LAPORAN AKHIRPRAKTIKUM FISIKA ENERGI IIMODUL KOMPOR
PIROLISISNama: Purwansah Winada NPM: 140310110005Nama Partner:
Muhammad Rizqan AkbarNPM: 140310110021Hari / Tanggal : Rabu / 23
April 2014Waktu : 13.00-15.30Asisten: Drs.NendiSuhendi, MS
LABORATORIUM FISIKA ENERGIJURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS PADJADJARAN2014
LEMBAR PENGESAHANMODUL KOMPOR PIROLISIS
Nama: Purwansah Winada NPM: 140310110005Nama Partner: Muhammad
Rizqan AkbarNPM: 140310110021Hari / Tanggal : Rabu / 23 April
2014Waktu : 13.00-15.30Asisten: Drs.NendiSuhendi, MS
Laporan AkhirSpeaken
Jatinangor, 23 April 2014 Asisten BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSudah tidak menjadi hal aneh bahwa energi
adalah suatu bahasan yang utama dibidang teknik dan kefisikaan.
Seiring dengan bertambahnya jumlah manusia akan mendorong manusia
untuk dapat membuat energi yang dapat diperbarui. Sehingga
dibutuhkan suatu energi alternatif sumber energi baru dengan
memanfaatkan sumber-sumber energi yang telah ada secara semestinya,
diharapkan juga memiliki manfaat dan daya jual tinggi selain
daripada terciptanya energi yang ramah lingkungan. Bahan bakar
minyakpun menjadi masalah serius saat ini, sehingga dibutuhkan
suatu energi yang dapat menggantikannya, salah satu sumber energi
yang potensial dikembangkan adalah Biomass Fuel. Diharapkan
kedepannya dapat menggantikan BBM untuk jangka waktu yang panjang.
Dan akhirnyapun dapat digunakan untuk masyarakat secara menyeluruh
sehingga dirasakan manfaatnya.1.2 Identifikasi MasalahKurangnya
seosialisasi mengenai penggunaan ini menjadi masalah untuk dapat
berkembangnya kompor ini. Proses penguraian kompor pirolisis sangat
penting sehingga dapat dihasilkan energi baru yang dapat kita
manfaatkan.1.3 Tujuan percobaaan1. Memahami prinsip kerja kompor
gasifikasi2. Mengetahui proses pendidihan3. Mengetahui heat content
kandungan panas dari berbagai macam briketI.4. Metoda PercobaanPada
percobaan kali ini digunakan suatu kompor yang menggunakan suatu
bahan beriket yang mana nantinya briket ini kita panaskan dan
akhirnya menjadi sedemikian rupa yang dapat digunakan untuk energi
kedepannya.
I.5 Sistematika PenulisanLaporan awal ini tersusun atas empat
bab, yaitu: Bab I, pendahuluan yang mempunyai enam subbab yaitu
latar belakang, identifikasi masalah, tujuan percobaan, metoda
percobaan, sistematika penulisan dan waktu dan tempat percobaan.
Bab II, tinjauan pustaka yang berisi tentang teori dan hukum-hukum
yang mendasari percobaan. Bab III, metodologi percobaan yang
terdiri dari dua subab yaitu alat percobaan dan fungsinya, dan
prosedur percobaan yang menjelaskan langkah kerja dalam melakukan
praktikum. Bab IV, tugas pendahuluan yaitu penyelasaian soal-soal
yang terdapat pada modul.
I.6 Waktu dan Tempat PercobaanHari/Tanggal: Rabu, 9 April
2014Waktu: 13.00 15.30Tempat: Laboratorium Energi Jurusan Fisika
FMIPA UNPAD
BAB IITINJAUAN PUSTAKABenarkah konversi minyak tanah ke bahan
bakar gas dapat menghemat energi? Benarkah konversi ini dapat
menghemat anggaran negara? Mungkin, tapi yang jelas anggaran
keluarga kalau gas nya terbuat dari biomasa.Penduduk di daerah
terpencil, yang kesulitan mendapatkan pasokan minyak tanah dan gas
dapat memanfaatkan biomasa yang mudah diperoleh dari sekitarnya.
Alexis Belonio dari Filipina mengembangkan kompor berbahan bakar
sekam padi. Ide ini didapatkan dari rasa tidak tega melihat sekam
padi yang tidak dimanfaatkan secara efektif.
Kompor sekam ini terdiri dari dua bagian pokok, gasifier dan
burner. Cara kerjanya, sekam dalam bejana berbentuk silinder
dibakar dari bagian atas. Udara bertekanan dialirkan dari bagian
dasar kompor menggunakan fan listrik kecil untuk membantu
pembakaran. Sekam tidak sekaligus terbakar sempurna, tetapi
terbakar parsial menghasilkan hydrogen, karbon monooksida dan
berbagai hidrokarbon ringan ringan. Proses ini disebut pirolisis,
atau penguraian oleh panas. Hasil pirolisis tersebut kemudian
diumpankan ke burner/ pembakar sekunder yang menutupi permukaan
atas bejana tadi.2.1 Kelemahan dan KelebihanKelebihan kompor ini
adalah selain desainnya yang sederhana, gas hasil pirolisis dapat
didinginkkan dan dialirkan melalui pipa tanpa kehilangan kualitas
api yang biru. Akibatnya bermacam-macam konfigurasi dapat
dilakukan. Yang paling sederhana adalah menggabungkan burner dan
gasifier. Konfigurasi lain dapat juga dengan memisahkan gasifier
dengan burner yang terhubung pipa besi. Jumlah burner pun bisa
lebih dari satu tergantung kapasitas gasifier.Kelemahan kompor ini
adalah pengoperasian tunggal, mengharuskan penghentian api saat
mengisi ulang sekam. Setelah sekam terbakar menjadi arang,
kerapatannya menjadi lebih tinggi, sehingga membutuhkan pasokan
udara yang bertekanan lebih tinggi. Juga setelah menjadi arang,
sekam tidak menghasilkan gas lagi sehingga harus diganti sekam yang
baru. Walaupun demikian, kelemahan ini dapat diatasi dengan
menggunakan 2 buah gasifier yang dinyalakan bergantian. Pakar
gasifikasi biomasa Dr Paul Anderson memuji tinggi penemuan Belonio
ini. Sebelumnya, beliau dan rekannya Dr. Reed dari Biomass Energy
Foundation, sempat menyatakan bahwa gasifikasi yang baik dalam
perangkat yang sederhana sebagai mustahil. Atas penemuan ini,
Belonio mendapatkan penghargaan dari Rolex Award tahun 2008. Walau
didesain untuk sekam padi, tapi saya yakin, dengan sedikit
modifikasi, kompor ini dapat digunakan dengan biomasa padatan lain.
2.2 Pirolisis Pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada
suhu tinggi tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas. Proses
dekomposisi pada pirolisis ini juga sering disebut dengan
devolatilisasi. Produk utama dari pirolisis yang dapat dihasilkan
adalah arang (char), minyak, dan gas. Arang yang terbentuk dapat
digunakan untuk bahan bakar ataupun digunakan sebagai karbon aktif.
Sedangkan minyak yang dihasilkan dapat digunakan sebagai zat
additif atau campuran dalam bahan bakar. Sedangkan gas yang
terbentuk dapat dibakar secara langsung. Pirolisis plastik yang
pernah dilakukan oleh Purwanti adalah dari 100 gram kantung plastik
yang diolah pada suhu 4000C dalam waktu dua jam, diperoleh cairan
mirip minyak bumi sekitar 75 gram (Purwanti Ani dan Sumarni,
2008.). Adapun gas bakar yang didapat mencapai 116 ml per gram
plastik bekas. Adanya kelemahan sistem batch, maka dikembangkan
sistem "sinambung", dengan konstruksi agak berbeda. Pemanasan
dilakukan dengan listrik, dibantu dengan nyala gas hasil pirolisis,
dan sistem pendingin ditingkatkan. Pada proses ini, hasil cair yang
diperoleh 79%-83% dari berat plastik yang dimasukkan ke dalam
reaktor pirolisis, dengan panas dari luar yang dapat dikurangi
10%-15%. Berdasarkan analisa yang pernah dilakukan Lembaga Minyak
dan Gas Bumi (Lemigas), minyak dari plastik bekas ini memiliki
sifat tidak jenuh. Artinya, perbandingan antara karbon dan hidrogen
tidak seimbang sehingga ada mata rantai yang tidak terisi. Minyak
berwarna kuning kecokelatan, tetapi sudah bisa untuk bahan bakar
kompor atau obor (Purwanti Ani dan Sumarni, 2008). Minyak hasil
pirolisis ini mudah terbakar, mengeluarkan jelaga, dan baunya
merangsang. Minyak pirolisis ini dapat diolah lagi supaya mempunyai
sifat jenuh dan stabil . Pranata, J.(2008) meneliti tentang minyak
pirolisis dari plastik polietilena, hasil penelitian menunjukkan
bahwa minyak pirolisis dari plastik polietilena mempunyai densitas
939 kg/m3 atau lebih berat dari minyak tanah. Minyak bakar ini
mempunyai ignition point 30,4oC sehingga sangat mudah dinyalakan.
Komponen utama minyak pirolisis dari plastik polietilena adalah
styrene monomer yang kadarnya hampir 64%. Sedangkan lebih dari 80%
minyak pirolisis 9 terdiri dari styrene. Skodars,G.,et al.(2006)
telah melakukan penelitian mengenai pengaruh temperatur dan waktu
terhadap hasil char pada proses pirolisis, dimana semakin tinggi
temperatur setelah melewati temperatur puncak, reaktifitas dari
char akan menurun. Sedangkan komponen waktu tidak terlalu
berpengaruh terhadap terhadap reaktifitas dari char. Oleh karena
itu salah satu variasi pada penelitian yang akan dilakukan adalah
variasi suhu. 2.3 EfisienUntuk menyalakan kompor biomassa, cukup
dengan menumpuk potongan ranting kayu atau sampah kering di dalam
tabung. Tumpukan itu lalu diberi sedikit minyak tanah, etanol, atau
kertas sebagai penyulut supaya mudah terbakar. Setelah menyala,
intensitas panas dapat disesuaikan dengan mengatur pasokan udara ke
dalam tabung besi melalui baling-baling. Sedangkan untuk
mematikannya cukup dengan mengurangi bahan bakar sedikit demi
sedikit dari tabung penampung.Supriyanto mengatakan kompor biomassa
menghasilkan limbah berupa abu. Dari sekilo biomassa cuma
menyisakan 10 gram abu. Selebihnya, 990 gram terbakar dan
dikonversi menjadi energi. Jadi, bisa dikatakan tingkat
efisiensinya hampir 99%, kata Supriyanto. Dengan kompor biomassa
ketergantungan pada bahan baku fosil yang tak dapat diperbaarui pun
berkurang. Biomassa sebagai bahan baku terbaarukan senantiasa
tersedia di lingkungan sekitar. Nurhuda dan Supriyanto sepakat
kompor biomassa sangat cocok bagi masyarakat pedesaan. Sebab,
hampir sebagian besar mereka masih mengandalkan kayu bakar dan
kompor minyak tanah sebagai alat memasak. Meski demikian masyarakat
perkotaan juga dapat memanfaatkan kompor biomassa. Apalagi
ketersediaan biomassa juga memadai di perkotaan. Mereka tak perlu
mengantre demi seliter minyak tanah yang semakin hari kian langka.
Dengan kompor biomassa masyarakat di pedesaan juga tidak perlu lagi
ke hutan menebang pohon sebagai bahan baku kayu bakar. Menurut
Supriyanto, yang juga mantan direktur Hutan Pendidikan Gunung
Walat, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, dalam sehari
sekitar 10 m3kayu bakar keluar dari hutan pendidikan Gunung Walat.
Padahal ranting-ranting kering banyak bertebaran di sekitar rumah
penduduk. Bila masyarakat menggunakan kompor biomassa, tentu
penebangan hutan tidak akan terjadi. Karena dengan ranting-ranting
saja cukup untuk memenuhi keperluan energi untuk memasak, kata
Supriyanto. Kini Supriyanto maupun Nurhuda tengah merampungkan
pembuatan kompor biomassa sesuai Standar Nasional Indonesia.
Keduanya pun berharap bisa bekerja sama dengan berbagai pihak
supaya kompor itu bisa diproduksi secara massal. Sehingga
masyarakat bisa segera memanfaatkan teknologi kompor
biomassa.Kompor Gas Biomasa terdiri dari tiga bagian,
yaituReactor(terletak bagian dinding penampungbahan
bakar),Gasifier(tabung penampung bahan bakar) danBurner(tempat
nyala api).CaraKerjanya adalah bahan bakar berupa Biomasa (rumput,
ranting, serbuk gergaji, sekam padi dll) dimasukkankedalamtabung
silinder, pada Bahan bakar paling atas dalam silinder dibakar
menggunakan pemicu potongan kertas. Kipas listrik dihidupkan
sehingga menghasilkan udara bertekanan yang mengalir dari bagian
dasar kompor menuju atas melalui bahan bakar. Bahan bakar tidak
sekaligus terbakar sempurna, tetapi terbakar parsial
menghasilkanhidrogen, karbonmonoksidadan berbagai hidrokarbon
ringanyang disebutpirolisis, Panas akan mengalirkan ke dinding
tabung dengan bahan reaktor akan bereaksi untuk menghasilkan suhu
panas yang tinggi dan api yang ungu kebiruan.
Keunggulan1. Menghasilkan nyala api yang stabil dengan warna
ungu kebiruan2. Dapat dibuat lebih dari satu tempat pembakaran3.
Tanpa asap,4. Biaya murah, jika menggunakan listrik hanya Rp.
7,-/jam5. Dapat digunakan tanpa menggunakan listrik6. Perawatan dan
penggunaannya sangat mudah.
2.4 Perpindahan kalor
KonduksiKonduksi merupakan proses perpindahan kalor tanpa
disertai dengan perpindahan partikelnya.Proses konduksi ini secara
umum terjadi pada logam atau yang bersifat konduktor (menghantarkan
panas). Sepertitampak pada gambar dibawah ini.
gambar: ck-12.org
Bagaimanakah proses perpindahan kalor secara konduksi?Dalam
konduksi yang berpindah hanyalah energi saja yaitu berupa panas.
Saat kita mengaduk teh panas dengan sendok, maka lama kelamaan
tangan kita terasa panas dari ujung sendok yang kita pegang. Atau
saat kita membuat kue menggunakan wadah berupa aluminium yang
disimpan di oven jua termasuk proses konduksi yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
Lebih jelasnya,sebuah benda terdiri dari partikel-partikel
pembentuk benda tersebut. Sebut saja sendok yang terbuat dari logam
aluminium terdiri dari partikel-partikel logam yang sangat
berdekatan letaknya. Sehingga saat ujung sendok dikenai panas maka
partikel diujung tersebut memperoleh energi panas yang membuatnya
bergetar dan bertumbukan dengan partikel disebelahnya tanpa ikut
berpindah.
Akibatnya partikel partikel terus bergetar dan membuat partikel
lainnya ikut bergetar dan memperoleh energi berupa panas hingga
ujung sendok satunya lagi.
Besarnya energi konduksi disebut juga laju konduksi ditentukan
oleh persamaan berikut:
Keterangan:Q = kalor (joule)k = koefisien konduski
(konduktivitas termal)t = waktu (s)A = luas penampang (m persegi)L
= panjang logam (m)T = Suhu (kelvin)
KonveksiKonveksi adalah proses perpindahan kalor dengan
disertainya perpindahan partikel. Konveksi ini terjadiumumnya
padazat fluid (zat yang mengalir) sepertiair dan udara.
Konveksidapat terjadi secara alamiataupun dipaksa.
Konveksi alamiahmisalnya saat memasak airterjadi gelembung udara
hingga mendidih dan menguap. Sedangkan konveksi
terpaksacontohnyahair dryeryangmemaksa udara panas keluar yang
diproses melalui alat tersebut.
gambar: ck-12.org
Bagaimanakah proses terjadinya konveksi saat memasak air?Air
merupakan zatcair yang terdiri dari partikel-partikel penyusun air.
Saat memasak air dalam panci, api memberikan energi kepada panci
dalam hal ini termasuk proses konduksi.Kemudian panas yang
diperoleh panci kemudian dialirkan pada air. partikel air paling
bawah yang pertama kali terkena panas kemudian lama kelamaan akan
memiliki massa jenis yang lebih kecil karena sebagian berubah
menjadi uap air.
Sehingga saat massa jenisnya lebih kecil partikel tersebut akan
berpindah posisi naik ke permukaan. Air yang masih diatas permukaan
kemudian turun ke bawah menggantikan posisi partikel yang tadi.
begitulah seterusnya hingga mendidih dan menguap seperti tampak
pada gambar di bawah ini:
gambar: ck-12.org
Besarnya energi konveksi atau bisa disebut laju konveksi
ditentukan oleh persamaan berikut:
Keterangan:Q = kalor (joule)h = koefisien konveksit = waktu (s)A
= luas penampang (m persegi)T = Suhu (kelvin)
RadiasiRadiasi merupakan proses peripandahan kalor yang tidak
memerlukan medium (perantara). Radiasiini biasanya dalam bentuk
Gelombang Elektromagnetik (GEM) yang berasal dari matahari.
Rumus perpindahan kalor secara radiasiLaju perpindahan kalor
dengan cara radiasi ditemukan sebanding dengan luas benda dan
pangkat empat suhu mutlak (Skala Kelvin) benda tersebut. Benda yang
memiliki luas permukaan yang lebih besar memiliki laju perpindahan
kalor yang lebih besar dibandingkan dengan benda yang memiliki luas
permukaan yang lebih kecil. Demikian juga, benda yang bersuhu 2000
Kelvin, misalnya, memiliki laju perpindahan kalor sebesar 24= 16
kali lebih besar dibandingkan dengan benda yang bersuhu 1000
Kelvin. Hasil ini ditemukan oleh Josef Stefan pada tahun 1879 dan
diturunkan secara teoritis oleh Ludwig Boltzmann sekitar 5 tahun
kemudian.
Keterangan : Q = Kalor, t = waktu, A = Luas permukaan benda
(m2), T = Suhu mutlak benda (K), e = Emisivitas (angka tak
berdimensi yang besarnya berkisar antara 0 sampai 1), 5,67 x
10-8W/m2.K4(Konstanta universal. Disebut juga sebagai konstanta
Stefan-Boltzmann), Q/t = laju perpindahan kalor secara radiasi atau
laju radiasi energi.Azaz BlackJoseph Black, seorang ahli kimia
berkebangsaan Inggris melakukan penyelidikan tentang pelepasan dan
penerimaan kalor. Hasilnya adalah teori yang disebut Asas Black
yang berbunyi: "besarnya kalor yang dilepaskan oleh suatu benda
sama dengan besarnya kalor yang diterima oleh benda
lain."Dirumuskan:
Qlepas =Qterimam x c x t = m x c x t
Catatan:Kalor jenis suatu benda tidak tergantung dari massa
benda tetapi tergantung pada sifat dan jenis benda tersebut.Pada
setiap penyelesaian soal Asas Black, lebih mudah jika dibuat
diagram alirnya- Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis-Kalor yang
digunakan untuk menaikkan suhuKalor yang digunakan untuk mengubah
wujud (kalor laten), persamaan yang digunakan dalam kalor laten ada
dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap (J/kg) dan
L adalah kalor lebur (J/kg)
BAB IIIMETODA PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan1. Kompor2. Bricket3. Bearing 4. Tempat
mounting3.2 Prosedur Percobaan1. Siapkan kompor gasifikasi; buka
setiap bagian, kenali fungsi masing-masing bagian tersebut.2.
Siapkan bahan bakar berupa briket atau biomassa; catat bahan bakar
yang digunakan. Pilih bahan bakar sesuai urutan (petunjuk asisten).
Timbang bahan bakar, massanya ditentukan oleh asisten. Catat massa
tersebut.3. Nyalakan bahan bakar pada kompor sampai nyala-nya
merata. Hitung waktu yang dibutuhkan. Posisi wadah bakar sudah
berada pada tempatnya.4. Siapkan panci, tuangkan air ke dalamnya,
volumenya ditentukan oleh asisten.Catat volumenya (poin 4
dikerjakan bersamaan dengan poin 3). Letakkan wadah air pada
kedudukannya.5. Amati gelembung yang terbentuk pada panci. Catat
waktunya dan Awal terbentuk gelembung Gelembung menutupi dasar
panci Saat terjadi air mendidih6. Hentikan pendidihan7. Lakukan
proses yang serupa untuk briket jenis kedua.Tugas pendahuluan1.
Jelaskan prinsip kerja dari kompor gasifikasi?2. Bagaimana prinsip
pembakaran briket batu bara?3. Apakah yang dimaksud pembakaran
sempurna dan pembakaran tidak sempurna?4. Bagaimana cara menentukan
heat content dari bahan bakar?Jawab1. CaraKerjanya adalah bahan
bakar berupa Biomasa (rumput, ranting, serbuk gergaji, sekam padi
dll) dimasukkankedalamtabung silinder, pada Bahan bakar paling atas
dalam silinder dibakar menggunakan pemicu potongan kertas. Kipas
listrik dihidupkan sehingga menghasilkan udara bertekanan yang
mengalir dari bagian dasar kompor menuju atas melalui bahan bakar.
Bahan bakar tidak sekaligus terbakar sempurna, tetapi terbakar
parsial menghasilkanhidrogen, karbonmonoksidadan berbagai
hidrokarbon ringanyang disebutpirolisis, Panas akan mengalirkan ke
dinding tabung dengan bahan reaktor akan bereaksi untuk
menghasilkan suhu panas yang tinggi dan api yang ungu kebiruan.2.
1. laju pembakaran biobriket tercepat adalah saat biomassa punya
banyak kandungan VMlaju pembakaran dapat diukur dengan perubahan
berat briket dari sebelum dan sesudah dibakar dengan lamanya waktu
yang dibutuhkan sampai briket menjadi abu-ra = -dm/dt = -k.m(n) ;
n= pangkat reaksi
2. kandungan nilai kalor yang tinggi menyebabkan pencapaian
temperatur yang tinggi tetapi pencapaian suhu optimum cukup
lama
3. berat jenis semakin besar maka laju pembakaran semakin lama
tetapi nilai kalor semakin tinggi
4. penggunaan. yang baik untuk rumah tangga yaitu polutan
rendah, paling cepat capai suhu maksimum, mudah terbakar saat
penyalaan3. Pembakaran sempurna terjadi apabila seluruh unsur C
yang bereaksi dengan oksigen hanya akan menghasilkan CO2, seluruh
unsur H menghasilkan H2O dan seluruh S menghasilkan SO2. Sedangkan
pembakaran tak sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang
dikandung dalam bahan bakar bereaksi dengan oksigen dan gas yang
dihasilkan tidak seluruhnya CO2.Keberadaan CO pada hasil pembakaran
menunjukkan bahwa pembakaran berlangsung secara tidak lengkap4.
Adanya perubahan suhu dimana panci dan air memiliki suhu yang
tinggi yang dapat di ukur dengan menggunakan termometer dengan
begitu adanya proses konduksi dan konveksi.
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
Dengan menggunakan arang Dpanci= 14.5 cm
awalgelembung pertamagelembung naik ke permukaan
VairTn arangt1TpanciTairVsisaTTpanciTairVsisansisa
250 ml26 C250 gr6 menit 12 detik42 C40 C245 ml28 menit 50
detik110 C76 C22 ml96 gr
4.1 Data
4.2 Pembahasan
Menghitung besarnya kalor konduksi Dik. A=3.14x7.25x7.25 =
165.04625 cm2Tpanci=1100 CT= 28 menit 50 detik = 1730
detikl=3.14x14.5=45.3 cm
Q =
Q = k. 165.04625. 110. 1730/45.53 = 689837.5 k Joule
Menghitung besarnya kalor konveksi A=3.14x7.25x7.25 = 165.04625
cm2Tair=760 CT= 28 menit 50 detik = 1730 detik
= h. 165,04525. 76. 1730= 21700149.5 h joule Perbandingan
perlakuan azaz black Qlepas =Qterima m x c x t = m x c x t
Qlepas/Qterima = 0.25 x 1 x 26 /0.096x1 x 76 = 6.5/7.2964.3 Analisa
Pada praktikum kali ini kita memperoleh beberapa data salah satunya
adalah Vair di awal, volume air pada gelembung pertama dan volume
air pada gelembung naik ke permukaan/volume akhir terlihat
volume-volume yang berbeda artinya adanya penguapan disitu. Ini
menunjukan bahwa arang yang dipakai berhasil mentransfer energi
kalornya menuju panci dan akhirnya menuju air. Jika kira lihat
suhunya itu suhunya semakin besar, semakin besar suhunya semakin
berkurang volumenya. Dan itupun yang terjadi pada praktikum kali
ini. Arang yang dipakaipun banyak pengurangan ini adalah bukti
bahwa arang terbakar sempurna walaupun arang yang digunakan masih
bersisa. Pada suhu panci dan suhu air akhir terlihat adanya
perbedaan suhu dimana suhu air lebih rendah dibandingkan dengan
suhu panci hal ini bukti adanya transfer kalor yang berpindah
bermula dari arang kemudian pindah ke panci dan akhirnya pindah ke
air dan terbukti adanya air volumenya berkurang. Adanya perpindahan
tersebut adalah bukti adanya peristiwa konduksi yang terjadi pada
panci, kemudian setelah adanya peristiwa konduksi praktikum terjadi
peristiwa konveksi pada air. Pada proses perhitungan didapat kalor
antara kalor konduksi dan kalor konveksi dengan adanya besar kalor
seperti itu kita dapat membandingkan kalor di air dan kalor dipanci
besarnya kalor berbeda. Dimana besarnya kalor yang berada di proses
konveksi lebih besar karena memang air adalah liquid sehingga titik
didih dari liquid itu lebih rendah dibandingkan dengan titik didih
panci yang sifatnya adalah suatu padatan.Pada perhitungan
perbandingan azaz black pada saat air sebelum dipanaskan dan
sesudah dipanaskan ternyata kalor yang besar adalah kalor yang
dimiliki oleh air setelah ini membuktikan adanya transfer kalor
yang dipengaruhi oleh suhu dimana suhu itu dipapat dari besarnya
transfer energi dari arang yang sebelumnya kita bakar.
BAB VKESIMPULAN
Kompor gasifikasi sendiri adalah kompor yang proses konversi
secara termal bahan bakar padat seperti batubara dan biomassa
menjadi bahan bakar gas. Pada proses gasifikasi ini, biomassa
dibakar dengan udara terbatas, sehingga gas yang dihasilkan
sebagian besar mengandung hidrogen, karbonmonoksida, dan metana.
Gas-gas tersebut kemudian direaksikan lagi dengan oksigen
(diperoleh dari udara) sehingga dihasilkan panas dari pembakaran
tersebut.Proses pendidihan dari kompor pirolisis praktikum ini
dengan menggunakan bahan bakar arang. Pada suhu sekitar hampir 100
0 C air ini berhasil mengalami pendidihan terbukti dengan
berkurangnya volume air didalam panic.Heat content dari bahan bakar
telah diketahui pada proses ini terjadi proses konveksi dengan
bukti adanya air yang didihkan dengan volume yang berkurang,
sebelum terjadi konveksi terjadi proses konduksi melalui panci.
DAFTAR PUSTAKA
A.S Chaurasia., B.V Babu., 2005, Modeling & Simulation of
Pyrolysis of Biomass: Effect of Thermal Conductivity, Reactor
Temperatur and Particle Size on Product Consentrations, Pilani,
India. Boy Macklin Pareira, 2009, Daur Ulang Limbah Plastik.
Available from : URL : http://www.ecoreccycle.vic.gov.au Martinus.
2008. http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/kompor-gas-
berbahan-bakar-sekam-padi/. Diakses tanggal 31 Maret 2014 pukul
10.07Joko Santoso. 2010.
http://eprints.uns.ac.id/6591/1/139301108201008381.pdf. Diakses
tanggal 31 Maret 2014 pukul 10.14