Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Osteoarthritis adalah merupakan penyakit sendi degeneratif yang keseluruhan struktur sendinya mengalami perubahan patologis. Tanda perubahan patologis, yaitu kerusakan tulang rawan (kartilago) hialin sendi, meningkatnya ketebalan serta sclerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi. Keadaan ini berhubungan erat dengan usia lanjut terutama pada sendi-sendi tangan, lutut, dan sendi besar yang menanggung beban. Secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi oleh hambatan gerak. 1 Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling sering menyerang manusia dan dianggap sebagai penyebab disabilitas pada orang tua. Osteoarthritis lutut merupakan jenis penyakit sendi terbanyak yang dijumpai di seluruh dunia dan penyebab nyeri serta kecacatan pada usia lanjut dibandingkan dengan penyakit lain. 2 Prevalensi osteoarthritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. 3 Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, osteoarthritis mempunyai dampak sosio – ekonomi yang besar, baik di negara maju maupun negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis. Pasien osteoarthritis biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika 1
30

Lapkas Oa Genu Bilateral

Jan 12, 2016

Download

Documents

Bursa Pets

asas
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lapkas Oa Genu Bilateral

BAB I

PENDAHULUAN

Osteoarthritis adalah merupakan penyakit sendi degeneratif yang keseluruhan struktur

sendinya mengalami perubahan patologis. Tanda perubahan patologis, yaitu kerusakan tulang

rawan (kartilago) hialin sendi, meningkatnya ketebalan serta sclerosis dari lempeng tulang,

pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan

melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi. Keadaan ini berhubungan erat dengan usia

lanjut terutama pada sendi-sendi tangan, lutut, dan sendi besar yang menanggung beban. Secara

klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi oleh hambatan gerak.1

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling sering menyerang manusia dan

dianggap sebagai penyebab disabilitas pada orang tua. Osteoarthritis lutut merupakan jenis

penyakit sendi terbanyak yang dijumpai di seluruh dunia dan penyebab nyeri serta kecacatan

pada usia lanjut dibandingkan dengan penyakit lain.2

Prevalensi osteoarthritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5%

pada pria dan 12,7% pada wanita.3 Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang

kronik-progresif, osteoarthritis mempunyai dampak sosio – ekonomi yang besar, baik di negara

maju maupun negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia

menderita cacat karena osteoarthritis. Pasien osteoarthritis biasanya mengeluh nyeri pada waktu

melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih

berat nyeri dapat dirasakan terus-menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Lama

kelamaan kekuatan otot berkurang, tidak mampu untuk naik tangga, serta sulit jongkok.4 Pada

tahap awal, nyeri timbul bila selesai latihan fisik yang berat dan kemudian hilang saat istirahat.

Keluhan kemudian berlanjut menjadi kekakuan sendi sewaktu bangun pagi yang hilang dalam

waktu 15-30 menit dan makin berkurang setelah digerakkan.5

Berikut ini akan dibahas tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang rehabilitasi medik

pada penderita osteoarthritis genu bilateral.

1

Page 2: Lapkas Oa Genu Bilateral

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan

kartilago sendi, dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi yang kompleks, terdiri dari

proses perbaikan pada kartilago, tulang dan sinovium diikuti komponen sekunder proses

inflamasi. Prosesnya tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga mengenai seluruh sendi,

termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul, dan jaringan sinovial serta jaringan ikat

periartikuler. Paling sering mengenai vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki.2

B. Epidemiologi

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia, termasuk di

Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga menganggu

aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami gejala

osteoarthritis. Di Amerika 1 dari 7 penduduk menderita osteoarthritis. Di dunia barat

osteoarthritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab

ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga).6

Prevalensi osteoarthritis secara jelas meningkat sesuai dengan pertambahn usia. Kondisi ini

jarang ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Usia, jenis kelamin, pekerjaan, kegemaran,

ras, dan hereditas seluruhnya bisa berperan dalam manifestasi klinis osteoarthritis.7

C. Etiologi

Etiologi pasti dari osteoartritis genu sampai saat ini belum diketahui pasti, akan tetapi

beberapa faktor predisposisi terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh:2

- Umur : Umumnya ditemukan pada usia lanjut

- Obesitas : kelebihan berat badan (kegemukan) akan menyebabkan pembebanan yang

berlebihan pada sendi yang banyak menumpu berat badan.

- Jenis kelamin : pada usia 55 tahun keatas wanita lebih berisiko karena berhubungan

dengan menopause

2

Page 3: Lapkas Oa Genu Bilateral

- Aktifitas fisik dan pekerjaan : adanya stres yang berkepanjangan pada lutut seperti pada

olahragawan dan pekerjaan yang yang terlalu banyak menumpu pada lutut seperti

membawa beban, atau berdiri yang terus-menerus mempunyai resiko yang lebih besar

terkena osteoarthritis.

- Riwayat trauma langsung maupun tidak langsung dan immobilisasi yang lama

D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik yang biasanya dikeluhkan oleh pasien yang menderita osteoarthritis antara

lain:4

- Nyeri sendi: keluhan ini merupakan keluhan utama yang sering kali membawa pasien ke

dokter. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.

Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding

gerakan yang lain.

- Hambatan gerakan sendi: gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-

pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

- Kaku pagi: pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas,

seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah

bangun tidur.

- Krepitasi: rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

- Pembesaran sendi (deformitas): pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya

(seringkali terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.

- Perubahan gaya berjalan: hampir semua pasien osteoarthritis pergelangan kaki, tumit,

lutut atau panggul berkembang menjadi

pincang dan merupakan gejala yang

menyusahkan pasien.

Gambar 1. Gambaran sendi normal

dan sendi yang terkena

osteoarthritis

3

Page 4: Lapkas Oa Genu Bilateral

E. Patofisiologi

Berdasarkan patofisiologis, osteoarthritis dibedakan menjadi dua, yaitu osteoarthritis primer

dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis primer disebut juga osteoarthritis idiopatik yaitu

osteoarthritis yang penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit

sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Osteoarthritis sekunder adalah osteoarthritis

yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan herediter, jejas

mikro dan makro serta imobilisasi terlalu lama. Kasus osteoarthritis primer lebih sering dijumpai

pada praktik sehari-hari dibandingkan dengan osteoarthritis sekunder. Selama ini osteoarthritis

sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah

diketahui bahwa osteoarthritis merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago

dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas diketahui. Kerusakan tersebut

diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme

lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera.4

Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena

faktor umur, stres mekanis atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan obesitas. Jejas mekanis

dan kimiawi ini diduga merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul

abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan

terjadinya inflamasi sendi, kerusakan kondrosit dan nyeri. Osteoarthritis terjadi sebagai hasil

kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodeling tulang dan inflamasi cairan sendi. Terjadi

peningkatan degradasi kolagen yang mengubah keseimbangan metabolisme rawan sendi yang

berakumulasi di sendi, menghambat fungsi serta mengawali respon imun yang menyebabkan

inflamasi sendi.4

Penyebab rasa sakit pada osteoarthritis merupakan akibat dari dilepasnya mediator kimiawi

seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan tendon atau

ligamentum serta spasmus otot-otot ekstra artikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada

sendi juga diakibatkan oleh osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari

medulla spinalis.4

F. Diagnosis

4

Page 5: Lapkas Oa Genu Bilateral

Dalam mendiagnosis osteoarthritis dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, serta

pemeriksaan penunjang. Pada anmnesis akan didapatkan gejala-gejala yang sudah berlangsung

lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.7 Gejala utama adalah nyeri pada sendi yang

terkena, terutama pada waktu bergerak. Awal mula merasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri

yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada gerak sendi, biasanya semakin

bertambah berat sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. Kaku pada pagi hari dapat timbul

setelah imobilisasi, seperti duduk dalam waktu yang cukup lama atau setelah bangun tidur.

Krepitasi atau rasa gemeretak pada sendi yang sakit juga menjadi keluhan dari penderita

osteoarthritis.8

Tes-tes provokasi yang dilakukan untuk memeriksa sendi lutut yaitu:

a. McMurray Test

Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi meniskus medial dan

lateral. Pada tes ini penderita berbaring terlentang dengan satu tangan pemeriksa memegang

tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian ditekuk pada sendi

lutut. Tungkai bawah eksorotasi dan endorotasi kemudian secara perlahan-lahan

diekstensikan. Kalau terdengar bunyi “krek” atau teraba sewaktu lutut diluruskan, maka

meniskus medial atau bagian lateral yang mungkin terobek.9

b. Anterior Drawer Test

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi ruptur atau instabilitas ligamentum krusiatum anterior.

Penderita berbaring terlentang dengan salah satu lutut difleksikan. Pemeriksa duduk di tepi

meja periksa, bersandar pada kaki penderita untuk menstabilkannya. Pemeriksa meletakkan

5

Gambar 2. Pemeriksaan McMurray

Page 6: Lapkas Oa Genu Bilateral

kedua tangannya di bagian proksimal tungkai bawah dengan ibu jari pada kedua sisi tulang

tibia anterior distal dan jari-jari lainnya melingkar di belakang tungkai bawah. Pemeriksa

mencoba untuk menarik tibia ke depan. Bila ditemukan tulang tibia yang menggeser ke

depan lebih dari 5 mm, maka dianggap anterior drawer test positif.9

c. Posterior Drawer Test

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi ruptur atau instabilitas ligamentum krusiatum posterior.

Posterior Drawer Test sama halnya dengan Anterior Drawer Test. Pada tes ini pemeriksa

meletakkan tangan pada bagian proksimal tungkai bawah dan ibu jari berada dibagian distal

tulang patela kemudian di dorong ke arah belakang. Tes ini positif jika ditemukan tulang

tibia bergeser ke belakang.9

6

Gambar 3. Anterior Drawer Test

Gambar 4. Posterior Drawer Test

Page 7: Lapkas Oa Genu Bilateral

d. Appley Compresion Test

Tes ini dilakukan untuk menentukan cedera ligamental atau meniscus. Penderita dalam posisi

berbaring tengkurap dengan tungkai bawah difleksikan 90. Kemudian dilakukan penekanan

pada tumit pasien. Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam

(endorotasi) dan luar (eksorotasi). Tes ini apabila pasien merasakan nyeri pada bagian lutut.9

e. Appley Distraction Test

Tes ini dilakukan untuk menentukan cedera meniskus atau ligamental pada persendian lutut.

Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley Comppresion Test. Lakukan

distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai bawah keluar (eksorotasi) dan kedalam

(endorotasi). Apabila pada distraksi eksorotasi dan endorotasi itu terdapat nyeri maka hal tes

ini positif.9

f. Test for

lateral stability

Tes ini untuk menilai instabilitas ligamen kolateral lateral. Penderita dalam posisi berbaring

telentang dengan lutut ekstensi penuh. Pegang tungkai bawah dengan satu tangan diletakkan

pada lutut bagian posterior medial saat memaksakan bagian distal tungkai bawah ke medial.

Buatlah daya varus pada lutut dan tekanan pada ligamentum kolateral lateral. Manuver

7

Gambar 5. (a) Appley Comppresion Test; (b) Appley Distraction Test

Page 8: Lapkas Oa Genu Bilateral

dilakukan pada 0 dan fleksi lutut 30. Tes positif jika nyeri dan atau peningkatan celah pada

garis sendi lateral.9

g. Test for Medial Stability

Tes ini untuk menilai instabilitas ligamen kolateral medial. Penderita tidur telentang dengan

lutut ekstensi penuh. Pegang tungkai bawah dengan satu tangan diletakkan pada lutut bagian

posterior lateral dan memaksakan bagian distal tungkai bawah ke lateral. Buatlah daya valgus

pada lutut dan tekanan pada ligamentum kolateral medial. Manuver dilakukan pada 0 dan

fleksi lutut 30. Tes bernilai positif jika nyeri dan atau peningkatan pemisahan pada garis

sendi medial.9

8

Gambar 6. Test for lateral stability

Gambar 7. Test for Medial Stability

Page 9: Lapkas Oa Genu Bilateral

G. Gambaran Radiologi

Pada sebagian besar kasus, foto rontgen pada sendi yang terkena osteoarthritis sudah cukup

memberikan gambaran diagnostik yang lebih canggih. Gambaran radiografi sendi yang

menyokong diagnosis osteoarthritis ialah:4

- Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang

menanggung beban)

- Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.

- Kista tulang

- Osteofit pada pinggir sendi

- Perubahan struktur anatomi sendi

Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi diatas, secara radiografi osteoarthritis dapat

digradasi menjadi ringan sampai berat (kriteria Kellgren dan Lawrence).4

Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren & Lawrence:10

Derajat 0 : Radiologi normal.

Derajat 1 : Penyempitan celah sendi meragukan.

Derajat 2 : Osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.

Derajat 3: Osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sclerosis

sedang dan kemungkinan deformitas kontur tulang.

Derajat 4 : Osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata, sklerosis

yang berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.

The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis osteoarthritis lutut

idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut:19

9

Page 10: Lapkas Oa Genu Bilateral

Tabel 1. Kriteria diagnosis osteoarthritis

Klinis dan Laboratorium Klinis dan radiologi Klinis

Nyeri lutut + minimal 5 dari 9

berikut :

- umur > 50 tahun

- stiffness < 30 menit

- krepitasi

- nyeri pada tulang

- pelebaran tulang

- tidak hangat pada

perabaan

- led < 40mm/jam

- rheumatoid factor < 1:40

- cairan sinovial: jernih,

viscous,

leukosit < 2000/mm3

Nyeri lutut + minimal 1 dari 3 berikut

- umur > 50 tahun

- stiffness < 30 menit

- krepitasi + osteofit

Nyeri lutut + minimal 3 dari

6 berikut :

- umur> 50 tahun

- stiffnes < 30 menit

- Krepitasi

- nyeri pada tulang

- pelebaran tulang

- tidak hangat pada

perabaan

H. Penatalaksanaan

Tatalaksana pada penderita osteoartritis berupa terapi farmakologis dan non farmakologis

yaitu:4,11

1. Terapi non farmakologis

- Edukasi dan penerangan

- Terapi fisik dan rehabilitasi

- Penurunan berat badan

2. Terapi farmakologis

- OAINS

- OAINS topikal

- Chondroprotective

- Steroid intra-artikuler

10

Page 11: Lapkas Oa Genu Bilateral

3. Terapi bedah

- Malaligment, deformitas lutut Valgus-Varus

- Osteotomi

- Artroplasti sendi total

I. Rehabilitasi Medik pada osteoartritis

Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada penderita osteoarthtritis antara lain:12-14

Fisioterapi

a. Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi peradangan,

mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi sehingga dapat mengurangi nyeri. Dapat

juga menggunakan es yang dikompreskan pada sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat

berupa cryotherapy, kompres es dan masase es.

b. Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub kutis saja

(Hot pack, infra red, kompres air hangat, paraffin bath) Sedangkan terapi panas dalam,

yaitu panas dapat menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot,

tulang, dan sendi. Diatermi gelombang mikro (MWD), diatermi gelombang pendek

(SWD), diatermi gelombang suara ultra (USD). Pada kasus osteoarthritis digunakan

diatermi gelombang pendek (SWD) dan diatermi gelombang suara ultra (USD).

c. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakan modalitas yang

digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri melalui peningkatan ambang

rangsang nyeri.

d. Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan membuat ringan

bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi lebih mudah digerakan. Suhu air

yang hangat akan membantu mengurangi nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.

e. Latihan penguatan otot. Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan

pergerakan sendi, menguatkan otot, meningkatkan ketahanan statik dan dinamik dan

meningkatkan fungsi yang menyeluruh. Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan,

peregangan dan rekreasi.

Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) untuk

memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga penderita bisa melakukan kembali

kegiatan atau perkerjaan normalnya.

11

Page 12: Lapkas Oa Genu Bilateral

Ortotik Prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah dan mengoreksi

kecacatan, menyangga berat badan dan menunjang anggota tubuh yang sakit. Pada penderita

OA biasa dilakukan rencana penggunaan knee brace atau knee support.

Sosial Medis. Tujuannya adalah menyelesaikan dan memecahkan masalah sosial yang

berkaitan dengan penyakit penderita, seperti masalah penderita dalam keluarga maupun

lingkungan masyarakat.

12

Page 13: Lapkas Oa Genu Bilateral

BAB III

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. HML

Umur : 64 Tahun

Alamat : Tondano

Pekerjaan : IRT

Agama : Kristen Protestan

Suku : Minahasa

Tanggal Periksa : 4 Januari 2015

2. ANAMNESIS

Keluhan utama :

Nyeri kedua lutut.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak ±6 bulan yang lalu. Awalnya penderita merasa sakit di

lutut kiri dan kemudian di lutut kanan. Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul. Nyeri

tidak menjalar. Saat timbul nyeri, lutut sukar digerakkan. Nyeri bertambah saat naik atau

turun tangga, jongkok saat buang air besar, atau hendak merubah posisi dari duduk atau

jongkok ke berdiri, dan sebaliknya. Nyeri berkurang saat penderita beristirahat. Saat

menggerakkan kedua lututnya sering terdengar bunyi “krek”. Kaku pada pagi hari durasinya

±5 menit dan apabila lutut digerak-gerakkan, kekakuan berkurang. Riwayat trauma (+) ± 10

tahun yang lalu jatuh dari tangga dan lutut terbentur dilantai. Selama ini bila nyeri, penderita

hanya meminum obat analgetik. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan.

Riwayat penyakit dahulu :

- Hipertensi (+) ±5 tahun lalu mendapat terapi Amlodipin 10mg dikonsumsi

secara teratur

13

Page 14: Lapkas Oa Genu Bilateral

- Kolesterol disangkal oleh penderita

- Diabetes mellitus disangkal oleh penderita

- Asam urat (+) ±8 bulan yang lalu mendapat terapi Allopurinol 100 mg, hanya

dikonsumsi pada saat pasien merasa nyeri lutut.

Riwayat Keluarga :

Hanya penderita yang sakit seperti ini.

Riwayat kebiasaan dan aktifitas :

- Penderita adalah ibu rumah tangga

- Banyak aktivitas dilakukan dengan berdiri lama.

Riwayat Sosial Ekonomi :

Penderita adalah seorang janda. Penderita memiliki lima orang anak yang semuanya sudah

berkeluarga. Penderita tinggal di rumah permanen, satu lantai, pakai wc jongkok. Di rumah

penderita tinggal dengan seorang pembantu rumah tangga. Biaya hebutuhan sehari-hari

mencukupi, diberi oleh anak-anaknya dan hasil pensiunan suaminya. Biaya pengobatan oleh

ASKES.

Visual Analog Scale (VAS) :

04 Januari 2015

Genu dekstra

0 5 10

Genu sinistra

0 3 10

14

Page 15: Lapkas Oa Genu Bilateral

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis GCS: E4M6V5

Tekanan darah : 140/90 mmHg Respirasi: 20 x/m

Nadi : 84 x/m Suhu : 36,70C

Tinggi badan : 154 cm

Berat badan : 77 kg

Indeks massa tubuh : 32,47 kg/m2 (overweight)

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Pupil bulat

isokor 3mm-3 mm, refleks cahaya langsung kiri dan

kanan ada, refleks cahaya tidak langsung kiri dan kanan

ada.

Leher : Trakea letak tengah, pembesaran kelenjar getah bening

tidak ada.

Thoraks : Simetris kiri = kanan

Cor/Pulmo: dalam batas normal.

Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,

bising usus (+) normal.

Extremitas : Hangat, capillary refill time (CRT) ≤ 2

Status lokalis

Regio genu Dextra

Inspeksi : Edema(-), Kemerahan (-), deformitas (+) varus

Palpasi : Hangat (-), nyeri tekan (-), krepitasi (+)

Movement : Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (-)

Regio genu Sinistra

Inspeksi : Edema(-), Kemerahan (-), deformitas (+) varus

Palpasi : Hangat (-), nyeri tekan (-), krepitasi (+)

Movement : Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (-)

15

Page 16: Lapkas Oa Genu Bilateral

Dextra Sinistra

Lingkar paha

(20 cm di atas Tuberositas Tibia)

45 45

Lingkar lutut 41 41

Lingkar betis

(10 cm di bawah Tuberositas Tibia)

35 32

Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) regio genu dextra dan sinistra

Dextra Sinistra Normal

Fleksi 0-1100 0-1100 1350

Ekstensi 0-00 0-00 00

Status Motorik

Ekstremitas inferior

Dextra Sinistra

Gerakan Normal Normal

Tonus Otot Normal Normal

Kekuatan Otot 5/5/5/5 5/5/5/5

Refleks Fisiologis Normal Normal

Refleks Patologis Negatif Negatif

MMT (Manual Muscle Test)

16

Page 17: Lapkas Oa Genu Bilateral

Status Sensibilitas

Tes Provokasi

Jenis tes Dextra Sinistra

Anterior drawer - -

Posterior drawer - -

Test for lateral stability - -

Test for medial stability - -

McMurray - -

Appley compression - -

Appley distraction - -

Hasil X-Foto genu AP/Lateral:

17

Dextra Sinistra

L2 (Hip Flexion) 5 5

L3 (Knee extension) 5 5

L4 (Ankle dorsi-flexion) 5 5

L5 (Great toe extention) 5 5

S1 (Ankle plantar-flexion) 5 5

Ekstremitas inferior

Dextra Sinistra

Protopatik Normal Normal

Propioseptik Normal Normal

Page 18: Lapkas Oa Genu Bilateral

Kesan : Osteoarthritis genu bilateral

Resume

Perempuan 64 tahun, dengan nyeri kedua lutut sejak ± 6 bulan terakhir ini. Awalnya nyeri

dirasakan pada lutut kiri dan kemudian dilutut kanan. Kekakuan sendi pada pagi hari (+).

Pada pemeriksaan fisik : tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit,

suhu badan 36,70C. Krepitasi genu bilateral (+), Nyeri gerak aktif genu bilateral (+) VAS

Dekstra 5, VAS Sinistra 3.

Diagnosis

Diagnosis klinis : Osteoartritis Genu Bilateral, Nyeri keterbatasan gerak

kedu lutut

Diagnosis etiologi : Degeneratif

Diagnosis topis : Kartilago Genu Bilateral

Diagnosis fungsional : Impairment : Nyeri dan keterbatasan gerak kedua lutut.

Disability : Gangguan AKS (toileting, jongkok dan

kemudian berdiri saat bekerja)

Handicap : -

Problem Rehabilitasi

1. Nyeri dan keterbatasan gerak kedua lutut

18

Page 19: Lapkas Oa Genu Bilateral

2. Gangguan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) seperti : jongkok dan berdiri saat

bekerja, toileting.

Penatalaksanaan

Medikamentosa

Obat Anti Inflamasi Non-Steroid

Non medikamentosa

Rehabilitasi medik

Fisioterapi

Evaluasi :

- Nyeri dan keterbatasan gerak kedua lutut

- Gangguan AKS seperti jongkok dan berdiri saat bekerja, toileting dll.

Program:

- Short wave diathermi regio genu bilateral

- Stretching m. hamstring dan Strengthening m. quadriceps femoris

ekstremitas inferior bilateral

Okupasi terapi

Evaluasi :

- Nyeri dan keterbatasan gerak kedua lutut

- Gangguan AKS seperti jongkok dan berdiri saat bekerja, toileting dll.

Program:

- Latihan atau edukasi melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)

dengan prinsip mengurangi beban pada sendi lutut (joint protection).

Ortotik prostetik

Evaluasi :

- Nyeri dan keterbatasan gerak kedua lutut

- Gangguan AKS seperti jongkok dan berdiri saat bekerja, toileting dll.

Program:

- Dinamic splint

Psikolog

Evaluasi : Penderita merasa cemas dengan sakitnya.

19

Page 20: Lapkas Oa Genu Bilateral

Program: Memberi dukungan kepada penderita agar rajin berlatih di rumah dan

kontrol secara teratur, memberi dukungan mental kepada penderita dan

keluarga agar tidak cemas dengan penyakit yang dideritanya.

Sosial Medik

Evaluasi :

- Biaya hidup sehari-hari cukup dengan menggunakan uang pemberian

anaknya dan hasil pensiunan suaminya. Biaya pengobatan ditanggung

oleh ASKES.

Program:

- Memberikan edukasi pada penderita dan keluarga mengenai penyakit

penderita dan memberikan dukungan agar penderita rajin melakukan

terapi dan home program.

Home program atau edukasi

- Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti naik turun tangga,

berjalan lama, serta berdiri dalam waktu yang lama, jongkok saat bekerja diganti

dengan duduk di kursi kecil yang kerendahannya disesuaikan.

- Menggunakan WC duduk.

- Posisi kaki lebih banyak diluruskan saat duduk (jangan ditekuk).

- Jika lutut bengkak, kompres dengan es selama 5-10 menit pada lutut atau daerah

yang bengkak tersebut.

- Ikuti program atau petunjuk yang diberikan dokter rehabilitasi medik dengan

teratur.

Anjuran : pemeriksaan Laboratorium

PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad Bonam

Quo ad fungtionam : Dubia ad Bonam

Qua ad sanationam : Dubia ad Bonam

20

Page 21: Lapkas Oa Genu Bilateral

DAFTAR PUSTAKA

1. Osteoartritis. Dalam Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. 2006.h.1317.

2. Suriani S, Lesmana I. Latihan theraband lebih baik menurunkan nyeri daripada latihan

quadrisep bench pada osteoarthritis genu. April.2013.Jurnal Fisioterapi Vol 13(1)

3. Iwamoto J, Takeda T, Sato Y, Matsumoto H. Effect of risedrorate on osteoarthtritis of the

knee.YMJ.2010;51(2):164-170

4. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Dalam: Subekti NB, Yudha EK, editor. Jakarta:

EGC. 2009.h. 346-47.

5. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. Dalam: Sudoyo AW,

Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi

V. Jakarta. Interna publishing; 2009.h.2538-49.

6. VanWeely S, Leufkens HGM . 2004. Priority Medicines for Europe and the World. A Public

Health Approach to Innovation. World Health Organisation (WHO).p10-12

7. Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG, et al. Estimates of the prevalence of arthritis and

other rheumatic conditions in the United States. Part II. Arthritis Rheum. 2008;58(1):26–35.

8. Isbagio H. Struktur Rawan Sendi dan Perubahannya pada Osteoartritis. Cermin Dunia

Kedokteran.2008.h 84-87.

9. Miler A, Heckert KD, Davis BA. The 3-minute musculoskeletal & peripheral nerve exam.

New York: Demos medical; 2009.h.65-76.

10. Santiago DT, Kathleen T, Elizabeth F. Rheumatic Diseases. In: Randall L Braddom, editor

Physical Medicine& Rehabilitation. 4th ed. 2007.h.770-771

11. Hochberg MC, et al. American College of Rheumatology 2012: Recommendations for the

Use of Nonpharmacologic and Pharmacologic Therapies in Osteoarthritis of the Hand, Hip,

and Knee. American College of Rheumatology. 2012 Apr;64(4):465-74.

12. lyas E. Pendekatan Terapi Fisik pada Osteoarthritis. Pertemuan ilmiah tahunan PERDOSRI.

Bidang pendidikan dan latihan pengurus besar PERDOSRI. Jakarta; 2002.h.53-63.

13. Tulaar ABM. Peran kedokteran fisik dan rehabilitasi medik pada tatalaksana osteoarthritis.

Semijurnal Farmasi dan Kedokteran Ethical Digest. Februari 2006;46-54.

14. Mansjoer A, dkk. Reumatologi. Dalam: Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media

Aesculapius FKUI; 1999.h.525-6.

21

Page 22: Lapkas Oa Genu Bilateral

22