Top Banner

of 24

Laporan Asli

Jul 18, 2015

Download

Documents

Jonathan Jojo
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN PRAKTIKUMPENGETAHUAN LINGKUNGAN ( PENGARUH KONSENTRASI DETERJEN TERHADAP KELULUSHIDUPAN IKAN)

Di susun oleh : KELOMPOK 2 Kelas Pendidikan Biologi B 1. 2. 3. 4. Oding Andika. A Evi Yulianti Brilian Lidyana Fajarina Nurulita (103204069) (103204074) (103204202) (103204216)

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum pengetahuan lingkungan yang berjudul Pengaruh Deterjen terhadap Membuka Menutupnya Operkulum Ikan dengan baik dan tepat waktu. Laporan pratikum ini disusun bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah pengetahuan lingkungan. Dengan menggunakan beberapa sumber, laporan ini telah disusun secara sistematis untuk mempermudah dalam pemahaman terhadap isi. Tidak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan ini khususnya kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam menyusun laporan ini dan seluruh anggota kelompok yang turut membantu menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan laporan ini. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki laporan kami di masa datang. Kami berharap laporan praktikum ini bermanfaat bagi para pembaca. Sehingga bisa memperluas dan menambah pengetahuan tentang lingkungan di sekitarnya. Surabaya, 25 Februari 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB II : KAJIAN TEORI 2.1 2.2 2.3 Definisi Detergent Definisi Ikan Mas Faktor Fisika dan Kimia Air

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 Jenis Penelitian Sasaran Penelitian Variabel Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Kerja

BAB IV : HASIL DAN ANALISIS 4.1 4.2 4.3 4.4 Tabel Grafik Analisis Pembahasan

BAB V : PENUTUP 5.1 5.2 Kesimpulan Saran

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Di era globalisasi ini, sektor perindustrian mengalami kemajuan yang sangat pesat khususnya di negara berkembang. Pembangunan pabrik pabrik di berbagai wilayah terus dikembangkan. Tidak sedikit hasil industri di ekspor ke luar negeri. Namun, apakah pembangunan industri itu sendiri sudah memperhatikan dampak posititif dan negatif bagi lingkungan. Sebagian besar pembangunan industri di Indonesia didasarkan pada pembangunan berwawasan lingkungan. Tetapi juga tidak sedikit

pembangunan industri yang tidak mempertimbangkan terlebih dahulu dampak apa yang akan timbul dan merugikan lingkungan disekitarnya. Hal inilah yang membuat kualitas lingkungan semakin menurun. Penyebab penurunan kualitas lingkungan salah satunya adalah pencemaran air, dimana air yang kita pergunakan setiap harinya tidak lepas dari pengaruh pencemaran yang diakibatkan oleh limbah industri yang berupa mikrobiologik , bahan organik , beberapa bahan anorganik serta bahan kimia lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan. Selain limbah industri, air limbah rumah tangga juga merupakan sumber yang banyak ditemukan di lingkungan. Salah satu komponennya yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan berasal dari deterjen. Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air salah satunya ikan dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut. Sehubungan dengan penjelasan diatas, akhirnya kami melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi deterjen terhadap frekuensi membuka atau menutupnya operkulum ikan.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh konsentrasi deterjen terhadap frekuensi membuka atau menutupnya operkulum ikan ? 2. Bagaimana hubungan antara frekuensi membuka atau menutupnya operkulum ikan dengan suhu, dan pH yang berbeda?

1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan laporan praktikum ini sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi deterjen terhadap frekuensi membuka atau menutupnya operkulum ikan. 2. Mengetahui hubungan antara frekuensi membuka dan menutupnya operkulum ikan dengan air dan pH yang berbeda.

BAB II KAJIAN TEORI

2.1

Definisi Detergent Detergent adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Pada umumnya detergen mengandung bahan-bahan seperti surfaktan (surface active agent) , builder (pembentuk) , filler (pengisi) , dan aditif (bahan suplemen / tambahan). a Surfaktan Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu: 1. Anionik : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS) Alpha Olein Sulfonate (AOS) 2. Kationik : Garam Ammonium 3. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle 4. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

b

Builder Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. 1. Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP) 2. Asetat : Nitril Tri Acetate (NTA) Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)

3. Silikat : Zeolit 4. Sitrat : Asam Sitrat c. Filler Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat. d. Aditif Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC). Ada dua jenis karakteristik detergent yang berbeda yaitu fosfat deterjen dan surfaktan deterjen. Pada umumnya deterjen yang mengandung fosfat akan terasa panas ditangan, sedangkan surfaktan adalah jenis deterjen yang sangat beracun. Perbedaan kedua jenis detergen itu adalah deterjen surfaktan lebih berbusa dan bersifat emulsifying deterjen. Disisi lain fosfat detergent adalah deterjent yang membantu menghentikan kotoran dalam air. Zat yang terkandng didalam detergent juga digunakan dalam formulasi dalam pestisida. Degradasi alkylphenol polyethoxylates (non-ion)

dapat menyebabkan pembentukan alkylphenols (terutama nonylphenols) yang bertindak sebagai endokrin pengganggu jika limbah detergent bercampur dengan air limbah lain di saluran air. 2.2 Definisi Ikan Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Ahli perikanan Dr. A.L Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis ikan karper menjadi dua golongan, yakni pertama, jenis-jenis karper yang bersisik normal dan kedua, jenis kumpai yang memiliki ukuran sisrip memanjang. Sedangkan Djoko Suseno (2000) mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias. Ikan karper sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan karper bersisik penuh dan ras ikan karper bersisik sedikit. Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warnawarna tersebut sesuai dengan rasnya. Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 2530 C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%.

Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas Bering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air. Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan. Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya. Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak

tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram. Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan. Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan. 2.3 Faktor Fisika dan Kimia Air 1. Suhu Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses metabolisme hanya berfungsi di dalam kisaran suhu yang relatif sempit, biasanya antara 0-40oC. tetapi ada juga organisme yang mampu mentolerir suhu sedikit di atas dan sedikit di bawah batas-batas tersebut, misalnya ganggang hijau-biru yang hidup pada suhu 85oC di sumber air panas. Proses metabolisme meningkat dua kali untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC. Kebanyakan organisme laut telah mengalami adaptasi untuk hidup dan berkembang biak dalam kisaran suhu yang lebih sempit daripada kisaran total 0-40oC (Nybakken, 1992). Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut: a Menurunkan jumlah oksigen terlarut di dalam air.

b c d

Meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Mengganggu kahidupan ikan dan hewan air lainnya. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati (Kristanto, 2002).

2. Salinitas Salinitas adalah banyaknya zat terlarut. Zat padat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas terlarut (Nybakken, 1992). Salinitas adalah jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan 0/00 (permil, gram per liter) (Nontji, 1986). Di perairan pantai karena terjadi pengenceran misalnya karena pengaruh aliran sungai salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi. Air payau adalah istilah umum yang digunakan untuk menyatakan air yang salinitasnya antara air tawar dan air laut. 3. Derajat keasaman (pH) Nilai pH air yang normal adalah netral, yaitu antara pH 6 sampai pH 8 (Fardiaz, 1992). Air yang pH-nya kurang dari 7 bersifat asam, sedangkan yang pH-nya lebih dari 7 bersifat basa. Tanah yang bersifat asam akan mengakibatkan pelarutan dan ketersediaan logam berat yang berlebihan dalam tanah (Darmono, 1995). Perubahan pH yang sangat asam maupun basa akan mengganggu kelangsungan hidup organisme akuatik karena menyebabkan terganggunya metabolisme dan respirasi.

Tabel Pengaruh kisaran pH terhadap ikan Kisaran pH 11 Pengaruh Terhadap Ikan Titik kematian pada kondisi asam Tidak bereproduksi Pertumbuhan lambat Sesuai untuk reproduksi Titik kematian pada kondisi basa Sumber : Boyd (1990)

4. Oksigen Terlarut (DO) Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya (Fardiaz, 1992). Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya, dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas (Fardiaz, 1992). Oksigen terlarut dalam laut dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer (Fardiaz, 1992).

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam praktikum ini adalah penelitian kualitatif . Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu teori.

3.2

Sasaran Penelitian Sasaran penelitian ini adalah frekuensi membuka dan menutupnya operkulum ikan.

3.3

Variabel Penelitian a. Variabel control : Jenis dan jumlah ikan, volume air, jenis dan ukuran gelas kimia. b. c. Variabel manipulasi Variabel respon : Konsentrasi air : Frekuensi membuka dan menutupnya operkulum ikan

3.4

Alat dan Bahan Alat a. 3 buah gelas kimia b. pH pen c. Termometer suhu d. Stopwatch Bahan a b c 6 ekor ikan mas kecil 35 gram deterjen 600 ml air murni

3.5

Langkah Percobaan

1.

Gelas A 200 ml Air Dimasukkan ke dalam gelas kimia A Diukur pH nya Diukur suhunya Konsentrasi Air 0 ppm, suhu 30o C, Ph 7,2 Masukkan 2 ekor ikan Nyalakan stopwatch Membuka atau Menutupnya Operkulum Ikan Mas Amati membuka atau menutupnya

operkulum ikan sampai ikan mati. Hentikan stopwatch Frekuensi

2.

Gelas B

200 ml Air dan detergent Dimasukkan ke dalam gelas kimia B Diukur pH nya Diukur suhunya Konsentrasi Air 2,5 ppm, suhu 30o C, ph 9,9

Masukkan 2 ekor ikan Nyalakan stopwatch Membuka atau Menutupnya Operkulum Ikan Mas

Amati

membuka

atau

menutupnya

operkulum ikan sampai ikan mati. Hentikan stopwatch Frekuensi 3. Gelas C 200 ml Air + Detergent Dimasukkan ke dalam gelas kimia B Diukur pH nya Diukur suhunya Konsentrasi Air 5 ppm, suhu 30o C, ph 10,0 Masukkan 2 ekor ikan Nyalakan stopwatch Membuka atau Menutupnya Operkulum Ikan Mas Amati

membuka

atau

menutupnya

operkulum ikan sampai ikan mati. Hentikan stopwatch Frekuensi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Tabel. Pengaruh Konsentrasi terhadap Frekuensi Membuka dan Menutupnya Operkulum Ikan No Perlakuan ( ppm ) Ikan 1 1 2 3 0 2,5 5 Frekuensi Ikan 2 Ratarata 4500 425,5 378 7,2 9,9 10,0 30 30 30 Ph Suhu Kematian Ikan (menit) (oC) Ikan 1 30 Ikan 2 30 Ratarata 30 15 10,56

4500 4500 379 339 472 417

12,9 17,23 9,7 11,42

4.2 Grafik GRAFIK PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FREKUENSI MEMBUKA MENUTUPNYA 4.3 lisis Data5000 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 0 ppm 2,5 ppm 5 ppm

OPERCULUM IKAN

FREKUENSI

KONSENTRASI

4.3

Analisis Data Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada perlakuan pertama yaitu menggunakan air murni tanpa ditambah detergen , pada suhu 30o C dan pH 7,2 , frekuensi membuka dan menutupnya operkulum ikan 1 dan ikan 2 sebanyak 4500 kali dalam waktu 30 menit (ikan masih dalam keadaan hidup). Untuk perlakuan kedua yaitu dengan menambahkan larutan detergent dengan konsentrasi 2,5 ppm pada suhu 30o C dan pH 9,9 , frekuensi membuka dan menutupnya operkulum ikan 1 sebanyak 379 dalam waktu 12,9 (ikan sudah dalam keadaan mati) dan untuk ikan yang ke 2 sebanyak 472 (ikan sudah dalam keadaan mati). Untuk perlakuan ketiga yaitu dengan menambahkan detergent dengan konsentrasi 5,0 ppm pada suhu 30o C dan pH 10,0 , frekuensi membuka dan menutupnya operculum ikan 1 sebanyak 417 dalam waktu 9,7 menit (ikan sudah dalam sampai keadaan mati) sedangkan pada ikan yang ke 2 sebanyak 378 dalam jangka waktu 11,42 menit.

4.4

Pembahasan Ikan mas yang berada di dalam air murni terus bergerak aktif dan tidak mengalami gangguan apapun terhadap insangnya karena

lingkungannya normal atau tidak tercemar. Sedangkan empat ikan lainnya berenang di air yang telah tercemari oleh detergen, mulai dari 2,5 ppm sampai 5 ppm, sehingga mereka mengalami gangguan pada insangnya yang mengakibatkan insang tersebut membengkak dan mengeluarkan lendir. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya proses difusi. Difusi adalah perpindahan zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Konsentrasi larutan detergen lebih tinggi dari konsentrasi sitoplasma ikan, sehingga partikel detergen berdifusi dari larutan ke sel-sel pada insang ikan sampai akhirnya membengkak. Lama-kelamaan sel-sel insang mengalami

plasmolisis (pecahnya sel) karena partikel detergen terus berdifusi. Karena selnya pecah, sitoplasma pun keluar sehingga insang ikan terlihat mengeluarkan lendir. Setelah sel-sel insangnya pecah, tentu saja

ikan kehilangan organ untuk bernapas sehingga akhirnya ikan-ikan pada larutan detergen lemas dan kemudian mati satu per satu. Cepat lambatnya insang ikan tersebut membengkak lalu mati dipengaruhi oleh konsentrasi detergent pada air. Semakin tinggi konsentrasi detergent pada air, semakin cepat ikan tersebut mati. Pada dasarnya detergent memiliki efek beracun dalam air. Semua deterjent menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit, selain itu detergent dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi detergent 15 bagian per juta. Detergent dengan konsentrasi rendah pun sebanyak 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan deterjen pun tak kalah berbahaya karena jenis detergent ini terbukti mengurangi kemampuan perkembangbiakan organisme perairan. Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol akan mudah diserap oleh ikan, dengan konsentrasi deterjen hanya 2 ppm dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya. Tidak hanya detergent yang mempengaruhi kelangsungan hidup biota air (ikan). Tetapi juga faktor kimia dan fisika air. Dalam kelangsungan hidup ikan, perlu diperhatikan faktor faktor tersebut seperti suhu dan pH air. Suhu Air Air mempunyai kapasitas spesifik terhadap panas. Artinya perubahan suhu dapat ditahan dan terjadi relatif lambat. Suhu air yang layak untuk kelangsungan hidup ikan adalah 27oC-32oC. Kenaikan suhu suatu juga dapat menurunkan kelarutan oksigen dalam air, memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas ikan disamping akan menaikkan daya racun suatu polutan terhadap organisme perairan. Suhu air berkisar antara 35-40o C merupakan suhu kritis bagi kehidupan organisme yang dapat menyebabkan kematian.

Suhu air dapat mempercepat reaksi kimia, baik dalam media luar maupun air (cairan) dalam tubuh ikan. Suhu makin naik maka reaksi kimia semakin cepat, sedangkan konsntrasi gas dalam air akan semakin menurun, termasuk oksigen. Akibatnya, ikan akan membuat reaksi toleran (sakit sampai kematian). Ikan merupakan binatang berdarah dingin (Poikilothermal) sehingga metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya termasuk kekebalan tubuhnya. Suhu luar yang berfluktasi terlalu besar akan berpengaruh pada sistem metabolisme. Komsumsi Oksigen dan fisiologi ikan akan mengalami kerusakan sehingga ikan akan sakit. Suhu rendah akan mengurangi imunitas ikan. Sdangkan suhu tinggi akan mempercepat ikan terkena infeksi bakteri. pH Air pH merupakan suatu pernyataan dari konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam air, besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Air yang mengandung pH < 4 merupakan air yang sangat asam dan dapat menyebabkan kematian makhluk hidup, seperti ikan. Sedangkan pH > 9,5 merupakan perairan yang sangat basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas perairan. Perairan yang baik untuk kelangsungan hidup ikan biasanya mempunyai pH berkisar antara 7,7 8,4 pH yang dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya. Perubahan pH secara perlahan akan menyebabkan lendir keluar berlebihan, kulit menjadi keputihan dan mudah terkena bakteri. Untuk menurunkan pH yang terlalu tinggi dapat dilakukan dengan penambahan fosfor. Untuk meningkatkan pH dapat dilakukan dengan penambahan garam.

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Ada pengaruh konsentrasi detergent terhadap frekuensi membuka dan menutupnya operkulum ikan . Air yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang hidup di dalamnya, salah satunya adalah ikan. Karena air yang tercemar deterjen memiliki konsentrasi dimana ikan tidak dapat bertahan hidup. Semakin tinggi konsentrasi maka frekuensi membuka dan menutupnya operkulum ikan semakin lambat. 2. Terdapat hubungan antara suhu, Ph dan frekuensi membuka dan menutupnya operkukum ikan. Suhu air yang layak untuk kelangsungan hidup ikan adalah 27oC-32oC. Suhu air berkisar antara 35-40o C merupakan suhu kritis bagi kehidupan organisme yang dapat menyebabkan kematian. Sedangkan Perairan yang baik untuk kelangsungan hidup ikan biasanya mempunyai pH berkisar antara 7,7 8,4 pH yang dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya. Perubahan pH secara perlahan akan menyebabkan lendir keluar berlebihan, kulit menjadi keputihan dan mudah terkena bakteri.

5.2

Saran Sebagai manusia yang peduli akan lingkungan, hendaknya kita turut menjaga kualitas lingkungan dengan cara tidak membuang limbah rumah tangga seperti detergent sembarangan yang akhirnya akan mengganggu kelangsungan hidup biota air (ikan).

DAFTAR PUSTAKA

http://tutorjunior.blogspot.com/2009/10/mengetahui-dampak-air-limbahdetergen.html

http://www.cewek.info/2010/02/dampak-negatif-detergent-bagi.html (http://faridmudlofar.blogspot.com/2010/07/pertumbuhan-ikan.html)

(http://yunias19ocean.blogspot.com/2010/06/pengukuran-kualitas-air-ikan.html)

(http://tutorjunior.blogspot.com/2009/10/mengetahui-dampak-air-limbahdetergen.html)

LAMPIRAN

Air murni 0 ppm

Air dengan konsentrasi 2,5 ppm

Air dengan konsentrasi 5 ppm

PROSES PENGUKURAN pH

Ph 7,2

Ph 9,9

Ph 10

PROSES PENGAMATAN FREKUENSI OPERKULUM IKAN

Air murni 0 ppm

Air dengan konsentrasi 2,5 ppm

Air dengan konsentrasi 5 ppm