PEMBUATAN TABLET TEOFILIN DENGAN METODE GRANULASI KERING I. TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi kering. 1.2 Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet. II. PRINSIP PERCOBAAN II.1 Metode granulasi kering Granulasi kering, yaitu metode yang memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). II.2 Evaluasi granul
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMBUATAN TABLET TEOFILIN DENGAN METODE GRANULASI
KERING
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi
kering.
1.2 Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet.
II. PRINSIP PERCOBAAN
II.1 Metode granulasi kering
Granulasi kering, yaitu metode yang memproses partikel zat aktif
dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi
massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan
partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).
II.2 Evaluasi granul
Evaluasi granul mencakup uji susut pengeringan, uji laju alir, uji
distribusi granul, dan uji kerapatan
II.3 Evaluasi tablet berdasarkan standar quality control (QC) :
Evaluasi tablet mencakup uji keseragaman bobot, keseragaman
ukuran, uji kekerasan, uji friabilitas, dan uji waktu hancur
III. TEORI DASAR
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995).
Granulasi kering disebut juga slugging, yaitu metode yang memproses
partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering
menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel
yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode
ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan
pelarut. Metode ini digunakan bila kandungan zat aktif dalam tablet tinggi,
zat aktif memiliki aliran yang buruk, dan zat aktif sensitif tehadap panas dan
lembab (Chaerunissa dkk, 2009).
Granul yang dihasilkan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
alir dari serbuk, karena jika berbentuk serbuk tidak akan mengalir sempurna.
Keuntungan dari granulasi kering :
1. Menggunakan alat lebih sedikit sehingga investasi lebih kecil.
2. Tidak memerlukan larutan pengikat sehingga tidak perlu mesin pengering
granul
3. Baik untuk zat aktif yang peka terhadap panas dan lembap
4. Umumnya digunakan untuk zat aktif dengan dosis besar
Kekurangan metode granulasi kering :
1. Sulit untuk memperoleh campuran dengan warna homogen
2. Memerlukan alat untuk membuat lempengan
3. Menghasilkan banyak debu ( Lachman, 1994).
Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk dikompresi
menjadi tablet yang lebar dan datar. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan
alat dan diayak, pelincir ditambahkan dan tablet dibuat dengan dikempa
(Ansel, 1989).
III.1 Uji Susut Pengeringan
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kadar air
adalah metode gravimetri dengan cara membandingkan bobot granul setelah
dipanaskan dengan bobot granul sebelum dipanaskan. Pada saat pemanasan
berlangsung, air yang masih tertinggal dalam granul akan menguap (Lachman
dkk, 1989).
Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur kadar air dengan
prinsip gravimetri adalah moisture analyzer, yang diukur oleh alat ini adalah
kandungan lembab yang terkandung dalam zat uji yang kemudian menguap
akibat panas yang dikeluarkan oleh alat ini. Untuk mengukur kadar air granul,
moisture balance cukup diatur pada temperatur 70oC untuk mencegah ikut
menguapnya air kristal yang terkandung dalam bahan yang digunakan dalam
pembuatan granul (Ansel, 1999).
Uji kadar air dengan menggunakan metode LOD (Loss on Drying)
yaitu suatu pernyataan kadar kelembaban berdasarkan bobot basah. Rumus
LOD adalah
%LOD =
(Lachman dkk, 1989).
Timbangan yang digunakan dalam melakukan uji susut pengeringan
dikenal timbangan Moisture Balance. Kegunaan timbangan ini adalah untuk
mengetahui seberapa banyak kadar air yang tersembunyi dalam setiap barang
yang diuji (Lachman dkk, 1989).
III.2 Sifat Alir
Sifat aliran dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel, partikel yang
lebih besar dan bulat menunjukkan aliran yang lebih baik. Metode untuk
mengevaluasi sifat aliran granul yang sering digunakan adalah metode
corong (langsung) (Sari, 2010).
Metode ini paling sederhana untuk menetapkan kemampuan alir
granul secara langsung, yakni kecepatan alir granul dengan bobot tertentu
melalui corong diukur dalam detik. Suatu penutup sederhana ditempatkan
pada lubang keluar corong lalu diisi dengan granul yang telah ditimbang
terlebih dahulu. Ketika penutup dibuka, waktu yang dibutuhkan granul untuk
keluar dicatat. Dengan membagi massa serbuk dengan waktu keluar tersebut,
kecepatan alir diperoleh sehingga dapat digunakan untuk perbandingan
kuantitatif granul yang berbeda. Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan
oleh sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat. Sifat alir ini dapat
digunakan untuk menilai efektivitas bahan pelicin, mudah tidaknya granul
mengalir dan sifat permukaan granul (Voigt, 1995).
Metode sudut istirahat telah digunakan sebagai metode tidak langsung
untuk mengukur mampu alir granul karena hubungannya dengan kohesi antar
partikel. Banyak metode yang berbeda untuk menetapkan sudut istirahat dan
salah satunya yang digunakan adalah metode corong (Sari, 2010).
III.3 Kerapatan Granul
Tap density atau densitas ketuk adalah densitas yang ditentukan
dengan membagi berat dengan volume setelah dilakukan pengetukan. Pada
pengetukan ini proses yang terjadi adalah pemampatan.
Alat tap density tester terdiri dari tiga bagian yaitu holder, mesin
pengetuk dan penghitung ketukan. Holder digunakan untuk menyimpan
tabung berukuran. Tabung berukuran ini biasanya menggunakan gelas ukur,
alat ini fungsinya untuk wadah sampel yang diuji, mesin pengetuk berfungsi
untuk mengangkat gelas ukur yang tersimpan dalam holder kemudian
membiarkan jatuh demikian seterusnya hingga sampel terketuk-ketuk, dan
penghitung ketukan akan menghitung jumlah ketukan sesuai dengan angka
yang ditentukan.
III.4 Uji Distribusi Partikel
Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran, yang akan
dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok. Ukuran butiran tertentu
yang masih bisa melintasi ayakan, dinyatakan sebagai butiran batas (Voigt,
1994). Proses pemisahan didasari atas perbedaan ukuran partikel di dalam
campuran tersebut. Sehingga ayakan memiliki ukuran pori atau lubang
tertentu, ukuran pori dinyatakan dalam satuan mesh (Zulfikar, 2010).
Sejumlah sampel tertentu ditimbang dan ditaruh di atas ayakan dengan
ukuran tertentu, ayakan disusun berdasarkan ukuran mesh, ukuran mesh yang
besar ditempatkan pada bagian atas dan pada bagian paling bawah
ditempatkan wadah sebagai tempat penerimaan atau penampungan terakhir.
(Mufti, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengayakan antara lain :
1. Waktu atau lama pengayakan
2. Massa sampel
3. Intensitas getaran.
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranaan penting dalam
farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya. Ukuran partikel
juga luas permukaan spesifik partikel, dapat dihubungkan dengan sifat-sifat
fisika, kimiawi dan farmakologi suatu obat (Moechtar,1990).
III.5 Uji Keseragaman Bobot
Timbangan digital sebagai alat ukur untuk satuan berat. Neraca
analitik digital merupakan salah satu neraca yang memiliki tingkat ketelitian
tinggi, neraca ini mampu menimbang zat atau benda sampai batas 0,0001 g
(Robbins, 2011).
Neraca atau timbangan baik yang digital ataupun manual harus
diletakkan pada bidang datar, dimana tiap sudut harus benar-benar setimbang.
Kesetimbangan ini mutlak perlu untuk mendapatkan hasil penimbangan yang
akurat, jadi kesetimbangan ini untuk menempatkan titik berat berada pada
poros timbangan bukannya pada salah satu sisi. Kesetimbangan dapat dilihat
pada indikator kesetimbangan yang terdapat pada setiap timbangan. Neraca
digital ditunjukkan dengan water pass yang berupa bulatan besar yang
didalamnya terdapat bulatan kecil (Hamdani, 2012).
III.6 Uji Keseragaman Ukuran Tablet
Keseragaman ukuran, kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet (Depkes RI, 1979).
Jangkasorong adalah instrumen presisi yang dapat digunakan untuk
mengukur dimensi benda bagian dalam dan luar. Ditinjau dari cara
pembacaannya, jangka sorong dapat dibagi dua yaitu jangka sorong manual
dan digital. Penggunaan jangka sorong manual lebih sulit bila dibandingkan
dengan yang digital, karena hasil pengukuran diinterpretasi dari skala oleh
pengguna, sedangkan hasil pengukuran menggunakan yang digital dapat
dibaca langsung pada layar LCD. Versi manual memilki dua skala imperial
(skala dalam inci) dan metrik (skala dalam milimeter) (Koesdijanto, 2012).
Fungsi jangka sorong antara lain mengukur panjang suatu benda
dengan ketelitian sampai 0,1 mm, rahang tetap dan rahang geser atas bisa
digunakan untuk mengukur diameter benda yang cukup kecil seperti cincin,
pipa, dll, dan tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk mengukur
kedalaman seperti kedalaman tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi
yang kecil (Admin, 2013).
III.7 Uji Kekerasan Tablet
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet
yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan
memberi tekanan terhadap diameter tablet. Alat yang biasa digunakan adalah
Hardness Tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan
dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan
pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan
(Parrott, 1971).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan
kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat
penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang
keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi
yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang
baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Kekerasan tablet
kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak
melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan
memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat
pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih
dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi
dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007).
III.8 Uji Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di
bawah kondisi yang ditetapkan. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa
partikel-partikel itu akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan
yang seharusnya (Lachman, dkk., 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah
sifat kimia dan fisis dari granulat, kekerasan dan porositasnya. Kebanyakan
bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan
memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan
mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat dari pada tablet yang keras
dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi dkk, 1987).
III.9 Uji Friabilitas
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator.
Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama
diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran
kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu
yang digunakan adalah 4 menit. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak
lebih dari 1% (Andayana, 2009).
Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi
yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase
kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang
tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat
pada tablet (Sulaiman, 2007).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika
dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka
tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan (Andayana, 2009).
3.10 Monografi Zat
3.10.1 TEOFILIN
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam air panas