Top Banner
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR “Konsumsi Oksigen pada Ikan Mas” Disusun oleh : Kelompok 2 FPIK B Aghnia Nur Islami 230110120087 Arvilia Humsari 230110120097 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran 2013
22

Laporan Akhir Praktikum Fha 2

Oct 25, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN AIR

“Konsumsi Oksigen pada Ikan Mas”

Disusun oleh :

Kelompok 2 – FPIK B

Aghnia Nur Islami 230110120087

Arvilia Humsari 230110120097

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Padjadjaran

2013

Page 2: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum dengan judul

“Konsumsi Oksigen pada Ikan Mas” ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan akhir praktikum ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak yang bersifat membangun selalu

kami harapkan demi kesempurnaan laporan di masa mendatang.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai

segala usaha kita. Amin.

Demikian laporan ini kami buat semoga bermanfaat bagi kami dan khususnya untuk para

pembaca.

Jatinangor, Oktober 2013

Penyusun,

Page 3: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 2

1.3 Manfaat 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Mas 3

2.2 Morfologi Ikan Mas 2

2.3 Anatomi Ikan Mas 2

2.4 Habitat Ikan Mas 4

2.5 Titrasi 5

2.6 Oksigen Terlarut 6

2.7 Oksigen Terlarut pada Ikan 7

BAB III METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat 8

3.2 Alat dan Bahan 8

3.3 Prosedur Praktikum 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan 11

4.2 Pembahasan 12

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 15

5.2 Saran 15

Daftar Pustaka 16

Lampiran 17

Page 4: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang. Sebagai

ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemiaraan,

dan pembudidayaan ikan, ilmu perikanan sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan

nasional, yakni masyarakat maritim yang mandiri. Karenanya ilmu perikanan harus dikaji dan

dikembangkan terutama oleh dosen dan mahasiswa perikanan sebagai ujung tombak

pengembangan dan penerapan teknologi perikanan (Fujaya, 2004).

Fisiologi dapat di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan

cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi mencoba menerangkan faktor-

faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan. Fisiologi ikan

mencakup penginderaan, komunikasi antara sel/organ, osmoregulasi peredaran darah,

pernafasan, pencernaan, pertumbuhan dan reproduksi ( Fujaya, 2004).

Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi

metabolisme. Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat di tentukan oleh

kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen

terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan

yang memiliki system respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup (Fujaya,2004).

Poikilotermik merupakan salah satu dari kompensasi fisiologis dimana organisme

dapat berhasil hidup dalam lingkungan yang berubah-rubah, pengertiannya yaitu keadaan

dimana suhu tubuh berfluktasi sesuai dengan suhulingkungan, kondisi ini ditemukan pada

beberapa hewan invertebrate danvertebrata tingkat rendah.

Ikan merupakan hewan yang bersifat poikilotermik, suhu tubuhnya mengikuti suhu

lingkungan. Bagi hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor pembatas , oleh karena itu

perubahan suhu media air akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut, yang akan

berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme hewan akuatik tersebut.

Kebutuhan oksigen ikan sangat dipengaruhi umur, aktivitas, serta kondisi perairan.

Semakin tua suatu organisme, laju metabolismenya semakin rendah. Selain itu, umur

mempengaruhi ukuran ikan, sedangkan ukuran ikan yang berbeda membutuhkan oksigen

Page 5: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

2

yang berbeda pula. Semakin besar ukuran ikan, jumlah konsumsi oksigen per mg berat badan

semakin rendah. Selain perbedaan ukuran, perbedaan aktivitas juga menyebabkan perbedaan

kebutuhan oksigen. Namun demikian, pemenuhan kebutuhan ini sangat ditentukan oleh

kondisi perairan terutama kelarutan oksigen ( Fujaya,2004 ).

Ikan membutuhkan oksigen untuk proses penguraian makanan dalam tubuhnya dan ke

semua komponen proses metabolisme membutuhkan oksigen. Proses masuknya oksigen

dengan cara difusi kedalam tubuh ikan melewati organ insang dan keluarnya CO2 ke

lingkungan perairan bebas diluar tubuh ikan di sebut dengan pernapasan. Oleh karena itu

kebutuhan oksigen dalam air harus tetap terjaga karena kekurangan oksigen akan

mengakibatkan biota yang kita pelihara bersaing satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan

oksigennya yang mengakibatkan stres sampai dengan kematian total (Firdau, 2011).

Ikan mas merupakan salah satu jenis ikan yang sensitif terhadap kandungan oksigen

terlarut dalam media air tempat hidupnya.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung konsumsi oksigen ikan mas yang

sensitif terhadap kadar oksigen terlarut di media hidupnya.

1.3 Manfaat Praktikum

Mengetahui seberapa sensitif ikan mas terhadap kadar oksigen terlarut dan

menghitung jumlah konsumsi oksigen terlarut pada ikan mas.

Page 6: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Mas

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Class : Actinoptryangii

Ordo : Cyprinidae

Family : Cyprinus

Species : Cyprinus carpio

2.2 Morfologi Ikan Mas

Morfologi Ikan mas memiliki bentuk tubuh berbentuk gelendong pipih(memanjang

dan memipih agak tegak) ,kepala terbentang mulai dari ujung moncong sampai dengan

akhiroprculum (tutup insang), pada mulut terdapat di ujung muka moncong yang

terdapat mempunyai rahang yang bergigi baik dan dapat disembulkan. Sebelah dorsal

moncong terdapat sepasang fovea nasalis (lubang hidung sebelah luar) yang sebelah

dalamnya terdapat sacci olfactorius, matanya terlatak disebelah lateral tanpa kelopak mata,

dan di sebelah mata terdapat sisir insang. Pada anus dan aperture uregenitas terdapat dimuka

pina analis. Hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik. Hanya sebagian kecil saja

yang tidak tertutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan dalam sisik

tipe sikloid. Selain itu, tubuh ikan mas dilengkapi sirip.

2.3 Anatomi Ikan Mas

Pada ikan mas terdapat jantung (cor) yang berfungsi sebagai pemompa darah

keseluruh tubuh, hati (Hepar), gelembung renang (Swim bladder), ginjal (Ren), lambung

(ventriculum) sebagai tempatpenyimpanan makanan dan usus (Intestinum).

Ikan mas bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala.

Masing- masing mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh tutup insang (operkulum).

Page 7: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

4

Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup mulut secara

bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada waktu mulut membuka, air

masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup insang menutup. Oksigen yang terlarut dalam

airmasuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapatdalam insang. Dan pada

waktu menutup, tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui insang.

Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbondioksida dikeluarkan. Pertukaran

oksigen dan karbondioksida terjadi pada lembaran insang.

Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, arteri, kapiler-kapiler, konus, ventrikel,

arterium, sinus venosus dan darah. Sistem peredaran darah pada ikan mas ada dua yaitu,

sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah tunggal. Sistem peredaran darah tunggal,

darah melalui jantung hanya satu kali. Jantung ikan terdiri dari dua ruangan, yaitu satu atrium

(serambi) dan satu ventrikel (bilik). Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep yang

mengalirkan darah dari atrium ke ventrikel.

Sistem pencernaan ikan mas terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan

anus, kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pancreas, di dalam rongga mulut ikan terdapat

gigi-gigi dan lidah. Ikan mas tidak memiliki kelenjar ludah, tetapi memiliki kelenjar lendir,

yang berguna untuk membantu pencernaan makan.

Pada system reproduksi seks terpisah, pada ikan jantan terdapat sepasang testis yang

membesar pada masa perkawinan. Melalui fase diferens sperma yang dikelurkan lewat papila

urogenitalis. Pada hewan betina sel telur akan keluar dari ovary melalui oviduct yang

selanjutnya keluar melalui papila urogenitalis. Pembuahan umunya terjadi diluar.

2.4 Habitat Ikan Mas

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu

dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas

dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut (dpl)

dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang

ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%.

Page 8: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

5

2.5 Titrasi

Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan

dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum

memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa

volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan

perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia.

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang

diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu

yang akan di analisis. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang

konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan

basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu

basa yang tepat saling menetralkan (Keenan, 1998).

Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan

sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna

menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1999).

Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang

berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan

sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan ke dalam gelas kimia (erlenmeyer)

dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet gondok. Untuk

mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen.

Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri, 1999).

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku

basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan

larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi

adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke

dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan

perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen.

Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di

dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis

atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang

membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan

Page 9: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

6

di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna

indikator (Anonim a, 2010).

Titrasi asidi-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam kuat-basa kuat, asam kuat-

basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, basa kuat-garam dari

basa lemah. Titrasi ini menggunakan indikator pH atau indikator asam-basa sebagai penanda

karena memiliki sifat dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Warna asam

ialah sebutan warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa ketika dalam

keadaan basa (Harjadi 1986).

2.6 Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut merupakan jumlah kandungan oksigen yang terkandung dalam suatu

perairan. Oksigen tersebut dapat berupa hasil dari fotosintesis tumbuhan akuatik. Oksigen ini

sangat diperlukan oleh organisme yang hidup di dalam air (Hutabarat dan Evans, 1984).

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan yang vital bagi kelangsungan hidup organisme

suatu perairan. Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk

pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat

mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan

kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya. Umumnya oksigen dijumpai di

lapisan permukaan karena oksigen dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut

(berdifusi ke dalam air laut). Phytoplankton juga membantu meningkatkan kadar oksigen

terlarut pada siang hari. Penambahan ini disebabkan oleh terlepasnya gas oksigen sebagai

hasil fotosintesis (Hutabarat dan Evans, 1984).

Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk

pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat

mengurangi efesiensi pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan

kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya (Hutabarat dan Evans, 1984).

Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas

yang ada di udara maupun yang ada di air, salinitas serta persenyawaan unsur-unsur mudah

teroksidasi di dalam air. Kelarutan tersebut akan menurun apabila suhu dan salinitas

meningkat, oksigen terlarut dalam suatu perairan juga akan menurun akibat pembusukan-

Page 10: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

7

pembusukan dan respirasi dari hewan dan tumbuhan yang kemudian diikuti dengan

meningkatnya CO2 bebas serta menurunnya pH (Nybakken, 1992).

Menurut Ismail 1994 bahwa kandungan oksigen terlarut 2 mgr/L adalah kandungan

minimal yang cukup untuk mendukung kehidupan organisme perairan secara normal. Agar

kehidupan dapat layak dan kegiatan perikanan berhasil maka kandungan oksigen terlarut

harus tidak boleh kurang daripada 4 ppm sedangkan perairan mengandung 5 mgr/L oksigen

pada suhu 20 – 30 oC masih dipandang sebagi air yang cukup baik utuk kehidupan ikan.

Sedangkan standar DO yang berlaku yaitu 2 - 4 mgr/L.

Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8

jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70% (Huet, 1970). KLH menetapkan

bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota

laut (Anonimous, 2004).

Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena

oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.

Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik

atau anaerobik.

Berdasarkan kandungan (oksigen terlarut), maka pengelompokan kualitas perairan air

laut dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5 mgr/l ), tercemar ringan

(4,5 – 6,5 mgr/l), tercemar sedang (2,0 – 4,4 mgr/l) dan tercemar berat (< 2,0 mgr/l) (Odum,

1971).

2.7 Oksigen Terlarut pada Ikan

Oksigen yang terlarut atau tersedia bagi hewan air jauh lebih sedikit daripada hewan

darat yang hidup dalam lingkungan dengan 21% oksigen (Ville, et. al, 1988). Ikan dapat

hidup di dalam air dan mengkonsumsi oksigen karena ikan mempunyai insang. Insang

memberikan permukaan luas yang dibasahi oleh air. Oksigen yang terlarut di dalam air akan

berdifusi ke dalam sel-sel insang ke jaringan ke sebelah dalam dari badan (Kimball, 1988).

Yuwono (2001) menyatakan bahwa konsumsi oksigen pada ikan berbanding terbalik

dengan berat tubuh ikan dan volume ikan, sedangkan Jolyet dan Regnart dalam Zonneveld

(1991), yang menemukan bahwa konsumsi oksigen seiring dengan peningkatan berat tubuh.

Page 11: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

8

Menurut Prosser dan Brown, (1961), standar nilai konsumsi oksigen untuk hewan

poikiloterm dari ikan air tawar adalah 0,349 mg/g/jam pada suhu 15oC. Kecepatan konsumsi

oksigen hewan poikiloterm akan naik dua kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10oC.

Kebutuhan konsumsi oksigen ikan mempunyai spesifitas yaitu kebutuhan lingkungan

bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada kebutuhan dan keadaan

metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari

spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktural molekul darah yang

mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan

dalam sel darah. Ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan aktifitas ikan (Barner, 1963).

Faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan menurut Zonneveld (1991),

antara lain:

1. Aktivitas , ikan dengan aktivitas tinggi misalnya ikan yang aktif berenang akan

mengkonsumsi oksigen jauh lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif.

2. Ukuran, ikan dengan ukuran lebih kecil, kecepatan metabolismenya lebih tinggi

daripada ikan yang berukuran besar sehingga oksigen yang dikonsumsi lebih

banyak.

3. Umur, ikan yang berumur masih muda akan mengkonsumsi oksigen lebih banyak

dari pada ikan yang lebih tua.

4. Temperatur, ikan yang berada pada temperatur tinggi laju metabolismenya juga

tinggi sehingga konsumsi oksigen lebih banyak.

Menurut Fathuddin et al (2003), jumlah oksigen terlarut dalam air apabila hanya 1,5

mg/L maka kadar oksigennya berkurang. Konsumsi oksigen pada juvenil ikan bandengan

dipengaruhi oleh jumlah kadar Zn pada air. Juvenil ikan bandeng yang terkontaminasi logam

Zn sebanyak 0.01 ppm mengkonsumsi oksigen lebih tinggi dari pada ikan yang tidak

terkontaminasi. Menurut Hickling (1986), oksigen terlarut apabila dalam jumlah banyak ikan-

ikan memang jarang sekali mati tetapi pada keadaan tertentu hal yang demikian dapat

mengakibatkan ikan mati juga, sebab dalam pembuluh darah terjadi emboli gas yang

mengakibatkan tertutupnya pembuluh-pembuluh rambu tdlam daun-daun insang.

Page 12: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

9

BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Tanggal : 10 Oktober 2013

Waktu : 08.00 s/d 9.40

Tempat : Laboratorium Fisiologi Hewan Air FPIK UNPAD

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

1. Wadah plastik, untuk tempat percobaan

2. DO meter atau seperangkat alat titrasi dengan metode Winkler

3. Jam tangan, untuk penunjuk waktu

4. Timbangan, untuk mengukur bobot ikan

5. Cling wrap, bahan pelapis/penutup terbuat dari plastik

3.2.2. Bahan

1. Ikan mas

2. Reagen untuk titrasi oksigen terlarut dengan metode Winkler

3.3. Cara Kerja

1. Menyiapkan wadah plastik yang telah diisi air penuh

Page 13: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

10

2. Mengukur oksigen terlarutnya dengan menggunakan DO meter atau titrasi metode

Winkler, kemudian dicatat hasilnya.

3. Menimbang ikan, lalu dicatat bobotnya

4. Memasukkan ikan dengan hati-hati tanpa ada air yang memercik

5. Menutup wadah percobaan dengan cling wrap, agar tidak ada kontak dengan udara

luar

6. Wadah percobaan dibiarkan selama 30 menit

7. Setelah selesai, penutup plastik dibuka kemudian ikan dipindahkan secara hati-hati,

jangan sampai terjadi percikan air, lalu mengukur oksigen terlarut pada media air

wadah percobaan tersebut dengan menggunakan DO meter atau titrasi metode

Winkler, dicatat hasilnya.

8. DO awal - DO akhir adalah konsumsi oksigen ikan tersebut

Page 14: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

11

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

A. Hasil Pengamatan Kelompok 1-7 di Laboratorium FHA

Kelompok Bobot Ikan

(g)

DOawal

(mg/l)

DOakhir

(mg/l)

Konsumsi O2

(mg/l)

1 96

6.8

2.0 0.1

2 85 1.8 0.117

3 109 0.6 0.114

4 82 1.3 0.134

5 58 1.8 0.172

6 113 0.9 0.104

7 79 1.3 0.139

B. Hasil Pengamatan Kelompok 8-14 di Laboratorium Akuakultur

Kelompok

Bobot Ikan

DOawal

(mg/l)

DOakhir

(mg/l)

Konsumsi O2

(mg/l)

8 68 4.0 0.09

9 95.6 2.0 0.11

10 76 3.4 0.1

11 73 7.3 2.8 0.123

12 83 1.5 0.14

13 73 2.3 0.137

14 84 2.7 0.109

Page 15: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

12

C. Hasil Pengamatan Kelompok 15-23 di Laboratorium MSP

Kelompok Bobot Ikan

(g)

DOawal

(mg/l)

DOakhir

(mg/l)

Konsumsi O2

(mg/l)

15 62.48

4

2.1 0.06

16 82.95 2.5 0.36

17 55.47 1.13 0.04

18 109.65 1.45 0.01

19 74.47 2.8 0.07

20 70.05 2.06 0.05

21 62.07 1.6 0.05

22 84.98 2.16 0.05

23 86.07 1.8 0.04

4.2. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kita melakukan perhitungan jumlah konsumsi oksigen

pada ikan mas dengan menggunakan alat bantu yaitu DO meter dan titrasi dengan metode

Winkler. Penghitungan DO awal dilakukan sebelum ikan dimasukkan ke dalam media uji.

Sedangkan penghitungan DO akhir dilakukan setelah ikan didiamkan selama 30 menit di

dalam media uji yang ditutupi oleh plastic wrap.

Setelah melakukan pengamatan, kelompok kami mendapat hasil bahwa konsumsi

oksigen pada sampel ikan mas kami adalah 0.117 mg/L. Hasil ini didapat dari perhitungan

menggunakan rumus berikut :

Konsumsi Oksigen = 𝑫𝑶𝒂𝒘𝒂𝒍−𝑫𝑶𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓

𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒙 𝟐

Konsumsi oksigen = 6.8−1.8

85 x 2 = 0.117 mg/L

Telah disebutkan sebelumnya bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

konsumsi oksigen pada ikan, salah satunya adalah bobot tubuh ikan. Sampel ikan mas

kelompok kami memiliki bobot tubuh 85 gram sedangkan kelompok lain memiliki bobot

tubuh yang berbeda sehingga menghasilkan konsumsi oksigen yang berbeda pula. Untuk

membuktikan hal tersebut kita lakukan perbandingan dengan kelompok yang masih satu

laboratorium dengan DO awal sama yaitu 6.8 mg/L.

Page 16: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

13

Kita ambil contoh kelompok 6 yang bobot ikan mas nya lebih berat yaitu 113 gram,

ikan mas tersebut mengkonsumsi oksigen sebanyak 0.104 mg/L. Hal ini berarti bahwa ikan

dengan bobot yang lebih berat akan mengonsumsi oksigen lebih sedikit dibandingkan ikan

yang lebih ringan karena kecepatan metabolismenya lebih rendah. Begitupun sebaliknya,

dibandingkan dengan ikan yang ukurannya lebih kecil, ikan yang berukuran besar

mengonsumsi oksigen lebih banyak karena kecepatan metabolismenya lebih tinggi. Sebagai

contohnya adalah ikan mas kelompok 5 dengan bobot ikan sebesar 58 dapat mengonsumsi

oksigen sebanyak 0.172 mg/L.

Hal yang sama terdapat pada laboratorium akuakultur yang memiliki DO awal 7.3

mg/L. Ikan mas yang paling berat bobotnya yaitu 95.6 gram milik kelompok 9 mengonsumsi

oksigen sebanyak 0.11 mg/L. Sedangkan ikan mas yang bobotnya ringan yaitu 73 gram milik

kelompok 13 dapat mengonsumsi oksigen sebanyak 0.137 mg/L.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin ringan bobot ikan, atau semakin kecil

ukuran ikan, maka semakin banyak konsumsi oksigennya. Sebaliknya, semakin berat bobot

ikan atau semakin besar ukurannya, maka semakin sedikit konsumsi oksigennya. Ini

dikarenakan ikan kecil lebih banyak membutuhkan oksigen lebih banyak untuk digunakan

dalam pembentukan sel-sel yang ada dalam tubuhnya dan juga untuk pertumbuhan,

sedangkan ikan besar hanya membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidup.

Tetapi jika dilihat lebih seksama, terjadi perbedaan pada kelompok 8 di laboratorium

akuakultur dengan ikan mas yang berbobot 68 gram. Ikan mas tersebut mengonsumsi oksigen

sebanyak 0.09 mg/L. Hal ini berbanding terbalik dengan yang seharusnya, jumlah konsumsi

oksigen ikan kecil lebih sedikit dari pada jumlah oksigen yang digunakan oleh ikan besar. Ini

dikarenakan karena perbandingan bentuk tubuh antara ikan besar dan ikan kecil tidak terlalu

berbeda. Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda, tergantung dari jenisnya

dan kemampuan untuk beradaptasi dengan naik turunnya kandungan oksigen.

Sedangkan hasil pengamatan pada laboratorium MSP terjadi perbedaan-perbedaan

dibandingkan dengan laboratorium FHA dan Akuakultur. Ikan yang lebih berat mengonsumsi

oksigen lebih banyak, yaitu ikan mas kelompok 18 dengan berat ikan 109.65 gram yang

mengonsumsi oksigen sebanyak 2.55 mg/L. Sedangkan ikan yang beratnya lebih kecil yaitu

ikan kelompok 19 dengan berat ikan 74.47 gram mengonsumsi ikan sebanyak 1.2g/L. Hal ini

mungkin disebabkan karena perbedaan ukuran tidak terlalu jauh dan konsumsi oksigen setiap

ikan berbeda dan mungkin juga karena ada factor lingkungan yang mempengaruhi misalnya

temperatur.

Page 17: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

14

Selain dari faktor ukuran atau berat tubuh ikan, sebenarnya ada beberapa faktor

lainnya yang mempengaruhi konsumsi oksigen bagi ikan, yaitu aktivitas, umur, dan

temperatur. Aktivitas ikan yang lebih aktif dalam berenang misalnya, membutuhkan oksigen

yang lebih banyak daripada ikan yang tidak aktif. Kemudian ikan yang berumur lebih muda

akan lebih banyak pula mengonsumsi oksigen dibandingkan ikan yang lebih tua. Terakhir

adalah ikan yang hidup pada temperatur yang tinggi, yang laju metabolismenya tentu lebih

tinggi menyebabkan ikan tersebut harus mengonsumsi oksigen yang lebih banyak

dibandingkan ikan yang hidup pada temperature rendah.

Page 18: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

15

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum konsumsi oksigen pada ikan mas ini, dapat disimpulkan bahwa

konsumsi oksigen dipengaruhi oleh berat dan ukuran ikan, aktivitas ikan, umur ikan, dan

temperatur. Konsumsi oksigen ini berpengaruh terhadap laju metabolism ikan. Semakin

banyak oksigen yang dikonsumsi, berarti laju metabolismenya tinggi.

Ikan yang memiliki bobot ikan lebih besar dengan ukuran yang lebih besar akan

mengonsumsi oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan ikan yang memiliki bobot dan

ukuran lebih kecil yang mengonsumsi oksigen lebih banyak.

Ikan yang memiliki aktivitas tinggi, berumur lebih muda dan tinggal di tempat yang

bertemperatur tinggi akan mengonsumsi oksigen yang lebih banyak pula dibandingkan

dengan ikan yang beraktivitas rendah, berumur tua, dan tinggal di tempat yang bertemperatur

rendah.

5.2 Saran

Praktikum dilakukan dengan lebih hati-hati terutama dalam penggunaan alat agar

tidak terjadi kesalahan-kesalahan. Praktikan harus lebih teliti dalam menghitung dan

menganalisa data.

Page 19: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

16

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas diakses 10 oktober 2013 pukul 19:37

http://dzali.noiaenterprise.com/pengertian-titrasi/ diakses 10 oktober 2013 pukul 19:57

Odum,E.P., 1971, Fundamental Of Ecology, Third Edition. Sounder Company.Toronto.

Nybakken, J, W. 1992. Biologi Laut ;Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Hutabarat dan Evans, 1984, Pengantar Oceanografi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Page 20: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

17

LAMPIRAN

1. Alat dan Bahan Titrasi

Asam

Sulfat

O2 Reagent Thiosulfat

Gelas

Ukur Botol Winkler

MnSO4

Buret Pipet Erlenmey

er

Page 21: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

18

2. DO meter

Page 22: Laporan Akhir Praktikum Fha 2

19

3. Timbangan 4. Wadah Plastik

5. Cling Wrap