Top Banner

of 36

Landasan Teoritis

Jul 13, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Landasan Teoritis 1. Nursantara : Dalam teknik vocal ada tiga macam pernapasan yaitu, pernapasan dada, perut, dan diafragma (2004:74). Pernapasan yang baik untuk bernyanyi adalah pernapasan diafragma karena suara yang dilontarkan tidak kaku dan cukup kuat. Dalam pernapasan diapragma, organ yang bekerja adalah sekitar diafragma, semua bagian perut, dan bagian punggung. 2. Pusat Musik Liturgi menjelaskan bahwa resonansi adalah suatu gejala bunyi kembali dari suatu ruangan, semacam gema yang timbul karena adanya ruangan yang memiliki dinding dinding yang kerasss sehingga sanggup memantulkan suara (1979:30) 3. Soeharto: Perbedaan suara karena berbagai hala , yaitu : 1. Tinggi rendah suara 2. Luas suara 3. Kekuatan Suara 4. Panjang suara 5. Volume suara 6. Warna Suara 7. Kemampuan artikulasi (1982:12) 1. Judy Henneberger: Beberapa alasan dalam masalah ketepatan nada: Kurang pengalaman dan latihan bernyanyi Kurang konsentrasi Tidak berkembangnya tonal memory Kurang koordinasi antara pikiran, pernapasan, pendengaran dan kemampuan artikulasi Tidak adanya konsep dalam aturan melodi dan tinggi rendahnya nada Kelemahan dalam pengawasan Tidak dapat membedakan antara bicara dan bernyanyi Sikap tubuh yang kukrang baik Masalah kesehatan seperti penyakit ashma Budaya dan gaya bicara adat (2006:2) 1. Sudharsono dan Setiawati : Lagu anak-anak adalah laguyang khusus diciptakan oleh orang dewasa untuk anak-anak dan sesuai 2. dengan karakteristiknya. Karakteristik lagu anak-anak diantarnya: melodi mudah diingat dan cukup menarik untuk dinyanyikan tanpa syair, lagu tersebut mendorong jawaban ritmis tertentu, syairnya sesuai dengan skema ritmis dan alur melodi, melodi terletak pada ambitus rata-rata (1988:6) 3. Rae dalam Wulansari : Pada umumnya suatu melodi harus dibuat sesuai dengan wilayah suara anak-anak diamana melodi tersebut tidak terlampau banyak, dibangun dengan interval yang mudah dan de4ngan frase yang diulang-ulang,, setiap frase harus mampu dinyanyikan dalam satu nnapas. Selain itu syair dan melodi harus salimng berhubungan. Melodi sederhana sangat cocok dan disukai anak-anak,((1991:51)

4. Ambitus suara anak-anak menurut Moeradi (1997:9) a. Sopran : c sampai d atau c sampai e b. Alto : a sampai c 1. Urutan latihan lagu: 1. Pelemasan tubuh 2. Mendengar CD lagu yang akan dinyanyikan untuk nmemberikan gambaran tonalitas lagu yang akan dinyanyikan. 3. Guru memberi contoh menyanyikan lagu tadi. 4. Anak-anak diajak untuk membaca syair lagu tadi. 5. Guru mengajak siswa menyanyikan notasi lagu tersebut satu baris, setelah lancar beralih ke baris selanjutnya sampai lagu tersebut selesai. 6. Guru menyanyikan syair lagu satu baris lalu diikuti oleh siswa, begitu selanjutnya sampai lagu berakhir. 7. Mengulang bagian-bagian yang sukar. 8. Latihan keseluruhan lagu dari awal sampai akhir sampai siswa dapat menyanyikan lagu tersebut dengan baik dan benar.

9. Latihan vocalizing atau vokalisi Utami dalam bukunya yg berjudul Kurikulum Vokal Prima (2007:8) bahwa Pita suara kita sangat sensitive dan harus diperlakukan dengan lemah lembut dan dipakai dengan cara yang benar agar tidak cepat rusak. Melakukan pemanasan akan membuat pita suara kita lambat laun akan menguat. 10.Melatih Power suara menurut Adjie Esa Poetra nyalakan lilin, lalu kita berdiri tepat di depan lilin tersebut sejauh 1 m, tiuplah sampai api lilin tersebut padam. Apabila hal itu terjadi maka power suara kita akan bertambah kuat. 11.Suprana,1988:77): Dalam kaitannya dengan pertumbuhan jiwa anak, music memiliki edukatif. Yakni sebagai sarana bermain, sarana dari proses sosialisasi anak dengan linhgkungan, sarana pembentuk daya kreatifitas dan sarana pembinaan mentalJohn Keller, 1987, mendeskripsikan minat belajar dan motivasi belajar siswa melalui 4 komponen utama, sesuai dengan nama model yang disuguhkan ARCS (Attention, Relenvace, Confidence, Satisfaction), atau dalam bahasa Indonesia : Atensi (perhatian), Relevansi (kesesuaian), Kepercayaan diri, dan Kepuasan

SELASA, 30 MARET 2010

Hakikat Motivasi Belajar

Hakikat Motivasi Belajar Pada hakikatnya motivasi merupakan suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy) atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi yang tumbuh dan berkembang pada diri seorang pebelajar dapat muncul dengan jalan: (1) Datang dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik), (2) Datang dari lingkungan atau di luar individu (motivasi ekstrinsik).

Motivasi instrinsik Motivasi intrinsik merupakan dorongan yang sering dikatakan dibawa sejak lahir, sehingga tidak dapat dipelajarai karena seseorang yang terdorong rasa ingin tahu, maka orang itu akan belajar dan pengetahuan serta aktivitas yang disadari oleh motivasi instrinsik ini akan bertahan lebih lama. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang melandasi partisipasi individu itu sendiri. Motivasi ekstrinsik dapat berupa penghargaan, pujian, hukuman, hadiah. Dengan sendirinya motivasi ekstrinsik tetap mendukung dan menjadi pendorong yang kuat dalam mencapai tujuan belajar. Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran, motivasi sebagai faktor yang bisa menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu; 1) kebutuhan, 2) dorongan, dan

3) tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dan yang diharapkan. Dorongan juga merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Sedangkan tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh individu. Beberapa fungsi motivasi belajar, yaitu : 1) Mendorong untuk berbuat, 2) Menentukan arah perbuatan Pengukuran motivasi belajar, dapat dilakukan dengan membuat sebuah instrumen pengukur yang memiliki rentangan. Rentangan tersebut kemudian diberi nilai secara kontinum dari yang tertinggi sampai yang terendah, berbentuk kode yaitu secara berturut-turut kode, misalnya: 1) SS (Sangat Setuju) dengan nilai 5, 2) kode S (Setuju) dengan nilai 4, 3) kode R (Ragu-ragu) dengan nilai 3, 4) Kode TS (Tidak Setuju) dengan nilai 2, 5) Kode STS (Sangat Tidak Setuju) dengan nilai 1. Jika anda tidak ingin repot membuat sendiri, dan mungkin ingin mencoba menggunakan angket pengukur minat dan motivasi belajar model ARCS yang disadur dari John Keller, 1987 anda dapat mendownloadnya di sini. .

Pembelajaran dalam dunia pendidikanPembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

[sunting] Teori pembelajaran

Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang memperoleh pola perilaku, yaitu teori pengkondisian klasik, pengkondisian operan, dan pembelajaran sosial.[1]

[sunting] Prinsip-prinsip pembelajaranBerikut ini adalah prinsip umum pembelajaran yang penulis rangkum dari beberapa pakar pembelajaran yang meliputi:

[sunting] Perhatian dan MotivasiPerhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa tidak ada perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut perlu dibangkitkan perhatiannya. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya. Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar; berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut; Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.

Motivasi dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri peserta didik dan juga eksternal baik dari guru, orang tua, teman dan sebagainya. Berkenaan dengan prinsip motivasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, yaitu: memberikan dorongan, memberikan insentif dan juga motivasi berprestasi.

[sunting] KeaktifanMenurut pandangan psikologi anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah. Menurut teori

kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya menyimpan saja tanpa mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Thordike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum "law of exercise"-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan. Artinya dalam kegiatan belajar diperlukan adanya latihan-latihan dan pembiasaan agar apa yang dipelajari dapat diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka akan semakin paham. Hal ini juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc.Keachie bahwa individu merupakan "manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu". Dalam proses belajar, siswa harus menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan sebaginya. Kegiatan psikis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan lain sebagainya.

[sunting] Keterlibatan Langsung/PengalamanBelajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan, bukan hanya melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi hanya mendengar cerita bagaimana cara pembuatan tempe. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Hal ini juga sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa "mengalami sendiri apa yang dipelajarinya" bukan "mengetahui" dari informasi yang disampaikan guru, sebagaimana yang dikemukakan Nurhadi bahwa siswa akan belajar dngan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Dari berbagai pandangan para ahli tersebut menunjukkan berapa pentingnya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan "learning by doing"-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Modus Pengalaman belajar adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70%

dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan sesuatu dan melaporkan nya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Hal ini ada kaitannya dengan pendapat yang dikemukakan oleh seorang filsof Cina Confocius, bahwa:

apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham. Dari kata-kata bijak ini kita dapat mengetahui betapa pentingnya keterlibatan langsung dalam pembelajaran.

[sunting] PengulanganPrinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori psikologi daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya yang dilatih dengan pengadaan pengulanganpengulangan akan sempurna. Dalam proses belajar, semakin sering materi pelajaran diulangi maka semakin ingat dan melekat pelajaran itu dalam diri seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan" akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan membuat ringkasan. Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme-nya Thordike. Dalam teori koneksionisme, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar.

[sunting] TantanganTeori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Agar pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran harus menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, inquiri, discovery juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang tidak menyenangkan.

[sunting] Balikan dan PenguatanPrinsip belajar yang berkaiatan dengan balikan dan penguatan adalah teori belajar operant conditioning dari B.F. Skinner.Kunci dari teori ini adalah hukum effeknya Thordike, hubungan

stimulus dan respon akan bertambah erat, jika disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya bisa lenyap jika disertai perasaan tidak senang. Artinya jika suatu perbuatan itu menimbulkan efek baik, maka perbuatan itu cenderung diulangi. Sebaliknya jika perbuatan itu menimbulkan efek negatif, maka cenderung untuk ditinggalkan atau tidak diulangi lagi. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Apabila hasilnya baik akan menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu tidak saja dari penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan, atau dengan kata lain adanya penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar. Siswa yang belajar sungguh-sungguh akan mendapat nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operan conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar yang lebih giat. Di sini nilai jelek dan takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat, inilah yang disebut penguatan negatif.

[sunting] Perbedaan IndividualSiswa merupakan makhluk individu yang unik yang mana masing-masing mempunyai perbedaan yang khas, seperti perbedaan intelegensi, minat bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan orang tuanya. Guru harus memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masingmasing. Setiap siswa juga memiliki tempo perkembangan sendiri-sendiri, maka guru dapat memberi pelajaran sesuai dengan temponya masing-masing. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan kalsik yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.

[sunting] Pengondisian klasik

Ivan Pavlov, ahli fisiolog dari Rusia yang memperkenalkan Teori Pengkondisian Klasik Pengkondisian klasik adalah jenis pengkondisian di mana individu merespon beberapa stimulus yang tidak biasa dan menghasilkan respons baru.[1] Teori ini tumbuh berdasarkan eksperimen

untuk mengajari anjing mengeluarkan air liur sebagai respons terhadap bel yang berdering, dilakukan pada awal tahun 1900-an oleh seorang ahli fisolog Rusia bernama Ivan Pavlov[3].

[sunting] Pengondisian operantPengkondisian operan adalah jenis penglondisian di mana perilaku sukarela yang diharapkan menghasilkan penghargaan atau mencegah sebuah hukuman.[1] Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti ini dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penegasan dari konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku.[1] Dengan demikian, penegasan akan memperkuat sebuah perilaku dan meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut diulangi.[1] Apa yang dilakukan Pavlov untuk pengkondisian klasik, oleh psikolog Harvard, B. F. Skinner, dilakukan pengkondisian operan[4]. Skinner mengemukakan bahwa menciptakan konsekuensi yang menyenangkan untuk mengikuti bentuk perilaku tertentu akan meningkatkan frekuensi perilaku tersebut[4].

[sunting] Pembelajaran sosialPembelajaran sosial adalah pandangan bahwa orang-orang dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung.[5] Meskipun teori pembelajaran sosial adalah perluasan dari pengkondisian operan, teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi. Teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran.[5]

[sunting] Metode pembentukan perilakuKetika seseorang mencoba untuk membentuk individu dengan membimbingnya selama pembelajaran yang dilakukan secara bertahap, orang tersebut sedang melakukan pembentukan perilaku.[1] Pembentukan perilaku adalah secara sistematis menegaskan setiap urutan langkah yang menggerakkan seorang individu lebih dekat terhadap respons yang diharapkan.[1] Terdapat empat cara pembentukan perilaku: melalui penegasan positif, penegasan negatif, hukuman, dan peniadaan.[1]Pembelajaran, Menurut Usman ( 2000 : 4 ) proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan. Menurut Sudjana ( 1989 : 30 ) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan seabagi dampak langsung (Instructional effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang reltif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) biasanya bekenaan dengan sikap dan nilai. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000,194)Macam-macam Metode Pembelajaran :

Pembelajaran, Menurut Usman ( 2000 : 4 ) proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan. Menurut Sudjana ( 1989 : 30 ) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan seabagi dampak langsung (Instructional effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang reltif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) biasanya bekenaan dengan sikap dan nilai. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000,194) Macam-macam Metode Pembelajaran : Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. a. Kelebihan Metode Latihan 1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat. 2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya. 3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. b. Kekurangan Metode Latihan 1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian. 2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. 3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan. 4) Dapat menimbulkan verbalisme.

Media PembelajaranPosted on 12 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT Oleh : Akhmad Sudrajat

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran.

Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke 20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya : 1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. 2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. 3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. 4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. 7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. 8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik

2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya 4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan

sejenisnya. Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif. Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini : Jenis Media Gambar Diam Gambar Hidup Televisi Obyek Tiga Dimensi Rekaman Audio Programmed Instruction Demonstrasi Buku teks tercetak Keterangan :R = Rendah S = Sedang T= Tinggi1 = Belajar Informasi faktual 2 = Belajar pengenalan visual 3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan 4 = Prosedur belajar 5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik 6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

1 S S S R S S R S

2 T T S T R S S R

3 S T T R R S R S

4 S T S R S T T S

5 R S R R R R S R

6 R S S R S S S S

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.

V wisma PUTRA MANUTMy Beloved Homestead

Sabtu, 31 Juli 2010PTK Seni Budaya (penggunaan metode drill dalam menggambar bentuk BAB II) BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka. 1. Tinjauan Metode Dril. Menurut Roestiyah dalam bukunya yang berjudul Strategi Belajar Mengajar menyatakan bahwa di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan (2001: 1). Sementara Anitah dan Noorhadi menegaskan bahwa dalam menyusun strategi belajar mengajar, guru tidak lepas dari pemilihan metode mengajar (1990:1.1). Pendapat dari para ahli pendidikan di atas menggarisbawahi bahwa keberhasilan dari proses interaksi belajar mengajar adalah tergantung dari pemilihan metode mengajar yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efesien karena guru telah mempersiapkan metode sesuai dengan kondisi belajar siswa. Dengan demikian peranan metode dalam sistem pembelajaran sangatlah penting terutama kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu metode untuk menyampaikan materi pembelajaran adalah metode dril. Dijelaskan oleh ahli pendidikan, Anitah dan Noorhadi dalam bukunya yang berjudul Strategi Belajar Mengajar mengemukakan bahwa metode dril pada dasarnya merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. (1990: 1.31). Pada sisi lain metode dril telah diartikan sebagai metode yang terkait dengan persoalan praktis. Oleh Richardson dijelaskan bahwa metode pembelajaran drill and practice merupakan teknik pengajaran yang dilakukan berulang kali untuk mendapatkan keterampilan, dibutuhkan untuk mengingat secara matematis. Metode ini digunakan untuk mengajarkan keahlian yang khusus. Ini diikuti dengan pengajaran yang sistematis dengan harapan untuk mengingat. (lihat Richardson. 2008: www.cornerstonecurriculum.com).

Tentang metode drill yang bertalian erat dengan sifat praktis juga dijelaskan Roestiyah, menurutnya metode dril merupakan suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari (2001: 125, Zuhairini, dkk., 1983: 106). Dalam pengertian ini keterampilan ada yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek, namun ada pula yang membutuhkan waktu cukup lama. Lebih lanjut dikatakan bahwa latihan itu tidak diberikan begitu saja kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu didahului dengan pengertian dasar. Dalam bidang keagamaan, Mahfud juga menyatakan dalam bukunya yang berjudul Metodologi Pengajaran Agama bahwa, dril merupakan suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen. (1987: 100). Dari beberapa pendapat mengenai metode dril dapat ditarik simpulan bahwa metode dril merupakan suatu cara dalam menyajikan suatu bahan pelajaran dengan jalan melatih siswa secara terus menerus agar dapat menguasai pelajaran serta keterampilan yang lebih tinggi. Segi pelaksanaan metode tersebut siswa terlebih dahulu dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa disuruh mempraktikannya sampai menjadi mahir dan terampil. Sebagai metode yang bersifat melatih secara berulang-ulang, maka tujuan latihan tersebut menurut Roestiyah antara lain agar anak memiliki keterampilan motoris, dan mengembangkan kecakapan intelek, serta memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain (2001: 125). Rambu-rambu pemberian latihan menurut para pakar seharusnya sesuatu yang dilatih harus berarti, menarik, dan dihayati murid sebagai kebutuhan. Sebelum latihan dilaksanakan perlu diketahui terlebih dahulu arti dan kegunaan latihan, serta perlunya diadakan latihan. Latihan hendakya diberikan secara matematis, tertib, dan tidak loncat-loncat. Disarankan pula bahwa latihan hendaknya diberikan dari dasar atau dari permulaan. Mana yang telah diberikan supaya selalu diulangi, dipakai dan ditanyakan (murid selalu diingatkan). Dalam latihan ini guru hendaklah pandai membuat bermacam-macam latihan agar murid tidak jemu atau bosan, dan latihan yang diberikan secara perorangan akan lebih baik dari pada latihan bersama, sebab dengan mengontrol dan mengoreksi latihan yang diberikan secara bersama harus diikuti latihan individu. Ditegaskan pula bahwa latihan hendaklah diselenggarakan dalam suasana yang menyenangkan jangan diberikan dalam suasana yang penuh ketegangan dan ketakutan (Sriyono, 1991: 113). Sriyono juga mengungkapkan bahwa metode dril memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihannya yaitu proses pengulangan yang mengkondisi siswa dengan stimulusstimulus tertentu akan dapat membina pengetahuan dan keterampilan yang kokoh tertanam dalam diri siswa, hasil yang dicapai metode ini mempunyai nilai praktis atau aplikasi yang tinggi dalam kehidupan siswa, khususnya yang kondisinya sam dengan yang dibina, dan metode ini

memungkinkan terbinanya spesifikasi yang tajam dalam pengetahuan siap dan keterampilan siswanya. Selain itu metode dril juga memiliki kelemahan-kelemahan yakni dapat membentuk kebiasaan yang kaku (respon yang terbentuk secara otomatis akan mempengaruhi tindakan yang bersiat irrational serta tidak menggunakan akal), menimbulkan adaptasi mekanis terhadap lingkungannya, menimbulkan verbalisme (respon terhadap stimulus yang telah terbentuk dengan latihan itu akan berakibat kurang digunakannya rasio sehingga, inisiatif pun terhambat), latihan yang terlampau berat akan menimbulkan perasaan benci, baik kepada mata pelajaran maupun kepada gurunya, dan latihan yang dilakukan dengan pengawasan yang ketat dan dalam suasana yang serius mudah sekali menimbulkan kebosanan dan kejengkelan akhirnya anak enggan berlatih dan malas atau mogok belajar. Dalam aspek pembelajaran melalui metode dril yang terkait dengan kegiatan yang berifat praktis dijelaskan oleh Latousek secara rinci tahapan-tahapannya. Secara sistematis dalam bentuk tabel diuraikan seperti berikut di bawah. Tabel 1. Sintaksis pembelajaran drill and practice menurut Latousek. Phase KETERANGAN KEGIATAN GURU 1. Mendapatkan tujuan-tujuan > Menjelaskan tujuan pelajaran, memberikan informasi latar belakang dan menjelaskan mengapa pelajaran tersebut penting, Membuat siswa siap belajar. 2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau skill > Mendemonstrasikan skill secara benar atau menyampaikan informasi tahap demi tahap. 3. Memberikan latihan-latihan yang dibimbing. > Memberikan latihan-latihan awal. 4. Mengecek pemahaman dan memberikan feedback > Mengecek keterampilan siswa dan memberikan feedback. 5. Memberikan latihan lanjut > Menyusun suatu kondisi untuk latihan lebih lanjut dengan memperkenalkan masalah yang lebih komplek. (Sumber: Latousek. 1990: www.centaursystem.com/zcol90b.htm) 2. Tinjauan Gambar Bentuk a. Pengertian Menggambar. Muharam E dan Warti Sundaryati dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Kesenian II Seni Rupa mengungkapkan bahwa menggambar adalah penyajian ilusi optik atau manipulasi ruang dalam bidang datar dua dimensi (1991: 95). Berbeda dengan pendapat D.K. Ching di dalam bukunya yang berjudul Menggambar Suatu Proses Kreatif menyatakan bahwa, menggambar adalah membuat guratan di atas sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu (2002: 9). Kata menggambar atau kegiatan menggambar menurut Dharmawan dapat diartikan sebagai memindahkan satu atau beberapa objek ke atas bidang gambar

tanpa melibatkan emosi, perasaan dan karakter penggambarnya. Pemindahan ini dalam pengertian pemindahan bentuk atau rupa dengan memperkecil atau memperbesar ukuran keseluruhan yang untuk kepentingan tertentu dapat juga mempergunakan skala perbandingan (perbandingan ukuran) secara akurat (1988: 195). Berbeda dengan Robins yang menyatakan bahwa menggambar merupakan aktivitas melihat dan meniru. Menurutnya manusia sering tertipu akan pikirannya sehingga mereka hanya menggambar apa yang diinginkannya, bukan apa yang ada di depannya. (2007: 3). Pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menggambar itu sendiri merupakan suatu bentuk ekspresi jiwa yang dituangkan seseorang dalam upaya mewujudkan sesuatu yang tidak ada menjadi ada dalam bentuk karya dwi matra, yang dimaksud menggambar dalam hal ini yaitu menggambar dengan menggunakan model sebagai objek untuk digambar. Menurut Jauhari ada beberapa metode dalam menggambar yang tujuannya untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak. Berikut beberapa metode yang dimaksudkan, antara lain : 1) Menggambar dengan cara mengamati (observasi). Anak bisa menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri tanpa menjiplak atau dengan contoh pola. Dengan demikian anak dapat melupakan observasi dengan cara menciptakan, bereksperimen, dan melampaui kemampuannya. 2) Menggambar berdasarkan pengalaman/ kenangan. Menggambar dengan metode ini lebih memotivasi anak untuk menggambarkan sesuatu berdasarkan pengalaman dan kenangannya. Saat latihan, guru harus banyak menggunakan pertanyaan untuk membantu mereka mengingat detail yang berarti dari pengalaman mereka. 3) Menggambar berdasarkan imajinasi. Kejadian mendorong kita untuk keluar dan bisa diekspresikan dalam bentuk gambar, lukisan, dan model. Menggambar dengan imajinasi menjadi lebih efektif dengan latihan yang rutin. (lihat [email protected]. diunduh 11 Januari 1999) b. Pengertian Menggambar Bentuk. Harry Sulastianto dalam bukunya yang berjudul Seni Budaya Untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama menyatakan bahwa gambar bentuk merupakan gambar yang meniru objek gambar nyata yang ada di alam atau buatan. Menurutnya objek gambar bentuk sangat beragam, mulai dari benda yang dipakai sehari-hari, manusia, tumbuhan, hewan, ataupun alam pemandangan. Ukuran objekpun bermacam-macam, mulai dari yang ukuran besar seperti gajah, gunung, dan pemandangan alam, sampai yang berukuran kecil, seperti sel, tumbuhan, akar, dan kuman. Gambar bentuk dapat dibuat berwarna atau hitam putih. (2006: 20) Wido Ratmono mengungkapkan bahwa menggambar bentuk adalah memindahkan objek/ benda-benda yang ada disekitar kita dengan tepat seperti keadaan benda yang sebenarnya, menurut arah pandang dan cahaya yang ada. (1984: 44).

Sedangkan menurut Asim Sulistyo menggambar bentuk adalah memindahkan benda-benda yang diamati ke dalam bidang gambar (2 demensi) sesuai dengan apa adanya. Gambar di ciptakan tanpa memberikan rasa/ ekspresi/ kejiwaan pada gambar tersebut (2006: 4). Menurut Cut Kamaril menggambar bentuk merupakan usaha mengungkapkan dan mengkomunikasikan ide/ gagasan, perasaan dalam wujud dwi matra yang bernilai artistik dengan menggunakan garis dan warna. Ungkapan tersebut sesuai dengan bentuk benda yang digambar, hasil gambarnya menunjukkan kreativitas maupun keterampilan penggambar dalam menampilkan ketepatan bentuk maupun jenis benda yang digambar (1998: 49). Lebih lanjut disebutkan bahwa proses dalam menggambar bentuk sangat dituntut ketepatan bentuk benda yang digambar, oleh sebab itu diperlukan pengetahuan tentang dasar-dasar ketepatan bentuk yakni proporsi atau ukuran perbandingan dan ketepatan garis maupun tekstur yang menunjukkan ketepatan jenis benda tersebut. Bagi orang yang pandai menggambar dapat menggambar langsung dengan tepat apa yang digambar. Bagi orang yang masih belajar perlu mengetahui dasar-dasar proporsi tersebut, dengan menggunakan garis-garis pertolongan untuk membagi-bagi bentuk benda dalam ukuran perbandingan tertentu supaya gambarnya tepat. Model yang biasanya digunakan dalam menggambar bentuk adalah makhluk hidup maupun benda-benda yang tidak bernyawa. Kemampuan untuk menggambar bentuk ini sangat diperlukan sekali dalam kesenirupaan, karena menggambar bentuk merupakan salah satu hal yang mendasari dalam semua bidang seni rupa, seperti; seni lukis, seni patung, desain kriya, desain tekstil, desain interior maupun grafis yang suatu ketika membutuhkan keterampilan dalam hal menggambar. c. Prinsip Menggambar Bentuk Menurut Harry ada beberapa syarat yang harus diikuti agar hasil gambar baik yaitu: hasil gambar memiliki kemiripan dengan benda aslinya, ukuran perbandingan atau proporsi antar benda yang tepat, selanjutnya kesan cahaya, gelap terang, tekstur, dan komposisi yang bagus, serta penerapan perspektif, dan pemakaian teknik maupun media yang tepat. (2006: 64) Soepratno dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Seni Rupa juga menegaskan bahwa dalam menggambar bentuk tidak boleh meninggalkan beberapa aspek seperti proporsi, komposisi, perspektif, dan terjemahan benda dalam hal ini maksud dari terjemahan benda yakni mewujudkan suatu sifat-sifat benda yang digambar sesuai dengan sifat bahannya (1985: 100) Sedangkan prinsip-prinsip dalam menggambar bentuk juga disebutkan oleh Jauhari yang meliputi beberapa aspek seperti; perspektif, proporsi, komposisi, gelap-terang, bayang-bayang. ([email protected]. Diakses 15 Februari 2009) Adapun pengertian dari beberapa ahli mengenai aspek tersebut di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: 1) Perspektif Asim Sulistyo dalam Modul Seni Rupa kelas VII menyatakan bahwa perspektif

merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang menggambar benda-benda yang bervolume, berisi, beruang/ berongga (Tiga Demensi) pada bidang gambar. Gambar terlihat seperti benda yang sebenarnya sehingga benda mempunyai kesan besarkecil, jauh-dekat, dalam-dangkal, terang-gelap, tinggi-pendek dan lainnya. (2006: 5). Sedangkan menurut Soepratno perspektif merupakan gambar dari suatu benda yang merupakan suatu pandangan kedalaman yang serasi dari ujud benda tersebut (1985: 100). 2) Proporsi Soepratno menyatakan bahwa proporsi merupakan suatu ukuran perbandingan antara bagian-bagian yang satu dengan yang lain pada benda tersebut (1985: 100) Selanjutnya Tjahjo Prabowo dalam bukunya yang berjudul Desain Dasar I (Desain Dua Dimensional) Desain Dwi Matra menjelaskan bahwa proporsi merupakan hubungan perbandingan antara bagian dengan bagian dan atau antara bagian dengan keseluruhan. Lebih lanjut dijelaskan mengenai hal-hal yang perlu diperbandingkan yaitu; antara unsur dengan unsur yang terdapat dalam bidang gambar, antara unsur visual dengan bidang gambar, serta antara bidang gambar dengan kertas gambar (1999: 17). Sedangkan Jauhari juga mengungkapkan bahwa proporsi atau perbandingan adalah keselarasan atau keserasian perbandingan ukuran antara satu bagian dengan keseluruhan bentuk. ([email protected]. Diakses 15 Februari 2009). 3) Komposisi Komposisi menurut Sudarsono dalam bukunya yang berjudul Menggambar Bentuk Lanjut adalah suatu usaha di dalam menyusun unsur-unsur yang menjadi objek gambar sehingga objek tersebut dapat menjadi enak untuk dilihat/ dipandang (1995: 21). Tjahjo Prabowo dalam bukunya yang berjudul Desain Dasar I (Desain Dua Dimensional) Desain Dwi Matra mengungkapkan bahwa komposisi merupakan suatu realisasi dari suatu aktiva pencipta dalam mewujudkan idenya; merupakan suatu bentuk pernyataan yang dapat ditanggapi oleh pengamatnya atas suatu bentuk ciptaan tersebut. Lebih lanjut dijelaskan bahwa komposisi pada dasarnya menyangkut hal pengorganisasian unsur visual, dimana prinsip-prinsip desain merupakan hakekat utamanya, terutama prinsip kesatuan dan harmoni (1999: 22). Sedangkan menurut Muharam E dan Warti Sundaryati dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Kesenian II Seni Rupa menjelaskan bahwa komposisi merupakan penataan gambar pada bidang gambar dengan menggunakan prinsip-prinsip desain (1991: 97). Sama halnya dengan Soepratno yang menyatakan bahwa komposisi merupakan suatu susunan keseluruhan yaitu antara benda yang digambar dengan ruang yang digambari (1985: 100). 4) Gelap Terang Muharam E dan Warti Sundaryati mengemukakan bahwa gelap terang merupakan suatu upaya untuk dapat digunakan dalam menyajikan ruang untuk menggambar bentuk yang lebih mendekati kenyataan visual (1991: 96).

Sedangkan menurut Jauhari gelap terang adalah unsur rupa yang berkenaan dengan cahaya, baik secara nyata seperti dalam patung atau ilusi sebagaimana dalam gambar atau lukis. ([email protected]. Diakses 15 Februari 2009). d. Teknik dalam menggambar bentuk Teknik-teknik yang digunakan dalam menggambar benda menurut Sunarto ditegaskan antara lain: teknik stippel, dussel, dan arsir. Teknik stippel. yaitu menggambar dengan titik-titik atau noda-noda yang diulang-ulang, sedangkan teknik dussel atau teknik gosok adalah menggambar dengan cara menggosokgosokkan tangan atau kertas yang sudah diberi atau dibubuhi dengan pensil. Teknik ketiga adalah arsir yaitu teknik untuk menyampaikan kesan bentuk tiga dimensi yang tidak dapat terwakili hanya dengan garis kontur saja. Garis-garis arsir mengacu pada serangkaian garis sejajar dengan jarak berdekatan atau rapat. (1985: 3) Adapun jenis-jenis arsir menurutnya meliputi tiga jenis yaitu arsir biasa, arsir silang, teknik scribbling. Arsir biasa, yaitu garis-garis arsir yang mengacu pada serangkaian garis rapat sejajar, seirama sesuai dengan bentuk benda yang digambar. Arsir silang, ialah arsir yang melibatkan penggunaan dua lapis garis arsir untuk mendapatkan kepadatan yang lebih tinggi dan menghasilkan nada gelap terang. Teknik berikutnya adalah scribbling, dimaksudkan sebagai suatu jenis arsiran jaringan yang terdiri dari garis-garis berbagai arah yang dibuat secara acak, sehingga tekstur visualnya akan bervariasi dengan teknik garis yang digunakan (1985: 3). Fungsi arsir menurut Veri Apriyanto dalam bukunya yang berjudul "Cara Mudah Menggambar dengan Pensil" adalah untuk memberikan karakter objek gambar, memberikan kesan bentuk dan volume benda, memberikan kesan jarak dan kedalaman pada gambar, mengisi bidang kosong, dan Finishing touch gambar (Tth: 6). e. Media dan alat gambar. Adjid Saputra mengemukakan bahwa media adalah bahan yang diperlukan untuk memvisualisasikan prinsip-prinsip seni rupa pada bidang datar dalam mencipta atau membuat bentuk/ wujud (rupa). (1998: 37). Sementara pengertian media atau bahan dasar menurut Ahamad adalah bahan sebagai perantara bagi seorang seniman untuk mewujudkan sebuah karya seni rupa (1984: 36) Menurut Harry, dalam menggambar kita memerlukan media dan peralatan. Media yang biasa dipakai menggambar adalah kertas, bisa juga dengan kain. Adapun alat yang digunakan untuk menorehkan gambar yaitu pensil, cat air, cat minyak, crayon, dan sebagainya. Selanjutnya dijelaskan media gambar kertas merupakan bahan yang paling umum dan paling sering digunakan sebagai media gambar. (2006: 21) Selanjutnya dijelaskan mengenai beberapa perlengkapan yang digunakan dalam menggambar sesuai dengan penggunaannya, antara lain; pensil biasa dengan batang kayu relatif murah. Pensil ini dapat dipakai untuk membuat berbagai macam goresan, dan dapat digunakan untuk menutup bidang gambar dan membuat

bayangan. Walaupun pensil biasa sudah cukup cocok untuk dipergunakan menggambar, namun dalam pengunaannya harus diperhatikan mutu dan jenis pensilnya. Pensil Keras (Hard/ H). Pensil jenis ini memiliki tingkat dan kwalitas kekerasan mulai dari 9 H (sangat keras) sampai F. Pensil jenis ini biasanya banyak dipakai untuk menggambar mistar, karena jenisnya yang keras tersebut. Semakin keras tingkatan isi pensil, semakin dapat digunakan untuk menghasilkan garis-garis yang padat, halus dan tipis. Pensil Sedang (Medium Hard/ HB). Pensil ini dipakai untuk membuat desain/ sket/ gambar rencana, baik untuk gambar dekorasi maupun gambar reklame. Pensil Lunak (Soft/ B) Isi pensil yang lunak dapat menghasilkan garis-garis yang padat, gelap dan nada gelap terang. Untuk hampir semua gambar tangan bebas, pensil jenis B merupakan jenis pensil yang banyak manfaatnya. Jenis pensil ini banyak dipakai untuk menggambar potret, benda atau pemandangan alam dalam warna hitam putih. Konte memiliki warna hitam arang dan berbeda dengan pensil biasa karena mempunyai goresan yang tebal dan lebar. Dibedakan pula menjadi: Hard/ H/ keras, Medium/ HB/ sedang, dan Soft/ B/ Lunak, biasanya konte dipakai untuk menggambar potret, pemandangan alam dan benda. Pensil berwarna, Pensil ini mengandung lilin yang tersedia dalam 12 macam warna. Selanjutnya media terakhir untuk pengoreksian gambar adalah penghapus, yaitu untuk menghilangkan bagian gambar yang tidak diperlukan. (2006: 22) Dengan pengetahuan yang cukup mengenai sifat bahan dan fungsi alat, siswa dapat mengembangkan kekuatan menggambarnya tanpa kendala yang bersifat teknis. Menggambar merupakan soal rasa, pikiran, keterampilan, ide dan teknik yang tidak terpisah-pisahkan. Dari penjelasan mengenai tinjauan metode dril dan menggambar bentuk di atas berkaitan untuk meningkatkan kemampuannya siswa dalam menggambar bentuk buah-buahan ada beberapa aspek yang perlu dilatihkan yakni: 1. Aspek proporsi dimana tujuan dalam latihan ini agar siswa dapat memahami dalam memvisualisasikan gambar buah-buahan sesuai dengan perbandingan tiap bagian dari strukur buah, maupun antara bagian buah yang satu dengan yang lain secara keseluruhan. 2. Aspek komposisi dimana dalam latihan ini siswa dituntut untuk dapat menyususun dari beberapa gambar buah-buahan agar terlihat selaras dan seimbang untuk mencapai suatu kesatuan yang harmonis sehingga enak dilihat/ dipandang. 3. Aspek gelap terang dimana siswa perlu mendapatkan latihan-latihan dalam teknik mengarsir untuk bisa menentukan gelap terang dari suatu gambar buahbuahan yang terkena sinar, selain itu pada latihan tersebut juga ditekankan untuk mempertegas karakter dari digambar tersebut sehingga dapat memunculkan kesan tiga dimensi. B. Beberapa Hasil Penelitian yang Relevan. Beberapa hasil penelitian di bawah ini merupakan kajian yang sudah dilakukan khususnya yang berkaitan dengan metode dril.

1. Hasil Penelitian yang terkait dengan Metode Dril. Penelitian tentang metode dril telah dilakukan Priono (2008) dalam kajiannya yang berjudul Implementasi Improving Learning Dengan Metode Drill dan Resitasi sebagai Usaha untuk Meningkatkan Keaktivan Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika (PTK Pembelajaran Matematika Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta kelas VIII Tahun Ajaran 2007/2008). Penelitian melalui metode dril ini dikaitkan dengan metode resitasi dengan implementasi improving learning. Kelebihan dalam metode dril adalah sebagai upaya untuk meningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Berbeda dengan Priono penelitian metode dril yang dilakukan oleh Ridwan Armansyah (2005), tentang Pengaruh Metode Drill dengan Resitasi Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Penelitian dengan menggunakan metode dril ini sangat berpengaruh pada siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi, sedangkan untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah tidak terjadi perubahan. Kelemahan dari pengaruh penggunaan metode tersebut sangat jelas terletak pada tingkat keaktifan proses belajar siswa, sehingga faktor yang menentukan keberhasilannya bukanlah dari metode yang digunakan melainkan faktor dari tingkat aktivitas siswa itu sendiri. Lain halnya dengan penelitian metode dril yang dilakukan Eni Endang Sulistyorini (2005) yang berjudul Pengajaran matematika dengan metode drill dan variasi pemberian tugas pada pokok bahasan lingkaran ditinjau dari keaktifan siswa (SMP Negeri 1 Ngrampal Sragen kelas II Tahun Ajaran 2004/2005). Penelitian metode dril ini berkaitan dengan variasi pemberian tugas pada pokok bahasan lingkaran. Penelitian ini sangat memiliki pengaruh yang positif akan perbedaan prestasi belajar Matematika, hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan dari prestasi belajar Matematika sebelumnya. Kelemahan dari penggunaan metode dril dengan variasi pemberian tugas terletak pada pengaruh keaktifan belajar Matematika pada pokok bahasan lingkaran siswa terhadap prestasi belajar Matematika, interaksi tersebut tidak memiliki pengaruh apapun terhadap prestasi belajar siswa dalam pelajaran Matematika. Dari ketiga kajian yang telah dilakukan pada dasarnya persoalannya menurut hemat penulis berkutat tentang metode untuk mengajar bidang pelajaran matematika. Dalam hal lain penelitian metode dril tersebut masih terbatas pada kajian yang bersifat teoritis atau penalaran, sehingga belum menyentuh permasalahan yang terkait dengan pelajaran ketrampilan. Pada bentuk penelitian metode dril dalam bidang yang lain Miftahudin (2008), mengkaji tentang Drill sebagai Metode Pengajaran Sharf (Studi Eksploratif Metode Pengajaran Sharf Di Madrasah Diniyah Ibtidaiyah Pondok Pesantren Pembangunan Miftahul Huda Cigaru I Majenang Cilacap Jawa Tengah). Hasil simpulan menunjukkan bahwa metode ini mempuyai ciri khas penghafalan-penghafalan aturan-aturan gramatikal atau rules of gramar atau sejumlah kata-kata tertentu, dengan demikian kegiatan ini merupakan kegiatan praktek penerapan kaidahkaidah tata bahasa, sehingga untuk pelajaran sharf dengan menggunakan dril sebagai metode pokoknya mempunyai pengaruh yang baik dalam proses latihan

karena memiliki tujuan untuk menanamkan kebiasaan, menambah kecepatan, ketepatan dan kesempurnaan dalam melakukan sesuatu. Di lain pihak kurangnya alokasi jam pelajaran, banyaknya aktifitas siswa dan kurang disiplinnya guru bisa menjadi salah satu faktor penghambat terhadap kegiatan belajar mengajar. Dari beberapa hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode dril sebagian besar diterapkan pada mata pelajaran yang berhubungan erat dengan proses berhitung dan menghafal. Kelemahan dari efektifitas penggunaan metode dril tersebut sangat tergantung pada tingkat kemampuan siswa dalam berhitung dan menghafal. Dari beberapa kajian di atas menguatkan bahwa penelitian dalam bidang kesenian khususnya untuk seni rupa yang sarat dengan aspek kemampuan ketrampilan belum dikaji. Keprihatinan ini menjadikan titik awal penting dalam penelitian secara mendalam mengenai penerapan metode dril dalam konteks peningkatan kemampuan ketrampilan menggambar bentuk. Dengan demikian penelitian yang dilakukan menjadi sangat beralasan karena sejauh ini belum ada penelitian tentang hal ini. 2. Hasil Penulisan Skripsi tentang Gambar Bentuk Dari beberapa sumber seperti jurnal ilmiah, informasi internet, belum bisa ditemukan hasil penelitian yang relevan berkaitan dengan gambar bentuk. Sangat disayangkan karena pada pendidikan seni rupa untuk pokok bahasan gambar bentuk merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan ide dan kreativitas diri seorang siswa. Tetapi fakta menunjukkan bahwa kajian mengenai gambar bentuk apalagi dalam hubungannya dengan penelitian tindakan kelas belum dilakukan. Dengan berdasarkan pada belum adanya penelitian metode dril dalam meningkatkan kemampuan menggambar bentuk, maka perlu dilakukan kajian yang bersifat aksi di kelas agar bisa meningkatkan prestasi belajar menggambar bentuk yaitu dengan penelitian tindakan kelas. C. Kerangka Berpikir. Penggunaan metode pembelajaran pada mata pelajaran Seni Budaya sangat beragam terkhusus pada kelas VII. Pada mata pelajaran ini meliputi beberapa sub pokok bahasan, salah satu di antaranya adalah menggambar bentuk. Proses pembelajaran menggambar bentuk dalam penelitian ini menggunakan metode dril sebagai salah satu sarana untuk melatih meningkatkan kemampuan ketrampilan menggambar bentuk pada anak didik. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dilakukan tindakan di kelas dengan memberikan pembelajaran kepada siswa dalam rangkaian kegiatan proses belajar mengajar. Anak sebagai subjek didik merupakan sasaran yang dikenai dalam usaha meningkatkan ketrampilan menggambar bentuk. Guru dalam hal ini sebagai pelaku yang membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam menggambar bentuk di kelas. Peran guru sangat penting dalam memberikan bimbingan, motivasi dan materi yang dapat memacu subjek didik dalam meningkatkan kemampuan menggambar bentuk dengan metode yang diterapkannya yaitu metode dril. Metode dril dipilih sebagai sarana untuk memacu para subjek didik dalam

mengembangkan kemampuannya dalam menggambar bentuk dari yang semula ditemukan masih memiliki banyak kelemahan, kemudian ditingkatkan melalui tindakan (action) agar menjadi lebih baik. Beberapa aspek yang akan ditingkatkan dalam kemampuan menggambar bentuk antara lain meliputi: proporsi, komposisi, gelap terang dan kemampuan tekniknya. Langkah secara sistematis untuk mencapai tujuan tersebut ditempuh dengan penelitian prosedur tindakan kelas yang meliputi langkah perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi secara siklus terus menerus hingga sampai dihasilkan prestasi yang maksimal. D. Hipotesis Tindakan. Menurut Muhammad Nazir dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris (1988: 182). Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta perpaduan dari verifikasi. Hipotesis merupakan keterangan sementara dari fenomena-fenomena yang komplek. Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang tingkah laku, gejala-gejala, atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Suatu hipotesis adalah pernyataan masalah yang spesifik. Karakteristik hipotesis yang baik adalah: dapat diteliti, menunjukkan hubungan antara variablevariabel, dapat diuji, mengikuti temuan-temuan penelitian terdahulu. Dengan mengacu pada pengertian di atas maka dalam penelitian tindakan kelas ini dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut: Ada peningkatan prestasi subjek didik dalam kemampuan menggambar bentuk buah-buahan melalui penerapan metode dril pada pokok bahasan menggambar bentuk mata pelajaran seni budaya semester I di kelas VII A MTs Yasin Gemolong tahun pelajaran 2009/2010. Diposkan oleh Putra Manut CS di 04:51 Reaks i: 0 komentar: Poskan Komentar Link ke posting ini

Buat sebuah LinkPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Cari Blog IniTop of Form

diberdayakan olehBottom of Form

Pengikut CommunityPost Komentar

Tampilan slide

Aan Baidillah Halian Apa yg bisa di kerjakan hari ini kerjakanlah, jangan di tunda hari esok Beranda Berita Pendidikan Biografi Biografi Pencipta Lagu CERITA RAKYAT Foto Kata Mutiara Lirik Lagu Anak Lirik Lagu Daerah Lirik Lagu Kenangan Lirik Lagu Wajib Mendidik Anak PLPG SENI BUDAYA PTK SENI MUSIK Renungan RPP SENI BUDAYA KELAS 7 RPP SENI BUDAYA KELAS 8 RPP SENI BUDAYA KELAS 9

RSS

SERTIFIKASI GURU SILABUS SENI BUDAYA SMPN 2 Ciampel Video Wakwaw

PTK SENI MUSIKA. JUDUL PENELITIAN Perbandingan Efektifitas Metode Drill Dengan Metode Demonstrasi Dalam Mengajarkan Alat Musik Rekorder Sopran Di Kelas VIII A SMP Negeri 2 Ciampel. B. LATAR BELAKANG Dalam merencanakan proses belajar mengajar dari seorang guru dituntut untuk dapat menentukan langkah-langkah yang sistematis dan efektif. Hal ini dilakukan karena tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan khususnya pendidikan seni musik mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru harus mengusahakan metode yang tepat yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Pengertian metode disini dalah prosedur atau cara yang ditempuh dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Sehubungan dengan ini Jamalus mengatakan bahwa metode penyajian dalam proses belajar mengajar ialah seperangkat upaya yang direncanakan dan disusun dengan tujuan menciptakan suasana belajar mengajar yang menguntungkan. Jadi perlu adanya perencanaan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Disamping kompetensi keguruan lainya, dari segi internal siswa, seorang guru perlu mengetahui bahwa kemampuan tiap siswa dalam bidang musik berbeda- beda. Ada siswa yang mampu dalam pelajaran teori musik tetapi lemah dalam pelajaran vocal atau sebaliknya. ada siswa yang lemah dalam teori musik dan vocal, tetapi dalam hal memainkan salah satu alat musik mungkin cukup terampil, hal ini perlu mendapat perhatian dari guru agar dalam memberikan evaluasi kepada siswa tetap objektif. Didalam kurikulum SMP tahun 1984, tentang Garis garis Besar Program pengajaran ( GBPP ) bidang studi musik, dinyatakan dalam Tujuan Instruksional Umum (TIU), pengetahuan tentang teknik memainkan alat musik, dan mampu menerapkannya dalam bermain musik, baik secara perorangan maupun bersama-sama. Penulis dalam penelitian tindakan kelas ini memilih alat musik rekorder sopran sebagai sarana pengajaran karena alat musik tersebut dapat terjangkau harganya oleh siswa, praktis untuk dibawa ke sekolah serta cara memeinkannya pun relatif mudah. Mengajarkan alat musik rekorder sopran berarti mengajarkan penguasaan keterampilan psikomotor, karena melibatkan otot otot jari tangan. Ada beberapa jenis metode pengajaran seni musik. Alternatif metode yang termasuk kategori pengajaran keterampilan psikomotor ialah metode driil dan metode demonstrasi. Menurut pengamatan penulis pengajaran alat musik rekorder sopran disekolah sekolah, guru hanya cukup mendemostrasikan. sehingga dalam interaksi kegiatan belajar mengajar gurulah yang lebih aktif. Situasi demikian cenderung membuat siswa pasif, sehingga keterampilan siswa kurang terbentuk, dan akibatnya hasil pengajaran kurang memuaskan. Padahal dalam mengajarkan alat musik rekorder sopran yang dominan mengandung aspek psikomotor, perlu dengan cukup mengajarkan keterampilan berupa latihan latihan dari pelajaran yang telah

diberikan. Untuk menciptakan suasana demikian perlu diterapkan metode pengajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih aktif, sehingga dapat dicapai hasil belajar yang optimal. Metode pengajaran yang dimaksud yaitu metode drill, metode yang digunakan guru dalam mengajar dengan melatih keterampilan dan ketangkasan siswa dengan cara mengulang ngulang untuk membiasakan gerakan secara otomatis. Penerapan metode drill boleh dikatakan jarang dilakukan dikelas jika dibandingkan dengan metode demonstrasi dalam mengajarkan alat musik rekorder sopran. Metode drill lebih menekankan kepada pengulangan dengan tujuan mencapai gerak otot secara otomatis, sedangkan metode demonstrasi lebih menekankan segi peniruan dan penggunaan konsep. Berdasarkan pernyataan di atas, terdapat perbedaan karakter kedua metode tersebut. Agar mendapat gambaran yang lebih jelas, dalam penelitian tndakan kelas ini penulis tertarik untuk meneliti perbandingan kedua metode tersebut terhadap hasil belajar siswa dalam mempelajari alat musik rekorder sopran. C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas ini adalah: Perbandingan efektifitas metode drill dengan metode demonstrasi dalam mengajarkan alat musik rekorder sopran di kelas VIII A SMP Negeri 2 Ciampel. Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah metode drill lebih efektif dibandingkan dengan metode demonstrasi dalam mengajarkan alat musik rekorder sopran di kelas VIII A SMP Negeri 2 Ciampel ? atau 2. Apakah metode demonstrasi lebih efektif dibandingkan dengan metode drill dalam mengajarkan alat musik rekorder sopran di kelas VIII A SMP Negeri 2 Ciampel ? D. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan untuk : 1. Mengumpulkan data tentang nilai hasil belajar rekorder sopran di kelas VIII A SMP Negeri 2 Campel melalui metode drill. 2. Mengumpulkan data tentang nilai hasil belajar rekorder sopran di kelas VIII A SMP Negeri 2 Campel melalui metode demonstrasi. 3. Membandingkan keefektifan antara metode driil dengan metode demonstrasi dalam mengajarkan alat musik rekorder sopran di kelas VIII A SMP Negeri 2 Campel. E. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat berguna untuk: Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Ciampel dalam memainkan alat musik rekorder sopran dengan menggunakan metode drill. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Ciampel dalam memainkan alat musik rekorder sopran dengan menggunakan metode demonstrasi. Meningkatkan motivasi siswa dalam memainkan alat musik rekorder sopran dengan menggunakan metode drill maupun metode demonstrasi. F. KAJIAN PUSTAKA a). Hakikat Metode Mengajar Penggunaan metode pengajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya guru, siswa, dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat B. Suryobroto:

Metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Tetapi khususnya dalam bidang pengajaran disekolah. ada beberapa faktor lain yang ikut berperan dalam menentukan efektifnya metode pengajaran, antara lain adalah faktor guru itu sendiri, faktor anak, dan faktor situasi ( lingkungan belajar). Metode mengajar yang digunakan dalam pengajaran musik banyak jenisnya, dan tiap jenis metode pengajaran pada umumnya dibicarakan secara terpisah. Namun dalam pelaksanaannya di kelas hampir tidak ada metode yang diterapkan sendiri sendiri secara terpisah. Biasanya yang dilakukan guru adalah gabungan dari beberapa metode. Seperti dikatakan oleh Jamalus bahwa : .tidak ada satu pun metode yang paling ampuh dan sempurna. Tiap tiap metode pengajaran mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Begitu juga dalam mengajarkan alat musik rekorder sopran, perlu digunakan metode yang tepat yang sesuai dengan tujuan pengajaran tersebut. Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang dominan dalam mengajarkan rekorder sopran, karena melibatkan gerakan otot otot jari, bibir dan lidah. Sehubungan dengan aspek psikomotor Bloom menyatakan : Psikomotor adalah kemampuan yang menekankan kepada keterampilan motorik atau gerakan motorik, keterampilan otot, dan beberapa kegiatan yang menghendaki koordinasi syaraf syaraf otot. Selanjutnya Dave mengklasifikasi aspek psikomotor kedalam 5 kategori, dari tingkatan yang rendah sampai pada tingkat yang paling tinggi yaitu : 1. Imitation ( peniruan ) : suatu keterampilan untuk menirukan sesuatu yang telah dilihat, didengar dan dialaminya. 2. Manipulation ( penggunaan Konsep ) : keterampilan untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan. 3. Presition ( ketelitian ) : keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan melakukan gerakan secara teliti dan benar. 4. Articulation ( rangkaian ) : keterampilan untuk merangkaiakan bermacam macam gerakan secara berkesinambungan. 5. Naturalisation ( naturalisasi ) : keterampilan untuk melakukan gerakan secara wajar. Selanjutnya Dave menyatakan bahwa alternatif metode yang termasuk kategori pengajaran keterampilan psikomotor ialah metode demonstrasi dan metode drill. Sehubungan dengan itu Dave mengkategorikan aspek psikomotor yaitu : Metode Demonstrasi adalah alternatif metode yang termasuk kategori metode pengajaran psikomotor tingkat imitation ( peniruan ) dan tingkat manipulation (penggunaan konsep ). sedangkan Metode Drill adalah alternatif metode yang termasuk kategori pengajaran keterampilan psikomotor tingkat resition ( ketelitian ), articulation ( rangkaian ) dan naturalisation ( naturalisasi ). b) Hakikat Metode Demonstrasi Mengenai metode demonstrasi Iman Szah Alipandie memberikan batasan sebagai berikut : Metode Demonstrasi ialah suatu metode mengajar yang dilakukan guru atau seseorang lainnya dengan memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Guru menjanjikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau prosesnya. Selanjutnya Jusuf Djayadisastra berpendapat bahwa dalam metode ini peranan guru sangat menentukan karena kejelasan dari sesuatu yang dipertunjukkan dan dijelaskan tergantung dari cara guru tersebut memperlihatkannya. Penggunaan metode demonstrasi khususnya, dalam mengajarkan alat musik rekorder sopran, guru terlebih dahulu mendemonstrasikan seluruh lagu yang nantinya akan dimaninkan oleh siswa. Peranan guru sangat besar karena dituntut untuk mampu menguasai alat musik yang

nantinya akan dimainkan oleh siswa. Peranan guru sangat besar karena guru dituntut untuk mampu menguasai alat musik yang akan didemonstrasikan kepada siswa, dan guru harus dapat bermain sesempurna mungkin, seperti pendapat dari J.Brian Brocklehurat bahwa standar yang baik pada permainan rekorder dapat dicapai hanya jika guru sendiri dapat bermain dan mendemonstrasikan alat musik tersebut dengan sempurna. Jika perlu guru dapat mengulang kembali demonstrasi agar siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas dan keterampilan yang lebih tinggi dengan berfartisipasi aktif dalam melakukan demonstrasi, setelah guru mendemostrasikan cara memainkan alat musik rekorder sopran, siswa segera dapat melakukannya. Metode demonstrasi termasuk kedalam metode pengajaran keterampilan psikomotor tingkat peniruan dan penggunaan konsep. Siswa dituntut untuk dapat mendemostrasikan apa yang sedang dipelajarinya.pada awalnya peniruan yang dilakukan siswa masih dalam tahap yang dasar. Setelah itu siswa harus dapat mencoba sendiri, dan diharapkan ia dapat belajar tanpa meniru lagi dan dapat menginterprestasikan lagu yang dimainkannya pada alat musik rekorder sopran dengan benar. Hal ini akan berpengaruh positif bagi siswa yang aktif karena ia terus mencari dan mencoba untuk mendapatkan konsep yang paling benar dari hasil peniruannya. Tapi lain halnya bagi siswa yang pasif, keadaan ini tentu sangat menyulitkan karena siswa masih membutuhkan rangsangan untuk mendapat konsep yang benar. Demonstrasi kurang epektif bila tidak diikuti dengan aktifitas, dimana siswa dapat bereksperimen dan menjadikan eksperimen itu pengalaman pribadi. Dengan mendapatkan pengalaman praktek bermain instrumen rekorder sopran berarti setiap siswa telah mengalami dan merasakan sendiri pengaruh pengajaran musik yang makin sempurna. kemudian agar diketahui hasilnya baik oleh guru maupun teman sekolah, siswa diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan alat musik tersebut dikelas. Demikian perlunya metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar musik, di mana alat bantu pelajaran yang digunakan selalu membantu sekaligus mencegah verbalisme. Bukan kata-kata yang dijelaskan oleh guru akan tetapi peragaan atau demnstrasi melalui tindakan, karena dengan verbalisme akan membosankan siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Madyo Ekosusilo: Agar suatu lagu yang akan dipelajari dapat menarik perhatian siswa, demonstrasi guru sangat diperlukan. Demikian pula dalam menjelaskan beberapa aspek teori musik, misalnya tentang akor, birama, unsur ritmik, ansambel dan sebagainya. jika hal-hal tersebut hanya dijelaskan tanpa contoh, akan memberikan kesan yang verbalistis. Adapun kelebihan dan kekurangan daripada metode demonstrasi adalah sebagai berikut : Kelebih- kelebihan 1. Membentuk pengertian yang baik dan sempurna karena siswa mengamati secara langsung permainan alat musik rekorder sopran. 2. Perhatian siswa dapat terpusat pada hal-hal penting yang didemonstrasikan oleh guru. 3. Siswa dapat menirukan atau melakukan dengan segera dan tepat sesuatu kecakapan yang memerlukan keterampilan motorik. Kekurangan- kekurangan 1. Metode ini akan merupakan metode yang tidak wajar apabila alat musik yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. 2. Setiap siswa dituntut untuk dapat mendemonstrasikan kembali setelah guru mendemonstrasikan alat musik rekorder sopran. Hal ini tentu sangat memberatkan siswa yang baru mempelajari alat musik tersebut. 3. Guru mengira bahwa prinsip yang hendak ditonjolkan itu sudah jelas karena guru telah berkali kali mengulang mendemonstrasikan.

4. Guru tidak dapat mengadakan kontrol penuh terhadap respon siswa. 5. Siswa lebih banyak mengingat lagu yang telah didemonstrasikan oleh guru daripada membaca secara sadar penulisan notasi balok dalam lagu. C. Hakekat Metode Drill Terlepas dari metode demonstrasi untuk memperoleh ketangkasan dan keterampilan bermain rekorder sopran diperlukan latihan-latihan. Untuk latihan ini diperlukan metede drill atau metode latihan siap. Imansjah Alipandie memberikan batasan tentang metode drill atau metode latihan siap sebagai berikut: Metode latihan siap ialah cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan jalan melatih ketangkasan atau katerampilan para murid terhadap bahan pelajaran yang yang telah diterima. Metode drill sangat tepat digunakan pada pelajaran yang memerlukan respon berupa tingkah laku. Pendapat lain menyatakan , metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan, agar bersipat permanen. Dengan demikian pengulangan dari tingkah laku yang telah dipelajari disamping akan menguatkan tingkah laku juga menjadikan tingkah laku itu bagian dari siswa, sehingga siswa dapat melakukan permanan alat musik recorder sopran dengan mudah, dengan melakukan lathan-lathan yang sistematik, siswa akan terbiasa melakukan gerakan yang otomatis. Perlakuan utama pada metode drill dalam mengajarkan alat musik recorder sopran, dengan memberikan latihan yang dilakukan secara berulang-ulang pada bagian lagu yang dianggap penting, umpamanya pada latihan tangga nada dan bagian lagu yang mempunyai pola ritmik dan teknik penjarian yang agak sulit Teknik penjarian merupakan hal yang sangat penting dalam mengajarkan alat musik recorder sopran. Teknik penjarian ini dapat dilatih secara berulang ulang untuk membiasakan gerakan jari secara otomatis. Sehubungan dengan latihan penjarian Latipah Kodijat menyatakan bahwa Penjarian yang baik adalah setengah hasil pekerjaan pengaruh latihan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya memiliki situasi yang berbeda-beda terhadap peningkatan keterampilan siswa. Selanjutnya guru melakukan koreksi terhadap respon siswa. Jika terjadi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa maka guru dengan segera melakukan perbaikan-perbaikan. Metode drill merupakan alternatif metode yang termasuk kategori metode pengajaran keterampilan psikomotor tingkat presition( ketelitian), articulation ( perangkaian), Naturalisation( naturalisasi). Dalam tingkat presition siswa menunjukan permainan alat musik rekorder sopran dengan teliti dan benar, sesuai dengan unsur- unsur musik tersebut misalnya irama, birama, nada, harmoni, dan ekspresi. Irama adalah jiwa, kehidupan, vitalitas musik. Dan birama adalah kerangka lagu, yang memberikan bentuk kepada lagu. Memainkan lagu dengan irama yang salah akan merubah watak lagu. Nada adalah bahan pokok dari lagu. Deretan nada- nada (melodi) mempertinggi daya ungkap perasaan yang ada dalam kalimat lagu. Unsur- unsur musik tersebut dapat diterapkan secara benar dalam memaikan alat musik rekorder sopran, jika melakukan latihan secara rutin dan kontinu. Untuk tingkat articulation, siswa dapat menunjukan permainan alat musik rekorder sopran secara berkesinambungan dan lancar. Sedangkan tingkat naturalisation, siswa dapat mengekspresikan lagu yang dibawakannya pada alat musik rekorder sopran dengan wajar. Dalam memberikan latihan-latihan guru pun harus kreatif dalam usahanya mempertahankan minat siswa untuk terus berlatih. Sebab pengulangan yang dilakukan secara terus menerus umumnya akan membosankan siswa. Jadi diperlukan kesabaran, keuletan, dan ketekunan dari guru. Hal pertama yang dimengerti oleh siswa adalah bahwa berlatih berarti mengulang. Setelah beberapa kali berlatih, gerakan ini akan menjadi suatu kebiasaan, dan kita tak perlu berfikir lagi.

Jari akan bergerak secara otomatis tanpa diarahkan secara sadar oleh otak. Semula metode ini berasal dari Herbart yang terkenal dengan teori asosiasinya, yang pada pokoknya berpendapat, dengan mengulang-ngulang pelajaran akan memperkuat tanggapan dan ingatan siswa. Ciri khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan berkali kali dari suatu hal yang sama. Pengulangan ini sengaja dilakukan berkali-kali agar asosiasi antara stimulus (S) dan respon (R) menjadi sangat kuat. Secara sederhana hal ini dapat digambarkan sebagai berikut : Latihan ke-1 SR (asosiasi masih ragu ragu) Latihan ke-2 S. . . . . . . .R (asosiasi masih ada) Latihan ke-3 S _______ R (asosiasi mulai kuat) Latihan ke-4 S =======R (asosiasi sangat kuat) Dengan pengulangan berkali-kali asosiasi yang timbul akan mengalami perubahan yang bertahap. Hal ini berarti koordinasi suatu gerak motorik dapat tercapai jika melakukan berkalikali secara kontinu. Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode drill adalah sebagai berikut ; Kelebihan-kelebihan (1) Metode drill sangat tepat digunakan untuk kecakapan motorik dengan tujuan melatih otomatisasi. (2) Metode ini mengajak siswa untuk dapat berlatih secara intensif untuk membiasakan gerakan secara otomatis. (3) Dengan metode drill guru dapat mengadakan kontrol penuh terhadap respon siswa dalam memainkan alat musik rekorder sopran. Kekurangan-kekurangan (1) Latihan dibawah pengawasan yang ketat dan dalam suasana yang sering mudah sekali menimbulkan kebosanan dan kelelahan siswa. (2) Latihan latihan yang selalu diberikan dibawah bimbingan guru dapat mematikan inisiatif siswa. (3) Drill yang tidak dapat dipahami tujuan dan kemanfaatanya dapat menimbulkan sifat verbalisme. (4) Karena tujuan latihan adalah untuk mengokohkan asosiasi tertentu maka murid akan merasa asing terhadap stimulus-stimulus baru. D. Bermain Alat Musik Rekorder Dalam mempelajari alat musik rekorder sopran secara teoretis akan dijelaskan tentang jens-jenis rekorder, bagian-bagan rekorder sopran, dan teknik memainkannya. a. Jenis jenis rekorder sopran Seperti alat tiup musik lainnya, rekorder mempunyai keluarga tersendiri dimulai dari ukuran yang terkecil hingga yang terbesar. Pada umumnya dkenal 5 (lima) jenis yaitu: sopranino, sopran, alto, tenor dan bass. Rekorder sopran tergolong jenis alat musik tiup (wood wind), dan sekarang sudah banyak dproduksi dari bahan ebonite. Alat musik rekorder sopran dikelompokkan dalam alat musik melodis karena berfungsi sebagai melodi yang merupakan rentetan nada yang mengalir secara ritmis. Sehubungan dengan hal itu sunaryo mengatakan melodi yang dciptakan dapat ditambah daya pengungkapannya dengan memberi warna nada (timbre). Warna nada (timbre) yang keluar dari instrument itu tidak menetapkan suasana yang sebenarnya, melainkan lebih memberi tekanan pada ekspresi melodinya. Dikatakan selanjutnya, ciri khas yang dimiliki rekorder (seruling) yaitu memberi suasana/perasaan dialam bebas misalnya suasana pohon yang rindang, sawah yang terbentang, dan padang alang-alang yang tertiup angin. b. Bagian-bagian rekorder sopran Bagian-bagian rekorder sopran dapat dilihat pada gambar dibawah ini

c. Teknik bermain alat musik rekorder sopran Sikap dalam memainkan alat musik rekorder sopran bisa dilakukan dengan duduk atau berdiri. Keduanya memerlukan sikap badan yang tegak dan bahu bersikap wajar. Hal ini diungkapkan oleh Margaret B. dan Elizabet P dalam bukunya How to play The Rekorder , bahwa pada waktu memegang rekorder kedua tangan tergantung bebas agak juga dari badan. Ketegangan tangan harus dihindarkan. perlu diusahakan kedudukan tangan dengan garis tegak tubuh membuat sudut 40 derajat sampai dengan 60 derajat. Teknik yang paling pokok dalam memainkan alat musik rekorder sopran yaitu teknik pernapasan, teknik penjarian, dan teknik tiupan ( produksi nada). Teknik pernapasan yang digunakan dalam meniup alat musik rekorder sopran ialah dengan teknik pernapasan perut / diafragma, seperti pada teknik menyanyi. Untuk teknik penjarian selanjutnya Agus Setiana menyatakan, penjarian yang baik adalah menutup lubang- lubang rekorder sopran dengan jari bagian atas dari ruas yang paling ujung. Dan untuk teknik tiupan agar produksi nada yang tepat, siswa melakukan teknik pembentukan nada-nada tinggi dan nada rendah. Untuk membunyikan nada- nada tinggi, yang harus diperhatikan adalah bentuk mulut, Bentuk mulut seperti mengucapkan suku kata ti, dan tenggorokan sedikit di tekan agar salurannya menyempit, Dengan demikian udara yang telah didorong oleh diafragma akan keluar dengan tekanan keras, tekanan demikian yang diperlukan untuk membunyikan nada-nada tinggi. Sedangkan untuk membunyikan nada-nada rendah mulut kita seakan akan mengucapkan suku kata tu., besarnya hembusan udara harus lebih diperkirakan jika dbandingkan dengan meniup nada-nada tinggi. Tiupan yang baik akan menghasilkan bunyi nada yang baik pula. G. RENCANA TINDAKAN Populasi penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII A yang berjumlah 40 orang yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok 1 yang berjumlah 20 orang dan kelompok 2 dengan jumlah 20 orang, Setelah itu diundi untuk menentukan kelas dan metode pengajaran yang akan digunakan. Dari pengundian ditentukan, kelompok 1 diberi pengajaran dengan metode drill dan kelompok 2 diberikan pengajaran dengan metode demonstrasi. INSTRUMEN PENELITIAN Tes yang diberikan berupa tes perbuatan, sedangkan materi yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa dalam bermain rekorder sopran adalah sebagai berikut: Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan memainkan alat musik rekorder sopran, yang terdiri tiga bentuk tes. Bentuk tes pertama memainkan 1 buah tangga nada, bentuk kedua memainkan lagu I ( lagu soleram ) dan bentuk ketiga memaikan lagu II ( lagu Semua Tentang Kita ). Nilai tertinggi yang dapat dicapai adalah 100 dengan rincian, bentuk pertama terdiri dar 2 kriteria, nilai maksimal yang dapat dicapai adalah 20. Bagian kedua dan ketiga masing-masing terdiri tiga kriteria penilaian, nilai maksmal yang dapat dicapai oleh tiap-tiap bagian adalah 40. Jadi secara keseluruhan kriteria penilaian ada delapan. Untuk lebih jelasnya, format pengujian instrument penelitian adalah sebagai berikut : Aspek yang duji Tangga nada Lagu I Lagu II Jml Tempo (1) Ketepatan nada (2) Sikap (3) Teknik (4) Eksprs. (5) Sikap (6) Teknik

(7) Eksprs. (8) Skor (10) (10) (8) (16) (16) (8) (16) (16) (100) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. dst. Keterangan (1) = penilaian tempo pada tangga nada (2) = penlaian ketepatan nada pada tangga nada (3) = penilaian sikap pada lagu I (4) = penilaian teknik memainkan rekorder sopran pada lagu I (5) = penilaian ekspresi pada lagu I (6) = penilaian sikap pada lagu II (7) = penilaian teknik memainkan rekorder sopran pada lagu II (8) = penilaian ekspresi pada lagu II Skor Penilaian 1. Tangga nada : Tempo (1).(skor maksimal 10) Ketepatan nada (2).(skor maksimal 10) 2. Lagu I : Sikap (3).(skor maksimal 8) Teknik (4).(skor maksimal 16) Ekspresi (5).(skor maksimal 16) 3. Lagu II : Sikap (6).(skor maksimal 8) Teknik (7).(skor maksimal 16) Ekspresi (8).(skor maksimal 16) _______________________________________ Jumlah skor maksmal = 100 Penelitian Tindakan Kels ini dilakukan oleh dua orang penguji, kemudian hasilnya dirataratakan. untuk validitas, digunakan validitas isi (content validity) yaitu sebuah tes untuk mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi yang diberikan. TEKNIK ANALISIS DATA Hipotesis Nol yang diuji HO = Metode demonstrasi sama efektifnya dengan metode drill dalam mengajarkan alat musik rekorder sopran. Hipotesis Statistik HO = 1 = 2 HP = 1 > 2 Keterangan 1 = Nilai rata-rata kelompok eksperimen 2 = Nilai rata-rata kelompok kontrol. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan rumus uji-t satu arah, pada taraf signifikansi 0.05. Rumusan pengujian adalah :

t = x_1 x_2 x1^2 + x2^2 1 + 1 n_1 + n_2 2 n_1 n_2 Keterangan : x_1 = mean dari kelompok yang menggunakan metode drill x_1 = mean dari kelompok yang menggunakan metode demonstrasi x1^2 = jumlah skor simpangan yang dikuadratkan dari kelompok yang menggunakan metode drill. x2^2 = jumlah skor simpangan yang dikuadratkan dari kelompok yang menggunakan metode demonstrasi n_1 = jumlah sampel dari kelompok yang menggunakan metode drill n_2 = jumlah sampel dari kelompok yang menggunakan metode demonstrasi JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2011 dan 12 Maret 2011. Siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2011 dan 19 Maret 2011. ANGGARAN BIAYA KEGIATAN Rincian Biaya yang diusulkan Pemasukan Dana dari Program SSN Rp. 500.000,00 Pengeluaran a) Transport penguji 2 Rp. 100.000,00 b) Biaya print Lembar Kerja, proposal, dan pelaporan Rp. 150.000,00 c) Dokumentasi Rp. 50.000,00 d) Biaya observasi Rp. 200.000,00 Jumlah Rp. 500.000,00 DAFTAR PUSTAKA Ary, Donald, et, al. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Terjemahan Arief Furchan. Surabaya : Penerbit Usaha Nasonal, 1982. Departemen P dan K. Kurikulum Menengah Pertama (SMP) 1984. Jakarta : PN Balai Pustaka, 1988. Djayadisastra, Yusuf. Metode-Metode Mengajar. Bandung Angkasa, 1982 IKIP Jakarta, Pedoman Penulisan Ilmiah. Jakarta : IKP Jakarta, 1986. Jamalus, ed. Musik 4. Jakarta : Proyek Pengadaan Buku Sekolah Pendidikan Guru, 1981. Setiana, Agus. Tuntunan Bermain Serulng Sopran. Jakarta : Penerbit Yayasan Musik Indonesia, 1982. Soeharto, M. Belajar Main Rekorder. Jakarta Penerbit PT Gramedia, 1987. Suryobroto, B. Mengenal Metode Pengajaran di Sekolah. Yogyakarta : Amarta, 1986.

RPP Sekolah : SD Mata Pelajaran : SBK

Kelas/ Semester:4 /2 Standar Kompetensi : Seni Musik 12.Mengapresiasi Karya seni Musik Kompetensi Dasar : 12.1 Memainkan alat music melodis sederhana 12.2 Menyiapkan penyajian lagu daerah dan lagu wajib dengan iringan sederhana. 12.3 Menyanyikan lagu daerah dan lagu wajib dengan iringan sederhana Indikator: 12.1.1Siswa mampu