LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL DAN ANEKA
TAHUN 2016
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL DAN ANEKA
JAKARTA, FEBRUARI 2017
i
KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pencapaian misi dan tujuan instansi pemerintah dalam rangka perwujudan penyelenggaraan tugas umum pemerintah dan pembangunan secara baik dan benar (good governance).
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, diinstruksikan agar setiap instansi pemerintah setiap tahun anggaran menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) kepada Presiden dan salinannya kepada Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan dengan menggunakan pedoman penyusunan sistem akuntabilitas kinerja. Pelaporan ini bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan yang lebih berdaya guna, bersih, dan bertanggung jawab dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi.
Dengan berakhirnya tahun 2016, Direktorat Jenderal Kimia, Tekstil dan Aneka (Ditjen IKTA) menyusun LAKIP Ditjen IKTA Tahun 2016 yang mencakup Rencana Strategis, Pengukuran Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Analisa Kinerja yang menggambarkan tugas pokok dan fungsi dalam rangka pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Disamping itu, LAKIP ini disusun sebagai bahan masukan bagi Ditjen IKTA guna meningkatkan kinerja di masa mendatang.
Jakarta , Februari 2017 Direktur Jenderal
Ttd.
Achmad Sigit Dwiwahjono
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1 A Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi .............................................................. 1 B Peran Strategis Organisasi .............................................................................. 5 C Struktur Organisasi .......................................................................................... 7
II. PERENCANAAN STRATEGIS ................................................................................. 9 A Rencana Strategis Ditjen IKTA Tahun 2015 - 2019 ........................................ 9 B Rencana Kinerja Ditjen IKTA Tahun 2016 ...................................................... 15 C Perjanjian Kinerja Ditjen IKTA Tahun 2016 .................................................... 17 D Rencana Anggaran .................................................... .................................... 19
III. AKUNTABILITAS KINERJA .................................................................................... 22 A Capaian Kinerja Organisasi ............................................................................ 22 B Realisasi Anggaran ......................................................................................... 61
IV. PENUTUP ................................................................................................................. 69 A Tinjauan Umum ............................................................................................... 69 B Strategi Ditjen IKTA ......................................................................................... 70
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Penumbuhan dan Pengembangan IKTA
Tahun 2015 – 2019 ............................................................................................ 14
Tabel 2.2 Rencana Kinerja Ditjen IKTA Tahun 2016 .......................................................... 16
Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Ditjen IKTA Tahun 2016 ......................................................... 17
Tabel 2.4 Struktur Anggaran Ditjen IKTA Tahun Anggaran 2016 ....................................... 20
Tabel 3.1 Capaian Program Prioritas Ditjen IKTA ....................................................... 22
Tabel 3.2 Pencapaian Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya peran industri kimia, tekstil,
dan aneka dalam perekonomian nasional ............................................................. 23
Tabel 3.3 Pertumbuhan dan Kontribusi Industri Kimia, Tekstil dan Aneka terhadap PDB
Nasional Tahun 2012 – 2016 .............................................................................. 24
Tabel 3.4 Pencapaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan
luar negeri ........................................................................................................... 32
Tabel 3.5 Kinerja Ekspor Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Tahun 2013 – 2016 ................ 33
Tabel 3.6 Promosi Kemampuan IKTA Tahun 2016 ............................................................. 36
Tabel 3.7 Pencapaian Sasaran Strategis 3: Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di
sektor industri kimia, tekstil, dan aneka ............................................................. 38
Tabel 3.8 Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Tahun 2016 .......... 39
Tabel 3.9 Investasi Sektor IKTA Tahun 2012 – 2016 .......................................................... 41
Tabel 3.10 Pencapaian Sasaran Strategis 4: Menguatnya struktur industri .......................... 45
Tabel 3.11 Perkembangan Rasio Impor Industri Kimia, Tekstil dan Aneka ........................... 45
Tabel 3.12 Pencapaian Sasaran Strategis Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan 50
Tabel 3.13 Laporan Realisasi Anggaran Ditjen IKTA ............................................................. 53
Tabel 3.14 Capaian Perjanjian Kinerja Tahun 2015 dan Tahun 2016.................................... 54
Tabel 3.15 Capaian Output Kerja Tahun 2015 dan Tahun 2016 ........................................... 57
Tabel 3.16 Realisasi Keuangan Ditjen IKTA Tahun 2016 per Output ................................... 62
Tabel 3.17 Realisasi Keuangan Ditjen IKTA Tahun 2016 per Output ................................... 67
iv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Industri Pengolahan Nonmigas, dan Sektor
Industri Binaan Ditjen IKTA Tahun 2012 – 2016 ................................................. 25
Grafik 3.2 Laju Pertumbuhan Sektor IKTA Tahun 2012 – 2016 .......................................... 26
Grafik 3.3 Kontribusi PDB IKTA Terhadap PDB Nasional Tahun 2012 – 2016 ................... 26
Grafik 3.4 Perkembangan Nilai Ekspor Sektor IKTA Tahun 2013-2016 .............................. 33
Grafik 3.5 Perkembangan Kontribusi Ekspor Sektor IKTA Tahun 2013-2016 ..................... 34
Grafik 3.6 Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Tahun 2016 ........ 40
Grafik 3.7 Nilai Investasi Sektor IKTA Tahun 2012-2016 ..................................................... 42
Grafik 3.8 Kontribusi Sektor IKTA terhadap Total Investasi Industri Nonmigas 2012-2016 . 42
Grafik 3.9 Realisasi Investasi IKTA Tahun 2015 dan 2016 per Direktorat ........................... 43
Grafik 3.10 Rasio Impor sektor IKTA .................................................................................... 46
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bangun Industri Nasional ............................................................................... 6
Gambar 1.2 Bagan Organisasi Ditjen IKTA ........................................................................ 8
Gambar 2.1 Peta Strategi Ditjen IKTA Tahun 2015-2019 ................................................... 12
1
BAB I
PENDAHULUAN A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI
Kemajuan industri merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan ekonomi suatu
negara. Berbeda dengan sektor perdagangan dan keuangan, sektor industri
memberikan kontribusi riil terhadap kemakmuran melalui penguasaan teknologi dan
barang modal, serta penciptaan lapangan kerja dalam jumlah masif. Penguasaan
teknologi dan barang modal memberikan kemampuan penciptaan nilai tambah dan
peningkatan daya saing. Sedangkan penciptaan lapangan kerja berkontribusi dalam
peningkatan dan pemerataan pendapatan perkapita sehingga akan meningkatkan
daya beli masyarakat yang akan berdampak pada sektor perdagangan, jasa,
keuangan, perhubungan, dan sektor lainnya.
Dewasa ini permasalahan umum sektor industri ialah masih lemahnya daya saing
industri nasional, belum kuat dan belum dalamnya struktur industri nasional, belum
optimalnya alokasi sumber daya energi dan bahan baku serta pembiayaan industri,
masih banyaknya ekspor komoditi primer (gas, batu bara, mineral, minyak sawit,
kakao, karet, dan kulit), dan belum memadainya dukungan sarana prasarana industri
(kawasan industri, jaringan energi dan telekomunikasi, transportasi, dan distribusi).
Maka dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut dan menunjukkan
prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik,
mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan
sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda
prioritas itu disebut NAWACITA yang terdiri sebagai berikut:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah- daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan.
2
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia
lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
Selain itu, pada tahun 2015-2019 Pemerintah menetapkan Visi Pembangunan Industri
yang diatur dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN). Visi tersebut
ialah Menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:
1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat, dan berkeadilan
2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global
3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi
Visi tersebut dapat dicapai dengan misi pembangunan industri yakni: (1) meningkatkan
peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional; (2)
memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional; (3) meningkatkan daya
saing industri yang mandiri dan berwawasan lingkungan; (4) menjamin kepastian
berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan industri
oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat; (5) membuka
kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja; (6) meningkatkan persebaran
pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan
memperkukuh ketahanan nasional; dan (7) meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.
Dalam pelaksanaannya, Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Tekstil, dan Aneka (Ditjen IKTA) mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
3
industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis
dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri
kimia hulu, industri kimia hilir, industri bahan galian non logam, serta industri tekstil,
kulit, alas kaki dan industri aneka. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Ditjen IKTA
menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri
strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri
pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri bahan galian non logam,
serta industri tekstil kulit, alas kaki dan industri aneka;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri
strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri
pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri bahan galian non logam,
serta industri tekstil kulit, alas kaki dan industri aneka;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendalaman dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim
usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi
industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir,
industri bahan galian non logam, serta industri tekstil kulit, alas kaki dan industri
aneka;
4. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan
kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan
daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri,
standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan
industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri
kimia hulu, industri kimia hilir, industri bahan galian non logam, serta industri
tekstil kulit, alas kaki dan industri aneka;
4
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendalaman dan penguatan
struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi
industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir,
industri bahan galian non logam, serta industri tekstil kulit, alas kaki dan industri
aneka;
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka;
dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Ditjen IKTA tersebut dijabarkan dalam program
kegiatan yang mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Tekstil dan Aneka tahun 2015 – 2019. Seluruh program kegiatan
tersebut bersifat aspiratif, fasilitatif, dan akomodatif yang dilaksanakan sepanjang
tahun anggaran 2016 dengan berpedoman pada dokumen-dokumen perencanaan
dan evaluasi. Untuk memantau capaian sasaran dan tujuannya, Ditjen IKTA
melaporkan akuntabilitas dan kinerjanya melalui dokumen Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi
Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah. Dokumen
tersebut memuat sasaran dan tujuan strategis beserta program kegiatan yang
diarahkan untuk mendukung tercapainya sasaran dan tujuan tersebut. Oleh karena
itu, LAKIP bermanfaat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintahan yang baik
dan kredibel. Sasaran LAKIP adalah untuk menjadikan instansi pemerintah yang
akuntabel sehingga birokrasi berjalan secara efisien, efektif, transparan, dan
responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan manfaat
LAKIP bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
B. PERAN STRATEGIS ORGANISASI
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (Ditjen IKTA) adalah salah satu
unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian yang bertanggung jawab
5
terhadap pengembangan industri kimia, tekstil, dan aneka. Industri kimia, tekstil, dan
aneka berkontribusi cukup signifikan pada perindustrian nasional. IKTA merupakan
subsektor industri yang bercirikan padat modal, padat teknologi, padat karya,
memiliki keterkaitan tinggi mulai dari hulu hingga hilir, dan menjadi komoditas
ekspor penghasil devisa negara. Dengan memerhatikan karakteristik kompleks
tersebut, Ditjen IKTA berupaya untuk mengembangkan industri binaannya melalui
program kegiatan yang aspiratif, fasilitatif, dan akomodatif. Peran Strategis Ditjen
IKTA berdasarkan Bangun Industri Nasional yang diatur oleh Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional (RIPIN). Bangun industri nasional berisikan industri
andalan masa depan, industri pendukung, dan industri hulu, dimana ketiga kelompok
industri tersebut memerlukan modal dasar berupa sumber daya alam, sumber daya
manusia, serta teknologi, inovasi, dan kreativitas. Pembangunan industri di masa
depan tersebut juga memerlukan prasyarat berupa ketersediaan infrastruktur dan
pembiayaan yang memadai, serta didukung oleh kebijakan dan regulasi yang efektif.
Industri binaan Ditjen IKTA termasuk dalam dua jenis industri dalam bangun industri
nasional, maka peran Ditjen IKTA sangat penting dalam pembangunan industri
nasional. Selengkapnya mengenai bangun industri nasional dijelaskan dengan
gambar berikut:
6
Gambar 1.1 Bangun Industri Nasional
Selain itu, terdapat penetapan Industri Prioritas berdasarkan kepentingan nasional
sebagai tujuan pembangunan industri, permasalahan terkait pertumbuhan ekonomi,
dan keinginan untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju, serta terkait dengan
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009, maka ditentukan 10
(sepuluh) industri prioritas yang akan dikembangkan tahun 2015 - 2019. Dari sepuluh
industri prioritas tersebut, industri prioritas yang menjadi Rencana Aksi Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka meliputi :
1. Industri Farmasi, Kosmetik, dan Alat Kesehatan;
2. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka;
3. Industri Bahan Galian Bukan Logam; dan
4. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara).
7
C. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka pada Tahun
2016 menyesuaikan dengan Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 107 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, yang terdiri dari:
1. Direktorat Industri Kimia Hulu
2. Direktorat Industri Kimia Hilir
3. Direktorat Industri Bahan Galian Non Logam
4. Direktorat Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka
5. Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
8
Gambar 1.2
BAGAN ORGANISASI DITJEN IKTA
Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka
Direktorat Industri Kimia Hulu
Sub Bagian Tata Usaha
Sub Direktorat Program Pengembangan
Industri Kimia Hulu
Sub Direktorat Industri Kimia Anorganik
Sub Direktorat Industri Kimia Organik
Sub Direktorat Industri KImia Hulu Lainnya
Kelompok Jabatan Fungsional
DirektoratIndustri Kimia Hilir
Sub Bagian Tata Usaha
Sub Direktorat Program Pengembangan
Industri Kimia Hilir
Sub Direktorat Industri Plastik & Karet Hilir
Sub Direktorat Industri Farmasi & Kosmetik
Sub Direktorat Industri Kimia Hilir Lainnya
Kelompok Jabatan Fungsional
Direktorat Industri Bahan Galian Nonlogam
Sub Bagian Tata Usaha
Sub Direktorat Program Pengembangan Industri Bahan Galian Nonlogam
Sub Direktorat Industri Semen & Barang Semen
Sub Direktorat Industri Kaca & Keramik
Sub Direktorat Industri Bahan Galian
Nonlogam Lainnya
KelompokJabatan Fungsional
Direktorat Industri Tekstil Kulit Alas Kaki dan Aneka
Sub Bagian Tata Usaha
Sub Direktorat Program Pengembangan Industri Tekstil
Kulit Alas Kaki & Aneka
Sub DirektoratIndustri Tekstil
Sub Direktorat Industri Pakaian Jadi & Produk
Tekstil Lainnya
Sub Direktorat Industri Alas Kaki, Kulit, & Aneka
Kelompok Jabatan Fungsional
SekretariatDirektorat Jenderal
Bagian Program, Evaluasi, & Pelaporan
BagianHukum & Kerja Sama
Bagian KeuanganBagian
Kepegawaian & Umum
Kelompok Jabatan Fungsional
9
BAB II
PERENCANAAN STRATEGIS
Perencanaan strategis organisasi Ditjen IKTA Tahun Anggaran 2016 adalah mengacu pada
RPJMN Tahun 2015 - 2019 serta sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen IKTA
sebagaimana ditetapkan pada Peraturan Menteri Perindustrian Rl Nomor 107 Tahun
2015. Adapun fungsi utama Ditjen IKTA adalah sebagai perumus dan pelaksana kebijakan
pada industri kimia, tekstil, dan aneka dalam mendukung pembangunan industri nasional.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Ditjen IKTA telah merumuskan rencana dan peta
strateginya sendiri yang memuat visi, misi, tujuan strategis, sasaran strategis, dan peran
strategis sebagaimana diuraikan sebagai berikut.
A. RENCANA STRATEGIS DITJEN IKTA TAHUN 2015 – 2019
Pada Tahun 2015-2019 Pemerintah menetapkan Visi Pembangunan Industri yang diatur
dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional/RIPIN. Visi tersebut ialah
Menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:
1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan
2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global
3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi
Visi tersebut dapat dicapai melalui misi pembangunan industri, yakni: (1) meningkatkan
peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional; (2)
memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional; (3) meningkatkan daya
saing industri yang mandiri dan berwawasan lingkungan; (4) menjamin kepastian
berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan industri
oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat; (5) membuka
kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja; (6) meningkatkan persebaran
pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan
memperkukuh ketahanan nasional; dan (7) meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan. Selain itu, strategi yang ditempuh untuk
10
mencapai visi dan misi pembangunan industri nasional adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber daya alam
2. Pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi
3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia (SDM)
industri
4. Mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah Pusat
Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan
Menengah
5. Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan, penguatan
kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas kepada industri kecil dan
menengah
6. Pembangunan sarana dan prasarana Industri
7. Pembangunan industri hijau
8. Pembangunan industri strategis
9. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri dan
10. Kerjasama internasional bidang industri
Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan industri tersebut, Kementerian
Perindustrian telah menetapkan visi untuk tahun 2015 - 2019 yaitu Indonesia
Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat
Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan. Berlandaskan hal tersebut,
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka yang hingga tahun 2014 masih
bernama Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur menetapkan visi tahun 2015
– 2019: “Terwujudnya Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka yang Berdaya Saing dengan
Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan”.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk 4
(empat) misi sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Tekstil, dan Aneka sebagai berikut:
1. Memperkuat dan memperdalam struktur Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
untuk mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan
berwawasan lingkungan
11
2. Meningkatkan nilai tambah Industri Kimia, Tekstil dan Aneka di dalam negeri
melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan dengan
meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi
3. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja
4. Mendukung pemerataan pembangunan industri manufaktur ke seluruh wilayah
Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional
12
Gambar 2.1 Peta Strategi Ditjen IKTA Tahun 2015 – 2019
PERSPEKTIF PEMANGKU
KEPENTINGAN
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN
ORGANISASI
Terbangunnya industri kimia, tekstil, dan aneka yang tangguh
dan berdaya saing
Meningkatnya penyerapan tenaga
kerja di sektor Industri
Menguatnya struktur industri
3
4
Meningkatnya penguasaan pasar
dalam dan luar negeri
Meningkatnya peran industri dalam perekonomian
nasional
1
2
PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAYANAN DAN FASILITASI PELAKSANAAN TEKNIS
1. Meningkatnya investasi sektor industri kimia, tekstil, dan aneka melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan non-fiskal
2. Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standardisasi industri
3. Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri sektor
industri kimia, tekstil, dan aneka
INFRASTRUKTUR
4. Tumbuhnya industri strategis berbasis sumber daya
alam (migas) 5. Meningkatnya kompetensi tenaga kerja industri
melalui pendidikan dan pelatihan 6. Meningkatnya ketersediaan lembaga pendidikan dan
pelatihan bagi SDM Industri 7. Meningkatnya ketersediaan data sektor industri
melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional
PERENCANAAN DAN PELAPORAN AKUNTABILITAS
5. Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola keuangan
6. Meningkatnya efektivitas penerapan sistem pengendalian internal
7. Meningkatnya implementasi kebijakan industri melalui
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
1. Meningkatnya penerapan sistem informasi dan teknologi dalam pelaksanan tugas dan fungsi
2. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
3. Meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran 4. Meningkatnya kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan
dan anggaran
13
Visi dan misi tersebut didukung oleh tujuan Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Tekstil, dan Aneka yaitu Terbangunnya Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka yang
tangguh dan berdaya saing. Visi dan misi tersebut diarahkan untuk meningkatkan
peran industri kimia, tekstil, dan aneka dalam perekonomian nasional dengan
sasaran strategis dari perspektif pemangku kepentingan sebagai berikut:
1. Meningkatnya peran industri kimia, tekstil, dan aneka dalam perekonomian
nasional;
2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri;
3. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri kimia, tekstil, dan
aneka;
4. Menguatnya struktur industri;
Sedangkan sasaran strategis dari perspektif proses bisnis internal adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standardisasi industri
kimia, tekstil, dan aneka
2. Meningkatnya investasi sektor industri kimia, tekstil, dan aneka melalui fasilitasi
pemberian insentif fiskal dan non-fiskal
3. Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri industri kimia, tekstil, dan aneka
4. Tumbuhnya industri strategis berbasis sumber daya alam (migas)
5. Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem
informasi industri nasional
Sasaran strategis tersebut memiliki besaran capaian yang menjadi indikator
keberhasilan pencapaian sasaran dalam pengembangan IKTA atau dapat disebut
dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut:
14
Tabel 2.1
Sasaran dan Indikator Kinerja Program Penumbuhan dan Pengembangan IKTA
Tahun 2015 – 2019
No. Sasaran Program / Indikator Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
1. Meningkatnya peran Industri Logam, Kimia, Tekstil dan Aneka dalam perekonomian nasional
- Laju pertumbuhan PDB industri logam, kimia, tekstil dan aneka
Persen 5,83 6,73 7,33 7,94 8,44
- Kontribusi PDB industri logam, kimia, tekstil dan aneka terhadap PDB nasional
Persen 6,72 6,86 6,98 7,15 7,36
2. Meningkatnya penguasaan pasar di dalam dan luar negeri
- Kontribusi ekspor produk industri logam, kimia, tekstil dan aneka terhadap ekspor nasional
Persen 38,47
38,21 38,09 37,99 37,87
- Pangsa pasar produk industri logam, kimia, tekstil dan aneka nasional terhadap total permintaan pasar dalam negeri
Persen 60,92 67,17 69,61 71,88 74,96
3. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri
- Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri
Juta Orang 5,41 7,06 7,38 7,71 8,05
- Meningkatnya Produktivitas Tenaga Kerja di Industri Logam, Kimia, Tekstil dan Aneka
Rp. Ribu / Orang
152,17 162,00 175,47 187,50 208,33
4. Menguatnya struktur industri
- Share Impor Bahan Baku Industri Logam, Kimia, Tekstil Dan Aneka terhadap PDB Industri Pengolahan non-Migas
Persen 43,08 39,41 36,13 32,82 29,78
5. Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standardisasi industri
- Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) pada tahun tersebut
RSNI 38 24 24 24 24
- Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib pada tahun tersebut
Regulasi 9 10 10 10 10
6 Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan non-fiskal
- Nilai investasi di sektor Industri Logam, Kimia, Tekstil, dan Aneka
Rp. Triliun 160,52 207,13 267,11 346,44 451,38
15
No. Sasaran Program / Indikator Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
7 Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri
- Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat 350 350 350 350 350
8 Tumbuhnya industri strategis berbasis sumber daya alam (nikel, tembaga, migas)
- Jumlah industri strategis yang difasilitasi
Perusahaan 3 3 3 3 3
9 Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional
- Jenis Data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Database 1 1 1 1 1
- Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Jenis Informasi
1 1 1 1 1
10 Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
- Tingkat pemenuhan sarana dan prasarana kerja
Persen 90 90 90 90 90
11 Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran
- Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan
Persen 90 90 90 90 90
12 Meningkatkan kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran
- Tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan
Persen 90 90 90 90 90
- Nilai SAKIP Ditjen BIM Predikat B B B B B
13 Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola keuangan
- Tingkat kualitas laporan keuangan
Opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP
B. RENCANA KINERJA DITJEN IKTA TAHUN 2016
Dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan pengembangan industri kimia,
tekstil dan aneka seperti yang telah ditetapkan, maka Ditjen IKTA pada tahun 2016
telah menyusun Rencana Kinerja dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
industri kimia, tekstil, dan aneka pada tahun yang akan datang. Rencana kinerja
Ditjen IKTA Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
16
Tabel 2.2
Rencana Kinerja Ditjen IKTA Tahun 2016
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)
1 Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional
Laju pertumbuhan PDB industri logam, kimia, tekstil, dan aneka
Persen 5,15
Kontribusi PDB industri logam, kimia, tekstil, dan aneka
Persen 4,98
2 Meningkatnya penguasaan pasar di dalam dan luar negeri
Kontribusi ekspor produk industri logam, kimia, tekstil, dan aneka terhadap ekspor nasional
Persen 21,0
3 Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri
Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri
Juta orang 7,27
4 Menguatnya struktur industri
Share impor bahan baku industri logam, kimia, tekstil, dan aneka terhadap PDB industri pengolahan nonmigas
Persen 18,36
Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok (T)
1 Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standarisasi industri
Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) pada tahun tersebut
RSNI 24
Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara wajib pada tahun tersebut
Regulasi 10
2 Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan nonfiskal
Nilai investasi di sektor industri logam, kimia, tekstil, dan aneka
Rp. Triliun 134,3
3 Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri
Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat 350
4 Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem industri nasional
Jenis data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Database 1
Jenis informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Jenis informasi
1
17
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target
Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan (L)
1 Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
Tingkat pemenuhan sarana dan prasarana kinerja
Persen 90
2 Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran
Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan
Persen 90
3 Meningkatkan kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran
Tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan
Persen 90
Nilai SAKIP Ditjen BIM Predikat B
4 Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola keuangan
Tingkat kualitas laporan keuangan Opini BPK WTP
C. PERJANJIAN KINERJA
Dalam rangka mewujudkan target kinerja, Ditjen IKTA telah menyusun Perjanjian
Kinerja untuk memandu pelaksanaan program kegiatan Ditjen IKTA dan sebagai
bukti komitmen Ditjen IKTA dalam pencapaian target sasaran. Perjanjian Kinerja
tersebut menyesuaikan target dari Rencana Strategis Kemenperin 2015-2019 dan
tidak menyesuaikan rencana kinerja. Berikut adalah tabel Perjanjian Kinerja Ditjen
IKTA Tahun 2016 :
Tabel 2.3
Perjanjian Kinerja Ditjen IKTA Tahun 2016
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)
1 Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional
Laju pertumbuhan PDB industri kimia, tekstil, dan aneka
Persen 5,33
Kontribusi PDB industri kimia, tekstil, dan aneka
Persen 4,77
18
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target
2 Meningkatnya penguasaan pasar di dalam dan luar negeri
Kontribusi ekspor produk industri kimia, tekstil, dan aneka terhadap ekspor nasional
Persen 22,53
3 Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri
Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri kimia, tekstil, dan aneka
Juta orang 5,11
4 Menguatnya struktur industri
Rasio impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal terhadap PDB industri
Persen 18,36
Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok (T)
1 Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standarisasi industri
Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) produk industri kimia, tekstil, dan aneka
RSNI 44
Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara wajib pada tahun tersebut
Regulasi 9
2 Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan nonfiskal
Nilai investasi di sektor industri kimia, tekstil, dan aneka
Rp. Triliun 148,3
3 Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri
Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat 350
4 Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem industri nasional
Jenis data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Database 1
Jenis informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Jenis informasi
1
Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan (L)
1 Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
Tingkat pemenuhan sarana dan prasarana kinerja
Persen 90
2 Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran
Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan
Persen 90
3 Meningkatkan kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran
Tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan
Persen 90
Nilai SAKIP Ditjen BIM Predikat B
19
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target
4 Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola keuangan
Tingkat kualitas laporan keuangan Nilai 70
5 Meningkatnya akuntabilitas pegawai Ditjen IKTA
Dokumen Kepegawaian Dokumen 2
Diklat Aparatur Orang 180
6 Meningkatnya faktor penunjang pengembangan industri
Sertifikasi auditor energi Orang 20
Realisasi anggaran pelaksanaan fasilitas BMDTP Ditjen IKTA
Persen 50
Tersusunnya peraturan perundang-undangan
PP/Perpres/ Permen/ Perdirjen
3
7 Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri
Produk industri kimia, tekstil, dan aneka yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat 350
8 Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional
Jenis data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Database 1
Jenis informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Jenis informasi
1
D. RENCANA ANGGARAN
Dalam rangka mendukung pelaksanan tugas pokok dan fungsi yang dijabarkan dalam
program kegiatan tahunan, Ditjen IKTA memperoleh sumber dana pembiayaan yang
berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pada tahun anggaran 2016, Ditjen IKTA memperoleh dana anggaran Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebesar Rp. 205.704.000.000,-. Sesuai dengan
Instruksi Presiden nomor 8 Tahun 2016 dan Inpres nomor 4 tahun 2016 tentang
Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga
dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
Tahun 2016, maka nilai pagu DIPA Ditjen IKTA Tahun 2016 menjadi Rp.
163.583.009.000,- dengan penghematan belanja sebesar Rp 69.984.080.000., tanpa
mengurangi target pencapaian output kinerja, namun terdapat beberapa output
yang hilang. Perinciannya adalah sebagai berikut:
20
Tabel 2.4
STRUKTUR ANGGARAN DITJEN IKTA TA 2016
Kegiatan/Output Pagu (Rp.)
1875 Penumbuhan dan Pengembangan ITKAKA 59.399.889.000
1875.001 Rekomendasi Kebijakan Penumbuhan dan Pengembangan ITKAKA 1.717.154.000
1875.002 Revitalisasi Perusahaan ITKAKA 18.027.540.000
1875.003 RSKKNI ITKAKA 1.678.072.000
1875.004 Sertifikasi SDM ITKAKA 3.498.738.000
1875.005SNI Produk ITKAKA 5.055.127.000
1875.006 Sarana dan Prasarana Laboratorium Pengujian Standar ITKAKA 105.261.000
1875.007 Pengembangan Merek (Branding) ITKAKA 16.072.699.000
1875.008 Pendirian Bufferstock Kapas dan Material Center 7.105.370.000
1875.009 Dokumen Perencanaan, Pelaporan dan Data Industri 6.139.928.000
1876 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir 17.297.933.000
1876.001 RSKKNI IKHi 780.610.000
1876.002 RSNI Produk IKHi 1.933.750.000
1876.003 Verifikasi TKDN Produk IKHI 534.624.000
1876.004 Peningkatan akses pasar dalam dan luar negeri 815.200.000
1876.005 SNI Wajib Produk IKHi 1.522.857.000
1876.006 Fasilitasi IKHi 7.372.800.000
1876.008 Bantuan mesin dan peralatan 1.000.000.000
1876.009 Dukungan Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Unit 2.065.520.000
1876.010 Bimbingan Teknis IKHi 1.272.572.000
1877 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu 17.822.377.000
1877.001 Revitalisasi/Penumbuhan Industri Pupuk 1.518.281.000
1877.002 Pabrik Pupuk Organik Revitalisasi 321.323.000
1877.003 Fasilitasi Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam 986.286.000
1877.004 Rancangan SNI 1.036.533.000
1877.005 Penerapan SNI Wajib IKHu 307.570.000
1877.006 Peningkatan Kerjasama, Iklim Usaha, Promosi, dan Investasi 2.367.419.000
1877.007 Penyusunan RSKKNI IKHu 413.335.000
1877.008 Peningkatan Kompetensi SDM Industri 621.200.000
1877.009 Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia 4.569.448.000
1877.010 Fasilitasi Pengembangan Industri Petrokimia Di Papua Barat 754.660.000
1877.011 Fasilitasi Pengembangan Industri Petrokimia Berbasis Migas 464.688.000
1877.012 Pengoperasian Center of Excellence Industri Petrokimia 2.380.950.000
1877.013 Penyusunan Program dan Evaluasi Kinerja IKHu 1.173.684.000
1877.014 Bantuan Peralatan/Mesin dalam Rangka Optimalisasi Pupuk Organik 907.000.000
1879 Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan IKTA 58.079.863.000
1879.001 Dokumen Perencanaan, Penganggaran, Monitoring, Evaluasi, Data, dan Sistem Informasi 6.700.000.000
21
Kegiatan/Output Pagu (Rp.)
1879.002 Laporan Sistem Tata Kelola Keuangan 3.800.000.000
1879.003 Pembinaan Kompetensi SDM Aparatur 2.429.355.000
1879.004 Dokumen Administrasi dan Layanan Kepegawaian serta Layanan Publik 3.213.380.000
1879.005 Rekomendasi Peningkatan Iklim Usaha, Mutu Produk, dan Kerjasama industri 8.228.702.000
1879.006 Verifikasi dan Sertifikasi TKDN Produk IKTA 4.100.000.000
1879.007 Business Matching P3DN pada Sektor IKTA 2.000.000.000
1879.994 Layanan Perkantoran 27.148.426.000
1879.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 340.000.000
1879.998 Gedung/Bangunan 120.000.000
5881 Penumbuhan dan Pengembangan IBGNL 10.982.947.000
5881.005 Rekomendasi kebijakan dalam rangka peningkatan daya saing dan produktifitas IBGNL 5.620.571.000
5881.006 RSNI IBGNL 745.100.000
5881.007 SNI Wajib IBGNL 692.691.000
5881.009 Pengawasan SNI Wajib IBGNL 690.775.000
5881.011 RSKKNI IBGNL 663.250.000
5881.012 SDM IBGNL yang disertifikasi 745.700.000
5881.016 Produk IBGNL yang tersertifikasi TKDN 121.600.000
5881.017 Dukungan Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Unit Eselon II 1.703.260.000
T O T A L 163.583.009.000
22
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015 – 2019, Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka memiliki arah kebijakan fokus
pengembangan industri nasional yang menjadi Program Prioritas Nasional, dengan
pencapaian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Capaian Program Prioritas Ditjen IKTA
SASARAN INDIKATOR SATUAN T R C
Meningkatnya Populasi Industri
Sedang dan Besar
Fasilitasi Pembangunan Bufferstock Bahan Baku Kapas di Jawa Barat dan Bufferstock Kulit di Jawa Timur
Lokasi 2 2 100%
Pengembangan industri petrokimia Komoditi 3 3 100%
Hilirisasi hasil tambang ke produk dan jasa industri
Fasilitasi penyusunan FS Semen Kupang III dan industri ban, keramik, dan kaca
Dokumen 2
Tahun
berikutnya
Fasilitasi penyusunan FS Pembangunan Pabrik Bahan Baku Obat berbasis Migas, Pembangunan Pilot Plant Propylene berbasis CPO, Pembangunan Pilot Plant Polymer Enhanced Oil Recovery
Dokumen 3
Revitalisasi Industri (Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing)
Keterkaitan industri Tekstil dan Aneka Perusahaan 300 539 180%
Terfasilitasinya Pengembangan Industri Kimia Hilir Komoditi 3 3 100%
Sebagaimana telah diperjanjikan dalam dokumen Perjanjian Kinerja tahun 2016,
kinerja sasaran yang ditetapkan mencakup sasaran strategis dalam perspektif
pemangku kepentingan, perspektif proses pelaksanaan tugas pokok dan perspektif
peningkatan kapasitas kelembagaan maka berikut ini pencapaian pada Tahun 2016:
23
Sasaran I : Meningkatnya peran industri kimia, tekstil, dan aneka dalam
perekonomian nasional
Meningkatnya peran industri kimia, tekstil, dan aneka di dalam perekonomian
nasional diindikasikan dengan laju pertumbuhan PDB industri kimia, tekstil, dan aneka
yang diharapkan tumbuh di atas pertumbuhan PDB nasional serta meningkatnya
kontribusi PDB industri kimia, tekstil, dan aneka terhadap PDB nasional. Dengan
demikian, Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah :
1. Laju pertumbuhan PDB industri kimia, tekstil, dan aneka;
2. Kontribusi PDB industri kimia, tekstil, dan aneka terhadap PDB Nasional.
Pada tahun 2016, kinerja Ditjen IKTA mencapai realisasi kinerja sebagai berikut :
Tabel 3.2 Pencapaian Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya peran industri kimia,
tekstil, dan aneka dalam perekonomian nasional
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)
1
Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional
Laju pertumbuhan PDB industri kimia, tekstil dan aneka
Persen 5.33 1.64
Kontribusi PDB industri kimia, tekstil dan aneka terhadap PDB nasional
Persen 4.77 4.73
PAGU (Rp.) 32.761.857.000
REALISASI PAGU (Rp.) 17.193.131.027
Perspektif Proses Bisnis (T)
2
Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional
Jenis data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Database 1 1
Jenis informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Jenis informasi
1 1
PAGU (Rp.) 7.866.106.000
REALISASI PAGU (Rp.) 3.628.518.114
Secara umum dapat dikatakan bahwa pencapaian sasaran strategis berupa meningkatnya
peran industri kimia, tekstil, dan aneka dalam perekonomian nasional belum tercapai.
Target laju pertumbuhan industri kimia, tekstil, dan aneka sebesar 5,33 persen hanya
tercapai sebesar 1,64 persen dikarenakan adanya perlambatan ekonomi akibat dampak
24
pelemahan ekonomi global. Menurunnya permintaan karena pelemahan daya beli, serta
biaya bahan baku impor yang tinggi yang memengaruhi penurunan volume output masih
menjadi penyebab penurunan nilai tambah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan beberapa
sektor industri binaan Ditjen IKTA mengalami kontraksi. Sektor industri tekstil dan pakaian
jadi yang merupakan sektor penyumbang nilai tambah tinggi, andalan ekspor, dan
penyerap tenaga kerja mengalami pertumbuhan negatif. Disamping itu, sektor industri
karet, barang dari karet, dan barang plastik serta industri pengolahan lainnya juga
mengalami pertumbuhan negatif. Kontribusi sektor binaan Ditjen IKTA terhadap PDB
Nasional juga tidak mencapai target sebesar 4,77 persen hanya tercapai sebesar 4,73
persen. Berikut disajikan data perkembangan pertumbuhan dan kontribusi sektor industri
binaan Ditjen IKTA tahun 2012 – 2015:
Tabel 3.3
Pertumbuhan dan Kontribusi Industri Kimia, Tekstil dan Aneka terhadap PDB Nasional Tahun 2012 – 2016
Uraian 2012 2013 2014 * 2015 ** 2016 ***
Pertumbuhan (%)
Ekonomi Nasional 6,03 5,56 5,02 4,79 5,02
Industri Non Migas 6,98 5,45 5,61 5,04 4,42
Industri Kimia Tekstil dan Aneka : 8,86**** 2,92**** 2,65**** 3,30 1,64
» Ind. Tekstil dan Pakaian Jadi 6,04 6,58 1,56 -4,79 -0,13
» Ind. Kulit, Barang Kulit dan Alas Kaki -5,43 5,23 5,62 3,98 8,15
» Ind. Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 12,78 5,10 4,04 7,36 5,48
» Ind. Karet, Barang dari Karet dan Plastik 7,56 -1,86 1,16 5,05 -8,34
» Ind. Barang Galian bukan Logam 7,91 3,34 2,41 6,18 5,46
» Ind. Pengolahan Lainnya -0,38 -0,70 7,65 4,89 -3,97
Kontribusi terhadap PDB Nasional
Industri Kimia Tekstil dan Aneka : 5,07 4,97 4,95 4,94 4,73
» Ind. Tekstil dan Pakaian Jadi 1,35 1,36 1,32 1,21 1,16
» Ind. Kulit, Barang Kulit dan Alas Kaki 0,25 0,26 0,27 0,27 0,28
» Ind. Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 1,67 1,65 1,70 1,81 1,79
25
Uraian 2012 2013 2014 * 2015 ** 2016 ***
» Ind. Karet, Barang dari Karet dan Plastik 0,89 0,80 0,76 0,74 0,64
» Ind. Barang Galian bukan Logam 0,73 0,73 0,73 0,72 0,72
» Ind. Pengolahan Lainnya 0,19 0,17 0,18 0,18 0,15
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
*** Angka Sangat Sangat Sementara
Berdasarkan data tersebut diatas, grafik perkembangan IKTA adalah sebagaimana berikut:
Grafik 3.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Industri Pengolahan Nonmigas, dan Sektor
Industri Binaan Ditjen IKTA Tahun 2012 – 2016
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
2012 2013 2014 2015 2016
Pe
rtu
mb
uh
an (
%)
Ekonomi Nasional
Industri Non Migas
Industri Kimia Tekstil danAneka
26
Grafik 3.2
Laju Pertumbuhan Sektor IKTA Tahun 2012 – 2016
Sedangkan kontribusi PDB sektor IKTA terhadap PDB nasional adalah sebagai berikut:
Grafik 3.3
Kontribusi PDB IKTA Terhadap PDB Nasional Tahun 2012 – 2016
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
2012 2013 2014 2015 2016Pe
rtu
mb
uh
an (
%)
Industri Kimia Tekstil danAneka
Tekstil dan Pakaian Jadi
Kulit, Barang Kulit dan AlasKaki
Kimia, Farmasi dan ObatTradisional
Karet, Barang dari Karet danPlastik
Barang Galian bukan Logam
Pengolahan Lainnya
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
2012 2013 2014 2015 2016
Pengolahan Lainnya
Barang Galian bukan Logam
Karet, Barang dari Karet danPlastik
Kimia, Farmasi dan ObatTradisional
Kulit, Barang Kulit dan Alas Kaki
Tekstil dan Pakaian Jadi
27
Meskipun perekonomian nasional mulai bertumbuh pada tahun 2016 setelah
beberapa tahun sebelumnya mengalami penurunan akibat melemahnya nilai Rupiah
terhadap US Dollar, berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sektor industri
pengolahan nonmigas masih belum pulih sehingga mengalami penurunan kontribusi
terhadap PDB nasional. Bahkan sektor ini masih mencatat penurunan kontribusi
sebesar 0,21 persen dari tahun 2015 ke 2016 dan sebesar 0,34 persen dari tahun 2012
ke tahun 2016. Oleh karena itu, sektor IKTA yang sensitif terhadap gejolak ekonomi
global dan nilai tukar juga mengalami penurunan kontribusi. Sektor tersebut adalah
industri tekstil dan pakaian jadi yang menurun sebesar 0,19 persen dari tahun 2012 ke
tahun 2016, serta industri karet, barang karet, dan plastik yang menurun sebesar 0,25
persen dari tahun 2012 ke tahun 2016. Sektor industri lainnya dapat dikatakan tidak
mengalami perubahan positif atau negatif yang berarti. Meski demikian, sektor
industri pengolahan, khususnya sektor IKTA, dapat dikatakan masih belum dapat
mengembalikan kehilangan kontribusi PDB akibat perlambatan ekonomi yang terjadi
sejak lima tahun lalu. Industri Tekstil dan Produk dari Tekstil (TPT) mulai menurun
karena dihadapkan pada dua masalah seperti kenaikan TDL dan gempuran impor,
sedangkan Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional hanya tumbuh 5,48 persen (Q-
to-Q) disebabkan pengaruh ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih. Sehingga
salah satunya berimbas pada permintaan jamu di pasar dunia. Secara umum hal ini
disebabkan oleh:
1. Peningkatan produksi sektor bahan dan barang kimia, farmasi, obat kimia, obat
tradisional, barang karet, dan plastik juga diikuti penurunan sektor lainnya, yaitu
tekstil, pakaian jadi, logam dasar dan barang logam. Hal ini menyebabkan tidak
ada peningkatan output sektor industri kimia tekstil dan aneka.
2. Peningkatan kurs dollar terhadap rupiah menyebabkan kenaikan harga bahan
baku sehingga terjadi peningkatan nilai input.
3. Sulitnya pemenuhan energi untuk menyuplai industri.
4. Mayoritas bahan baku industri kimia, tekstil dan aneka masih mengandalkan
impor sehingga menyebabkan ketahanan industri berstatus rawan, khususnya
terhadap pasokan dan kenaikan harga.
28
Untuk itu, Ditjen IKTA perlu memfasilitasi industri binaannya agar dapat melakukan
percepatan untuk menyalip angka penurunan kontribusi PDB tersebut. Beberapa
upaya Ditjen IKTA untuk meningkatkan peran sektor IKTA dalam perekonomian
nasional pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:
1. Revitalisasi Industri Pupuk
Program prioritas nasional revitalisasi industri pupuk dimulai sejak tahun 2011.
Pada tahun 2016 kegiatan ini masih melanjutkan progres pembangunan pabrik
Pusri IIB dan Amurea II. Sedangkan pembangunan pabrik pupuk Kujang IC dan
pabrik pupuk di Teluk Bintuni masih akan terus dikoordinasikan bersama
pemangku kepentingan. Disamping itu, pembangunan pabrik pupuk Kaltim-5
telah selesai dan diserahterimakan kepada PT. Pupuk Kaltim (PKT) pada tahun
2015. Adapun saat ini Kaltim-5 telah beroperasi dan berproduksi. Progress
perkembangan pembangunan pabrik pupuk tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan pabrik Pusri IIB
Saat ini proyek pembangunan Pusri IIB sudah mencapai 100 persen diluar
Mechanical Acceptance & Plant Acceptance. Urea dan amoniak telah berhasil
diproduksi sejak September dan November 2016. Menurut rencana, produksi
seratus persen akan dicapai setelah persiapan start purifier untuk
menyediakan steam yang mencukupi. Potensi permasalahan yang mungkin
muncul adalah rate produksi amoniak dan urea tidak memenuhi target
karena kurangnya pasokan gas dari Pertamina EP akibat adanya masalah pada
kompresor di pemasok gas.
b. Pembangunan pabrik Amoniak Urea II PT. Petrokimia Gresik (PKG)
Proyek pembangunan pabrik Amurea II telah mencapai progres 82,57 persen
dari target sebesar 80 persen. Permasalahan yang mungkin muncul adalah
kemunduran pasokan gas dari Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) yang
seharusnya on-stream pada Bulan Januari 2018 menjadi kwartal ke-1 tahun
2019. Untuk itu Ditjen IKTA akan terus berkoordinasi dengan HCML agar
dapat memenuhi komitmen permintaan gas, sembari memfasilitasi PKG
29
bersama SKK Migas agar dapat memperoleh pasokan gas dari Kangean Energy
Indonesia (KEI) dari lapangan Pagerungan.
c. Pembangunan pabrik Kujang 1C PT. Pupuk Kujang (PKC)
Saat ini PKC belum melaksanakan kontrak Engineering, Procurement, dand
Construction (EPC) karena belum ada penetapan harga gas. Oleh karena itu
PKC berencana mengganti Pabrik Kujang 1A dengan Pabrik Kujang 1D sebagai
alternatif pengganti proyek Kujang 1C. PKC telah mengajukan rencana
tersebut ke Menteri ESDM agar memperoleh dukungan pasokan tambahan
gas dari PHE ONWJ dan sumber lainnya.
d. Pembangunan pabrik pupuk di Teluk Bintuni, Papua Barat
Sampai saat ini proyek pembangunan pabrik belum dapat dilaksanakan
karena belum mendapatkan izin AMDAL dan tender EPC karena belum ada
penatapan harga gas. Disamping itu, rencana pabrik Teluk Bintuni yang tidak
hanya akan memproduksi pupuk, tetapi juga produk petrokimia masih harus
ditinjau kesesuaiannya dengan Instruksi Presiden tentang Revitalisasi Industri
Pupuk. Masalah lainnya yang mungkin timbul adalah perlunya penambahan
pasokan gas 90 MMSCFD pada tahun 2021 menjadi 130 MMSCFD yang
merupakan jumlah pasokan on-stream minimal industri petrokimia. Untuk itu,
Ditjen IKTA telah berkoordinasi dengan SKK Migas agar industri di Teluk
Bintuni memperoleh pasokan gas dari BP Tangguh dan Genting Oil Kasuri Pte.
Ltd. (GOKPL). Disamping itu, Ditjen IKTA dan pemangku kepentingan lainnya
perlu membahas kembali roadmap pengembangan industri petrokimia di
Teluk Bintuni.
2. Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Tekstil, Alas Kaki, dan Penyamakan Kulit
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mempertahankan keberadaan dan mendukung
pengembangan potensi industri TPT, industri alas kaki dan penyamakan kulit
Nasional, serta upaya peningkatan daya saing. Kegiatan ini telah terlaksana sejak
tahun 2007 Serta Industri Alas Kaki dan Penyamakan Kulit sejak Tahun 2009.
Upaya peningkatkan daya saing industri TPT, Alas Kaki dan Penyamakan Kulit
Nasional dilakukan melalui peningkatan teknologi/peremajaan mesin/peralatan,
30
sehingga diharapkan tercapai peningkatkan teknologi, efisiensi, dan produktivitas
industri tersebut yang pada gilirannya meningkatkan daya saing industri nasional.
Namun mengingat kegiatan ini telah dilaksanakan sejak tahun 2007 dan belum
ada evaluasi dan pengukuran terhadap sigifikansi dampak program maka BPK dan
pimpinan di Kementerian Perindustrian mendorong untuk kegiatan ini untuk
dihentikan sementara dan dievaluasi. Untuk itu, Ditjen IKTA telah melakukan
evaluasi kinerja restrukturisasi permesinan dengan kerjasama tenaga ahli,
praktisi, akademisi, internal pemerintah dan Asosiasi serta beberapa stakeholder
terkait. Dokumen telah tersusun pada akhir tahun 2016 dengan hasil Program
restrukturisasi mesin/peralatan terbukti cukup berhasil mencapai tujuan yang
diinginkan, dan Insentif-insentif yang diberikan pemerintah selama ini terbukti
berpengaruh positif terhadap peningkatan daya saing.
3. Fasilitasi Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam
Kebutuhan garam nasional rata-rata tiap tahunnya sebesar 3,8 juta ton terdiri dari
garam konsumsi (garam meja, pengasinan ikan dan lain-lain) sekitar 1,6 juta ton
dan garam industri 2,2 juta ton. Garam untuk konsumsi telah dapat dipenuhi dari
produksi lokal namun untuk industri masih harus diimpor karena kualitas belum
dapat memenuhi standar industri (kadar NaCl >97%) dan kuantitasnya belum
mencukupi.
Pada tahun ini telah memfasilitasi investasi Industri Garam di Bipolo Kupang oleh
PT Garam (Persero). Rencana akan dibuat stockpile dan conveyor dari gudang
menuju ke dermaga. Kapasitas angkot lebih besar dengan biaya transportasi
rendah. Direncakan dikirim ke industri di Pulau Jawa dengan menggunakan
angkutan laut.
Selain itu, sasaran strategis berdasarkan proses bisnis pada bagian ini ketersediaan
data sektor. Peningkatan ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan
sistem informasi industri nasional ditujukan untuk mendorong keterbukaan informasi
dan memberikan kemudahan bagi stakeholder dalam mengumpulkan data yang
berguna bagi Industri. Untuk mencapai Sasaran Strategis ini, Sekretariat Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka melakukan Pengembangan Sistem
31
Database, Pemutakhiran Database di Direktorat Jenderal, dan Diseminasi Sistem
Informasi Industri Nasional (SIINAS) dan Sistem Informasi Industri Kimia, Tekstil, dan
Aneka (SIIKTA). Diseminasi SIINAS dan SIIKTA merupakan kegiatan baru di 2016
dimana Ditjen IKTA mensosialisasikan adanya sistem ini kepada industri dan asoisiasi
serta membuka pelayanan langsung pendaftaran user SIINAS pada acara tersebut.
Maka dengan telah disosialisasikannya 1 (satu) database telah dapat digunakan. Selain
itu, Ditjen IKTA juga membeli akses data dari database data internasional yakni global
data, untuk memenuhi kebutuhan data petrokimia.
Satu jenis informasi telah diterbitkan dalam bentuk Buku Profil Industri Kimia, Tekstil,
dan Aneka Triwulan I, II, dan III Tahun 2016, buku profil tersebut menampilkan
pertumbuhan, investasi, tenaga kerja, neraca perdagangan, struktur biaya, regulasi,
dan secara rinci menjabarkan ekspor dan impor 20 HS tertinggi dan negara
tujuan/asal.
Sasaran II : Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri
Meningkatnya penguasaan pasar dalam negeri dimaksudkan untuk meningkatkan
penjualan produk industri kimia, tekstil, dan aneka dalam negeri dibandingkan dengan
seluruh pangsa pasar. Sedangkan penguasaan pangsa pasar di luar negeri
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai ekspor produk industri kimia, tekstil, dan
aneka sehingga dapat meningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor industri kimia,
tekstil, dan aneka terhadap nilai ekspor nasional. Indikator kinerja sasaran strategis
(IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:
1. Kontribusi ekspor produk industri kimia, tekstil, dan aneka terhadap ekspor
nasional
2. Pangsa pasar produk industri kimia, tekstil, dan aneka nasional terhadap total
permintaan pasar dalam negeri
Kinerja penguasaan pasar Ditjen IKTA tahun 2016 mencapai realisasi sebagai berikut:
32
Tabel 3.4
Pencapaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)
2 Meningkatnya penguasaan pasar di dalam dan luar negeri
Kontribusi ekspor produk industri kimia, tekstil dan aneka terhadap ekspor nasional
Persen 22.53 27.23
PAGU (Rp.) 19.255.318.000
REALISASI PAGU (Rp.) 7.474.420.143
Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok (T)
2
Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standardisasi industri
Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) produk industri kimia, tekstil, dan aneka
RSNI 44 44
Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib pada tahun tersebut
Regulasi 9 5
3
Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri
Produk industri kimia, tekstil dan aneka yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat 350 350
PAGU (Rp.) 18.845.888.000
REALISASI PAGU (Rp.) 12.085.740.308
Kontribusi ekspor industri kimia, tekstil, dan aneka terhadap ekspor nasional
menggambarkan kemampuan produk industri kimia, tekstil, dan aneka dalam bersaing
dan menguasai pasar luar negeri. Kinerja Ditjen IKTA dalam memenuhi target
penguasaan pasar adalah sebagai berikut:
33
Tabel 3.5
Kinerja Ekspor Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Tahun 2013 – 2016
Industri 2013 2014 2015 2016 % 2015-2016
Perkembangan Nilai Ekspor (USD Milyar)
Total Ekspor Nasional 182,6 176,3 150,4 144,4 -3,96
Industri Non Migas 113,1 117,4 106,9 109,8 2,66
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka 34,3 36,9 35,7 39,3 10,14
» Kimia Hulu 5,5 5,8 4,3 4,8 11,62
» Kimia Hilir 6,3 6,3 5,9 6,4 8,47
» Bahan Galian Non Logam 0,9 0,9 0,9 0,9 0
» Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka 21,6 23,9 24,6 27,2 10,56
Kontribusi Terhadap Ekspor Total (%)
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka 18,85 20,93 23,74 27,23
» Kimia Hulu 3,02 3,30 2,87 3,31
» Kimia Hilir 3,48 3,58 3,95 4,45
» Bahan Galian Non Logam 0,49 0,51 0,58 0,62
» Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka 11,85 13,54 16,34 18,85
Sumber: Data BPS, diolah
Grafik 3.4
Perkembangan Nilai Ekspor Sektor IKTA Tahun 2013-2016
0
20
40
60
80
100
120
140
2013 2014 2015 2016
USD
Mily
ar
Industri Non Migas
Industri Kimia, Tekstil, danAneka
» Kimia Hulu
» Kimia Hilir
» Bahan Galian Non Logam
» Tekstil, Kulit, Alas Kaki, danAneka
34
Grafik 3.5
Perkembangan Kontribusi Ekspor Sektor IKTA Tahun 2013-2016
Kinerja ekspor sektor IKTA dapat dikatakan sangat baik dengan peningkatan nilai
ekspor sebesar USD 3,6 Milyar dari tahun 2015 ke 2016. Meski ekspor nasional
mengalami trend negatif sebesar -3,96 persen, ekspor industri pengolahan nonmigas
peningkatan sebesar 2,66 persen, nilai ekspor sektor IKTA mengalami kenaikan
sebesar 10,14 persen. Hal ini menyebabkan peningkatan signifikan pada kontribusi
ekspor sektor IKTA terhadap ekspor nasional dari 23,7 persen menjadi 27,23 persen.
Sektor industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka merupakan penyumbang nilai ekspor
terbesar dari keseluruhan nilai ekspor sektor IKTA, yaitu sebesar 69,21 persen. Produk
tekstil dan pakaian jadi memang berperan sebagai sektor andalan ekspor dalam
perekonomian nasional. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki tumbuh 8,15
persen (Y-on-Y) dikarenakan permintaan barang-barang dari kulit di pasar global
mencapai 21,90 persen
Keberhasilan sektor IKTA dalam mencapai target penguasaan pangsa pasar
diantaranya disebabkan oleh kegiatan fasilitasi industri yang dilaksanakan Ditjen IKTA.
Kegiatan tersebut antara lain adalah:
1. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Ditjen IKTA mendukung P3DN melalui
kegiatan sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk produk-produk
0
5
10
15
20
25
30
2013 2014 2015 2016
» Tekstil, Kulit, Alas Kaki, danAneka
» Bahan Galian Non Logam
» Kimia Hilir
» Kimia Hulu
35
unggulannya yang potensial mengikuti pengadaan barang/jasa
pemerintah/BUMN/KKKS. Pada tahun 2016, Ditjen IKTA telah mensertifikasi 651
produk yang terdiri dari 350 sertifikat dibiayai DIPA Ditjen IKTA, dan 301 sertifikat
merupakan pembiayaan mandiri dari perusahaan binaan Ditjen IKTA. Produk yang
tersertifikasi tersebut berasal dari 111 perusahaan dengan rincian 89 produk ibgn,
86 produk ikhu, 130 produk ikhi, serta 45 produk itkaka. Sertifikat TKDN di sektor
IKTA dengan nilai TKDN lebih dari 40 persen sebanyak 221 sertifikat, dengan
rincian 84 produk dari ibgn, 82 produk dari ikhi, 40 Produk dari ikhu, dan 15
produk dari itkaka dengan komposisi terbesar adalah kategori bahan
bangunan/konstruksi. Terbitnya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan turut mendorong
sertifikasi TKDN produk tersebut. Sertifikat TKDN produk IKTA pada tahun 2016
ini berasal dari 12 provinsi dan mayoritas berasal dari Jawa Barat.
Agenda lain untuk mendukung peningkatan penggunaan produk dalam negeri
dalam pengadaan barang/jasa pemerintah ialah kegiatan Business Matching yang
mempertemukan antara sisi supply (industri dan asosiasi) dengan sisi demand
(Kementerian/Lembaga yang memiliki belanja barang/modal terbesar pada
struktur APBN) yaitu Kementerian ESDM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, BUMN,
Pendidikan, Kesehatan, Pertahanan, dan Pertanian). Selain itu, dilakukan
bimbingan teknis TKDN kepada asosiasi dan industri agar lebih memahami
pentingnya sertifikasi TKDN untuk produknya. Pada kegiatan ini tidak terdapat
kendala berarti, hanya untuk tindak lanjut di Tahun 2017 akan diprioritaskan
untuk meningkatkan sertifikasi produk industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka.
2. Promosi Kemampuan Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kinerja ekspor dalam era
perdagangan bebas, maka sektor IKTA perlu terus dipacu antara lain melalui
promosi kemampuan produk IKTA kepada para calon buyer dan investor baik
dalam maupun luar negeri. Upaya ini dilaksanakan melalui melalui pameran
dalam negeri maupun pameran internasional. Adapun kegiatan promosi yang
telah difasilitasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka:
36
Tabel 3.6
Promosi Kemampuan IKTA Tahun 2016
NO. NAMA PAMERAN LOKASI TANGGAL
PELAKSANAAN
PESERTA/
BOOTH
Pameran Dalam Negeri
1 INATEX 2016 JIExpo Kemayoran, Jakarta 27-30 April 2016 12
2 Indonesia Fashion Week 2016 JCC, Jakarta 10-13 Maret 2016 15
3 Trade Expo Indonesia 2016 JIExpo Kemayoran, Jakarta Oktober 2016 Non DIPA
4 Pameran Produk Aneka di Plaza Industri 2016
Plasa Pameran Industri, Kemenperin
1-4 November 2016 65
5 INACRAFT 2016 JCC, Jakarta 20-24 April 2016 15
6 INTEX 2016 JCC, Jakarta 8-10 Juni 2016 24
7 Pameran Proud Of Indonesia AEON Mall BSD 10-21 Agustus 2016 24
Pameran Luar Negeri
1 Sourcing Magic 2016 Las Vegas Convention Center
Juni 2016 5
2 Expo Rivasuch 2016 Riva Del Garda 11-14 Juni 2016 5
3 Pameran Leather World Dubai Dubai 27 April 2016 2
4 Intertextile Shanghai Apparel and Fabrics 2016
Shanghai New International Expo Centre
Oktober 2016 10
5 Pameran CPM Moscow 2016 Moscow Oktober 2016 4
Fasilitasi Pengembangan Branding
1 Seminar tren Fesyen “International Forecast 2017”
Bandung 25 Mei 2016 175
Kegiatan pameran diprioritaskan untuk komoditas unggulan ekspor, yaitu industri
tekstil, garmen, barang kulit, dan alas kaki.
3. Pemberlakuan SNI Wajib dan perumusan RSNI
Seiring dengan perkembangan jaman dan liberalisasi perdagangan seperti
tantangan Masyarakat Ekonomi Asean, maka Pemerintah harus berupaya sekuat
tenaga dalam menghadapi persaingan global. Dalam rangka meningkatkan daya
saing industri atau pengamanan industri domestik terhadap masuknya produk
impor, maka produk dalam negeri perlu distandarisasi dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) sebagai jaminan perlindungan konsumen, produk, dan industrinya
sendiri. Sebelum terbentuknya SNI, perlu disusun Rancangan SNI (RSNI). Tujuan
standardisasi adalah meningkatkan kepastian dan efisiensi transaksi
perdagangan, memberikan acuan bagi pelaku usaha dan membentuk persaingan
37
pasar yang transparan, melindungi kepentingan konsumen dalam aspek
kesehatan, keselamatan dan keamanan masyarakat, perlindungan kelestarian
fungsí lingkungan, serta meningkatkan efisiensi pasar dalam kelancaran
perdagangan internasional.
Terkait penyusunan RSNI, proses di tiap Direktorat tidak sampai dengan
penetapan SNI, sedangkan target SNI Wajib ditargetkan telah terbit menjadi
Peraturan. Dengan proses yang panjang dan adanya penghematan anggaran
maka untuk Pemberlakuan SNI Wajib banyak yang terhenti. Berikut hasil yang
telah dilaksanakan oleh Ditjen IKTA:
a. Pemberlakuan SNI Wajib
Pada tahun 2016 Ditjen IKTA memfasilitasi pemberlakuan 5 SNI Wajib yang
terdiri dari: 1) SNI Ubin Keramik (dengan mengakomodir ubin keramik bukan
kualitas pertama), 2) SNI Keramik Tableware (dengan mengakomodir
pengecualian parameter sifat tampak, kekerasan glasir, ketahanan pukul), 3)
SNI Mainan anak (Revisi) , 4) Pakaian Bayi (Revisi), dan 5) Pelumas.
b. Perumusan RSNI
Tahun 2016 Ditjen IKTA merumuskan 44 RSNI yang terdiri dari: 1) Serat kapas,
2) Kaus kaki, 3) Serat stapel viskosa, 4) Serat kapas - Cara identifikasi gula
madu (honey dew) metode perendaman; 5) Tekstil - Cara uji kadar ftalat-
Metode tetrahidrofuran, 6) Serat tekstil - Cara uji kekuatan tarik dan mulur
saat putus serat per helai, 7) Serat tekstil - Cara uji kehalusan – Metode
gravimetri dan metode vibroskop, 8) Serat tekstil - Cara uji panjang dan
distribusi panjang serat stapel (cara per helai), 9) Tekstil - Cara uji tahan luntur
warna - Bagian C12: Tahan luntur warna terhadap pencucian industri, 10)
Tekstil - Kain tenun roving dan nir-tenun multi-axial berbahan baku serat
gelas tipe E, 11) Angklung, 12) Jaring tenis meja (Table tennis nets), 13)
Ukuran simpai (ring) bola basket (Sizes of basketball rings), 14) Ukuran papan
pantul bola basket (Sizes of reflect board for basket balls), 15) Matras untuk
olahraga pencak silat, 16) Jaring sepak bola (Football nets), 17) Jaring tenis
38
(tennis nets), 18) RSNI semen rata dan semen bergelombang, 19) RSNI semen
terak besi/slag semen, 20) RSNI ubin keramik, 21)RSNI tableware alat makan
dan minum, 22) RSNI Amplas, 23) Kapur pertanian, 24) gipsum buatan, 25)
Polypropilena kopolimer impact untuk otomotif, 26) Sikloheksanon
peroksida, 27) Resin pvc, 28) PET daur ulang, 29) Deterjen cuci cair untuk
bukaan depan, 30) Deterjen cuci cair untuk bukaan atas, 31) Deterjen sebruk,
32) Cat kayu transparan – bagian 1: sistem, 33) Cat kayu transparan – bagian
4: sanding sealer, 34) Cat kayu transparan – bagian 5: top coat, 35) Cat antara
(build coat) berbasis epoxy untuk kebutuhan perlindungan terhadap korosi
pada baja, 36) Batang polivinil klorida, 37-44) 8 Jenis laminasi.
Sasaran III : Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri kimia, tekstil,
dan aneka
Salah satu peran utama sektor industri dalam perekonomian nasional adalah dengan
menyerap tenaga kerja melalui penciptaan lapangan kerja yang produktif.
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah :
1. Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri kimia, tekstil, dan aneka.
Tabel 3.7
Pencapaian Sasaran Strategis 3: Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor
industri kimia, tekstil, dan aneka
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)
3 Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri kimia, tekstil dan aneka
Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri kimia, tekstil dan aneka
Juta Orang
5.11 7.206
PAGU (Rp.) 12.054.427.000
REALISASI PAGU (Rp.) 3.981.023.662
Perspektif Proses Bisnis
3 Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan non-fiskal
Nilai investasi di sektor industri kimia, tekstil, dan aneka
Rp. Triliun
148.31 100.8
PAGU (Rp.) 6.345.337.000
REALISASI PAGU (Rp.) 2.113.222.151
39
Sektor IKTA berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 7,206 Juta Orang pada tahun
2016. Angka ini meningkat sebesar 452,2 Ribu Orang dibanding tahun 2015. Industri
Kimia Hulu mengalami peningkatan terbesar dari seluruh sektor industri, yaitu
meningkat sebesar 13,38 persen atau sebanyak 37,2 Ribu Orang. Yang patut
diapresiasi adalah penyerapan sektor industri tekstil, alas kaki, kulit, dan aneka
dimana meski sebagian sektor tersebut mengalami pertumbuhan negatif sebesar -
0,78 persen tetapi masih mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 329 Ribu Orang.
Capaian Tahun 2016 ini telah mencapai target tahunan, dilihat dari mulai hidup
kembali industri di Indonesia dengan ekonomi indonesia yang mulai membaik, maka
menjadi peluang bagi industri untuk menyerap tenaga kerja setelah sebelumnya
dilakukan penghematan atau pemberhentian penerimaan tenaga kerja. Data ini
disajikan tanpa mempertimbangkan adanya pengurangan tenaga kerja, dikarenakan
dihitung berdasarkan nilai investasi yang masuk ke Indonesia. Terdapat isu khusus
dimana untuk Industri TPT di Jawa Timur dan Jawa Tengah mengalami kekurangan
tenaga kerja berkompetensi, saat ini sedang di koordinasikan dengan industri tersebut
serta unit pendidikan tenaga kerja di Kementerian Perindustrian. Data tenaga kerja
yang dimiliki Ditjen IKTA berasal dari Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dari
BKPM. Berikut disajikan data penyerapan tenaga kerja sektor IKTA adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.8
Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Tahun 2016
(Ribu Orang)
Uraian 2013 2014 2015 2016 % 2015-
2016
Industri Pengolahan Non migas 14159,2 15215,9 15206,2 16113,2 5,96
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka 6201,9 6698,8 6754,1 7206,3 6,70
Industri Kimia Hulu 282,4 309,9 278,1 315,3 13,38
Industri Kimia Hilir 612,7 680,5 734,2 794,6 8,23
Industri Bahan Galian Non Logam 1042,4 1239,4 1182,1 1207,7 2,17
Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka 4264,3 4469,0 4559,7 4888,7 7,22
40
Grafik 3.6
Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Tahun 2016
Industri kimia, tekstil dan aneka merupakan sektor yang berkarakteristik padat modal,
padat teknologi, dan berpotensi menciptakan nilai tambah yang tinggi. Sektor yang
bersifat padat karya adalah sektor industri tekstil, alas kaki, kulit, dan aneka.
Sedangkan sektor yang bersifat padat modal adalah sektor industri kimia. Oleh karena
itu sektor IKTA mampu menyerap tenaga kerja sebesar 44,72 persen dari jumlah
keseluruhan tenaga kerja sektor industri pengolahan nonmigas. Bahkan, sektor
industri tekstil, alas kaki, kulit, dan aneka mampu menyerap tenaga kerja sebesar
30,34 persen dari jumlah seluruh tenaga kerja industri pengolahan nonmigas. Untuk
menjaga kinerja tersebut, Ditjen IKTA menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut:
1. Promosi investasi sektor IKTA
Pada tahun 2016 Ditjen IKTA mengupayakan investasi ekspansi dan investasi baru
pada sektor IKTA melalui penyusunan profil investasi sektor IKTA, serta koordinasi
pemberian insentif fiskal tax allowance dan tax holiday. Adapun fasilitas tax
holiday pada sektor IKTA hanya akan diberikan untuk industri kimia organik yang
berasal dari minyak bumi dan gas alam. Sedangkan industri yang memperoleh
fasilitas tax allowance adalah industri pakaian jadi dari tekstil, industri pakaian jadi
0.0
1000.0
2000.0
3000.0
4000.0
5000.0
6000.0
7000.0
8000.0
2013 2014 2015 2016
Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki,dan Aneka
Industri Bahan Galian NonLogam
Industri Kimia Hilir
Industri Kimia Hulu
41
dari kulit, industri alas kaki, industri sepatu olahraga, dan industri sepatu teknik
lapangan. Investasi Industri yang masuk ke Indonesia cukup baik dengan adanya
upaya dari Pemerintah Pusat untuk menjalin kerjasama, namun pada
pelaksanaannya masih sulit untuk dapat merealisasikan investasi tersebut. Hal ini
dikarenakan kesulitan pembebasan lahan atau permasalahan pembangunan fisik
lainnya. Berikut disajikan data perkembangan investasi sektor IKTA tahun 2012-
2016:
Tabel 3.9
Investasi Sektor IKTA Tahun 2012-2016
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
Nilai Investasi (Rp. Milyar)
Nasional 322.608,1 427.040,0 495.010,5 571.571,9 446.691,7
Industri Non Migas 63.625,2 216.804,6 213.681,5 246.593,4 316.986
Industri Kimia Tekstil dan Aneka : 63.625,2 75.896,6 83.249,8 109.815,5 100.799,5
» Ind. Tekstil dan Pakaian Jadi 8.889,0 10.286,5 6.469,9 8.529,6 7.491,5
» Ind. Kulit, Barang Kulit dan Alas Kaki 1.567,1 1.084,8 2.605,4 2.169,5 1.992,2
» Ind. Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 31.051,1 41.705,7 40.911,2 46.906,6 47.339,4
» Ind. Karet, Barang dari Karet dan Plastik 9.048,9 7.837,2 8.578,3 12.997,2 13.381,4
» Ind. Barang Galian bukan Logam 12.098,0 13.754,2 22.814,1 37.950,8 29.746,1
» Ind. Pengolahan Lainnya 971,2 1.228,4 1.870,9 1.261,8 849,1
Kontribusi Terhadap Investasi Total (%)
Industri Kimia Tekstil dan Aneka : 19,72 17,77 16,82 19,21 22,57
» Ind. Tekstil dan Pakaian Jadi 2,76 2,41 1,31 1,49 1,68
» Ind. Kulit, Barang Kulit dan Alas Kaki 0,49 0,25 0,53 0,38 0,45
» Ind. Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 9,63 9,77 8,26 8,21 10,60
» Ind. Karet, Barang dari Karet dan Plastik 2,80 1,84 1,73 2,27 3,00
» Ind. Barang Galian bukan Logam 3,75 3,22 4,61 6,64 6,66
» Ind. Pengolahan Lainnya 0,30 0,29 0,38 0,22 0,19
42
Grafik 3.7
Nilai Investasi Sektor IKTA Tahun 2012-2016
Grafik 3.8
Kontribusi Sektor IKTA terhadap Total Investasi Industri Nonmigas 2012-2016
Adapun sepanjang 2016 beberapa proyek investasi sektor IKTA yang telah berhasil
direalisasi adalah:
0.00
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
35,000.00
40,000.00
45,000.00
50,000.00
2012 2013 2014 2015 2016
Ind. Tekstil dan Pakaian Jadi
Ind. Kulit, Barang Kulit dan AlasKaki
Ind. Kimia, Farmasi dan ObatTradisional
Ind. Karet, Barang dari Karet danPlastik
Ind. Barang Galian bukan Logam
Ind. Pengolahan Lainnya
0
5
10
15
20
25
2012 2013 2014 2015 2016
Ind. Pengolahan Lainnya
Ind. Barang Galian bukanLogam
Ind. Karet, Barang dari Karetdan Plastik
Ind. Kimia, Farmasi dan ObatTradisional
Ind. Kulit, Barang Kulit danAlas Kaki
Ind. Tekstil dan Pakaian Jadi
43
Grafik 3.9
Realisasi Investasi IKTA Tahun 2015 dan 2016 per Direktorat
Total Investasi sampai dengan September 2016, Total investasi PMA Sektor IKTA
sebesar USD 3,96 miliyar, sedangkan total investasi PMDN sektor IKTA sebesar
37,8 Triliun Rupiah. Investasi PMA sektor IKTA menyumbang 30,25 persen dari
Total Investasi Sektor Industr, sedangkan investasi PMDN sektor IKTA
menyumbang 50,13 persen dari total investasi sektor industri.
2. Bimbingan Teknis
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM IKTA
serta dalam rangka persiapan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang
telah diimplementasikan pada tahun 2015. Untuk menghadapi era MEA yang
penuh dengan persaingan, SDM yang berkualitas harus disiapkan karena sektor
IKTA masih kekurangan tenaga kompeten sehingga berpengaruh pada
produktivitas. Ditjen IKTA menyelenggarakan Bimbingan Teknis Peningkatan
23.7
16.8
38
14.9
37.4
19.6
29.7
14.1
Industri Kimia Hulu
Industri Kimia Hilir
Industri Bahan Galian Nonlogam
Industri Tekstil, Kulit, Alas kaki, dan Aneka
2016 2015
44
Kompetensi SDM sesuai SKKNI sebanyak 20 angkatan dengan fokus pelatihan
knitting (1 angkatan), sistem injeksi sepatu (1 angkatan), jahit upper (4 angkatan),
barang jadi kulit (2 angkatan), pakaian jadi (6 angkatan), dyeing and finishing (1
angkatan), spinning (2 angkatan), weaving (2 angkatan), semen (2 angkatan),
konservasi energi (2 angkatan). 530 orang ..... ++ hulu hilir
3. Penyusunan RSKKNI SDM Industri
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah uraian kemampuan
yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja minimal yang harus
dimiliki seseorang untuk menduduki jabatan tertentu yang berlaku secara
Nasional. SKKNI merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia untuk memperoleh peningkatan produktivitasnya dalam
menghadapi perubahan dunia kerja yang terjadi dalam era perdagangan bebas.
Penyusunan RSKKNI memerlukan waktu yang cukup panjang sehingga diperlukan
kontinuitas dalam pelaksanaannya. Pada tahun 2016 Ditjen IKTA telah menyusun
RSKKNI industri mainan kayu dan 2 RSKKNI Semen.
Sasaran IV : Menguatnya struktur industri
Salah satu sasaran pembangunan industri adalah menguatnya struktur industri kimia,
tekstil, dan aneka melalui penumbuhan industri hulu dan industri antara yang berbasis
sumber daya alam. Struktur industri yang kuat mempunyai ciri antara lain adanya
kaitan (linkage) yang kuat dan sinergis antar sub sektor industri dengan berbagai
sektor ekonomi lainnya, memiliki kandungan lokal yang tinggi, menguasai pasar
domestik, memiliki produk unggulan industri masa depan, tumbuh secara
berkelanjutan, serta mempunyai daya tahan (resilience) yang tinggi terhadap gejolak
perekonomian. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini
adalah:
1. Rasio impor bahan baku industri logam, kimia, tekstil dan aneka terhadap PDB
industri kimia, tekstil, dan aneka.
45
Tabel 3.10 Pencapaian Sasaran Strategis 4: Menguatnya struktur industri
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)
4 Menguatnya struktur industri
Rasio impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal terhadap PDB industri
Persen 18.36 18.46
PAGU (Rp.) 15.886.110.000
REALISASI PAGU (Rp.) 2.736.316.392
Perspektif Proses Bisnis (T)
3
Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri
Produk industri kimia, tekstil dan aneka yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat 350 350
PAGU (Rp.) 6.756.224.000
REALISASI PAGU (Rp.) 5.830.393.808
Berdasarkan hasil pemutakhiran dan pengolahan data Ditjen IKTA, pencapaian sasaran
strategis diatas hampir mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari
cukup rendahnya share impor bahan baku, hal ini didukung oleh dua faktor yaitu
penguasaan pasar dalam negeri yang membaik namun juga dikarenakan menurunnya
pertumbuhan industri sehingga terdapat penurunan produksi yang menyebabkan
turunnya impor bahan baku. Meski demikian, upaya pemerintah menghubungkan
industri hulu-hilir semakin terlihat hasilnya dengan dorongan terbitnya regulasi
pemerintah yang melarang ekspor bahan mentah dan mendorong pendirian industri
hulu pada investor. Berikut data perkembangan rasio impor bahan baku terhadap PDB
industri pengolahan nonmigas dari sektor IKTA:
Tabel 3.11
Perkembangan Rasio Impor Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-Rata
Impor Industri Non migas 41,8 43,8 44,6 44,5 39,50 37,6 41,9
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka 20,3 20,3 20,6 21,2 19,3 18,5 20,0
» Kimia Hulu 10,9 11,1 10,9 11,2 9,9 8,9 10,4
» Kimia Hilir 3,2 3,1 3,4 3,4 3,2 3,3 3,2
» Bahan Galian Non Logam 0,6 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8 0,8
» Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka 5,6 5,2 5,4 5,6 5,3 5,3 5,4
46
Grafik 3.10 Rasio Impor sektor IKTA
Bila dilihat perkembangan dari tahun 2011 rasio impor sektor IKTA cenderung
menurun, namun di sisi lain penurunan rasio tersebut juga diimbangi dengan
penurunan kontribusi terhadap PDB (lihat tabel 3.3) yang berasal dari penurunan
output karena pelemahan ekonomi. Meski demikian laju pertumbuhan PDB beberapa
sektor IKTA dan industri pendukungnya mulai meningkat pada triwulan IV, hal ini
menyebabkan pada triwulan IV rasio impor pun meningkat kembali sehingga tidak
mencapai target. Kinerja penurunan rasio bahan baku telah diupayakan Ditjen IKTA
melalui beberapa kegiatan berikut:
1. Pengamanan Pasokan Bahan Baku
Untuk mendukung penumbuhan dan pengembangan sektor IKTA, maka Ditjen
IKTA mengupayakan pengamanan pasokan bahan baku yang terdiri dari:
a. Pendirian bufferstock bahan baku kapas
Dalam upaya terbangunnya kebersamaan industri pemintalan (spinners)
Nasional, sehingga diperlukan suatu lembaga yang akan berfungsi sebagai
Logistic Base suplai kapas dalam negeri yang nantinya akan mewakili industri
pemintalan dalam perdagangan kapas internasional serta menjadi pusat
distribusi kapas ke industri pemintalan dalam negeri.
Fasilitasi pendirian Bufferstock Bahan Baku Kapas telah dikoordinasikan
0
2
4
6
8
10
12
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Industri Kimia Hulu
Industri Kimia Hilir
Industri Bahan Galian NonLogam
Industri Tekstil, Kulit, AlasKaki, dan Aneka
47
dengan API, Asosiasi Spinner, Shipper, CDP, Bea Cukai, Kementerian
Perhubungan dan berbagai pihak terkait dengan intensif.
Namun, mengingat Revisi PP 32 Tahun 2009 baru terbit pada akhir Desember
2015 dengan PP 85 Tahun 2015 Tentang Pusat Logistik Berikat, sehingga
Dasar Hukum Pelaksanaan Pendirian Pusat Logistik Berikat untuk
Kapas/Bufferstock Bahan Baku Kapas belum dapat direliasikan pada TA 2016.
Kementerian Perindustrian tidak diperkenankan untuk menjadi
penyelenggara maupun pengelola di Pusat Logistik Berikat sesuai PP 85
Tahun 2016. Bentuk bantuan pemerintah yang dapat dilakukan adalah
membuat regulasi terkait kualitas kapas dan pemeriksaaan kapas di PLB
(mendirikan Lab pengujian Kualitas kapas).
Meski demikian pendirian Bufferstock Bahan Baku Kapas menjadi prioritas
nasional dan telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, serta menjadi
agenda penting Kementerian Perindustrian. Pada tahun 2016, Ditjen IKTA
telah mengupayakan koordinasi dengan para pemangku kepentingan,
penyelenggaraan PLB dan penyediaan fasilitas logistik terpadu Cikarang Dry
Port (CDP). Adapun PLB tersebut juga telah beroperasi dengan menyediakan
layanan fasilitasi pengujian bahan baku dan importasi kapas. Sedangkan
fasilitas logistik di CDP baru tersedia ruang gudang seluas 4000 meter persegi.
Penyediaan operasional pendukung (karantina, bea cukai, pengujian lab, dll)
akan dilanjutkan pada tahun 2017.
b. Pendirian material center bahan baku kulit
Pengembangan dengan pendekatan keterkaitan industri yang merupakan
suatu strategi pengembangan yang holistik dengan pendekatan kepada rantai
nilai, kompetensi dan keterkaitan industri dari hulu sampai hilir serta
melibatkan seluruh stake holder terkait. Maka diperlukan adanya Buffer Stock
Kulit untuk mempermudah pelaku usaha untuk mendapatkan bahan secara
efisien sehingga dapat meningkatkan daya saing di pasar global.
Pada tahun ini akan dilaksanakan pendirian Material Center kulit di Jawa
Timur dan saat ini sedang terus dilakukan Koordinasi Fasilitasi Bufferstock
48
Bahan Baku Kulit (Material Center) dengan Calon Lokasi Material Center di
Malang (Puspa Agro) dengan Asosiasi Terkait yaitu APRSISINDO, APAI, APKI,
Dinas dan Pengelola Puspa Agro.
Pada tahun 2016, Ditjen IKTA telah mengupayakan pendirian material center
melalui koordinasi pemangku kepentingan terkait untuk mengatasi
permasalahan ketersedian bahan baku, asesoris dan bahan penolong agar
dibentuk suatu wadah atau Material Center bahan baku dan asesoris industri
alas kaki dan barang jadi kulit, yang didalamnya terdiri dari tannery,
distributor, atau perusahaan-perusahaan yang terkait dengan bahan baku,
asesoris dan bahan penolong bagi industri penyamakan kulit, alas kaki dan
barang jadi kulit.
Sejauh ini, PT. Puspa Agro yang didukung oleh Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Timur menyatakan kesanggupannya untuk menyediakan tempat bagi
pendirian Material Center bahan baku dan asesoris industri alas kaki dan
barang jadi kulit di salah satu gedung yang ada, yaitu gedung aneka produk.
Untuk merealisasikan pendirian Material Center tersebut, semua pihak
bersepakat untuk menyusun langkah-langkah nyata yang dapat dilakukan
oleh semua pihak sesuai dengan kewenangannya dalam rangka pendirian
Material Center bahan baku dan asesoris industri alas kaki dan barang jadi
kulit.
c. Fasilitasi Insentif Industri
Setditjen IKTA pada tahun ini juga melaksanakan kegiatan penunjang
industri seperti koordinasi Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP).
BMDTP merupakan salah satu instrumen fiskal Ditjen IKTA yang bertujuan
untuk penciptaan iklim usaha kondusif. Pada tahun 2016 Ditjen IKTA
menganggarkan pagu BMDTP sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 273/PMK.010/2015 sebesar Rp. 285.639.000.000, namun
dikarenakan adanya pemotongan anggaran maka pagu menjadi
Rp191.786.000.000,-. Total nilai yang telah terrealisasi sebesar
137.940.230.000 atau 71,92 persen dari pagu. BMDTP untuk 65 perusahaan
49
dengan produk amplas, Bahan Kimia (aquaclear series), blowing agent,
karpet, katalis, kokas, plastik, dan resin. BMDTP paling besar untuk produk
plastik.
Sasaran strategis yang telah dibahas sebelumnya merupakan perspektif
pemangku kepentingan dan proses bisnis internal, selain itu terdapat sasaran
strategis dari Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, capaiannya sebagai
berikut:
50
Tabel 3.12 Pencapaian Sasaran Strategis Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
No. Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama
(IKU) Satuan Target Realisasi
1 Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
1. Tingkat pemenuhan sarana dan prasarana kerja
Persen 90 100
2 Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran
1. Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan
Persen 90 100
3 Meningkatkan kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran
1. Tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan
Persen 90 90
2. Nilai SAKIP Ditjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
Predikat B A
4 Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola keuangan
1. Tingkat kualitas laporan keuangan
Nilai 70 80
5 Meningkatnya akuntabilitas pegawai Ditjen IKTA
1. Dokumen Kepegawaian
Dokumen 2 2
2. Diklat Aparatur Orang 180 180
6 Meningkatnya faktor penunjang pengembangan industri
1. Sertifikasi Auditor Energi
Orang 20 40
2. Realisasi Anggaran Pelaksanaan Fasilitas BMDTP Ditjen IKTA
Persen 50 71,92
3. Tersusunnya Peraturan Perundang-undangan
PP/Perpres/ Permen/ Perdirjen
3 1
7 Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri
1. Produk industri kimia, tekstil dan aneka yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat 350 350
51
No. Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama
(IKU) Satuan Target Realisasi
8 Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional
1. Jenis Data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Database 1 1
2. Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Jenis informasi
1 1
Realisasi capaian target kinerja di atas diselenggarakan melalui penyelenggaraan
kegiatan rutin Sekretariat Direktorat Jenderal (Setditjen) IKTA sebagaimana berikut:
1. Penyusunan dan Evaluasi Program
Penyusunan dan evaluasi program merupakan think tank dari penyelenggaraan
seluruh program kegiatan Ditjen IKTA. Oleh karena itu, kegiatan penyusunan dan
evaluasi program melibatkan banyak pemangku kepentingan, baik dari kalangan
instansi pemerintah maupun industri. Berikut adalah kegiatan-kegiatan
penyusunan dan evaluasi program Ditjen IKTA yang berkontribusi dalam
penyelenggaraan program kegiatan serta kebijakan Ditjen IKTA.
a. Kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan
Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan dapat
terlaksana hingga 100 persen. Hal ini dapat diukur dari realisasi seluruh
kegiatan yang dapat berjalan sesuai dengan dokumen perencanaan yang
disusun oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
walaupun terdapat beberapa kegiatan yang tidak terealisasi dikarenakan
adanya penghematan anggaran / anggaran yang terblokir.
b. Kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran
Pada Tahun 2016, tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan – laporan
yang disusun oleh Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka adalah
90 persen. Persentase ini didapat hal ini berdasarkan waktu pengumpulan
laporan yang dihimpun oleh Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka selalu tepat
waktu namun masih berada pada tenggat akhir pengumpulan laporan. Hal
52
tersebut dikarenakan bagian program dan evalap diampu oleh satu orang analis
data pada tiap direktorat teknis sehingga pekerjaan tidak hanya terfokus ke
laporan evaluasi. Untuk meningkatkan ketepatan waktu penyampaian laporan,
maka pada periode selanjutnya Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Tekstil, dan Aneka harus melakukan menghimpun data – data pendukung
laporan secara rutin, melakukan koordinasi dengan mengumpulkan tiap
direktorat di rapat agar dibahas bersama dan sebagai pengingat jadwal
pengumpulan laporan, dsb.
Sementara itu, Nilai SAKIP Setditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Tahun
2015 telah dipublikasikan dan mendapatkan nilai A. Penilaian SAKIP Setditjen
Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Tahun 2015 dilaksanakan pada bulan April
2016 dan direviu oleh Biro Perencanaan dan Inspektorat Jenderal dengan
memperhatikan kriteria penilaian. Adapun Sekretariat Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka yang belum memuat belum memuat Rencana
Aksi dan pencapaian sasaran strategis tahun ini tidak dapat dibandingkan
dengan pencapaian tahun lalu dikarenakan memiliki sasaran strategis yang
berbeda. Hal inilah yang harus diperhatikan untuk penyusunan Rencana Aksi
periode selanjutnya. Berikut rincian Nilai SAKIP tahun 2015:
Sekretariat
Ditjen IKTA
Direktorat Industri Tekstil
dan Aneka
Direktorat Industri Kimia
Hilir
Direktorat Industri Kimia
Dasar
Direktorat Industri Material
Dasar Logam
Penilaian Kinerja Tahun 2015
81,48 76,35 79,15 75,50 77,34
A A A A A
Penilaian Kinerja Ditjen IKTA Tahun
2015 79,135 A
2. Transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola keuangan
Kegiatan dan Anggaran yang terangkum dalam dokumen DIPA harus
direalisasikan secara runtun, tertib, dan tepat waktu. Hal ini dikarenakan kegiatan
dan anggaran tersebut merupakan cerminan tupoksi yang pelaksanaannya dapat
dilihat dalam realisasi kegiatan dan anggaran. Realisasi yang optimal dapat berarti
kinerja pelaksanaan tupoksi juga berjalan dengan lancar dan tertib.
Laporan Keuangan Tahun 2015 di bagian keuangan Setditjen IKTA ini merupakan
53
laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan sebagai bentuk tanggung jawab
atas anggaran yang dikelola oleh Ditjen IKTA.
Tabel 3.13
Laporan Realisasi Anggaran Ditjen IKTA
KODE URAIAN JENIS REKONSILIASI SIAP SAI SELISIH
01903247982
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI
KIMIA, TEKSTIL, DAN
ANEKA
DIPA 163.583.009.000, 163.583.009.000, 0,
ESTIMASI 0, 0, 0,
BELANJA 92.955.798.464, 92.955.798.464, 0,
PENGEMBALIAN BELANJA
-297.158.740, -297.158.740, 0,
PENDAPATAN 5.352.331.472, 5.352.331.472, 0,
PENGEMBALIAN PENDAPATAN
0, 0, 0,
KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN
0, 0, 0,
KAS HIBAH 0, 0, 0,
KAS BLU 0, 0, 0,
Laporan Keuangan dan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan menjadi indikator
penilaian dari Biro Keuangan. Pada Tahun 2016 ini dilakukan penilaian untuk
Laporan Keuangan Ditjen IKTA Tahun 2015 dengan nilai 80.
3. Pemenuhan Sarana Prasarana
Tingkat realisasi fisik pemenuhan sarana dan prasarana kerja dapat dipenuhi
sebesar 100 persen selama 12 (dua belas) bulan pada tahun anggaran 2016.
Realisasi fisik Sarana dan Prasarana Pendukung Pelaksanaan Tugas dan Fungsi
tersebut berupa Pembayaran gaji dan tunjangan, Pengadaan Perlengkapan
Kantor, Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi yakni berupa 22 komputer, 100
anti virus, 13 printer, 2 Scanner, 4 Kunci Elektrik, 1 Laptop. Jasa Pos/giro/sertifikat,
Langganan Daya dan Jasa serta Pemeliharaan Kendaraan Bermotor. Selain itu,
dalam program pemeliharaan gedung telah dilakukan perbaikan toilet dan
pergantian pintu dengan akses.
Setditjen IKTA menyelenggarakan pengelolaan aset organisasi demi pencapaian
produktivitas yang optimal. Hal tersebut telah didokumentasikan dalam dokumen
54
kepegawaian yang meliputi:
1. Dokumen Susunan Pegawai (DSP) Ditjen IKTA Tahun 2016
2. Dokumen Daftar Urut Kepangkatan (DUK) Ditjen IKTA Tahun 2016.
Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan peningkatan keahlian, Setditjen IKTA
menyelenggarakan diklat-diklat dengan fokus pembekalan yang beragam dan
sesuai tupoksi yang dibutuhkan. Diklat tersebut terdiri dari Diklat Persiapan
Pensiun, Diklat KAK dan HPS, Diklat Pembekalan dan Sertifikasi Ahli Pengadaan
Ditjen IKTA, Diklat TOT TKDN, Diklat Manajemen Sumber Daya Manusia, Diklat
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
Tabel 3.14
Capaian Perjanjian Kinerja Tahun 2015 dan Tahun 2016
No. Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Satuan 2015 2016
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
1. Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional
Laju pertumbuhan PDB industri kimia, tekstil dan aneka
Persen 5 1.64
Kontribusi PDB industri kimia, tekstil dan aneka terhadap PDB nasional
Persen 5.81 4.73
2 Meningkatnya penguasaan pasar di dalam dan luar negeri
Kontribusi ekspor produk industri kimia, tekstil dan aneka terhadap ekspor nasional
Persen 23.89 27.23
Pangsa pasar produk industri logam, kimia, tekstil dan aneka nasional terhadap total permintaan pasar dalam negeri
Persen 61.4
3 Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri
Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri kimia, tekstil dan aneka
juta orang
7.45 7.20
Meningkatnya Produktivitas Tenaga Kerja di Industri Logam, Kimia, Tekstil dan Aneka
Rupiah/ juta
orang
8.6
55
No. Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Satuan 2015 2016
4 Menguatnya struktur industri Rasio impor bahan baku, bahan penolong dan barang modal terhadap PDB industri
Persen 23.7 18.46
PERSPEKTIF PROSES BISNIS
1 Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standardisasi industri
Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia Produk industri kimia, tekstil dan aneka
RSNI 48 44
Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib pada tahun tersebut
Regulasi 22 5
2 Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan non-fiskal
Nilai investasi di sektor industri kimia, tekstil dan aneka
Rp. Triliun
137 100.8
3 Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri
Produk industri kimia, tekstil dan aneka yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat 350 350
4 Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional
Jenis Data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Database 1 1
Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
Jenis informasi
1 1
PERSPEKTIF ORGANISASI
1 Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
Tingkat pemenuhan sarana dan prasarana kerja
Persen 100 100
2 Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran
Tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan
Persen 100 100
3 Meningkatkan kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran
Tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan
Persen 90 90
Nilai SAKIP Ditjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
Predikat CC A
56
No. Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Satuan 2015 2016
4 Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola keuangan
Tingkat kualitas laporan keuangan
Nilai WTP 80
5 Meningkatnya akuntabilitas pegawai Ditjen IKTA
Dokumen Kepegawaian Dokumen 2
Diklat Aparatur Orang 180
6 Meningkatnya faktor penunjang pengembangan industri
Sertifikasi Auditor Energi Orang 40
Realisasi Anggaran Pelaksanaan Fasilitas BMDTP Ditjen IKTA
Persen 47.4
Tersusunnya Peraturan Perundang-undangan
PP/ Perpres/
1
7 Tumbuhnya industri strategis berbasis sumber daya alam (nikel, tembaga, migas)
Jumlah industri strategis yang difasilitasi
Industri 0 -
Perbandingan capaian dengan tahun 2015 ini diambil dari LAKIP tahun 2015 dimana
masih merupakan data sementara yang menggambarkan akhir tahun 2015 seperti
pada tahun 2016 ini. Realisasi yang telah diterbitkan oleh BPS dibahas pada tiap
capaian strategis. Sasaran strategis dari tahun 2015 masih memperhitungkan Industri
Material Dasar Logam maka tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan tahun
2016. Jika dilihat perbandingan capaian SNI Wajib Tahun 2015 sebesar 22 sni wajib
dengan 19 sni wajib dari industri material dasar logam maka capaian tahun 2015 untuk
IKTA sebesar 3 sni wajib, sedangkan untuk penyusunan rsni dengan capaian 48 rsni
dengan 6 RSNI dari industri material dasar logam maka capaian tahun 2015 untuk IKTA
sebesar 42 RSNI. Capaian 2016 lebih tinggi dibandingkan capaian 2015. Capaian
Kelembagaan dan capaian kontribusi ekspor Tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan
tahun 2015.
57
Tabel 3.15
Capaian Output Kerja Tahun 2015 dan Tahun 2016
No. Program/Kegiatan 2015 2016
T R Satuan T R Satuan
1.875.001
Rekomendasi Kebijakan Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Tekstil Dan Aneka
1 1 Usulan
Kebijakan
1.875.002 Revitalisasi Perusahaan Industri Tekstil Dan Aneka
100 115 Perusahaa
n 40
Prsh 2
Dokumen Evaluasi
1.875.003
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Industri Tekstil Dan Aneka
3 4 RSKKNI 2 1 RSKKNI
1.875.004 Sertifikasi Sumber Daya Manusia Industri Tekstil Dan Aneka
400 400 Orang
1.875.005
Standar Nasional Indonesia Produk Industri Tekstil Dan Aneka
6 16 RSNI 5 17 SNI
1.875.006
Sarana Dan Prasarana Laboratorium Pengujian Standar Industri Tekstil Dan Aneka
1 0 Lab Uji
1.875.007 Pengembangan Merk (branding) Industri Tekstil Dan Aneka
20 77 Perusahaan
1.875.008 Pendirian Bufferstock Kapas Dan Material Center
2 2 Bufferstock
1.875.009
Dokumen Perencanaan, Pelaporan Dan Data Industri
1 1 Dokumen 2 2 Dokumen
1875.017 Pendalaman Struktur Industri Tekstil dan Aneka
1 1 Industri
1875.018 Keterkaitan Industri Tekstil dan Aneka
300 389 Perusahaa
n
1876.001 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir
2 2 RSKKNI 2 2 RSKKNI
58
No. Program/Kegiatan 2015 2016
T R Satuan T R Satuan
1876.002
Rancangan Standar Nasional Indonesia Produk Industri Kimia Hilir
15 22 RSNI 10 10/1
6s RSNI
1876.003
Verifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Industri Kimia Hilir
150 145 Komoditi
1876.004 Peningkatan akses pasar dalam dan luar negeri
20 90 Perusahaan
1876.005 Standar Nasional Indonesia Wajib Produk Industri Kimia Hilir
3 3 SNI Wajib 1 1 SNI Wajib
1876.006 Fasilitasi Industri Kimia Hilir
3 3 Komoditi 5,5 5,5 Komoditi
1876.007 Restrukturisasi Industri Kimia Hilir
1876.008 Bantuan mesin dan peralatan
1 0 Unit Kerja
1876.009 Dukungan Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Unit
3 3 Dokumen 1 1 Dokumen
1876.010 Bimbingan Teknis Industri Kimia Hilir
20 20 Orang
1876.013 Peningkatan keterkaitan Industri Kimia Hilir
2 2 Dokumen
1877.001 Revitalisasi/penumbuhan Industri Pupuk
3 3 Dokumen 3 1 Dokumen
1877.002
Optimalisasi Pengoperasian Bantuan Peralatan Proses Pupuk Organik
2 2 Pabrik 2 1 Pabrik
1877.003 Fasilitasi Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam
1 0 Unit 2 1 Unit/Industri
1877.004 Rancangan SNI 6 3 RSNI 6 6 RSNI
1877.005 Penerapan SNI Wajib Industri Kimia Hulu
6 6 SNI Wajib 3 0 SNI Wajib
1877.006 Peningkatan kerjasama, iklim usaha, promosi dan investasi
4 4 Laporan 5 1 laporan
1877.007 Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hulu
1 1 RSKKNI 1 0 RSKKNI
59
No. Program/Kegiatan 2015 2016
T R Satuan T R Satuan
1877.008 Peningkatan Kompetensi SDM Industri
85 35 Orang
1877.009 Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia
4 4 dokumen 3 1 Dokumen
1877.010
Fasilitasi Pengembangan Industri Petrokimia di Papua Barat
2 1 Industri
1877.011
Fasilitasi Pengembangan Industri Petrokimia Berbasis Migas
3 3 komoditi 1 1 Komoditi
1877.012 Pengoperasian Center of Excellence Industri Petrokimia
1 1 CoE
1877.013 Penyusunan Program Dan Evaluasi Kinerja Industri Kimia Hulu
6 6 dokumen 3 3 Dokumen
1877.014
Bantuan Peralatan/Mesin dalam rangka Optimalisasi Pupuk Organik
2 0 Pabrik
1879.001
Dokumen Perencanaan, Penganggaran, Monitoring, Evaluasi, Data Dan Sistem Informasi
10 10 Dokumen 10 10 Dokumen
1879.002 Laporan Sistem Tata Kelola Keuangan
5 5 Laporan 1 1 Dokumen
1879.003 Pembinaan Kompetensi Sdm Aparatur
168 168 Orang 168 180 Orang
1879.004
Dokumen Administrasi Dan Layanan Kepegawaian Serta Layanan Publik
5 5 Dokumen
1879.005
Rekomendasi Peningkatan Iklim Usaha, Mutu Produk Dan Kerjasama Industri
17 17 Dokumen 168 1 Dokumen
1879.006
Verifikasi Dan Sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk Industri
20 20 Produk
terkodifikasi
350 350 Sertifikat
60
No. Program/Kegiatan 2015 2016
T R Satuan T R Satuan
Kimia, Tekstil Dan Aneka
1879.007
Business Matching P3dn Pada Sektor Industri Kimia, Tekstil Dan Aneka
17 4 Sektor
1879.994 Layanan Perkantoran 12 12 Bulan 12 12 Bulan
1879.996 Perangkat Pengolah Data Dan Komunikasi
210 210 Unit 210 144 Unit
1879.998 Gedung/bangunan 130
0 1300 M2 1300 1300 M2
5881.005
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktifitas Industri Bahan Galian Nonlogam
6 6 Dokumen
5881.006
Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Bahan Galian Nonlogam
6 5 RSNI
5881.007 Sni Wajib Industri Bahan Galian Nonlogam
3 2 SNI Wajib
5881.009 Pengawasan Sni Wajib Industri Bahan Galian Nonlogam
30 0 Perusahaan
5881.011
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Industri Bahan Galian Nonlogam
2 1 RSKKNI
5881.012 Sdm Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Disertifikasi
60 40 Orang
5881.016
Produk Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (tkdn)
30 75 Produk
5881.017
Dukungan Penyelenggaraan Tugas Dan Fungsi Unit Eselon II
3 3 Dokumen
61
Capaian output terus diupayakan untuk diperbaiki tiap tahunnya, pada tahun ini
capaian output tidak dapat dikurangi meski terdapat penghematan anggaran cukup
besar, namun output yang mencapai target pun masih cukup banyak.
B. REALISASI ANGGARAN
Seluruh program kegiatan Ditjen IKTA Tahun 2016 telah terlaksana dengan cukup baik
karena diantaranya telah terbukti mampu mencapai sasaran strategis dan target
Indikator Kinerja Utama (IKU). Namun, disamping pencapaian fisik tersebut, Ditjen
IKTA perlu menyandingkan aspek akuntabilitas keuangan berdasarkan sasaran
strategis sehingga diketahui berapa nilai alokasi dan realisasi anggaran untuk
mendukung pencapaian sasaran Ditjen IKTA. Hal ini relevan dengan pergeseran
paradigma penganggaran dari penganggaran berbasis pengeluaran rutin dan
pembangunan menjadi Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK).
Untuk itu, Ditjen IKTA menerapkan PBK untuk meningkatkan efektifitas alokasi
anggaran melalui perancangan program/ kegiatan yang diarahkan untuk mencapai
hasil dan keluaran yang ditetapkan sehingga meningkatkan efisiensi, kredibilitas, serta
akuntabilitas kinerja. Realisasi anggaran dibagi menjadi dua bagian dimana
memperhitungkan anggaran yang di blokir sesuai dengan Inpres No. 8 tahun 2016 dan
anggaran yang sesuai dengan DIPA terakhir. Beberapa output tidak terdapat
realisasinya dikarenakan output tersebut dihapuskan sebagai dampak penghematan
anggaran. Berikut disajikan tabel realisasi DIPA Ditjen IKTA Tahun 2016:
62
Tabel 3.16 Realisasi Keuangan Ditjen IKTA Tahun 2016 per Output
Kode Output/ Rincian/
Akun Pagu
Pagu Non Blokir
Realisasi %
Pagu
% Pagu Non
Blokir
1875.001
Rekomendasi Kebijakan Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Tekstil Dan Aneka
1,717,154,000 969.018.000 968.711.100 56,41 99,97
1875.002
Revitalisasi Perusahaan Industri Tekstil Dan Aneka
18,027,540,000 9.817.873.000 9.817.030.000 54,46 99,99
1875.003
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Industri Tekstil Dan Aneka
1,678,072,000 375.903.000 375.631.500 22,38 99,93
1875.004
Sertifikasi Sumber Daya Manusia Industri Tekstil Dan Aneka
3,498,738,000 1.345.012.000 1.345.012.000 38,44 100,0
0
1875.005
Standar Nasional Indonesia Produk Industri Tekstil Dan Aneka
5,055,127,000 3.056.739.000 3.055.965.000 60,45 99,97
1875.006
Sarana Dan Prasarana Laboratorium Pengujian Standar Industri Tekstil Dan Aneka
105,261,000 1.800.000 1.800.000 1,71 100,0
0
1875.007
Pengembangan Merk (branding) Industri Tekstil Dan Aneka
16,072,699,000 5.678.668.000 5.669.841.696 35,28 99,84
1875.008
Pendirian Bufferstock Kapas Dan Material Center
7,105,370,000 374.534.000 374.533.500 5,27 100,0
0
1875.009
Dokumen Perencanaan, Pelaporan Dan Data Industri
6,139,928,000 1.765.052.000 1.763.224.000 28,72 99,90
63
Kode Output/ Rincian/
Akun Pagu
Pagu Non Blokir
Realisasi %
Pagu
% Pagu Non
Blokir
1876.001
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir
780,610,000 107260000 106.880.000 13,69 99,65
1876.002
Rancangan Standar Nasional Indonesia Produk Industri Kimia Hilir
1,933,750,000 1474362000 1.470.625.400 76,05 99,75
1876.003
Verifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Industri Kimia Hilir
534,624,000 413038000 412.485.427 77,15 99,87
1876.004
Peningkatan akses pasar dalam dan luar negeri
815,200,000 400000000 399.730.000 49,03 99,93
1876.005
Standar Nasional Indonesia Wajib Produk Industri Kimia Hilir
1,522,857,000 556053000 555.403.800 36,47 99,88
1876.006
Fasilitasi Industri Kimia Hilir
7,372,800,000 2535586000 2.532.814.857 34,35 99,89
1876.007
Restrukturisasi Industri Kimia Hilir
0 0 0
1876.008
Bantuan mesin dan peralatan
1,000,000,000 0 0
1876.009
Dukungan Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Unit
2,065,520,000 1481069000 1.467.126.136 71,03 99,06
1876.010
Bimbingan Teknis Industri Kimia Hilir
1,272,572,000 629745000 628.864.350 49,42 99,86
1877.001
Revitalisasi/penumbuhan Industri Pupuk
1,518,281,000 652391000 642714150 42,33 98,52
1877.002
Optimalisasi Pengoperasian Bantuan Peralatan Proses Pupuk Organik
321,323,000 273477000 262973065 81,84 96,16
1877.003
Fasilitasi Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam
986,286,000 371701000 364614170 36,97 98,09
64
Kode Output/ Rincian/
Akun Pagu
Pagu Non Blokir
Realisasi %
Pagu
% Pagu Non
Blokir
1877.004
Rancangan SNI 1,036,533,000 383290000 379240000 36,59 98,94
1877.005
Penerapan SNI Wajib Industri Kimia Hulu
307,570,000 119800000 117809600 38,30 98,34
1877.006
Peningkatan kerjasama, iklim usaha, promosi dan investasi
2,367,419,000 1420282000 1404848447 59,34 98,91
1877.007
Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hulu
413,335,000 192420000 188920000 45,71 98,18
1877.008
Peningkatan Kompetensi SDM Industri
621,200,000 393410000 393236100 63,30 99,96
1877.009
Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia
4,569,448,000 1273752000 1260859177 27,59 98,99
1877.010
Fasilitasi Pengembangan Industri Petrokimia di Papua Barat
754,660,000 370070000 366568800 48,57 99,05
1877.011
Fasilitasi Pengembangan Industri Petrokimia Berbasis Migas
464,688,000 199178000 195236500 42,01 98,02
1877.012
Pengoperasian Center of Excellence Industri Petrokimia
2,380,950,000 411861000 374495880 15,73 90,93
1877.013
Penyusunan Program Dan Evaluasi Kinerja Industri Kimia Hulu
1,173,684,000 963204000 945816332 80,59 98,19
1877.014
Bantuan Peralatan/Mesin dalam rangka Optimalisasi Pupuk Organik
907,000,000 0 0
5881.005
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan
5,620,571,000
4.302.635.000
4.265.612.468 63,67 99,14
65
Kode Output/ Rincian/
Akun Pagu
Pagu Non Blokir
Realisasi %
Pagu
% Pagu Non
Blokir
Produktifitas Industri Bahan Galian Nonlogam
1879.001
Dokumen Perencanaan, Penganggaran, Monitoring, Evaluasi, Data Dan Sistem Informasi
6,700,000,000
2.945.635.000
2.935.355.589
77,25 99,65
1879.002
Laporan Sistem Tata Kelola Keuangan
3,800,000,000
2.150.341.000
2.134.224.850
87,85 99,25
1879.003
Pembinaan Kompetensi Sdm Aparatur
2,429,355,000
2.654.538.000
2.634.481.135
81,98 99,24
1879.004
Dokumen Administrasi Dan Layanan Kepegawaian Serta Layanan Publik
3,213,380,000
4.014.981.000
3.994.410.507
48,54 99,49
1879.005
Rekomendasi Peningkatan Iklim Usaha, Mutu Produk Dan Kerjasama Industri
8,228,702,000
4.100.000.000
4.090.205.350
99,76 99,76
1879.006
Verifikasi Dan Sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk Industri Kimia, Tekstil Dan Aneka
4,100,000,000
1.251.342.000
1.206.810.382
60,34 96,44
1879.007
Business Matching P3dn Pada Sektor Industri Kimia, Tekstil Dan Aneka
2,000,000,000
27.148.426.000
26.605.485.935
98,00 98,00
1879.994
Layanan Perkantoran
27,148,426,000
340.000.000
331.860.000
97,61 97,61
1879.996
Perangkat Pengolah Data Dan Komunikasi
340,000,000
120.000.000
115.256.900
96,05 96,05
1879.998
Gedung/bangunan
120,000,000 4.145.336.000 4.112.103.200 73,16 99,20
66
Kode Output/ Rincian/
Akun Pagu
Pagu Non Blokir
Realisasi %
Pagu
% Pagu Non
Blokir
5881.006
Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Bahan Galian Nonlogam
745,100,000 270.072.000 264.652.100 35,52 97,99
5881.007
Sni Wajib Industri Bahan Galian Nonlogam
692,691,000 317.381.000 313.014.700 45,19 98,62
5881.009
Pengawasan Sni Wajib Industri Bahan Galian Nonlogam
690,775,000 100.475.000 96.836.000 14,02 96,38
5881.011
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Industri Bahan Galian Nonlogam
663,250,000 92.700.000 92.687.960 13,97 99,99
5881.012
Sdm Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Disertifikasi
745,700,000 475.316.000 475.295.872 63,74 100,0
0
5881.016
Produk Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (tkdn)
121,600,000 121.600.000 120.892.649 99,42 99,42
5881.017
Dukungan Penyelenggaraan Tugas Dan Fungsi Unit Eselon Ii
1,703,260,000 1.041.603.000 1.026.443.140 60,26 98,54
Total 163,583,009,00
0 93,598,929,000
92.658.639.724
56,64 99,00
67
Tabel 3.17
Realisasi Keuangan Ditjen IKTA Tahun 2016 per Sasaran Strategis
No. Sasaran Strategis (SS) Pagu Realisasi
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
1. Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional
32,761,857,000 17,193,131,027
2 Meningkatnya penguasaan pasar di dalam dan luar negeri
19,255,318,000 7,474,420,143
3 Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri
12,054,427,000 3,981,023,662
4 Menguatnya struktur industri 15,886,110,000 2,736,316,392
PERSPEKTIF PROSES BISNIS
1 Meningkatnya daya saing industri melalui pengembangan standardisasi industri
12,089,664,000 6,255,346,500
2 Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan non-fiskal
8,062,491,000 3,081,933,251
3 Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri
6,756,224,000 5,830,393,808
4 Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional
1,520,769,000 1,515,295,963
PERSPEKTIF ORGANISASI
1 Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
27,608,426,000 27,052,602,835
2 Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran
15,317,870,000 7,010,110,964
3 Meningkatkan kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran
943,753,000 941,193,625
4 Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola keuangan
3,800,000,000 2,935,355,589
5 Meningkatnya akuntabilitas pegawai Ditjen IKTA
5,642,735,000 4,768,705,985
6 Meningkatnya faktor penunjang pengembangan industri
1,883,365,000 1,882,809,980
Total 163,583,009,000 92,658,639,724
Pagu anggaran telah disesuaikan untuk sasaran strategis utama yakni sasaran strategis
perspektif pemangku kepentingan, dimana pada sasaran strategis tersebut pagu anggaran
68
paling banyak digunakan, termasuk pada program prioritas yaitu penyusunan Rancangan
Standar Nasional Indonesia.
Dalam merealisasi anggaran tersebut terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi
Ditjen IKTA. Hambatan dan kendala yang cukup berarti pada tahun 2016 ini adalah
sebagai berikut:
1. Perlambatan ekonomi nasional dikarenakan dampak pelemahan ekonomi global.
2. Penghematan anggaran yang diatur oleh Instruksi Presiden Nomor 4 dan Nomor 8
tahun 2016, menyebabkan banyak kegiatan yang tidak dapat terlaksana dan terdapat
kegiatan yang belum terbayar yaitu Pameran Proud Of Indonesia dan Pameran
Intertextile SHanghai 2016.
3. Kegiatan Tahun 2016, masih dalam tahap koordinasi. sedangkan PLB untuk kapas
sudah berjalan di Ciakarang Dryport dan PLB Dunia express di Cakung. rencana
Penyediaan peralatan labolatorium pengujian kapas untuk menguji grade dan kualitas
kapas serta mengatasi dispute yang sering terjadi dalam penentuan grade dan kualitas
kapas, Pelatihan sumber daya manusia (SDM) tenaga ahli kapas (cotton classer/cotton
grader) untuk mendukung labolatorium pengujian kapas , Menyusun Standar Nasional
Indonesia (SNl) kapas sebagai acuan kualitas kapas terutama jika terjadi dispute akan
direalisasikan untuk membantu PLB.
69
BAB IV
PENUTUP
A. TINJAUAN UMUM
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (Ditjen IKTA) selama tahun 2016
telah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan sasaran yang
ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan Ditjen IKTA mencapai target
indikator di beberapa sasaran strategis sebagaimana tersaji pada uraian evaluasi
kinerja. Dari sisi realisasi anggaran, Ditjen IKTA secara umum mencapai realisasi
penggunaaan anggaran sebesar 58,82 persen atau sebesar Rp. 92.658.639.724,- dari
nilai yang memperhitungkan blokir anggaran sesuai Inpres No. 8 tahun 2016, apabila
tidak memperhitungkan anggaran yang di blokir tersebut maka realisasi penggunaan
anggaran sebesar 99 persen. Data tersebut didapatkan dari realisasi keuangan yang
telah diaudit.
Realisasi Kegiatan dan anggaran pada tahun ini sangat dipengaruhi oleh adanya
Instruksi Presiden Nomor 4 dan Nomor 8 tahun 2016 terkait penghematan anggaran,
namun tahun 2016 ini telah memaksimalkan upaya untuk melaksanakan seluruh
kegiatan dan juga merealisasikan anggarannya. Dampak dari penghematan tersebut
banyak dari kegiatan prioritas perlu dilanjutkan pada tahun 2017 atau bahkan yang
dialihkan ke tahun selanjutnya, kegiatan tersebut seperti penyusunan RSKKNI,
Fasilitasi penyusunan FS Semen Kupang III dan industri ban, keramik, dan kaca, dan
Fasilitasi penyusunan FS Pembangunan Pabrik Bahan Baku Obat berbasis Migas,
Pembangunan Pilot Plant Propylene berbasis CPO, Pembangunan Pilot Plant Polymer
Enhanced Oil Recovery.
70
B. STRATEGI DITJEN INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL DAN ANEKA
Pada tahun 2016, IKTA telah merumuskan arah kebijakan yang mencakup beberapa
hal pokok sebagai berikut :
1. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan industri
prioritas nasional melalui rencana aksi pembangunan industri prioritas
direktorat jenderal industri kimia, tekstil, dan aneka.
2. Mendukung melancarkan Program Prioritas Nasional untuk dapat memenuhi
kebutuhan akan bahan baku/ bahan penolong.
3. Melaksanakan Pembangunan Sumber Daya Industri, baik sumber daya manusia,
sumber daya alam maupun pengembangan dan pemanfaatan teknologi
industri.
4. Melaksanakan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Industri, baik standardisasi
industri maupun sistem informasi industri.
5. Menyusun peraturan perundang-undangan untuk memberikan kepastian dan
perlindungan hukum dalam pembangunan industri nasional.
6. Mendorong pertumbuhan industri di luar Pulau Jawa
7. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain dalam
mendukung pembangunan industri nasional.
Kebijakan pokok tersebut merupakan dasar penyusunan Rencana Strategis Ditjen
IKTA Tahun 2015 – 2019. Secara khusus, tindak lanjut dari program yang dilaksanakan
pada tahun 2015 ialah:
1. Penjadwalan kegiatan dan koordinasi antara dengan PPK masing-masing
Direktorat.
2. Koordinasi lebih awal dalam perencanaan kegiatan konsinyering, sosialisasi, dan
Pertemuan Teknis lintas kementerian.
3. Pengajuan di awal tahun untuk pengadaan barang/jasa dengan metode
pelelangan dan koordinasi dengan ULP sehingga tidak terjadi kembali lelang gagal
di tahun yang akan datang.
4. Rencananya pada tahun 2017 akan dilakukan kegiatan fasilitasi Peningkatan
Pengelolaan Usaha Tidak dilaksanakan untuk 6 perusahaan
71
5. Akan dilakukan review dan penganggaran pada tahun 2017 untuk dapat mengejar
target yang tidak tercapai dan beberapa kegiatan yang tidak terbayarkan di tahun
2016.
6. Kegiatan Fasilitasi Material center akan direalisasikan dan dianggarkan pada
tahun 2017
72
LAMPIRAN
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner