Top Banner

of 17

LA, CT, PT

Mar 06, 2016

Download

Documents

rywid

LA, CT, PT
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • disusun oleh:

    1. Dezetty Monika (1406583691) 2. Ryanti Widya Savitri (1406584183)

    FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

    DEPOK 2015

    Tugas PSTL

    Lightning Arrester (LA) dan Trafo Pengukuran (CT & PT)

    pada Gardu Induk

  • DAFTAR ISI

    Cover .................................................................................................................................. i

    Daftar Isi ............................................................................................................................ ii

    PART I Lightning Arrester (LA) ............................................................................................ 1

    A. Pengertian LA ..................................................................................................................... 1

    B. LA dalam Single Line Diagram (SLD)................................................................................... 2

    C. Prinsip LA ............................................................................................................................ 2

    1. Mekanisme Pengalihan Petir ke Ground....................................................................... 2

    2. Rasio Proteksi ................................................................................................................ 3

    3. Jarak Aman Pemasangan LA ......................................................................................... 4

    D. Jenis-jenis LA ...................................................................................................................... 4

    E. Pemeriksaan dan Pemeliharaan LA .................................................................................... 6

    PART II Trafo Pengukuran (PT dan CT) ................................................................................ 7

    A. Pengertian PT dan CT ......................................................................................................... 7

    B. PT dan CT dalam Single Line Diagram (SLD)....................................................................... 7

    C. Prinsip Kerja ........................................................................................................................ 8

    1. PT ................................................................................................................................... 8

    2. CT................................................................................................................................... 9

    D. Jenis-jenis Trafo Pengukuran ........................................................................................... 10

    1. PT ................................................................................................................................. 10

    2. CT................................................................................................................................. 11

    E. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Trafo Pengukuran ......................................................... 15

    ii

  • PART I Ligtning Arrester (LA) A. Pengertian LA

    Lightning Arrester adalah peralatan proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh lightning surge (sambaran petir) dan switching surge (surja hubung) yang digunakan pada sistem tenaga listrik di atas 1 kV. LA berfungsi menangkap gelombang berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi peralatan listrik. Gelombang berjalan juga dapat berasal dari pembukaan dan penutupan pemutus tenaga atau circuit breaker (switching). LA (Gambar 1) bersifat sebagai bypass di sekitar lokasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan, sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolator peralatan listrik.

    Gambar 1 LA pada trafo di gardu induk B. LA dalam Single Line Diagram (SLD) LA hanya memproteksi peralatan listrik dengan koneksi paralel. Sesuai fungsinya yaitu melindungi peralatan listrik pada sistem jaringan terhadap tegangan lebih yang disebabkan surja petir/surja hubung maka pada umumnya arrester dipasang pada setiap ujung yang memasuki Gardu Induk (Gambar 2). Selain itu, LA harus berada di depan setiap trafo dan harus terletak sedekat mungkin dengan trafo. Hal ini diperlukan karena pada petir yang merupakan gelombang berjalan menuju ke trafo, petir akan melihat trafo sebagai suatu ujung terbuka (karena trafo mempunyai isolasi terhadap bumi/tanah), sehingga gelombang pantulannya akan saling memperkuat dengan gelombang yang 1

  • datang. Berarti, trafo dapat mengalami tegangan surja dua kali besarnya tegangan gelombang surja yang datang. Untuk mencegah terjadinya hal ini, LA harus dipasang sedekat mungkin dengan trafo. C. Prinsip LA Pada prinsipnya, LA tidak mengabsorbsi petir dan tidak menghentikan petir. Namun, LA

    mengalihkan petir ke ground dan membatasi tegangan dari petir. Sehingga, rating untuk arus

    arrester memerlukan informasi data statistik petir setempat.

    1. Mekanisme Pengalihan Petir ke Ground Pada keadaan normal, LA berlaku sebagai isolator. Saat timbul tegangan surja, alat ini

    bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah, sehingga dapat mengalirkan arus

    yang tinggi ke tanah. Setelah surja, LA harus dapat dengan cepat kembali menjadi isolator.

    Gambar 3 Ilustrasi MOV, Komponen Penyusun Lightning Arrester

    Gambar 2 SLD Gardu Induk Simpang Tiga

    2

  • Perkembangan dari LA diantaranya penggunaan oksida seng Zn02 sebagai bahan katup.

    LA tersusun dari piringan MOV (Gambar 3). Pada setiap piringan MOV dengan diameter 35

    mm dan tinggi 35 mm, terdapat 28 milyar butiran metal oxide. Hubungan antara butiran

    tersebut membentuk jalur untuk arus dari terminal atas ke terminal bawah arrester. Secara

    kinerja, MOV merupakan saklar elektronika yang bekerja sangat cepat. Pada kondisi normal

    tegangan AC, saklar terbuka. Namun, ketika ada tegangan dari petir maka saklar tertutup. 2. Rasio Proteksi Rasio proteksi (Gambar 4) adalah ukuran kemampuan arrester untuk melindungi

    peralatan atau sistem. Rasio ini diperoleh dari perbandingan dua tegangan, yaitu ketika LA

    bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi untuk membuang muatan listrik dari

    surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar

    tidak terjadi arus pada tegangan operasi.

    Rasio protective margin (PM) dapat dirumuskan sebagai:

    =

    1 100% dimana BIL adalah Basic Insulation Level Lightning Arrester (kV) dari peralatan yang akan

    diproteksi, sedangkan IR adalah Residual Volt (kV) atau harga pelepasan arrester.

    Gambar 4 Protective Margin

    3

  • 3. Jarak Aman Pemasangan LA

    Gambar 5 Ilustrasi Jarak Aman Pemasangan LA

    Untuk mencari jarak aman pemasangan arrester digunakan rumus berikut:

    = + 2/ dimana adalah tegangan terminal dari peralatan yang dilindungi atau trafo (kV), adalah

    kecuraman gelombang tegangan surja yang datang (kV/s), adalah jarak maksimal dari

    arrester ke trafo (m), dan adalah kecepatan rambat gelombang tegangan surja (m/s).

    Sedangkan, peletakan arrester diupayakan seefektif mungkin dengan menerapkan Zona

    Area Proteksi, yaitu membagi cakupan daerah yang akan diproteksi dalam bagian tertentu

    yang dibentuk oleh dinding bangunan, ruangan-ruangan, peralatan-peralatan dan permukaan

    dari logam. D. Jenis-jenis LA Terdapat dua macam arrester yang umum dipergunakan, yaitu:

    Gambar 7 Arrester jenis Katup Gambar 6 Arrester jenis Ekspulsi

    4

  • 1. Jenis Ekspulsi

    Arrester jenis ini mempunyai dua jenis sela, yaitu sela luar dan sela dalam. Sela dalam

    diletakkan di dalam tabung serat. Ketika pada terminal arrester tiba suatu surja petir maka

    kedua sela tepercik. Arus susulan memanaskan permukaan dalam tabung serat, sehingga

    tabung akan mengeluarkan gas. Arus tersebut merupakan arus yang berbentuk sinusoidal,

    sehingga suatu saat pasti akan mencapai siklus dengan nilai nol. Ketika mencapai nol maka

    gas pada tabung akan menjadi isolasi yang akan memadamkan arus tersebut.

    Arrester jenis ini (Gambar 6) mampu melindungi trafo distribusi dengan rating tegangan

    3-15kV, tetapi belum mampu melindungi trafo daya yang memiliki rating daya lebih besar.

    Arrester jenis ekspulsi ini dapat juga dipasang pada saluran transmisi hantaran udara untuk

    mengurangi gangguan surja petir yang masuk ke gardu induk.

    2. Jenis Katup

    Arrester jenis ini (Gambar 7) berupa beberapa sela percik yang dihubungkan seri dengan

    resistor tak linier. Resistor tak linier akan memiliki tahanan yang rendah ketika dialiri arus

    besar dan tahanan akan menjadi besar ketika arus kecil. Resistor yang umum digunakan

    berasal dari bahan silikon karbid. Sela percik dan resistor tak linier ditempatkan pada tabung

    isolasi sehingga arrester ini tak dipengaruhi udara luar.

    Metode pengamanan pada arrester ini adalah, ketika terjadi surja petir dan sela arrester

    akan tepercik maka akan ada arus masuk yang cukup besar pada arrester. Karena resistor

    yang digunakan adalah resistor tak linier maka ketika awal surja nilai tahanan akan mengecil

    karena arus yang membesar. Hal ini akan membatasi tegangan maksimal pada terminal

    arrester, namun ketika arus mulai turun maka tahanan resistor membesar, sehingga arus

    susulan dapat dihambat oleh nilai tahanan yang besar ini. Biasanya, arus dapat dikendalikan

    hingga mencapai arus nominal yang dikenal sebagai arus kendali sebesar 50 A. Saat tegangan

    sesaat sistem nol, percikan akan padam dan arus kendali menjadi nol serta arus susulan tidak

    berlanjut lagi. Secara umum arrester jenis katup dibagi menjadi empat jenis, yaitu: (a) jenis

    gardu, (b) jenis saluran (15-39kV), (c) jenis gardu untuk mesin (2,4-15kV), dan (d) jenis

    distribusi untuk mesin (120-750V).

    5

  • E. Pemeriksaan dan Pemeliharaan LA Pemeriksaan arrester dapat dibedakan menjadi pemeriksaan ekternal, pemeriksaan

    internal, dan pengamatan visual. Pemeriksaan eksternal mencakup: (1) periksa angka pada

    counter yang terpasang di kaki tower atau panel listrik dan (2) periksa kondisi sistem proteksi

    eksternal (finial, down conductor dan pentanahan). Pemeriksaan internal meliputi: (1) periksa

    arrester dengan cara mengukur tegangan sisa arrester atau melihat indikator yang terdapat

    pada arrester, untuk mengetahui apakah ada penurunan kualitas arrester atau tidak, (2)

    periksa hubungan antara arrester ke peralatan lain dan hubungan antara arrester ke tanah,

    (3) periksa baut-baut yang ada, kalau ada baut yang kendor agar segera dikencangkan.

    Pengamatan visual dilakukan untuk mengetahui beberapa faktor berikut: (1) sistem dalam

    keadaan baik, (2) tidak ada baut yang kendor yang dapat menyebabkan tingginya tahanan

    pada sambungan, (3) tidak ada bagian sistem dengan kondisi yang lemah yang disebabkan

    oleh korosi atau vibrasi, (4) seluruh down conductor dan terminal pentanahan dalam kondisi

    baik, (5) seluruh konduktor dan komponen sistem proteksi petir (SPP) dalam keadaan aman

    dan terlindung dari kemungkinan kerusakan secara mekanik.

    Pemeliharaan terhadap arrester adalah sangat penting, sehingga dalam pemeliharaannya

    harus diperhatikan secara khusus agar terlindung dari korosi dan handal terhadap kerusakan

    yang diakibatkan oleh petir. Setelah beberapa tahun, ada beberapa komponen arrester yang

    menurun efektifitas kerjanya yang disebabkan oleh korosi, kerusakan karena pengaruh

    lingkungan dan karena impuls petir. Sehingga, program pemeliharaan harus mencakup

    kondisi-kondisi sebagai berikut: (1) melakukan pemeriksaan untuk konduktor dan komponen

    dari proteksi petir, (2) melakukan pemeriksaan seluruh sambungan dan bonding pada

    arrester, (3) melakukan pengukuran tahanan tanah pada terminal elektroda pentanahan, (4)

    melakukan pemeriksaan atau pengujian pada surge suppressor (arrester) untuk mengetahui

    efektifitasnya dan membandingkan dengan arrester baru, (5) menguji kekuatan dan

    ketebalan seluruh komponen dan konduktor yang dibutuhkan. Program pemeliharaan

    tersebut dilakukan untuk dapat menjaga keandalan dan kestabilan kerja.

    6

  • PART II Trafo Pengukuran (PT dan CT) A. Pengertian PT dan CT

    Trafo pengukuran (Gambar 8) terdiri dari: (1) Trafo tegangan (Voltage transformator, VT

    atau Potential Transformator, PT) dan (2) Trafo arus (Current Transformator, CT).

    Trafo tegangan berfungsi mentransformasikan tegangan tinggi ke tegangan rendah guna

    pengukuran/proteksi, dan sebagai isolasi antara sisi tegangan yang diukur/diproteksikan

    dengan alat ukurnya/proteksinya. PT digunakan untuk mendapatkan tegangan sekunder yang

    sebanding dengan tegangan pada sisi primer, dengan besar tegangan nominal sisi sekunder

    adalah 120 volt.

    Trafo arus berfungsi mentransformasikan arus yang besar ke arus yang kecil guna

    pengukuran/proteksi, dan sebagai isolasi rangkaian sekunder dari sisi primernya,

    memungkinkan penggunaan standar arus pengenal untuk alat sisi sekundernya. CT digunakan

    untuk mendapatkan arus yang besarnya sebanding dengan arus di sisi primer, dengan besar

    arus minimal sekundernya adalah 5 A atau 1 A. B. PT dan CT dalam Single Line Diagram (SLD) Gambar 9 merupakan ilustrasi Single Line Diagram (SLD) trafo tegangan dan trafo arus.

    Arus dan tegangan pada peralatan daya yang harus dilindungi diubah oleh trafo arus dan trafo

    tegangan ke tingkat yang lebih rendah untuk pengoperasian relai. Tingkat-tingkat yang lebih

    Gambar 8 Trafo Tegangan di GI Srondol 150 KV (kiri); Trafo Arus 150 KV PT. PLN P3B (kanan)

    7

  • rendah ini diperlukan karena dua alasan, yaitu: (1) tingkat masukan yang lebih rendah ke relai-

    relai menjadikan komponen-komponen yang digunakan untuk konstruksi relai-relai tersebut

    secara fisik menjadi cukup kecil, karena itu dilihat dari segi ekonomi biayanya akan lebih

    murah, (2) dan bagi manusia (pekerja) yang bekerja dengan relai-relai tersebut dapat bekerja

    dalam suatu lingkungan yang aman.

    Gambar 9 SLD PT dan CT

    Daya yang diserap oleh trafo ini untuk melakukan kerjanya tidak seberapa besar, karena

    beban yang dihubungkan hanya terdiri dari relai-relai dan alat-alat ukur (meteran) yang

    mungkin hanya digunakan pada waktu tertentu. C. Prinsip Kerja 1. PT PT bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik. Jika pada kumparan primer mengalir

    arus I1, maka pada kumparan primer timbul gaya gerak magnet sebesar N1I1. Gaya gerak

    magnet ini memproduksi fluks pada inti, kemudian membangkitkan gaya gerak listrik (GGL)

    pada kumparan sekunder. Jika terminal kumparan sekunder tertutup maka pada kumparan

    sekunder mengalir arus I2, yang mana arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N1I1 pada

    kumparan sekunder. Bila trafo tidak mempunyai rugi-rugi (trafo ideal), berlaku persamaan:

    11 = 22 dimana: 1 merupakan jumlah belitan kumparan primer; 2 jumlah belitan kumparan

    sekunder; 1 arus kumparan primer; 2 arus kumparan sekunder. Prinsip kerja trafo tegangan (Gambar 10): kumparan primernya dihubungkan paralel

    dengan jaringan yang akan diukur tegangannya. Voltmeter atau kumparan tegangan

    8

  • wattmeter langsung dihubungkan pada sekundernya. Sehingga, rangkaian sekunder hampir

    pada kondisi open circuit. Besar arus primernya tergantung pada beban di sisi sekunder.

    Rancangan trafo tegangan ini sama dengan trafo daya step-down, tetapi dengan beban yang

    sangat ringan. Prinsip kerja trafo jenis ini sama dengan trafo daya, meskipun demikian

    rancangannya berbeda dalam beberapa hal, yaitu: (1) kapasitasnya kecil (10 s/d 150 VA),

    karena digunakan untuk daya yang kecil, (2) galat faktor transformasi dan sudut fasa tegangan

    primer dan sekuder lebih kecil untuk mengurangi kesalahan pengukuran, (3) salah satu

    terminal pada sisi tegangan tinggi dibumikan/ditanahkan, dan (4) tegangan pengenal

    sekunder biasanya 100 atau 1003 V.

    Gambar 10 Prinsip Kerja Trafo Tegangan (kiri); Rangkaian Ekivalen Trafo Tegangan (kanan) 2. CT Prinsip kerja trafo arus (Gambar 11) sama dengan trafo daya satu fasa. Bila pada

    kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan timbul gaya gerak magnet sebesar

    N1I1. Gaya gerak ini memproduksi fluks pada inti, dan fluks ini membangkitkan gaya gerak

    listrik pada kumparan sekunder. Bila terminal kumparan sekunder tertutup maka pada

    kumparan sekunder mengalir arus I1. Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada

    kumparan sekunder. Pada trafo arus biasa dipasang burden pada bagian sekunder yang

    berfungsi sebagai impedansi beban, sehingga trafo tidak benar-benar short circuit. Apabila

    trafo adalah trafo ideal, maka berlaku persamaan:

    11 = 22

    9

  • dimana: 1 merupakan jumlah belitan kumparan primer; 2 jumlah belitan kumparan

    sekunder; 1 arus kumparan primer; 2 arus kumparan sekunder.

    Kumparan primer trafo dihubung seri dengan rangkaian yang akan diukur arusnya, sedangkan

    kumparan sekunder dihubungkan dengan meter atau dengan relai proteksi. D. Jenis-Jenis Trafo Pengukuran 1. PT a) Berdasarkan konstruksinya, trafo tegangan dibedakan menjadi:

    i. trafo tegangan induktif (inductive voltage transformer atau electromagnetic

    voltage transformer), yaitu terdiri dari lilitan primer dan lilitan sekunder, dan

    tegangan pada lilitan primer akan menginduksikannya ke lilitan sekunder; trafo ini

    pada umumnya berkapasitas kecil yaitu antara 10 150 VA; faktor rasio dan sudut

    fasa trafo tegangan sisi primer dan tegangan sekunder dirancang sedemian rupa

    supaya faktor kesalahan menjadi kecil; salah satu ujung kumparan tegangan tinggi

    selalu diketanahkan,

    ii. trafo tegangan kapasitif (capacitive voltage transformer) adalah peralatan pada

    sistem tenaga listrik yang berupa trafo satu fasa step down yang dirangkai dengan

    pembagi tegangan kapasitif yang mentransformasi tegangan pada jaringan

    tegangan tinggi ke suatu sistem tegangan rendah yang layak untuk perlengkapan

    indikator, alat ukur, relai, dan alat sinkronisasi.

    *CVT dipilih karena lebih ekonomis membuat pembagi tegangan kapasitif dari

    pada membuat trafo dengan belitan tegangan tinggi.

    *Keburukan trafo tegangan kapasitor adalah terutama karena adanya induktansi

    pada trafo magnetik yang non linier, mengakibatkan osilasi resonansinya yang

    Gambar 11 Prinsip Kerja Trafo Arus (kiri); Rangkaian Ekivalen Trafo Arus (kanan)

    E2 I2 U1 I2Zb = U2 I0

    I1Z1 I2Z2

    10

  • timbul menyebabkan tegangan tinggi yang cukup besar dan menghasilkan panas

    yang tidak diingikan pada inti magnetik dan belitan, sehingga menimbulkan panas

    yang akan mempengaruhi hasil penunjukan tegangan. Diperlukan elemen

    peredam yang akan menghasilkan tidak ada efek terhadap hasil pengukuran

    walaupun kejadian tersebut hanya sesaat.

    b) Berdasarkan pemasanganya dibagi menjadi:

    i. trafo pemasangan dalam (indoor), yaitu trafo yang dipasang dalam ruangan,

    ii. trafo pemasangan luar (outdoor), yaitu trafo yang dipasang di luar ruangan. 2. CT a) Berdasarkan konstruksi belitan primer, trafo arus dibedakan menjadi:

    i. sisi primer batang (bar primary)

    ii. sisi primer lilitan (wound primary)

    11

  • b) Berdasarkan konstruksi jenis inti, trafo arus dibedakan menjadi:

    i. trafo arus dengan inti besi, yaitu merupakan trafo arus yang umum digunakan,

    pada arus yang kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat kecenderungan

    kesalahan dan pada arus yang besar (beberapa kali nilai nominal) trafo arus akan

    mengalami saturasi,

    ii. trafo arus dengan inti bukan besi, tidak memiliki saturasi dan rugi histerisis;

    transformasi dari besaran primer ke besaran sekunder adalah linier di seluruh

    jangkauan pengukuran; contohnya adalah koil rogowski (rogowski coil).

    c) Berdasarkan konstruksi isolasinya, trafo arus dibedakan menjadi:

    i. Isolasi Epoksi-Resin: biasa dipakai hingga tegangan 110 KV; memiliki kekuatan

    hubung singkat yang cukup tinggi karena semua belitan tertanam pada bahan

    isolasi; terdapat 2 jenis, yaitu jenis bushing dan pendukung,

    ii. Isolasi Minyak-Kertas: merupakan trafo arus untuk tegangan tinggi yang digunakan

    pada gardu induk dengan pemasangan luar; ditempatkan pada kerangka porselen;

    kelebihannya, penyulang pada sisi primer lebih pendek, digunakan untuk arus

    pengenal dan arus hubung singkat yang besar; dibedakan menjadi jenis tangki

    logam, kerangka isolasi, dan jenis gardu,

    12

  • iii. Isolasi Koaksial: biasa ditemui pada kabel, bushing trafo, atau pada rel daya

    berisolasi gas SF6; sering digunakan inti berbentuk cincin dengan belitan sekunder

    yang dibelit secara seragam pada cincin dan dimasukkan pada isolasi, dengan

    demikian terbuka jalan untuk membawa lapisan terluar bagian yang di-ground

    keluar dari trafo arus.

    d) Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibedakan menjadi:

    i. trafo arus pemasangan luar ruangan (outdoor): memiliki konstruksi fisik yang

    kokoh, isolasi yang baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian

    elektrik internal dan bahan keramik/porcelain untuk isolator eksternal,

    ii. trafo arus pemasangan dalam ruangan (indoor): biasanya memiliki ukuran yang

    lebih kecil dari pada trafo arus pemasangan luar ruangan, menggunakan isolator

    dari bahan resin.

    13

  • e) Berdasarkan rasio transformasi, trafo arus dibedakan menjadi:

    i. rasio tunggal (single ratio)

    ii. rasio ganda (double ratio)

    f) Berdasarkan jumlah inti pada sekunder, trafo arus dibedakan menjadi:

    i. inti tunggal (single core): digunakan apabila sistem membutuhkan salah satu fungsi

    saja, yaitu untuk pengukuran atau proteksi,

    ii. inti banyak (multi core): digunakan apabila sistem membutuhkan arus untuk

    pengukuran dan proteksi sekaligus.

    P1 P2

    1S1 1S2 2S1 2S2

    300/5 A

    300/5 A

    1600/5 A

    1600/5 A

    1600/5 A

    2000/5 A

    4S1 4S2 1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S2

    P1 P2

    14

  • g) Berdasarkan pengenal, trafo arus dibedakan menjadi:

    i. trafo arus dengan pengenal primer,

    ii. Trafo arus dengan pengenal sekunder

    E. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Trafo Pengukuran 1. Pemeliharaan Trafo Tegangan Lingkup pemeliharaan trafo tegangan (PT/CCVT) adalah: (a) pengujian rasio, (b) pengujian

    tahanan isolasi, (c) pengujian tangen delta (dielectric loss factor and capacitance) khusus

    untuk CVT, (d) pengujian beban pada rangkaian sekunder. 2. Pemeliharaan Trafo Arus Lingkup pemeliharaan trafo arus adalah sebagai berikut: (a) pengujian rasio, (b) pengujian

    beban, (c) pengujian kejenuhan (saturasi), (d) pengujian polaritas, (e) pengukuran tahanan

    DC (R dc), (f) pengukuran tahanan isolasi (megger).

    S1

    P1 P2

    S2

    P2 P1

    S1 S2

    Hubung Paralel Hubung Seri

    P1

    S1

    P2

    S2 S3

    CT Sekunder 2 Tap

    P1 P2

    S1 S2 S3 S4

    CT Sekunder 3 Tap

    15

    Cover PSTL GIDaftar Isi PSTL GIDAFTAR ISI

    Isi PSTL GIPART I Ligtning Arrester (LA)A. Pengertian LAB. LA dalam Single Line Diagram (SLD)C. Prinsip LA1. Mekanisme Pengalihan Petir ke Ground2. Rasio Proteksi3. Jarak Aman Pemasangan LAD. Jenis-jenis LAE. Pemeriksaan dan Pemeliharaan LAPART II Trafo Pengukuran (PT dan CT)A. Pengertian PT dan CTB. PT dan CT dalam Single Line Diagram (SLD)C. Prinsip Kerja1. PT2. CTD. Jenis-Jenis Trafo Pengukuran1. PT2. CTE. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Trafo Pengukuran1. Pemeliharaan Trafo Tegangan2. Pemeliharaan Trafo Arus