Top Banner
1 LAPORAN AKHIR TAHUN TEKNOLOGI INTEGRASI KOPI, KAKAO DAN KAMBING PADA LAHAN KERING DATARAN RENDAH-MEDIUM IKLIM BASAH SPESIFIK BENGKULU UNTUK EFISIENSI PRODUKSI SAMPAI 50% SERTA MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 20% Afrizon Siswani Dwi Daliani Yong Farmanta Marzan BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2010 No Kode : 26.3.RPTP.1435 A2
34

LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

Mar 27, 2019

Download

Documents

NguyễnThúy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

1

LAPORAN AKHIR TAHUN

TEKNOLOGI INTEGRASI KOPI, KAKAO DAN KAMBING PADA LAHAN KERING DATARAN RENDAH-MEDIUM IKLIM BASAH

SPESIFIK BENGKULU UNTUK EFISIENSI PRODUKSI SAMPAI 50% SERTA MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 20%

Afrizon Siswani Dwi Daliani

Yong Farmanta Marzan

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2010

No Kode : 26.3.RPTP.1435 A2

Page 2: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

2

LAPORAN AKHIR TAHUN

TEKNOLOGI INTEGRASI KOPI, KAKAO DAN KAMBING PADA LAHAN KERING DATARAN RENDAH-MEDIUM IKLIM BASAH

SPESIFIK BENGKULU UNTUK EFISIENSI PRODUKSI SAMPAI 50% SERTA MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 20%

Oleh

Afrizon Siswani Dwi Daliani

Yong Farmanta Marzan

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2010

Page 3: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

3

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul : Teknologi Integrasi Kopi, kakao dan ternak kambing Pada lahan Kering Dataran Rendah – medium iklim basah spesifik Bengkulu untuk efisiensi produksi sampai 50 % serta meningkatkan pendapatan petani 20 %

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : Jalan Irian Km.6,5 Kel.Semarang, Bengkulu 38119

4. Penanggung Jawab : a. Nama : Drs. Afrizon, M.Si b. Pangkat / Golongan : Penata Tk I/IIId c. Jabatan

c1. Struktural c2. Fungsional

: :

- Peneliti Pertama

5. Lokasi Kegiatan : Desa Babakan Bogor Kabupaten Kepahiang

6. Status Kegiatan : Baru 7. Tahun Dimulai : 2010 8. Biaya : Rp 28.050.000,- (Dua puluh delapan juta

lima puluh ribu rupiah) 9. Sumber Dana : Satuan Kerja Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Bengkulu. Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian T.A 2010

Mengetahui, Penanggung Jawab kegiatan, Kepala Balai,

Dr. Ir. Tri Sudaryono, MS NIP. 19580820 198303 1 002

Drs. Afrizon, M.Si

NIP. 19620415199303 1001630301

Page 4: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat karunia-Nyalah

Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi, Kakao dan Kambing (K3) Pada

Lahan Kering Dataran Rendah-Medium Iklim Basah Spesifik Bengkulu Untuk Efisiensi

Produksi Sampai 50 % Serta Meningkatkan Pendapatan Petani 20 % dapat diselesaikan.

Laporan ini berisi tentang hasil pelaksanaan kegiatan dari bulan Januari sampai Juni 2010.

Kegiatan K3 yang telah dilaksanakan sampai dengan bulan Desember 2010 antara

lain kegiatan non fisik yang meliputi (1) Koordinasi dengan Dinas Pertanian dan ketahanan

pangan dan dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepahiang untuk mendiskusikan

rencana kegiatan di daerah kabupaten Kepahiang sekaligus penentuan lokasi kegiatan sesuai

potensi dan persyaratan pelaksanaan kegiatan, (2) Peninjauan beberapa desa calon lokasi

untuk melihat kemungkinan dijadikan lokasi pengkajian,(3) Penetapan Desa yang dijadikan

sebagai lokasi Pengkajian,(4) Identifikasi petani dan penetapan nama-nama koperator yang

akan berperan aktif dalam kegiatan. Sedangkan kegiatan fisik dilapangan adalah

pembuatan kompos dan pakan ternak kambing, pemupukan tanaman kopi dan kakao,

pemangkasan serta pengamatan terhadap semua perlakuan yang diberikan terhadap

tanaman dan ternak.

Dengan selesainya laporan akhir tahun ini kami mengucapkan terima kasih kepada

Kepala BPTP Bengkulu atas bimbingan dan arahan-arahannya dalam kegiatan ini sehingga

kagiatan lebih fokus dari segi lokasi dan aplikasi teknologi, demikian juga kepada rekan-

rekan anggota tim yang telah memberikan tenaga dan pikiran sehingga kegiatan ini dapat

terlaksana dengan baik. Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Bengkulu, Desember 2010

Penanggung Jawab Kegiatan

Drs. Afrizon, M.Si

NIP 19620415 199303 1001

Page 5: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

5

Daftar Isi

halaman

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

DAFTAR ISI .........................................................................................

DAFTAR TABEL.....................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................

ABSTRAK..............................................................................................

ABSTRACT............................................................................................

V

vi

vii

viii

ix

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2. Tujuan ..................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................

2.1. Potensi .....................................................................................

2.2. Pengertian Integrasi K3..............................................................

3

3

5

III. METODE PENGKAJIAN .................................................................... 6

3.1. Lokasi Pengkajian ..................................................................... 6

3.2. Cakupan Kegiatan .....................................................................

3.3. Metode Pengkajian ....................................................................

6

6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................

VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN...........................................................

9

16

17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

LAMPIRAN ...........................................................................................

18

19

Page 6: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

6

Daftar Tabel

Halaman

1. Inovasi teknologi pada masing masing komoditi ........................................... 6

2. Komposisi anjuran pakan tambahan untuk kambing....................................... 8

3. Analisis C/N pupuk kompos kulit kopi (%) ................................................... 9

4. Perbandingan Kandungan hara kompos limbah kulit kopi dengan Standar SNI.. 10

5. Potensi substitusi limbah kulit kopi terhadap pupuk an organik........................ 12

6. Produksi kopi sebelum dan sesudah aplikasi teknologi...................................... 13

7. Produksi kakao pra dan pasca aplikasi teknologi……………………………………………. 14

8. Rata rata Berat badan kambing pra dan pasca perlakuan setelah 6 bulan.......... 15

Page 7: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

7

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Sitem Integrasi K3........................................................................................... 20

2. Dokumentasi Kegiatan Pengkajian K3............................................................ 21

Page 8: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

8

Abstrak

Pengkajian Teknologi Integrasi Kopi, kakao dan ternak kambing Pada lahan Kering

Dataran Rendah – medium iklim basah spesifik Bengkulu untuk efisiensi produksi sampai 50

% serta meningkatkan pendapatan petani 20 % dilaksanakan din lahan petani Desa

Babakan Bogor Kabupaten Kepahiang. Pelaksanaan fisik lapangan dimulai pada bulan Mai

2010. Teknologi yang diterapkan adalah pembuatan kompos dari bahan baku kulit kopi dan

kulit kakao, pembuatan formulasi pakan ternak kambing dari bahan dasar kulit kopi.

Selanjutnya kompos diaplikasi ke tanaman kopi dan kakao dengan dosis 20 kg sebanyak 10

tanaman, 10 kg sebanyak masing masing 10 tanaman kemudian ditambah setengah dosis

pupuk an organk. Sedangkan pakan ternak kambing tambahan diberikan setiap hari dengan

dosis 1 % dari berat badan kambing. Hasil menunjukan perbedaan dalam hal produksi

tanaman kopi dan kakao serta peningkatan berat badan kambing walaupun

perubahan belum signifikan. Pertambahan produksi kopi terjadi sekitar 75

kg/ha/tahun, pertambahan produksi kakao sekitar 75 kg/ha/tahun dan penambahan

berat badan kambing selama 6 bulan pengamatan adalah 5,75 kg (Perlakuan) dan

3,18 kg (kontrol) atau terjadi kenaikan seberat 2,57 kg selama 6 bulan dibandingkan

dengan kebiasaan petani.

Kata kunci : Integrasi tanaman, ternak, limbah kulit kopi

Page 9: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

9

Abstract

Assessment of Technology Integration Coffee, cocoa and goats in Dry land Lowland -

Bengkulu specific medium wet climate for production efficiency by 50% and 20% increase

farmers' income farmers held land din Village Kepahiang Babakan Bogor Regency. Physical

Implementation of the field began in May 2010. The technology applied is the manufacture

of compost from raw materials leather coffee and cocoa leather, manufacture of animal feed

formulations of ingredients goat leather coffee. Next compost applied to plant coffee and

cocoa with a dose of 20 kg as many as 10 plants, 10 kg of each of 10 plants and then added

a half dose of fertilizer organk. While additional goat feed given each day with a dose of 1%

of body weight of goats. Results showed differences in terms of crop production of coffee

and cocoa as well as weight gain, although sheep do not change significantly. Increased

coffee production occurs around 75 kg / ha / year, cocoa production increase of about 75 kg

/ ha / year and weight gain during 6 months of observation goat was 5.75 kg (treatment)

and 3.18 kg (control) or an increase weighing 2.57 kg during 6 months compared with the

habitsoffarmers.

Keywords : Integration of crop, livestock, coffee leather waste

Page 10: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

10

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Kepahiang merupakan sentra produksi kopi di Propinsi Bengkulu dengan

luas pertanaman saat ini seluas 24.186. Luasan pertanaman ini cenderung fluktiatif akibat

pengaruh harga pasar dan perilaku petani. Bila dilihat dari potensi produksi maka

Produtifitas ini masih tergolong rendah dengan kisaran antara 400 - 600 kg /ha.

Sedangkan produksi rata-rata nasional yang mencapai 900 kg/ha. Berbagai faktor

penyebab rendahnya produtifitas kopi rakyat antara lain teknik budidaya masih tradisional,

tanaman banyak yang sudah tua dan sebagian besar belum menggunakan klon unggul.

Peluang untuk meningkatkan produksi masih terbuka tentunya dengan penerapan inovasi

teknologi yang sesuai dengan kondisi agroekologi setempat.

Kopi termasuk tanaman yang menghasilkan limbah hasil sampingan pengolahan

yang cukup besar yang berkisar antara 50 - 60 persen dari hasil panen berupa kulit kopi.

Bila hasil panen kopi sebanyak 1000 kg kopi segar berkulit, maka yang menjadi biji kopi

hanya sekitar 400 – 500 kg dan sisanya berupa kulit kopi yang bisa sebagai salah satu

bahan dasar untuk pembuatan pupuk kompos (Puslitkoka, 2005). Banyak manfaat dari

limbah kopi disamping sebagai bahan dasar kompos juga berpotensi sebagai bahan pakan

ternak.

Pada beberapa tahun terakhir ini komoditi kakao mulai dikembangkan oleh

pemerintah daerah mengingat komoditi ini cocok dikembangkan diwilayah ini. Kabupaten

Kepahiang pada tahun 2007 sudah mengembangkan 4 juta bibit unggul kakao untuk

ditanam di lahan petani melalui program diversivikasi dengan tanaman kopi rakyat dan saat

ini sudah mulai berproduksi. Hampir 100 persen kakao rakyat di daerah ini dipasarkan

kepedagang pengumpul dalam bentuk biji dan umumnya tanpa fermentasi. Tanaman kakao

ini juga menghasilkan limbah kulit kakao yang mengandung protein cukup baik untuk bahan

pakan ternak kambing.

Produtifitas kakao di Bengkulu masih tergolong rendah yaitu berkisar antara 0,5

sampai 0,9 ton/ha/tahun. Potensi hasil mencapai 2 ton/ha dengan pemeliharaan yang baik.

Melalui inovasi teknologi perbaikan budidaya dan pasca panen produktivitas tanaman kakao

di Bengkulu masih berpeluang untuk ditingkatkan. Pengembangan kakao tidak hanya dalam

skala perkebunan rakyar, namun sebagai tanaman pekarangan dapat meningkatkan

pendapatan petani sepanjang tahun karena kakao dipanen secara berkesinambungan.

Page 11: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

11

Usahatani kopi dan kakao yang dilakukan petani saat ini masih berjalan secara

sendiri-sendiri atau belum ada mengkombinasikan beberapa komoditi dalam suatu

hamparan, sehingga dengan pola ini belum tercipta produktifitas dan efisiensi yang optimal.

Untuk mengoptimalkan usahatani kopi dan kakao rakyat ini diperlukan adanya suatu inovasi

teknoloigi dengan menghimpun beberapa potensi usahatani yang selama ini belum

dimanfaatkan oleh petani. Salah satu inovasi yang prospektif dikembangkan adalah model

integrasi kopi, kakao dan kambing. Dengan bersinergisnya ketiga komoditi ini diharapkan

ketersediaan sebagian pupuk dan pakan kambing dapat dipenuhi dalam suatu sistem

usahatani terpadu. Diharapkan dengan penerapan Integrasi akan tercipta efisiensi usahatani

dalam upaya untuk meningkatkan produktifitas lahan dan pendapatan petani secara

berkesinambungan serta terciptanya lkelestarian lingkungan.

1.2. Tujuan

1. Menerapkan teknologi integrasi kopi, kakao dan kambing yang sesuai

dengan kondisi setempat.

2. Meningkatkan produktifitas lahan dan pendapatan petani

Page 12: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi

Propinsi Bengkulu dengan luas wilayah 1.978.870 ha memiliki potensi lahan

untuk lahan perkebunan seluas 818.748,74 ha ( 41,37 %). Daerah ini merupakan salah

satu wilayah penghasil kopi nasional bersama sama dengan Sumatera Selatan dan Lampung

menyumbang sekitar 60 % produksi kopi Indonesia (Ditjenbun, 2003). Disamping penghasil

devisa negara, kopi juga merupakan salah satu sumber pendapatan bagi petani di Bengkulu.

Luasan pertanaman kopi saat ini sekitar 88.493 ha yang tersebar di Bengkulu Utara 27.745

ha, Bengkulu Selatan 24.855 ha dan Rejang Lebong 35.893 ha dengan produksi 54.843,90

ton (Disbun, 2008).

Kabupaten Kepahiang merupakan sentra produksi kopi di Propinsi Bengkulu.

Disamping menghasilkan devisa komoditi ini merupakan salah satu sumber pendapatan bagi

petani. Luas pertanaman kopi rakyat di Propinsi Bengkulu 98.848 ha yang sebagian besar

seluas 24.186 (24,6%) terdapat di Kabupaten Kepahiang (BPS, 2009). Luasan pertanaman

cenderung fluktiatif akibat pengaruh pasar dan perilaku petani. Produtifitas masih

tergolong rendah dengan kisaran antara 400 - 600 kg /ha (Disbun, 2008). Kondisi ini jauh

dibawah rata-rata nasional yang mencapai 900 kg/ha. Berbagai faktor penyebab

rendahnya produtifitas kopi rakyat antara lain teknik budidaya masih tradisional, tanaman

banyak yang sudah tua dan sebagian besar belum menggunakan klon unggul. Melihat

potensi agroklimat yang ada, maka dengan penerapan inovasi teknologi produktifitas masih

berpeluang untuk ditingkatkan.

Produtifitas masih tergolong rendah yaitu berkisar antara 400 - 600 kg /ha jauh

dibawah rata-rata nasional yang mencapai 900 kg/ha. Berbagai faktor penyebab

rendahnya produtifitas kopi rakyat antara lain teknik budidaya masih tradisional, tanaman

banyak yang sudah tua dan sebagian besar belum menggunakan klon unggul. Melihat

potensi agroklimat yang ada, maka dengan penerapan inovasi teknologi produktifitas masih

berpeluang untuk ditingkatkan.

Kopi termasuk tanaman yang menghasilkan limbah hasil sampingan pengolahan

yang cukup besar yang berkisar antara 50 - 60 persen dari hasil panen berupa kulit kopi.

Bila hasil panen kopi sebanyak 1000 kg kopi segar berkulit, maka yang menjadi biji kopi

hanya sekitar 400 – 500 kg dan sisanya berupa kulit kopi yang bisa sebagai salah satu

bahan dasar untuk pembuatan pupuk kompos (Puslitkoka, 2005). Kandungan organik pada

Page 13: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

13

setiap bahan organik cenderung berbeda tergantung kepada susunan bahan pembentuknya.

Pemanfaatan pupuk kompos dari limbah kopi dapat dapat mengurangi ketergantungan

pupuk kimia dan menjaga kontinuitas penggunaan lahan serta kelestarian lingkungan.

Pemanfaatan pupuk kompos dari limbah kopi dapat dapat mengurangi

ketergantungan pupuk kimia dan menjaga kontinuitas penggunaan lahan serta kelestarian

lingkungan. Limbah kulit kopi dapat dijadikan pupuk kompos apabila telah mengalami

proses dekomposisi. Kompos dari hasil proses dekomposisi ini banyak mengandung unsur

hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Unsur yang dikandung antara lain

Nitrogen, Phospor dan Kalium. Limbah kulit kopi termasuk limbah padat. Limbah padat

adalah bahan sisa usaha yang tidak terpakai berbentuk padatan atau semi padatan.

Limbah padat ini merupakan campuran dari berbagai bahan baik yang tidak berbahaya

seperti sisa makanan dan limbah hasil pertanian maupun yang berbahaya seperti limbah

bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berasal dari industri (Mulia 2005)

Kakao juga merupakan tanaman perkebunan pada akhir-akhir ini menjadi pusat

perhatian bagi pemerintah untuk dikembangkan. Luas pertanaman saat ini di Propinsi

Bengkulu 1.676 ha yang sebagian besar tersebar di Kabupaten Bengkulu Utara 1.138,8 ha

(67,9 %) dan di Kabupaten Seluma 538 ha. Produtifitas kakao di Bengkulu masih

tergolong rendah yaitu berkisar antara 0,5 sampai 0,9 ton/ha/tahun. Potensi hasil kakao

dengan tingkat pemeliharaan yang baik dapat mencapai 2 ton/ha/tahun. Melalui inovasi

teknologi perbaikan budidaya dan pasca panen produktivitasnya masih berpeluang untuk

ditingkatkan. Tanaman kakao ini limbah kulit buah berkisar antara 60 – 70 %. Kulit buah

ini sangat baik untuk pakan tambahan alternatif ternak kambing dan bahan baku pupuk

kompos (Puslitkoka, 2008)

Produtifitas kakao di Bengkulu masih tergolong rendah yaitu berkisar antara 0,5

sampai 0,9 ton/ha/tahun. Menurut Chatijah dan Limbongan (1999) potensi hasil kakao

dengan tingkat pemeliharaan yang baik dapat mencapai 2 ton/ha/tahun. Melalui inovasi

teknologi perbaikan budidaya dan pasca panen produktivitas tanaman kakao di Bengkulu

masih berpeluang untuk ditingkatkan. Menurut Abdoellah dan Wardani (1993)

pengembangan kakao sebagai tanaman pekarangan dapat meningkatkan pendapatan petani

sepanjang tahun karena kakao dipanen secara berkesinambungan.

Hampir 100 persen kakao diekspor dalam bentuk biji dan umumnya tanpa

fermentasi. Harga kakao saat ini dalam bentuk biji kering ditingkat petani cukup tinggi

berkisar antara Rp 15.000 sampai Rp 20.000/kg dan cendrung naik. Untuk mengoptimalkan

usahatani kopi dan kakao rakyat ini diperlukan adanya suatu inovasi teknoloigi dengan

Page 14: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

14

menghimpun beberapa potensi usahatani yang selama ini dikelola oleh petani. Salah satu

inovasi yang prospektif dikembangkan adalah model integrasi kakao dengan kopi dan

kambing. Dengan bersinergisnya ketiga komoditi ini diharapkan ketersediaan sebagian

pupuk dan pakan kambing dapat dipenuhi dalam suatu sistem usahatani terpadu.

Diharapkan dengan penerapan Integrasi akan tercipta efisiensi usahatani dalam upaya untuk

meningkatkan pendapatan petani secara berkesinambungan.

2.2. Pengertian Integrasi K3

Integrasi K3 merupakan perpaduan tiga komoditi kopi, kakao dan kambing dalam

suatu system yang saling bersinergis. Tanaman kopi punya hasil sampingan limbah kulit

kopi. Limbah ini memiliki kandungan bahan organik cukup tinggi sehingga bisa sebagai

bahan baku pupuk kompos. Disamping itu berpotensi sebagai salah satu sumber pakan

alternative ternak kambing. Tanaman kakao punya kulit buah dengan kandungan protein

yang bisa sebagai pakan tambahan alternative kambing dan bahan baku pupuk kompos.

Sedangkan ternak kambing menghasilkan kotoran sebagai bahan formulasi pupuk kompos

yang dapat digunakan memupuk tanaman kopi dan kakao sehingga saling menguntungkan

dalam sistim produksi.

Dalam Integrasi K3 terdapat banyak kegiatan yang saling mendukung upaya

peningkatan produktifitas lahan dan perekonomian petani dengan implementasi inovasi

teknologi antara lain 1) penyambungan tanaman kopi, 2), pemangkasan tanaman kakao, 3)

kompos dari limbah kulit kopi, kakao dan kotoran ternak kambing serta pembuatan biogas.

Page 15: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

15

III. METODE PENGKAJIAN

3.1. Lokasi Pengkajian

Lokasi npenelitian berada di desa Babakan Bogor Kecamatan Kabawetan Kabupaten

Kepahiang

3.2. Cakupan Kegiatan

Setiap komoditi akan diterapkan beberapa teknologi yang mendukung. Untuk limbah

biji kopi dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk kompos, pemeliharaan tanaman

yang meliputi pemupukan dan pemangkasan. Untuk kulit kakao akan dijadikan sebagai

salah satu bahan dasar pupuk kompos dan pemeliharaan tanaman yang meliputi pemupukan

dan pemangkasan. Sedangkan untuk ternak kambing akan diadakan pengandangan,

perbaikan kandang dan pemberian formulasi pakan tambahan dari bahan dasar limbah kulit

kopi dan kulit buah kakao yang selama ini belum dimanfaatkan sebagai salah satu pakan

alternatif. Kegiatan diikuti oleh 4 petani kooperator yang akan menerapkan model

integrasi kopi, kakao, dan kambing, luas lahan tiap petani 0,5 ha

3.3. Metode Pengkajian

Metode yang diterapkan dalam pengkajian ini adalah seperti tabel dibawah ini :

Tabel 1. Inovasi teknologi pada masing masing komoditi

Komoditi Perlakuan Jumlah sampel Kopi

Diberi kompos 20 kg/ ph Diberi kompos 10 kg/ph Tanpa kompos/ existing Pemangkasan

10 tanaman (a) + 75 g urea, 40 g SP 36, 50 g KCl 10 tanaman (b) + 75 g urea, 40 g SP 36, 50 g KCl 10 tanaman 20 Tanaman (a + b)

Kakao

Diberi kompos 20 kg/ ph Diberi kompos 10 kg/ph Tanpa kompos/existing Pemangkasan

10 tanaman (a) + 75 g urea, 40 g SP 36, 50 g KCl 10 tanaman (b) + 75 g urea, 40 g SP 36, 50 g KCl 10 tanaman 20 tanaman (a + b)

kambing Pemberian pakan dari

limbah kakao

Pemberian pakan cara petani

3 ekor kambing/ petani (umur >1 th) 3 ekor/ petani

Page 16: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

16

3.4. Pembuatan pupuk kompos.

a. Bahan dan alat :

Limbah kulit kopi, Limbah kulit kakao, Pupuk kandang kambing, Dedak Padi (bekatul),

Gula Merah, EM4, Air bersih, Ember plastik, Terpal plastik, Alat penyiram tanaman

(Gembor) dll.

b. Cara Pembuatan :

1. EM4 + gula merah + 20 liter air diaduk merata

2. 80 % Limbah kopi + 10 % Pupuk kandang + 10 % Dedak padi diaduk sampai

rata (Limbah kulit kakao terlebih dulu dihaluskan/ dicincang)

3. Kalau campuran cukup banyak agar dibagi sesuai dengan luas tempat yang

tersedia

4. Pada setiap tumpukan campuran bahan organik tadi disiram dengan larutan

nomor 1

5. kemudian diaduk agar larutan merata pada semua campuran

6. Setiap satu minggu dilakukan pembalikan campuran bahan organik

7. Kalau campuran terlalu kering lakukan penyiraman secukupnya dengan air bersih

pakai sprayer.

8. Setelah 4 – 5 minggu kompos siap dibongkar

9. Kompos yang sudah terbentuk terlihat berwarna kehitam-hitaman, struktur remah

dan tidak panas

10. Aplikasi ketanaman dapat dilakukan 1 minggu setelah kompos matang

11. Untuk keseragaman pupuk disaring dengan saringan

12. Untuk tanaman kopi dan kakao diberikan sesesuai perlakuan (10 – 20

kg/tanaman) dengan cara membuat lobang sekeliling tanaman.

3.5. Pembuatan pakan ternak kambing

Untuk perkembangan berat badan kambing memerlukan protein yang seimbang.

Sumber protein tidak hanya berasal dari rumput-rumputan yang selama ini diberikan sebagai

pakan utama kambing. Dengan kombinasi beberapa bahan organik yang ada di lokasi dapat

dijadikan sebagai bahan pakan alternatif untuk menambah protein dan karbohidrat bagi

percepatan pertumbuhan berat badan kambing. Adapun bahan dan komposisi yang bisa

digunakan adalah seperti tabel 2

Page 17: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

17

Tabel 2. Komposisi anjuran pakan tambahan untuk kambing

No Bahan Jumlah (kg) 1 2 3 4 5 6 7

Dedak padi Kulit Kakao Kulit Kopi

Kapur Gula aren

Garam dapur Mineral Premik

40 40 15 1

1,5 1

0,5

Jumlah 100

3.6. Parameter yang diukur

Kandungan N, P dan K kompos (Hasil analisis)

Substitusi terhadap pupuk an organik

Produksi kopi

Produksi Kakao

Peningkatan berat kambing

3.7.Metode Analisis

Membandingkan produktivitas dari inovasi yang diterapkan terhadap kebiasaan

petani sebelumnya. Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif antar perlakuan (Petani dan

Inovasi)

Page 18: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil analisis kompos

3.1. 1. Analisis C/N

Analisis C/N bertujuan untuk melihat sampai sejauh mana tingkat kematangan

bahan organik setelah mengalami proses dekomposisi atau penguraian. Nilai C/N ini

merupakan perbandingan antara karbon dan Nitrogen. Hasil analisis terhadap

perbandingan Carbon dan Nitrogen kompos disajikan dalam tabel 3 berikut :

Tabel 3. Analisis C/N pupuk kompos kulit kopi (%)

N

o

Kandungan Hasil analisis

1

2

3

4

C organic

Nitrogen

C/N

Bahan Organik

24,20

1,98

12,22

30,61

Dari Tabel 3 diatas terlihat bahwa nilai C/N dari pupuk kompos yang diproses

selama 4 minggu nilai C/N 12,22 (dibawah angka 20 %). Hal ini mengindikasikan bahwa

pada proses dekomposisi bahan organik pertanian dari limbah kulit kopi dapat dinyatakan

baik menurut standart kualitas kompos SNI 2004 dan bisa langsung diserap tanaman

setelah diaplikasi karena sudah mendekati atau sama dengan nilai C/N tanah yaitu 10 – 12

% (Isroi, 2008). Pembuatan kompos ini menggunakan bioaktifator, sehingga proses

dekomposisi berlangsung lebih cepat. Bioaktifator adalah bahan aktif mengandung bakteri

yang dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Kecepatan penguraiannya

dipengaruhi banyak faktor antara lain jenis bahan organik, ukuran bahan organik (partikel)

aerasi, porositas, Kandungan air, suhu, pH (Anonim, 2008). Kompos kulit kopi dengan nilai

yang mendekati C/N tanah terlihat dengan cirri secara visual kompos terlihat agak halus dan

berwarna coklat kehitaman.

Page 19: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

19

3.1.2. Kandungan unsur hara kompos

Kandungan hara kompos dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4: Perbandingan Kandungan hara kompos limbah kulit kopi dengan Standar SNI

No Kandungan hara Limbah kulit kopi

Standar SNI Minimum Maksimum

1 2 3

N

P (P2O5)

K (K2O)

2,443

0,286

2,900

0,4

0,1

0,2

- - -

Berdasarkan data diatas kandungan nilai nitrogen (N) kompos sebesar 2,443%.

Angka ini melebihi standar yang dikeluarkan SNI: 19-7030-2004 tentang standar kualitas

kompos dengan kandungan nilai N minimal 0,40%. Dengan kandungan di atas, pupuk

kompos dalam penelitian ini secara umum telah berada di kisaran nilai standar yang telah

ditetapkan oleh SNI tahun 2004 dan aman untuk digunakan pada tanaman dan lingkungan.

Bila kandungan nilai N kompos ini di bandingkan dengan kandungan nilai N pada pupuk

kandang padat yang sebesar 1% N yang berasal dari kotoran ternak ayam, kotoran ternak

sapi mengandung 0,40% N dan kotoran ternak kambing terdiri dari 0,75% N (Tisdale dan

Nelson, 1975), tentunya nilai N pada kompos ini masih lebih baik. Hal ini diduga dari sususan

komposisi bahan pembuat kompos dimana limbah kulit kopi memiliki proporsi yang terbesar

dibanding bahan lainnya (80%) , sementara disisi lain N kulit kopi juga memiliki kadar yang

relatif tinggi yaitu sebesar 2,98% N.

Kandungan Phospor (P) kompos 0,286 %. Data ini memperlihatkan kandungan nilai

P2O5 (P) kompos kulit kopi melebihi standar yang dikeluarkan SNI: 19-7030-2004 tentang

standar kualitas kompos dengan kandungan nilai P minimal 0,10%.. Oleh karena itu kadar P

yang dihasilkan pada kompos dalam penelitian ini telah memenuhi standar minimal

berdasarkan SNI (min 0,10%). Hal ini sangat dimungkinkan karena kandungan nilai P pada

bahan penyusun kompos relatif lebih besar yaitu 0,18 P2O5 pada kulit kopi (Anonim, 2010)

dan sumbangan P2O5 terbesar didapatkan dari pupuk kandang (10-20%) berkisar 0,80 P2O5

yang berasal dari ternak ayam atau 0,20 P2O5 yang berasal dari ternak sapi atau 0,50 P2O5

yang berasal dari ternak kambing (Tisdale dan Nelson, 1975). Tentunya dengan kandungan

nilai P yang dihasilkan dalam pengkajian ini menunjukkan kualitas kompos yang relatif baik.

Kandungan nilai Kalium dalam bentuk K2O kompos pada tabel diatas adalah sebesar

2,9%. Angka ini telah berada di atas nilai minimal berdasarkan standar yang dikeluarkan

SNI: 19-7030-2004 tentang standar kualitas kompos dengan kandungan nilai K minimal

Page 20: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

20

0,20%. Bila dilihat bahan penyusun komposnya, kulit kopi sangat memberi kontribusi

terbesar dimana kulit kopi memiliki kandungan nilai K sebesar 2,26% (Anonim, 2010) yang

tersusun atas 80% komposisi bahan penyusun kompos bila dibandingkan terhadap pupuk

kandang yang hanya memiliki kandungan nilai K sebesar 0,40% K2O yang berasal dari

kotoran ayam, atau 0,10 K2O yang berasal dari ternak sapi atau 0,45 K2O yang berasal dari

ternak kambing (Tisdale dan Nelson, 1975). Perbandingan unsur-unsur yang terkandung

dalam pupuk kandang dari berbagai jenis hewan bergantung dari perbandingn makanan dan

jenis yang diberikan. Selanjutnya Buckman dan Brady (1982) menambahkan bahwa usia

(keadaan dan individu hewan), hamparan yang dipakai serta perlakuan dan penyimpanan

pupuk sebelum diberikan pada tanah juga sangat mempengaruhi perbandingan kandungan

unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang. Bahan yang mengandung serat organik

mengandung hanya sedikit Nitrogen dan Pospat, sedang Kalium berada dalam bentuk

persenyawaan mudah larut. Oleh karenanya kandungan nilai K kompos ini relatif masih lebih

baik bila dibandingkan dengan kandungan nilai K pupuk kandang (0,10% - 0,45%)

Bahan penyusun kompos ini mengandung dedak padi sehingga memberikan nilai K

yang lebih besar. Weber (1974) yang menyebutkan kandungan nilai K dalam dedak padi

sebesar 5,4%. Kalium diserap dalam tanah dalam bentuk ion K+. Ketersediaan kalium cukup

melimpah dipermukaan bumi (400-650 kg kalium untuk setiap 93 m2 pada kedalaman 15, 24

cm). Namun sekitar 90-98% berbentuk mineral primer yang tidak dapat diserap tanaman

dan yang hanya tersedia bagi tanaman hanya sekitar 1-2% (Sutedjo, 2001).

3.1.3. Substitusi terhadap pupuk an organik

Konversi hara pupuk kandang setara hara pupuk buatan mengacu kepada jumlah

kandungan N, P2O5, dan K2O pupuk buatan. Jika dilakukan penyetaraan terhadap pupuk an

organik dengan kompos, maka akan terlihat juga ukuran besaran substitusi oleh kompos

limbah kulit kopi terhadap pupuk an organik di Kabupaten Kepahiang yaitu dengan produksi

kopi 16.167 ton/tahun menghasilkan limbah kulit kopi sebanyak 8.277,504 ton/tahun (51,2

% dari berat biji kopi).

Page 21: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

21

Tabel 5. Potensi substitusi limbah kulit kopi terhadap pupuk an organik

(Produksi 16.167 ton, Limbah 8.227,504 ton)

No Unsur hara Hasil analisis (%) Kesetaraan (ton/th) Substitusi (ton/th)

1

2

3

N

P

K

2,443

0,286

2,900

200,997 N

23,530 P2O5

238,598 K2O

92,459 Urea (46 %)

8,471 SP 36 (36 %)

143,158 KCl (60 %)

Dari tabel diatas dengan data produksi kopi di Kabupaten kepahiang 16.167

ton/tahun dan menghasilkan limbah sebesar 8.277,504 ton/tahun akan mensubstitusi urea

sebanyak Urea 92,459 ton/tahun, SP 36 sebanyak 8,471 ton/tahun dan KCl sebanyak

143,158 ton/tahun

Jika di kembalikan ke lahan tanaman kopi, penggunaan pupuk urea untuk 1 pohon

tanaman kopi yang membutuhkan 150 g urea untuk pemupukan dan dalam 1 tahun

dilakukan 2 kali pemupukan sehingga dibutuhkan 300 g urea/pohon/tahun. Jika dalam 1 ha

luasan areal tanaman kopi dengan jarak tanam 2,5 m di dapati 1600 batang pohon tanaman

kopi maka akan dibutuhkan urea sebanyak 480 kg urea/ha/tahun. Nilai penyetaraan kompos

kulit kopi terhadap urea dengan konversi ratio 1 : 18 maka akan dibutuhkan massa kompos

sebesar 8,640 ton/ha/tahun.

3.2. Produksi kopi

Daerah ini terletak pada ketinggian 550 m dari permukaan laut sehingga 100 % kopi

yang dibudidayakan merupakan kopi Robusta dengan luas pertanaman bervariasi antara

0,25 – 0,75 ha setiap petani. Sebagian tanaman kopi sudah tua dan kurang produktif dan di

diversifikasi dengan tanaman kakao. Dua dari empat petani koperator sudah melakukan

penyambungan tanaman kopi dengan jenis kopi unggul lokal yang entresnya diperoleh dari

kebun petani lainnya di Desa lainnya yang sudah diseleksi dengan baik. Dari hasil

penyambungan terlihat keragaan tanaman cukup baik dan produksi lebih tinggi dibandingkan

dengan tanaman sebelum adanya penyambungan dan terlihat jarak antara ruas brondolan

lebih rapat dan lebih subur pertumbuhannya serta lebih seragam pematangan buahnya.

Page 22: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

22

Produksi tanaman kopi sebelum dan sesudah pengkajian disajikan dalam tabel 6

dibawah ini,

Tabel 6. Produksi kopi sebelum dan sesudah aplikasi teknologi

Petani Produksi /ha/bl(kg) Prediksi produksi/ha/th (kg)

Pra aplikasi Pasca aplikasi Pra aplikasi Pasca aplikasi

I

II

III

IV

30

45

40

40

40

50

50

40

360

540

480

480

480

600

600

480

Rerata 38,75 45 465 540

Dari tabel 6 terlihat bahwa selama 6 bulan pengamatan terjadi kenaikan dari rata

produksi 38,75 kg/ bulan menjadi 45 kg/bl atau naik 6,25 kg. Adanya kenaikan ini walau

belum signifikan diduga karena kebutuhan unsure hara bagi tanaman kopi sebagian sudah

dapat dipenuhi karena pemberian kompos dan aplikasi separo dosis pupuk an organic

anjuran. Diprediksi produksi dalam satu tahun sekitar 540 kg/tahun. Perlakuan lainnya

berupa pemeliharaan tanaman seperti pemangkasan juga sangat membantu dalam hal ini

karena dengan pemangkasan menyebabkan berkurangnya kelembaban disekitar tanaman

yang dapay menghindari berkembangnya sumber – sumber penyakit tanaman. Produksi ini

sebenarnya masih jauh dari produksi rata-rata Nasional yang mencapai 900 kg/ha/tahun.

Rendahnya produksi ini karena tanaman kopi belum mamasuki masa panen agung yang

biasanya datang pada bulan Mai. Disamping itu masih banyaknya tanaman yang sudah tua

yang perlu diremajakan. Sebagian tanaman petani sudah mulai meremajakan dengan

penyambungan klon unggul lokal yang didapat dari Desa lainnya di Kabupaten Kepahiang.

3.3. Produksi kakao

Tanaman kakao petani yang ada saat ini sebagian besar berasal dari bantuan

Pemerintah daerah Kabupaten Kepahiang melalui program diversifikasi tanaman kopi robusta

yang selama ini dibudidayakan petani. Tanaman saat ini sudah berumur 5 tahun dan sudah

mulai memasuki masa produksi selama 2 tahun. Luas tanaman setiap petani koperator

berkisar antara 0,5 – 1,0 ha. Produktivitas tanaman masih fluktuatif akibat berbagai

Page 23: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

23

kendala antara lain adanya serangan penyakit busuk buah yang bisa mengakibatkan 30 – 40

% gagal panen. Disamping itu hama tupai juga menjadi penyebab rendahnya produksi

kakao. Secara umum produksi kakao masih dibawah produksi rata – rata dan belum sesuai

dengan potensi produksi yang dimiliki.

Produksi tanaman kakao hasil pengkajian disajikan dalam tabel 6 dibawah ini,

Tabel 7. Produksi kakao pra dan pasca aplikasi teknologi

Petani Produksi/bl (kg) Kenaikan

Pra aplikasi Pasca aplikasi

I

II

III

IV

80

60

60

40

80

65

70

50

0

5

10

10

Rerata 60 66,25 6,25

Dari tabel 6 diatas terlihat kenaikan produksi pasca aplikasi teknologi rata-rata 6,25

kg/ bulan menjadi 66,25 kg/ bulan atau diprediksi menjadi 795 kg/ tahun. Adanya kenaikan

produksi ini walau belum optimal karena sebagian kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan

tanaman kakao sudah bisa dipenuhi dari pemberian pupuk kompos limbah kulit kopi dan

pemberian pupuk an organic setengah dosis yang diaplikasikan. Pemeliharaan tanaman

yang meliputi pemangkasan juga sangat membantu dalam hal ini karena dengan

pemangkasan menyebabkan berkurangnya kelembaban disekitar tanaman yang dapay

menghindari berkembangnya sumber – sumber penyakit tanaman. Produksi ini termasuk

remdah dibandingkan produksi rata – rata Nasional yang mencapai 1200 – 1500 kg/ tahun.

Beberapa penyebab masih rendahnya produksi kakao petani diantaranya adalah petani di

daerah ini belum memahami secara baik teknik budidaya kakao karena komoditi ini baru

berkembang dalam 5 tahun terakhir. Disamping itu banyaknya serangan penyakit busuk

buah dan hama penggerek buah serta hama tupai juga menjadi penyebab rendahnya

produksi dan tingkat penurunan produksi mencapai 50 %. Upaya yang sudah dilakukan

terhadap penyakit busuk buah adalah dengan mengembangkan musuh alami dengan

membuat sarang semut hitam yang diharapkan dapat mengatasi salah satu sumber penyakit

yang berasal dari jamur. Inovasi ini dalam jangka panjang diharapkan bisa menurunkan

tingkat serangan penyakit yang ada pada tanaman kakao. Disamping itu dengan melakukan

Page 24: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

24

pemangkasan menyebabkan kelembaban disekitar tanaman semakin berkurang dan dapat

menekan berkembangnya inang perantara terhadap penyakit busuk buah tersebut.

3.4. Berat badan kambing.

Kepemilikan ternak kambing petani koperator berkisar antara 6 – 23 ekor yang

terdiri dari tingkatan umur 2 bulan – 12 bulan, 12 bulan sampai 24 bulan dan > dari 24

bula. Selama ini pakan yang diberikan hanya berupa rumput raja (rumput gajah) ang

diberikan setiap pagi dan sore. Penambahan berat badan kambing dengan pemberian pakan

utama rumput gajah ini memperlihatkan lambatnya pertumbuhan berat badan.

Hasil pengamatan berat badan ternak kambing sebelum dan sesudah aplikasi pakan

tambahan alternative disajikan dalam tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8. Rata rata Berat badan kambing pra dan pasca perlakuan setelah 6 bulan

Petani Perlakuan Kontrol

Pra Pasca Pra Pasca

I

II

III

IV

33

34

29,3

27,3

39,2

39

34,8

33,6

30,5

33,6

31,3

23,3

34,6

37,0

34,1

25,8

30,9 36,65 29,7 32,88

Dari tabel 8 diatas terlihat adanya perbedaan berat badan kambing yang diberi

pakan tambahan dengan pakan yang biasa diberikan petani. Dari formulasi pakan yang

diberikan (tabel 2) yang terdiri dari dedak padi, kulit kopi, kulit kakao dan campuran lainnya

ternyata bisa menaikan berat badan kambing secara cepat yaitu dari 3,18 kg (kebiasaan

petani) menjadi 5,75 kg selama 6 bulan (pakai pakan tambahan). Formulasi yang diberikan

mengandung karbohidrat, protein dan senyawa lainya yang sangat dibutuhkan oleh kambing

dalam masa pertumbuhan badannya. Penambahan berat badan ini masih belum optimal.

Belum optimalnya penambahan berat badan kambing karena pemberian pakan alternative

tambahan dari formulasi yang dianjurkan belum berjalan secara rutin.

Page 25: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

25

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

1. Penerapan Inovasi teknologi Integrasi tanaman kopi, kakao dan ternak kambing cocok

diterapkan di Kabupaten Kepahiang karena didukung potensi lokal di daerah ini

2. Inovasi Teknologi Integrasi tanaman kopi, kakao dan ternak kambing bisa meningkatkan

produktifitas lahan perkebunan kopi dan kakao rakyat serta mengurangi pencemaran

lingkungan

Saran :

Pengkajian yang dilaksanakan secara fisik di lapangan beru berjalan selama 6 bulan.

Sebagai tanaman tahunan penerapan aplikasi teknologi dalam masa yang singkat

belum menampakkan hasil yang signifikan, apalagi tanaman belum mamasuki masa

panen agung khususnya tanaman kopi. Untuk bisa memperoleh hasil yang nyata dan

signifikan dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi

Page 26: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

26

VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN

Pengkajian yang dilaksanakan di lahan petani dengan 4 petani koperator dalam

aplikasinya dapat diadopsi dengan baik oleh petani. Hal ini dapat dilihat dari peran aktifnya

dalam setiap tahapan inovasi teknologi yang diberikan. Dari aplikasi teknologi yang

dilaksanakan memperlihatkan perbedaan dalam hal produksi tanaman kopi dan kakao serta

peningkatan berat badan kambing walaupun perubahan belum signifikan. Pertambahan

produksi kopi terjadi sekitar 75 kg/ha/tahun, pertambahan produksi kakao sekitar 75

kg/ha/tahun dan penambahan berat badan kambing selama 6 bulan pengamatan adalah

5,75 kg (Perlakuan) dan 3,18 kg (kontrol) atau terjadi kenaikan seberat 2,57 kg selama 6

bulan dibandingkan dengan kebiasaan petani. Disamping adanya kenaikan produksi kopi

dan kakao serta kenaikan berat badan kambing dengan pemberian pakan tambahan juga

berdampak kepada pelestarian lingkungan khususnya lingkungan sekitar karena limbah kulir

kopi dan kakao yang selama ini dibuang dan menjadi salah satu sumber pencemaran sudah

dimanfaatkan untuk bahan baku pupuk kompos dan bahan baku pakan tambahan ternak

kambing

Page 27: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

27

DAFTAR PUSTAKA.

Abdoellah, S dan A.Wardani. 1993. Impact of Cocoa Development on Marginal Land to

Farmers Income: A Case in Gunung Kidul Regency, Indonesia. Pelita

Perkebunan, no 9. Vol 3. 97 - 104

Anonim. 2010. Potensi Pemanfaatan Limbah Perkebunan Menjadi Pupuk Organik.

Direktorat Perbenihan Dan Sarana Produksi. Ditjenbun Departemen Pertanian.

Biro Pusat Statistik. 2002. Bengkulu Dalam Angka. Kerjasama Biro Pusat Statistik dengan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bengkulu 2002.

Biro Pusat Statistik. 2009. Bengkulu Dalam Angka. Kerjasama Biro Pusat Statistik dengan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bengkulu 2009.

Buckman, H.O dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Prof. Dr. Soegiman. Penerbit

Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Crawford. J.H. 2003. Composting of Agricultural Waste. In Biotechnology Applications and

Research, Paul N, Cheremisinoff and R. P. Ouellette (ed). P.68-77.

Direktorat jendral Bina Produksi Perkebunan. 2002. Statistik Perkebunan Kopi Indonesia

2000 – 2001. Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian.

Jakarta. 97 hal.

Disbun. 2007. Statistik Perkebunan Propinsi Bengkulu. Pemerintah Propinsi Bengkulu. Edisi

Mei 2005, hal 1. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.

Isroi. 2008. Pengomposan Limbah Padat Organik. Land to Farmers Income: A Case in

Gunung Kidul Regency, Indonesia. Pelita Perkebunan, 9(3), 97 – 104. Balai

Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Bogor

Kesumaningwati, R. 2009. Tanah, lingkungan dan pertanian : Kompos. Ilmu Tanah dan

Lingkungan, Pertanian. http://tjimpolo.blogg.com. p=17. 11 Desember 2009.

Mattjik A.dan A, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan

Minitab Jilid I. Jurusan Statistik – FMIPA, IPB. IPB Press. Bogor.

SNI. 2004. Spesifikasi kompos dari sampah organik no 19-7030-2004. Badan Standar

Nasional Indonesia. Jakarta.

Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Pemasyarakatan dan Pengembangannya.

Kanisius. Yogyakarta. Hal 25.

Page 28: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

28

LAMPIRAN

Page 29: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

29

Lampiran 1. Gambar Sistem Integrasi tanaman kopi, kakao dan ternak kambing

Page 30: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

30

Lampiran 2. Dokumentasi kegiaqtan pengkajian K3

Gambar 1. Pemupukan awal tanaman kopi dengan pupuk an organik

Gambar 2. Proses pembuatan kompos dari limbak kulit kopi dan kakao\

Page 31: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

31

Gambar 3. Salah satu tumpukan hasil pembuatan kompos

Gambar 4. Proses pembuatan pakan ternak kambing dari limbah

kulit kopi dan kakao

Page 32: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

32

Gambar 5. Ternak kambing yang diberi pakan dari limbah kulit kopi dan kakao

Gambar 6. Penampilan buah tanaman kopi pasca pengkajian

Page 33: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

33

Gambar 7. Tampilan buah tanaman kakao pasca pengkajian

Gambar 8. Buah kakao yang terserang busuk buah

Page 34: LAPORAN AKHIR TAHUN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/... · Laporan akhir Tahun kegiatan Teknologi Integrasi Kopi,

34

Gambar 9. Salah satu sampel tanaman kopi pasca penyambungan

Gambar 10. Panen kakao pada salah satu koperator