STATUS PSIKIATRII. Identitas pasienNama: Tn. R
Jenis kelamin: Laki-laki Tanggal lahir: Jakarta,8 juli 1983Usia:
29 Tahun
Agama: IslamAlamat: Jl. H. Sikam raya rt 01/13, Pinang
Bojong
Status pernikahan: Belum menikahPekerjaan: Mahasiswa (tidak
tamat) Tanggal masuk rs: 6 Desember 2012II. Riwayat
psikiatriBerdasarkan
Autoanamnesis tanggal 11 Februari 2013 Alloanamnesis tidak
dilakukan 2.1. Keluhan utamaPasien mengaku di bawa ke RSJ Islam
Klender oleh ayahny karena sering BAK di sembarang tempat.
2.2. Keluhan tambahanPasien sering berbicara sendiri, sering
mendengar bisikan, mudah tersinggung dan kesal, tidak mau minum
obat, tidak mau makan, hanya ingin minum kopi dan merokok dan tidak
bisa tidur.2.3. Riwayat gangguan sekarangAutoanamnesa :
Pasien mengaku dibawa ke RSJ Islam Klender oleh ayahnya karena
sering BAK di sembarang tempat. Pasien tidak tahu alasan kenapa
suka BAK di sembarang tempat. Pasien juga tidak mau makan. Pasien
hanya mau merokok, minum kopi dan minum jahe. Pasien juga mengaku
sering marah-marah karena tersinggung karena hal-hal kecil. Pasien
mengaku marah kepada ayahnya karena pasien telah membuatkan kopi
untuk kedua orang tuanya namun kopi tersebut tidak diminum sama
sekali oleh orang tuanya sehingga pasien tersinggung. Karena
menurut pasien kopi yang sudah dibuat itu mubadzir apabila tidak
diminum. Pasien mengaku apabila menutup kuping dengan kedua jarinya
maka pasien akan mendengar suara orang yang sedang berbisik-bisik
tanpa ada wujudnya. Menurut pasien suara orang yang berbisik
tersebut seperti ayah dan ibunya atau terkadang suara perempuan
yang mengatakan bahwa papah dan mamah akan memulangkan dirinya.
Bisikan tersebut tidak pernah memerintahkan apapun kepada dirinya.
Pasien tidak pernah melihat hal-hal aneh ataupun
penampakan-penampakan. Pasien mengaku tidak merasa sedang
dikejar-kejar ataupun merasa curiga kepada orang-orang
disekitarnya. 2.4 Riwayat gangguan sebelumnya1. Gangguan
PsikiatriPasien mengaku sudah 2 kali dirawat di RSJIK, pertama kali
dirawat tahun 2008, dan yang ke dua adalah yang sekarang.
2. Gangguan MedisPasien tidak memiliki kelainan bawaan sejak
lahir, tidak menderita sakit berat sampai dirawat di RS dan pasien
tidak memiliki riwayat kejang. 3. Gangguan Zat PsikoaktifPasien
merupakan perokok berat. Menurut pasien, pasien pernah menghisap
ganja serta pasien sering mengkonsumsi alkohol. Namun menurut
pasien sekarang sudah tidak lagi menggunakan ganja maupun minum
alkohol.
2.5 Riwayat Pribadi Pasien Sebelum Sakit
2.5.1 Riwayat Pranatal dan Perinatal
Pasien dilahirkan cukup bulan, spontan, dengan persalinan
normal, ditolong oleh bidan. Dan merupakan kelahiran yang
dikehendaki serta tidak ada cacat bawaan.
2.5.2 Masa anak-anak Awal (0-3 tahun)Pasien diasuh oleh kedua
orang tuanya. Pasien tumbuh normal seperti anak seusianya. Pasien
tidak pernah mengalami kejang dan cedera kepala. 2.5.3 Masa
anak-anak Pertengahan (3-11 tahun)
Secara fisik, pasien tumbuh seperti anak-anak seusianya. Pasien
tidak ada kesulitan dan masalah dengan lingkungan sekitarnya.
Prestasi di sekolah pasien biasa saja dan pasien tidak pernah
tinggal kelas.
2.5.4 Masa anak- anak akhir ( pubertas sampai remaja)Pasien
termasuk orang yang pendiam, kurang memiliki banyak teman dan tidak
memiliki teman dekat. Hubungan dengan keluarga cukup baik.
Riwayat Pendidikan Formal
Pasien mulai bersekolah saat umur 4 tahun. Pasien tidak pernah
tinggal kelas. Setelah lulus SD, pasien melanjutkan ke SMP kemudian
ke SMA. Dan melanjutkan lagi pendidikannya ke universitas.
Perkembangan Motorik dan KognitifPasien tidak mengalami gangguan
pada perkembangan fisiknya. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam
belajar.
Riwayat psikoseksual
Pasien kurang terbuka untuk menceritakan hal ini kepada
keluarga. 2.5.5 Masa dewasa
Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai kuli bangunan
Aktivitas Sosial
Cenderung menyimpan sendiri masalah yang dihadapi dan selalu
memikirkan masalah-masalahnya sendiri. Pasien tidak mempunyai teman
akrab. Bahkan pasien tidak mempunyai teman di lingkungan rumah.
Riwayat Pernikahan
Pasien belum pernah menikah. Menurut pasien, pasien pernah
mempunyai hubungan dengan perempuan sebanyak 2 kali saat kuliah
namun hubungannya putus begitu saja dan pasien sempat patah
hati.
Riwayat pendidikan
Pasien berkuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta
mengambil jurusan periklanan dan tidak tamat kuliah.
Riwayat keagamaan
Pendidikan agama pasien didapat dari kedua orang tuanya dan
pasien termasuk orang yang tekun beribadah.
Riwayat hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum
2.6 Riwayat psikoseksual
Pasien kurang terbuka. 2.7 Riwayat KeluargaPasien adalah anak
pertama dari 3 bersaudara. Didalam keluarga pasien tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit serupa. Pasien dan
keluarga tinggal dirumah sendiri di daerah tangerang. Pasien
tinggal bersama ayah, ibu serta adiknya. Pasien tidur di kamar
sendiri dan sumber penghasilan keluarga didapat dari sisa pensiunan
ayahnya. Ayah pasien meninggal 1 januari 2013.SKEMA KELUARGA
Keterangan :
= laki-laki
= Perempuan
= meninggal
= Pasien III.STATUS MENTAL
3.1. Gambaran umum
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki berusia 29 tahun, berbadan kurus dengan
tinggi 170 cm, berkulit kuning langsat, berambut hitam dan berkumis
tipis. Pasien tampak lebih muda dari usianya dan tampak kekanak
kanakan. Pada saat dilakukan wawancara pasien tidak memakai baju
hanya menggunakan celana pendek berwarna coklat dan tidak memakai
sandal. Seluruh tubuh pasien tampak bekas garukan,pasien tampak
tidak dapat mengurus dirinya namun kuku tangan dan kaki tampak
pendek. Saat wawancara pasien tampak tenang. 2. Perilaku dan
aktivitas motorik
Gaya berjalan normal ,Selama wawancara pasien duduk tenang,
kooperatif, sopan, kontak mata baik, selama wawancara pasien duduk
tenang.3. Sikap terhadap pemeriksa Pasien kooperatif, sopan, tidak
melawan dan menjawab pertanyaan dengan baik tetapi kadang tidak
tepat. 3.2. Mood dan afek
Mood: Irritable Afek: Terbatas/ menyempit
Keserasian: Tidak Serasi 3.3. Pembicaraan
Volume: Sedang
Irama
: Teratur
Kelancaran: Artikulasi baik, Lancar tidak gagap
Kecepatan: cepat
3.4. Gangguan persepsi
Halusinasi Auditorik:Ada
Karena pasien mengatakan bahwa bila menutup kuping sering
mendengar orang yang
berbisik tapi wujudnya tidak ada. Halusinasi Visual: Tidak ada
Halusinasi Olfaktorius: Tidak ada
Halusinasi Gustatorik: Tidak ada
Halusinasi Taktil: Tidak ada
Depersonalisasi: Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
3.5. Pikiran
a) Proses Pikir:
Produktivitas : Cukup ide
Kontinuitas
: Inkoheren
b) Isi pikiran
Preokupasi
: Pasien membahas mengenai jual beli tanah Gangguan Isi
Pikir
Waham: Waham bizzare
( karena menurut permyataan pasien makan kuku sendiri itu dapat
menyehatkan). Ideas of reference: Tidak ada
3.6. Sensorium dan kognitif
a) Kesadaran
: Compos mentis (GCS=15)
b) Orientasi
Waktu: Pasien mengetahui bedanya siang atau malam saat
diwawancara
Tempat
: Pasien mengetahui berada di RSJ Islam Klender Perorangan:
Pasien bisa mengetahui sedang di wawancarai
dokter muda
c) Konsentrasi: Baik
Karena pasien dapat menghitung 100 dikurangi 7 secara serial
sebanyak 7 kali.d) Daya ingat Daya ingat lama:
Baik, Pasien mampu mengingat dimana ia bersekolah dari SD hingga
SMA. serta tempat kuliahnya.
Daya ingat peristiwa yang baru terjadi:
Baik, Pasien mampu mengingat apa yang baru saja dilakukan
Daya ingat tentang kedaan yang baru-baru ini terjadi:
Baik, pasien mampu mengingat menu sarapan kemarin dan kegiatan
yang dilakukan kemarin.
Daya ingat Segera:
Baik, pasien mampu mengingat nama pewawancara.
e) Visuospasial : Baik, pasien mampu menggambar jam analog
pukul 04.00
f) Hendaya bahasa : tidak ada
g) Pemikiran abstrak: Baik, mengetahui perbedaan antara jeruk
dengan bolah) Intelegensi dan pengetahuan umum : Baik, Pasien mampu
menyebutkna nama Presiden RI pertama dan Presiden RI saat ini. 3.7.
Pengendalian impuls
Baik (pasien dapat mengendalikan dirinya saat diwawancara)
3.8. Daya Nilai Penilaian sosial: Baik (pasien dapat bergaul
dengan pasien yang lain) Uji daya nilai: kurang Baik
karena menurut pasien bila menemukan dompet di jalan, dia akan
mengambil uangnya dan disumbangkan ke mesjid
karena uang nya hasil korupsi. 3.9. RTA : Terganggu3.10. Tilikan
: Derajat I, pasien menyangkal sepenuhnya bahwa dirinya sakit.3.11.
Taraf dapat dipercaya: Pasien cukup dapat dipercaya.
IV.STATUS FISIKStatus Interna Keadaan Umum: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 kali/menit
Pernapasan: 24 kali/menit
Suhu
: 36,5 C Kepala
: Normocephal, rambut hitam, distribusi merata. Mata
: CA (-/-). SI( -/-), pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/+)
Mulut
: mukosa bibir tidak kering, sianosis (-) THT
: Dalam batas normal Leher
: Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-) Thorax
: Pulmo : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-) Cor :
Bunyi jantung 1 dan 2 reguler,murmur (-)
Abdomen
: Supel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-), BU (+)
Ekstremitas
: Akral hangat, edema (-/-), RCT < 2 detik
Kulit
: Tampak bercak bekas garukan
Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal : tidak adaMotorik :
Tonus: baik
Turgor: baik
Kekuatan : baik
Koordinasi : baik
Refleks Fisiologis: normal
Refleks Patologis : tidak adaV. IKHTISIAR PENEMUAN BERMAKNA
Kesadaran
: Compos Mentis
Penampilan
: Tampak lebih muda dari usianya, kekanak-
-kanakan dan tidak dapat mengurus diri.
Gangguan perilaku motorik: perilaku Stereotipik
Mood
: Irritable
Ekspresi afek
: Terbatas/menyempit
Keserasian
: Tidak serasi
Gangguan persepsi
: Halusinasi auditorik
Gangguan proses pikir
: Inkoherensi
Gangguan isi pikir
: Waham bizarre
Uji daya nilai
: Kurang baik.
RTA
: Terganggu
Tilikan
: Derajat I
Faktor stressor
: Pasien dipasung saat pengobatan alternatif.
Taraf dapat dipercaya
: Cukup dapat dipercayaVI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I : SKIZOFRENIA HEBEFRENIK Pada pasien ini memenuhi
kriteria skizofrenia yaitu :
- Halusinasi auditorik.- Waham bizarre.
- Pembicaraan tidak relevan serta inkoheren. - onset lebih dari
1 bulan.
- RTA terganggu.
- Tidak ada gangguan kesadaran neurologis.- Tidak ada penyakit
organik spesifik yang diduga berkaitan dengan gangguan jiwanya.
Menurut PPDGJ III :
psikosis ini termasuk skizofrenia hibefrenik karena memenuhi
kriteria diagnostik :
Kriteria diagnosis skizofrenia hebefrenik menurut PPDGJ IIIHasil
penemuan pada pasien
Memenuhi kriteria umum untuk diagnostik skizofreniaSudah
memenuhi dgn adanya halusinasi auditorik,onset > 1 bulan
Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada
usia remaja atau dewasa muda (15-25 tahun)Dapat dilihat dulu di
riwayat penyakit dahulu saat pertama ali sakit di usia 25 tahun
Kepribadian premorbid menunjukan ciri khas pemalu dan senang
menyendiri Menurut ibu pasien,pasien merupakan seorang yg pemalu
dan tidak mempunyai teman akrab
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat
diramalkan,serta manerisme,ada kecenderungan untuk selalu
menyendiri dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan
Menurut ibu pasien, semenjak sakit pasien menjadi pemalas,tidak mau
disuruh-suruh, hanya tidur dan merokok, BAK sembarangan.
Afek dangkal, tidak wajar, cekikikan, senyum sendiriAfek pasien
terbatas, menurut ibu pasien sering tertawa sendiri
Proses fikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren Pembicaraan pasien inkoheren
Halusinasi dan waham tidak menonjol Terdapat halusinasi
auditorik namun tdiak menonjol
Aksis II : Ciri kepribadian Skizoid Karena pasien sebelum sakit
merupakan tipe pendiam, tidak mempunyai teman akrab, selalu
melakukan aktivitas sendiri, dan sedikit melakukan aktivitas yang
memberikan kesenangan.
Aksis III: - Aksis IV: Pasien sempat dipasung.
Aksis V : GAF 40-31 beberapa disabilitas dan hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
Fungsi sosial : Pasien masih kooperatif untuk menjawab pertanyaan
dan
cukup bersahabat. Pasien bisa bergaul dengan pasien
lainnya.Fungsi merawat diri : Pasien tidak mampu mengurus dirinya
hal ini ditandai dengan
penampilan pasien yang sering tidak memakai baju, kumis yang
tidak dicukur,tidak memakai sendal. Fungsi Pekerjaan : Pasien
pemalas, pekerjaannya hanya tidur merokok dan makan.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: F20.1 Skizofrenia hebefrenik.Aksis II: Ciri kepribadian
Skizoid. Aksis III: -Aksis IV: Pasien pernah dipasung Aksis V : GAF
40-31 beberapa disabilitas dan hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa
fungsi.VIII. DIFERENTIAL DIAGNOSA
Skizofrenia Residual.
XI. DAFTAR PROBLEM
Problem Organobiologis : Tidak ada
Problem psikologis dan perilaku :
Halusinasi auditorik, waham bizarre, dan gangguan isi pikir.
Problem keluarga, lingkungan, dan sosial budaya :
Pasien pernah dipasung.X. PROGNOSISDubia ad malam Hal ini karena
beberapa fakor yang memperberat yaitu :
Onset muda
Riwayat sosial,seksual dan pekerjaan pramorbid yang buruk
Pasien tidak bekerja
Pasien tidak menikah
Gejala negatif yaitu pasien pemalas Faktor yang memperingan
Faktor pencetus jelas
Tidak mempunyai keluarga dengan riwayat penyakit yang sama
XI. RENCANA TERAPI Psikofarmaka
Risperidone 2 x 2 mg
Trihexiphenidil 2 x 2 mg
Psikoterapi
Suportif
Memberikan dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi
masalah serta memberikan dorongan agar pasien lebih terbuka bila
mempunyai masalah dan jangan memperberat pikiran dalam menanggapi
sebuah masalah terlalu serius dan berlebihan. Memotivasi pasien
agar minum obat teratur dan mau bekerja.
Kognitif
Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yangn timbul akibat
cara berpikir yang salah, mengatasi perasaan dan sikapnya terhadap
masalah yang dihadapi.
Keluarga
Memberikan penyuluhan bersama-sama dengan pasien yang diharapkan
keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan pasien. Membantu
pasien untuk minum obat secara teratur dan bila kekurangan biaya
disarankan untuk mengurus kartu sehat agar bebas dari biaya untuk
membeli obat.
SKIZOFRENIA
A. PengertianSkizofrenia merupakan gangguan mental yang kompleks
dan banyak aspek tentang skizofrenia sampai saat ini belum dapat
dipahami sepenuhnya. Sebagai suatu sindrom, pendekatan skizofrenia
harus dilakukan secara holistik dengan melibatkan aspek
psikososiai, psikodinamik, genetik, farmakologi, dan lain-lain.
Mengingat kompleksnya gangguan skizofrenia, untuk mendapatkan
hasil terapi yang optimal, klinikus perlu memperhatikan beberapa
fase simptom gangguan skizofrenia, yaitu : fase prodromal, fase
aktif dan fase residual. Hasil akhir yang ingin dicapai adalah
penderita skizofrenia dapat kembali berfungsi dalam bidang
pekerjaan, sosial dan keluarga.
Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi
psikopatologi, biasanya berat, berlangsung lama dan ditandai oleh
penyimpangan dari pikiran, persepsi serta emosi.
B. EpidemiologiPrevalensi skizofrenia di Amerika Serikat
dilaporkan bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 persen dengan
angka insidens 1 per 10.000 orang per tahun. Berdasarkan jenis
kelamin prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya terlihat
dalam onset dan perjalanan penyakit. Onset untuk laki laki 15
sampai 25 tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah
lebih buruk pada laki laki dibandingkan wanita.Beberapa penelitian
menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia menderita penyakit
fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah penyebab
umum kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita
skizofrenia pernah mencoba bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan
10% berhasil melakukannya. Faktor risiko bunuh diri adalah adanya
gejala depresif, usia muda dan tingkat fungsi premorbid yang
tinggi.Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol
kira-kira 30% sampai 50%, kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%.
Sebagian besar penelitian menghubungkan hal ini sebagai suatu
indikator prognosis yang buruk karena penyalahgunaan zat menurunkan
efektivitas dan kepatuhan pengobatan.Hal yang biasa kita temukan
pada penderita skizofrenia adalah adiksi nikotin, dikatakan 3 kali
populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita skizofrenia yang
merokok membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok
meningkatkan kecepatan metabolisme obat tetapi juga menurunkan
parkinsonisme. Beberapa laporan mengatakan skizofrenia lebih banyak
dijumpai pada orang orang yang tidak menikah tetapi penelitian
tidak dapat membuktikan bahwa menikah memberikan proteksi terhadap
Skizofrenia.C. EtiologiModel diatesis-stress, menurut teori ini
skizofrenia timbul akibat faktor psikososial dan lingkungan. Model
ini berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kerentanan (diatesis)
jika dikenai stresor akan lebih mudah menjadi skizofrenia. Secara
somatogenik, etiologi penyebab skizofrenia antara lain:
Faktor Biologi1. Komplikasi kelahiranBayi laki laki yang
mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami skizofrenia,
hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap
skizofrenia.2. Infeksi Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat
akibat infeksi virus pernah dilaporkan pada orang-orang dengan
skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus
pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi
skizofrenia.Faktor Neurotransmitter1. Dopamin HyperactivityDopamin
merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap
gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal
maupun antipikal menyekat reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya
transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik
diredakan. Berdasarkan pengamatan diatas dikemukakan bahwa gejala
gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem
dopaminergik.2. Hipotesis SerotoninGaddum, Wooley dan Show tahun
1954 mengobservasi efek lysergic acid diethylamide (LSD) yaitu
suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT.
Temyata zatini menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang
normal. Kemungkinan serotonin berperan pada skizofrenia kembali
mengemuka karena penetitian obat antipsikotik atipikal clozapine
yang temyata mempunyai afinitas terhadap reseptor serotonin 5-HT
lebih tinggi dibandingkan reseptordopamin D2.57.
Struktur OtakDaerah otak yang mendapatkan banyak perhatian
adalah sistem limbik dan ganglia basalis. Otak pada pendenta
skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal, ventrikel
terlihat melebar, penurunan massa abu-abu dan beberapa area terjadi
peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemeriksaan
mikroskopis dari jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam
distribusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak
ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma otak setelah
lahir.GenetikaPara ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia
diturunkan, 1% dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang
mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki
laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang
mempunyai hubungan derajat kedua seperti paman, bibi, kakek / nenek
dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum.
Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia
sedangkan kembar dizigotik 12%. Anak dan kedua orang tua yang
skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%. D. Gambaran
klinisPerjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase
yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase
prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya
bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset
psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi: hendaya fungsi
pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi
perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu
serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan
orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal
semakin buruk prognosisnya.
Pada fase aktif gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti
tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai
gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini,
bila tidak mendapat pengobatan gejala-gejala tersebut dapat hilang
spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase
aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala-gejalanya sama
dengan fase prodromal tetapi gejala positif/psikotiknya sudah
berkurang. Disamping gejala-gejala yang terjadi pada ketiga fase
diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif
berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa,
kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan
sosial).
Diagnosis: Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll Harus ada sedikitnya
satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas):
a. Waham bizarre, yaitu isi pikir yang salah yang berlangsung
lama dan tidak dapat dikoreksi. Waham bizarre berupa thought echo,
yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda.
thought insertion or withdrawal, yaitu isi yang asing dan luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal).
thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya.
delusion of control, yaitu waham tentang dirinya dikendalikan
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
delusion of passivitiy, yaitu waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang
dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak
atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus).
delusional perception, yaitu pengalaman indrawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya
bersifatmistik atau mukjizat.b. Halusinasi auditorik:
suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara), atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian
tubuh.
c. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).
d. Inkoherensi, yaitu kata-kata yang diucapkan sudah tidak
memiliki hubungan dan tidak lagi memberikan makna. Atau paling
sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh
ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan
terus menerus.b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang
mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.c. perilaku
katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.d. gejala-gejala negative, seperti sikap sangat
apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul
atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi
atau medikasi neuroleptika. Adanya gejala-gejala khas tersebut
diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih
(tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus ada
suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri
(self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial.PrognosisWalaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia
itu ada, kebanyakan orang mempunyai gejala sisa dengan keparahan
yang bervariasi. Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40%
mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan. Sampai saat ini
belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang akan menjadi
sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya seperti: usia tua, faktor pencetus jelas, onset
akut, riwayat sosial/pekerjaan pramorbid baik, gejala depresi,
menikah, riwayat keluarga gangguan mood, sistem pendukung baik dan
gejala positif ini akan memberikan prognosis yang baik sedangkan
onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat
sosial buruk, autistik, tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga
skizofrenia, sistem pendukung buruk, gejala negatif, riwayat trauma
prenatal, tidak remisi dalam 3 tahun, sering relaps dan riwayat
agresif akan memberikan prognosis yang buruk.E. Klasifikasi
Skizofrenia menurut PPDGJ-IIIF20.0Skizofrenia Paranoid
F20.1Skizofrenia Hebefrenik
F20.2Skizofrenia Katatonik
F20.3Skizofrenia Tak Terinci
F20.4Depresi Pasca-Skizofrenia
F20.5Skizofrenia Residual
F20.6Skizofrenia Simpleks
F20.8Skizofrenia Lainnya
F20.9Skizofrenia YTTF. Skizofrenia HebefrenikPada Skizofrenia
Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan gejala yang khas, antara
lain;
Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat
dimengerti apa maksudnya.
Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau
ketolol-tololan.
Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan
rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi
sebagai suatu kesatuan.
Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak
terorganisasi sebagai satu kesatuan.
Gangguan proses berfikir
Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan
gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang
diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri secara ekstrim dari
hubungan sosial.2Beberapa tanda dan gejala yang paling sering
ditemukan pada pasien-pasien Skizofrenia Hebefrenik adalah,
Waham
Halusinasi
Siar pikiran5PSIKOFISIOLOGI
1. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan
jiwa.
a. Tahap Comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan
berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stresornya dengan koping
imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
b. Tahap Condeming
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi
selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut
apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan
sehingga timbul perilaku menarik diri ( withdrawal ).a. Tahap
Controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang
timbul tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga
menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila
suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian atau sedih.e.
Tahap Conquering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila
diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul
perilaku suicide.1
2. Waham
Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg
umumnya menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham
dapat berupa waham kejaran, hipokondrik, kebesaran, cemburu,
tubuhnya dibentuk secara abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks.
Tidak dijumpai gangguan lain, hanya depresi bisa terjadi secara
intermitten. Onset biasanya pada usia pertengahan, tetapi
kadang-kadang yang berkaitan dengan bentuk tubuh yang salah
dijumpai pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering
dihubungkan dengan situasi kehidupan individu, misalnya waham
kejaran pada kelompok minoritas. Terlepas dari perbuatan dan
sikapnya yang berhubungan dengan wahamnya, afek dan pembicaraan dan
perilaku orang tersebut adalah normal.Waham ini minimal telah
menetap selama 3 bulan.2
G. Diagnosis Skizofrenia HebefrenikMemenuhi kriteria umum
diagnosis skizofreniaberdasarkan PPDGJ III: Diagnosis hebefrenik
untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa
muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun). Kepribadian premorbid
menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary),
namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.Untuk
diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa
gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :Perilaku yang
tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme;
ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku
menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan; Afek pasien dangkal
(shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh
cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied),
senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati
(lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme,
mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan
ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases)
Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.Gangguan afektif dan dorongan kehendak,
serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham
mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and
fragmentary delusions and hallucinations).
Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination)
hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita
memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan
tanpa maksud (empty of purpose).
Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat
terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin
mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.Menurut DSM-IV
skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe
terdisorganisasi.2,6,7H. Penatalaksanaan Terapi Somatik
(Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut
antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi
dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia Terdapat 2
kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu :
antipsikotik konvensional dan newer atypical antipsycotics.1a.
Antipsikotik Konvensional
---Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut
antipsikotik konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik
konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh
obat antipsikotik konvensional antara lain :1. Haldol
(haloperidol)5. Stelazine (trifluoperazine)
2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine (chlorpromazine)
3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)
4. Prolixin (fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh
antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan
penggunaan newer atypical antipsycotic.3
Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotik konvensional).
Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang
pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang
berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan
pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami
kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol injeksi
dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan
interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot
formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh
lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. b. Newer Atypcal
Antipsycotic4
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena
prinsip kerjanya tidak spesifik bekerja pada reseptor Dopamine dan
juga bekerja pada neurotransmitter lain, serta sedikit menimbulkan
efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik
konvensional.
Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia,
antara lain Risperdal (risperidone)
Seroquel (quetiapine)
Zyprexa (olanzopine)
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani
pasien-pasien dengan Skizofrenia.1,4
c. Clozaril----Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990,
merupakan antipsikotik atipikal yang pertama. Sangat disayangkan,
Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius
dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan
jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini
artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel
darah putihnya tiap bulan. Para ahli merekomendaskan penggunaan
Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih
aman tidak berhasil.4 Cara Penggunaan
Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer
(efek klinis) yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan terutama
pada efek samping sekunder.
Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala
psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian obat
disesuaikan dengan dosis ekuivalen.
Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon
klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang
memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain (sebaiknya dari
golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil
efek samping belum tentu sama.
Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya
jenis obat antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan
ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk
pemakaian sekarang
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
o Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
o Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
o Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
o Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak
efek samping(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga
tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien.1,4
---- Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama
----Newer atypical antipsychotic merupakan terapi pilihan untuk
penderita Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang
ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia
lebih rendah.
----Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat
untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat
gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba
memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)
Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu,
sangat penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti
minum obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek
samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini
terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek
sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya
lebih rendah.
--Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain,
dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long
acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi
lebih simpel dalam penerapannya.
--Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat
sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk
menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik
konvensonal dapat diganti dengan newer atypical antipsychotic atau
diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat
menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan
diatas gagal.4 Pengobatan Selama fase Penyembuhan
----Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan
walaupun setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5
pasien yang berhenti minum obat setelah episode petama Skizofrenia
dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia
episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan
sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita
Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada
episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu
diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering
kekambuhan dan makin beratnya penyakit.4 Efek Samping Obat-obat
Antipsikotik
----Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu
yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek
samping yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi
penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional yaitu gangguan
(kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping
Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih
lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak
(berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat
beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor
pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat
antikolinergik (biasanya sulfas atropin) bersamaan dengan obat
antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.5
----Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive
dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat
dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan
terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan
dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita
yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive
dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik
konvensional dengan antipsikotik atipikal.
Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan
fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri
pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter
akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer
atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.5
Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita
Skizofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada
penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah
raga dapat membantu mengatasi masalah ini.1
Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic
malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang
sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam,
penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan
yang segera. Terapi Psikososial
a. Terapi perilakuTerapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan
latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial,
kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau
hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti
hak istimewa. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau
menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di
masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.b. Terapi
berorientasi-keluarga
----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia
seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien
skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi
keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode
pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi
keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya.
Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong
sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas
teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut
berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari
penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus
membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi
terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok
mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara
psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif
dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan
meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang
memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif,
tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual
dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi
akan membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep
penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah
perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien.
Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli
terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan
keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh
pasien.
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang
ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan
hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali
kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan
kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika
seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia,
perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan
terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas
yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri.
Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak
tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan,
manipulasi, atau eksploitasi.1,2V. PROGNOSIS Prognosis untuk
skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya,
prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25%
pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat
kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan
tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan
penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya,
ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi
dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prognosis skizofrenia1. KeluargaPasien membutuhkan
perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan
membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan
orang yang normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia
mudah tersinggung.2. InteligensiPada umumnya pasien Skizofrenia
yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan lebih mudah sembuh
dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah.3.
PengobatanObat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya
sebagian kecil pasien (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk
mendapatkan kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua
antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan yang
mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri obat
Risperidone serta Clozapine.4. Reaksi Pengobatan
Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi
terhadap obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang
yang tidak bereaksi terhadap pemberian obat.LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA HEBEFRENIK
DISUSUN OLEH:
Ninda Putri Rahayu 2008730026
Ajeng Tri Septiani 2008730048
Andri Affandi
2008730049DOKTER PEMBIMBING:
Dr. Erie Darma, SpKJKEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRI
RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2013