BAB ILATAR BELAKANGPada wanita hamil terjadi perubahan-
perubahan fisiologis yang berpengaruh terhadap metabolisme
karbohidrat karena adanya hormon plasenta yang bersifat resistensi
terhadap insulin, sehingga kehamilan tersebut bersifat
diabetogenik. Dengan meningkatnya umur kehamilan, berbagai faktor
dapat mengganggu keseimbangan metabolisme karbohidrat sehingga
terjadi gangguan toleransi glukosa. Diabetes melitus merupakan
komplikasi yang umum terjadi selama kehamilan. Diabetes melitus
merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin
atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Diabetes Melitus
Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu intoleransi glukosa
yang terjadi pertama kali saat hamil. Gejala dari DMG prinsipnya
sama dengan diabetes tipe 2. 1,2Prediabetes dan diabetes melitus
gestasional menjadi masalah global dilihat dari angka kejadian dan
dampak yang ditimbulkannya. Menurut American Diabetes Association
(ADA) tahun 2000, diabetes melitus gestasional terjadi 7% pada
kehamilan setiap tahunnya. Prevalensi diabetes gestasional
bervariasi yaitu 1%-14%. Angka ini tergantung pada populasi yang
diteliti dan kriteria penyaringan yang digunakan. Diabetes melitus
gestasional terjadi sekitar 4% dari semua kehamilan di Amerika
Serikat, dan 3-5% di Inggris. Prevalensi prediabetes di Indonesia
pada tahun 2007 sebesar 10% sedangkan prevalensi diabetes melitus
gestasional di Indonesia sebesar 1,9%-3,6% pada kehamilan umumnya.
Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes melitus, prevalensi
diabetes gestasional sebesar 5,1%. Angka ini lebih rendah dari pada
prevalensi di Negara Inggris dan Amerika Serikat. Meskipun
demikian, masalah diabetes gestasional di Indonesia masih
membutuhkan penanganan yang serius melihat jumlah penderita yang
cukup banyak serta dampak yang ditimbulkan pada ibu hamil dan
janin.3Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan dengan
diabetes sangat bervariasi. Pada ibu akan meningkatkan resiko
terjadinya preeclampsia, seksio sesarea dan terjadinya diabetes
mellitus tipe 2 dikemudian hari, sedangkan pada janin meningkatkan
resiko terjadinya makrosomia, trauma persalinan,
hiperbilirubinemia, hipoglikemia, hipokalsemia, polisetemia, serta
meningkatnya mortalitas atau kematian janin. Oleh karena itu
diperlukan tatalaksana yang tepat dan teknik screening yang tepat.
Di Amerika Serikat, menurut American College of Obstetrician and
Gynecologists (ACOG), lebih dari 90% tempat praktek sudah melakukan
screening, dan sudah terbukti memberikan hasil yang lebih
baik.4,5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 DefinisiDiabetes Melitus Gestasional
adalah suatu intoleransi glukosa yang terjadi pertama kali pada
saat hamil. Setelah ibu melahirkan, keadaan DMG sering kali akan
kembali ke regulasi glukosa normal. Wanita hamil dengan diabetes
melitus dibagi menjadi :5,6a. Pregestasional (overt) diabetes :
wanita hamil dengan diabetes yang diketahui pada saat sebelum hamil
tersebutb. Gestasional diabetes : wanita hamil dengan diabetes yang
diketahui pada saat wanita itu hamil. Terdapat dua jenis : Jenis
A1: Tes toleransi glukosa oral (TTGO) abnormal tetapi kadar glukosa
darah normal selama puasa dan 2 jam setelah makan, diet modifikasi
sudah cukup untuk mengontrol tingkat glukosa.Type A2: abnormal OGTT
compounded by abnormal glucose levels during fasting and/or after
meals; additional therapy with insulin or other medications is
required Jenis A2: TTGO abnormal diperparah dengan kadar glukosa
normal selama puasa dan / atau sesudah makan; tambahan insulin atau
terapi dengan obat lain diperlukan 2.2 Insidensi Prevalensi
diabetes gestasional bervariasi yaitu 1%-14%. Angka ini tergantung
pada populasi yang diteliti dan kriteria penyaringan yang digunakan
Diabetes melitus gestasional terjadi sekitar 4% dari semua
kehamilan di Amerika Serikat, dan 3-5% di Inggris. Prevalensi
diabetes melitus gestasional di Eropa sebesar 2-6%. Prevalensi
prediabetes di Indonesia pada tahun 2007sebesar 10% sedangkan
prevalensi diabetes melitus gestasional di Indonesia sebesar
1,9%-3,6% pada kehamilan umumnya. Pada ibu hamil dengan riwayat
keluarga diabetes melitus, prevalensi diabetes gestasional sebesar
5,1%.3
2.3 Faktor ResikoFaktor risiko klasik untuk gestational diabetes
adalah sebagai berikut:7 Sebelumnya didiagnosis gestational
diabetes atau pradiabetes,toleransi glukosa terganggu, ataugula
darah puasa terganggu Mempunyairiwayat keluargadengandiabetes tipe
2 Usia ibu, faktor risiko meningkat pada wanita usia tua (terutama
bagi wanita di atas 35 tahun) Latar belakang etnis (mereka yang
memiliki faktor risiko tinggi
termasukAfrika-Amerika,Afro-Karibia,penduduk asli Amerika,Hispanik,
Kepulauan Pasifik, dan orang-orang yang berasal dariAsia Selatan)
Kelebihan berat badan,obesitasatau sangat gemuk meningkatkan risiko
Riwayat kehamilan sebelumnya pernah melahirkan seorang anak dengan
berat kelahiran yang tinggi (> 4000 g)2.4 Reaksi Fisiologis
Kehamilan Terhadap Insulin Penurunan sensitivitas insulin (yaitu
peningkatan resistensi insulin) biasanya terlihat selama kehamilan.
Hal ini disebabkan oleh efek dari hormon plasenta. Dalam beberapa
wanita perubahan fisiologis selama kehamilan menyebabkan gangguan
toleransi glukosa yang mungkin mengembangkan diabetes mellitus
(GDM). Prevalensi GDM berkisar antara 1% sampai 14% dari semua
kehamilan tergantung pada populasi yang diteliti dan tes diagnostik
yang digunakan. Meskipun sebagian besar wanita dengan GDM kembali
ke toleransi glukosa normal segera setelah melahirkan, sejumlah
besar akan tetap diabetes atau terus memiliki gangguan toleransi
glukosa (IGT).8Untuk memahami bagaimana kehamilan diabetes terjadi,
maka perlu untuk memahami metabolisme normal fisiologis glukosa
selama kehamilan dan perubahan fisiologis endokrin selama kehamilan
di unit feto-plasenta, yang mungkin menjelaskan perkembangan
resistensi insulin dan GDM.8Pada kehamilan terjadi sintesa
hormor-hormon yang bersifat diabetogenik, sehingga toleransi
meningkat. Progesteron dan estrogen yang dihasilkan membantu
hiperplasia sel pancreas, yang mana akan meningkatkan produksi
insulin, sehingga hormone diabetogenik dan anti diabetogenik
seimbang.8Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin
yang menunjang pemasokan makan bagi janin serta persiapan untuk
menyusui. Glukosa dapar berdifusi secara tetap melalui plasenta
kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai
kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga
kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian
kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin. Akibat lambatnya
reabsorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan
ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin
meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini
disebut tekanan deabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis
telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan
insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia yang menjadi
masalah ialah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi
insulin sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan
hiperglikemia atau diabetes kehamilan.7,8 Resistensi insulin juga
disebabkan adanya kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen. Kadar
kortisol plasma wanita hamil meningkat dan mencapai 3 kali dari
keadaan normal hal ini mengakibatkan kebutuhan insulin menjadi
lebih tinggi, demikian juga dengan human plasenta laktogen (HPL)
yang dihasilkan oleh plasenta yang mempunyai sifat kerja mirip pada
hormon tubuh yang bersifat diabetogenik. Pembentukan HPL meningkat
sesuai dengan umur kehamilan. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mempengaruhi afinitas insulin. Hal ini
patut diperhitungkan dalam pengendalian diabetes.7,8Mekanisme
resistensi insulin pada wanita hamil normal adalah sangat kompleks.
Kitzmiller, 1980 (dikutip oleh Moore) telah mempublikasikan suatu
pengamatan menyeluruh mekanisme endokrin pada pankreas dan
metabolisme maternal selama kehamilan yakni plasenta mempunyai
peranan yang khas dengan mensintesis dan mensekresi peptida dan
hormon steroid yang menurunkan sensitivitas maternal pada insulin.
Puavilai dkk (dikutip oleh Williams) melaporkan bahwa resistensi
insulin selama kehamilan terjadi karena rusaknya reseptor insulin
bagian distal yakni post reseptor. Hornes dkk (dikutip oleh Moore)
melaporkan terdapat penurunan respon Gastric Inhibitory Polipeptida
(GIP) pada tes glukosa oral dengan tes glukosa oral pada kehamilan
normal dan DMG. Mereka meyakini bahwa kerusakan respon GIP ini yang
mungkin berperanan menjadi sebab terjadinya DMG.7Faktor-faktor di
atas dan mungkin berbagai faktor lain menunjukkan bahwa kehamilan
merupakan suatu keadaan yang mengakibatkan resistensi terhadap
insulin meningkat. Pada sebagian besar wanita hamil keadaan
resistensi terhadap insulin dapat diatasi dengan meninggikan
kemampuan sekresi insulin oleh sel beta. Pada sebagian kecil wanita
hamil, kesanggupan sekresi insulin tidak mencukupi untuk melawan
resistensi insulin, dengan demikian terjadilah intoleransi terhadap
glukosa atau DM gestasi.7,82.5 Gejala klinisDiabetes mellitus
gestasional adalah bentuk sementara (dalam banyak kasus) diabetes
dimana tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup
untuk menangani gula selama kehamilan. Hal ini juga bisa disebut
intoleransi glukosa atau intoleransi karbohidrat. Tanda dan gejala
hampir sma dengan diabetes mellitus, termasukbanyak kencing, karena
sifatnya kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat
mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari. Banyak minum,
rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah
tafsirkan. Dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban
kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum
banyak. Keputihan pada wanita merupakan keluhan yang sering
ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang
dirasakan. Gula dalam urin dan penglihatan kabur juga sering
ditemukan.4,5
2.6 Skrining dan DiagnosisFourth International
Workshop-Conference on Gestational Diabetes, merekomendasikan
skrining untuk mendeteksi Diabetes Gestasional yang terdiri dari
faktor resiko rendah, sedang tinggi, yaitu :51. Risiko Rendah :Tes
glukosa darah tidak dibutuhkan apabila : Angka kejadian diabetes
gestational pada daerah tersebut rendah Tidak didapatkan riwayat
diabetes pada kerabat dekat Usia < 25 tahun Berat badan normal
sebelum hamil Tidak memiliki riwayat metabolism glukosa terganggu
Tidak ada riwayat obstetric terganggu sebelumnya2.Risiko Sedang
:Dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24 28 minggu terutama pada
wanita dengan ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur, dan Asia
Selatan.3.Risiko Tinggi : Lakukam pemeriksaan glukosa darah
sesegera mungkin Obesitas riwayat keluarga dengan diabetes riwayat
DMG, gangguan metabolic atau mengalami Bila diabetes gestasional
tidak terdiagnosis maka pemeriksaangula darah diulang pada minggu
24 28 kehamilan atau kapanpun ketika pasien mendapat gejala yang
menandakan keadaan hiperglikemi.ACOG (American Collage of
Obstetricians and Gynecologist), merekomendasikan skrining pada DMG
pada kunjungan awal prenatal berdasarkan anamnesis riwayat
penyakit, faktor resiko dan dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan glukosa 50gr. Diagnosis DMG didasarkan pada hasil
TTGO, walaupun hasil pemeriksaan gula darah sewaktu dan puasa dapat
pula digunakan untuk menskrining. 5,10ADA(75gr glukosa)ADA(100gr
glukosa)WHO(75gr glukosa)
Puasa95 mg/dL95 mg/dL126 mg/dL
1 jam180 mg/dL180 mg/dL-
2 jam155 mg/dL155 mg/dL200 mg/dL
3 jam-140 mg/dL-
Pada kriteria ADA, 2 atau lebih nilai dari tes 100gr atau 50gr
harus melebihi untuk didiagnosis sebagai DMG. Pada kriteria WHO,
harus 1 atau 2 nilai melebihi untuk didiagnosa sebagai DMG.
Salah satu kriteria diagnosis WHO 2006, jika hasil pemeriksaan
gula darah sewaktu 200 mg/dl dan gejala diabetes terlihat maka
pasien bisa didiagnosa sebagai DMG. Wanita dengan GDM mungkin
memiliki tingkat glukosa yang tinggi dalam urin mereka
(glukosuria).Peningkatantingkat filtrasi glomerulusselama kehamilan
memberikan kontribusi sekitar 50% wanita memiliki glukosa dalam
urin mereka pada tes dipstik di beberapa titik selama kehamilan
mereka.Sensitivitas dari glukosuria untuk GDM pada 2 trimester
pertama hanya sekitar 10% dannilai prediktif positifadalah sekitar
20%. Deteksi adanya glukosuria selama kehamilan, mengisyaratkan
perlunya pemeriksaan lebih lanjut.5,10
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan angka kesakitan ibu
dan kematian perinatal. Keadaan ini hanya dapat tercapai apabila
keadaan normoglikemia dicapai dan dipertahankan selama kehamilan
sampai persalinan.51. DietAmerican diabetic association (ADA)
menganjurkan konsultasi nutrisi yang disesuaikan dengan tinggi dan
berat pasien serta diet rerata 30 kkal/kg/hari berdasarkan berat
prahamil untuk wanita nonobesitas. ADA menyatakan wanita obes
dengan IMT lebih dari 30 kg/m2 mungkin memperoleh manfaat dari
pembatasan kalori 30%. 52. OlahragaOlahraga teratur akan
memperbaiki kontrol kadar gula darah pada perempuan hamil dengan
diabetes melitus. Dempsey dkk melaporkan bahwa aktivitas fisik
selama hamil mengurangi resiko diabetes gestasional. Brangston dkk
melaporkan bahwa olahraga menghilangkan kebutuhan terapi insulin
dengan diabetes gestasional.53. InsulinPemberian terapi insulin
pada wanita DMG dimulai apabila dengan terapi diet tidak ada
perubahan dalam hasil gula darah puasa dengan nilai lebih dari
70-120 mg/dl yang menetap. Terapi insulin direkomendasikan ketika
kadar gula darah >200gr/dl, polihidramnion, makrosomia, dan
glukosuria >2 mmol/L/24 jam. Pemberian shortacting insulin
sebelum makan sudah cukup, tapi terkadang diperlukan intermediet
acting insulin pada malam hari. Obat-obat penurun kadar glukosa
oral tidak dianjurkan bagi wanita hamil oleh American Diabetes
Association. Obat antidiabetes oral tidak dianjurkan karena dapat
melewati plasenta dan dapat merangsang pankreas janin sehingga
menambah kemungkinan makrosomia. 5,11,12Kebutuhan insulin
x/kgBB/24-jam dikalikan dengan 0,7 unit pada trimester pertama, 0,8
unit pada trimester kedua, dan 0,9 unit pada trimester ketiga.13
2.8 Tatalaksana Obstetri1. Trimester pertamaPemantauan yang cermat
terhadap pengendalian kadar glukosa merupakan hal penting dalam
penatalaksanaan. Semua pasien harus diberikan terapi insulin.
Pasien yang kadar glukosa darahnya tidak terkontrol harus dirawat
inapkan sampai kadar glukosa darah menjadi normal. Skiring terhadap
hipertensi dan penyakit jantung perlu dilakukan. Pemeriksaan
laboratorium dan urin sebaiknya dilakukan secara rutin. Pasien
sebaiknya control lagi dalam jangka waktu 2-4 minggu. USG
diperlukan untuk mengetahui usia kehamilan karena adanya resiko
persalinan premature dank arena adanya resiko makrosomia pada
trimester kedua. Selain itu, USG diharapkan bisa memberi gambaran
pertumbuhan janin dan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan
congenital.12,132. Trimester keduaKonsentrasi alfa-fetoprotein
dalam serum ibu pada minggu ke-16 sampai 20 dengan ultrasonografi
pada gestasi 18 sampai 20 minggu digunakan sebagai cara untuk
mendeteksi defek tabung saraf dan anomali lain. Kadar
alfafetoprotein dalam serum ibu mungkin lebih rendah pada kehamilan
diabetik, dan karenanya interpretasi perlu diubah. Dengan
menggunakan ultrasonografi, dapat mengidentifikasi anomali janin
pada kehamilan diabetik.12,133. Trimester ketigaBiasanya dianjurkan
pemeriksaan mingguan untuk memantau pengendalian glukosa dan
mengevaluasi kemungkinan preeklamsia. Ultrasonografi serial dengan
interval 3 sampai 4 minggu dilakukan untuk mengevaluasi pertumbuhan
janin yang berlebihan atau terhambat serta volume cairan amnion.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists,
pemeriksaan antepartum dianjurkan paling sedikit sekali seminggu.
Rawat inap dianjurkan bagi wanita yang diabetesnya kurang
terkendali dan bagi mereka yang memiliki hipertensi. Peningkatan
dua kali lipat angka kematian janin yang tidak jelas sebabnya yang
biasanya terjadi pada usia gestasi sekitar 36 minggu. Karena itu
sebahagian besar wanita dengan diabetes bergantung insulin saat ini
menyetujui penanganan rawat inap sejak 34 minggu sampai melahirkan.
persalinan sebaiknya dilakukan pada usia kehamilan 38 minggu. Pada
minggu terakir kehamilan, sebaiknya pasien dirawat. Sebelum
dilakukan induksi persalinan dengan oksitosin, pastikan bahwa
cerviks telah matang. Jika serviks belum matang, dilanjutkan dengan
section caeserea. 11,12,13Jika terjadi kematian janin intra uterin,
cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun
ekspektatif.Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu
persalinan spontan hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 %
persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi. Jika trombosit
dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan
aktif. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik
yaitu:14a. Jika servik matang, lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin atau prostaglandin.b. Jika serviks belum matang, lakukan
pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley, dengan
catatan jangan lakukan amniotomi karena berisiko infeksic.
Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhirTidak
ada satu metode kontrasepsi yang sesuai untuk semua wanita dengan
diabetes. Karena risiko penyakit vascular, kontrasepsi hormonal
dapat menimbulkan masalah. Banyak dokter enggan menganjurkan
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim pada wanita dengan diabetes,
terutama karena kemungkinan peningkatan risiko infeksi
panggul.11Dosis rendah kontrasepsi hormonal dapat digunakan dengan
aman oleh wanita dengan diabetes gestasional. Tingkat diabetes
berikutnya pada pengguna kontrasepsi oral tidak berbeda secara
signifikan dibandingkan pada mereka yang tidak menggunakan
kontrasepsi hormonal.11,13 Kontrasepsi khusus progestin parenteral
atau oral juga dapat digunakan karena efeknya yang minimal pada
metabolisme karbohidrat.2.9 KomplikasiGDM menimbulkan risiko bagi
ibu dan anak.Risiko ini sebagian besar terkait dengan tingginya
kadar glukosa darah dan konsekuensinya.Dua risiko utama GDM pada
bayi adalah kelainan pertumbuhan dan ketidakseimbangan kimia
setelah kelahiran, yang mungkin memerlukan perawatan di unit
intensif neonatal.Bayi lahir dari ibu dengan GDM beresiko menjadi
besar untuk usia kehamilan (makrosomia) maupunkecil untuk usia
kehamilan.Makrosomia meningkatkan risiko kelahiran instrumental
(misalnyaforseps,ventousedanoperasi caesar) atau masalah selama
persalinan vagina (sepertidistosia bahu).Makrosomia dapat terjadi
pada 12% wanita yang normal dibandingkan dengan 20% pasien dengan
GDM. Namun, bukti untuk masing-masing komplikasi tidak sama kuat,
dalam studi Hyperglycemia and Adverse Pregnancy Outcome (HAPO)
misalnya, ada peningkatan risiko bagi bayi untuk menjadi besar
tetapi tidak kecil untuk usia kehamilan. Penelitian komplikasi
untuk GDM sulit karena banyak faktor pembaur (seperti obesitas).
Seorang wanita yang memiliki GDM dapat meningkatkan risiko
melahirkan secara operasi caesar.4,5,9Peningkatan risiko pada
neonatus juga terjadi seperti glukosa darah rendah
(hipoglikemia),penyakit kuning, peningkatan jumlah sel darah merah
(polisitemia), kalsium darah rendah (hipokalsemia) dan magnesium
darah rendah (hypomagnesemia).GDM juga mengganggu pematangan janin,
sehingga menyebabkan bayi dysmature rentan terhadapsindrom gangguan
pernapasankarena paru-paru belum matang dan
gangguansurfaktan-sintesis.52.10 PrognosisWanita yang didiagnosis
dengan diabetes gestational memiliki peningkatan risiko diabetes
mellitus di masa depan.Risiko tertinggi pada perempuan yang
membutuhkan pengobatan insulin, memilikiantibodiyang berhubungan
dengan diabetes (seperti antibodi terhadap glutamat
dekarboksilase,antibodi sel isletdan / atauinsulinoma antigen-2),
wanita dengan kehamilan lebih dari dua kali, dan wanita yang
obesitas.Wanita yang membutuhkan insulin untuk mengelola diabetes
gestasional memiliki risiko 50% akan terkena diabetes dalam lima
tahun ke depan. Tergantung pada populasi yang diteliti dan kriteria
diagnostik risiko dapat bervariasi.15Anak dari ibu dengan GDM
memiliki peningkatan risiko untuk obesitas dewasa dan peningkatan
risiko intoleransi glukosa dan diabetes tipe 2 di kemudian
hari.Risiko ini berkaitan dengan peningkatan nilai glukosa ibu.Saat
ini belum jelas berapa banyak kerentanan genetik dan faktor
lingkungan masing-masing berkontribusi terhadap risiko ini, dan
jika pengobatan GDM dapat mempengaruhi hasil ini.16,17
BAB IIILAPORAN KASUS3.1 Identitas PasienNama: Ny. Endriani
AfridaUmur : 41 tahunAlamat: LamteumenAgama: IslamStatus:
MenikahNo. CM: 0-16-32-97Tanggal Masuk Dirawat: 18/12/20143.2
AnamnesisKeluhan UtamaPasien datang ke IGD dengan keluhan gerakan
bayi dirasakan tidak adaRiwayat Penyakit SekarangPasien mengaku
hamil 8 bulan, HPHT: 27/3/2014, TTP: 04/01/2015, ~ 37-38 minggu,
pemeriksaan ANC teratur di bidan. Pasien mengatakan sudah pernah di
USG dan hasilnya dikatakan janin dalam keadaan baik. Pasien datang
dengan keluhan gerakan bayi tidak lagi dirasakan. Janin dirasakan
tidak bergerak sejak 7 jam SMRS. Mules-mules (-), riwayat keluar
darah dan lendir (-), pandangan kabur (-), mual muntah (-), keluar
cairan bening (-), perdarahan (-), keputihan (+), gatal (-), bau
(-), sering haus (+), sering buang air kecil (+), penurunan berat
badan (-)Riwayat Penyakit DahuluPasien sebelumnya pernah memiliki
riwayat diabetes gestasional pada saat mengandung anak keempat,
yaitu saat 2 tahun yang lalu. Kemudian setelah melahirkan anak
keempat, kadar glukosa darahnya turun. Hipertensi (-), Asma(-),
Alergi (-).Riwayat Penyakit KeluargaAyah pasien memiliki riwayat
hipertensi dan diabetes melitus
Riwayat Penggunaan ObatPasien tidak mengkonsumsi obat selama
kehamilanRiwayat Sosial, Pekerjaan dan KebiasaanPasien bekerja
sebagai ibu rumah tangga.Riwayat Obstetri Riw. Menarche: umur 11
tahun, teratur, 1x/bulan, selama 5-6 hari, 2-3xp, nyeri haid (+)
Riw. Menstruasi: bulan Desember, Januari dan Februari teratur Riw.
Pernikahan: 1x menikah, umur 26 tahun, selama 15 tahun Riw.
Persalinan: a. , 14 tahun, 3300 gram, lahir normal oleh bidan b. ,
11 tahun, 3500 gram,lahir normal oleh bidan c. , 8 tahun, 3500
gram, lahir normal oleh bidan d. IUFD e. Hamil ini Riw. KB: KB
suntik setiap 3 bulan3.3 Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Sedang
Kesadaran: Compos mentis Vital sign: TD: 130/90 mmHg Nadi: 92x/i
RR: 22x/i T: 36,4C BB : 84 kg TB : 156 cm BMI : 34,5 kg/m2Status
Generalisata: Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-), rcl (+/+), rctl
(+/+) T/H/T : dalam batas normal Leher : TVJ 2 R-2 cmH2O, pemb. KGB
(-) Paru : simetris, sonor (+/+), ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
Jantung : BJ I > BJ II, reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen
: membesar tidak sesuai kehamilan 35-36 minggu, soepel, distensi
(-) hepar dan lien tidak teraba, bising usus (-), peristaltik 6x/i
Ekstermitas : edema (-/-) pucat (-/-)Status ObstetriTFU 33 cm,
presentasi kepala, punggung kanan, konvergen, his (-), DJJ: 112 dpm
dan diresusitasi menjadi 123-132 dpm, TBJ 3410 gram.I : v/u
tenangVT : portio kenyal, posterior, T: 2 cm (1cm), kepala diatas
PAP
20
1. 2. 3. 3.4 DiagnosisDiabetes gestasional + anemia pada G5P4
hamil 37-38 minggu, inpartu3.5 Diagnosis Banding1. Diabetes
Gestasional2. Diabetes Pragestasional3.6 Pemeriksaan PenunjangHasil
Lab Tgl 18/12/2014Jenis PemeriksaanHasilNilai rujukan
Hemoglobin 7,3*12-14 gr/dl
Leukosit214.1-10.5 x 103/ul
Eritrosit4.163.5-5.0 x 106/ul
Trombosit238150-400 x 103/ul
Hematokrit26,437.0-48.0 %
Gula Darah Sewaktu23760-110 mg/dl
Reduksi urin : +2Protein urin : negatif3.7 Penatalaksanaan1.
Rdx: observasi TTV, DJJ 2. Rth: IVFD RL 20 tts/i O2 terpasang 3
liter Transfusi 2 kolf Drip oksitosin 5IU Novorapid 6-6-6
2.8 Follow upTanggalSOP
18/12/14Mules-mules
TD : 130/80 mmHgN : 88 x/menitRR : 22 x/menitT : 36,7oC Rdx:
-observasi TTV, DJJRth:a. IVFD RL 20 tts/ib. Drip oksitosinc.
Novorapid 6-6-6d. Transfusi 2 kolf
19/12/14Tidak ada keluhanTD : 110/70mmHgN : 80x/iRR : 20x/iT :
36oCStatus Obs : Kontraksi : baik TFU : 2 JBPPerdarahan aktif (-)Hb
: 9 g/dlKGDS : 106 mg/dlRdx :-observasi TTVRth :IVFD RL 20 gtt
20/12/14Tidak ada keluhanTD : 110/80 mmHgN : 82x/iRR : 20x/iT :
36,5oCStatus Obs : Kontraksi : baikTFU : 2 JBPPerdarahn aktif
(-)Aff infusPulang hari iniCefadroxil 2x1As. Mefenamat 3x1Sohobion
1x1
BAB IVPEMBAHASANPada anamnesis didapatkan pasien datang dengan
keluhan utama gerakan bayi dirasakan menghilang sejak 8 jam yang
lalu. Pasien mengeluh sering haus dan sering buang air kecil. Tidak
ada keluhan lain yang dirasakan. Pusing, nyeri ulu hati, mual
muntah, pandangan kabur, mules-mules, keluar cairan bening, lendir
bercampur darah, perdarahan, tidak ada. Keputihan dirasakan 2 bulan
yang lalu tidak gatal dan tidak berbau. Pasien mengaku hamil 8
bulan, HPHT 27/3/2014, TTP 4/1/2015, ~37-38 minggu. Pasien tidak
mengetahui bahwa kadar glukosa didalam darah tinggi. Pasien
sebelumnya pernah memiliki riwayat diabetes saat mengandung anak ke
4, yaitu saat 2 tahun yang lalu. Kemudian setelah melahirkan anak
kedua, kadar glukosa darah turun.Pada awalnya pasien masuk ke IGD
RSIA. Pada saat di IGD TD: 130/90 mmHg, Nadi: 92x/I, RR : 22x/I, T
: 36,4oC, dan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan didapatkan
hasil HB: 7,3 , KGDS: 237. Pasien masuk ke ruangan bersalin dan
dilakukan observasi. Pada saat dilakukan pemeriksaan urine
didapatkan hasil protein (-), reduksi urin (+2). Hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan, pasien
didiagnosa diabetes gestasional dan anemia. Hal ini sesuai dengan
teori dimana diabetes gestasional merupakan suatu intoleransi
glukosa yang terjadi pertama kali pada saat hamil, dan sebagian
besar akan kembali ke kadar glukosa normal, akan tetapi tidak
menutup kemungkinan kadar glukosa akan tetap tinggi dan berlanjut
menjadi diabetes mellitus.5,6Pasien ini memiliki faktor resiko
untuk mengalami diabetes gestasional yaitu dari segi usia (>35
tahun), memiliki riwayat diabetes pada kehamilan sebelumnya,
mempunyai riwayat keluarga yang menderita diabetes tipe 2, obesitas
dengan BMI 34,5 kg/m2, riwayat melahirkan bayi dengan berat
>4000 gram. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
faktor resiko terjadinya diabetes gestasional adalah sebelumnya
didiagnosis gestational diabetes atau pradiabetes,toleransi glukosa
terganggu, ataugula darah puasa terganggu, mempunyairiwayat
keluargadengandiabetes tipe 2, usia ibu yaitu faktor risiko
meningkat pada wanita usia tua (terutama bagi wanita di atas 35
tahun), latar belakang etnis (mereka yang memiliki faktor risiko
tinggi termasukAfrika-Amerika,Afro-Karibia,penduduk asli
Amerika,Hispanik, Kepulauan Pasifik, dan orang-orang yang berasal
dariAsia Selatan), kelebihan berat badan,obesitasatau sangat gemuk
meningkatkan risiko, riwayat kehamilan sebelumnya pernah melahirkan
seorang anak dengan berat kelahiran yang tinggi (> 4000
g).7Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh banyak hal. Salah
satunya adalah terjadi peningkatan plasma untuk menurunkan
viskositas darah, untuk meringankan kerja jantung biasanya
penyebabnya adalah penyakit kronik. Penyebab lainnya adalah
defisiensi besi, defisiensi asam folat, perdarahan akut, panemia
aplastik.4Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan terapi
insulin untuk menurunkan kadar glukosa darah dan infuse RL yang
didalamnya berisi 10IU oksitosin dalam 12 tpm. Hal ini dilakukan
agar terjadinya kontraksi pada uterus sehingga bayi janin yang
telah meninggal bisa dilahirkan. Kemudian lahir bayi laki-laki,
meninggal, dengan berat 4500 gram, ketuban hijau kental dan berbau.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa komplikasi dari
DMG adalah makrosomia dan kematian janin intra uterin. Komplikasi
lain yang mungkin terjadi pada bayi adalah gawat napas,
hipoglikemia, persalinan prematur dan lainnya. Komplikasi yang
sering terjadi pada ibu adalah preeclampsia, retinopati diabetik
dan lainnya. Setelah melahirkan kadar glukosa darah ibu menjadi
106gr/dl, hal ini mendukung diagnosis awal yaitu diabetes
gestasional. Skrining awal terhadap pasien yang beresiko tinggi
sangat dianjurkan untuk menghindari komplikasi pada ibu dan janin.
Tatalaksana yang seharusnya diberikan pada pasien adalah diet ,
olahraga teratur, pantau glukosa dan pemberian
insulin.4,5,12,13
KESIMPULAN Pasien dalam kasus ini didiagnosis diabetes
gestasional pada G5P4 hamil 37-38 minggu yang ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
Faktor resiko yang mendasari terjadinya diabetes gestasional pada
pasien ini adalah usia >35 tahun, memiliki riwayat diabetes pada
kehamilan sebelumnya, mempunyai riwayat keluarga yang menderita
diabetes tipe 2, obesitas dengan BMI 34,5 kg/m2, riwayat melahirkan
bayi dengan berat >4000 gram. Tatalaksana yang seharusnya
diberikan adalah diet, olahraga teratur, pemantauan glukosa, dan
insulin. Namun, pada pasien ini telah terjadi kematian janin intra
uterin, sehingga diperlukan pengeluran janin segera untuk
menghindari komplikasi lanjut pada ibu. Sehingga dilakukan induksi
menggunakan 10 IU oksitosin di dalam RL. Jika janin masih dalam
keadaan baik, maka ibu dianjurkan untuk rawat inap dan jika pada
usia kehamilan 40 minggu belum ada tanda inpartu dan serviks belum
matang, maka direncanakan untuk operasi section caesarea untuk
menghindari kehamilan postterm.
DAFTAR PUSTAKA1. Adam JMF. Skrining diabetes mellitus pada
kehamilan. Ujung Pandang: PT. Organon; 2002.h. 105-132. Gabbe SG,
Graves CR. Management of Diabetes Melitus Complicating Pregnancy.
The American Collage of Obstetricians and Gynecologists.2003;
102(4).p857-683. Saldah IP, Wahiduddin, Sidik D. Faktor Resiko
Kejadian Prediabetes/ Diabetes Melitus Gestasional Di RSIA Sitti
Khadijah 1 Kota Makassar. Fakultas Kedokteran Hasanuddin.
Makassar.20124. Prawihardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina
Putaka; 20115. Leveno KJ, Cunningham GF, Alexander JM, Bloom SL,
Casey MB. Obstetri Williams. 23rd ed. Jakarta: EGC; 20136. Gabbe
SG, Graves CR. Management of Diabetes Melitus Complicating
Pregnancy. The American Collage of Obstetricians and
Gynecologists.2003; 102(4).p857-687. Chu SY, Callaghan WM, Kim SY,
Schmid CH, Lau J, England LJ, Dietz PM. Maternal obesity and risk
of gestational diabetes mellitus.Diabetes Care2007;30(8):
2070-6.PMID 174167868. Al-Noaemi MC, Shalayel MHF. Pathophysiology
of Gestatinal Diabetes Mellitus : The Past, the Present and the
Future.In: Radenkovic M, editor. Gestational Diabetes. Croatia:
InTech. 2011.9. HAPO Study Cooperative Research Group.
Hyperglycemia and adverse pregnancy outcomes. N Engl J Med.
2008;358(19):1991-2002.PMID 1846337510. "Definition and Diagnosis
of Diabetes Mellitus and Intermediate Hyperglycemia"(pdf).World
Health Organization. www.who.int. 2006. Retrieved 2011-02-20.11.
Vargas R, Repke JT. Type 1 Diabetes Mellitus and
Pregnancy.MedReviews.2010;10(11);p25-712. Murthy EK, Renar IP,
Metelko Z. Diabetes and Pregnancy. Croatia. 2002; p131-4313. Moore
TR, Smith CV. Diabetes Mellitus and Pregnancy [online]. 2013
November 18. [cited: 07 Disember 2013] available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/127547-overview#aw2aab6b7 14.
Santoso IM. Intra Uterin Fetal Death. Fakultas Kedokteran Trisakti.
Jakarta. 201215. Jrvel IY, Juutinen J, Koskela Pet al.Gestational
diabetes identifies women at risk for permanent type 1 and type 2
diabetes in fertile age: predictive role of autoantibodies.Diabetes
Care2006;29(3): 607-12.PMID 1650551416. Hillier TA, Pedula KL,
Schmidt MM, Mullen JA, Charles MA, Pettitt DJ. Childhood obesity
and metabolic imprinting: the ongoing effects of maternal
hyperglycemia.Diabetes Care2007;30(9): 2287-92.PMID 1751942717.
Metzger BE. Long-term Outcomes in Mothers Diagnosed With
Gestational Diabetes Mellitus and Their Offspring. Clin Obstet
Gynecol 2007; 50(4): 972-9.PMID 17982340