Top Banner
PEMBUATAN TABLET TEOFILIN DENGAN METODE GRANULASI KERING I. TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi kering. 1.2 Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet. II. PRINSIP PERCOBAAN II.1 Metode granulasi kering Granulasi kering, yaitu metode yang memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). II.2 Evaluasi granul
47

Lapak Granulasi Kering

Oct 24, 2015

Download

Documents

auliasumardjo
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lapak Granulasi Kering

PEMBUATAN TABLET TEOFILIN DENGAN METODE GRANULASI

KERING

I. TUJUAN PERCOBAAN

1.1 Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi

kering.

1.2 Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet.

II. PRINSIP PERCOBAAN

II.1 Metode granulasi kering

Granulasi kering, yaitu metode yang memproses partikel zat aktif

dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi

massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan

partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).

II.2 Evaluasi granul

Evaluasi granul mencakup uji susut pengeringan, uji laju alir, uji

distribusi granul, dan uji kerapatan

II.3 Evaluasi tablet berdasarkan standar quality control (QC) :

Evaluasi tablet mencakup uji keseragaman bobot, keseragaman

ukuran, uji kekerasan, uji friabilitas, dan uji waktu hancur

III. TEORI DASAR

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau

tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan

sebagai tablet cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995).

Page 2: Lapak Granulasi Kering

Granulasi kering disebut juga slugging, yaitu metode yang memproses

partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering

menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel

yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode

ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan

pelarut. Metode ini digunakan bila kandungan zat aktif dalam tablet tinggi,

zat aktif memiliki aliran yang buruk, dan zat aktif sensitif tehadap panas dan

lembab (Chaerunissa dkk, 2009).

Granul yang dihasilkan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

alir dari serbuk, karena jika berbentuk serbuk tidak akan mengalir sempurna.

Keuntungan dari granulasi kering :

1. Menggunakan alat lebih sedikit sehingga investasi lebih kecil.

2. Tidak memerlukan larutan pengikat sehingga tidak perlu mesin pengering

granul

3. Baik untuk zat aktif yang peka terhadap panas dan lembap

4. Umumnya digunakan untuk zat aktif dengan dosis besar

Kekurangan metode granulasi kering :

1. Sulit untuk memperoleh campuran dengan warna homogen

2. Memerlukan alat untuk membuat lempengan

3. Menghasilkan banyak debu ( Lachman, 1994).

Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk dikompresi

menjadi tablet yang lebar dan datar. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan

alat dan diayak, pelincir ditambahkan dan tablet dibuat dengan dikempa

(Ansel, 1989).

III.1 Uji Susut Pengeringan

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kadar air

adalah metode gravimetri dengan cara membandingkan bobot granul setelah

Page 3: Lapak Granulasi Kering

dipanaskan dengan bobot granul sebelum dipanaskan. Pada saat pemanasan

berlangsung, air yang masih tertinggal dalam granul akan menguap (Lachman

dkk, 1989).

Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur kadar air dengan

prinsip gravimetri adalah moisture analyzer, yang diukur oleh alat ini adalah

kandungan lembab yang terkandung dalam zat uji yang kemudian menguap

akibat panas yang dikeluarkan oleh alat ini. Untuk mengukur kadar air granul,

moisture balance cukup diatur pada temperatur 70oC untuk mencegah ikut

menguapnya air kristal yang terkandung dalam bahan yang digunakan dalam

pembuatan granul (Ansel, 1999).

Uji kadar air dengan menggunakan metode LOD (Loss on Drying)

yaitu suatu pernyataan kadar kelembaban berdasarkan bobot basah. Rumus

LOD adalah

%LOD =

(Lachman dkk, 1989).

Timbangan yang digunakan dalam melakukan uji susut pengeringan

dikenal timbangan Moisture Balance. Kegunaan timbangan ini adalah untuk

mengetahui seberapa banyak kadar air yang tersembunyi dalam setiap barang

yang diuji (Lachman dkk, 1989).

III.2 Sifat Alir

Sifat aliran dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel, partikel yang

lebih besar dan bulat menunjukkan aliran yang lebih baik. Metode untuk

mengevaluasi sifat aliran granul yang sering digunakan adalah metode

corong (langsung) (Sari, 2010).

Metode ini paling sederhana untuk menetapkan kemampuan alir

granul secara langsung, yakni kecepatan alir granul dengan bobot tertentu

Page 4: Lapak Granulasi Kering

melalui corong diukur dalam detik. Suatu penutup sederhana ditempatkan

pada lubang keluar corong lalu diisi dengan granul yang telah ditimbang

terlebih dahulu. Ketika penutup dibuka, waktu yang dibutuhkan granul untuk

keluar dicatat. Dengan membagi massa serbuk dengan waktu keluar tersebut,

kecepatan alir diperoleh sehingga dapat digunakan untuk perbandingan

kuantitatif granul yang berbeda. Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan

oleh sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat. Sifat alir ini dapat

digunakan untuk menilai efektivitas bahan pelicin, mudah tidaknya granul

mengalir dan sifat permukaan granul (Voigt, 1995).

Metode sudut istirahat telah digunakan sebagai metode tidak langsung

untuk mengukur mampu alir granul karena hubungannya dengan kohesi antar

partikel. Banyak metode yang berbeda untuk menetapkan sudut istirahat dan

salah satunya yang digunakan adalah metode corong (Sari, 2010).

III.3 Kerapatan Granul

Tap density atau densitas ketuk adalah densitas yang ditentukan

dengan membagi berat dengan volume setelah dilakukan pengetukan. Pada

pengetukan ini proses yang terjadi adalah pemampatan.

Alat tap density tester terdiri dari tiga bagian yaitu holder, mesin

pengetuk dan penghitung ketukan. Holder digunakan untuk menyimpan

tabung berukuran. Tabung berukuran ini biasanya menggunakan gelas ukur,

alat ini fungsinya untuk wadah sampel yang diuji, mesin pengetuk berfungsi

untuk mengangkat gelas ukur yang tersimpan dalam holder kemudian

membiarkan jatuh demikian seterusnya hingga sampel terketuk-ketuk, dan

penghitung ketukan akan menghitung jumlah ketukan sesuai dengan angka

yang ditentukan.

III.4 Uji Distribusi Partikel

Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran, yang akan

dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok. Ukuran butiran tertentu

yang masih bisa melintasi ayakan, dinyatakan sebagai butiran batas (Voigt,

Page 5: Lapak Granulasi Kering

1994). Proses pemisahan didasari atas perbedaan ukuran partikel di dalam

campuran tersebut. Sehingga ayakan memiliki ukuran pori atau lubang

tertentu, ukuran pori dinyatakan dalam satuan mesh (Zulfikar, 2010).

Sejumlah sampel tertentu ditimbang dan ditaruh di atas ayakan dengan

ukuran tertentu, ayakan disusun berdasarkan ukuran mesh, ukuran mesh yang

besar ditempatkan pada bagian atas dan pada bagian paling bawah

ditempatkan wadah sebagai tempat penerimaan atau penampungan terakhir.

(Mufti, 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengayakan antara lain :

1.  Waktu atau lama pengayakan

2.   Massa sampel

3.   Intensitas getaran. 

Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranaan penting dalam

farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam

pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya. Ukuran partikel

juga luas permukaan spesifik partikel, dapat dihubungkan dengan sifat-sifat

fisika, kimiawi dan farmakologi suatu obat (Moechtar,1990).

III.5 Uji Keseragaman Bobot

Timbangan digital sebagai alat ukur untuk satuan berat. Neraca

analitik digital merupakan salah satu neraca yang memiliki tingkat ketelitian

Page 6: Lapak Granulasi Kering

tinggi, neraca ini mampu menimbang zat atau benda sampai batas 0,0001 g

(Robbins, 2011).

Neraca atau timbangan baik yang digital ataupun manual harus

diletakkan pada bidang datar, dimana tiap sudut harus benar-benar setimbang.

Kesetimbangan ini mutlak perlu untuk mendapatkan hasil penimbangan yang

akurat, jadi kesetimbangan ini untuk menempatkan titik berat berada pada

poros timbangan bukannya pada salah satu sisi. Kesetimbangan dapat dilihat

pada indikator kesetimbangan yang terdapat pada setiap timbangan. Neraca

digital ditunjukkan dengan water pass yang berupa bulatan besar yang

didalamnya terdapat bulatan kecil (Hamdani, 2012).

III.6 Uji Keseragaman Ukuran Tablet

Keseragaman ukuran, kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak

lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet (Depkes RI, 1979).

Jangkasorong adalah instrumen presisi yang dapat digunakan untuk

mengukur dimensi benda bagian dalam dan luar. Ditinjau dari cara

pembacaannya, jangka sorong dapat dibagi dua yaitu jangka sorong manual

dan digital. Penggunaan jangka sorong manual lebih sulit bila dibandingkan

dengan yang digital, karena hasil pengukuran diinterpretasi dari skala oleh

pengguna, sedangkan hasil pengukuran menggunakan yang digital dapat

dibaca langsung pada layar LCD. Versi manual memilki dua skala imperial

(skala dalam inci) dan metrik (skala dalam milimeter) (Koesdijanto, 2012).

Fungsi jangka sorong antara lain mengukur panjang suatu benda

dengan ketelitian sampai 0,1 mm, rahang tetap dan rahang geser atas bisa

digunakan untuk mengukur diameter benda yang cukup kecil seperti cincin,

pipa, dll, dan tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk mengukur

kedalaman seperti kedalaman tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi

yang kecil (Admin, 2013).

Page 7: Lapak Granulasi Kering

III.7 Uji Kekerasan Tablet

Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet

yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan

memberi tekanan terhadap diameter tablet. Alat yang biasa digunakan adalah

Hardness Tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan

ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan

dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan

pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan

(Parrott, 1971).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan

kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai

ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat

penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang

keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi

yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang

baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Kekerasan tablet

kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak

melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan

memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat

pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih

dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi

dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007).

III.8 Uji Waktu Hancur

Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di

bawah kondisi yang ditetapkan. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa

partikel-partikel itu akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan

yang seharusnya (Lachman, dkk., 1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah

sifat kimia dan fisis dari granulat, kekerasan dan porositasnya. Kebanyakan

Page 8: Lapak Granulasi Kering

bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan

memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan

mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat dari pada tablet yang keras

dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi dkk, 1987).

III.9 Uji Friabilitas

Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur

ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu

pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator.

Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama

diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran

kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu

yang digunakan adalah 4 menit. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak

lebih dari 1% (Andayana, 2009).

Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi

yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase

kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang

tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat

pada tablet (Sulaiman, 2007).

Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika

dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka

tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan (Andayana, 2009).

3.10 Monografi Zat

3.10.1 TEOFILIN

Page 9: Lapak Granulasi Kering

Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau, rasa pahit

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam air panas

Khasiat : Spasmolitikum bronkial (Depkes RI, 1979).

3.10.2 AVICEL 102

Sinonim : Cellulosa gel, fibrocel, tabulose, vivapur

Fungsi : Disintegrant, diluent tablet dan kapsul

Pemerian : Serbuk putih bersih, tidak berbau, tidak berasa, campuran

serbuk kristal dan partikel berpori.

3.10.3 AMPROTAB

Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot

utilissima Pohl atau beberapa spesies Manihot lain

Nama lain : Amylum manihot, pati singkong

Pemerian : serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil,

putih, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol

(95%) P

Khasiat :zat tambahan (Depkes RI, 1979).

3.10.4 LAKTOSA

(Budiman, 2009).

Nama lain : lactosum, saccharum lactis

Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis

Kelarutan : larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air

Page 10: Lapak Granulasi Kering

mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P

Khasiat : zat tambahan (Depkes RI, 1979).

3.10.5 TALKUM

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang

mengandung sedikit alumunium silikat

Pemerian : serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada

kulit, dari butiran, warna putih atau putih kelabu

Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pelarut

Khasiat : zat tambahan (Depkes RI, 1979).

3.10.6 Mg STEARAT

Pemerian : serbuk halus, putih, licin dan mudah melekat pada kulit,

bau lemah khas

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P

Khasiat : antasidum, zat tambahan (Depkes RI, 1979).

IV. ALAT BAHAN

4. 1 Alat : 4.2 Bahan :

1. Disentigrator tester 1. Amprotab

2. Flow tester 2. Avicel 102

3. Friabilator 3. Laktosa anhidrat

4. Hardness tester 4. Mg stearat

5. Jangkasorong digital 5. Talkum

6. Moisture balance 6. Teofilin

Page 11: Lapak Granulasi Kering

7. Tap Density tester

8. Sieve shaker

9. Timbangan digital

4.3 Gambar alat :

4.3.1 Disentigrator tester 4.3.2 Flow tester

4.3.3 Friabilator 4.3.4 Hardness Tester

4.3.5 Jangkasorong Digital 4.3.6 Moisture Balance

Page 12: Lapak Granulasi Kering

4.3.7 Sieve Shaker 4.3.8 Timbangan Digital

4.3.9 Tap Density Tester

V. PROSEDUR

Semua zat ditimbang. Semua bahan dicampurkan kecuali Mg stearat.

Bahan-bahan yang telah dicampur, dicetak menjadi tablet. Tablet yang sudah

dicetak, digranulasi dengan mesh 10 dan hasilnya ditimbang. Ke dalamnya

dimasukkan Mg stearat dan dicampurkan hingga homogen. Lalu dilakukan

pengujian granul, tablet dicetak, dan dilakukan pengujian tablet.

5. 1 Pengujian Sifat Alir

Sebanyak 25 gram serbuk ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam

flow tester untuk diuji laju alirnya. Lalu, tutup hopper dibuka, serbuk akan

turun ke bawah, waktunya dicatat, diameter dan tingginya diukur.

5.2 Pengujian Kerapatan Granul

25 gram sampel ditimbang seksama dengan menggunakan timbangan,

lalu sampel yang sudah ditimbang dimasukkan secara hati–hati ke dalam alat

Page 13: Lapak Granulasi Kering

tap density, lalu diratakan. Tinggi awal dari sampel dicatat, kemudian alat tap

density dinyalakan selama 4 menit, tinggi akhir sampel setelah 4 menit dicatat

kembali.

5.3 Pengujian Susut Pengeringan

Sejumlah 10 gram zat ditimbang, kemudian dimasukkan ke alat

moisture balance yang sebelumnya telah dibersihkan dan ditara terlebih

dahulu, lalu diratakan. Setelah rata, alat ditutup dan bobot awal zat dicatat.

Tombol Start ditekan dan ditunggu selama 10 menit pada suhu 70oC. Kadar

air yang tertera pada alat dan bobot akhir zat dicatat.

5.4 Pengujian Keseragaman Bobot

Sebanyak 20 tablet ditimbang satu per satu dengan menggunakan

neraca digital, kemudian hasilnya dicatat dan dirata-ratakan.

5.5 Pengujian Keseragaman Ukuran Tablet

Tablet sebanyak 20 buah tablet disiapkan. Masing-masing tablet

diukur diameter dan ketebalannya dengan menggunakan jangkasorong. Hasil

pengukuran dicatat, lalu dihitung rata-ratanya.

5.6 Pengujian Kekerasan Tablet

Sejumlah 20 tablet dipilih acak, lalu diuji dengan Hardness Tester.

Alat dinyalakan. Satu per satu tablet diletakkan di dalam ruang penjepit

(diantara pegas dan penekan). Tablet dijepit dengan memutar bagian

bawahnya hingga lampu stop menyala. Lalu ditekan tombol hitam dengan

panah ke kanan dan diamati. Jarum penunjuk akan bergerak sesuai tekanan

yang diberikan pada tablet. Saat tablet pecah, jarum akan otomatis berhenti

dan menunjukkan angka atau besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk

menghancurkan tablet. Kemudian tombol panah ke kiri ditekan untuk

mengembalikan tekanan ke awal. Pengujian dilakukan terhadap masing-

masing tablet.

Page 14: Lapak Granulasi Kering

5.7 Pengujian Waktu Hancur Tablet

Sebanyak 6 tablet dimasukkan ke dalam masing-masing kolom,

kemudian cakram dimasukkan ke dalam masing-masing kolom tersebut.

Kolom tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi air sebanyak

1000 ml dengan suhu 37oC yang telah berada di dalam disentegrator tester.

Disentegrator tester dinyalakan dan tablet diamati hingga hancur sempurna.

5.8 Pengujian Friabilitas

Sebanyak 10 tablet ditimbang, kemudian tablet yang sudah di

timbang dimasukan ke dalam alat friabilator. Tombol on ditekan, pengujian

dilakukan selama 4 menit. Setelah itu berat akhir ditimbang dan dihitung %

friabilitasnya.

5.9 Pengujian Distribusi Granul

Serbuk ditimbang sebanyak 25 gram. Lalu klep penutup alat Sieve

Shaker diputar dan dibuka penutup bagian atasnya. Selanjutnya, seluruh

serbuk dimasukkan ke dalam saringan paling atas. Lalu alat ditutup pada

bagian atasnya, dan klep dikencangkan. Setelah itu, alat dinyalakan dengan

menekan tombol ON. Waktu pengayakan dihitung dari awal alat dinyalakan

selama 5 menit. Setelah 5 menit tombol OFF ditekan. Klep diputar dan

penutup bagian atas alat dibuka. Selanjutnya, setiap serbuk pada masing-

masing saringan yang ukurannya berbeda ditempatkan pada kertas perkamen

dan bobot masing-masing serbuk ditimbang. Alat ini terdiri dari susunan

ayakan dari atas ke bawah yaitu mesh 12, 14, 16, dan 20 serta mesin penggetar

atau vibrator. Ayakan disusun dengan lubang ayakan besar di atas dan ayakan

berlubang kecil di bawah secara berurutan.

Page 15: Lapak Granulasi Kering

VI . DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

6.1 Pengujian Susut Pengeringan

Tabel 1. Persentase Kelembaban Bahan

6.2 Pengujian Sifat Alir

Waktu = 15 detik

Diameter = 10,6 cm

Tinggi = 2,7 cm

Kecepatan Aliran Granul

Kecepatan aliran granul =

=25 gram15 detik

= 1,67 g/s

Sudut Istirahat

Nama ZatBobot (gram) %

KelembabanAwal Akhir

teofilin 9,889 9,533 3,60%

laktosa

anhidrat 10,015 10,014 0,01%

amprotab 10,083 9,506 5,71%

avicel 102 9,938 9,459 0,83%

Sudut istirahat (θ) =

Page 16: Lapak Granulasi Kering

= 2,75,3

= 0,5

tan θ = 0,5

θ = 26,6o

6.3 Pengujian Kerapatan

Berat granul = 25 gram

Volume awal = 48,5 ml

Volume akhir = 30 ml

% Kerapatan=25/30−25/48,525/30

x100 %=21,88 %

6.4 Pengujian Distribusi partikel

Tabel 2. Tabel uji distribusi partikel

Mesh Berat serbuk ( gram )

12 0,0818

14 0,532

16 6.592

18 7,6261

Page 17: Lapak Granulasi Kering

Paremeter Hasil Literatur

LOD (Loss

on Drying)

Laktosa = 0,01%

Avicel ph 102 = 4,83%

Amprotab = 5,71%

Teofilin = 3,6%

Persyaratan untuk LOD yang

dapat diterima adalah 2-3%.

LOD untuk avicel ph 102,

amprotab dan teofilin tidak

memenuhi syarat.

Laju Alir Kecepatan alir = 0,18 cm/s

Sudut istirahat = 26,990

Laju alir memenuhi

persyaratan karena kurang

dari 10 g/s. Sudut istirahat

memenuhi persyaratan

karena berada di antara

rentang 25-30o.

Kerapatan %Kerapatan = 21,88% Persyaratan kompresibilitas:

o 5-12 % : aliran sangat

baik

o 13-18% : aliran baik

o 19-33% : aliran cukup

o 34-38% : aliran buruk

o > 38%: aliran sangat

buruk

%Kerapatan granul memiliki

aliran yang cukup baik (19-

33%).

Distribusi

partikel

Mesh 12 = 0,0818 gram

Mesh 14 = 1,532 gram

Mesh 16 = 6,5298 gram

Mesh 18 = 7,6261 gram

Sisa = 9,2303 gram

Distribusi granul cukup baik

karena semakin besar ukuran

mesh, semakin banyak

granul yang tersaring.

Page 18: Lapak Granulasi Kering

Tabel 3. Hasil evaluasi granul beserta literatur

6.5 Pengujian

Keseragaman Bobot

Tabel 4. Tabel uji keseragaman bobot

6.6 Pengujian

Keseragaman

Ukuran Tablet

TABLET DIAMETER (mm) TEBAL (mm)

1 13,11 4,72

2 13,11 4,60

3 13,10 4,35

4 13,11 4,10

5 13,10 4,48

6 13,13 4,31

7 13,10 4,30

8 13,10 4,45

9 13,09 4,55

10 13,11 4,56

11 13,10 4,49

12 13,11 4,52

Tablet Bobot (gram)

1 0,75

2 0,73

3 0,67

4 0,61

5 0,69

6 0,65

7 0,65

8 0,69

9 0,71

10 0,71

11 0,7

12 0,71

13 0,64

14 0,71

15 0,69

16 0,72

17 0,67

18 0,7

19 0,68

20 0,72

Jumlah 13,8

Rata-rata 0,69

Page 19: Lapak Granulasi Kering

13 13,11 4,24

14 13,13 4,46

15 13,10 4,45

16 13,11 4,59

17 13,10 4,38

18 13,10 4,51

19 13,10 4,40

20 13,09 4,57

Jumlah 262,11 89,03

Rata - Rata 13,10 4,45

Tabel 5. Tabel uji keseragaman ukuran

6.7 Pengujian Kekerasan tablet

Page 20: Lapak Granulasi Kering

Tablet Kekerasan ( N )

1 44

2 23

3 57

4 33

5 33

6 35

7 46

8 40

9 47

10 42

11 27

12 47

13 63

14 33

15 40

16 56

17 53

18 23

19 37

20 45

Jumlah 824

Rata – Rata 41,2

Page 21: Lapak Granulasi Kering

Tabel 6. Tabel uji kekerasan

6.8 Pengujian Waktu Hancur tablet

Tablet hancur sempurna dalam waktu 1 menit 24 detik

6.9 Pengujian Friabilitas

Berat awal = 6,83 gram

Berat akhir = 6,2 gram

% Friabilitas =

%Friabilitas = 6,83−6,2

6,83 x 100%

=9,22%

Parameter Hasil Literatur

Keseragaman

bobot

Bobot rata-rata tablet =

0,69 gram

Rentang berat tablet nyata 0,5833

gram – 0,6447 gram. Bobot tablet

rata-rata > rentang bobot tablet

nyata.

Keseragaman

ukuran

Diameter rata-rata =

13,10 mm; Ketelabalan

rata-rata = 4,45 mm

Dengan ketentuan rentang

diameter: 43

ketebalan rata-rata <

x < 3 ketebalan rata-rata (5,93 < x

< 13,35). Ukuran tablet dikatakan

baik (memenuhi rentang yang

telah ditentukan.

Kekerasan Kekerasan rata-rata =

41,2 N

Menurut Parrot (1971), memiliki

kekerasan 4-8 kg. Tablet

Page 22: Lapak Granulasi Kering

memenuhi persyaratan karena

memiliki kekerasan 4,2 kg.

Friabilitas % friabilitas = 9,22% Persyaratan yang diterima < 1%.

Tablet tidak memenuhi

persyaratan.

Waktu

hancur

Waktu hancur yang

diperoleh 1 menit 24

detik

Persyaratan tablet tidak bersalut,

waktu hancur < 15 menit. Tablet

memenuhi persyaratan.

Tabel 7. Hasil evaluasi tablet

6.10 Perhitungan Fase Dalam dan Fase Luar

Hasil Penimbangan

1. Teofilin 50g

2. Laktosa anhidrat 100g

3. Amprotab 132,5g

4. Avicel 102 25g

5. Talkum 2g

6. Mg stearat 0,5g

FDteoritis = teofilin(g) + laktosa (g) + amprotab (g) + avicel (g)

= 50 +100 +132,5+25 = 307,5 gram

FL = talkum+Mg stearat

= 2+0,5 = 2,5 gram

BTteoritis = FDteoritis + FL

= 307,5 + 2,5

= 310 gram

Bobot Tablet teoritis = BT teoritis

jumla htablet

= 310500

= 0,62 gram

Page 23: Lapak Granulasi Kering

Range ±5% = 0,589-0,651 gram

FDnyata = 304,5 gram

Mg stearat yang dipakai = FDnyata

BT tanp a Mg stearat x Mg

stearat(g)

= 304,5309,5

x 0,5 = 0,49 gram ≈ 0,5 gram

Berat Tablet nyata = FDnyata+FLjumla htablet

= 304,5+2,5

500 = 0,614 gram

Range ±5% = 0,5833-0,6447 gram

VII. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini yaitu mengenai pembuatan tablet teofilin dengan

metode granulasi kering. Granulasi kering merupakan metode yang

memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan

kering menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan

partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Metode ini

digunakan apabila zat aktif tidak tahan terhadap lembab dan panas. Prinsip

dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan

pengikat dan pelarut. Setiap metode tentunya memiliki kelebihan dan

kekurangan. Kelebihan dari metode granulasi kering yaitu penggunaan alat

lebih sedikit, tidak memerlukan larutan pengikat sehingga tidak perlu mesin

pengering granul, baik untuk zat aktif yang peka terhadap panas dan lembab,

dan digunakan untuk zat aktif dengan dosis besar. Sedangkan kekurangannya

antara lain, sulit untuk memperoleh campuran yang homogen dan

menghasilkan banyak debu.

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain,

teofilin, avicel 102, amprotab, laktosa anhidrat, talkum, dan Mg stearat.

Page 24: Lapak Granulasi Kering

Bahan-bahan yang termasuk fase dalam antara lain teofilin, avicel 102,

amprotab, dan laktosa anhidrat. Sedangkan bahan-bahan yang termasuk fase

luar antara lain, talk dan Mg stearat. Teofilin merupakan zat aktif. Teofilin

merupakan derivat xanthin yang berkhasiat sebagai bronkodilator, sehingga

digunakan untuk obat asma. Amprotab adalah singkatan dari amilum pro

tablet, amprotab berfungsi sebagai disintegran dan pengisi. Mekanisme kerja

amprotab sebagai disintegran adalah air akan masuk ke dalam pori-pori

amilum, sehingga partikel amilum akan mengembang dan akhirnya hancur.

Talk berfungsi sebagai pelicin. Bahan pelicin ditambahkan bertujuan untuk

meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah

melekatnya massa pada punch and die, mengurangi pergesekan antara butir-

butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Laktosa anhidrat

berfungsi sebagai bahan pengisi. Bahan pengisi ditambahkan untuk

mendapatkan berat yang diinginkan, terutama apabila jumlah bahan obat

kecil. Bahan pengisi harus bersifat inert. Avicel 102 berfungsi sebagai

disintegran. Disintegran adalah suatu bahan yang digunakan untuk

menghancurkan tablet menjadi fragmen-fragmen kecil di dalam tubuh,

sehingga meningkatkan luas permukaan dan obat akan lepas dari

pembawanya. Mg stearat berfungsi sebagai lubrikan. Lubrikan berfungsi

untuk mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi antara permukaan tablet

dengan dinding die selama proses pengempaan dan penarikan tablet.

Sebelum bahan-bahan digunakan, bahan-bahan tersebut ditimbang

terlebih dahulu. Hasil penimbangannya yaitu, teofilin ditimbang sebanyak 50

gram, avicel 102 sebanyak 25 gram, amprotab sebanyak 132,5 gram, laktosa

anhidrat 100 gram, talkum sebanyak 2 gram, dan Mg stearat sebanyak 0,5

gram. Tetapi untuk teofilin dan laktosa anhidrat sebelum ditimbang, diayak

terlebih dahulu.

Sebelum semua bahan dicampurkan, teofilin, laktosa anhidrat,

amprotab, dan avicel 102 terlebih dahulu diuji susut pengeringannya.

Pengujian susut pengeringan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan air

Page 25: Lapak Granulasi Kering

dalam zat. Pengujian susut pengeringan ini sangat penting karena kandungan

air yang terdapat di dalam zat akan berpengaruh pada proses pencetakan

tablet. Jika kandungan air pada zat tersebut melebihi batas, maka zat tersebut

akan lengket sehingga sulit untuk dicetak dan tablet yang dihasilkan pun akan

rapuh. Pengujian susut pengeringan dilakukan dengan cara, teofilin, laktosa

anhidrat, avicel 102, dan amprotab masing-masing ditimbang ± 10 gram dan

persentase kadar airnya diukur dengan menggunakan alat moisture balance.

Pengujian susut pengeringan dilakukan selama 10 menit untuk masing-

masing zat dengan suhu 70oC. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh kadar

air teofilin yaitu 3,6%, laktosa anhidrat 0,01%, amprotab 5,71%, dan avicel

102 4,83%, granul ideal memiliki kadar air 2-5%, sehingga sebelum

dicampurkan, amprotab dikeringkan terlebih dahulu selama ± 5 menit.

Hilangnya air dalam granul dalam pengeringan bertujuan menjamin stabilitas

dan pengawetan yang efektif.

Proses awal pembuatan tablet ini dimulai dengan mencampurkan fase

dalam yaitu teofilin, avicel 102, amprotab, laktosa anhidrat, dan talkum.

Setelah dicampurkan, maka dilakukan pencetakan tablet pertama dengan

menggunakan punch ukuran 13. Pencetakan tablet pertama ini bertujuan

untuk membentuk slug, sehingga bahan-bahan dipastikan tercampur homogen

dan sifat aliran serbuk dapat diperbaiki. Tablet-tablet yang dihasilkan pada

pencetakan pertama digranulasi dengan menggunakan mesh 10, dan

dihasilkan granul sebanyak 304,5 gram. Ke dalam granul tersebut

dimasukkan Mg stearat sebanyak 0,5 gram dan diaduk hingga homogen.

Setelah homogen, maka dilakukan pengujian laju alir, kerapatan, dan

distribusi partikel.

Untuk pengujian laju alir, sebanyak 25 gram serbuk ditimbang dan

dimasukkan ke dalam alat flow tester, bagian bawah alat tersebut dialasi

kertas untuk tempat serbuk yang jatuh. Setelah serbuk dimasukkan ke dalam

alat, tutup hopper dibuka agar serbuk jatuh. Tutup tersebut dibuka bersamaan

dengan ditekannya tombol stopwatch untuk mengetahui waktu yang

Page 26: Lapak Granulasi Kering

dibutuhkan agar serbuk tersebut jatuh semua. Serbuk yang jatuh, ditampung

dengan kertas, diameter yang terbentuk diukur, dan tingginya pun diukur.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui laju alir dari serbuk, sehingga

dapat diketahui baik atau tidaknya aliran serbuk saat dicetak di dalam mesin.

Hasil pengujian laju alir serbuk adalah, waktu yang dibutuhkan serbuk untuk

jatuh adalah 15 detik, diameter yang terbentuk adalah 10,6 cm, dan tinggi

serbuk yang terbentuk adalah 2,7 cm. Laju alir dihitung dengan menggunakan

rumus :

kecepatan alir

Sehingga didapatkan hasil laju alir serbuk adalah 1,67 gram/s. Selain itu,

sudut istirahatnya juga dihitung, sudut istirahat dihitung dengan

menggunakan rumus tan. Sudut istirahat yang didapatkan adalah 26,6o . Laju

alir serbuk dalam praktikum ini baik karena nilainya kurang dari 10 g/s.

Selain itu, sudut istirahat yang didapatkan pun baik karena nilainya berada

pada rentang 25-30o.

Pengujian kerapatan serbuk dilakukan dengan menggunakan alat Tap

density tester. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan atau

densitas dari suatu serbuk. Pengujian kerapatan ini dapat digunakan untuk

menilai laju alir granul. Berdasarkan literatur untuk uji kerapatan

(kompresibilitas) ini memiliki persyaratan jika % kerapatan < 20% maka

granul memiliki aliran yang baik. Literatur lain menyebutkan rentang untuk

uji kompresibilitas itu sendiri adalah sebagai berikut.

o 5-12 % : aliran sangat baik

o 13-18% : aliran baik

o 19-33% : aliran cukup

o 34-38% : aliran buruk

o > 38% : aliran sangat buruk

Page 27: Lapak Granulasi Kering

Pada pengujian kerapatan ini digunakan sebanyak 25 gram granul.

Volume awal untuk granul tersebut adalah 48,5 ml, setelah pengujian dengan

alat selama 4 menit diperoleh volume akhirnya 30 ml. Dari data tersebut

kemudian dihitung dengan menggunakan rumus:

% Kerapatan= ρ akhir−ρ awalρ akhir

x 100 %

Dari hasil percobaan ini diperoleh persen kerapatan (kompresibilitas)

sebesar 21,88%. Jika melihat pada rentang uji kompresibilitas literatur, maka

granul tersebut memiliki rentang 19-33%, yang mana alirannya yang cukup

baik.

Pada pengujian distribusi partikel ini dilakukan penggunaan metode

pengayakan dengan tujuan untuk mengukur keseragaman ukuran granul.

Ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih

kasar tetapi jika digunakan dengan sangat hati-hati, ayakan-ayakan tersebut

bisa digunakan untuk mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer.

Menurut metode USP untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa sampel

tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan secara mekanik.

Serbuk tersebut digoyang-goyangkan selama waktu tertentu, dan bahan yang

melalui satu ayakan ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus serta

dikumpulkan, kemudian ditimbang. Jika diinginkan analisis yang lebih rinci,

ayakan bisa disusun lima berturut-turut mulai dari yang kasar di atas, sampai

dengan yang terhalus di bawah. Satu sampel serbuk yang ditimbang teliti

ditempatkan pada ayakan paling atas, dan setelah ayakan tersebut

digoyangkan untuk satu periode waktu tertentu, serbuk yang tertinggal di atas

tiap saringan ditimbang.

Pertama, sejumlah serbuk ditimbang dengan menggunakan timbangan

digital sebanyak 25 gram. Lalu seluruh serbuk dimasukkan ke dalam alat

Sieve shaker pada saringan paling atas yaitu dengan ukuran mesh 12. Lalu

alat ditutup pada bagian atasnya, dan klep dikencangkan. Hal ini bertujuan

Page 28: Lapak Granulasi Kering

agar selama proses penggetaran serbuk tidak tumpah keluar dan alat tetap

stabil pada tempatnya. Ayakan disusun dengan lubang ayakan besar diatas

dan ayakan berlubang kecil dibawah secara berurutan. Susunan ayakan dari

atas ke bawah yaitu mesh 12, 14, 16, dan 20 serta mesin penggetar atau

vibrator.

Setelah itu, alat dinyalakan dengan menekan tombol ON. Waktu

pengayakan dihitung dari awal alat dinyalakan selama 5 menit. Setelah 5

menit ditekan tombol OFF. Klep diputar dan penutup bagian atas alat dibuka.

Selanjutnya setiap serbuk pada masing-masing saringan yang berbeda ukuran,

ditempatkan pada kertas perkamen dan ditimbang bobot masing-masing

serbuk. Waktu pengayakan dilakukan selama lima menit karena waktu

tersebut dianggap waktu optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot

pada tiap ayakan (nomor mesh). Bila waktu lebih dari lima menit

dikhawatirkan partikel terlalu sering bertumbukan sehingga pecah dan lolos

keayakan berikutnya, dengan begitu akan terjadi ketidakvalidan data. Jika

kurang dari lima menit partikel belum terayak sempurna.

Setelah diayak perlu dilakukan penimbangan untuk setiap ayakan

untuk mengetahui besar bobot yang hilang selama pengayakan, yang dapat

disebabkan tertinggalnya dalam pengayakan, hilang saat pemindahan bahan

dari ayakan ketimbangan maupun hilang saat pemindahan berlangsung.

Pada saringan pertama yaitu mesh 12, berat serbuk yang tertinggal

diatas saringan yaitu sebesar 0,0818 gram. Pada saringan kedua yaitu mesh

14, berat serbuk yang tertinggal diatas saringan yaitu sebesar 0,532 gram.

Pada saringan ketiga yaitu mesh 16, berat serbuk yang tertinggal diatas

saringan yaitu sebesar 6.592 gram. Pada saringan keempat yaitu mesh 18,

berat serbuk yang tertinggal diatas saringan yaitu sebesar 7.6261 gram.

Distribusi granul ini sudah cukup baik, karena dilihat dari semakin besar

ukuran mesh semakin banyak granul yang tersaring.

Page 29: Lapak Granulasi Kering

Setelah pengujian serbuk selesai, serbuk tersebut kemudian dikempa

atau dicetak dengan menggunakan punch 13. Setelah tablet dicetak, maka

dilakukan pengujian tablet, yang meliputi uji keseragaman bobot, uji

keseragaman ukuran, uji waktu hancur, uji kekerasan dan uji friabilitas.

Pada uji keseragaman bobot, alat yang digunakan adalah neraca atau

timbangan digital. Pengujian ini bertujuan untuk melihat keseragaman dari

tablet yang dibuat dengan pengujian bobot secara acak. Tablet yang

digunakan untuk pengujian sebanyak 20 tablet dan ditimbang satu per satu.

Hasil dari percobaan diperoleh jumlah bobot tablet tersebut adalah 13,8 gram

dengan bobot rata-rata 0,69 gram. Berdasarkan pada perhitungan berat tablet

nyata yang memiliki rentang ukuran 0,5833 gram – 0,6447 gram, maka bobot

tablet tersebut dikatakan tidak sesuai dengan ketentuan dari keseragaman

bobot. Bobot yang tidak sesuai ini, kemungkinan karena validasi alat yang

tidak baik sehingga ketika pencetakan, bobot tabletnya tidak memenuhi

syarat. Seharusnya pada saat pencetakan tablet dilakukan uji dahulu dengan

mencetak satu tablet kemudian ditimbang bobotnya. Jika bobotnya telah

memenuhi persyaratan maka pencetakan tablet diteruskan, tetapi apabila tidak

sesuai maka alat harus divalidasi kembali.

Pengujian keseragaman ukuran dilakukan dengan menggunakan

jangkasorong. Pengujian ini dilakukan untuk mengukur diameter dan

ketebalan tablet. Tablet yang digunakan sebanyak 20 tablet dan diukur satu

per satu diameter dan ketebalannya. Jangka sorong mempunyai ketelitian 0,1

mm. Jangkasorong yang digunakan pada praktikum ini adalah jangkasorong

digital, sehingga pengguna hanya membaca angka hasil pengukuran yang

tertera pada layar. Hal ini menyebabkan jangkasorong digital menghasilkan

pengukuran yang lebih akurat daripada jangkasorong manual, karena

jangkasorong manual memerlukan ketelitian yang tinggi dalam membaca

skalanya. Untuk melakukan pengukuran, rahang geser pada jangkasorong

digeser ke sebelah kanan, tablet disisipkan di antaranya, rahang geser

digeserkan kembali ke sebelah kiri sampai rapat dengan tablet. Pada layar

akan muncul angka hasil pengukuran diameter, begitu juga pada saat

Page 30: Lapak Granulasi Kering

pengukuran ketebalan tablet. Dari hasil pengukuran didapatkan diameter rata-

rata sebesar 13,10 mm dan ketebalan rata-rata sebesar 4,45 mm. Berdasarkan

Farmakope Indonesia rentang diameter yang baik adalah (43

ketebalan rata-

rata) < x < (3 x ketebalan rata-rata). Dari hasil perhitungan didapatkan

rentang diameter yang baik adalah 5,93 mm - 13,35 mm. Tablet yang dibuat

dikatakan memenuhi persyaratan karena diameter rata-ratanya (13,10 mm)

masuk ke dalam rentang yang telah ditentukan.

Pengujian waktu hancur tablet ini bertujuan untuk mengetahui berapa

lama tablet tersebut hancur menjadi molekul-molekul yang siap untuk

didistribusikan di dalam tubuh. Pada pengujian waktu hancur ini, 6 tablet

dimasukan ke dalam alat disintegrator tester, yang berupa keranjang dengan

6 kolom dimana pada kolom-kolom tersebut dimasukkan tablet yang akan

diuji. Kemudian ada cakram penutup yang berfungsi untuk mencegah tablet

tersebut keluar dari kolom. Keranjang yang telah berisi tablet, ditutup dengan

cakram dan dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi air dengan

suhu 37oC. Waktu yang diperlukan agar semua tablet hancur sempurna adalah

1 menit 24 detik. Hal ini sesuai dengan yang disyaratkan Farmakope

Indonesia Edisi 3, yaitu waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah

kurang dari 15 menit

Uji kekerasan ini digunakan sebagai parameter yang menggambarkan

ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan

dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan

pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.

Alat yang di gunakan dalam uji kekerasan pada tablet ini adalah hardness

tester, dengan prinsip memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak

atau pecah.

Pada uji kekerasan ini diambil sampel secara acak sebanyak 20 tablet.

Masing–masing tablet dimasukan di ruang penjepit di antara pegas dan

tekanan. Setelah itu di putar bagian bawah hingga lampu stop menyala.

Page 31: Lapak Granulasi Kering

Lampu stop ini sebagai indikator bahwa posisi tablet telah pas antara pegas

dan tekanan. Setelah lampu stop menyala selanjutnya adalah menekan tombol

berwarna hitam dengan anak panah ke kanan. Secara perlahan, jarum

petunjuk tekanan akan bergerak sesuai dengan tekanan yang diberikan pada

tablet. Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka

sebagai penunjuk kekerasan tablet.

Dari 20 tablet yang diuji secara acak, didapatkan rata–rata kekerasan

tablet sebesar 41,2 Newton. Umumnya satuan yang digunakan dalam

hardness tester ini adalah Kg, maka dapat dihitung dengan rumus :

Gaya Berat = Massa x Percepatan Gravitasi

Dengan Percepatan gravitasi = 9.81, maka 1 kg = 9.81

Dari rumus di atas, maka jika rata–rata yang didapatkan sebesar 41,2

Newton artinya sama dengan tekanan sebesar 4,2 kg. Menurut Parrot (1971)

Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-8

kg. Maka tablet yang diuji pada praktikum kali ini dikatakan cukup baik dan

memenuhi syarat.

Pengujian Friabilitas merupakan suatu pengujian untuk mengetahui

kerapuhan tablet jika tablet mengalami gesekan antar sesama. Pengujian

friabilitas ini menggunakan alat friabilator. Banyaknya tablet yang digunakan

dalam pengujian friabilitas memiliki berat antara rentang 6 g hingga 6.5 g,

bila berat tabletnya 650 mg. Namun, pada percobaan ini, berat tablet yang

didapatkan adalah 740 gram, sehingga banyaknya tablet yang digunakan

untuk uji friabilitas adalah sebanyak 10 tablet. Kecepatan yang digunakan

dalam pengujian friabilitas ini adalah sebesar 25 rad/s selama 4 menit. Pada

percobaan ini berat tablet yang digunakan adalah sebesar 6,83 gram dan

bobot akhir tablet setelah pengujian adalah 6,2 gram. Persentase friabilitas

dihitung dengan menggunakan rumus:

Page 32: Lapak Granulasi Kering

% Friabilitas =

Persentase friabilitas yang didapat adalah 9,22%. Berdasarkan pada

literatur, friabilitas yang dapat diterima adalah < 1%. Sumber lain

menyebutkan bahwa kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1% masih

dapat dibenarkan. Bila mengacu pada literatur, maka tablet yang dihasilkan

tidak memenuhi persyaratan, karena friabilitasnya lebih dari 1%.

VIII. KESIMPULAN

8.1 Pembuatan tablet dengan Metode granulasi kering, yaitu pembuatan

tablet dengan memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan

mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat, selanjutnya

dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar

dari serbuk semula (granul).

8.2 Uji quality control (QC) pada uji sediaan tablet meliputi uji

kekerasan tablet, uji waktu hancur, uji keseragaman bobot dan ukuran,

dan uji friabilitas