Top Banner

of 13

Lapkas Skabies

Mar 06, 2016

Download

Documents

Mul Ya

bvgbv
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN

Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6% - 27% populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja.Skabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat. Penyakit ini dapat mengenai semua ras dan golongan diseluruh dunia. Penyakit skabies banyak dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda, insidennya sama terjadi pada pria dan wanita. Insiden skabies di negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu endemik dan permulaan epidemik berikutnyakurang lebih 10 15 tahun. (Harahap, 2000)Menurut Departemn Kesehatan RI prevalensi skabis di Puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6% - 12,9% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di bagian kulit dan kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 734 kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6% dan 3,9%. Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang memadai.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISISkabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya. (Adhi Juanda, 2007)Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya. (Adhi Juanda, 2007)

2.2 EPIDEMIOLOGISkabies merupakan penyakit endemi pada banyak masyarakat. Penyakit ini dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak-anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua umur. Insiden sama pada pria dan wanita.Insiden skabies dinegara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemi dan permulaan epidemi berikutnya kurang lebih 10-15 tahun.Beberapa faktor yang dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, hiegine yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual.Insidennya di Indonesia masih cukup tinggi, terndah di Sulawesi Utara dan trtinggi di Jawa Barat. Amiruddin, dkk dalam penlitian skabies di RS Dr. Sotomo Surabaya, menemukan insidens penderita skabies selama 1983-1984 adalah 2,7%. Abu A dalam penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang mendapatkan insidens skabies 0,67%. (Harahap, 2000)Cara penularan (transmisi):1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual.2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain. (Adhi Juanda, 2007)

2.3 ETIOLOGISarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. Selain itu terdapat S.scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 - 450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. (Adhi Juanda, 2007)

2.4 PATOGENESISSkabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang erat. Penularan melalui pakaian dalam, handuk, sprei, tempat tidur, perabot rumah, jarang terjadi. Kutu dapat hidup diluar kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu kamar 21C dengan kelembapan relatif 40-80%.Kutu betina beerukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan mmbuahi kutu betina, dan kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi akan menggali lobang ke dalam epidermis kemudian membentuk terowongan didalam stratum korneum. Kecepatan menggali terowongan 1-5 mm/hari. Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa dan kemudian menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari. Kemudian kutu mati di ujung terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea.Masa inkubasi skabies bervariasi, ada beberapa minggu bahkan berbulan-bulan tanpa menunjukkan gejala. Mellanby menunjukkan sensitisasi dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu berada diatas kulit atau sedang menggali terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala gatal timbul setelah penderita tersensitisasi oleh ekskreta kutu. (Harahap, 2000)Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sentisisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyrupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, eksoriasi, krusta dan infeksi sekunder. (Adhi Juanda, 2007)

2.5 GEJALA KLINISAda 4 tanda kardinal:1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu juga dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan terserang oleh tungau tersebut.3. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut. (Adhi Juanda, 2007)

2.6 DIAGNOSIS BANDINGAda pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the great immitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding ialah: Prurigo, Pedikulosis korporis, dermatitis dan lain-lain. (Adhi Juanda, 2007)

2.7 PEMBANTU DIAGNOSISCara menemukan tungau:1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca objek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan di tampung diatas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E. (Adhi Juanda, 2007)

2.8 PENGOBATANSyarat obat yang ideal ialah:1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.4. Mudah diperoleh dan harganya murah.

Jenis Obat Topikal:1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4 20% dalam bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari.2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), eefektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karna efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan pada wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.4. Krotamiton 10 % dalam krim atau losio juga mrupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan anti gatal, harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.5. Permetrin dengan kadar 5 % dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan, efektivitasnya sama, aplikasinya hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan. (Adhi Juanda, 2007)

2.9 PROGNOSISDengan memprhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka peenyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis baik.

BAB IIIKESIMPULAN

1. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya.2. Penyebab terjadinya penyakit skabies adalah Sarcoptes scabiei, yang termasuk dalam kelas Arachnida.3. Ada 4 tanda kardinal dari penyakit skabies, yaitu: Pruritus nokturna, Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, adanya terowongan (kanalikuli) dan ditmukannya tungau.4. Diagnosis banding skabies ialah: Prurigo, Pedikulosis korporis, dermatitis dan lain-lain.5. Jenis obat topikal pada penyakit skabies adalah: belerang endap, Emulsi benzil-benzoas, Gama Benzena Heksa Klorida, Krotamiton, Permetrin.

LAPORAN KASUS

Identitas PasienNama: M.RUmur: 16 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiAlamat: Gp. Barat, Pidie Pekerjaan: PelajarAgama: IslamNo.CM: 119020

Keluhan Utama: Gatal-gatal pada kedua tangan sejak lebih kurang 1 bulan yang lalu.Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal yang disertai dengan bintik-bintik kemerahan pada kedua tangan sejak lebih kurang 1 bulan yang lalu. Pasien juga merasakan gatal pada kedua tangannya. Gatal sering dirasakan pasien ketika malam hari. Kegiatan sehari-hari pasien adalah pelajar di sebuah pondok pasantren. Pasien mengaku teman sekamar pasien di pondok pasantren juga mengalami hal serupa seperti pasien.Riwayat Penyakit Dahulu: tidak pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya Riwayat Penggunaan Obat: belum pernah berobat sebelumnyaRiwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit serupaUKK : At regio manus dekstra dan sinistra tampak adanya papul dan vesikel dengan dasar eritem, berbatas tegas, dengan ukuran miliar dan lentikuler, jumlah multiple disertai adanya kanalikuli, penyebaran regional.

Diagnosa Banding:1. Skabies2. Prurigo Biasanya berupa papula-papula yang gatal, predileksinya pada ekstensor ekstremitas.

3. Folikulitis Nyeri, efloresensi berupa pustula miliar dikelilingi daerah eritema.

Pemeriksaan Penunjang: Tidak dilakukan pemeriksaan penunjangDiagnosa Kerja: SkabiesPenatalaksanaan1. Scabimite krim2. Cetirizine tab 1 x 1 PencegahanPencegahan yang paling utama adalah menjaga kebrsihan badan dengan mandi scara teratur, menjemur kasur, bantal dan sprei secara teratur serta lingkungan didalam rumah agar tetap mendapat sinar matahari yang cukup, tidak lembab dan selalu dalam keadaan bersih.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin MD. 2002. Ilmu Penyakit Kulit. MakassarAdhi Djuanda. 2007. Ilmu Pnyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. JakartaMarwali Harahap. 2000. Ilmu Pnyakit Kulit. Penrbit Hipokrates. JakartaMoh. Usman Atmaprawira. Penelitian Skabies pada Sebuah Pesantren di Jakarta. Skripsi (FKUI Bag. I. Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta.1982)Siregar. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

14