Top Banner
8

Langkah weekly 2nd edition

Mar 25, 2016

Download

Documents

"De Oude Batavia": Kunjungan ke Masa Lalu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Langkah weekly 2nd edition

“de Oude Batavia:

destinasi menarik di kota tua

Januari IV 2014

kunjungan ke masa lalu”

Page 2: Langkah weekly 2nd edition

Tentang LangkahPembuatan “Langkah” bukan untuk mencari keuntungan. Saya hanya ingin berbagi pengalaman saja. Harapan saya sederhana, semoga pembaca ter-hibur dan terbantu dalam menentukan destinasi wisata. Saya sendiri bukan fotografer atau penulis profesional. Sehingga hasil jepretan dan tulisan saya jauh dari sempurna. Semuanya murni berawal dari keisengan untuk mengisi waktu luang. Jika memang karya saya dirasa layak baca, “Langkah” bebas untuk dishare dan dibaca siapapun. Untuk perbaikan ke depan, silakan kontak saya di surel [email protected]. depan, silakan kontak saya di surel [email protected].

“Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”Raden Ajeng Kartini

Page 3: Langkah weekly 2nd edition

Kota Tua

Kota Tua sendiri merupakan kompleks Batavia Lama atau Oud Batavia yang masih bisa kita jumpai. Berba-gai bangunan peninggalan masa kolonial dapat kita jumpai di sini. Mengunjunginya, mampu membawa pikiran kita ke masa-masa ketika trem masih menjajaki jalanan ibukota, ketika sampah belum memenuhi kali-kali di Jakarta. Harapannya tentu, agar kita tidak lupa akan sejarah bangsa ini. Yuk kita simak tempat-tempat menarik di Kota Tua Jakarta!

Januari IV 2014

1

Bermula dari ajakan seorang kawan untuk jalan-jalan di akhir pekan, membuat saya merencanakan tujuan wisata yang sesuai dengan kondisi cuaca saat ini: hujan meng-guyur hampir setiap hari. Biasanya saya dan teman-teman berwisata outdoor alias wisata alam, seperti mendaki gunung atau susur sungai. Namun ketika musim penghujan begini, naik gunung bisa dibilang bukan pilihan yang terbaik. Backpacker-an ke negara tetangga sep-erti Singapura, Malaysia, Thailand, ataupun ke kota-kota di Indonesia mungkin bisa menjadi pilihan. Namun hanya untuk dua hari saja? Hmm, sepertinya kurang lama. Karena domisili teman saya di Jakarta, akhirnya saya ajak dia untuk berkeliling Kota Tua di Jakarta. Ya, wisata museum menurut saya merupakan salah satu solusi yang menarik ketika mendung mengancam kita setiap hari. Kota Tua Jakarta menyajikan berbagai destinasi menarik yang tentunya, tak masalah untuk dikunjungi ketika hujan deras sekalipun. Toh esensinya adalah beraktivitas di akhir pekan dengan kegiatan yang positif kan? Apalagi mengunjungi museum dapat menambah pengetahuan kita akan sejarah dan makin mencintai bangsa kita.

“Bro, weekend ini maen ke mana kita? Musim ujan gini bro. Jangan yang jauh-jauh deh. Ke mana ya enaknya?”

Jakarta:

WisataSeru

di MusimPenghujan

Page 4: Langkah weekly 2nd edition

Galangan VOC terlihat dari lantai teratas Menara Syahbandar.

“Mengunjungi museum sebagai

1. Menara SyahbandarMenaraMenara ini merupakan bekas menara pengama-

tan kapal-kapal yang berlabuh di Sunda Kelapa. Dari jauh tampak kalau bangunannya sudah agak miring (dan ternyata memang miring), namun berkat perbaikan oleh Pemprov DKI tahun 2007 silam, pengunjung dengan aman dapat menai-kinya. Rasakan sensasi ketika kita menaiki tangga kayunya satu persatu, dan ketika sampai lantai teratas, kita dapat dengan mudah melihat peman-dangan kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan Sunda Kelapa. Konon di bawah menara ini terdapat sebuah terowongan bawah tanah yang tersam-bung sampai ke Staadhuis atau Museum Fatahillah sekarang, bahkan konon sampai juga ke Masjid Istiqlal yang dulunya merupakan kompleks Benteng Frederik Hendrik. Namun sayang sekali saat ini te-rowongan tersebut ditutup untuk umum. Oh ya, untuk mengunjungi menara ini, kita diharuskan membeli tiket seharga 10.000 Rupiah. Tentu harga itu tidaklah mahal, mengingat kita masih dapat mengunjungi Museum Bahari yang terletak satu kompleks dengan Menara Syahbandar.

2. Museum BahariMenuruni Menara Syahbandar saya disambut

awan hitam yang mulai mengguyurkan air ke dara-tan. Tapi tenang saja, jarak Antara Menara Syah-bandar dengan Museum Bahari tidaklah terlalu jauh. Cukup berjalan lima menit kita sudah sampai

ke gerbang museum yang bangunannya mengingat-kan saya dengan Benteng Vredeburg di Yogyakarta. Di sini kita tidak perlu membeli tikat lagi, cukup menunjukkan tiket yang sudah kita beli sebelumnya kepada petugas. Bangunan museum ini pada awalnya merupakan kompleks pergudangan yang dibangun oleh pemerintah kolonial untuk menyimpan “barang dagangan”dagangan” berupa rempah-rempah. Kala itu memang VOC berjaya berkat komoditi yang sangat diminati masyarakat Eropa. Hujan di luar semakin deras, mem-buat saya semakin betah di dalam museum.

wujud apresiasi sejarah dan budaya bangsa Indonesia”

Januari IV 2014

2

Page 5: Langkah weekly 2nd edition

Pameran Metamorfosa

Mengajak warga Jakartamenelusuri jejak-jejak

pembangunan salah satukota pelabuhan terpenting

pada zamannya.

4. Museum WayangTTerletak di sisi barat alun-alun Fatahillah, Museum

Wayang tampak anggun dengan bangunan gaya Eropa yang masih terawatt dengan apik. Dahulunya bangunan tua yang dibangun tahun 1640 ini merupakan gereja tua yang bernama “de oude Hollandshce Kerk” atau Gereja Belanda Tua. Namun bentuk bangunan masa kini sedikit banyak telah berubah. Dengan tiket seharga 5.000 RupiahRupiah kita dapat menelusuri lorong-lorong panjang berisikan koleksi wayang dari seluruh nusantara. Museum ini terdiri dari dua lantai dengan lantai pertama bersikan wayang-wayang klasik yang kebanyakan dari Jawa. Masuk lebih ke dalam lagi, sebelum kita menaiki tangga menuju lantai dua, kita akan menemukan bebera-pa nisan dari orang-orang Belanda yang disimpan di sini. Lantai dua Museum Wayang memamerkan koleksi-koleksi wayang dari berbagai tempat di seluruh dunia. Tidak hanya itu, Museum Wayang juga aktif mengadakan kegiatan pentas budaya yang berkaitan dengan pe-wayangan. Seperti ketika saya mengunjunginya awal Desember lalu, sangat beruntungs aya dapat menikmati pementasan Sendratari Ramayana gaya Bali yang dibawakan dengan sangat epik. Kegiatan seperti ini biasa diadakan di musim liburan untuk menarik minat pengun-jung. Pementasan wayang secara regular juga diadakan setiap hari Minggu, sehingga pengunjung museum dapat melihat langsung bagaimana wayang dipentas-kan.

Januari IV 2014

3

Bangunan yang dibangun bertahap mulai kurum waktu 1600-an ini terdiri dari tiga lantai, dengan lantai teratas berupa loteng. Berbagai koleksi per-bahari-an Indonesia tersimpan di museum ini. Mungkin kita ingat lagu yang sering kita nyanyikan ketika kanak-kanak, “Nenek moy-angku orang pelaut..” berkat museum ini saya semakin yakin kebenaran akan lirik dari lagu yang sering kita nyanyi-kan itu.Hari sudah terlalu sore untuk melanjutkan jalan-jalan

ketika hujan mereda. Kami memutuskan untuk menyudahi wisata sejarah hari ini. Besok Minggu kami berniat mengun-jungi museum-museum yang terletak di sekitar Museum Fa-tahillah.

3. Museum FatahillahAgaknya saya berkunjung di waktu yang kurang tepat.

Bangunan museum yang dibangun tahun 1620 ini sedang menjalani renovasi. Namun tampaknya pengelola museum tidak ingin para wisatawan yang terlanjur datang lantas kecewa. Jadilah sebuah pameran bertajuk “Metamorfosa Sejarah Kota Jakarta” diadakan di bagian belakang Museum Fatahillah. Pengunjung dapat memasukinya melu-luilui gerbang di sebelah timur bangunan utama. Dari pameran ini sedikit banyak menambah wawasan saya mengenai se-jarah Kota Batavia tempo waktu. “Yah lumayan lah, dari-pada nggak dapat apa-apa,” ujar salah seorang kawan saya. Semoga di kunjungan selanjutnya saya bisa benar-benar “bertemu” dengan Museum Fatahillah.

Kota Jakarta:

Page 6: Langkah weekly 2nd edition

Sendratari Ramayana,

4

Januari IV 2014

Salah satu benda seni yang dipamerkan di Museum Keramik Jakarta

5. Museum Keramik PuasPuas menyaksikan keelokan penari-penari Bali, saya beralih ke Museum Keramik. Lokasi yang berseberangan dengan

Museum Wayang, memudahkan kita untuk menemukan keberadaan museum ini. Gedung besar dengan pilar-pilar tinggi menjulang menjadi ciri khas bangunan Museum Keramik. Di masa pendudukan Belanda, bangunan ini digunakan seba-gai Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia atau Dewan Kehakiman. Bentuk asli bangunan yang dibangun pada tahun 1870 ini masih dipertahankan hingga kini. Museum keramik memamerkan koleksi keramik dari zaman Majapa-hit maupun peninggalan dari berbagai tempat di dunia.

salah satu atraksi budaya di Museum Wayang.

Page 7: Langkah weekly 2nd edition

Toko Merah dahulu merupakan tempat tinggal

5

Interior Toko Merah:

Kafe yang terdapat di lantai dasar Toko Merah.

Kenampakan aula utama dan lantai dua di kejauhan.

6. Toko MerahNamaNama bangunan ini menggambarkan bagaima-

na wujud aslinya. Dengan dinding berwarna merah, kita sudah pasti dapat menentukan yang mana “Toko Merah” di deretan bangunan tua di pinggiran Kali Besar. Toko Merah dibangun tahun 1730 sebagai rumah tinggal Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu, Gustaaf Willem Baron van Imhoff.Imhoff. Kini Toko Merah dikelola oleh sebuah pe-rusahaan swasta dan telah mengalami perbaikan. Dibuka untuk umum setiap harinya, dengan tiket seharga 10.000 Rupiah. Bangunan ini bagi saya, merupakan salah satu peninggalan kolonial terin-dah yang pernah saya masuki. Masuk ke dalam aula utama, kita akan dibuat kagum oleh arsitektur eropa klasik yang masih terawatt. Dengan langit-langit yang tinggi dengan ornamen di ukiran di pilar-pilar kayunya, sungguh mampu membawa saya ke dalam suasana ketika bangsa kita masih tunduk di bawah kekuasaan para kompeni. Saya berkeliling didampingi Pak Purwono yang sehari-hari bekerja sebagai bagian kebersihan Toko Merah. Dari beliau saya tahu bahwa ternyata Gedung Bersejarah ini juga sering disewa masyarakat umum sebagai tempat resepsi pernikahan. “Iya, di sini sering buat resepsi juga. Soalnya tempatnya maish bagus. Untuk parker juga ada lahan luar di bagian belakang gedung,” jelas Pak Purwono. Gimana, tertarik untuk resepsi pernikahan di pernikahan di Toko Merah?

orang nomor satu di Hindia-Belanda.Januari IV 2014

Page 8: Langkah weekly 2nd edition

Replika kapal Pinisi di Museum Bahari.

Seorang anak kecil melongok ke dalam bangunan Toko Merah.

Petualangan saya selama dua hari keliling Kota Tua ternyata tidak lah cukup. Eksotisme Si Bata-via Lama butuh waktu lebih untuk dijelajahi. Ada banyak lokasi lain di seputaran Kota Tua yang sangat menarik untuk dikunjungi. Saya sempat mendatangi kawasan Glodok yang merupakan pemukiman warga keturunan Tionghoa. Menyam-banginya akan membuka mata kita bagaimana Batavia tumbuh lekat dengan penghidupan yang dijalankan masyarakat Tionghoa. Juga kawasan Luar Batang yang menyimpan nilai sejarah men-genai penyebaran ajaran agama Islam di masa lalu.

Sekali lagi saya percaya. Berwisata tidaklah selalu tentang pantai, gunung, atau mall seka-lipun. Tempat-tempat bersejarah menawarkan kepada kita sebuah jajaran kolase, tentang keber-langsungan tanah kehidupan kita di masa lalu. Bukan hanya rasa penat yang hilang, namun pikiran kita juga akan diperkaya dengan berbagai nilai yang bisa kita petik dari beragam peristiwa yang pernah menimpa bangsa kita. Tanah lahir kita. Indonesia.

6

Januari IV 2014