Top Banner
KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN HORTIKULTURA DI WILAYAH BOGOR MOHAMMAD KARAMI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
70

KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

Jun 27, 2018

Download

Documents

lengoc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN

HORTIKULTURA DI WILAYAH BOGOR

MOHAMMAD KARAMI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

ii

ABSTRAK

MOHAMMAD KARAMI. Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) pada Tanaman

Hortikultura di Wilayah Bogor. Dibimbing oleh PURNAMA HIDAYAT.

Beberapa spesies kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) merupakan serangga

hama yang dapat merugikan tanaman hortikultura di lapangan. Informasi tentang

kutukebul yang menyerang tanaman hortikultura masih terbatas, untuk itu

penelitian tentang jenis kutukebul yang menyerang tanaman hortikultura

diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman

kutukebul pada tanaman hortikultura di wilayah Bogor dan sekitarnya.

Pengambilan sampel dilakukan pada berbagai tanaman hortikultura yang

dikelompokkan kedalam tanaman buah-buahan, sayur-sayuran, dan tanaman hias.

Sampel diambil dengan mengumpulkan daun dari cabang tanaman bagian bawah

sebelah kiri dan kanan tajuk tanaman inang yang terdapat nimfa, pupa, kantung

pupa, dan imago kutukebul. Setiap sampel diambil secara acak dari tiap petak

tanaman inang dengan total 2 daun sampel per tanaman inang. Sampel kemudian

dimasukkan ke dalam kantung plastik dan diberi label lokasi serta tanggal

pengambilan sampel. Masing-masing sampel kemudian dihitung jumlah

kutukebulnya (nimfa, pupa, kantung pupa, dan imago). Pembuatan preparat slide

dilakukan dengan teknik pembuatan preparat permanen. Identifikasi dilakukan

dengan mengamati karakter morfologi pupa atau kantung pupa dengan

menggunakan kunci identifikasi kutukebul Martin (1985, 1987), Dooley (2007),

dan Dubey et al. (2009). Kutukebul yang ditemukan pada tanaman hortikultura di

Bogor berjumlah 12 spesies pada 32 spesies tanaman inang. Spesies kutukebul

yang paling umum ditemukan pada tanaman hortikultura ada 4 yaitu: Aleurodicus

dispersus, Aleurodicus dugesi, Bemisia tabaci, dan Trialeurodes vaporariorum.

Famili Solanaceae paling banyak terserang kutukebul. Kunci identifikasi

kutukebul yang ditemukan di Bogor dibuat dengan metode gambar dan dikotomus

berdasarkan karakter morfologi kutukebul tersebut.

Kata kunci: Hama hortikultura, identifikasi morfologi, kutukebul

Page 3: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

iii

KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN

HORTIKULTURA DI WILAYAH BOGOR

MOHAMMAD KARAMI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen

Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 4: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

iv

Judul Penelitian : Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) pada Tanaman

Hortikultura di Wilayah Bogor

Nama Mahasiswa : Mohammad Karami

NRP : A34080055

Disetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc.

NIP. 19601218198601 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si

NIP. 19650621 198910 2 001

Tanggal lulus:

Page 5: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Jakarta, DKI Jakarta pada tanggal 25 Maret 1990

sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Bambang Setiabudi

dan Ibu Siti Mulyanah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDI Al-Azhar 1 pada

tahun 2002. Penulis melanjutkan studi ke SMPI Al-Azhar 2 pada tahun 2005.

Kemudian pada tahun 2008, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 49

Jakarta. Semasa menjalani pendidikan di SMP penulis aktif di kegiatan

ekstrakulikuler seperti Pramuka, Sepak Bola, dan Pencak Silat. Ketika di bangku

SMA, penulis aktif berorganisasi di ROHIS SMAN 49 Jakarta.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur

USMI (Ujian Saringan Masuk IPB). Setelah menjalani masa TPB (Tingkat

Persiapan Bersama), penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman (PTN).

Selama menjalani perkuliahan penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan

diantaranya HIMASITA (Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman) dengan

menjabat sebagai Ketua Divisi Keprofesian pada tahun 2010-2011. Penulis juga

menjabat sebagai Ketua Entomologi Club Departemen Proteksi Tanaman pada

tahun 2010-2012. Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum pada mata kuliah

Entomologi Umum (Entum) tahun 2011.

Page 6: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

vi

PRAKATA

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kutukebul

(Hemiptera: Aleyrodidae) pada Tanaman Hortikultura di Wilayah Bogor”. Skripsi

ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan

Februari 2012 sampai dengan Juli 2012 bertempat di Laboratorium Biosistematika

Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor, dan beberapa wilayah di dua belas kecamatan di Kabupaten Bogor dan

satu kecamatan di Kabupaten Cianjur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang

telah memberikan dukungan, do’a, dan kasih sayangnya; Dr. Ir. Purnama Hidayat,

M.Sc. selaku dosen pembimbing penelitian yang telah memberikan bimbingan,

kritik, saran, dan motivasi selama berlangsungnya penelitian hingga proses

penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Ali

Nurmansyah, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik; seluruh staf pengajar di

Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor atas

ilmu yang telah diberikan; staf pengajar dan warga Laboratorium Biosistematika

Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, atas ilmu, bantuan, dukungan, dan

semangat yang diberikan selama penulis melakukan penelitian hingga penyusunan

skripsi; semua rekan PTN angkatan 45 yang selalu memberikan semangat, serta

semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi dan penelitian ini dapat memberi manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan secara umum, khususnya ilmu dibidang

perlindungan tanaman.

Bogor, November 2012

Penulis

Page 7: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

Latar Belakang ........................................................................................ 1 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2 Manfaat Penelitian .................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3 Taksonomi ............................................................................................... 3 Biologi ..................................................................................................... 3 Ekologi .................................................................................................... 6 Arti Penting Ekonomi ............................................................................. 6 Penyebaran Kutukebul ............................................................................ 7 Identifikasi dari Kutukebul ..................................................................... 7 Kutukebul di Indonesia ........................................................................... 9

BAHAN DAN METODE ........................................................................... 12 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 12 Bahan dan Alat ........................................................................................ 12 Metode Penelitian.................................................................................... 13

Pengambilan Sampel Kutukebul di Lapangan .................................... 13 Pembuatan Preparat Mikroskop Kutukebul ........................................ 14 Identifikasi Kutukebul ......................................................................... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 18

Kondisi Umum Lokasi Pengambilan Sampel ......................................... 18 Hasil Pengambilan Sampel Kutukebul.................................................... 19 Deskripsi Kutukebul ............................................................................... 24

Subfamili Aleurodicinae ..................................................................... 24

Aleurodicus dispersus Rusell ................................................. 24 Aleurodicus dugesii Cockerell ................................................ 25 Paraleyrodes minei Iccarino ................................................... 27

Page 8: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

viii

Subfamili Aleyrodinae ............................................................................. 28 Trialeurodes vaporariorum Westwood .................................. 28 Bemisia tabaci Gennadius ...................................................... 29 Aleurocanthus spiniferus Quintance ....................................... 30 Aleurocanthus citriperdus Quintance & Baker ...................... 31 Aleurocanthus cocois Corbett ................................................. 32 Parabemisia myricae Kuwana ............................................... 33 Dialeuropora decempuncta Quintance ................................... 34 Orchamoplathus mammaeferus Quintance & Baker .............. 35 Rusostigma sp. Quintance & Baker. ....................................... 36

Kisaran Inang .......................................................................................... 37

Kunci Identifikasi .................................................................................... 39 Kunci Sederhana ................................................................................. 39 Kunci Dikotomus ................................................................................ 43

SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 53 Simpulan ................................................................................................. 53 Saran ........................................................................................................ 53

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 54

LAMPIRAN ................................................................................................ 57

Page 9: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

ix

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Keanekaragaman kutukebul di Indonesia yang telah dipublikasikan .. 10

2 Lokasi pengambilan sampel kutukebul pada berbagai ketinggian dan

tempat ................................................................................................... 18

3 Hasil perhitungan kutukebul pada beberapa tanaman hortikultura ...... 20

Page 10: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

x

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Siklus hidup kutukebul (Gill 1990) ...................................................... 4

3 Morfologi umum dari kantung pupa kutu kebul (Martin 1987)........... 8

4 Peta lokasi pengambilan sampel di wilayah Bogor dan sekitarnya ..... 14

5 Mikroskop yang langsung terhubung ke komputer .............................. 16

6 Jumlah keanekaragaman kutukebul pada berbagai ketinggian ............ 22

7 Jumlah individu kutukebul yang ditemukan di wilayah Bogor dan

sekitarnya ............................................................................................. 23

8 Koloni A. dispersus pada daun mengkudu (a) dan daun pisang (b) ..... 25

9 Ciri morfologi A. dispersus; 4 pasang pori majemuk (a), lingula oval

(b), dan alur pori-pori padat (c) ............................................................ 25

10 Koloni A. dugesii pada daun kecipir (a) dengan massa yang padat (b). 26

11 Ciri morfologi A. dugesii; lingula melebar bulat (a), pori majemuk

yang tereduksi seperti lonceng (b) ....................................................... 27

12 Koloni P. minei pada daun jeruk (a) dan kantung pupanya (b) ........... 27

13 Ciri morfologi P. minei; pori majemuk bentuk tangkai (a), pori

majemuk tereduksi (b) ......................................................................... 28

14 Koloni T. vaporariorum pada daun buncis (a) dan kantung pupanya

(b) ......................................................................................................... 28

15 Ciri morfologi T. vaporariorum; papila submarginal (a), papila

subdorsal (b) ......................................................................................... 29

16 Koloni B. tabaci pada daun timun (a) dan kantung pupanya (b) ......... 29

17 Ciri morfologi B. tabaci yaitu seta pada ekor (a) dan abdomen

tereduksi (b) ......................................................................................... 30

18 Koloni A. spiniferus pada daun jeruk (a) dan kantung pupanya (b) .... 30

19 Ciri morfologi A. spiniferus adanya 11 pasang duri submarginal

dengan panjang yang sama (a) ............................................................. 31

20 Koloni A. citriperdus pada daun jeruk (a) dan kantung pupanya (b) ... 31

21 Ciri morfologi A. citriperdus adanya 16 pasang duri submarginal

panjang (a) dan pendek (b) ................................................................... 32

Page 11: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

xi

No Halaman

22 Koloni A. cocois pada daun alpukat (a) dan kantung pupanya (b) ...... 32

23 Ciri morfologi A. cocois; lubang vasifrom menonjol (a) dan seta

diantara duri (b) .................................................................................... 33

24 Koloni P. myricae pada daun srikaya (a) dan kantung pupanya (b) .... 33

25 Ciri morfologi P. myricae adanya 14 pasang seta halus (a)

dan lubang vasiform (b) ....................................................................... 34

26 Kutukebul D. decempuncta pada daun nangka .................................... 34

27 Ciri morfologi D. decempuncta adanya pori disk besar (a) dan jarak

antar pori disk simetris (b) ................................................................... 35

28 Koloni O. mammaeferus pada daun puring ......................................... 35

29 Ciri morfologi O. mammaeferus adanya kelenjar bergigi (a) dan

celah trakea bentuk sisir (b) ................................................................. 36

30 Koloni Rusostigma sp.pada daun alpukat ............................................ 36

31 Ciri morfologi Rusostigma sp. adanya pori berpola (a) dan

invaginasi ujung trakea (b) ................................................................... 37

32 Grafik famili tanaman inang kutukebul pada tanaman hortikultura .... 38

33 Pori-pori majemuk ............................................................................... 43

34 Lubang vasiform dengan lingula yang memanjang melebihi

perbatasan lubang ................................................................................. 43

35 Tidak adanya pori majemuk (a) dan lubang vasiform dengan

lingula di dalamnya (b) ........................................................................ 44

36 Berbagai bentuk pori majemuk ............................................................ 44

37 Pori majemuk abdominal bentuk tangkai (a) dan pori yang tereduksi

(b) ......................................................................................................... 45

38 Lingula berbentuk oval (a) dan alur pori-pori padat tepat di bawah

lingula (b) ............................................................................................. 45

39 Lingula melebar (a) dan 2 pasang pori majemuk bentuk lonceng (b) . 46

40 Duri pada dorsum (a) dan tepian bergerigi halus (b) ........................... 46

41 Kutikula berwarna pucat ...................................................................... 47

42 Duri bagian dorsal memanjang jauh melebihi tepian (a) ..................... 47

43 Deretan 16 pasang duri yang berbeda panjang (a) ............................... 48

Page 12: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

xii

No Halaman

44 Deretan 11 pasang duri yang panjangnya hampir sama ....................... 48

45 Empat belas pasang seta halus (a) dan lubang vasiform berbentuk

segitiga (b)............................................................................................ 49

46 Lima pasang pori disk besar (a) ........................................................... 49

47 Barisan kelenjar bergerigi (a) celah trakea bentuk sisir (b) ................. 50

48 Tidak terdapatnya seta di daerah kepala (a) ......................................... 50

49 Papila submarginal (a) dan papila subdorsal (b) .................................. 51

50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung saluran (b) .... 51

51 Ekor pada seta yang kuat (a) dan segmentasi abdomen ke 7 yang

tereduksi (b) ......................................................................................... 52

Page 13: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) merupakan salah satu kelompok

serangga hama penting pada pada tanaman hortikultura. Klasifikasi kutukebul

termasuk kedalam ordo Hemiptera, subordo Sternorrhyncha, dan famili

Aleyrodidae. Secara umum famili Aleyrodidae terbagi ke dalam dua subfamili,

yaitu Aleurodicinae dan Aleyrodinae. Tubuh serangga dewasa kutukebul biasanya

ditutupi lilin putih dan apabila imago tersebut beterbangan akan terlihat seperti

“kebul” (dalam bahasa Jawa kebul berarti asap). Seluruh stadia kutukebul hidup

pada bagian bawah daun agar sekresi embun madu yang dikeluarkan jatuh dan

tidak mengotori tubuhnya. Cairan embun madu yang jatuh pada permukaan atas

daun akan merangsang tumbuhnya cendawan Capnodium sp., karena cairan

embun madu tersebut menyediakan substrat yang ideal bagi perkembangan

cendawan tersebut (Hoddle 2004). Embun jelaga yang timbul di bagian atas

permukaan daun akan mengganggu proses fotosintesis daun sehingga dapat

menurunkan produktivitas tanaman (Watson 2007).

Kutukebul tidak hanya dapat menyebabkan kerusakan secara langsung,

tetapi juga merusak secara tidak langsung. Kutukebul merusak secara langsung

dengan cara mengisap bahan makanan dan juga menyuntikkan racun ke dalam

jaringan tanaman yang dapat mengakibatkan tanaman menjadi kering, layu,

kerdil, bahkan hingga mati. (Botha et al. 2000). Kerusakan tidak langsungnya

adalah sebagai vektor beberapa virus penyebab penyakit pada tanaman, salah

satunya adalah menjadi vektor virus gemini yang dapat menyebabkan daun

tanaman menjadi kuning dan keriting (Byrne et al. 1990). Kerusakan yang

disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh kutukebul sering lebih merugikan

dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh hama kutukebul itu sendiri.

Sebagai contoh penularan virus gemini oleh kutukebul, dapat menyebabkan

kegagalan panen hampir 100% (Hidayat et al. 2008).

Keberadaan kutukebul di Indonesia pertama kali diketahui pada tahun 1920-

an. Menurut Dammerman (1929) melaporkan ada 5 spesies kutukebul yang

menjadi hama pada pertanaman penting di Indonesia. Pada tahun 1950-an

diketahui sebanyak 12 spesies kutukebul telah menjadi hama di Indonesia

Page 14: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

2

(Kalshoven dan Vecht 1950). Hasil penelitian selanjutnya menyatakan ada 17

spesies kutukebul yang belum pernah dilaporkan sebelumnya terdapat di Bogor,

Jawa Barat (Bintoro 2008). Kutukebul memiliki ukuran yang relatif kecil dan

mempunyai kemiripan satu dengan yang lainnya sehingga sulit untuk dibedakan.

Oleh karena itu informasi mengenai identifikasi spesies berdasarkan karakter

morfologi sangat diperlukan agar pengendalian dapat dilakukan dengan tepat dan

memberikan landasan pengendalian hama terpadu pada tanaman hortikultura

(Hidayat et al. 2008). Informasi mengenai kutukebul yang menyerang tanaman

hortikultura masih terbatas, untuk itu penelitian tentang informasi dasar seperti

taksonomi dan biologi kutukebul yang menyerang tanaman hortikultura sangat

diperlukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman kutukebul

beserta tanaman inangnya pada tanaman hortikultura di wilayah Bogor dan

sekitarnya.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan

informasi tentang keanekaragaman spesies kutukebul beserta dengan tanaman

inangnya pada tanaman hortikultura di wilayah Bogor dan sekitarnya.

Page 15: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

3

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi

Sebagian besar taksonomi kutukebul adalah berdasarkan karakteristik nimfa

tahap ke empat yang dikenal sebagai puparium, namun informasi mengenai fase

kehidupan lainnya juga dapat membantu meski data yang tersedia masih sedikit

(Hodges and Evans 2005). Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) termasuk ke

dalam superfamili Aleyrodoidea yang masih dekat kekerabatannya dengan

Psylloidea (kutu loncat), Coccidea (kutu tempurung), dan Pseudococcidea (kutu

putih). Mound dan Halsey (1978) mencatat 1.156 spesies dalam 126 genus

kutukebul (Aleyrodidae) di katalog dunia. Martin dan Mound (2007) baru-baru ini

menerbitkan sebuah daftar dari kutukebul di dunia yang mencakup 1.556 spesies

dalam 161 genus dengan 3 subfamili yang masih ada sampai saat ini

(Aleurodicinae, Aleyrodinae dan Udamosellinae), serta satu fosil dari subfamili

Bernaeinae. Subfamili Aleurodicinae merupakan subfamili utama yang baru

menyebar di seluruh dunia belakangan ini, dengan cakupan 118 spesies dalam 18

genus. Subfamili Aleyrodinae di seluruh dunia mencakup 1.424 spesies dalam 148

genus. Pada subfamili Udamoselis meliputi 2 spesies di Amerika Selatan (Evans

2007).

Biologi

Seluruh siklus hidup kutukebul (Gambar 1) terjadi pada permukaan bagian

bawah daun. Seperti kutu loncat, imago kutukebul bersayap penuh dengan sistem

reproduksi secara seksual. Menurut Ludji (2011) keperidian imago kutukebul

Bemisia tabaci cenderung bereproduksi secara seksual dibandingkan secara

parthenogenesis. Telur diletakkan oleh imago di bawah permukaan daun, telur

menempel pada permukaan dengan bantuan struktur pedisel halus, dimana

kelembapan telur diperoleh dari jaringan daun melalui sistem kapilaritas.

Beberapa spesies kutukebul meletakkan telur berpediselnya ke dalam stomata

daun. Pada saat telur menetas, larva instar pertama (crawler) bergerak mencari

tempat yang cocok untuk penyerapan makanan. Selama siklus pradewasa hanya

larva instar pertama yang memiliki tungkai untuk mencari tempat yang sesuai,

Page 16: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

4

nimfa instar selanjutnya tidak memiliki tungkai sehingga tidak dapat bergerak lagi

walaupun keadaan makanan di daerah feeding site kian memburuk. Nimfa

kutukebul mendapatkan makanan dengan cara mengambil cairan makanan dari

tanaman inang (Dreidstadt et al. 2001).

Sebagai penerbang yang aktif, imago betina akan mencari lokasi yang baik

untuk meletakkan telur yaitu pada daun muda yang memiliki ketersediaan nutrisi

yang tinggi. Imago betina yang belum kawin (2N) akan menghasilkan keturunan

jantan (1N) secara parthenogenesis hanya sesekali saja. Telur yang dibuahi oleh

imago jantan akan menjadi keturunan (2N) (Martin et al. 2000). Setiap imago

betina meletakkan sekitar 30 telur, dan sekitar 150-300 butir telur dapat dihasilkan

selama masa hidupnya. Pada banyak spesies, imago betina membuat semacam

lingkaran pada saat meletakkan telurnya, kadangkala ditutupi debu lilin atau

filamen lilin; ada yang membentuk pola spiral, meletakkan telurnya dan

menutupinya dengan lilin (contohnya pada Aleurodicus dispersus); ada pula

spesies kutukebul yang meletakkan telurnya secara acak pada bagian bawah daun

(contohnya pada Bemisia tabaci).

Gambar 1 Siklus hidup kutukebul (Gill 1990)

Page 17: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

5

Sampai pada tahap instar akhir, siklus hidup kutukebul mirip serangga

famili Coccidae (kutu tempurung) lainnya. Akan tetapi pada stadia akhir,

layaknya larva pada sistem metamorfosis sempurna, kutukebul instar akhir ini

akan menghentikan aktifitas makannya dan membentuk semacam kantung sebagai

tempat pergantian proses pradewasa ke fase dewasa (Gambar 2). Oleh karena itu,

stadia ini biasanya disebut stadia “puparium”, meskipun secara teknis tidak tepat.

Sayap dari serangga imago akan tumbuh dan berkembanng di dalam puparium.

Setelah keluar dari puparium kutukebul akan menjadi imago dan kantung

puparium yang kosong akan tetap berada pada permukaan bagian bawah daun

dalam jangka waktu yang lama (tergantung dari keadaan lingkungan). Identifikasi

dari kutukebul dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan struktur dari

kantung pupa tersebut.

Gambar 2 Proses keluarnya imago kutukebul dari puparium (Gill 1990)

Page 18: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

6

Ekologi

Stadia pradewasa kutukebul dapat ditemukan di bagian bawah daun, dengan

sekresi lilin transparan dikeluarkan dari bagian ventralnya. Beberapa spesies

bersifat spesifik pada inang tertentu tapi banyak dari spesies lainnya terbiasa

sebagai hama polifag (memiliki inang berbagai macam famili tanaman). Faktor

keadaan lingkungan seperti iklim dan curah hujan turut berperan langsung

maupun tidak langsung pada aspek kehidupan kutukebul. Di daerah yang beriklim

subtropis, seringkali kutukebul hanya menghasilkan satu generasi per tahun

dengan menjadi puparium pada saat musim dingin. Namun pada daerah yang

beriklim lebih hangat yaitu di daerah tropis kutukebul dapat menghasilkan sampai

15 generasi tiap tahunnya (Brown 1994) yang kurang lebih membutuhkan waktu

6-8 minggu per generasi.

Arti Penting Ekonomi

Banyak hal yang menjadikan kutukebul sebagai hama penting tanaman

pertanian, khususnya apabila kutukebul menyerang pada tanaman bernilai tinggi

seperti buah-buahan, tanaman hias, dan sayur-sayuran. Di daerah subtropis, T.

vaporariorum sudah menjadi masalah serius di berbagai tanaman rumah kaca dan

lapangan. B. tabaci, A. dispersus, dan A. dugesii juga dapat menyebabkan

kerusakan yang serius di berbagai varietas yang memiliki arti ekonomi tinggi.

Kutukebul bisa merusak tanaman dengan menyuntikkan saliva beracun pada

jaringan daun. Dalam 30 tahun terakhir, tinggkat kerusakan yang diakibatkan oleh

kutukebul meningkat drastis. Munculnya biotipe kutukebul baru sebagai akibat

dari penggunaan pestisida yang berlebihan menyebabkan biotipe ini menjadi tahan

akan pestisida komersial dan menjadikan hama ini sulit untuk dikendalikan. B.

tabaci biotipe B pada contohnya, biotipe ini menyebabkan gejala daun tomat

menjadi keriting dan keperakan serta kuning dan keriting pada tanaman cabai,

sekaligus juga dapat merusak buahnya. Di Indonesia, awal mula serangan virus

kuning yang ditularkan B. tabaci pada tahun 2003 berada di daerah Jawa Tengah,

setelah 5 tahun terakhir (2003-2007) perkembangan virus ini bertambah hingga 14

provinsi. Luas serangan awal pada tahun 2003 seluas 884 ha dan pada tahun 2007

meningkat tajam mencapai 3.015,05 ha, dengan serangan terluas terjadi di Jawa

Page 19: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

7

Tengah 1.014,6 ha, Nangroe Aceh Darussalam 404 ha, dan Jawa Barat 307 ha

(Jakes 2012). Rahayu (2004) melaporkan, kejadian penyakit kuning yang

ditularkan oleh kutukebul pada tanaman cabai di Yogyakarta dan Magelang

mencapai 100%, hal yang sama terjadi pula di Sumatra (Sudiono et al. 2005).

Banyaknya infestasi kutukebul mengakibatkan kerusakan jaringan tanaman

dengan cara menghabiskan cairan tanaman dan nutrisinya.

Penyebaran Kutukebul

Meskipun kutukebul dikategorikan ke dalam penerbang yang aktif, menurut

Byrne and Bellows (1991), kutukebul disimpulkan ke dalam penerbang jarak

pendek. Hal ini berkebalikan dengan fakta bahwa kutukebul makin menyebar luas

keberadaanya di lapangan. Migrasi kutukebul jarak jauh diduga disebabkan oleh

manusia, banyak kasus menyebutkan terdapat telur atau nimfa serangga ini yang

terbawa pada tanaman yang akan diekspor ataupun diimpor ke negara tujuan. Ada

3 alasan utama mengapa keberadaan kutukebul terus meningkat yaitu

perkembangan dari biotipe yang sangat agresif, peningkatan transportasi antar

negara, dan peningkatan kemampuan dalam menularkan penyakit virus tanaman

(Watson 2007).

Identifikasi dari Kutukebul

Berbagai stadia pada kutukebul memiliki perkembangan struktur yang unik

di sekitar bagian analnya yaitu struktur lubang vasiform, lingula, dan operculum

yang tidak dimiliki oleh golongan serangga lainnya. Imago kutukebul dapat

ditemukan beterbangan dan hinggap pada tanaman yang bukan inangnya, dimana

struktur morfologinya sangat mirip dan tidak mudah untuk dibedakan. Oleh

karena itu dipilih stadia akhir kutukebul yang berupa “puparium” untuk tujuan

identifikasi. Para ilmuan telah banyak mempelajari tentang perbedaan karakter

morfologi dari identifikasi menggunakan stadia akhir berupa puparium, sedangkan

sedikit diketahui tentang perbedaan variasi imago kutukebul. Meskipun telah

diketahui perbedaan dan karakter morfologi khusus pada imago kutukebul, namun

hal ini belum banyak membantu dalam proses identifikasi kutukebul (Martin

1987).

Page 20: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

8

Identifikasi kutukebul memerlukan spesimen berupa puparium. Morfologi

dari nimfa dan puparium kutukebul sangat bergantung pada lingkungannya.

Bentuk dan rupa dari puparium dapat berubah secara drastis tergantung dari

banyak sedikitnya bulu halus atau lapisan lilin pada permukaan daun. Panjang dari

puparia kutukebul berkisar antara 0.5-1.75 mm. Bentuk morfologi puparium

kutukebul sangat bervariasi tergantung pada tanaman inangnya, hal ini yang

menyebabkan banyaknya taksonomi yang sinonim pada beberapa spesies

kutukebul (contohnya genus Bemisia) (Rahayuwati 2009). Karakter taksonomi

yang paling banyak digunakan dalam proses identifikasi terdapat pada bagian

dorsal, hanya sedikit ditemukan pada bagian ventral. Secara umum, karakter

kutukebul yang menjadi ciri identifikasi (Gambar 3) di antaranya adalah

compound pores (pori majemuk) di bagian subdorsal dan bentuk lubang vasiform

di bagian posterior tubuhnya (Martin 1999).

Gambar 3 Morfologi umum dari kantung pupa kutu kebul (Martin 1987)

Page 21: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

9

Struktur dari lubang vasiform (Gambar 3) terdiri dari lingula (Gambar 3)

yang memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi untuk masing-masing spesies.

Beberapa spesies kutukebul memiliki karakter yang khusus, seperti adanya

barisan duri, seta, atau bahkan rambut halus pada sekeliling tepian dari puparia,

adanya papilla atau tuberkel, keberadaan pori trakea (tracheal pore), struktur

warna dari kutikula puparia (Gambar 3) dan sebagainya.

Kutukebul di Indonesia

Kutukebul di Indonesia sudah ditemukan pada awal abad ke-19,

(Dammerman 1929) melaporkan adanya 5 spesies kutukebul yang menjadi hama

penting pada beberapa jenis tanaman Indonesia. Selanjutnya Kalshoven and Vecht

(1950) melaporkan 12 spesies kutukebul yang menjadi hama penting di Indonesia,

5 diantaranya yang telah dilaporakan oleh Dammerman. Penelitian mengenai

keanekaragaman kemudian dilanjutkan oleh Bintoro (2008) yang telah

melaporkan adanya 17 spesies kutukebul yang belum pernah dilaporkan

sebelumnya di Indonesia. Sumber publikasi yang dapat dimanfaatkan untuk

mempelajari keanekaragaman kutukebul di Indonesia ialah; buku karangan LGE

Kalshoven (1981) yang berjudul The Pests of Crops in Indonesia; jurnal ilmiah JH

Martin (1988) yang berjudul Whitefly of Northern Sulawesi, Including New

Species From Clove and Avocado (Homoptera: Aleyrodidae);jurnal ilmiah G A

Evans (2005) yang berjudul The Whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae) of the World

and Their Host Plants and Natural Enemies; draft kompilasi G W Watson (2007)

yang berjudul Identification of Whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae). APEC Re-

entry Workshop on Whiteflies and Mealybugs in Malaysia, 16th

to 26th

April 2007.

Keanekaragaman spesies kutukebul di Indonesia lebih lengkapnya dapat diamati

pada Tabel 1.

Page 22: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

10

Tabel 1 Keanekaragaman kutukebul di Indonesia yang telah dipublikasikan

(Bintoro 2008)

Spesies Kutukebul Penulis

a

LGEK JHM GAE GWW

Aleurocanthus citripedus Quaintance & Baker √ √ √ √

Aleurocanthus cocois Corbett - √ - √

Aleurocanthus destructor Mackie - √ √ √

Aleurocanthus longispinus Quaintance & Baker - √ √ -

Aleurocanthus nigricans Corbett - √ √ -

Aleurocanthus pendleburyi Corbett - √ √ -

Aleurocanthus rugosa Singh - √ √ -

Aleurocanthus serratus Quaintance & Baker - - √ -

Aleurocanthus spiniferus Quaintance √ √ √ √

Aleurocanthus wolgumi Ashby - √ √ √

Aleuroclava neolitseae Takahashi - √ √ -

Aleuroclava nitidus Singh - √ √ -

Aleurocybotus setiferus Quaintance & Baker - √ - -

Aleurodicus antidesmae Corbett - √ √ -

Aleurodicus dispersus Rusell - - √ √

Aleurodicus holmesii Maskell - - √ -

Aleurodicus wallaceus Martin - √ √ -

Aleurolobus barodensis Maskell √ - √ -

Aleurolobus marlatti Quaintance - - √ √

Aleurolobus musae Corbett - √ - -

Aleuromarginatus sp. - √ √ -

Aleuroplatus dorsipallidus Martin - √ √ -

Aleuroplatus pectiniferus Quaintance & Baker - √ - -

Aleuroplatus sp. - √ √ -

Aleuroputeus perseae - √ √ -

Aleurothrixus antidesmae Takahashi - √ - -

Aleurotrachelus annonae Corbett - - √ -

Aleurotuberculatus neolitseae Takahashi - √ - √

Aleurotuberculatus nitidus Singh - √ - -

Aleurotuberculatus sp. - √ - -

Aleyrodes lacteal - - √ -

Aleyrodes sp. - - √ -

Asialeyrodes sp. - √ √ -

Bemisia afer Group. Priesner & Hosny - √ √ -

Bemisia pongomidae - √ - -

Bemisia tabaci Gennadius √ √ √ √

Crenidorsum celebes Martin - √ √ -

Dialerolonga sp. - √ √ -

Page 23: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

11

Lanjutan Tabel 1 Keanekaragaman kutukebul di Indonesia yang telah dipublikasikan

(Bintoro 2008)

Spesies Kutukebul Penulis

a

LGEK JHM GAE GWW

Dialeurodes minahassai Quaintance & Baker - √ - -

Dialeurodes sp. √ √ - -

Dialeuropora decempuncta Quaintance & Baker - √ - √

Dialeuropora mangiferae Corbett - - √ -

Dialeuropora sp. - - √ -

Neomaskellia andropogonis Corbett √ - - -

Neomaskellia bergii Signoret - - √ -

Nipaleyrodes elongate - √ √ -

Orchamoplatus mammaeferus Quaintance & Baker - √ √ -

Parabemisia myricae Kuwana - - √ -

Rabdostigma minahassai Martin - √ √ -

Rhachispora capitalis - √ - -

Rusostigma radiirugosa Quaintance & Baker - - √ -

Rusostigma euginiae Maskell - √ - -

Siphoninus phillyreae Haliday - - - -

Taiwanaleyrodes indica Takahashi - √ - -

Trialeurodes rex Martin - √ √ -

Trialeurodes sp. √ - - -

Trialeurodes vaporariorum Westwood - - - √

Vasdavidius setiferus Quaintance & Baker - √ √ - a LGEK = LGE Kalshoven (1981) ; JHM = J H Martin (1985) ; GAE = Gregory A Evans (2005) ;

GWW = Gillian W Watson (2007).

Page 24: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

12

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di berbagai macam lahan pertanian seperti sayuran,

pekarangan, kebun buah-buahan, dan pertamanan hias. Lokasi pengambilan

sampel terdapat di 12 kecamatan yang tersebar di Kota dan Kabupaten Bogor

yaitu: Kecamatan Dramaga, Kecamatan Leuwisadeng, Kecamatan Megamendung,

Kecamatan Kemang, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Cipanas, Kecamatan

Ciomas, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor

Selatan, dan Kecamatan Bogor Utara; serta satu kecamatan yang terletak di

Kabupaten Cianjur yaitu kecamatan Pacet. Identifikasi kutukebul dilakukan di

Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari

sampai dengan bulan Agustus tahun 2012.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel kutukebul

berupa daun dari tanaman inang, alkohol 50 sampai dengan 100% yang berfungsi

untuk melarutkan lapisan lilin pada puparium kutukebul, larutan KOH 10% untuk

memudarkan warna kutukebul yang terlalu pekat (hitam), asam asetik glasial

untuk mempermudah proses pewarnaan, karbol xylene untuk melarutkan lemak

pada kantung pupa kutukebul, asam fuchsin untuk proses pewarnaan, minyak

cengkeh untuk mempermudah proses penataan di preparat mikroskop, serta

kanada balsam untuk media pembuatan preparat slide.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop stereo

Olympus®

SZ-ST, mikroskop cahaya Olympus®

model CX21FS1 yang

dihubungkan dengan kamera (DinoEye ocular lens camera) dan langsung

terhubung ke komputer, perangkat lunak Dinocapture, perangkat lunak GPS

(Global Positioning System) Compass and Altitude pada Smartphone Samsung®

Galaxy S, kamera digital Canon®

PowerShot A2200, kantung plastik transparan,

alat tulis, label, tabung reaksi, tisu, cawan sirakus, jarum, kuas, dan kaca objek

serta penutup preparat.

Page 25: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

13

Metode Penelitian

Pengambilan Sampel Kutukebul di Lapangan

Lokasi pengambilan kutukebul beserta inangnya dilakukan di 18 desa atau

kelurahan: Desa Babakakan dan Cikarawang Kecamatan Dramaga; Desa

Sibanteng dan Kalong Kecamatan Leuwisadeng; Desa Sukagalih Kecamatan

Megamendung; Desa Cibeteung Kecamatan Kemang; Desa Tugu Selatan

Kecamatan Cisarua; Desa Ciloto Kecamatan Cipanas; Desa Sukaharja Kecamatan

Ciomas; Kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat; Kelurahan Baranangsiang

dan Katulampa Kecamatan Bogor Timur; Kelurahan Pakuan, Bojongkerta, dan

Kertamaya Kecamatan Bogor Selatan; Kelurahan Cimahpar Kecamatan Bogor

Utara; serta Desa Sukaresmi dan Cipendawa Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur

(Gambar 4). Koordinat dan ketinggian tempat lokasi pengambilan sampel diukur

dengan menggunakan GPS.

Sampel diambil dengan mengumpulkan daun dari cabang tanaman bagian

bawah sebelah kiri dan kanan tajuk tanaman inang yang terdapat nimfa, pupa,

kantung pupa, dan imago kutukebul. Setiap sampel diambil secara acak dari tiap

petak tanaman inang dengan total 2 daun sampel per tanaman inang. Sampel

kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik dan diberi label lokasi dan

tanggal pengambilan sampel. Selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah

kutukebul (nimfa, pupa, kantung pupa, dan imago) yang terdapat pada masing-

masing sampel. Hasil perhitungan dicatat kemudian diolah lebih lanjut untuk

dapat menentukan kutukebul jenis apa yang paling banyak ditemukan pada suatu

inang di tiap lokasi pengambilan sampel. Sampel kemudian dibawa ke

laboratorium untuk dibuat menjadi preparat mikroskop.

Page 26: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

14

Gambar 4 Peta lokasi pengambilan sampel di wilayah Bogor dan sekitarnya

Pembuatan Preparat Mikroskop Kutukebul

Pembuatan preparat mikroskop pada penelitian ini dilakukan dengan metode

preparat permanen untuk tujuan identifikasi dan penyimpanan dalam jangka

waktu yang lama. Spesimen yang umumnya digunakan dalam pembuatan preparat

mikroskop kutukebul adalah pupa atau kantung dari pupa tersebut yang telah

kosong. Pada dasarnya pembuatan preparat mikroskop kutukebul disesuaikan

dengan tipe pupa atau kantung pupa dari kutukebul itu sendiri. Pembuatan

preparat mikroskop kutukebul dilakukan dengan metode Watson (2007) dengan

sedikit modifikasi. Modifikasi tersebut dilakukan pada pupa atau kantung pupa

dari kutukebul yang berwarna gelap (pekat). Dengan melakukan perendaman

kantung pupa atau pupa kutukebul yang berwarna gelap tersebut terlebih dahulu

pada KOH 10% selama 10 menit sampai 3 hari hingga warnanya menjadi pudar

(kecoklatan). Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pengamatan karakter

morfologi yang dimiliki pada saat proses identifikasi.

Pembuatan preparat dari spesimen berupa pupa yang berisikan kutukebul

dimulai dengan memisahkan pupa tersebut dari permukaan daun. Pupa tersebut

Legenda :

Pertanian Sayuran

Pertanaman Buahan

Pertamanan Hias

Leuwisadeng

Megamendung

Ciomas

Rancamaya

Sukaresmi

Page 27: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

15

diangkat dengan menggunakan jarum mikro di bawah mikroskop stereo.

Spesimen dimasukkan ke dalam cawan sirakus yang di dalamnya telah berisikan

alkohol 80%. Spesimen kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisikan

KOH 10% lalu dipanaskan pada suhu 80-100 oC selama 10 menit. Selanjutnya

spesimen dituangkan kedalam cawan sirakus, KOH 10% dibuang dan digantikan

dengan asam asetat glasial yang ditambah dengan alkohol absolut lalu diaduk

selama 3 menit. Dua tetes karbol xylene ditambahkan lalu dikocok sampai bersih.

Larutan tersebut kemudian dibuang dan digantikan dengan asam asetat glasial

yang dicampur dengan asam fuchsin dan direndam selama 10 menit sampai

dengan satu malam. Larutan dari spesimen kemudian dibuang dan digantikan

dengan minyak cengkeh, lalu didiamkan selama 10 menit sampai satu malam.

Spesimen kemudian dikeluarkan dari minyak cengkeh dan ditaruh di atas kaca

objek lalu ditambahkan minyak cengkeh untuk dilakukan penataan. Minyak

cengkeh kemudian diserap dengan menggunakan kertas tisu lalu spesimen

dibubuhi dengan kanada balsam secukupnya dan kemudian ditutup dengan kaca

penutup.

Pembuatan preparat spesimen berupa kantung pupa dimulai dari pemisahan

kantung pupa dari daun inang, kemudian dimasukkan ke dalam cawan sirakus

yang berisikan alkohol 95%. Alkohol kemudian dibuang dan digantikan dengan

asam asetat glasial, lalu didiamkan selama 10 menit, setelah itu spesimen dicuci

dengan menggunakan aquades. Selanjutnya spesimen direndam ke dalam karbol

xylene selama 1 menit lalu dicuci kembali dengan aquades. Spesimen selanjutnya

direndam ke dalam asam asetat glasial selama 10 menit, lalu ditambahkan asam

fuchsin dan didiamkan selama 10 menit sampai dengan satu malam. Setelah itu

spesimen dicuci dengan menggunakan alkohol bertahap dari 50 sampai dengan

100%. Spesimen kemudian siap untuk diletakan ke dalam kaca objek dengan cara

yang sama dengan spesimen berupa pupa.

Preparat mikroskop kutukebul yang telah selesai dibuat selanjutnya

dikeringkan di atas hotplate Fisher Scientific Slide Warmer dengan suhu 60 oC

selama 6-8 minggu hingga medium pada preparat tersebut benar-benar kering.

Proses identifikasi dapat dilakukan pada saat preparat sudah dikeringkan selama 1

minggu, setelah selesai diidentifikasi preparat tersebut diletakan kembali ke dalam

Page 28: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

16

hotplate untuk dilanjutkan proses pengeringan mediumnya. Preparat mikroskop

kutukebul yang telah selesai dikeringkan dan diidentifikasi diberi label dan

kemudian disimpan ke dalam kotak preparat secara sistematis.

Identifikasi Kutukebul

Proses identifikasi kutukebul dilakukan berdasarkan pengamatan karakter

morfologi dari kantung pupa atau pupa kutukebul tersebut. Hal ini disebabkan

kantung pupa atau pupa dari kutukebul tersebut memiliki karakter yang spesifik

dari masing-masing spesies. Secara umum, karakter kutukebul yang menjadi ciri

identifikasi di antaranya adanya compound pores (pori majemuk) di bagian

subdorsal dan bentuk lubang vasiform di bagian posterior tubuhnya. Struktur dari

lubang vasiform terdiri dari lingula (struktur seperti lidah) yang memiliki ukuran

dan bentuk yang bervariasi untuk masing-masing spesies. Beberapa spesies

kutukebul memiliki karakter yang khusus, seperti adanya barisan duri, seta, atau

bahkan rambut halus pada sekeliling tepian dari puparia, adanya papilla atau

tuberkel, keberadaan pori trakea (tracheal pore), dsb. Identifikasi dilakukan

dengan menggunakan kunci identifikasi kutukebul Rusell (1964), Martin (1985,

1987), Dooley (2007), dan Dubey et al. (2009) dengan bantuan mikroskop

compound yang dihubungkan dengan camera DinoEye ocular Lens (Gambar 5),

serta bantuan program Dinocapture untuk mengambil gambar dari karakter

morfologi kutukebul tersebut.

Gambar 5 Mikroskop dengan lensa okuler yang langsung terhubung ke komputer

Page 29: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

17

Pembuatan kunci identifikasi kutukebul yang ditemukan dibuat dari hasil

pengamatan karakter morfologi kutukebul, proses pertama adalah melakukan

pembuatan matriks atau tabel kesamaan morfologi hingga dapat diklasifikasi dan

dibedakan menurut karakter morfologinya. Kunci identifikasi dibuat dengan

metode gambar sederhana dan dikotomus berdasarkan karakter morfologi

kutukebul tersebut. Preparat slide kutukebul yang telah didapat disimpan di

Museum Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor.

Page 30: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Pengambilan Sampel

Secara umum lokasi pengambilan sampel kutukebul memiliki ketinggian

yang bervariasi (Tabel 2). Berdasarkan data ketinggian tempat lokasi pengambilan

sampel kutukebul dikelompokkan menjadi 3 kisaran ketinggian yaitu daerah

rendah dengan kisaran ketinggian 0-500 mdpl, daerah sedang dengan kisaran

ketinggian 501-1000 mdpl, dan daerah tinggi dengan ketinggian >1000 mdpl.

Selama waktu pengambilan sampel di bulan Februari hingga April 2012, cuaca

pada saat itu adalah musim penghujan, sehingga pengambilan sampel kutukebul

di lapangan mengalami kesulitan karena keberadaan kutukebul yang hilang

tersapu air hujan. Mulai bulan Mei hingga Juli 2012 cuaca di lokasi pengambilan

sampel sudah mulai mendukung karena memasuki musim kering atau kemarau,

sehingga keberadaan populasi kutukebul di lapangan meningkat.

Tabel 2 Lokasi pengambilan sampel kutukebul pada berbagai ketinggian dan

tempat

No Kecamatan Kelurahan / Desa Ketinggian ( mdpl )

1 Kemang Cibeteung 118

2 Dramaga Cikarawang 161

3 Bogor Barat Situ Gede 174

4 Leuwisadeng Sibangteng 190

5 Bogor Utara Cimahpar 205

6 Dramaga Babakan 207

7 Leuwisadeng Kalong 231

8 Ciomas Sukaharja 242

9 Bogor Timur Baranangsiang 318

10 Bogor Timur Katulampa 336

11 Bogor Selatan Pakuan 340

12 Bogor Selatan Bojongkerta 423

13 Bogor Selatan Kertamaya 432

14 Megamendung Sukagalih 700

15 Pacet Sukaresmi 825

16 Cisarua Tugu Selatan 919

17 Pacet Cipendawa 1.227

18 Cipanas Ciloto 1.278

Page 31: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

19

Dari 18 lokasi pengambilan sampel kutukebul di wilayah Bogor dan

sekitarnya terdapat 13 lokasi berada di daerah rendah, 3 lokasi berada di daerah

sedang dan 2 lokasi berada di daerah tinggi.

Hasil Pengambilan Sampel Kutukebul

Berdasarkan hasil pengambilan sampel yang dilakukan di wilayah Bogor

dan sekitarnya, jumlah kutukebul yang diperoleh dari tanaman pertanian sebanyak

12 spesies. Sebanyak 4 spesies kutukebul relatif sering ditemukan dan sering

menjadi penyebab masalah di pertanaman diantaranya adalah A. dispersus, A.

dugesii, B. tabaci, dan T. vaporariorum. Keempat spesies tersebut bersifat polifag

dengan kisaran tanaman inang yang cukup luas. Kutukebul A. dispersus dan A.

dugesii merusak tanaman secara langsung (pengisapan cairan dan nutrisi

tanaman), kedua spesies ini sering ditemukan dalam massa populasi yang tinggi,

sehingga menyebabkan daun pada tanaman inang menjadi kering dan layu bahkan

sampai rontok atau mati. Spesies lainnya yang juga ditemukan adalah A.

spiniferus, A. citriperdus, A. cocois, P. minei, D. decempuncta, P. myricae, O.

mammaeferus, dan Rusostigma sp. Kesembilan spesies tersebut banyak ditemukan

pada tanaman karena bersifat polifag, namun O. mammaeferus hanya ditemukan

pada tanaman hias puring (Codiaeum variegatum) dari famili Euphorbiaceae.

Daun tanaman inang yang telah dikumpulkan pada saat pengambilan sampel

kemudian dihitung jumlah kutukebulnya (Tabel 3), pada satu permukaan bagian

bawah daun dihitung jumlah nimfa, pupa, kantung pupa, dan imago kutukebul

yang ada.

Page 32: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

20

Tabel 3 Hasil perhitungan kutukebul pada beberapa tanaman hortikultura

Kecamatan Ketinggian

(mdpl)

Tanaman Inang Populasi Kutukebul

Dramaga 161 - 207 Mengkudu / Rubiaceae

(Merinda citrifolia)

113 (A. dispersus)

Jambu Biji / Myrtaceae

(Psidium guajava)

73 (A. dispersus)

Jeruk Bali / Rutaceae

(Citrus maxima)

67 (A.spiniferus)

Kastuba / Euphorbiaceae

(Euphorbia pulcherrima)

41 (A. dispersus)

Kamboja / Apocynaceae

(Plumeria sp.)

37 (A. dugesii)

Kelapa / Arecaceae

(Cocois nucifera)

35 (A. destructor)

Puring / Euphorbiaceae

(Codiaeum verigatum)

13 (O.mammaeferus)

Leuwisadeng 190-231 Jambu air / Myrtaceae

(Eugenia aquacea)

67 (A. dispersus)

Alpukat / Lauraceae

(Persea americana)

55 (A. citriperdus)

38 (A. cocois)

31 (A. dispersus)

15 (P.minei)

Mangga / Anacardiaceae

(Mangifera foetida)

36 (A. dispersus)

21 (D.decempuncta)

Sawo / Sapotaceae

(Manilkara zapota)

35 (A. dispersus)

Jeruk nipis / Rutaceae

(Citrus aurantifolia)

27 (A.spiniferus)

23 (A. dispersus)

13 (P.minei)

Manggis / Clusiaceae

(Garcinia mangostana)

7 (A. dispersus)

Durian / Bombacaceae

(Durio zibethinus)

3 (A. dispersus)

Bogor Barat 174 Timun / Cucurbitaceae

(Cucumis sativus)

57 (B. tabaci)

Terong / Solanaceae

(Solanum melongena)

38 (B. tabaci)

Cabai rawit / Solanaceae

(Capsicum frutescens)

14 (B. tabaci)

Cabai merah / Solanaceae

(Capsicum annum)

11 (B. tabaci)

Megamendung 700 Pisang / Musaceae

(Musa paradisiaca)

21 (A. dugesii)

Page 33: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

21

Lanjutan Tabel 3 Hasil perhitungan kutukebul pada beberapa tanaman hortikultura

Kecamatan Ketinggian

(mdpl)

Tanaman Inang Populasi Kutukebul

Bogor Selatan 340 - 432 Mangga / Anacardiaceae

(Mangifera foetida)

36 (Rusostigma sp.)

24 (A. dispersus)

Rambutan / Sapindaceae

(Nephelium lappaceum)

32 (A. dispersus)

8 (P. myricae)

Jambu air / Myrtaceae

(Eugenia aquacea)

27 (A. dispersus)

25 (Rusostigma sp.)

Jeruk limau / Rutaceae

(Citrus aurantifolia)

24 (A. spiniferus)

8 (P.minei)

Srikaya / Annonaceae

(Annona squamosa)

21 (A. dispersus)

11 (P. myricae)

Pepaya / Caricaceae

(Carica papaya)

22 (A. dispersus)

Kamboja / Apocynaceae

(Plumeria sp.)

28 (A.dugesii)

Kembang sepatu / Malvaceae

(Hibiscus rosa-sinensis)

17 (A.dugesii)

Bogor Timur 318 - 336 Rambutan / Sapindaceae

(Nephelium lappaceum)

33 (A. dispersus)

Nangka / Moraceae

(Artocarpus heterophyllus)

3 (D. decempuncta)

Bogor Utara 205 Timun / Cucurbitaceae

(Cucumis sativus)

41 (B. tabaci)

Cabai rawit / Solanaceae

(Capsicum frutescens)

20 (A. dispersus)

Kemang 118 Rambutan / Sapindaceae

(Nephelium lappaceum)

26 (A. dispersus)

Manggis / Clusiaceae

(Garcinia mangostana)

7 (A. dispersus)

Durian / Bombacaceae

(Durio zibethinus)

3 (A. dispersus)

Ciomas 242 Cabai rawit / Solanaceae

(Capsicum frutescens)

13 (A. dispersus)

Cisarua 919 Buncis / Fabaceae

(Phaseolus vulgaris)

97 (A. dugesii)

Tomat / Solanaceae

(Solanum lycopersicum)

21 (T. vaporariorum)

Oyong / Cucurbitaceae

(Luffa acutangula)

45 (A. dugesii)

Pariya / Cucurbitaceae

(Momordica charantia)

38 (A. dugesii)

Page 34: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

22

1299

222

458

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Rendah

(0-500 mdpl)

Sedang

(501-1000 mdpl)

Tinggi

(>1000 mdpl)

Ju

mla

h k

utu

keb

ul

Ketinggian lokasi

Lanjutan Tabel 3 Hasil perhitungan kutukebul pada beberapa tanaman hortikultura

Kecamatan Ketinggian

(mdpl)

Tanaman Inang Populasi Kutukebul

Cipanas 1278 Buncis / Fabaceae

(Phaseolus vulgaris)

99 (T. vaporariorum)

Tomat / Solanaceae

(Solanum lycopersicum)

24 (T. vaporariorum)

Cabai rawit / Solanaceae

(Capsicum frutescens)

13 (T. vaporariorum)

Kedelai / Fabaceae

(Glycine max)

48 (A. dugesii)

Pacet 1227 Buncis / Fabaceae

(Phaseolus vulgaris)

102 (T. vaporariorum)

Tomat / Solanaceae

(Solanum lycopersicum)

26 (T. vaporariorum)

Kentang / Solanaceae

(Solanum tuberosum)

23 (T. vaporariorum)

Kecipir / Fabaceae

(Psophocarpus

tetragonolobus)

102 (A. dugesii)

Mawar / Rosaceae

(Rosa sp.)

13 (A. spiniferus)

8 (D.decempuncta)

Berdasarkan data hasil pengambilan sampel, diperoleh jumlah

keanekaragaman kutukebul (Gambar 6) lebih banyak ditemukan pada daerah

rendah (0-500 m dpl). Hal ini dikarenakan keanekaragaman tanaman inang lebih

banyak dijumpai pada daerah rendah dimana hampir semua jenis tanaman

hortikultura terdapat di ketinggian tersebut, seperti tanaman sayur dataran rendah,

Gambar 6 Jumlah keanekaragaman kutukebul pada berbagai ketinggian

Page 35: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

23

36 (3)

35 (1)

657 (20)

433 (9)

38 (1)

131 (4)

55 (1)

19 (2)

32 (3)

13 (1)

305 (7)

61 (2)

161 (4)

0 200 400 600 800

P. minei

A. destructor

A. dispersus

A. dugesii

A. cocois

A. spiniferus

A. citriperdus

P. myricae

D. decempuncta

O. mammaeferus

T. vaporariorum

Rusostigma sp.

B. tabaci

Jumlah individu kutukebul

Sp

esie

s k

utu

keb

ul

buah tropika, dan tanaman hias pekarangan. Sedangkan untuk daerah sedang

(501-1000 mdpl) hanya ditemukan beberapa tanaman buah dan sayur. Sedangkan

untuk daerah tinggi (>1000 mdpl) kebanyakan ditemukan pada tanaman sayur

dataran tinggi serta beberapa tanaman hias.

Makin luasnya kisaran inang dari satu kutukebul makin banyak pula

keberadaan kutukebul tersebut di lapangan. Diketahui A. dispersus ditemukan

paling banyak keberadaanya. Menurut Murgianto (2010) spesies ini menyerang

hingga 111 tanaman inang dari 53 famili yang berbeda, selanjutnya diikuti dengan

A. dugesii yang mana kutukebul ini pertama kali ditemukan pada tahun 2008 dan

sampai saat ini masih banyak dijumpai di lapangan, selanjutnya T. vaporariorum,

dan B. tabaci yang mana meskipun kedua spesies tersebut tidak begitu banyak

jumlah individunya akan tetapi memiliki hasil kerusakan secara tidak langsung

yang lebih besar dibandingkan dengan kerusakan secara langsungnya, dimana

kedua kutukebul tersebut dapat menularkan berbagai macam virus penyebab

penyakit pada tanaman (Gambar 7).

Gambar 7 Jumlah individu kutukebul yang ditemukan pada setiap daun tanaman

inang. Angka dalam tanda kurung merupakan jumlah spesies tanaman

inang

Page 36: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

24

Dari hasil jumlah penghitungan individu kutukebul, diperoleh bahwa

jumlah kutukebul yang paling banyak berada di wilayah Bogor dan sekitarnya

adalah A. dispersus dengan jumlah sebanyak 657 individu, A. dugesii sebanyak

433 individu, T. vaporariorum sebanyak 305 individu, B. tabaci sebanyak 161

individu, A. spiniferus sebanyak 131 individu, dan sisanya hanya berjumlah

kurang dari 100 individu. Hal ini menunjukkan bahwa makin luas kisaran inang

suatu spesies kutukebul maka makin banyak pula jumlah individu yang ditemukan

di lapangan.

Deskripsi Kutukebul

Subfamili Aleurodicinae

Aleurodicus dispersus Rusell. Kutukebul ini ditemukan menyerang 21

spesies tanaman dari 12 famili tanaman yang berbeda yaitu rambutan

(Sapindaceae), jambu biji (Myrtaceae), alpukat (Lauraceae), jambu air

(Myrtaceae), sirsak (Annonaceae), sawo (Sapotaceae), mangga (Anacardiaceae),

mengkudu (Rubiaceae), kestuba (Euphorbiaceae), cabai merah (Solanaceae),

durian (Bombaceae), manggis (Clusiaceae), nangka (Moraceae), cabai rawit

(Solanaceae), srikaya (Annonaceae), dan pepaya (Caricaceae). Bintoro (2008)

melaporkan ada 12 inang dari 10 famili tanaman yang menjadi inang kutu kebul

ini. Mugianto (2010) menemukan bahwa kutukebul ini menyerang 111 spesies

dari 53 famili tanaman. Oleh karena itu hampir disetiap lokasi pengambilan

sampel dapat ditemukan tanaman inang yang terserang kutukebul ini. Kutukebul

ini ditemukan di daerah berketinggian rendah (100-400 mdpl) yaitu pada

Kecamatan Dramaga, Kemang, Leuwisadeng, Ciomas, Bogor Utara, Bogor

Timur, dan Bogor Selatan. Serangga ini membentuk struktur lilin yang khas

dalam berkoloni (jalur spiral) (Gambar 8), oleh karena itu serangga ini sering

dinamai sebagai spiraling whitely.

Page 37: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

25

Gambar 8 Koloni A. dispersus pada daun mengkudu (a) dan daun pisang (b)

Ciri morfologi serangga ini yaitu; tepian yang halus, hanya terdapat 4 pori

majemuk abdominal, lingula berbentuk oval (Gambar 9a); adanya alur pori-pori

padat yang menyebar luas tepat persis di bawah lingula (Gambar 9b).

Gambar 9 Ciri morfologi A. dispersus; 4 pasang pori majemuk (a), lingula oval

(b), dan alur pori-pori padat (c)

Aleurodicus dugesii Cockerell. Kutukebul ini ditemukan menyerang 9

spesies tanaman dari 6 famili tanaman yang berbeda yaitu kamboja

(Apoccynaceae), kembang sepatu (Malvaceae), pisang (Musaceae), buncis

(Fabaceae), oyong (Cucurbitaceae), kecipir (Fabaceae), dan kedelai (Fabaceae).

Bintoro (2008) menemukan terdapat 9 tanaman inang dalam7 famili tanaman

yang menjadi inang kutukebul ini. Menurut Murgianto (2010) kutu kebul ini

menyerang 47 tanaman inang dalam 27 famili tanaman yang berbeda. Kutukebul

0,3 mm

a

b

c

a b

Page 38: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

26

ini ditemukan di daerah berketinggian rendah, sedang, dan tinggi dengan kisaran

ketinggian 200-1200 mdpl yaitu pada Kecamatan Dramaga, Megamendung,

Cisarua, Pacet, Cipanas, dan Bogor Selatan. Serangga ini sering dijumpai

berkoloni pada beberapa tanaman dengan dengan massa yang berlimpah, sehingga

menyebabkan daun tanaman inang menjadi layu dan kering (Gambar 10).

Kutukebul ini memproduksi lilin yang lebih banyak dari genus Aleurodicus

lainya. Lilin serangga ini memiliki bentuk yang menyerupai jenggot (Dreistadt et

al. 2001). Hanya lilin serangga ini yang dapat dibedakan karena lilin serangga

genus Aleurodicus lainnya berbentuk sama seperti untaian-untaian benang tipis.

Lilin tersebut berfungsi sebagai sistem pertahanan diri dari lingkungan yang buruk

seperti paparan insektisida ataupun untuk melindungi kutukebul dari predator

(Murgianto 2010).

Gambar 10 Koloni A. dugesii pada daun kecipir (a) dengan massa yang padat (b)

Ciri morfologi serangga ini yaitu; memiliki lingula cenderung melebar bulat

(Gambar 11a); terdapat 2 pasang pori majemuk di bagian posterior yang tereduksi

seperti bentuk lonceng (Gambar 11b).

a b

Page 39: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

27

0,4 mm

a

b

Gambar 11 Ciri morfologi A. dugesii; lingula melebar bulat (a), pori majemuk

yang tereduksi seperti lonceng (b)

Paraleyrodes minei Iccarino. Kutukebul ini ditemukan menyerang 3

spesies tanaman dari 2 famili tanaman yang berbeda yaitu alpukat (Lauraceae),

jeruk nipis (Rutaceae), dan jeruk limau (Rutaceae). Kutukebul ini ditemukan pada

daerah berketinggian rendah (100-300 mdpl) yaitu pada Kecamatan Bogor

Selatan. Biasanya kutukebul ini ditemukan tersembunyi diantara koloni kutukebul

lainya seperti A. citriperdus atau A. dispersus. Kutukebul ini belum pernah

dilaporkan keberadaanya di Indonesia dan kini telah ditemukan pada beberapa

tanaman di wilayah Bogor dan sekitarnya.

Gambar 12 Koloni P. minei pada daun jeruk (a) dan kantung pupanya (b)

a b

Page 40: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

28

Ciri morfologi kutukebul ini yaitu; terdapat 5 sampai 6 pori majemuk

abdominal dengan bentuk tangkai (Gambar 13a); paling tidak ada 1 atau 2 pori

majemuk anterior yg tereduksi (Gambar 13b).

Gambar 13 Ciri morfologi P. minei; pori majemuk bentuk tangkai (a), pori

majemuk tereduksi (b)

Subfamili Aleyrodinae

Trialeurodes vaporariorum Westwood. Kutukebul ini ditemukan

menyerang 7 spesies tanaman dari 2 famili tanaman yang berbeda yaitu tomat

(Solanaceae), buncis (Fabaceae), kentang (Solanaceae), dan cabai rawit

(Solanaceae). Kutukebul ini ditemukan pada daerah berketinggian sedang hingga

tinggi (900-1200 mdpl) yaitu pada Kecamatan Cisarua, Cipanas, dan Pacet.

Serangga ini dan tidak banyak mengeluarkan lilin (tidak terlihat jelas secara

langsung).

Gambar 14 Koloni T. vaporariorum pada daun buncis (a) dan kantung pupanya

(b)

0,3 mm

a

b

a b

Page 41: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

29

Ciri morfologi serangga ini yaitu; terdapat papilla di daerah sekeliling tepian

dengan bentuk yang hampir sama dengan diselingi beberapa yang besar dan kecil

(Gambar 15a); terlihat atau tidak barisan tunggal papilla besar maupun kecil di

daerah subdorsal (Gambar 15b).

Gambar 15 Ciri morfologi T. vaporariorum; papila submarginal (a), papila

subdorsal (b)

Bemisia tabaci Gennadius. Kutukebul ini ditemukan menyerang 4 spesies

tanaman dari 2 famili tanaman yang berbeda yaitu timun (Cucurbitaceae), terong

(Solanaceae), cabai rawit (Solanaceae), cabai merah (Solanaceae). Kutukebul ini

memiliki inang seperti T. vaporariorum yaitu berupa tanaman sayur-sayuran, akan

tetapi pada umumnya kutukebul B. tabaci ditemukan di daerah berketinggian yang

lebih rendah. B. tabaci dan T. vaporariorum sudah sering dilaporkan menjadi

hama utama pada tanaman di rumah kaca (greenhouse whitefly). Kutukebul ini

ditemukan di Kecamatan Bogor Barat. Bintoro (2008) menemukan terdapat 14

spesies tanaman dari 9 famili tanaman yang berbeda. Imago kutukebul ini

meletakkan telur secara acak pada bagian bawah permukaan daun (Gambar 16).

Gambar 16 Koloni B. tabaci pada daun timun (a) dan kantung pupanya (b)

0,3 mm

a

b

a b

Page 42: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

30

Ciri morfologi dari kutukebul ini yaitu terdapatnya seta pada ekor dengan

ukuran setidaknya sepanjang lubang vasiform (Gambar 17a) dan panjang dari

abdomen segmen ke 7 tereduksi secara medial (Gambar 17b).

Gambar 17 Ciri morfologi B. tabaci yaitu seta pada ekor (a) dan abdomen

tereduksi (b)

Aleurocanthus spiniferus Quintance. Kutukebul ini ditemukan menyerang

4 spesies tanaman dari 2 famili tanaman yang berbeda yaitu jeruk nipis

(Rutaceae), jeruk bali (Rutaceae), jeruk limau (Rutaceae), dan mawar (Rosaceae).

Kutukebul ini ditemukan pada daerah rendah hingga sedang (100-800 mdpl) yaitu

pada Kecamatan Leuwisadeng, Dramaga, Bogor Selatan, dan Pacet. Kutukebul ini

hidup berkoloni cukup padat pada suatu daun tanaman inang. Pada beberapa inang

tanaman kutukebul ini ditemukan berasosiasi dengan kutukebul spesies lain dalam

satu daun inang.

Gambar 18 Koloni A. spiniferus pada daun jeruk (a) dan kantung pupanya (b)

b 7

6

5

4

3

2

1

0,2 mm

a

a b

Page 43: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

31

Ciri morfologi serangga ini adalah terdapat hanya 11 deretan duri pada

daerah tepian dengan panjang yang hampir sama (Gambar 19a).

Gambar 19 Ciri morfologi A. spiniferus adanya 11 pasang duri submarginal

dengan panjang yang sama (a)

Aleurocanthus citriperdus Quintance & Baker. Kutukebul ini ditemukan

menyerang 1 spesies tanaman famili Lauraceae yaitu alpukat. Kutukebul ini

memiliki inang yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan A. spiniferus.

Kutukebul ini ditemukan pada daerah rendah (190 m dpl) yaitu di Kecamatan

Leuwisadeng. Kutukebul ini hidup berkoloni pada suatu permukaan bawah daun,

dan sering dijumpai hidup berasosiasi bersama kutukebul lain dalam satu tanaman

inang.

Gambar 20 Koloni A. citriperdus pada daun jeruk (a) dan kantung pupanya (b)

0,3 mm

a

a b

Page 44: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

32

Ciri morfologi serangga ini yaitu adanya 16 deretan duri pada daerah tepian

dengan panjang yang berbeda (Gambar 21a).

Gambar 21 Ciri morfologi A. citriperdus adanya 16 pasang duri submarginal

panjang (a) dan pendek (b)

Aleurocanthus cocois Corbett. Kutukebul ini ditemukam menyerang 1 spesies

tanaman famili Lauraceae yaitu alpukat. Pada dasarnya inang utama kutukebul ini

adalah tanaman kelapa (Watson 2007). Kutukebul ini ditemukan pada daerah

rendah (190 m dpl) yaitu pada Kecamatan Leuwisadeng. Kutukebul ini hidup

berkoloni dengan jumlah yang tidak terlalu banyak, Kutukebul ini mudah untuk

dicirikan karena memiliki warna yang pucat jika dibandingkan dengan genus

Aleurocanthus lainya. Kutukebul ini juga ditemukan hidup berasosiasi dengan

kutukebul lainya pada suatu daun tanaman inang.

Gambar 22 Koloni A. cocois pada daun alpukat (a) dan kantung pupanya (b)

0,3 mm

a

b

a b

Page 45: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

33

Ciri morfologi serangga ini yaitu memiliki; puparium berbentuk oval

dengan kutikula berwarna pucat, tepian bergerigi, lubang vasiform agak menonjol

(Gambar 23a); terdapat seta-seta diantara barisan duri di sekeliling tepian

(Gambar 23b).

Gambar 23 Ciri morfologi A. cocois; lubang vasifrom menonjol (a) dan seta

diantara duri (b)

Parabemisia myricae Kuwana. Kutukebul ini ditemukan menyerang 2

spesies tanaman dari 2 famili tanaman yang berbeda yaitu rambutan

(Sapindaceae) dan srikaya (Annonaceae). Kutukebul ini ditemukan pada daerah

rendah (340 mdpl) yaitu di Kecamatan Bogor Selatan. Jumlah dari individu

kutukebul ini tidak bisa dipastikan karena morfologi pupa atau kantung pupa dari

kutukebul ini sangat sulit untuk bisa dibedakan pada saat proses penghitungan,

setelah diidentifikasi lebih lanjut barulah bisa dipastikan jumlahnya dalam

pembuatan preparat mikroskop.

Gambar 24 Koloni P. myricae pada daun srikaya (a) dan kantung pupanya (b)

a

0,3 mm

b

a b

Page 46: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

34

Ciri morfologi dari serangga ini yaitu; adanya seta halus disekeliling tepian

dengan normalnya berjumlah 14 pasang (Gambar 25a); Lubang vasiform

berbentuk segitiga dengan sisi yang hampir lurus atau cekung (Gambar 25b).

Gambar 25 Ciri morfologi P. myricae adanya 14 pasang seta halus (a) dan lubang

vasiform (b)

Dialeuropora decempuncta Quintance. Kutukebul ini ditemukan

menyerang 3 spesies tanaman dari 3 famili tanaman yang berbeda yaitu mangga

(Anacardiaceae), nangka (Moraceae), dan mawar (Rosaceae). Serangga ini

ditemukan di daerah rendah hingga sedang (100-800 mdpl). Keberadaan

kutukebul ini ditemukan tidak memiliki koloni dimana hanya terdapat satu

kutukebul pada setiap daun tanaman yang terserang.

Gambar 26 Kutukebul D. decempuncta pada daun nangka

0,3 mm

a

b

Page 47: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

35

Ciri morfologi serangga ini yaitu adanya 5 pasang pori disk besar (Gambar

27a) dengan jarak yang sejajar simetris dari masing-masing trakea subdorsal

dibagian toraks (Gambar 27b).

Gambar 27 Ciri morfologi D. decempuncta adanya pori disk besar (a) dan jarak

antar pori disk simetris (b)

Orchamoplathus mammaeferus Quintance & Baker. Kutukebul ini

ditemukan menyerang hanya satu spesies tanaman yaitu puring (Codiaeum

verigatum) dari famili Euphorbiaceae. Kutukebul ini ditemukan di daerah rendah

(200 mdpl) yaitu di Kecamatan Dramaga. Kutukebul ini dapat ditemukan diatas

permukaan daun puring.

Gambar 28 Koloni O. mammaeferus pada daun puring

0,4 mm

a

b

Page 48: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

36

Ciri morfologi serangga ini yaitu; adanya barisan kelenjar bergerigi yang

memanjang melebihi tepian (Gambar 29a); adanya celah trakea toraks dan ekor

berbentuk sisir (Gambar 29b).

Gambar 29 Ciri morfologi O. mammaeferus adanya kelenjar bergigi (a) dan celah

trakea bentuk sisir (b)

Rusostigma sp. Quintance & Baker. Kutukebul ini ditemukan menyerang

2 spesies tanaman dari 2 famili yang berbeda yaitu mangga (Anacardiaceae) dan

jambu air (Myrtaceae). Serangga ini ditemukan pada daerah rendah (340 mdpl)

yaitu di Kecamatan Bogor Selatan. Kutukebul ini ditemukan hidup soliter atau

berkelompk dan tersebar banyak di seluruh permukaan bagian bawah daun.

Gambar 30 Koloni Rusostigma sp.pada daun alpukat

0,3 mm a

b

Page 49: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

37

Ciri morfologi serangga ini yaitu adanya saluran trakea pada bagian toraks

dan kaudal terdiferensiasi menjadi pola pori-pori (Gambar 31a); pada bagian

kaudal saluran trakea mengalami invaginasi di bagian ujungnya (Gambar 31b).

Gambar 31 Ciri morfologi Rusostigma sp. adanya pori berpola (a) dan invaginasi

ujung trakea (b)

Kisaran Inang

Kisaran inang dari 12 kutukebul yang ditemukan di wilayah Bogor dan

sekitarnya sangat bervariasi yaitu pada 32 spesies tanaman inang dari 20 famili

tanaman yang berbeda. Pertanaman sayuran banyak ditemukan pada daerah

berketinggian rendah hingga tinggi (0 sampai dengan >1000 mdpl). Pertanaman

buah-buahan lebih banyak ditemukan pada daerah berketinggian rendah (0 sampai

dengan 500 mdpl). Tanaman hias yang ditemukan selama penelitian berada pada

daerah berketinggian sedang hingga tinggi (501 sampai dengan >1000 mdpl).

Kutukebul yang ditemukan digolongkan kedalam hama polifag (memiliki

inang pada berbagai famili tanaman yang berbeda). Meskipun pada beberapa

spesies hanya ditemukan pada satu famili tanaman saja, hal ini bukan berarti

spesies tersebut tergolong ke dalam hama monofag (memiliki inang hanya pada

satu spesies tanaman saja), dikarenakan pada penelitian lain kutukebul tersebut

ditemukan pada tanaman lainnya.

Famili tanaman hortikultura yang paling banyak diserang oleh kutukebul

adalah famili Solanaceae yaitu sebanyak 10 spesies tanaman inang (Gambar 32).

0,5 mm a

b

Page 50: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

38

Hal ini dikarenakan banyak tanaman sayuran dari famili Solanaceae terserang

oleh kutukebul. B. tabaci dan T. vaporariorum merupakan spesies kutukebul yang

inangnya banyak menyerang famili Solanaceae.

Gambar 32 Grafik famili tanaman inang kutukebul pada tanaman hortikultura

1 2

1

3 3

1 2

1 2 2

5

10

1

3

1 1 1 1

4

2

0

2

4

6

8

10

12

Ju

mla

h t

an

am

an

Famili Tanaman Inang

Page 51: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

39

Kunci Identifikasi

Kunci Sederhana

Famili

Aleyrodidae

b

a b

a

Tidak adanya pori majemuk abdominal

(a) dan pori majemuk kepala (b) Pori majemuk abdominal (a) dan

pori majemuk kepala (b)

a

b

Lubang vasiform (a) dan lingula

menjulur keluar (b)

Lubang vasiform (a) dan lingula di

dalam lubang (b)

a b

Cakar pada ujung tungkai (a)

a

Subfamili

Aleurodicinae

Tak ada cakar pada ujung tungkai (a)

a

Subfamili

Aleyrodinae

Page 52: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

40

4 pasang pori majemuk

abdominal (a)

a

a Alur pori-pori padat tepat di

bawah lingula (a)

A. dispersus

4 pasang pori majemuk

bentuk kerucut panjang (b)

b

2 pasang pori majemuk kaudal

tereduksi seperti lonceng (b)

b

A. dugesii

0,3 mm 0,3 mm 0,3 mm

c

1-2 pasang pori

majemuk tereduksi (c)

Pori majemuk abdominal

normal (c)

c

P. minei

Subfamili

Aleurodicinae

Pori majemuk bentuk kerucut Pori majemuk bentuk tangkai

Page 53: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

41

Page 54: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

42

Page 55: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

43

Kunci Dikotomus

1. Pada puparia terdapat pori-pori majemuk (Gambar 33a) atau tidak; Setiap

tungkainya dilengkapi dengan cakar (Gambar 33b). Lingula sangat panjang,

biasanya sampai melewati lubang vasiform (Gambar 34) dan dengan 2 pasang seta

diujungnya ………......……………………………………...……..Aleurodicinae (2)

Gambar 33 Pori-pori majemuk (a) dan cakar pada tungkai (b)

Gambar 34 Lubang vasiform dengan lingula yang memanjang melebihi perbatasan lubang

a

b

Lingula

Lubang vasiform

Page 56: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

44

1’. Puparia tanpa adanya pori majemuk (Gambar 35a), tungkai tanpa adanya cakar.

Lingula biasanya tidak panjang, tidak sampai melewati perbatasan lubang vasiform

(Gambar 35b) dan hanya terdapat 1 pasang seta di ujungnya.............Aleyrodinae (5)

Gambar 35 Tidak adanya pori majemuk (a) dan lubang vasiform dengan lingula di

dalamnya (b)

2(1). Pori majemuk tidak nampak; lingula pendek dan terdapat di dalam lubang

vasiform.....................……………………………………………………....Dialeurodicus

2’. Pori majemuk tampak (Gambar 36)……………………...…………………...……..3

Paraleyrodes Aleurodicus

Bentuk tangkai

Bentuk kerucut

Gambar 36 Berbagai bentuk pori majemuk

a

b

Page 57: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

45

3(2). Terdapat 5 sampai 6 pori majemuk abdominal dengan bentuk tangkai (Gambar

37a); paling tidak ada 1 atau 2 pori majemuk anterior yg tereduksi (Gambar

37b)............…………..……………………………Paraleyrodes minei (Iaccarino)

Gambar 37 Pori majemuk abdominal bentuk tangkai (a) dan pori yang tereduksi (b)

3’. Tidak adanya pori majemuk abdominal bagian anterior yang tereduksi...........….....4

4(3). Tepian puparium halus, hanya terdapat 4 pori majemuk abdominal, lingula

berbentuk oval (Gambar 38a); adanya alur pori-pori padat yang menyebar luas tepat

persis di bawah lingula (Gambar 38b)…....………...Aleurodicus dispersus (Russell)

Gambar 38 Lingula berbentuk oval (a) dan alur pori-pori padat tepat di bawah lingula (b)

a

b

a

b

Page 58: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

46

4’. Lingula cenderung melebar bulat (Gambar 39a); 2 pasang pori majemuk di bagian

posterior tereduksi seperti bentuk lonceng (Gambar 39b)............................................

....................................................................................Aleurodicus dugesii (Cockerell)

Gambar 39 Lingula melebar (a) dan 2 pasang pori majemuk bentuk lonceng (b)

5(1). Terdapat duri atau sifon seperti tabung pada dorsum (Gambar 40a); Tepian

bergerigi halus (Gambar 40b).….…………. .....…………...…………....……...…..6

Gambar 40 Duri pada dorsum (a) dan tepian bergerigi halus (b)

5’. Duri atau sifon tidak tampak………….…...…………..……………………………8

a

b

b

b

b

a

b

Page 59: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

47

6(5). Puparia berbentuk oval, dengan kutikula berwarna pucat; tepian bergerigi; lubang

vasiform agak menonjol (Gambar 41a); terdapat seta-seta diantara barisan duri

disekeliling tepian (Gambar 41b)....…………………Aleurocanthus cocois (Corbett)

Gambar 41 Kutikula berwarna pucat (a) dan seta-seta diantara duri tepian (b)

6’. Kutikula puparia berwarna coklat sampai hitam; dengan duri di bagian dorsal

memanjang jauh melebihi tepian (Gambar 42a)....…...…......……………..………..7

Gambar 42 Duri bagian dorsal memanjang jauh melebihi tepian (a)

a

b

a

Page 60: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

48

7(6). Terdapat 16 deretan duri pada daerah tepian dengan panjang yang berbeda (Gambar

43)……...………………...……….Aleurocanthus citriperdus (Quaintance & Baker)

Gambar 43 Deretan 16 pasang duri yang berbeda panjang (a)

7’. Terdapat hanya 11 deretan duri pada daerah tepian dengan panjang yang hampir

sama (Gambar 44).…………………………..Aleurocanthus spiniferus (Quaintance)

Gambar 44 Deretan 11 pasang duri yang panjangnya hampir sama

a

Page 61: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

49

8(5). Terdapat seta halus disekeliling tepian dengan normalnya berjumlah 14 pasang

(Gambar 45a); Lubang vasiform berbentuk segitiga dengan sisi yang hampir lurus

atau cekung (Gmbar 45b)…..……..……......………Parabemisia myricae (Kuwana)

Gambar 45 Empat belas pasang seta halus (a) dan lubang vasiform berbentuk segitiga (b)

8’. Terdapat 5 pasang pori disk besar dengan jarak yang sejajar simetris dari masing-

masing trakea subdorsal dibagian toraks (Gambar 46).................................................

......................................................Dialeuropora decempuncta (Quaintance & Baker)

Gambar 46 Lima pasang pori disk besar (a)

a b

a

Page 62: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

50

9. Terdapat barisan kelenjar dan papila disekeliling tepian..……...…….……………10

9’. Tidak adanya barisan kelenjar dan papilla disekeliling tepian……………….…….11

10(9). Adanya barisan kelenjar bergerigi yang memanjang melebihi tepian (Gambar 47a);

adanya celah trakea toraks dan ekor berbentuk sisir (Gambar 47b); tidak adanya seta

di daerah kepala (Gambar 48a).....................................................................................

................................................Orchamoplathus mammaeferus (Quaintance & Baker)

Gambar 47 Barisan kelenjar bergerigi (a) celah trakea bentuk sisir (b)

Gambar 48 Tidak terdapatnya seta di daerah kepala (a)

a

b

a

Page 63: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

51

10’. Terdapat papilla di daerah sekeliling tepian dengan bentuk yang hampir sama

dengan diselingi beberapa yang besar serta berderet secara tidak teratur (Gambar

49a); terlihat atau tidak barisan tunggal papilla besar maupun kecil di daerah

subdorsal (Gambar 49b)….........…………..Trialeurodes vaporariorum (Westwood)

Gambar 49a Papila submarginal (a) dan papila subdorsal (b)

11(9’). Saluran trakea pada bagian toraks dan kaudal terdiferensiasi menjadi pola pori-

pori (Gambar 50a); pada bagian kaudal saluran trakea mengalami invaginasi di

bagian ujungnya (Gambar 50b).……......…Rusostigma sp. (Quaintance & Baker)

Gambar 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung saluran (b)

a

b

a

b

Page 64: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

52

11’. Saluran trakea pada bagian toraks dan caudal tidak terdiferensiasi..…………….(12)

12(11’). Seta pada ekor kuat dengan ukuran setidaknya sepanjang lubang vasiform (Gambar

51a); panjang dari abdomen segmen ke 7 tereduksi secara medial (Gambar

51b)..................................................................................Bemisia tabaci (Gennadius)

Gambar 51 Ekor pada seta yang kuat (a) dan segmentasi abdomen ke 7 yang tereduksi

(b)

Page 65: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

53

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kutukebul yang ditemukan pada tanaman hortikultura di Bogor dan

sekitarnya berjumlah 12 spesies yang menyerang 32 spesies tanaman inang.

Famili Solanaceae merupakan inang yang paling banyak diserang kutukebul.

Empat spesies kutukebul yang umum ditemukan dan menjadi hama penting pada

berbagai spesies tanaman yaitu A. dispersus dan A. dugesii yang banyak

ditemukan pada hampir seluruh tanaman hortikultura, T. vaporariorum yang

banyak ditemukan pada tanaman sayuran dataran tinggi, serta B. tabaci yang

banyak ditemukan pada tanaman sayuran dataran rendah. Keanekaragaman

spesies kutukebul lebih banyak ditemukan pada daerah dataran rendah

dibandingkan dengan dataran tinggi, hal ini disebabkan keanekaragaman tanaman

inang lebih banyak terdapat pada daerah dataran rendah.

Saran

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mempelajari cara pengendalian

kutukebul yang efektif pada tanaman hortikultura di Indonesia.

Page 66: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

54

DAFTAR PUSTAKA

Bintoro D. 2008. Keanekaragaman kutukebul di wilayah Bogor [skripsi]. Bogor

(ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Brown JK. 1994. Current status of Bemisia tabaci as a plant pest and virus vector

in agro ecosystems word wide. FAO Plant Prot. Bull. 42: 3–32.

Byrne DN and TS Bellows. 1990. Whitefly biology. Annnual Review of

Entomology 36: 431–457.

Botha J, Hardie D, Power G. 2000. Spiraling Whitefly Aleurodicus disperses,

Exotic Threat to Western Australia. Fact Sheet no. 18/2000.

Dooley J. 2007. Key to the Commonly Intercepted Whitefly Pest [internet].

[diunduh 2012 Mar 15]. Tersedia pada: http://keys.lucidcentral.org

/keys/v3/whitefly/PDF_PwP%20ETC/Key%20to%20commonly%20interc

epted%20pests%20embedded%20images%20.pdf.

Dubey AK, Ko CC, David BV. 2009. The genus Lipaleyrodes Takahashi, a junior

synonym of Bemisia Quaintance and Baker (Hemiptera: Aleyrodidae): a

revision based on morphology. Zool Studi [internet]. [diunduh 2012 Mei

13]; 48(4):539-557. Tersedia pada: http://docsdrive.com/pdfs/ansinet/jbs

/2002/505-507.pdf.

Dammerman KW. 1929. The Agricultural Zoology of The Malay Archipelago:

The Animals Injurious and Beneficial to Agriculture, Horticulture, and

Forestry in the Malay Peninsula, The Dutch Eas Indies and The

Philippines. Amsterdam (NE): JH de Bussy Ltd.

Dreistadt SH, Clark JK, Flint ML. 2001. Integrated Pest Management for

Floriculture and Nurseries. Oakland: University California Agriculture

National Resources Publication: 3402.

Evans GA. 2007. The Whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae) of the World and

Their Host Plants and Natural Enemies [internet]. [diunduh 2012 Okt 14].

Tersedia pada: http://keys.lucidcentral.org/keys/v3/whitefly/PDFPwP %20

ETC/world-whitefly-catalog-Evans.pdf

Gill RJ. 1990. Whiteflies: Their Bionomics, Pest Status and Control. UK:

Intercept Ltd.

Hidayat P, Aidawati N, Hidayat SH, Sartiami D. 2008. Tanaman indikator dan

teknik RAPD-PCR untuk penentuan biotipe Bemisia tabaci (Gennadius)

(Hemiptera: Aleyrodidae) [abstrak]. J HPT Trop [internet]. [diunduh 2012

mar 11]; 8(1):1-7. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/

123456789/7081.htm.

Page 67: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

55

Hoddle MS. 2004. The biology and management of the silverleaf

whitefly, bemisia argentifolii Bellows and Perring (Homoptera:

Aleyrodidae) on greenhouse grown ornamentals. Biol Contr. [internet].

[diunduh 2012 Agu 24]; 13(3).123-220. Tersedia pada:

http://biocontrol.ucr.edu/bemisia.html.

Hodges Gregory S, Evans Gregory A. 2005. An identification guide to the

whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae) of the southeastern united states.

Florid Entomol. [internet]. [diunduh 2012 Apr 7]; 88 (4). Tersedia pada:

http://fcla.edu/FlaEnt/fe88p518.pdf.

Jakes. 2012. Pengendalian gemini virus dalam upaya peningkatan produksi cabai

[internet]. [diunduh 2012 Okt 14]. Tersedia pada: http://penyuluhthl.

wordpress.com/2012/05/16/pengendalian-gemini-virus-dalam-upaya-

peningkatan-produksi-cabai-2/

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,

penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru- van Hoeve. Terjemahan dari: De

Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Ludji R. 2011. Kajian reproduksi kutukebul Bemisia tabaci (Gennadius)

(Hemiptera: Aleyrodidae) pada tanaman cabai merah dan tomat [tesis].

Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Martin JH. 1985. The whitefly of New Guinea (Homoptera: Aleyrodidae).

Bulletin of the British Museum (National History Museum) Entomology

[internet]. [diunduh 2012 Jul 9]; 50(3):303-351. Tersedia pada

http://biostor.org/reference/151.

Martin JH. 1987. An identification guide to common whitefly pest species of the

world (Homoptera: Aleyrodidae). Tropi Pest Manage. 33(4): 298-322.

Martin JH. 1999. The whitefly fauna of Australia (Sternorrhyncha: Aleyrodidae) a

taxonomic account and identification guide. CSIRO Entomologycal

Teechnical Paper 38. 197 hlm.

Martin, JH. and LA Mound. 2007. An annotated check list of the world's

whiteflies (Insecta: Hemiptera: Aleyrodidae). Zootaxa 1492: 1-84.

Mound, L. A. and S. H. Halsey. 1978. Whitefly of the World. A systematic

catalog of the Aleyrodidae (Homoptera) with host plant and natural enemy

data. British Museum (Natural History)/John Wiley & Sons, Chichester.

340 pp.

Page 68: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

56

Murgianto F. 2010. Kisaran inang kutukebul Aleurodicus destructor Mackie,

Aleurodicus dispersusI Russell dan Aleurodicus dugesii Cockerell

(Hemiptera: Aleyrodidae) di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan

daerah lain di sekitarnya [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Rahayu STS. 2004. Understanding the flight activity for decision in making

management of Bemisia tabaci [tesis]. Yogyakarta (ID): Program

Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.

Rahayuwati S. 2009. Variasi morfologi puparium dan DNA penyandi gen

mitokondria sitokrom oksidase I Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera:

Aleyrodidae) [tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Sudiono, Yasin N, Hidayat SH, Hidayat P. 2005. Penyebaran dan deteksi

molekuler virus gemini penyebab penyakit kuning pada tanaman cabai di

Sumatera. J HPT Trop (5) 2: 113-121.

Watson GW. 2007. Identification of Whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae). APEC

Re-entry Workshop on Whiteflies and Mealybugs in Malaysia, 16th

to 26th

April 2007.

Page 69: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

57

LAMPIRAN

Page 70: KUTUKEBUL (Hemiptera: Aleyrodidae) PADA TANAMAN ...repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60095/1/A12mka.pdf · 50 Pola pori-pori pada saluran trakea (a) invaginasi ujung

58

Lampiran 1 Posisi geografis lokasi pengambilan kutukebul

Kecamatan Kelurahan / Desa Posisi geografis Ketinggian

( m dpl )

Dramaga Babakan 06o33,110 S; 106

o44,035 E 207

Cikarawang 06o33,096 S; 106

o44,324 E 161

Leuwisadeng Sibangteng 06o54,206 S; 106

o72,865 E 190

Kalong 06o55,942 S; 106

o57,425 E 231

Ciomas Sukaharja 06o60,250 S; 106

o74,381 E 242

Kemang Cibeteung 06o48,662 S; 106

o71,227 E 118

Megamendung Sukagalih 06o42,900 S; 106

o00,203 E 700

Cisarua Tugu Selatan 06o68,815 S; 106

o95,014 E 919

Cipanas Ciloto 06o71,355 S; 106

o00,344 E 1278

Bogor Barat Situ Gede 06o60,250 S; 106

o74,381 E 174

Bogor Utara Cimahpar 06o57,453 S; 106

o82,252 E 205

Bogor Timur Baranangsiang 06o62,788 S; 106

o83,006 E 318

Katulampa 06o52,419 S; 106

o44,700 E 336

Bogor Selatan Pakuan 06o38,880 S; 106

o49,247 E 340

Bojongkerta 06o66,560 S; 106

o83,449 E 423

Kertamaya 06o65,845 S; 106

o83,799 E 432

Pacet Sukaresmi 06o57,453 S; 107

o82,252 E 825

Cipendawa 06o75,276 S; 107

o03,475 E 1227