersebut untuk mengikuti arahan untuk mencapai tujuan-

tujuan yang telah disepakati dan yang telah ditentukan. Fungsi

kepemimpinan menurut Fayol dalam Robins & Coulter (2007)

adalah fungsi yang memotivasi stafnya ketika stafnya bekerja dan

mencari berbagai cara untuk menyelesaikan masalah perilaku

stafnya.

e. Pengendalian atau Pengevaluasian (Controlling)

Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang

terus menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama

perencanaan, pengorganisasian, dan pengerahan aktivitas. Melalui

Page 18: Laporan Bab 123

prsoses ini standar dibuat dan kemudian digunakan, diikuti umpan

balikyang menimbulkan perbaikan (Swansburg, 2000). Huber (2006)

menyatakan bahwa fungsi pengendalian adalah fungsi yang

digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan, proses, dan

sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini

adalah fungsi yang terakhir di dalam manajemen dan fungsi

memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang telah berjalan

sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan memantau kinerja

stafnya, Kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan sasaran

yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut

menyimpang maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali.

Proses pengendalian ini meliputi memantau, memperbandingkan,

dan mengoreksi.

2. Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen

Kesehatan RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

a. Standar I : Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap

dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk

menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus

bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen

pengkajian keperawatan meliputi :

1) Pengumpulan data, kriteria: menggunakan format yang baku,

sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual, dan valid

2) Pengelompokan data, kriteria: data biologis, data psikologis,

data sosial, dan data spiritual

3) Perumusan masalah, kriteria: kesenjangan antara status

Page 19: Laporan Bab 123

kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan serta

perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan

Kriteria perumusan masalah:

a) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola

fungsi kehidupan.

b) Perumusan maslah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.

b. Standar II: Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus

kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi

kehidupan pasien. Kriteria: diagnosa keperawatan dihubungkan

dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien,

dibuat sesuai dengan wewenang perawat, komponennya terdiri dari

masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari masalah dan

penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien

sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan

pasien kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh

perawat.

c. Standar III: Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi:

1) Prioritas masalah, kriteria: masalah yang mengancam kehidupan

merupakan prioritas utama, masalah yang mengancam kesehatan

seseorang adalah prioritas kedua, masalah yang mempengaruhi

perilaku merupakan prioritas ketiga.

2) Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: spesifik, bisa diukur, bisa

dicapai, realistik, ada batas waktu.

3) Rencana tindakan, kriteria: disusun berdasarkan tindakan tujuan

asuhan keperawatan, melibatkan pasien/keluarga,

mempertimbangkan latar belakang bidaya pasien/ keluarga,

menentukan alternatif tindakan yang tepat, mempertimbangkan

kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber

Page 20: Laporan Bab 123

daya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan nyaman

bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya

yang mudah dimengerti.

Kriteria prioritas masalah:

1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan

prioritas pertama.

2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah

prioritas kedua.

3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku adalah prioritas

ketiga.

Kriteria tujuan asuhan keperawatan:

1) Spesifik

2) Bisa diukur

3) Bisa dicapai

4) Realistis

5) Ada batas waktu.

Kriteria rencana tindakan:

1) Disusun berdasarkan asuhan keperawatan.

2) Melibatkan pasien atau keluarga.

3) Mempertimbangkan latar budaya pasien atau keluarga.

4) Menentukan alternatif tindakan yang tepat.

5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,

lingkungan sumberdaya dan fasilitas yang ada.

d. Standar IV: Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan

yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi

secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,

pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan

pasien dan keluarganya. Kriteria: dilaksanakan sesuai dengan

rencana keperawatan, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual

pasien, menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan

Page 21: Laporan Bab 123

dilakukan kepada pasien/ keluarga, sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan, menggunakan sumber daya yang ada, menerapkan

prinsip aseptik dan antiseptik, menerapkan prinsip aman, nyaman,

ekonomis, privasi dan mengutamakan keselamatan pasien,

melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien,

merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam

keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang telah

dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan

tindakan, melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada

prosedur teknis yang telah ditentukan.

e. Standar V: Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis

dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: setiap

tindakankeperawatan dilakukan evaluasi, evaluasi hasil

menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan, hasil

evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi melibatkan

pasien, keluarga dan tim kesehatan serta dilakukan sesuai dengan

standar.

f. Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan

Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual.

Kriteria: dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, dapat

digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan,

dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, menulisannya harus

jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku, sesuai

dengan pelaksanaan proses keperawatan, setiap pencatatan harus

mencantumkan inisial/ paraf/ nama perawat yang melaksanakan

tindakan dan waktunya, menggunakan formulir yang baku, disimpan

sesuai dengan pengaturan yang berlaku.

3. Model penugasan

Model keperawatan primer

Page 22: Laporan Bab 123

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung

jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien

mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik

kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan

dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan

kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan

untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi Asuhan keperawatan

selama pasien di rawat.

1) Konsep dasar metode primer

a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

b) Ada otonomi

c) Ketertiban pasien dan keluarga

2) Tugas perawat primer

a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara

komprehensif

b) Melaksanakan tujuan dan rencana keperawatan

c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas

d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang

diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain

e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

f) Menerima dan menyesuaikan rencana

g) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

h) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan

lembaga sosial di masyarakat

i) Membuat jadwal perjanjian klinik

j) Mengadakan kunjungan rumah

3) Peran Kepala Ruang/ Bangsal metode primer

a) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer

b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru

c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada

perawat asisten

Page 23: Laporan Bab 123

d) Evaluasi kerja

e) Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf

f) Membuat 1 – 2 pasien untuk model agar dapat mengenal

hambatan yang terjadi

4) Ketenagaan metode primer

a) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”

b) Beban kasus pasien 4 – 6 orang untuk satu perawat

c) Penugasan ditentukan oleh Kepala Bangsal

d) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun

non profesional sebagai perawat asisten

e) Kelebihan model keperawatan primer :

(1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif

(2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi

terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri

(3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter

dan rumah sakit

5) Kelemahan model keperawatan primer

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman

dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria assertive, self

direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,

menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu

berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

4. Universal Precautions

Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau

Universal Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan

penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan

sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya. Menurut Prof. Dr. Sulianti

Saroso (2006) Kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan

baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua

pasien, tanpa memperdulikan status infeksi.

Page 24: Laporan Bab 123

Komponen-komponen dari Kewaspaaan Universal yaitu :

a. Cuci Tangan

Mencuci tangan adalah prosedur kesehatan yang paling penting yang

dapat dilakukan oleh semua orang untuk mencegah penyebaran

kuman.Mencuci tangan adalah tindakan aktif, singkat dengan

menggosok bersamaan semua permukaan tangan yang bersabun,

yang kemudian diikuti dengan membasuhnya dibawah air hangat

yang mengalir.Tujuannya adalah untuk membuang kotoran dan

organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi

jumlah mikroba pada saat itu.

b. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi kulit dan selaput

lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua cairan tubuh, sekret,

ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.Jenis

tindakan yang dianggap beresiko dan memerlukan penggunaan alat

pelindung diri mencakup tindakan rutin, tindakan bedah tulang,

otopsi atau perawatan gigi yang menggunakan bor dengan kecepatan

putar yang tinggi.

Jenis-jenis alat pelindung yaitu :

1) Sarung tangan

2) Pelindung wajah / masker / kaca mata

3) Penutup kepala

4) Gaun pelindung ( baju kerja / celemek )

5) Sepatu pelindung

D. UNSUR OUTPUT

1. Efisiensi Ruang Perawat

a. Kajian Teori

Efisiensi pelayanan meliputi empat indicator mutu pelayanan

kesehatan yaitu BOR, LOS, TOI, BTO.

Page 25: Laporan Bab 123

1) BOR (bed occupancy rate) menunjukan tinggi rendahnya

pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam

jangka waktu tertentu, bila nilai ini mendekati 100% berate ideal.

Standar nasional dalam satu tahun: 75-85%. Rumus penghitungan

BOR yaitu:

2) LOS (Length of stay) menunjukkan rata-rata lama perawatan setiap

pasien, lama rawat yang baik maksimal 12 hari, standar nasional

rumah sakit dalam satu tahun adalah 7-10 hari.

Perhitungan LOS

3) TOI (turn over interval) menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat

tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur di tinggalkan oleh

pasien dengan diisi lagi. Standar nasional 1-3 hari untuk rumah

sakit dalam satu tahun.

Perhitungan TOI:

4) BTO (Bed turn over) menunjukan frekuensi pemakaian tempat

tidur rumah sakit dalam satu satuan waktu tertentu. Jadi BTO

memberikan gambaran tentang tingkat pemakaian tempat tidur

rumah sakit. Standar 4-45 kali untuk rumah sakit dalam satu tahun

sedangkan yang baik lebih dari 40 kali (Djojodibroto, 2009)

BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit x 100%

Jumlah TT x hari perawatan

LOS = Lama hari perawatan

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

TOI= (Jumlah TT x hari) – hari perawatan

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Jumlah tempat tidur

Page 26: Laporan Bab 123

Tabel 2.4

Efisiensi ruangan (Djojodibroto 1997)

No. Indikator Standar

1 BOR 75-85%

2 LOS 7-10 hari

3 TOI 1-3 hari

4 BTO 4-45kali

2. Hasil Evaluasi Penerapan SAK ( Instrumen ABC)

Mutu pelayanan keperawatanyang merupakan hasil kegiatan

asuhan keperawatan adalah terjaminnya penerapan standar asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pendekatan proses

keperawatan yang meliputi pengkajian data, penyusunan diagnose,

melakukan perencanaan tindakan dan evaluasi.

Menurut Pasuraman (2009), pengukuran mutu dapat dilakukan

dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang diharapkan

(Experted service) dengan pelayanan yang diterima dan dirasakan

(Perseived service)

Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang dikaitkan

dengan kepuasan pasien adalah pasuraman (2009):

a. Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan yang

digunakan dan penampilan perawat.

b. Reability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan

yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.

c. Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas dalamm

memberikan pelayanan dengan tanggap.

d. Anssurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat yang

dipercaya dari petugas, bebas dari bahya, resiko dan gangguan.

e. Emphaty (empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian orang

per orang kepada pelanggan.

Page 27: Laporan Bab 123

1) Instrument A

Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan

sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan

sehingga terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat bukan

hanya tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis, kualitas

dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan

pasien. Dalam membuat dokumentasi keperawatan harus

diperhatikan aspek-aspek:

a) Keakuratan data

b) Breavity (ringkas)

c) Legibility

Komponen dokumentasi keperawatan:

a) Pengkajian

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang

lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus tentang

keadaan pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan

keperawatan.Komponen pengkajian meliputi pengumpulan

data, pengorganisasian data.

Aspek yang dinilai dalam pengkajian adalah:

(1) Menulis data yang dikaji sesuai pengkajian

(2) Data dikelompokan (bio-psiko-sosial-spiritual)

(3) Data yang dikaji klien masuk sampai pulang

(4) Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara

status kesehatan dengan norma dan pola funsi

kehidupan.

b) Diagnose keperawatan

Diagnose keperawatan menggambarkan masalah pasien

baik actual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian

data. Kriteria diagnose dihubungkan dengan penyebab

kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat

sesuai dengan wewenang perawat dengan komponen yang

Page 28: Laporan Bab 123

terdiri ats masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau

terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat actual

apabila masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat

potensial kemungkinan besar akan terjadi dan dapat

ditangani oleh perawat.

c) Rencana keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose

keperawatan. Komponen rencana keperawatan meliputi

penentuan prioritas, tujuan, kemungkinan pemecahan,

metode pendekatan pemecahan masalah.

Prioritas masalah ditentukan dengan memberi prioritas

utama masalah yang mengancam kehidupan dan prioritas

selanjutnya adalah masalah yang mengancam kesehatan

pasien.Prioritas ketiga adalah masalah yang mempengaruhi

perilaku.

Aspek yang dinilai dalam rencana keperawatan adalah:

(1) Berdasarkan diagnose keperawatan

(2) Rumusan tujuan mengandung komponen

klien/subjektif, perubahan perilaku, kondisi klien atau

kriteria

(3) Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat

perintah, terinci, dan jelas dan atau melibatkan

klien/keluarga

(4) Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan

klien/keluarga

(5) Rencana tindakan menggambarkan kerjasama dengan

tim kesehatan lain

d) Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi

yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,

Page 29: Laporan Bab 123

pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan

mengikutsertakan pasien dan keluarga, tindakan

keperawatan, dan aktivitas keperawatan.

Aspek yang dinilai dalam implementasi adalah sebagai

berikut.

(1) Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana

keperawatan

(2) Perawat mengobservasi respon klien terhadap tindakan

keperawatan

e) Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk memeriksa kembali hasil

pengkajian awal dan intervensi awal untuk mengidentifikasi

masalah dan rencana asuhan keperawatan pasien termasuk

strategi keperawatan masalah pasien.

Aspek yang dinilai dalam evaluasi adalah sebagai berikut.

(1) Evaluasi mengacu pada tujuan (SOAP)

(2) Evaluasi dituliskan setiap shift

(3) Revisi diagnose atau berdasarkan evaluasi

f) Catatan asuhan keperawatan

Pencatatan merupakan data tertulis kesehatan pasien dan

perkembangan pasien dalam pemberian asuhan

keperawatan.syarat penilaian observasi studi dokumentasi

menurut Depkes (2007) pada status pasien yang dirawat

minimal 3 hari atau dari status pasien yang sudah pulang.

Aspek yang dinilai dalam catatan asuhan keperawatan

adalah sebagai berikut.

(1) Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang

dilaksanakan

(2) Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang

baku dan benar

Page 30: Laporan Bab 123

(3) Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat

mencantumkan paraf, nama jelas dan tanggal, jam

dilakukan tindakan.

(4) Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku

Rentang nilai instrument ABC adalah sebagai berikut

(1) Baik (75-100%)

(2) Cukup (61-74%)

(3) Kurang (≤ 60%)

2) Instrumen B

Instrument B mengevaluasi tentang persepsi pasien

terhadap mutu asuhan keperawatan dengan

caramenyebarkan angket kepada pasien yang memenuhi

kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal tiga hari, bersedia

mengisi kuesioner.

Pada saat angket dibagikan, pasien telah diberi penjelasan,

apabila ada tindakan yang tidak sesuai dengan keadaan

pasien supaya diisikan dikolom keterangan.

Aspek mutu pelayananan di dalam rumah sakit dapat dilihat

dari segi aspek tang berpengaruh. Aspek berarti termasuk

hal-hal yang secara langsung atau tidak berpengaruh

terhadap penilaian.keempat aspek itu adalah sebagai

berikut.

(1) Sumber daya dimensi mutu pelayanan

(2) Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauh mana

mutu pelayanan kesehatan telah mencapai standar

program dan standar pelayanan kesehatan ada

3) Instrumen C

Dalam melakukam tindakan keperawatan yang baik harus

sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar yang

telah ditetapkan dengan hasil tindakan mencapai 100%^.

Page 31: Laporan Bab 123

Sebagai dasar penialian teindakan keperawatan mengacu

pada instrument evaluasi peenerapan standar asuhan

keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh

RSUD kota yang mengacu pada pedoman dari Depkes RI.

a) Hasil evaluasi managemen bimbingan

Praktek klinik keperawatan (PKK) merupakan

proses transformasi dari mahasiswa yang akan menjadi

seorang perawat professional. Pada fase ini mahasiswa

mwndapat kesempatan beradaptasi pada perannya

sebagai perawat professional dalam masyarakat

keperawatan dan lingkungan pelayanan atau asuhan

keperawatan.

Metode mendidik mahasiswa keperawatan

diharapkan memungkinkan pendidik memilih dan

menetapkan cara mendidik yang sesuai dengan objek

(tujuan), dan karakteristik individual peserta didik

berdasarkan kerangka konsep pembelajaran.

Jenis metode pengajaran klinik antara lain

eksperensial, konferensim bedside teaching, observasi

dan ronde keperawatan, proses insiden. Dengan metode

tersebut memungkinkan identifikasi masalah,

penentuan tindakan yang akan diambil implementasi

pengetahuan \ke dalam masalah klinik dan diskusi

untuk menggali proses berpikir dalam menanngapi

situasi.

Tugas pembimbing praktek klinik keperawatan

meliputi :

(1) Mengorientasikan mahasiswa di unit menyangkut :

karakteristik unitan, klien, protap,alat, dll

(2) Memonitor pelaksanaan dinas mahasiswa

Page 32: Laporan Bab 123

(3) Menyerahkan dan membimbing siswa atau

mahasiswa dalam rangka pencapaian kompetensi

yang diharapkan

(4) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk

peningkatan kemampuan siswa dan mahasiswa.

(5) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk

peningkatan kemampuan siswa dan mahasiswa

(6) Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan

mengadakan hubungan serta pelaporan kepada

pihak yang terkait

(7) Mengevaluasi bimbingan praktek yang meliputi

pengetahuan, sikap dan ketrampilan

(8) Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan

praktek siswa atau mahasiswa dengan kesatuan

kerja yang terkait

(9) Mengikuti rapat yang diikuti satuan kerja yang

terkait yang ada di rumah sakit dan institusi

pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan

bimbingan praktek

(10)Memeriksa, mengoreksi dan memberikan umpan

balik asuhan keperwatan yang telah dibuat pada

evaluasi ketrampilan

(11)Membimbing mahasiswa dengan tindakan

keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien

3. Ronde Keperawatan

a. Pendahuluan

Peningkatan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan

masyarakat dan perkembangan IPTEK, maka perlu pengembanagn

dan pelaksanaan suatu model asuhan keperawatan professional yang

efektif dan efisien.

Page 33: Laporan Bab 123

Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode

pemberian pelayanan keperawatan dimana salah satu kegiatannya

adalah ronde keperawatan, yaitu suatu metode untuk menggali dan

membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada

pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh

Primary Nurse/Associate, konselor, kepala ruangan, dan seluruh tim

keperawatan dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus

kegiatan.

Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk

membahas lebuh dalam masalah dan kebutuhan pasien serta

merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat

meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kepekaan dancara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih

melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke

dalam praktek keperawatan.

b. Pengertian

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk

mengatasi masalah kekperawatan pasien yang dilaksanakan oleh

perawat di samping melibatkan pasien untuk membahas dan

melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus

dilakukan oleh Primary Nurse dan atau konselor, kepala ruangan,

associate nurse yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim

kesehatan. (Nursalam, 2008).

c. Tujuan

1) Tujuan Umum

Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis

2) Tujuan Khusus

a) Menumbuhkan cara berfikir secara kritis

b) Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang

berasal dari masalah klien

c) Meningkatkan vadilitas data klien

Page 34: Laporan Bab 123

d) Menilai kemampuan justifikasi

e) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

f) Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana

perawatan

3) Manfaat

a) Masalah pasien dapat teratasi

b) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

c) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional

d) Terjalinnya kerjasama antartim kesehatan

e) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan

dengan tepat dan benar

4) Kriteria pasien

Pasien yang dipilih untuk dilakukan rondekeperawatan adalah

pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut.

a) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi

meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan

b) Pasien dengan kasus baru atau langka

5) Metode

a) Diskusi

b) Alat bantu

(1) Sarana diskusi : buku, pulpen

(2) Status/dokumentasi keperawatan pasien

(3) Materi yang disampaikan secara lisan

6) Langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan

Langkah langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai

berikut:

Page 35: Laporan Bab 123

PP

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien:1. Informed consent2. Hasil pengkajian/validasi

data

Penyajian Masalah

1. Apa diagnose keperawatan?

2. Apa data yang mendukung?

3. Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?

4. Apa hambatan yang ditemukan?

Validasi Data

Diskusi PN, AN, konselor, KARU

Tahap

Pra…………

Tahap Pelaksanaan di Nurse

Station……………………………………

……………………….................

Tahap Pelaksanaan di Kamar

Pasien…………………………………………

………………….......................

Pasca

Ronde…………………………………………

Page 36: Laporan Bab 123

Keterangan :1. Pra-ronde

a. Menentukan kasus dan topic (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka)

b. Menentukan tim rondec. Mencari sumber atau literatured. Membuat proposale. Mempersiapkan pasien : informed consent dari pengkajian

4. Pelaksanaan 9 Patient Safety

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan salah satu dimensi

mutu yang saat ini menjadi pusat perhatian para praktisi pelayanan

kesehatan dalam skala nasional maupun global. Solusi keselamatan

merupakan suatu sistem yang dibuat, mampu mencegah atau mengurangi

cedera pasien yang berasal dari proses pelayan kesehatan. Berikut

sembilan solusi life saving keselamatan pasien RS meliputi :

a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-A like,

Sound-Alike Medication Names).

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang

membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang

paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini

merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu

obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi

terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau

generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan

protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya

resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu,

Lanjutan Diskusi di Nurse Station

Kesimpulan dan Rekomendasi masalah

Page 37: Laporan Bab 123

maupun pembuatan resep secara elektronik.

b. Pastikan Identifikasi Pasien.

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk

mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah kepada

kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan

prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan

keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk

verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien

dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua

rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi

pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk

membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.

c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan

pasien antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim

pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan,

pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan

cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki

pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk

mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan

kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan

pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para

pasien serta keluarga dalam proses serah terima.

d. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat

dicegah.Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau

pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dan

miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak

benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-

kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-

Page 38: Laporan Bab 123

bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk

mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan

proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang

akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan

adanya tim yang terlibat dalam prosedur’Time out” sesaat sebelum

memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien,

prosedur dan sisi yang akan dibedah.

e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)

Sementana semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media

kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan

untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.Rekomendasinya adalah

membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan

pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit

pekat yang spesifik.

f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi /

pengalihan.Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah

suatu proses yang didesain untuk mencegah salah obat (medication

errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah

menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh

medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home

medication list", sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi,

penyerahan dan / atau perintah pemulangan bilamana menuliskan

perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas

layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.

g. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).

Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus

didesain sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya

KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera

atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta

memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.

Page 39: Laporan Bab 123

Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas

medikasi secara detail / rinci bila sedang mengenjakan pemberian

medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan

bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya

menggunakan sambungan & slang yang benar).

h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan

HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari

jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai

ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para

petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang

prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan

keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah;dan

praktek jarum sekali pakai yang aman.

i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan

lnfeksi Nosokomial.

Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di

seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah

sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang

pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah

mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-

rubs" tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada

semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan

yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja;

dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui

pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik yang lain.

Page 40: Laporan Bab 123

BAB 1II

ANALISIS SITUASI

A. GAMBARAN RUMAH SAKIT

1. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi

RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit daerah tipe A yang

merupakan rumah sakit milik pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang

berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan NO.

554/Menkes/SKB/1981, Menteri Dalam Negeri NO. 0430/1981, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan No. 3241A/1981 ditetapkan sebagai Rumah

Sakit Pendidikan bagi Fakultas kedokteran, Universitas Sebelas Maret

Surakarta (UNS) (Sistem Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Moewardi Surakarta 1997) berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kesehatan tanggal 6 September 2007

No.1011/menkes/SK/IX/2007 tentang peningkatan kelas Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta milik Provinsi Jawa Tengah dari

kelas B pendidikan menjadi kelas A pendidikan selain sebagai ramah

sakit pendidikan juga sebagai rumah sakit pusat rujukan daerah Jawa

Page 41: Laporan Bab 123

Tengah bagian Tenggara dan Jawa Timur bagian barat.

a. Sejarah Rumah Sakit Dr. Moewardi

Sebelum menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi seperti

sekarang ini, terjadi 3 (tiga) tahap pembentukan dalam prosesnya,

yaitu:

1) Jaman penjajahan Belanda sampai tahun 1942

Pada waktu itu di kota Surakarta terdapat 3 (tiga) buah

Rumah Sakit Partikelir atau swasta:

Zieken Zorg, berkedudukan di Mangkubumen dengan nama

partikelir Inslandschziekenhuis der Verreniging Zieken Zorg

dengan besluit tertanggal 1 oktober tahun 1942 atas nama: Karl

Lodewijk Nouman Jacobus Geroundus, R.V.O. 569 dan 570.

Zending Ziekenhuis berkedudukan di Jebres, milik Zending

atau Yayasan Kristen, yang sampai sekarang terkenal dengan

nama Yayasan Kesehatan Kristen untuk umum (YAKKUM).

Panti Rogo adalah rumah sakit milik pemerintah Kasunanan/

Kraton Surakarta.

2) Jaman Pendudukan Jepang antara tahun 1942-1945

Pada waktu itu, Rumah Sakit Zieken Zorg juga dipakai

sebagai Rumah Sakit Internering Kamp tetapi pindah ke Jebres

menempati Zending Ziekenhuis yang saat ini bernama Rumah

Sakit Dr. Moewardi.Sedangkan Zending Ziekenhuis harus pindah

ke belakang di mana didirikan Rehabilitasi Centrum (RC) Prof.

Dr. Soeharso.

3) Jaman Kemerdekaan

Pada tahun 1945-1948 Rumah Sakit atau Zieken Zorg.Rumah

Sakit Tentara Surakarta diserahkan Palang Merah Indonesia

Daerah Surakarta.Kemudian, Palang Merah Tentara Indonesia

Daerah Surakarta menyerahkan kembali kepada Perhimpunan

Bale Kusolo, ini merupakan lanjutan dari Partikelir

Inslandschziekenhuis der Verreniging Zieken Zorg.

Page 42: Laporan Bab 123

Di samping Rumah Sakit Bale Kusolo di Surakarta masih

terdapat dua Rumah Sakit Partikelir yaitu:

a) Rumah Sakit Surakarta adalah ex. Zending Ziekenhuis

b) Rumah Sakit Kadipolo adalah ex RS. Pantirogo

Mulai tanggal 1 januari 1950 Rumah Sakit Bale Kusolo

diambil alih dan dikelola oleh pemerintah RI dan menetapkan

nama Rumah Sakit Bale Kusolo diganti dengan nama Rumah

Sakit “Pusat” Surakarta. Mulai saat itu di kota Surakarta terdapat

3 rumah sakit yaitu:

a) Rumah Sakit “Pusat” Surakarta (Mangkubumen)

b) Rumah Sakit “Surakarta” (Jebres)

c) Rumah Sakit “Kadipolo” (Kadipolo)

Ketiga rumah sakit itu diserahkan kepada pemerintah daerah

Swatantra Tingkat 1 Jawa Tengah Semarang.

Berdasarkan surat keputusan dari gubernur kepala daerah

tingkat I Jawa Tengah di Semarang Nomor H.149/2/3 dengan

dasar surat dari kepala dinas Kesehatan rakyat daerah Swatantra

tingkat I Jawa Tengah tertanggal 19 Februari 1960 Nomor

K.693/UNH, menetapkan mempersatukan Rumah Sakit

Mankubumen, Kadipolo, dan Jebres, ketiga-tiganya di kota

Surakarta dalam satu organisasi di bawah satu orang pimpinan

dengan nama Rumah Sakit Umum “Surakarta”. Sedangkan

masing-masing komplek Mangkubumen, Kadipolo, dan Jebres

menjadi bagian-bagian dari organisasi termaksud. Ketiga rumah

sakit itu diadakan spesialisasi ataupun unit-unit pelaksana

fungsional, diantaranya:

a) Rumah Sakit Kadipolo disebut juga Rumah Sakit Komplek A,

khusus untuk pelayanan penyakit dalam

b) Rumah Sakit Mangkubumen disebut juga Rumah Sakit

Komplek B, untuk pelayanan Radiologi, Kulit dan Kelamin,

Gigi, Mata, THT, Bedah, Saraf dan lain-lain.

Page 43: Laporan Bab 123

c) Rumah sakit Jebres disebut juga Rumah Sakit Komplek C,

khusus untuk pelayanan Kebidanan dan penyakit Kandungan,

Anak, dan Keluarga Berencana.

Mengingat Rumah Sakit Kadipolo pada saat itu sudah dinilai

tidak efesien, maka pada bulan September 1976, Rumah Sakit

Kadipolo dipindahkan ke Rumah Sakit Mangkubumen.

4) Penggantian Nama

Mengingat masih sering terjadinya perbedaan pendapat

dikalangan masyarakat mengenai nama Rumah Sakit Pusat dan

Rumah Sakit Surakarta, maka Inspektur Kepala Jawatan

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mengusulkan pada gubernur

Jawa Tengah untuk mengganti nama Rumah Sakit Surakarta

antara lain:

a) Rumah Sakit “Pusat” menjadi RSU Mangkubumen

b) Rumah Sakit “Surakarta” menjadi RSU Jebres

Penggantian ini dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan RI tanggal 9 Juli 1954 Nomor 44751/RS. Dan pada

akhirnya gubernur Jawa Tengah melalui SK Nomor 445/29684

tanggal 24 oktober 1988 menetapkan nama Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Moewardi.

Berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Kesehatan,

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Dalam Negeri

RI, Nomor 544/Menkes/SKB/X/81, Nomor 043a/V/1981 dan

Bo.:324 tahun 1981, ditetapkan bahwa RSUD Dr. Moewardi

Surakarta menjadi Rumah Sakit Pendidikan. Namun pada

kenyataannya belum memenuhi syarat sebagai Rumah Sakit

Pendidikan.

Wilayah Surakarta oleh pemerintah Provinsi Dati I Jawa

Tengah ditetapkan sebagai wilayah pengembangan Jawa Tengah

sehingga RSUD Dr. Moewardi yang merupakan satu-satunya

Rumah Sakit Pemerintah terbesar di wilayah tersebut harus

Page 44: Laporan Bab 123

menyesuaikan dan mampu sebagai pusat rujukan wilayah

Surakarta dan sekitarnya. Atas pertimbangan tersebut pada lokasi

Jebres kemudian dibangun banguna fisik baru yang memenuhi

standar RumahSakit B2 sekaligus Rumah Sakit Pendidikan.

Baru pada tanggal 28 Februari 1997 RSUD Dr. Moewardi

lokasi Jebres diresmikan penggunaannya oleh presiden Soeharto,

dan sejak itulah seluruh kegiatan Rumah Sakit Dr. Moewardi

menjadi satu lokasi.

Dari sejarah tersebut ditetapkan hari jadi Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 1 Januari

1950.Demikian selintas mengenai sejarah RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.

b. Visi, Misi, Jargon Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi

1) Visi

Rumah sakit terkemuka berkelas dunia.

2) Misi

a) Menyediakan pelayanan kesehatan berbasis pada

keunggulan sumber daya manusia, kecanggihan dan

kecukupan alat serta profesionalisme manajemen pelayanan.

b) Menyediakan wahana pendidikan dan penelitian

kesehatanyang unggul berbasis pada perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan yang bersinergi

dengan mutu pelayanan.

3) Motto / Jargon

Kami senang melayani anda dengan cepat, tepat, nyaman dan

mudah.

c. Misi, Tujuan dan Falsafah Keperawatan

1) Misi Bidang Keperawatan:

Page 45: Laporan Bab 123

a) Menyediakan pelayanan keperawatan bermutu dan

berkualitas prima, berbasis pada kecanggihan dan

kecukupan alat dan profesionalisme tenaga keperawatan.

b) Menyediakan wahana pendidikan dan penenlitian berbasis

pada perkembangan ilmu keperawatan yang bersinergi

dengan kegiatan keperawatan.

2) Tujuan keperawatan

a) Umum

Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit

b) Khusus

(1) Tercapainya zero komplain terhadap asuhan

keperawatan.

(2) Meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan.

(3) Menurunkan terjadinya infeksi nosokomial

(4) Mengoptimalkan keselamatan pasien (Patient Safety)

(5) Memperpendek hari rawat

3) Falsafah

a) Asuhan keperawatan yang diberikan secara hoslitik meliputi

bio-psiko-sosio spiritual yang komprehensif dengan tidak

membedakan bangsa, suku, agama, ras dan status sosial.

b) Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha

bersama dari semua anggota tim kesehatan, pasien dan

keluarga.

c) Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat

menggunakan proses keperawatan dengan lima tahapan,

sedangkan bidan menggunakan manajemen kebidanan demi

tujuh langkah.

d) Perawat bertanggungjawab dan bertanggunggugat, memiliki

wewenang melakukan asuhan keperawatan secara utuh,

berdasarkan standar asuhan keperawatan.

Page 46: Laporan Bab 123

e) Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan

secara terus menerus untuk pertumbuhan dan

perkembangan staf.

Wacana kedepan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi

adalah '''Go to JCI Acreditations", Akreditasi JCI adalah berbagai

inisiatif yang dirancang untuk menanggapi meningkatnya

kebutuhan seluruh dunia akan sebuah sistem evaluasi berbasis

standar di bidang perawatan kesehatan. Tujuannya adalah untuk

menawarkan kepada masyarakat internasional proses objektif

untuk mengevaluasi organisasi pelayanan kesehatan yang

berbasis standar. Dengan demikian diharapkan program ini akan

menstimulasi perbaikan yang berkelanjutan dan terus-menerus

dalam organisasi-organisasi pelayanan kesehatan lewat penerapan

standar-standar lewat konsensus internasional, sasaran

internasional keselamatan pasien (international patient safety

goals).

Misi JCI adalah memperbaiki kualitas dan keamanan

pelayanan kesehatan di masyarakat internasional.

Sasaran internasional keselamatan pasien :

a. Mengidentifikasi pasien dengan benar.

b. Meningkatkan komunikasi yang efektif.

c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai.

d. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang

benar, pembedahan pada pasien yang benar.

e. Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan.

f. Mengurangi resiko cedera akibat terjatuh.

2. Ruang Anggrek 2

Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu pengelolaan

sumber daya manusia keperawatan dalam menjalankan kegiatan

keperawatan menggunakan metoda proses keperawatan untuk

Page 47: Laporan Bab 123

menyelesaikan masalah pasien. Dengan demikian dalam pengelolaan

asuhan keperawatan ini terdapat hubungan antara perawat dan pasien

baik langsung ataupun tidak langsung.Model praktik keperawatan

profesional (MPKP) yaitu model keperawatan primer adalah metode

pemberian asuhan keperawatan komprehensif yang merupakan aplikasi

dari model praktik keperawataan profesional.Dimana untuk memenuhi

tuntutan masyarakat, perawat harus memberikan pelayanan profesional

dalam menerapkan asuhan keperawatan.

Selain itu, Ruang Anggrek 1 memiliki tujuanpelayanan

keperawatan, yaitu sebagai berikut :

a. Tujuan umum :

Melaksanakan asuhan keperawatan secara konfrehensif meliputi bio-

psiko-sosial-spirual dengan tidak membedakan golonagn, ras, suku

dan agama.

b. Tujuan khusus

a) Terpenuhi kebutuhan tenaga keperawatan sesuai dengan

perhitungan depkes RI 2002.

b) Terpenuhinya kebutuhan peralatan diruang Anggrek 1.

c) Meningkatkan SDM yang berkomitmen tinggi dan kompeten

dengan pendidikan formal dan non formal.

d) Tercapainya kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan dari

70% menjadi ≥ 80%.

e) Meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan dari 74,45%

menjadi ≥ 90%.

f) Meningkatkan kepatuhan tenaga keperawatan dan kebidanan

dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan kebidanan dari

87,23% menjadi ≥ 92%.

g) Tercapainya dan mampu mempertahankan indicator klinik

pelayanan sampai 100% antara lain identifikasiSangat baik

100% tetapi terdapat beberapa item yang bermasalah, cuci

Page 48: Laporan Bab 123

tangan perawat melakukan cuci tangan dengan baik 46.2 %

sedangkan yang melakukan cuci tangan sangat baik 53.8%,

pencegahan resiko jatuh tidak baik 100%, observasi obat HAM

selama 3 haritidak baik 7,7%, baik 38,5%, sangat baik 53,8%,

penggunaan APD sebanyak 30.8% perawat menggunakan APD

sesuai standar.

Page 49: Laporan Bab 123

DENAH RUANG ANGGREK 1

Page 50: Laporan Bab 123

c. Managemen pelayanan kesehatan

Pengkajian yang telah dilakukan melalui observasi di ruang

anggrek 1 pada tanggal 18-21 Mei 2015 didapatkan beberapa data

diantaranya: dalam pengorganisasian pemberian asuhan

keperawatan di ruang Anggrek 1 menggunakan metode modifikasi

yaitu primary Team, model Primary nurse diterapkan pada sift pagi

yang terbagi menjadi 4PN dan masing-masing PN membawahi 2

AN. Pada sift siang dan malam menggunakan metode Team.

Namun, pada sift siang ataupun malam tidak ada PN melainkan

AN. Dimana 1 AN bertanggungjawab 3 AN pada saat sift.

Di ruang Anggrek 1 sudah melaksanakan Conference yang

diikuti semua perawat yang dinas saat itu. Dalam pelaksanaan

conference Kepala ruang menyampaikan informasi-informasi yang

berhubungn dengan asuhan keperawtan dan asuhan pelayanan.

Serta setiap PN melaporkan perkembangan setiap pasien.

Dari observasi tentangpenilaian PN didapatkan hasil

Berdasarkan observasi tanggal 18-21 Mei 2015 dari semua

perawat yang dinas pagi, siang dan malam, timbang terima sudah

dilakukan diruang perawat dan keliling di depan kamar pasien,

akan tetapi pelaksanaanya ditemukan beberapa data seperti

timbang terima tidak diikuti semua perawat yang jaga pada waktu

itu, ketika pelaksanaan timbang terima, pasien tidak diberikan

penjelasan tentang kegiatan timbang terima tersebut,dan isi dari

timbang terima tidak menyebutkan diagnosa keperawatan yang

harusnya menjadi masalah yang perlu diselesaikan.

Berdasarkan hasil observasi penerapan 6 sasaran keselamatan

pasien. Ketepatan identifikasi pasien, perawat sudah melakukan

sesuai dengan SOP akan tetapi ada beberapa item yang tidak

dilakukan diantaranya 93,3% perawat tidak menanyakan tanggal

Page 51: Laporan Bab 123

lahir dan 69,2% perawat tidak menverifikasi kembali dengan cara

mencocokan gelang pasien.

Dalam penerapan pencegahan dan penyebaran infeksi dengan

cara Hand Heygine rata-rata 15 perawat melakukan cuci tangan

dengan baik sebanyak 53,8% akan tetapi ada sebagian perawat

tidak melakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien

sebanyak 84,6%, 76,9% perawat tidak melakukan cuci tangan

setelah kontak dengan lingkungan pasien, 76,9% perawat tidak

melakukan cuci tangan dengan hand wash (40-60 detik) atau

handcurb (20-30 detik), dan 69,2% perawat tidak melepas cincin,

jam tangan dan gelang saat mencuci tangan.

Dalam peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai atau

HAM, dari observasi 15 perawat tidak meningkatkan kewaspadaan

penggunaan obat HAM dan LASA.Diantaranya perawat tidak

memisahkan obat golongan HAM dan LASA dengan obat yang

lain sebanyak 92,3%. Perawat tdak memberikan label sticker “High

Alert Medication” pada obat yang tergolong HAM sebanyak

92,3%. Pada nama obat, Rupa dan ucapan mirip (NORUM) belum

adanya pemisahan tempat dan pelabelan tempat obat yang rupanya

mirip. dan Perawat sebagian besar jarang memonitor reaksi

pemberian cairan.

Hasil observasi perawat dalam pemakaian APD, rata-rata

perawat sudah memakai APD dengan bak sebanyak 76,9%. Akan

tetapi di dapat data sebanyak 70 % perawat tdak memakai masker

saat mengganti linen kotor, 70% perawat tidak memakai sarung

tanggan saat mengganti lnen kotor dan 80% perawat tidak

memakai tutup kepala saat perawatan luka.

Hasil observasi pengkajian resiko jatuh, rata-rata perawat tidak

melakukan pengkajian resiko jatuh sesuai SOP. 61,5 % perawat

tidak melakukan re assessment minimal 1x tiap sift. 61,5 %

perawat tidak melakukan pengkajian risiko jatuh untuk dewasa

Page 52: Laporan Bab 123

dengan skala jatuh Morse. 61,5% perawat tidak memakaikan

gelang warna kuning pada pasien dengan risiko jatuh sedang dan

53,8% perawat tidak memberikan alat bantu sesuai kebutuhan

pasien.

d. Managemen Asuhan Keperawatan

Pendokumentasianasuhan keperawatan sudah menggunakan

SOAP dalam mengevaluasi perkembangan pasien. Dari hasil

observasi yang dilakukan pada 15 Rekam medis, didapat 92,9%

dilakukan dengan baik sedangkan 7,1% tidak sesuai, dengan

rincian sebagai berikut:

1) Diagnosa keperawatan tidak disusun dengan maksimal

sebanyak 71,2%.

2) Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat tidak

mengobservasi respon pasien sebanyak 57,1%.

3) Perawat belum merumuskan diagnose keperawatan

actual/potential/ resiko sebanyak 71,4%.

Berdasarkan observasi tambahan Rekam Medis pasien baru

pada tanggal 20-22 mei 2015 didapatkan, rata-rata perawat

melakukan pengkajian hanya dilakukan pada saat awal masuk

pasien, tidak semua implementasi mengacu pada rencana

keperawatan keperawatan, serta setiap tindakan keperawatan tidak

ada evaluasi respon pasien.

B. ANALISA DATA PENERAPAN MODEL PRAKTEK

KEPERAWATAN PROFESIONAL

1. Managemen pelayanan

a. Man

1) Pasien

Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang

membutuhkan pelayanan medis/keperawatan yang terganggu

kondisi kesehatan baik jasmani maupun rohani (WHO, 2008).

Page 53: Laporan Bab 123

Tabel 3.1

Penyakit terbesar diruang Anggrek 1

Selama Bulan Maret- Tgl 18 Mei 2015

NO. JENIS PENYAKIT JUMLAH %

1 TB PARU 63 21.355932 CA PARU 59 203 EFUSI PLEURA 39 13.220344 TUMOR PARU 38 12.881365 PNEUMONIA 28 9.4915256 TB MDR 23 7.796617 PPOK 19 6.4406788 SKOZOFRENIA 12 4.0677979 B20 + TB 9 3.05084710 PNUMOTHORAK 5 1.694915

TOTAL 295 100

Berdasarkan data yang diperoleh tentang jenis penyakit

pada bulan Maret sampai tanggal 18 Mei 2013, didapat data

penyakit terbanyak adalah TB Paru sebanyak 63 pasien

(21,356%).

2) Ketenagaan

Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan

kesehatan salah satu indikatornya ditentukan oleh pemberian

asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan

yang berkualitas memerlukan sumber daya yang sesuai dengan

kualitas dan profesionalitas perawat dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya. Praktek profesional yang merupakan ciri profesi

yang harus tetap dipelihara dan di tingkatkan dalam rangka

mempertahankan akuntabilitas dan standard kinerja yang tinggi.

Page 54: Laporan Bab 123

Tabel 3.2

Tenaga Kerja Ruang Anggrek 1

No. Nama Jabatan Pendidikan

Masa Kerja di

Ruang

Anggrek

Pelatihan yang

sudah diikuti

(Ket Diklit)

1 Sri Hunun P S.Kep., Ns Karu S1 Ns Juni 2014 A,l,k,n,q,t,x

2 Eni Setyowati, S.Kep PP S1 2011 C,l,u,k

3 WahyuWinoto, S.Kep PP S1 2011 K,n,q, r

4 Wali Suluh S, Amk PP S1 2011 Q,r,k,l

6 Nanik Widayanti, Amk PA DIII 2011 Q,r

7 Suwarsih, Amk KATIM DIII 2011 Q

8 Yuliyanti, Amk PA DIII 2011 Q, k, r

9 Zulfikar PA DIII Februari 2015 -

10 Ninik Widianingsih, Amk KATIM DIII 2011 K,q,r

11 Mulatsari, S.Kep., Ns PA S1 Ns Mei 2014 Q,r

12 Wahyu Prasetyo, Amk PA DIII 2010 Q,r

13 Desiana Tutik PA DIII 2010 Q,r

14 Srigati, Amk PA DIII

14 Indriyana F, S.Kep KATIM S1 2011 Q,r,k

16 Aris Dwiyanto, Amk PA DIII Mei 2014 Q,r

17 Endang Sukamti, Amk PA DIII 2011 Q,r

18 Novi Nurkholifah PA DIII Februari 2015 -

19 Septiana Ma’rifah PA S1 Februari 2015 -

20 Munawarroh M, Amk PA DIII 2011 Q,k

21 Sawitri M, Amk PA DIII 2015 Q,r

22 Ikasari Ningsih, Amk PA DIII 2011 Q,r

23 Made Darmawan, Amk PA DIII 2011 Q,r,y

24 Kurniawan Liliwery PA DIII Februar 2015 -

25 Yuni Arum S, Amk KATIM DIII 2011 Q,r,k

26 Rofiq Adji, Amk PA DIII 2011 Q,r,k

Page 55: Laporan Bab 123

27 Fani Suryati, Amk PA DIII 2011 Q, r

28 Cintya PA DIII 2015

29 Arif Bakhtiar PA S1 Februari 2015

30 Puji Astuti PUK SLTA 2011

31 AgusSurawan PUK SLTA

32 Nungky ADMIN DIII

33 Dimas, Amk PA DIII 2015

Ket Diklit :a. Pelatihan manajemen karub. Komunkiasi terapeutikc. Pembimbing klinikd. PMDTe. Audit keperawatanf. MPKPg. ICUh. HCUi. Berhenti merokokj. Bronkoskopik. PPGDl. BTCLSm. CAPDn. ATLSo. Peran CI dalam PSBHp. Kemoterapiq. INOSr. Patien Safetys. K3t. Manajamen linenu. Customer servicev. Indikator mutu klinik perawatany. Perawatan luka

3) Penerapan sasaran keselamatan pasien

a) Peningkatan identifikasi pasien

Dalam penerapanpeningkatan identifikasi pasien perawat

sudah melakukan sesuai dengan SOP akan tetapi ada

beberapa item yang tidak dilakukan diantaranya 93,3%

Page 56: Laporan Bab 123

perawat tidak menanyakan tanggal lahir dan 69,2% perawat

tidak menverifikasi kembali dengan cara mencocokan

gelang pasien.

b) Pengurangan infeksi terkait pelayanan kesehatan

Dalam penerapan pencegahan dan penyebaran infeksi

dengan cara Hand Heygine rata-rata 15 perawat melakukan

cuci tangan dengan baik sebanyak 53,8% akan tetapi ada

sebagian perawat tidak melakukan cuci tangan sebelum

kontak dengan pasien sebanyak 84,6%, 76,9% perawat

tidak melakukan cuci tangan setelah kontak dengan

lingkungan pasien, 76,9% perawat tidak melakukan cuci

tangan dengan hand wash (40-60 detik) atau handcurb (20-

30 detik), dan 69,2% perawat tidak melepas cincin, jam

tangan dan gelang saat mencuci tangan.

c) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai atau

HAM

Hasil observasi 15 perawat didapat hasil rata-rata perawat

tidak meningkatkan kewaspadaan penggunaan obat HAM

dan LASA.Diantaranya perawat tidak memisahkan obat

golongan HAM dan LASA dengan obat yang lain sebanyak

92,3%. Perawat tdak memberikan label sticker “High Alert

Medication” pada obat yang tergolong HAM sebanyak

92,3%. Pada nama obat, Rupa dan ucapan mirip (NORUM)

belum adanya pemisahan tempat dan pelabelan tempat obat

yang rupanya mirip. dan Perawat sebagian besar jarang

memonitor reaksi pemberian cairan.

d) Hasil observasi perawat dalam pemakaian APD, rata-rata

perawat sudah memakai APD dengan bak sebanyak 76,9%.

Akan tetapi di dapat data sebanyak 70 % perawat tdak

memakai masker saat mengganti linen kotor, 70% perawat

tidak memakai sarung tanggan saat mengganti lnen kotor

Page 57: Laporan Bab 123

dan 80% perawat tidak memakai tutup kepala saat

perawatan luka.

e) Hasil observasi pengkajian resiko jatuh, rata-rata perawat

tidak melakukan pengkajian resiko jatuh sesuai SOP. 61,5

% perawat tidak melakukan re assessment minimal 1x tiap

sift. 61,5 % perawat tidak melakukan pengkajian risiko

jatuh untuk dewasa dengan skala jatuh Morse. 61,5%

perawat tidak memakaikan gelang warna kuning pada

pasien dengan risiko jatuh sedang dan 53,8% perawat tidak

memberikan alat bantu sesuai kebutuhan pasien.

4) Pelaksanaan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)

Hasil observasi di Ruang Anggrek 1 pelaksanaan 5 R belum

berjalan secara maksimal, ada pun rincian masalah sebagai

berikut:

a) Penempatan alat-alat medis sebagian besar tidak sesuai pada

tempatnya.

b) Diruang kotak obat sebagian besar tidak diberikan label

identitas pasien.

c) Tempat pembuangan sampah yang kurang efektif, adanya

sampah infeksi dan sampah non infeksi yang bercampur

d) Ruang obat dan meja obat yang kurang tertata rapi

e) Terdapat tabung specimen darah diloker meja ners station

bercampur dengan buku dan dokumen-dokumen yang

penempatannya kurang rapi.

f) Penempatan meja diruang tindakan yang kurang rapi

g) Lemari gudang yang kurang rapi dan kurang terawatt

h) Penempatan linen kotor yang terdapat dilantai depan ruang

pasien.

i) Tidak ada penulisan papan penanggung jawab pada papan

yang disediakan disetiap PP

j) Penempatan pispot bercampur dengan sampah non medis

Page 58: Laporan Bab 123

k) Tampak alat ekg yang penempatannya tidak rapi, seperti

kabel ekg yang tidak tergulung.

l) Penempelan kertas yang tidak teratur dan belum ada tempat

penempelan kertas secara khusus.

b. Material

Tabel 3.3

Daftar Alat Medis atau Keperawatan

Di Ruang Anggrek I RSUD Dr. Moewardi Surakarta

No. Nama Alat Jumlah1 ambubag 12 Brangkat 13 Bengkok 54 Irigator 05 kirbat es 56 kursi roda 47 lampu tindakan 18 lampu baca foto 19 Penligh 010 Pispot 611 Urinal 412 regulator O2 (central) 5413 standar infus 5214 troli O2 besar 115 troli O2 kecil 016 gatungan O2 117 tabung O2 kecil 218 Trolly medikasi/injeksi 719 Trolly Emergency 220 trolly linen 121 tensimeter mobil 322 timbangan BB 123 Termometer 124 waskom stenlis 025 Wwz 326 spuit gliserin 027 Martil 128 Senter 229 Hammer 0

Page 59: Laporan Bab 123

30 Torniquet 431 Spilkit 332 Eskrasi 533 Stetoskop 4

a) Analisa

Hasil observasi tambahan didapatkan data sebagai berikut:

1) Jumlah peralatan yang belum memadai seperti serta

tensimeter yang kurang baik, tidak ada bak intrumen

untuk injeksi, tidak ada tempat/troli EKG

2) Pada loker obat, tidak adanya identitas pasien.

3) Sebagian besar label identitas pasien rusak.

4) Belum tersedia ruang mahasiswa perawat yang bisa

digunakan untuk diskusi yang terpisah.

5) Tempat sampah medis Rusak

6) Tempat alat medis tidak sesui tempatnya.

7) Kurangnya kesadaran perawat dalam merawat alat-alat

medis yang dipakai.

8) Tempat tidur pasien belum memenuhi standar,

sebagian besar tempat tidur tidak memenuhi standar

safety

9) Struktur organisasi belum diganti masih struktur

organisasi lama, kondisi berdebu dan nampak kotor.

10) Kamar mandi pasien keadaan kotor, Sampah

berserakan, penempatan pispot tidak tertata rapi.

2. Managemen Asuhan Keperawatan (Dokumentasi Keperawatan)

Pendokumentasianasuhan keperawatan sudah menggunakan

SOAP dalam mengevaluasi perkembangan pasien. Dari hasil observasi

yang dilakukan pada 15 Rekam medis, didapat 92,9% dilakukan dengan

baik sedangkan 7,1% tidak sesuai, dengan rincian sebagai berikut:

Page 60: Laporan Bab 123

a) Diagnosa keperawatan tidak disusun dengan maksimal sebanyak

71,2%.

b) Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat tidak

mengobservasi respon pasien sebanyak 57,1%.

c) Perawat belum merumuskan diagnose keperawatan

actual/potential/ resiko sebanyak 71,4%.

Berdasarkan observasi tambahan Rekam Medis pasien baru pada

tanggal 20-22 mei 2015 didapatkan, rata-rata perawat melakukan

pengkajian hanya dilakukan pada saat awal masuk pasien, tidak semua

implementasi mengacu pada rencana keperawatan keperawatan, serta

setiap tindakan keperawatan tidak ada evaluasi respon pasien.