Top Banner

of 32

Lap. GAKY Editan

Jul 12, 2015

Download

Documents

Tyo Prasetyo II
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekurangan yodium sesungguhnya telah mendunia, bukan hanya masalah ganguan gizi di Indonesia. Berdasarkan taksiran WHO dan UNICEF, sekitar satu juta penduduk di negara yang tengah berkembang berisiko mengalami kekurangan yodium, semata karena kesalahan mereka memilih tempat bermukim di tanah yang tidak cukup mengandung yodium. Dalam skala global, gangguan akibat kurang yodium (GAKY) telah menjadi masalah di lebih kurang 118 negara, yang mencederai 1572 juta orang. Sekitar 12% penduduk dunia (atau sekitar 655 juta orang) menderita gondok, 11,2 juta mengalami kretin dan 43 juta menderita gangguan mental dengan berbagai tingkatan. Sekitar 30 juta orang Indonesia tengah membina rumah tangga di wilayah seperti ini (1991), yang lazumnya terhampar di kawasan pegunungan dan perbukitan. Gangguan akibat kekurangan yodium di negeri ini telah menyengsarakan lebih dari 14 juta penduduk; sekitar 750 orang menderita kretin, 10 juta mengalami gondok, dan 3,5 juta orang terjangkit gangguan bentuk lain. Survey pemetaan GAKY di Indonesia (1998) menunjukkan peningkatan masalah jumlah penderita gondok endemis ini yang meningkat sampai 20 juta, sementara penderita kretin membengkak hingga tercatat sebanyak 290.000 orang. Defisiensi yodium di suatu wilayah mempengaruhi baik manusia maupun cadangan bahan pangan. Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid, yang secara perlahan menyebabkan kelenjar ini membesar sehingga menyebabkan gondok. Istilah ini digunakan untuk setiap pembesaran kelenjar tiroid. Defisiensi yodium akan menguras cadangan yodium serta mengurangi produksi T4. Penurunan kadar T4 dalam darah memicu sekresi TSH yang selanjutnya menyebabkan kelenjar tiroid bekerja lebih giat sehingga fisiknya kemudian membesar (hiperplasi). Pada saat ini efisiensi pemompaan yodium bertambah yang dibarengi dengan percepatan pemecahan yodium dalam kelenjar.

1

Rendahnya kadar hormon tiroid dalam aliran darah juga menyebabkan penghambatan pertumbuhan serta perkembangan manusia. Pengaruh ini nyata sekali terlihat pada perkembangan otak selama pertumbuhan berlangsung dengan cepat, yaitu semasa janin, bayi atau anak kecil (batita). Kretin merupakan dampak terberat pada anak yang akan timbul manakala asupan yodium kurang dari 25 g/hari (asupan normal 80-150g/hari), yang memburamkan masa depan lebih dari 10% penduduk Indonesia, India dan Cina. Besaran pengaruh GAKY belum terjelaskan seluruhnya. Sebagian besar ahli lebih senang menganalogikan keadaan ini sebagai fenomena gunung es dengan kretin sebagai puncaknya. Kretin hanya menempati bagian seluas 110%, gangguan otak 5-30%, sementara hipotiroidisme 30-50%. Ketiga gangguan ini merupakan satu kesatuan yang disebut ganguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Mereka yang bermukim di wilayah yang sedikit sekali (bahkan tidak ada sama sekali) mengandung yodium beresiko mengalami defisiensi. Kehilangan yodium di wilayah itu, kebanyakan berlangsung di daerah pegunungan, mungkin diakibatkan oleh terbawa hanyutnya yodium besama air hujan. Pemukiman disekitar pegunungan Himalaya merupakan contoh yang paling nyata. Namun, daerah yang tebentang di dataran rendahpun bukan tidak mungkin mengalami kekurangan. Air bah yang kerap terjadi, menghanyutkan yodium yang tersimpan dalam tanah. Lembah sungai Gangga di wilayah India, Pakistan, dan Bangladesh merupakan bukti hidup. Yodium yang terkandung pada tanaman yang tumbuh di daerah itu pun terbukti sangat sedikit. Menurut laporan WHA (World Health Assembly, 1994), sekitar 1800 juta orang didunia beresiko mengalami defisiensi karena keliru bermukim dikawasan yang miskin yodium. Dari jumlah tersebut, sektar 656 juta orang telah menampakkan tanda-tanda kekurangan yodium ; 43 juta menderita rusak mental dan 11,2 juta orang tampak jelas sebagai kretin. Di Asia Tenggara kirakira 600 juta orang membangun keluarga di wilayah yang miskin yodium dan mengakibatkan lebih kuang 170 juta orang menderita gondok (WHO regional Office for South-East Asia, 2000).

2

Kantong penderita defisiensi yodium sebagian besar terdapat di Asia. Di Amerika Latin (seperti Argentina, Columbia, Guatemala, dan Brasil) upaya penangulangan secara besar-bearan dan berhasil. Namun, angka kekambuhannya ternyata cukup tinggi. Tingginya angka ini berkaitan langsung dengan pergolakan politik dan sosial. B. Tujuan 1. 2. 3. 4. Mengetahui pengertian GAKY Mengetahui adanya Balai Penelitian GAKY di Indonesia Mengetahui faktor-faktor penyebab GAKY Mengetahui cara penanggulangan GAKY

C. Manfaat 1. Bagi Kesehatan Masyarakat Manfaat praktikum GAKY di Balai Penelitian GAKY bagi Kesehatan Masyarakat adalah peningkatan pengetahuan tentang gizi masyarakat terutama di bidang Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). 2. Bagi Mahasiswa Manfaat praktikum GAKY di Balai Penelitian GAKY bagi mahasiswa adalah peningkatan pengetahuan dan aplikasi tentang gizi masyarakat terutama di bidang GAKY. 3. Bagi Masyarakat Manfaat praktikum GAKY di Balai Penelitian GAKY bagi masyarakat adalah peningkatan pengetahuan mengenai GAKY sehingga masyarakat mampu menerapkan perilaku pencegahan dan pengendalian GAKY.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3

A.

Pengertian GAKY Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terusmenerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (manusia dan hewan) (DepKes RI, 1996). Makin banyak tingkat kekurangan iodium yang dialami makin banyak komplikasi atau kelainan yang ditimbilkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme (Chan et al, 1988). Kodyat (1996) mengatakan bahwa pada umumnya masalah ini lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dimana makanan yang dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar iodium rendah. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas manusia. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi iodium adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu hamil; anak balita dan anak usia sekolah (Jalal, 1998).

B. lain :

Faktor-Faktor Penyebab Faktor Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara 1. Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994). Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium pada anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar tiroid. Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi Heilongjian (Cina) dimana pemberian

4

iodium antara tahun 1978 dan 1986 dapat menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986). Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling (Djokomoeldjanto, 1994). 2. Faktor Geografis dan Non Geografis Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan. Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997). 3. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh. Giterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar

5

menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992). Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun dan umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka). 4. Faktor Zat Gizi Lain Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun. C. konsumsi Faktor Risiko Faktor-faktor yang berisiko menyebabkan GAKY, antara lain umbi-umbian yang mengandung zat goitrogenik, cara pengolahan ikan yang dapat menurunkan kadar yodium, serta penggunaan garam yang tidak beryodium atau kurang memenuhi syarat. D. Spektrum GAKY Menurut WHO Tabel spektrum GAKY dikuti dari Trace elements in human nutrition and health, WHO 1996.

Tahap Perkembangan

Bentuk Gangguan

6

Fetus

Abortus Stillbirth Kelainan congenital Kenaikan kematian perinatal Kenaikan IMR Kretin neurologi Kretin myxedematosa Defek psikomotor Hipertiroidi Gondok neonatal Juvenile hypothyroism Gondok Gangguan fungsi mental Gangguan perkembangan fisik Kretinisme myxedematosa dasn neurologi Gondok dan segala komplikasinya Hipotiroidi Gangguan fungsi mental

Neonatus Anak & remaja

Dewasa

E.

Pencegahan Makan makanan yang kaya akan kandungan yodium alami seperti ikan, makanan laut dan ganggang laut dan tanaman yang tumbuh di daerah dengan tanah yang mengandung yodium, garam beryodium dan suplemen yang mengandung yodium. Pemerintah Indonesia merekomendasikan agar semua wanita usia subur (WUS) di daerah yang kekurangan iodium harus menerima suplemen iodium setiap 6 bulan dari puskesmas. Anak-anak dan wanita hamil harus datang ke puskesmas secara rutin untuk memantau pertumbuhan (dan perkembangan). Berbagai cara yang telah ditempuh untuk menyampaikan unsur iodium ini pada penduduk yang membutuhkannya, misalnya dalam bentuk pil, dimasukkan dalam coklat untuk anak sekolah, dalam air minum, dimasukkan dalam roti, dan dalam garam beryodium serta suntikan minyak yang mengandung iodium.

7

Di Indonesia digunakan garam beryodium dengan kadar yodium 50 ppm. Dengan demikian jumlah ini sudah mencukupi untuk pengobatan maupun pencegahan. Cara ini merupakan cara terpilih dan menjadi cara pencegahan jangka panjang bagi Indonesia. Meskipun secara teoritis cara ini sangat baik, tetapi dalam pelaksaannya ternyata banyak hambatan, antara lain harga yang agak lebih tinggi, penyebaran yang harus kontinu, letak geografis daerah yang sulit dijangkau, pengetahuan masyarakat tentang jenis garam yang mengandung iodium dan pengetahuan masyarakat tentang kadar iodium yang dibutuhkan dan kandungan iodium dalam garam dapur sehari-hari. Ada beberapa pendapat yang salah dan kenyataan yang berbeda. Pendapat yang salah, misalnya, garam beryodium dapat mengobati GAKY seperti kretin, namun kenyataan GAKY tidak dapat diobati kecuali hanya dicegah. Juga pendapat yang salah, bahwa mengkonsumsi yodium sangat berbahaya, kenyataannya mengkonsumsi yodium, melalui garam beryodium dalam jangka lama tidak berbahaya. Pemecahan masalah sebenarnya sangat sederhana, berikan satu sendok yodium pada setiap orang yang membutuhkan, dan terus menerus. Karena yodium tidak dapat disimpan oleh tubuh dalam waktu lama, dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sehingga harus berlangsung terus menerus. Pada daerah kekurangan yodium endemik akibat tanah dan hasil panen serta rumput untuk makanan ternak tidak cukup kandungan yodiumnya untuk dikonsumsi oleh penduduk setempat, maka suplementasi dan fortifikasi yodium yang diberikan terus menerus sangat tinggi angka keberhasilannya. Yang paling sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam beryodium dan suplementasi minyak beryodium. Pilihan pertama tentunya dengan garam beryodium karena biayanya sangat murah, dan teknologinya mudah. Untuk suplementasi minyak beryodium, keuntungannya praktis, sebaiknya hanya untuk intervensi pada populasi yang berisiko, walaupun mudah pemakaiannya, namun memerlukan teknologi yang lebih rumit.

8

Penyuluhan kesehatan secara berkala pada masyarakat perlu dilakukan. Demikian juga perlu diberikan penjelasan pada pembuat keputusan, dan tentunya juga diberikan tambahan pengetahuan kepada tenaga kesehatan. Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan pendekatan multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi, untuk menemukan cara yang terjamin dan mudah penerapannya. F. Pengendalian Program yang paling sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam beryodium dan suplementasi minyak beryodium. Pilihan pertama tentunya dengan garam beryodium karena biayanya sangat murah, dan teknologinya mudah. Untuk suplementasi minyak beryodium, keuntungannya praktis, sebaiknya hanya untuk intervensi pada populasi yang berisiko, walaupun mudah pemakaiannya, namun memerlukan teknologi yang lebih ruwet. Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan pendekatan multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi, untuk menemukan cara yang terjamin dan mudah penerapannya. GAKY yang terlihat di masyarakat atau populasi, hanya sebagai puncak gunung es. Di daerah endemik, terlihat dari bagian puncak gunung es tersebut adalah gondok, namun efek dari kekurangan yodium yang utama yaitu kerusakan otak merupakan komponen yang tersembunyi dan tidak terlihat dalam tragedi ini.

BAB III METODE PELAKSANAAN

9

A.

Waktu dan Tempat Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2009 di Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan, Balai Penelitian Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (BP GAKI), Jalan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

B.

Cara Pengambilan Data Metode pengambilan data dalam penelitian observasional ini adalah melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan responden dan bedasarkan hasil rekam medis.

C.

Analisis Data Data yang digunakan adalah data sekunder berupa hasil rekam medis dan wawancara mendalam (indepth interview). Kemudian data dianalisis dan direduksi dengan membandingkan dan menyesuaikannya dengan berbagai literatur.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

10

Berdasarkan wawancara mendalam dengan yang telah dilakukan diperoleh informasi tentang identitas responden yang diperoleh dari penuturan ibu responden yang bernama Istikomah, nama responden adalah Muhammad Abdul Fatah (Fatah), usia 3,5 tahun, lahir pada tanggal 28 Nopember 2006 di Desa Tempuran Kabupaten Magelang. Tinggi badan sekarang 83 cm dan berat badan 11 kg. Responden merupakan anak bungsu dari empat orang anggota keluarga. Dengan ayah yang bernama Budiyono (40 tahun) seorang buruh pabrik, ibu yang bernama Istikomah (34 tahun), seorang ibu rumah tangga, dan kakak perempuan yang bernama Nurul (12 tahun), siswi SMP. Pendidikan terakhir ayah SMA, sedangkan pendidikan terakhir ibu SMP. Penghasilan ayah tiap bulan kurang lebih Rp 800.000,00 dan pengeluaran total Rp 600.000,00 terdiri dari pengeluaran pangan Rp 400.000,00 dan pengeluaran non pangan sebesar Rp 200.000,00. a. Palpasi Hasil palpasi: 1. 2. b. Tes Urin Responden belum pernah melakukan tes urin. c. Tes Darah Responden belum pernah melakukan tes darah. d. Status Kesehatan Responden menderita keterlambatan perkembangan fisik berupa keterlambatan dalam berdiri dan berjalan. Responden masuk dalam derajat (grade) O Tanda fisik yang tampak yaitu tidaknya pembesaran kelenjar gondok (normal).

e. Riwayat Keluarga 1. Ada anggota keluarga lain yang mengalami gejala GAKY, yaitu sepupu perempuan dari keluarga ibu.

11

2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4.

Tidak ada anggota keluga yang mengalami kematian saat Tidak ada anggota keluraga yang mengalami cacat bawaan. Ada anggota keluarga yang pernah mengalami keguguran Tidak ada anggota keluarga yang mengalami

dilahirkan.

saat kehamilan, yaitu saudara perempuan ibu. keterbelakangan mental. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kretin. Ibu responden tidak tahu mengenai istilah GAKY. Ibu responden mengetahui tanda-tanda GAKY. Ibu responden mengetahui penyebab GAKY. Sebelum mengetahui Fatah terkena GAKY keluarga f. Pengetahuan tentang GAKY

responden tidak menggunakan garam yang beryodium. Kemudian, setelah Fatah mendapatkan pengobatan di BP GAKY keluarga responden mulai memakai garam beryodium. 5. Ibu responden mengetahui manfaat penggunaan garam beryodium. Namun ibu responden mengabaikan informasi yang didapatkannya karena menganggap hal tersebut tidak penting dan tidak akan berdampak pada dirinya sendiri dan keluarganya. 6. 7. Ibu responden tidak mengetahui ukuran penambahan Setelah Fatah mendapatkan pengobatan di BP GAKY ibu iodium dalam garam. responden baru mengetahui cara menyimpan garam dengan baik, yaitu menyimpan garam dalam keadaan tertutup. 8. 9. 10. B. Pembahasan Ibu responden tidak mengetahui arti dan makna dari zat Ibu responden tidak mengetahui bahan makanan apa saja Ibu responden tidak mengetahui penanganan yang tepat goitrogenik. yang mengandung zat goitrogenik. untuk mengatasi GAKY.

12

B.1. GAKY di Indonesia dan Penanggulangannya Kekurangan iodium biasa disebut dengan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) atau IDD (Iodine Deficiency Disorder), yaitu kumpulan gejala klinis sebagai dampak dari kekurangan iodium. Dulu hal ini banyak diderita pada penduduk di daerah dataran tinggi, namun kini juga ditemui di dataran rendah, pantai, kota besar, negara maju dan daerah yang semula dianggap bukan daerah endemik. Hasil pemetaan GAKY Nasional tahun 1998 adalah 9,8%, yaitu 42 juta tinggal di daerah endemik, 10 juta menderita gondok; 75.000 menderita kretin; 3,5 juta menderita GAKY lainnya. Tiap tahun lahir 9.000 anak kretin baru. Hasil survey nasional tahun 2003 di Jateng, dari 35 kabupaten, 15 endemik. Tahun 2004, 15 kabupaen eks endemik, 8 endemik. 1 endemik berat (44,82%) adalah Temanggung, 1 endemik sedang (24,93%) adalah Wonosobo, 6 endemik ringan dan 7 kabupaten non-endemik. Kabupaten Magelang adalah daerah yang mempunyai kasus gangguan akibat kekurangan yodium tertinggi di Indonesia. Sehingga didirikan Balai Penelitian GAKY (BP GAKY) di Magelang di bawah naungan pemerintah sebagai pusat penelitian, pencegahan dan pengendalian GAKY di Indonesia. Desa Sengi adalah desa di kabupaten Magelang yang mempunyai kasus GAKY tertinggi. Program penanggulangan GAKY berskala nasional yang selam ini ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Program jangka pendek Program yang dilakukan yaitu distribusi kapsul yodiol dengan sasaran kelompok rawan di daerah endemik sedang dan berat. 2. Program jangka panjang Program jangka panjang yang digunakan adalah: a.Yodisasi garam b. Promosi Penganeka ragaman pangan dan menu gizi seimbang c.Penurunan konsumsi pangan gaitrogenic

13

Kelemahan program berskala nasional: 1. 2. 3. 4. Program direncanakan berdasarkan survey yang menggunakan Data nasional tidak dapat digunakan untuk perencanaan di tingkat Pola pendekatan blanket approached/ tidak manusiawi indikator tunggal (TGR). Kabupaten/Kota. membiarkan saja penderita GAKY. Tidak efektif menurunkan prevalensi TGR pada tingkat endemik ringan. Program penanggulangan GAKY era otonomi adalah promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Program-program tersebut meliputi: 1. 2. 3. Iodisasi garam: garam mengandung 30 80 ppm Iodium. Suplementasi kapsul Iodium: 200 mg Iodium/Cps pada target KIE tentang dampak GAKY terhadap SDM, pentingnya garam

sasaran tertentu di daerah endemik berat dan sedang. beryodium, peran masyarakat dalam program penanggulangan GAKY (law inforcement and social enforcement). 4. Survailan GAKY, yaitu pemantauan berkala, deteksi dini dan intervensi menggunakan indikator garam beryodium, UIE kelompok rawan, gondok kelompok rawan, TSH neonatal (NHI). 5. Pencapaian delapan dari 10 indikator program penanggulangan GAKY lanjutan. 10 indikator program penanggulangan GAKY berkelanjutan: 1. Ada tim GAKY yang efektif tingkat kabupaten.a) b) c) d)

Beranggota lintas sector terkait dengan kesra-GAKY. Ada pembagian tugas yang jelas Ada jadwal pertemuan minimal 2 kali pertahun Ada notulen pertemuan dan hasil-hasil keputusan yang Laporan hasil kegiatan masing-masing anggota atau

meningkatkan kinerja program.e)

kelompok.

14

2.

Bukti komitmen politis terhadap USI dan program. Penanggulangan GAKY: a. Ada alokasi dana setiap tahun untuk kegiatan terkait dengan PP. GAKY b. Dipertanyakan dalam setiap pertemuan berkala membahas tentang program pembangunan. c. Ada kegiatan yang terencana setiap tahun. d. Ada 3. Ditunjuk laporan eksekutif pertanggungjawaban yang pelaksanaan terhadap pemberitahuan dari eksekkutif ke legislative setiap tahun bertanggungjawab program penanggulangan GAKY. a. Orang yang berwibawa. b. Konsentrasi dengan kesejahteraan masyarakat. c. Cukup dikenal masyarakat. d. Mau dan mampu menjadi koordinator kegiatan lintas sektoral. 4. Perda tentang garam beryodium. a. Mengatur tentang peredaran garam beryodium. b. Tersedia sana untuk pelaksanaan Perda. c. Dasar sanksi hokum pelanggaran Perda.5.

Pelaksanaan surveilans GAKY dengan data laboratorium

tentang garam dan UIE. Pemantauan berkala, deteksi dini danintervensi terhadap status GAKY masyarakat terutama menggunakan indicator garam dan UIE. 6.

Program penyuluhan masal, dan mobilisasi social tentang

bahaya GAKY dan perlunya mengkonsumsi garam beryodium. Terjadwal secara berkala sesuai dengan kebutuhan daerah endemic sedang dan berat minimum sekali setahun. Kerahkan segala kemampuan untuk memudahkan penyampaian pesan.7.

Data berkala tentang garam dari tingkat produsen,

perdagangan dan rumah tangga. Hasil pemantauan minimum satu

15

kali/6 bulan, disajikan mulai dari cakupan kepala desa, Kecamatan hingga Kabupaten.8.

Data berkala tentang UIE kelompok rawan dengan

sampling representative untuk daerah beresiko tinggi. Minimum 1 kali/2 tahun dari 300 bumil dalam Kecamatan TGR tertinggi.9.

Kerjasama dengan produsen garam beryodium untuk

menjaga kualitas. Incognito selalu berkunjung ke produsen untuk mengecek kualitas garam. Pendekatan mulai dari persuasive hingga sanksi bila melanggar Perda.10.

Ada database dari pemantauan berkala tentang garam

beryodium, UIE, jika TSH Neonatal yang selalu diumumkan pada masyarakat. Record tentang hasil surveilans dari waktu ke waktu minimal tahunan. Untuk menilai kemajuan program dengan membandingkan antar wilayah Kecamatan. Penghargaan bagi kecamatan yang berhasil mengiurangi angka penderita GAKY. KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) Yaitu tentang: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Dampak GAKY terhadap kualitas SDM. Pentingnya mengkonsumsi garam beryodium. Hak memperoleh kapsul bagi kelompok rawan di daerah endemik Perlunya tindakan dini bagi penderita GAKY. Peran masyarakat dalam program penanggualangan GAKY. Penganeka ragaman pangan. Strateginya KIE untuk penaggulangan GAKY berupa: 1. 2. Pembentukan team GAKY tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan Advokasi, penyuluhan dan mobilisasi sosial. Desa. peningkatan pengetahuan seluruh masyarakat (blanket approached) melalui advokasi, penyuluhan, kampanye dan pendidikan

sedang dan berat.

16

3. 4. 5. 6. 7.

Menggunakan media sebanyak mungkin. Memasuki ke semua jalur pemasaran sosial Penerapan sangsi bagi pelanggar PERDA. Pemenuhan persediaan garam beriodium dan kapsul dalam jumlah Pemantauan berkala pencapaian program.

yang cukup.

Suveilans GAKY Kegiatan pemantauan berkala secara berkesinambunagn terhadap beberapa indikator GAKY untuk dapat melakukan deteksi dini adanya masalah yang mungkin timbul agar dapat dilakukan tindakan/intervensi sehingga keadaan yang lebih buruk dapat dicegah. Kegunaan surveilans dalam penanggulangan GAKY yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Mengetahui luas dan beratnya masalah pada situasi terakhir. Mengetahui daerah yang harus mendapat prioritas. Memperkirakan kebutuhan sumberdaya yang diperlukan untuk Mengetahui target sasaran yang paling tepat. Mengevaluasi keberhasilan program.

intervensi.

Iodisasi garam Iodisasi garam merupakan program universal (dilakukan di semua negara di dunia yang mempunyai masalah GAKY. Cakupan dalam program ini yaitu: 1. 2. 3. Pengguaan garam beryodium untuk semua umur. Fortifikasi garam dengan KIO3. Semua garam konsumsi harus mengandung iodium minimal 30

ppm Kalium yodat (= 15 ppm iodium) SNI 01-3556.2-1994/Rev2000. Dikuatkan dengan PP Nomor 15 Tahun 1991, SK Menteri Perindustrian Nomor 29/M/SK/2/1995.

17

Strategi program ini adalah mandatory program, yaitu menjamin penyediaan garam beryodium untuk semua penduduk di semua lapisan masyarakat; kerjasama dengan produsen atau memproduksi garam beryodium. Langkah-langkah yang harus dijalankan dalam pelaksanaan program ini: 1. 2. 3. KIE: Advokasi, penyuluhan massal, mobilisasi sosial. Regulasi: Peraturan Daerah, penerapan sangsi hukum. Pemantauan berkala pada tingkat produsen, perdagangan dan konsumen. Kapsul minyak beriodium Yaitu program jangka pendek untuk mempercepat perbaikan status iodium masyarakat khususnya daerah endemik sedang dan berat pada kelompok rawan. Khususnya ketika coverage garam beryodium belum mencapai 0%. Diberikan sekali atau 2 kali setahun. Ketentuan pemberian kapsul minyak beryodium menurut umur dan jenis kelaminnya adalah sebagai berikut: Kelompok Umur Bayi < 1 tahun Anak balita 1-5 tahun Wanita 6-35 tahun Wanita hamil Wanita menyusui Pria 6-20 tahun Dosis Pemberian/tahun 100 mg 200 mg 1 400 mg 1 200 mg 1 200 mg 1 400 mg 2

Kapsul

Strategi program pemberian kapsul minyak beryoduim yaitu: Penyediaan kapsul. KIE, advokasi; Penyuluhan, Pelatihan Petugas Kesehatan. Libatkan komponen masyarakat dan potensial menjangkau kelompok sasaran. Pemantauan pencapaian target.

18

B.2. Balai Penelitian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (BP GAKY) BP GAKY merupakan pusat penelitian, pencegahan dan pengendalian GAKY di Indonesia yang berada di bawah naungan pemerintah yang terletak di Kabupaten Magelang. Balai ini didirikan sebagai salah satu upaya penanggulangan GAKY di Indonesia karena GAKY sudah seperti fenomena gunung es. Kabupaten Magelang adalah daerah yang mempunyai kasus gangguan akibat kekurangan yodium tertinggi di Indonesia. Sehingga didirikan Balai Penelitian GAKY (BP GAKY) di Magelang. Pengendalian yang dilakukan di BP GAKY berupa pemeriksaan laboratorium (urine dan darah), pemeriksaan palpasi, penyinaran dengan sinar laser, penyinaran dengan infra merah, pemberian fasilitas bermain dan belajar untuk batita, balita dan anak-anak untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan mereka. Penyinaran dengan sinar laser dilakukan pada batita, balita, dan anak-anak yang mengalami keterlambatan pertumbuhan, gangguan saraf dan pergerakan akibat kekurangan yodium. Penyinaran ini bersifat akupuntur yang berfungsi untuk merangsang saraf, sehingga dengan penyinaran dengan sinar laser secara terus-menerus dalam waktu berkala dapat meningkatkan pertumbuhan dan pergerakan serta mengurangi gangguan saraf pada anak. Penyinaran dengan sinar laser dilakukan 2 kali seminggu, maksimal 5 paket, dimana dalam satu paket terdapat 12 kali penyinaran.

Gambar 4.1. Batita yang sedang disinari laser

19

Gambar 4.2. Sinar infra merah

Gambar 4.3. Balita yang sedang disinari infra merah Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan urine dan analisanya yaitu: Sampling random 300 orang kelompok paling rawan (ibu hamil) untuk diambil yrine sesaat. Frekuensi 1x/1-2 tahun. Kirim ke laboratorium dengan prosedur baku kirim 10% untul pemeriksaan duplo di lab-terakreditasi/rujukan. Hasil diurutkan dari terendah hingga tertinggi. Tentukan nilai median.

20

Kriteria Epidemiologi untuk menilai status Iodium berdasarkan median konsentrasi Iodium dalam urin pada kelompok rawan: Median UIE 300 Sangat berlebihan tertentu. Berisiko trhadap kesehatan lebih luas IIH, autoimun, penyakit thyroid, dll Cara palpasi pada GAKY yaitu sebagai berikut: Cara A, dari depan Palpator bersiap duduk/berdiri setinggi rata-rata calon subyek dan Subyek berdiri tepat di depan palpator menghadap sumber cahaya. Jarak 1m pandang dengan teliti leher subyek, apabila terjadi Subyek diminta mendongak penuh dan menelan ludah(amati ada Lakukan palpasi menggunakan dua ibu jari kiri dan kanan trakea membelakangi sumber cahaya.

pembengkakan kelenjar thyroid. tidaknya pembesaran yang bergerak kiri-kanan trakea, kemudian tandai). dari bawah ke atas. Tandai jika ada pembesaran teraba (cocokkan dengan ibu jari kiri subyek). Cara B, dari belakang Palpasi dilakukan dengan ketiga jari tengah, kiri dan kanan trakea ditandai jika ada pembesaran kelenjar gondok lebih dari ibu jari tangan kiri subyek. Tabel Klasifikasi Gondok

21

Klasifikasi Tidak teraba dan tidak terlihat Kelenjar tiroi teraba lebih besar daripada ujung ibu jari kiri (teraba tapi tidak tampak pada leher posisi normal) Tampak membesar ketika leher mendongak penuh (tidak pda posisi normal) Tampak (membesar) pada leher dalam posisi normal Tampak dan membesar 3 2 1B Grade 1990 0 1A

Klasifikasi Grade yang disederhanakan 2001 tak teraba dan tak terlihat. teraba tapi tak nampak pada leher posisi normal, thyroid tidak noduler. nampak membesar,

2 ketika menelan nampak nyata, normal. leher dalam posisi

Kriteria Epidemiology untuk menilai tingkat endeminitas berdasarkan pervalensi gondok anak sekolah: Endemik Tidak Total Goiter 0,0 - 4,9% Rate (TGR) Di BP GAKY terdapat banyak pasien baik batita, balita, anak maupun dewasa yang berasal dari berbagai daerah. Salah satu pasien di BP GAKY adalah Muhammad Abdul Fatah (Fatah), usia 3,5 tahun yang berasal dari Desa Tempuran Kabupaten Magelang. Pada awal pemeriksaan, usia Fatah 2,5 tahun, dengan berat badan 10,1 kg, tinggi badannya 83 cm, lingkar dadanya 51 cm, lingkar kepalanya 48,5 cm, tinggi duduknya 42 cm. Ringan 5,0 19,9% Sedang 20,0 29,9% Berat > 30%

22

Gambar 4.4. Fatah, salah satu pasien BP GAKY (responden) Hasil pemeriksaan oleh petugas kesehatan di BP GAKY menunjukkan bahwa: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Berat badan terhadap umur baik Tinggi badan terhadap umur normal Berat badan terhadap tinggi badannya normal Tidak terdapat kecacatan fisik Terdapat hambatan motorik berupa belum mampu untuk berdiridan merangkak. Tidak terdapat hambatan fungsional kognitif. Menurut rekam medis yang ada di BP GAKY yaitu: 1. Riwayat ibu responden saat usia subur (sebelum hamil) Berat badan sebelum hamil 52 kg Tidak pernah sakit parah Tidak mengalami gondok/hipertiroid Menderita anemia berupa capai/lemas, dan kepala pusing. Tidak ada keluhan gejala sakit sebelum hamil. Anak yang lain dari ibu responden tidak ada yang menderita gondok. Keluarga ibu responden tidak ada yang menderita gondok.

23

2.

Kontrasepsi yang digunakan ibu adalah pil selama 3 tahun. Merencanakan ingin mempunyai bayi segera. Tidak ada peristiwa yang mengganggu psikologis ibu (membuat ibu tidak tenang) sebelum ibu hamil.

Riwayat kehamilan Berat badan ibu ketika hamil trimester tiga (sebelum melahirkan) adalah 64 kg. Ibu tidak pernah dinyatakan menderita infeksi berat selama hamil. Ibu bukan penderita gondok/hipertiroid/ Ibu mengalami anemia berupa capai/lemas. Keluhan rasa sakit yang dirasakan selama kehamilan adalah kaki bengkak pada timester tiga. Obat-obatan yang dikonsumsi saat hamil adalah obat penambah darah dari dokter. Tidak ada jamu-jamuan yang sering diminun selama hamil. Kehamilan responden adalah kehamilan yang dikehendaki. Tidak ada hal-hal yang mengganggu psikologis (kurang menyenangkan) selama hamil. Tidak mengalami kecelakaan. Saat kehamilan, ibu memeriksakan kehamilan selama 6 kali di Puskesmas.

3.

Riwayat responden Pemeriksaan responden menggunakan sinar laser dan infra merah. Hasilnya adalah sebagai berikut: Paket pemeriksaan Paket I Paket II Paket III Kemampuan responden Belum bisa berdiri. Baru mulai merangkak. Belum bisa berdiri sendiri. Belum bisa berdiri sendiri. Bisa pegangan Paket pemeriksaan Kemampuan responden

24

Paket IV

Belum bisa berdiri. Bisa pegangan.

Paket V

Bisa berjalan merambat. Belum bisa berdiri. Bisa berjalan merambat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu responden dan rekam medis yang didapat, dapat disimpulkan bahwa responden mengalami gangguan akibat kekurangan yodium berupa gangguan saraf motorik. Pada anak yang normal, usia 2,5 tahun, anak sudah bisa berjalan dan merangkak. Namun pada usia 2,5 tahun responden belum bisa berdiri. Gangguan motorik tersebut sudah disampaikan oleh petugas medis saat ibu responden melahirkan responden. Penyebab gangguan motorik pada responden adalah karena kurangnya konsumsi yodium sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan. Hal tersebut sesuai dengan landasan teori bahwa fungsi yodium adalah mengatur fungsi syaraf dan jaringan otot, memperkuat otot-otot rangka, mengatur peredaran darah dan mencapai pertumbuhan yang normal dan pematangan tulang. Sehingga gangguan akibat kekurangan yodium tidak hanya gondok atau kretin saja, namun adanya gangguan saraf motorik seperti yang terjadi pada responden juga merupakan dampak dari kekurangan yodium. Kekurangan yodium pada responden dipengaruhi oleh faktor geografis. Tempat tinggal keluarga responden terletak di daerah pegunungan. Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan. Daerah pegunungan merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).

25

Faktor lain yang ikut berperan dalam GAKY pada responden adalah dikonsumsinya bahan-bahan goiterogenik pada keluarga responden hampir setiap harinya, seperti ubi jalar, ubi kayu, kubis/kol, sawi, lobak, buncis, rebung, kacang tanah, sorgum, jagung dan daun singkong. Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992). Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh. Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun dan umbi singkong, gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung); kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro); kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka). Penaggulangan gangguan yang dialami oleh responden adalah penyinaran dengan sinar laser dan infra merah. Penyinaran tersebut terbukti bisa merangsang saraf sehingga terdapat perkembangan saraf motorik pada responden. Hali ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan responden di BP GAKY. Pada awal pemeriksaan, responden belum bisa berdiri dan merangkak (penyinaran paket I). Namun pada paket III responden mampu untuk berpegangan pada alat bantu yang tersedia di BP GAKY. Kemudian pada paket ke IV, responden mampu untuk berjalan merambat pada alat bantu.

26

Gambar 4.5. Alat bantu untuk pegangan, berdiri, dan berjalan merambat

Gambar 4.6. Balita yang sedang latihan berpegangan, berdiri dan berjalan merambat dengan alat bantu

Gambar 4.7. Balita yang sedang latihan berdiri dan berjalan dengan alat bantu BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

27

A. 1.

Kesimpulan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) atau IDD (Iodine Deficiency Disorder), yaitu kumpulan gejala klinis sebagai dampak dari kekurangan iodium. 2. Balai Penelitian GAKY (BP GAKY) merupakan pusat penelitian, pencegahan dan pengendalian GAKY di Indonesia yang berada di bawah naungan pemerintah yang terletak di Kabupaten Magelang. 3. Faktor-faktor penyebab GAKY antara lain, faktor defisiensi iodium dan iodium excess, faktor geografis dan non geografis, faktor bahan pangan goiterogenik, dan faktor zat gizi lain seperti defisiensi protein. 4. Program penanggulangan GAKY era otonomi adalah promotif, a. Iodisasi garam: garam mengandung 30 80 ppm Iodium. b. Suplementasi kapsul Iodium: 200 mg Iodium/Cps pada target sasaran tertentu di daerah endemik berat dan sedang. c. KIE tentang dampak GAKY terhadap SDM, pentingnya garam beryodium, peran masyarakat dalam program penanggulangan GAKY (law inforcement and social enforcement). d. Survailan GAKY, yaitu pemantauan berkala, deteksi dini dan intervensi menggunakan indikator garam beryodium, UIE kelompok rawan, gondok kelompok rawan, TSH neonatal (NHI). e. Pencapaian delapan dari 10 indikator program penanggulangan GAKY lanjutan. preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang meliputi:

B.

Saran

28

1.

Melakukan fortifikasi yodium pada berbagai jenis bahan makanan yang di konsumsi oleh penduduk yang tinggal di daerah endemik pada garam, gandum, minyak, mie instan, dan lain-lain.

2. 3. daerah endemik.

Melakukan pertanian di daerah endemik. Melakukan

pemupukan penyuluhan

yodium kepada

di

lahan

masyarakat

tentang pentingnya penggunaan garam yodium kehidupan sehari-hari di

29

DAFTAR REFERENSI Anonim. 2002. Magelang yang Masih Terus Kekurangan Yodium. http://www.depkes.go.id/index.php? option=news&task=viewarticle&sid=1238&Itemid=2. Diakses pada tanggal 9 Juni 2009. . 2006. Sosialisasi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi? newsid1140058884,13920. Diakses pada tanggal 9 Juni 2009. . 2008. Penyakit Akibat Kekurangan Yodium. http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/458-penyakit-akibatkekurangan-yodium. Diakses pada tanggal 9 Juni 2009. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Penentuan Kadar Spesi Iodium dalam Garam Beriodium dan Makanan dengan Metode HPLC Pasangan Ion. http://74.125.153.132/search? q=cache:1SCHiWzQ2ksJ:perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/InfoP OM/0306.pdf+PENENTUAN+KADAR+SPESI+IODIUM+DALAM+G ARAM+BERIODIUM+DAN+MAKANAN+DENGAN+METODE+HP LC+PASANGAN+ION&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=idhttp://www.speec h-therapy.co.cc/2009/03/gaky-penyakit-penyebab-retardasi-mental.html. Diakses pada tanggal 9 Juni 2009. Siagian, A. 2003. Pendekatan Fortifikasi Pangan untuk Mengatasi Masalah Kekurangan Zat Gizimikro. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmalbiner5.pdf. Diakses pada tanggal 9 Juni 2009. Brody, T. 1999. Nutritional Biochemistry. Second Edition. Academic Press. University of California at Berkeley, California. Chan, M., Javalera, and A. Rayes. 1988. A Discriptive Study abouth The General Preceptions and Behavior Related to Goiter of Females Fifteen Years old and above in Three Barangays of Ternate, Govite, Philipina. College of Public Health, University oh Philipina. Manila. DepKes RI. 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam Beriodium . Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. DitJen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1995. Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Kapsul Minyak Beriodium. DirJen Pembinaan Gizi Masyarakat. DepKes Jakarta.

30

Djokomoeldjanto, R. 1993. Hipotiroidi di Daerah Defisiensi Iodium. Kumpulan Naskah Simposium GAKI. Hal. 35-46. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Ganong, W.F. 1989. Review of medical Physiology, 14th Ed. A Lange Medical Book. Prentice Hall International Inc. Gibson, R.S. 1990. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press. Oxford. Harper, L.J., Deaton and J.A. Driskel. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian (Penerjemah : Soehardjo). UI Press, Jakarta. Hetzel, B.S. 1989. An Overview of the Prevention and Control of Iodine Deficiency Disorder ; in Hetzel, J.T. Dunn and J.B. Stanbury (ed) Hal. 7-29. Elvsevier Science Plubbisher. New York. Jalal, F. 1998. Agenda Perumusan Program Gizi Repelita VII untuk Mendukung Manusia yang Pengembangan Sumberdaya Berkualitas. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta. Kodyat, B. 1996. Nutritional in Indonesia : Problems, Trends, Strategy and Program Directorate of community Nutrition, Departemen Health, Jakarta. Muchtadi. dkk. 1992. Masalah-Masalah Fortifikasi Penanggulangan GAKI. PAU. IPB. Bogor. Iodium dalam

Muhilal, Jalal dan Hardinsyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi Rata Rata yang Dianjurkan. Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional VI. LIPI. Jakarta. Nurlaila,A., R. Syukur, J. Genisa dan L. Mathius. 1997. Studi Pengembangan Menu Makanan Rakyat Kaya Iodium dengan Subtitusi Rumput Laut dan Analisa Daya Terima. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Sauberlich, H.E. 1999. Assessment of Nutritional Status. Second Edition. CRC Press. Boca Raton London New York Washington, DC. Soehardjo. 1990. Petunjuk Laboratorium Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Thaha, A.R. 1996. Pemetaan GAKI di Propinsi Maluku. Kerjasama FKM Unhas dengan Kanwil DepKes Propinsi Maluku. WHO. 1994. Indicator for Assesing Iodine Deficiency Disorder and Their Control Through Salt Iodization. Geneva.

31

Williams, S.R. 1974. Nutrition and Diet Therapy. The CV Mosby Company. Sant Louis.

32