LAMPIRAN A: FORM BIMBINGAN xxii
LAMPIRAN A: FORM BIMBINGAN
xxii
xxiii
LAMPIRAN B: SURAT IZIN WAWANCARA
xxiv
LAMPIRAN C: TRANSKRIP WAWANCARA
Wawancara bersama Alexandra Gabriella Adeline
1. Boleh perkenalkan diri?
Nama saya Alexandra Gabriella adeline. Saya psikologi klinis dan
hipnoterapis dari Ciputra Medical Center dan NOUS consulting. Kalo jadi
psikolog klinis kurang lebih dari tahun 2015. Tapi sebelumnya dari 2012, saya
sudah berpraktek sebagai hipnoterapis, konselor dan psikolog kebutuhan
khusus. Spesialisasinya lebih ke psikolog dewasa dengan minornya ke anak.
Dan untuk prakteknya biasanya saya fokuskan lebih ke emotional healing.
2. Insomnia itu apa?
Insomnia adalah kesulitan tidur, tapi bukan berarti semua orang yang nggak
bisa tidur atau nggak ngantuk malam-malam itu insomnia. Karena kita perlu
melihat apakah memang dia tidur yg cukup atau enggak. Misalnya kayak dia
nggak bisa tidur pas malam terus tidurnya subuh-subuh tapi bangunnya siang,
itu jam tidurnya kebalikan aja bukan insomnia. Yang kedua, kalo misalnya
tidurnya tidak berkualitas jadi kebangun-bangun terus semalaman, ini juga
disebut insomnia. Intinya sampai mengganggu dan pas siang-siang merasa
mengantuk, lemas dan tidak bisa produktif gara-gara kurang tidur itu.
3. Penyebab insomnia itu apa?
Bisa psikologis, neurologis dan keduanya.
xxv
4. Cara untuk mengklasifikasi insomnia?
Kalau dari psikologisnya kita lihat apakah dia apakah dia tidurnya berapa jam,
kualitas tidurnya, dan efek insomnia ke hidupnya. Biasanya ciri insomnia
adalah ga bisa tidur, tidurnya cuman sebentar, sulit mempertahankan tidur dan
tidurnya ga berkualitas. Jika dia tidak tidur dan merasa normal atau tidak
capek, kita nggak bisa bilang itu insomnia karena ketika dia manik dia tidak
merasa capek kalau tidak tidur. Makanya, secara psikologis, insomnia lebih
dilihat dari efeknya ke kehidupannya.
5. Metode-metode yang digunakan untuk menangani insomnia?
Jadi saya bisanya mengajarkan untuk relaksasi dulu, diajarin pola pikir yang
lebih sehat untuk menanggapi kondisi insomnianya. Karena biasanya kalau
mereka merasa lebih sulit tidur menjelang tidur mereka cemas. Terus coba
diajarin latihan yang bisa dilakukan sendiri di rumah pakai latihan gelombang
otak, dengerin lagu-lagu yang menstimulasi tidur, dan gerakan-gerakan yang
membantu badan menjadi lebih rileks seperti progressive muscle relaxation.
Selain itu, karena kalau lagi tidur kan kita merasa seperti melayang, jadi
diajarkan cara pikiran yang menimbulkan perasaan melayang itu. Supaya
akhirnya dia pasrah dan bisa tidur.
Kalau untuk pasien manik, berarti dia biasanya ada masalah di bipolar, jadi
fokusnya ke mengobati bipolarnya dulu.
Selain itu, ada juga metode pengobatan alternatif namanya neurofeedback,
jadi itu menggunakan alat yang ditempel ke otak. Mesinya akan menampilkan
xxvi
gelombang otaknya dan dapat dilihat REMnya. Gelombang di otak kita ada
delta (gelombang tidur, alpha (gelombang meditasi), theta (gelombang
relaksasi), dan beta (gelombang fokus/belajar). Biasanya kalo orang insomnia
ada masalah di Delta. Neurofeedback ini bisa mengatur
gelombang-gelombang ini.
6. Biasanya konsultasi berapa lama dan apakah ada relapse?
Kurang lebih 5 sampai 10 kali konsultasi baru menunjukan proses yang baik.
Tapi kalau untuk saya pribadi, biasanya 3 kali pertama, kalau tidak
menunjukan pembaikan, saya refer ke psikiater untuk membantu preskripsi
obat ke neurologis untuk membantu cek EEG otak. Karena kemungkinan
bukan masalah di psikologisnya. Jadi harus dicek dulu. Kalo dari psikologis,
biasanya saya observasi sama wawancara. jadi dilihat dan ditanyakan tidurnya
sudah berapa lama, dan juga tanya orang sekitar kalau tidurnya kelihatannya
nyenyak ga. Soalnya bisa juga dia merasa belum tidur tapi orang sekitarnya
bilang dia tidur sudah nyenyak sampai ngorok-ngorok.
Setelah itu, ada sesi maintenance. Berapa kalinya sih tergantung orangnya,
mungkin bisa ketemu dua minggu sekali atau sebulan sekali. Jadi kita jaga
apakah dia memang benar-benar tidak bisa tidur atau emang triggernya lagi
tidak ada. Misalnya kalau ada seseorang berantem sama temennya, temennya
keluar kota, nah dia bisa tidur. Ketika temannya balik, dia ga bisa tidur lagi
ga? Jadi ada sesi maintenance untuk melihat dia sudah pulih belum. Kalaupun
sampai relapse lagi setidaknya dia sudah tau cara-caranya.
xxvii
7. Apakah handphone memiliki efek pada insomnia?
Kalau handphone itu biasanya efek ke jam biologisnya. Jadi biasa lebih ke
pemakaian handphone pas malam, tidurnya jadi lebih telat jadi bangunnya
siang. Terus ada juga efek gak langsungnya seperti nonton horror,baca-baca
berita yang membuat paranoid, atau denger lagu yang upbeat. Jadi kalau dia
melihat konten yang lebih menenangkan, yang ga banyak stimulus, dia bisa
bantu orang bisa tidur. Kalo dari handphonenya secara langsung sih tidak ada,
Lebih kepada perilakunya orang yang menggunakannya sih
8. Apakah ada pasien yang menggunakan aplikasi seperti jurnal atau timer untuk
membantu insomnianya?
Boleh, tapi balik kalau untuk orang-orang yang cemas, saya sarankan untuk
konsultasi dulu. Karena bayangin deh, kalau misalnya ada seseorang yang
cemas, terus track pola tidurnya. Kalau hasilnya tidak positif, mereka akan
merasa lebih cemas, dan akan lebih susah tidur. Jadi hati-hati aja, tidak semua
orang cocok pakai aplikasi seperti itu.
xxviii
Wawancara bersama Elly Yuliandra Gunatirin
xxix
xxx
xxxi
LAMPIRAN D: TRANSKRIP FGD
1. Transkrip Celine Santoso (Tanggal 17 November 2020)
xxxii
2. Transkrip Ricky S. (Tanggal 19 November 2020)
xxxiii
3. Transkrip Kanaya K. (Tanggal 20 November 2020)
xxxiv
4. Transkrip Jonathan Arrisaputra (Tanggal 20 November 2020)
xxxv
5. Transkrip Victor Chalim (Tanggal 24 November 2020)
xxxvi
LAMPIRAN E: MIND MAP
xxxvii
xxxviii
xxxix