LAPORAN PRAKTIKUM
PENCELUPAN DAN PEWARNAAN TEKSTILPENCELUPAN KAPAS
DENGAN ZAT REAKTIF PANAS
Disusun oleh :
1. Ali Mahmut (13050026)
2. Desi Putri Fajriyah (13050027)
3. Ernis Zulfaidah (13050028)
Dosen : M. Ichwan, AT, MS,Eng
Asisten dosen : -Ika NataliaM.,S.ST.
-Anna S.
DIII TEKNOLOGI PRODUKSI TEKSTIL
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG2014PENCELUPAN KAPAS
DENGAN ZAT REAKTIF PANAS
I. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud :
Mencelup kain kapas dengan menggunakan zat warna reaktif panas
dengan metode perendaman (exhaust).
Tujuan :
a. Untuk memperoleh hasil yang maximal pada pencelupan dengan
zat warna yang terbaik pada reaktif panas pada bahan kapas
(selulosa), dengan mempergunakan resep : Zat warna reaktif panas
(Evercion navy blue) Zat pembasah Na2CO3 Na2SO4 Sabun Fixing agent
CH3COOHb. Untuk mengetahui cara pencelupan dengan menggunakan zat
warna reaktif panas.
c. Untuk mengetahui kerataan warna dan ketuaan warna dengan
menggunakan zat warna reaktif panas pada pencelupan bahan
kapas.
II. TEORI PENDEKATAN
A. Serat kapas
Serat kapas merupakan serat alam dengan komposisi sebagai
berikut:
1. Selulosa
Selulosa merupakan polimer linier yang tersusun dari kondensasi
molekul-molekul glukosa.
Derajat polimerisasinya sekitar 10.000 dengan berat molekul
1.580.000. Selulosa mengandung gugus hidroksil yaitu 1 gugus promer
dan 2 gugus sekunder. Selulosa terdapat pada dinding primer dan
dinding sekunder., gugus OH primer pada selulosa merupakan gugus
fungsi yang berperan untuk mengadakan ikatan dengan zat warna direk
berupa ikatan hidrogen.2. Pektin
Pektin adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi dan
mempunyai struktur molekul seperti selulosa. Terutama terdiri dari
susunan linier asam d-galakturonat dalam garam-garam kalsium dan
besi yang tidak larut. Selulosa pecah menjadi glukosa, tetapi
pektin terurai menjadi galaktosa, pentosa, asam poligalakturonat,
dan metil alkohol.
3. Zat-zat yang mengandung protein
Diperkirakan bahwa zat-zat ini merupakan sisa-sisa protoplasma
yang tertinggal di dalam lumen setelah selnya mati ketika buah
membuka.4. Lilin
Lilin merupakan lapisan pelindung yang tahan air pada
serat-serat kapas mentah. Lilin seluruhnya melelh pada dinding
primer.
5. Abu
Abu timbul kemungkinan karena adanya bagian-bagian daun, kulit
buah, dan kotoran-kotoran yang menempel pada serat. Abu tersebut
mengandung magnesium, kalsium, atau kalium karbonat, fosfat, atau
klorida, dan garam-garam karbonat yang merupakan bagian
terbesar.
Serat kapas mempunyai karakter-karakter sebagai berikut :
1. Dalam hal morfologi serat
a. Penampang membujur
Bentuk membujur serat kapas adalah pipih seperti pita terpilin.
Terdiri dari
bagian-bagian :
Dasar
Berbentuk kerucut yang selama masa pertumbuhan serat , tertanam
di antara sel-sel epidermis.
Badan
Merupakan bagian utama serat kapas yang mempunyai diameter sama,
berdinding tebal, dan mempunyai lumen.
Ujung
Ujung serat merupakan bagian yang lurus dan mengecil, dengan
sedikit konvolusi dan juga memiliki lumen.b. Penampang
melintang
KutikulaKutikula merupakan lapisan terluar yang mengandung
lilin, pektin, dan protein, yang tahan air, dan melindungi bagian
dalam serat.
Dinding primerMerupakan dinding sela yang asli yang mengandung
selulosa, pektin, protein, dan zat yang mengandung lilin. Selulosa
ini berbentuk benang-benang yang sangat halus ataau fibril yang
susunannya membentuk spiral dengan sudut 65-70o mengelilingi sumbu
serat.Lapisan antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan strukturnya
sedikit berbeda dengan dinding primer maupun sekunder.
Dinding sekunder
Merupakan lapisan-lapisan selulosa yaitu fibril-fibril yang
membentuk spiral dengan sudut 20-30o mengelilingi sumbu serat.
Lumen
Merupakan ruang kosong di dalam serat yang bentuk dan ukurannya
berbeda untuk tiap serat. Lumen berisi zat-zat pada sisa
protoplasma yang sudah kering dengan komposisi terbesarnya adalah
nitrogen2. Dalam hal dimensi serat
a. Panjang
Perbandingan panjang dan diameter serat kapas pada umumnya
bervariasi dari 1000:1 sampai 5000:1
b. Diameter
Diameter asli serat kapas yang masih hidup relatif konstan.
Tetapi tebal dinding sel sangat bervariasi dan hal ini menimbulkan
variasi yang besar dalam hal ukuran dan bentuk karakteristik irisan
melintang.
3. Dalam hal kedewasaan serat
Kedewasaan serat dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding sel.
Semakin dewasa serat, dinding selnya semakin tebal. Serat dianggap
dewasa bila tebal dinding lebih besar dari pada lumennya.
4. Sifat fisika
a. Warna
Warna serat kapas tidak betul-betul putih. Biasanya sedikit
berwarna krem. Pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran dapat
menyebabkan warna keabu-abuan. Sedangkan jamur dapt mengakibatkan
warna puih kebiru-biruan yang tidak hilang dalam pemutihan.
b. Kekuatan
Kekuatan serat per bundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon per
inci persegi. Dalam keadaan basah, kekuatannya akan bertambah.c.
Mulur
Mulurnya sekitar 4-13% dengan rata-rata 7%.d. Keliatan (
toughness )
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda
untuk menerima kerja.
e. Kekakuan ( stiffness )
Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau
perbandingan kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.
f. Moiture Regain
MR serat kapas pada kondisi standar adalah 7-8,5%.
g. Berat jenis
Berat jenis serat kapas berkisar 1,50-1,56.
h. Indeks bias
Indeks bias serat kapas yang sejajar sumbu serat 1,58. Sedangkan
yang tegak lurus adalah 1,53.
5. Sifat kimia
Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan sifat-sifat kimia
selulosa, yaitu :
a. Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian
normal.
b. Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
c. Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam
encer.
d. Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat
yang menyebabkan penggelembungan serat.
e. Larut dalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilen
diamin.
f. Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan
hangat.
B. ZAT WARNA
Zat warna reaktif panas merupakan zat warna yang larut dalam air
dan berikatan dengan selulosa melalui ikatan kovalen sehingga tahan
luntur warna hasil celupnya baik, contoh strukturnya adalah jenis
mono kloro triazin (MCT) sebagai berikut :Gambar 1.struktur zat
warna reaktif panas (MCT)Zat warna reaktif panas antara lain
procion H, Drimarene X, sumifik, remazol , sumifik supra dan
Drimarene Cl. Zat warna procion H dan Drimarene x yang
masing-masing mempunyai sistem reaktif triazin dan primidin
termasuk zat warna reaktif yang bereaksi dengan serat melalui
mekanisme substitusi nukleofilik (SN)2 sebagai berikut :Gambar
2.mekanisme reaksi substitusi nukleofilik (SN2)
Kelemahan zat warna reaktif selain mudah rusak terhidrolisis
juga hasil celupnya kurang tahan terhadap pengerjaan asam, sebagai
contoh bila hasil celup dilakukan proses penyempurnaan resin finish
dalam suasana asam maka ketuaan warna hasil celupnya akan sedikit
turun.
Zat warna reaktif yang kelompok kedua yaitu sumifik dan remazol
merupakan jenis zat warna reaktif yang bereaksi dengan serat
melalui mekanisme adisi nukleofilik
Gambar 3.reaksi fiksasi dan hidrolisis zat warna reaktif jenis
vinil sulfon
Faktor-faktor yang mempengaruhi pada proses pencelupan dengan
zat warna reaktif panas adalah sebagau berikut :
Alkali
Untuk dapat bereaksi, zat warna memerlukan penambahan alkali
yang berguna untuk mengatur suasana yang cocok untuk bereaksi,
mendorong pembentukan ion selulosa, serta untuk menetralkan
asam-asam hasil reaksi. Dan diperlukan untuk fiksasi membentuk
ikatan Kovalen Suhu
Suhu dalam pencelupan memberikan pengaruh sebagai berikut
Mempercepat pencelupan
Mempercepat migrasi, yakni perataan zat warna dari bagian-bagian
yang tercelup tua ke bagian-bagian yang tercelup muda sehingga
terjadi kesetimbangan.
Mendorong terjadinya reaksi antara serat dengan zat warna pada
pencelupan dengan menggunakan zat warna reaktif panas, akan tetapi
kenaikan suhu pada proses pencelupan mempengaruhi reaksi
hidrolisa.
Bentuk dan ukiran molekul zat warna
molekul zat warna yang datar memberikan daya tembus pada serat
tetapi setiap penambahan gugus kimianya yang merusak sifat datar
tersebut akan mengakibatkan daya tembus zat warna berkurang.
Besar kecilnya atau penambahan sesuatu zat warna akan
mempengaruhi kecepatan celupnya. Molekul zat warna yang memanjang
mempunyai daya untuk melewati pori-pori dalam serat lebih baikdari
pada molekul-molekul yang melebar.
Molekul zat warna yang besar akan mempunyai ketahanan cuci yang
lebih baik.
pH
pH dalam pencelupan dengan zat warna reaktif panas sangat
berpengaruh karena zat warna reaktif panas memerk\lukan suasana pH
yang cocok untuk bereaksi. Dan apabila dilakukan pada pH alkali
maka zat warna reaktif panas akan cepat terhidrolisa. Perbandingan
larutan (liquar ratio/vlot)
Perbandingan larutan adalah perbandingan besarnya larutan
terhadap berat bahan tekstil yang diproses. Kenaikan konsentrasi
zat warna dalam larutan akan menambah besarnya penyerapan. Untuk
pencelupan dengan hasil warna yang tua diusahakan untuk memakai
perbandingan larutan celup yang kecil sehingga zar warna yang
terbuang atau yang tidak terfiksasi sedikit.
Elektrolit
Penambahan elektrolit kedalam larutan celup digunakan untuk
memperbesar jumlah zat warna yang terserap oleh serat selulosa,
meskipun setiap zat warna memiliki kepekaan yang berbeda-beda.
Elektrolit yang ditambahkan berfungsi untuk menghilangkan muatan
negatif yang terdapat pada permukaan zat warna dan bahanIII.
Percobaan
1. Alat dan Bahan
Alat :
Gelas kimia
Gelas ukur
Gelas porselen
Termometer
Pengaduk
Pipet ukur
Neraca
Bunsen burner
Kasa
Bahan :
Zat warna reaktif panas (zat warna evercion navy blue) Zat
pembasah
Na2CO3 Nacl CH3COOH Fixing agent Sabun2. Fungsi zat
ZatFungsi
Zat warna reaktif panas (evercion navy blue)memberikan warna
pada bahan yang akan dicelup.
NaClmenambah penyerapan zat warna paba kain kapas dengan cara
muatan yang berada dalam garam glauber bereaksi dengan muatan yang
berada pada kain dari bahan selulosa.
Zat pembasahMenurunkan tegangan antar muka sehingga zat warna
yang larut dapat secara merata dan mempercepat proses pelarutan.
Dalam pencucian berfungsi untuk menghilangkan zat warna yang tidak
terfiksasi oleh serat.
Na2CO3memperbesar kelarutan zat warna dalam larutan celup dan
zat anti kesadahan dalam air celupan, serta menetralkan asam-asam
hasil dari reaksi yang terdapat pada larutan celup. Memfiksasi zat
warna dan membentuk ikatan Kovalen.
Sabun Menghilangkan zat warna reaktif yang terhidrolisis yang
ada dalam kain hasil celupan.
3. Diagram alir
4. Skema proses
Metode standar (resep 1)
Na2CO3 zat warna Nacl
pembasah
400C
300
10
40
60 80 90
Metode pemasukan garam dan alkali secara bertahap (resep 2)
Na2CO3
70-900C zat warna Nacl
pembasah
400C
300C
10
40
60 80 90
Metode all in (resep 3)
70-90oC
Na2CO3 zat warna, Nacl
pembasah
400C
300C
10
40
60 80 905. Resep
pencelupan
Resep 123
Zat warna reaktif panas (% owf)1 %1%1%
Pembasah (ml/L)1 ml/l1 ml/l1 ml/l
Na2CO3 (g/L)5 g/l5 g/l5 g/l
NaCl (g/L)30 g/l30 g/l30 g/l
Vlot1:301:301:30
Resep pencucian
Sabun1 ml/l
Na2CO30,5 g/L
Vlot1 : 20
Suhu 800 C
Waktu10 menit
Resep iring
Fixing agent2 ml/l
CH3COOH 30%0,5 ml/L
Vlot1 : 20
Suhu 700 C
Waktu10 menit
PERHITUNGAN RESEP
Pencelupan
Resep 1Resep 2Resep 3
Berat bahan2,08 gr2,17 gr3,45gr
Zw Reaktif ml/l=0,034ml/l
Vlot2,08 x 30 = 62,4ml2,17 x 30=65,1 ml3,45 x 30= 103,5ml
Pembasah
Na2CO3
NaCl
Kebutuhan air62,4 2,2664= 60,1336 liter65,1 - 3,4286= 61,6714
liter103,5 3,346 =100,154 liter
Pencucian dengan sabunResep 1Resep 2Resep 3
Sabun
Vlot1,04 x 20 = 20,82,17 x 20 = 43,420x1,725=34,5
Na2CO3
Suhu80oC80oC80oC
Kebutuhan
Larutan20,8-0,03=20,77ml43,4-0,2604=43,1396ml34,5-0,05175=34,44
ml
Iring
Resep 1Resep 2Resep 3
Vlot1,04 x 20= 20,81,085 x 20 = 21,720 x 1,725=34,5
CH3COOH
Fixing
Kebutuhan Larutan20,8 0,05 =20,75ml21,7 0,05425= 21,64575ml34,5
0,08625=34,41 ml
Data Hasil dan Evalusi
a. Sampel Hasil Praktek
RESEPMELALUI PROSES IRING + CUCI SABUN MELALUI PROSES CUCI SABUN
SAJA
1
2
3
b. Evaluasi
Metoda Ringking( Ketuaan warna)PengamatResep 1Resep 2Resep 3
IringNon IringIringNon IringIringNon Iring
A877766
B786776
C777667
Total222120212019
Keterangan :
5 = muda sekali
6 = muda
7 = agak tua
8 = tua
Metoda Ringking( Kerataan warna)PengamatResep 1Resep 2Resep
3
IringNon IringIringNon IringIringNon Iring
A556666
B566766
C657667
Total161619191819
Keterangan :
5 = kurang rata
6 = agak rata
7 = rata
IV. DISKUSIPada praktikum ini digunakan tiga resep dengan tiga
macam variasi yang berbeda. Terdapat tiga variabel yang harus
diamati pengaruhnya terhadap hasil pencelupan, ketiga variabel
tersebut adalah :
konsentrasi pembasah
konsentrasi Na2CO3 konsentrasi NaCl
suhu proses
Selain itu juga dilakukan proses iring setelah pencelupan zat
warna selesai. Tujuan dari dilakukannya proses iring adalah untuk
memperbaiki ketahanan terhadap pencucian hasil pencelupan zat warna
direk yang pada prinsipnya adalah memperbesar molekul zat warna
dalam serat sehingga zat warna akan lebih sukar bermigrasi. Dalam
praktikum ini dilakukan pengerjaan iring dengan zat-zat kation
aktif.
Pada proses pencelupan benang kapas ke dalam zat warna direk
terjadi peristiwa melarutkan zat warna dalam air kemudian
memasukkan bahan tekstil (benag kapas) ke dalam larutan zat warna
sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat
warna kedalam serat merupakan reaksi eksotermik dan reaksi
kseimbangan. Pada praktikum ini terdapat lima variasi pada
konsentrasi resep yang digunakan dan suhu pencelupan sehingga hasil
yang diperoleh bisa dibandingkan satu sama lain.
Proses pencelupan benang kapas dalam zat warna direk berlangsung
pada suhu 900 C selama 90 menit dengan pembagian waktu sebagai
berikut :
10 menit pertama benang direndam dalam larutan zat warna direk
pada suhu kamar 300 C.
30 menit berikutnya larutan zat warna dan benang kapas
dipanaskan diatas pembakar Bunsen agar suhu mengalami kenaikan
menuju suhu 900 C, pada fase ini juga ditambahkan garam (NaCl)
secara bertahap untuk membantu penyerapan zat warna agar optimal.
Kenaikan suhu ini bertujuan untuk mempercepan penyerapan zat warna
pada benang. 40 menit berikutnya larutan zat warna dan benang kapas
dipanaskan pada suhu stabil 900 C dan penambahan Na2CO3 akan
menyebabkan warna benang menjadi lebih muda. 10 menit terakhir
larutan zat warna dan benang kapas mengalami penurunan suhu.
Pada proses pencelupan ini juga digunakan zat pembantu yaitu
pembasah, garam dan alkali agar hasil pencelupan yang dikehendaki
dapat tercapai. Pada teorinya pembasah berfungsi untuk mempercepat
proses pembasahan benang oleh larutan celup dan menurunkan tegangan
permukaan. Sedangkan penambahan Na2CO3 akan menyebabkan warna
benang menjadi lebih muda, tetapi hal ini juga bisa menyebabkan
warna benang menjadi lebih tua karena selulosa berada dalam suasana
alkali sehingga serat lebih mengembang, zat warna mudah larut
sehingga mudah masuk dalam serat dan dihasilkan warna yang lebih
tua. Dan penambahan garam NaCl berfungsi untuk mendorong penyerapan
zat warna lebih optimal.
Pada skema proses pencelupan terjadi kenaikan suhu dari 300 C
menjadi 900 C hal ini bertujuan agar kecepatan penyerapan zat warna
lebih cepat sehingga fiksasi yang terjadi lebih kecil karena reaksi
berlangsung eksoterm.
II. KESIMPULAN
1. Variasi resep yang digunakan menyebabkan hasil celup yang
berbeda kerataan dan ketuaan warnanya.
2. Semakin banyak pembasah yang dipakai maka proses pembasahan
benang oleh larutan celup akan semakin cepat dan hasil celupnya pun
lebih rata.
3. Penambahan Na2CO3 pada larutan zat warna menyebabkan warna
menjadi lebih muda, tetapi hal ini tidak selalu terjadi, benang
akan tampak lebih tua karena selulosa dalam suasana alkali
menyebabkan serat mengembang sehingga zat warna mudah larut dan
masukkedalam serat akibatnya warna menjadi lebih tua.
4. Semakin banyak NaCl yang digunakan akan mendorong penyerapan
zat warna dan menetralisir zat warna tersebut, mengurangi kelarutan
zat warna sehingga zat warna terdorong kedalam serat .
5. Kenaikan suhu akan menambah kecepatan penyerapan zat warna
sehingga fiksasi yang terjadi lebih sedikit karena reaksi
berlangsung secara eksoterm.
6. Hasil pencelupan yang kurang rata terjadi karena kesalahan
pada proses pencelupan dan kurang optimalnya resep dan suhu yang
digunakan.
7. Hasil pencelupan dengan proses iring lebih baik ketahanan
warnanya terhadap pencucian karena dengan proses iring molekul zat
warna dalam serat akan menjadi lebih besar sehingga zat warna akan
lebih sukar bermigrasi.
8. Hasil celup yang paling baik adalah resep 3 dan resep 4.
9. Faktor yang berpengaruh pada proses pencelupan adalah
konsentrasi zat yang digunakan, suhu celup dan waktu celup.
V. DAFTAR PUSTAKA
Karyana, Dede, S.Teks,M.Si dan Ir. Elly K. Bk. Teks. 2005. Bahan
Ajar Praktikum Pencelupan I. Bandung: STTT Bandung
Djufri, Rasjid. M.Sc.dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan,
Pencelupan, dan Pencapan. Bandung: Institut Teknologi
BandungPencucian sabun
-bilas dan iring
pencelupan
Persiapan larutan zat warna dan bahan
dying
Evaluasi
-ketuaan dan kerataan