Top Banner

of 25

Lap. Emulsi

Jul 13, 2015

Download

Documents

Sensa Andang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emulsi, Emulsiones, adalah sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan yang tidak larut satu sama lain. Penandaan emulsi diantaranya dari bahasa latin (Emulgere = memerah) dan berpedoman pada susu sebagai jenis suatu emulsi alam. Sistem emulsi dijumpai banyak penggunaannnya dalam farmasi. Dibedakan antara emulsi cairan , yang ditentukan untuk kebutuhan dalam (emulsi minyak ikn, emulsi parafin)dan emulsi untuk penggunaan luar. Yang terakhir dinyatakan sebagai linimenta (latin linire = menggosok). Dia adalah emulsi kental (dalam peraturannya dari jenis M/A), juga sediaan obat seperti salap dan suppositoria dapat menggambarkan emulsi dalam pengertian fisika. Ahli fisika kimia menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling bercampur Pada percobaan ini kita akan mempelajari cara pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator dari golongan surfaktan yaitu Tween 80 dan Span 80. Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperlihatkan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan.

Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu : a. b.

dan air.

Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak, terdispersi di dalam fasa air Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak. Emulsi sangat bermanfaat dalam bidang farmasi karena memiliki beberapa

keuntungan, satu diantaranya yaitu dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari minyak. Selain itu, dapat digunakan sebagai obat luar misalnya untuk kulit atau bahan kosmetik maupun untuk penggunaan oral. I.2 I.2.1 Maksud dan Tujuan Maksud percobaan Mengetahui dan memahami hal-hal yang berperan dalam pembuatan dan kestabilan dari suatu emulsi. I.2.2 1. Tujuan Percobaan

Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi

2. 3. 4.

Membuat emulsi menggunakan emulgator golongan surfaktan. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi.

I.3

Prinsip Percobaan Penentuan emulsi dengan menggunakan emulgator dengan variasi HLB

butuh dan penentuan kestabilan suatu emulsi dengan nilai HLB butuh yang bervariasi yang didasarkan pada penampakan fisik dari emulsi tersebut, misalnya perubahan volume, perubahan warna dan pemisahan fase terdispersi dan pendispersi dalam jangka waktu tertentu pada kondisi yang dipaksakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan emuulgator. Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi secara seragam sebagai tetesan dalam cairan lainnya. Sediaan emulsi merupakan golongan penting dalam sediaan farmasetik karena memberikan pengaturan yang dapat diterima dan bentuk yang cocok untuk beberapa bahan berminyak yang tidak diinginkan oleh pasien. Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu : 1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam fasa air. 2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak. Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerjanya adalah menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya.

Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu : 1. Membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut hukum Gibbs kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang mendekat. 2. Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid liofolik membentuk lapisan multimolekuler disekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid hidrofilik diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan tegangan permukaan. Keefektivitasnya tergantung pada kemampuan membentuk lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang koheren. 3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat ; mereka menunjukkan pembiasan ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat optis yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada penandaan Kristal Cair. Jika lebih banyak dikenal melalui struktur spesialnya mesifase yang khas, yang banyak dibentuk dalam ketergantungannya dari struktur kimia tensid/air, suhu dan seni dan cara penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang berbeda dapat karena pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.

4. Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri dari dua cairan tidak bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya sebagai globulaglobula terhadap yang lain. Walaupun umumnya kita berpikir bahwa emulsi merupakan bahan cair, emulsi dapat dapat diguanakan untuk pemakaian dalam dan luar serta dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan yang berbeda. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah koslesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati daerah antar muka antar tetesan dan fase eksternal dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan brekoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase, hingga meninggalkan proses emulsifikasi selama pencampuran. Menurut teori umum emulsi klasik bahwa zat aktif permukaan mampu menampilakn kedua tujuan yaitu zat-zat tersebut mengurangi tegangan permukaan (antar permukaan) dan bertindak sebagai penghalang bergabungnya tetesan karena zat-zat tersebut diabsorbsi pada antarmuka atau lebih tepat pada permukaan tetesantetesan yang tersuspensi. Zat pengemulsi memudahkan pembentukan emulsi dengan 3 mekanisme : 1. Mengurangi tegangan antarmuka-stabilitas termodinamis

2. Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang halus-pembatas mekanik untuk penggabungan. 3. Pembentukan lapisan listrik rangkap-penghalang elektrik untuk mendekati partikel. HLB adalah nomor yang diberikan bagi tiap-tiap surfaktan. Daftar di bawah ini menunjukkan hubungan nilai HLB dengan bermacam-macam tipe system: Nilai HLB 36 79 8 18 13 15 15 18 Tipe system A/M emulgator Zat pembasah (wetting agent) M/A emulgator Zat pembersih (detergent) Zat penambah pelarutan (solubilizer)

Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil surfaktan tersebut, sedang makin tinggi nilai HLB surfaktan akan makin hidrofil. Cara menentukan HLB ideal dan tipe kimi surfaktan dilakukan dengan eksperimen yang prosedurnya sederhana, ini dilakukan jika kebutuhan HLB bagi zat yang diemulsi tidak diketahui. Ada 3 fase: a. Fase I Dibuat 5 macam atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang campuran surfaktam, dengan klas kimi yang sama, misalnya campuran Span 20 dan Tween 20. Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang terbaik diperoleh HLB kira-kira. Bila

semua emulsi baik atau jelek maka percobaan diulang dengan mengurangi atau menambah emulgator. b. Fase II Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB di sekitar HLB yang diperoleh dari fase I. dari kelima emulsi tersebut dipilih emulsi yang terbaik maka diperoleh nilai HLB yang ideal. c. Fase III Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB yang ideal dengan menggunakan bermacam-macam surfaktan atau campuran surfaktan.dari emulsi yang paling baik, dapat diperoleh campuran surfaktan mana yang paling baik (ideal). II.2 Uraian Bahan 1. Span 80 (4:567) Nama resmi Nama lain RM Pemerian : Sorbitan monooleat : Sorbitan atau span 80 : C3O6H27Cl17 : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau karakteristik dari asam lemak. Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi bercampur terdispersi dengan

dalam air dan dapat

alkohol sedikit larut dalam minyak biji kapas. Kegunaan : Sebagai emulgator dalam fase minyak

Penyimpanan HLB Butuh 2. Tween 80 (4: 509) Nama resmi Nama lain Pemerian

: Dalam wadah tertutup rapat : 4,3

: Polysorbatum 80 : Polisorbat 80, tween : Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan

: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P dalam etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan dalam biji kapas P

Kegunaan Penyimpanan HLB Butuh 3. Air suling (4:96) Nama resmi Nama lain RM/BM Pemerian

: Sebagai emulgator fase air : Dalam wadah tertutup rapat : 15

: Aqua destilata : Air suling : H2O / 18,02 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai fase air

BAB III METODE KERJA III.1 Alat dan bahan

III.1.1 Alat yang digunakan Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah a. lumpang porselen , b. cawan porselen, c. gelas kimia 100ml, d. gelas ukur 100ml, e. penangas air, f. pipet tetes, g. timbangan analitik. III.1.2 Bahan yang digunakan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah a. aquadest, b. span 80, c. tween 80 dan d. parafin.

III.2 Cara Kerja 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Timbang dalam cawan porselen tween 80 : 1,260gr span :3,740gr dan timbang parafin sebanyak 10gr dan aquadest untuk membuat emulsi dengan HLB butuh 7. 3. Dimasukkan tween, span dan parafin ke dalam lumpang panas digerus ad homogen lalu tambahkan aquadest 7,5ml gerus. 4. Masukkan dalam gelas piala 100ml, tambahkan aquadest 27,5 ml dan homogenkan. 5. Cara yang sama dilakukan untuk HLB 8 dan 9. 6. Dilakukan pengamatan selama hari 7. Ditentukan kestabilan emulsi berdasarkan perubahan warna, perubahan volume dan pemisahan fase.

BAB IV HASIL PENGAMATAN IV.1 Data Pengamatan Tabel Perubahan Volume Hari ke1. 2. 3. HLB butuh 7 Stabil Tidak stabil Tidak stabil Variasi Konsentrasi Tween dan Span HLB butuh 8 Tidak stabil Tidak stabil Tidak stabil HLB butuh 9 Tidak stabil Tidak stabil Tidak stabil

BAB V PEMBAHASAN Emulsi adalah suatu sistem yang secara termadinamik tidak stabil, terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan adanya emulsi. Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu 1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air. 2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak Apabila menggunkan surfaktan sebagai emulgator dsapat pula terjadi emulsi dengan sistem yang kompleks (multiple emulsion). Sistem ini merupakan jenis emulsi airminyak-air atau sebaliknya. Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang yang banyak digunakan

adalah zat aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdisperisnya.Tipe emulsi dapat ditentukan dari jenis surfaktan digunakan. Secara kimia, molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan dimasukkan ke dalam sistem yang dari air dan minyak, maka guugus polar akan terarah ke fasa air

sedangkan gugus non polar terarah ke fasa minyak. Surfaktan yang mempunyai gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila gugus non polar yang lebih kuat maka akan cenderung membentuk emulsi air dalam minyak. Berbagai tipe bahan telah digunakan dalam farmasi sebagai zat pengemulasi jumlahnya ratusan bahkan, ribuan yang telah dites kemampuan emulsifikasinya. Walaupun dalam hal ini tidak ada maksud untuk membicarakan masing-masing zat ini dalam emulasi farmasi, tapi baik untuk dicatat tipe bahan-bahan yang umumnya digunakan sebagai zat pengemulsi secara umum. Di antara zat pengemulsi dan zat penstabil untuk sistem farmasi adalah sebagai berikut : 1. Bahan-bahan karbohidrat seperti zat-zat yang terjadi secara alami : aksia (gom) tragakan, agar, kondrus, dan paktin. Bahan-bahan ini membentuk koloida hidrofilik bila ditambahkan ke dalam air dan mumumnya menghasilkan emulsi m/a. Gom mungkin merupakan zat pengemulsi yang paling sering digunakan dalam preparat emulasi yang dibuat baru (r.p) oleh ahli farmasi di apotek. Tragakan dan agar umumnya digunakan sebagai zat pengental dalam produk-produk yang dihasilkan dengan gom. 2. Zat-zat protein seperti : gelatin, kuning telur,dan kasein. Zat-zat ini manghasilkan emulasi m/a. Kerugian gelatin sebagai suatu zat pengemulasi adalah bahwa emulasi yang disiapkan dari gelatin seringkali terlalu cair pada pendiaman.

3. Alkohol dengan bobot molekul tingi seperti: stearil alkohol, setil alkohol, dan gliseril monostearat. Bahan-bahan ini digunakan terutama sebagai zat pengantal dan penstabil untuk emulasi m/a dari latio dan salep tertentu dan digunakan sebagai obat luar . kolesterol dan turunan kolesterol bisa juga digunakan sebagai emulasi untuk obat luar dan menghasilkan emulasi a/m. 4. Zat-zat pembasah,yang bisa bersifat kationik, anionik, dan nonionik. Zat-zat ini mengandung gugus-gugus hidrofilik dan lipofilik, dengan bagian lipopilik dari molekul menyebabkan aktivitas permukaan dari molekul tersebut.

Dalam zat anionik, bagian lipofilik ini bermuatan negatif, tapi dalam zat kationik bagian lipofilk ini bermuatan positif. Lantaran muatan ini ionnya yang berlawanan, zat anionik dan zat kationik cenderung untuk saling menetralkan jika ada dalam sistem yang sama, jadi kedua bahan ini tidak tercampurkan satu dengan yang lainnya. Zat pengemulsi nonionik

menunjukkan tidak adanya kecenderungan untuk mengion. Tergantung pada sifatnya masing-masing, beberapa dari grup ini membentuk emulsi a/m. 5. Zat padat yang terbagi halus, seperti tanah liat koloid termasuk bentonit, magnesium hidroksida dan alminium hidroksida. Ini umumnya membentuk emulsi m/a bila bahan yang tidak larut ditambahkan ke fase air jika ada sejumlah volume pase air lebih besar dari pada fase minyaknya. Tetapi, jika serbuk padat yang halus ditambahkan kedalam minyak lebih besar, suatu zat seperti bentonit sanggup membentuk suatu emlsi a/m.

Kestabilan

suatu

emulsi

adalah

kemampuan

suatu

emulsi

untuk

mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka waktu yang lama. Penurunan stabilitas dapat dilihat jika terjadi campuran (Bj fase terdispersi lebih kecil dari Bj fase pendispersi ). Hal ini menyebabkan pemisahan dari kedua fase emulsi. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kestabilan yaitu : 1. Teknik pembuatan 2. Penambahan garam atau elektrolit lemah dalam konsentrasi besar mempengaruhi kestabilan emulsi. 3. Pengocokan yang keras, apabila emulsi dikocok keras-keras maka partikelpartikel kecil akan mengadakan kontak menjadi partikel yang lebih besar sehingga emulsi akan pecah. 4. Penyimpanan

Pada percobaan ini mula-mula dilakukan adalah menentukan jumlah span dan tween yang akan digunakan dan bahan yang lainnya. Pencampuran bahan berdasarkan dari sifat bahan itu tujuannya bahan yang berfase air dicampur dengan fase air itu sendiri dan untuk fase minyak juga pada fase minyak itu sendiri. Jadi pada percobaan ini untuk fase air yaitu tween 80 dan air, sedangkan untuk fase minyak yaitu span 80 dan paraffin pada cawan porselen. Kemudian

pencampuran dilakukan pada suhu 70oC. Alasannya, kedua fase tersebut memiliki suhu lebur yang sama yaitu pada suhu 70oC sehingga dapat diperoleh emulsi yang baik dan tidak pecah. Pengamatan emulsi dilakukan selama 3 hari tujuannya untuk melihat pemisahan antara fase air dan fase minyak, perubahan warna dari kedua fase tersebut, dan volume dari emulsi setelah 3 hari kemudian. Penyimpanan emulsi dilakukan pada suhu kamar untuk mengetahui kestabilan emulsi. Dari hasil pengamatan sampai hari kelima : Pemisahan Fase Pada HLB 7 tidak terjadi pemisahan fasa pada hari pertama. Pada HLB 8 dan HLB 9 pemisahan fasa terjadi pada hari pertama menjadi 2 fasa. Pada hari kedua dan ketiga terjadi pemisahan menjadi 2 fase pada semua HLB. Berdasarkan pengamatan selama tiga hari berturut-turut dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh kurang stabil. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan dari emulsi di antaranya : - Suhu pemanasan tidak konstan - Perbedaan intensitas pengadukan - Pencampuran kurang merata - Kekompakan dan elastisitas fillm yang melindungi zat terdispersi - Ketidaktelitian dalam pengamatan kestabilan emulsi.

- Suhu yang tidak sama dari kedua fase ketika dicampur, dimana kenaikan temperatur dapat mengurangi ketegangan antar muka dan viskositasnya. Adapun parameter ketidakstabilan suatu emulsi dalam percobaan ini adalah terjadinya : a. Flokulasi dan Creaming Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energi permukaan bebas saja. Flokulasi adalah terjadinya kelompok-kelompok globul yang letaknya tidak beraturan di dalam suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan kosentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau di sebelah bawah tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi. b. Koalesen dan demulsifikasi Fenomena ini tejadi bukan semata-mata karena energi bebas permukaan tetapi juga karena tidak semua globul terlapis oleh film antar permukaan. Koalesen adalah terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi adalah proses lebih lanjut pada keadaan koalesen dimana kedua fasa ini terpisah kembali menjadi dau cairan yang tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki kembali dengan pengocokan.

BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : a. Jumlah emulgator yang dibutuhkan untuk tiap harga HLB butuh adalah : Jenis HLB 7 8 9 Tween 80 1,260 g 1,729 g 2,196 g Span 80 3,740 g 3,271 g 2,804 g

b. Dari ketiga emulsi dengan nilai HLB 7, 8, 9 yang menunjukkan sifat yang stabil adalah HLB butuh 7. VI.2 . Saran Diharapkan agar asisten memberikan penjelasan yang lebih rinci mengenai praktikum ini.

DAFTAR PUSTAKA 1. Tim Asisten. 2008. Penuntun Praktikum Farmasi fisika. Jurusan Farmasi. Universitas Pancasakti. Makassar, 30. 2. Jenkins, G.L. 1957. Scovilles ; The Art Of Compoundin, Ninth Edition. McGrawHill Book Company,Inc., New York, Toronto, 314, 315. 3. Parrot, L.E. 1970. Pharmaceutical technology. Burgess Publishing Company. Mineneapolis, 335. 4. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III, Depkes RI. Jakarta. 474, 509. 5. Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. edisi IV. Terjemahan Farida Ibrahim. UI Press. Jakarta. 6. Anief, Moh. 2005. Ilmu Meracik Obat, cetakan XII. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.143, 147.

LAMPIRAN 1. Skema kerja Span 80, tween 80, Parafin

Dimasukkan dalam lumpang panas + Aquadest 7,5 ml

Digerus ad homogen, (mengeluarkan bunyi krek)

+ Aquadest ad 50ml (27,5 ml)

Homogenkan

Masukkan dalam gelas piala dan tutup simpan pada suhu kamar

diamati selama 3 hari

2. Perhitungan R/ Parafin liq Emulgator Aquadest ad 20% 10% 50 ml

HLB butuh 7, 8, dan 9 menggunakan tween 80 dan span 80 a. HLB 7 y Parafin Liq 20 gr x 50 ml = 10 gr 100ml Emulgator 10 gr x 50 ml = 5 gr 100ml Tween 80 = a gr B1 = 15

y

y y y

Span 80 = 5-a gr B2 = 4,3 Tween 80 = (B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = HLBcamp x Bcamp ( a x 15 ) + ((15-a) x 4,3 ) 15a + 21,5 4,3a 15a-4,3a 10,7a a jadi, tween 80 span 80 = 1,260 gr = 5 1,260 gr = 3,740 gr = 7x 5 = 35 = 35 21,5 = 13,5 = 1,260 gr

Aquadest untuk mucilago = 1,5 x 5 = 7,5 ml Jumlah Aquadest yang ditambahkan = 50 ml (7,5+10+5) = 27,5 ml

b. HLB 8 y Parafin Liq 20 gr x 50 ml = 10 gr 100ml Emulgator 10 gr x 50 ml = 5 gr 100ml Tween 80 = a gr B1 = 15

y

y y y

Span 80 = 5-a gr B2 = 4,3 Tween 80 = (B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = HLBcamp x Bcamp ( a x 15 ) + ((15-a) x 4,3 ) 15a + 21,5 4,3a 15a-4,3a 10,7a a jadi, tween 80 span 80 = 1,729 gr = 5 1,729 gr = 3,271 gr =8x5 = 40 = 40 21,5 = 18,5 = 1,729 gr

Aquadest untuk mucilago = 1,5 x 5 = 7,5 ml Jumlah Aquadest yang ditambahkan = 50 ml (7,5+10+5) = 27,5 ml

c. HLB 7 y Parafin Liq 20 gr x 50 ml = 10 gr 100ml Emulgator 10 gr x 50 ml = 5 gr 100ml

y

y y y

Tween 80 = a gr

B1 = 15

Span 80 = 5-a gr B2 = 4,3 Tween 80 = (B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = HLBcamp x Bcamp ( a x 15 ) + ((15-a) x 4,3 ) 15a + 21,5 4,3a 15a-4,3a 10,7a a jadi, tween 80 span 80 = 2,196 gr = 5 2,196 gr = 2,804 gr =9x5 = 45 = 45 21,5 = 23,5 = 2,196 gr

Aquadest untuk mucilago = 1,5 x 5 = 7,5 ml Jumlah Aquadest yang ditambahkan = 50 ml (7,5+10+5) = 27,5 ml