Page 1
6
BAB II
TINJAUAN UMUM & LANDASAN TEORI
A. Gambaran Umum Proyek
Proyek ini terletak di komplek Perkantoran Kabupaten Deli Serdang (Lubuk
Pakam). Proyek ini rencananya di bangun untuk Kantor Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pihak yang bertanggung jawab dalam
pengawasan pelaksanaan proyek ini adalah Konsultan pengawas CV. Indhoma
Consultant. Proyek ini adalah proyek Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), Dinas Cipta Karya dan Pertambangan. Proyek pembangunan Gedung
BKKBN ini dimaksudkan untuk membuat Gedung BKKBN yang baru, yang akan
menampung pegawai – pegawai BKKBN yang lama.
B. Pengawasan Dalam Manajemen Konstruksi
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sehingga
pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil
dalam bentuk bangunan atau infrastruktur.
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi – fungsi
manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan) secara sistematis pada
suatu proyek dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan
efesien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.
Page 2
7
Pengawasan dalam manajemen konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi,
biaya dan waktu. Pengawasan dalam manajemen konstruksi memiliki beberapa
fugsi antara lain :
1. Sebagai pengawasan mutu (quality control) untuk menjaga kesesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan.
2. Mengantisipasi terjdinya perubahan kondisi lapngan yang tidak pasti dan
mengatasi kendala terbatasnya waktupelaksanaan.
3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan
dengan membuat laporan harian, mingguan dan bulanan.
4. Hasil evaluasi dpat dijadikan tindakan pengmbilan keptusan terhadap masalah
– masalah yang terjadi di lapangan.
5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baik
untuk menganalisis performa dilapangan.
Sasaran Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau
mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil
optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untk keperluan pencapaian
tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang
digunakan dan waktu pelaksanaan dalam rangka pencapaian hasil ini selalu
diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya
(Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).
C. Unsur – Unsur Pembangunan
Usaha – usaha untuk mewujudkan sebuah bangunan diawali dari tahap ide
hingga tahap pelaksanaan. Pihak – pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
dari tahap perencanaan sampai pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi empat
Page 3
8
pihak, yaitu pihak pemilik proyek (owner), pihak Konsultan Perencana
(Consultant), Konsultan Pengawas (Supervisor) dan pihak Kontraktor
(Contractor).
Orang atau badan – badan hukum yang membiayai, merencanakan,
mengawasi dan melaksanakan bangunan tersebut adalah merupakan unsur – unsur
pelaksana pembangunan.
Badan – badan hukum dan susunan organisasi pelaksanaan pekerjaan perlu
dijalin untuk menjamin pelaksanaan proyek agar dapat berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan dan selesai pada waktunya. Masing – masing unsur
organisasi tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai fungsinya.
Gambar 2.1. Struktur organisasi proyek konstruksi
Sumber : Manajemen Proyek oleh : Ir. Abrar Husen, Thn. 2010
Owner / Pemilik
Konsultan Perencana Konsultan Pengawas
Kontraktor
Utama
Page 4
9
Wulfram I. Ervianto (2002) menjelaskan setiap unsur yang terlibat harus
mampu berinteraksi dengan baik dan saling menunjang antara satu dengan yang
lainnya sesuai dengan wewenang dan fungsinya masing – masing agar sasaran
pelaksanaan dapat tercapai sebagaimana diharapkan.
1. Pemilik Proyek
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang atau
badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh
memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dapat berupa
perseorangan, badan/lembaga/instansi pemerintah maupun swasta.
Hak dan Kewajiban Pengguna Jasa adalah :
a. Menunjuk penyedia Jasa (konsultan dan kontraktor)
b. Meminta laporan secara priodik mengenai pelaksana pekerjaan yang
telah dilakukan oleh penyedia jasa.
c. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan
oleh penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
d. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
e. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
f. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk
bertindak atas nama pemilik.
g. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
Page 5
10
h. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan
oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang
dikehendaki.
Wewenang pemberi tugas adalah :
a. Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing – masing
kontraktor.
b. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara
memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal –
hal di luar kontrak yang telah ditetapkan.
2. Konsultan Pengawas.
Konsultan pengawas (supervisor) adalah perorangan, beberapa orang,
badan hukum atau instansi yang ditunjuk dan diberi tugas oleh pemilik
proyek untuk mengawasi dan mengontrol pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
Pengawasan dan pengontrolan dilakukan agar hasil kerja sesuai dengan
Bestek yang ada berdasarkan petunjuk – petunjuk pada saat pemberian
penjelasan pelelangan (aanwijzing).
Adanya pengawasan dari direksi diharapkan pelaksanaan pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil sesuai perencanaan yang
diharapkan.
Wulfram I. Ervianto (2002) mejelaskan bahwa dalam mengawasi
pelaksanaan pekerjaan, pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab
adalah sebagai berikut :
a. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Page 6
11
b. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
c. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
d. Mengkordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran
informasi antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan
lancar.
e. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul dilapangan agar
tercapai hasil akhir sesuai kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan
yang telah ditetapkan.
f. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin.
g. Menerima atau menolak material yang didatangkan kontraktor.
h. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari
peraturan/ketentuan yang berlaku (tidak sesuai gambar ataupun
spesifikasi teknis, dll).
i. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan
tambah/kurang.
j. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas bertanggung jawab kepada
pemimpin proyek. Pengawas berhak memberikan saran dan petunjuk kepada
pelaksana proyek (kontraktor) jika dirasakan perlu, agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan peraturan yang telah disepakati bersama didalam
Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS).
Page 7
12
Konsultan pengawas juga mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaaan apabila ada
terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja.
b. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak
memperhatikan peringatan yang diberikan.
c. Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.
d. Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shopdrawing pelaksana
proyek.
e. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan (site
intruction).
D. Hubungan Kerja Antara Konsultan Pengawas Dengan Pemilik Proyek
Wulfram I. Ervianto (2002) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan sebuah
proyek, hubungan kerja antara unsur-unsur organisasi yang terlibat dapat berupa
hubungan kerja secara teknis dan hukum. Secara teknis, hubungan kerja ini
merupakan hubungan tanggung jawab pihak – pihak yang terlibat dalam suatu
proyek.
Dalam hal ini semua masalah teknis perencanaan diserahkan oleh pemilik
proyek kepada konsultan perencana. Berdasarkan penunjukan pengawas oleh
pemilik proyek, maka seluruh teknis pengawasan diserahkan kepada pengawas.
Jika terdapat suatu masalah teknis yang perlu dibicarakan, pemilik proyek
tidak dapat menghubungi langsung kepada pelaksana melainkan harus melalui
konsultan pengawas. Dalam pelaksanaan dilapangan pengawas memiliki kuasa
untuk menegur pelaksana apabila pekerjaan yang dilaksanakannya menyimpang
dari bestek.
Page 8
13
Apabila teguran tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana, maka pengawas
dapat menghentikan seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan, baik untuk
sementara maupun seterusnya.
Secara hukum masing – masing pihak mempunyai kedudukan yang sama dan
terikat dengan kontrak, sehingga masing – masing pihak menjalankan tugasnya
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.
Pelaksana dan pengawas proyek bertanggung jawab terhadap pemilik proyek.
Keduanya saling keterkaitan satu sama lain, sehingga didapat hasil proyek sesuai
dengan yang direncanakan. Sama halnya dengan pelaksana dan pengawas proyek,
perencana juga bertanggung jawab terhadap pemilik proyek.
E. Pengawasan Dan Pengendalian Proyek.
Dalam pelaksanaan suatu proyek, suatu ketika dapat menyimpang dari
rencana, maka pengawasan dan pengendalian proyek sangat diperlukan agar
kejadian – kejadian yang menghambat tercapainya tujuan proyek dapat segera
diselesaikan dengan baik.
Pengawasan (supervising) adalah suatu proses pengevaluasian atau perbaikan
tehadap pelaksanaan kegiatan dengan berpedoman pada standart dan peraturan
yang berlaku dengan bertujuan agar hasil dari kegiatan tersebut sesuai dengan
perencanaan proyek.
Pengendalian (controlling) adalah usaha yang sistimatis untuk menentukan
standart yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi,
membandingkan pelaksanan dengan standart, menganalisis kemungkinan adanya
penyimpangan antara pelaksanaan dan standart, kemungkinan mengambil
Page 9
14
tindakan perbaikan yang diperlukan agar sumberdaya digunakan secara efektif
dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Bertitik tolak pada definisi – definisi diatas, maka proses pengawasan dan
pengendalian proyek dapat diuraikan menjadi langkah – langkah sebagai berikut :
a. Menentukan sasaran.
b. Menetukan standart dan kriteria sebagai acuan dalam rangka pencapaian
sasaran.
c. Merancang atau menyususn sistim informasi, pengawasan dan laporan hasil
pelaksanaan.
d. Mengumpulkan data info hasil implementasi (pelaksanaan dari apa yang
telah dilaksanakan),
e. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan perencanaan.
f. Mengkaji dan menganalisa hasil pekerjaan dengan standart, kriteria dan
sasaran yang telah ditentukan.
F. Metode Penjadwalan.
1. Bar Chart.
Abrar Husen (2010) menjelaskan bahwa bar Chart ditemukan oleh Gantt
dan Fredick W. Taylor dalam bentuk bagan balok, dengan panjang balok
sebagai reprentasi dari durasi setiap kegiatan. Barc Chart adalah diagram
batang yang menggambarkan berbagai perkerjaan yang dapat diselesaikan
dalam satuan waktu tertentu. Dalam suatu proyek, bar cahart diuraikan
menjadi beberapa macam pekerjaan kemudian diperkirakan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan masing – masing pekerjaan tersebut.
Page 10
15
Format bagan baloknya informatif, mudah dibaca dan efektif untuk
komunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana. Bagan balok
terdiri atas sumbu y yang menyatakan kegiatan atau paket kerja dari lingkup
proyek, sedangkan sumbu x menyatakan satuan waktu dalam hari, minggu
atau bulan sebagai durasinya.
Lamanya waktu ini diperkirakan dari data – data yang dipakai serta
pengalaman kerja sebelumnya dan dibuat secara paralel tanpa mengabaikan
cash flow dari biaya. Bar Chart dilengkapi dengan kurva S untuk
membandingkan lamanya suatu pekerjaan dengan bobot pekerjaan.
Gambar 2.2 Bar Chart
Sumber: Santoso budi (2009)
2. Kurva “ S “ atau Hannum “Curva”.
Abrar Husen (2011) menyatakan bahwa kurva “S” adalah sebuah grafik
yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas dasar pengamatan
terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek. Kurva “S”
dapat menunjukkan kemajuan proyek sejak awal hingga akhir proyek.
Kurva “S” dapat menunujukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan,
waktu dan bobot pekerjaan yang dipersentasekan sebagai persentase
kumulatif dari seluruh kegiatan proyek.
Page 11
16
Visualisasi kurva “S” dapat memberikan informasi mengenai kemajuan
proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah
diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek. Indikasi
tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan koreksi
dalam proses pengendalian jadwal.
Tetapi informasi informasi tersebut tidak detail dan hanya terbatas untuk
menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih lanjut dapat menggunakan metode
lain yang dikombinasikan, misalnya dengan metode bagan balok yang dapat
digeser-geser dan Network Planning dengan memperbaharui sumberdaya
maupun waktu pada masing-masing kegiatan.
Untuk membuat kurva “S”, jumlah persentase kumulatif bobot masing-
masing kegiatan suatu priode diantara durasi proyek digambarkan ke sumbu
vertical sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk
kurva “S”.
Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal
biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah
cukup besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil.
Untuk mementukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat
berupa perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan /
kegiatan dibagi nilai anggaran keseluruhan, karena satuan biaya dapat
dijadikan bentuk persentase sehingga lebih mudah untuk menghitungnya.
Page 12
17
Gambar 2.3 Bar Chart di lengkapi dengan Kurva S
G. Pengendalian Progress Biaya dan Waktu proyek dengan Metode Earned
Value.
Salah satu cara untuk mengetahui kinerja proyek adalah dengan metode
Earned Value. Metode Earned Value memadukan unsur jadwal, biaya dan prestasi
kerja (pembangunan fisik yang sudah terlaksana di lapangan) sehingga dapat
diperkirakan biaya dan waktu untuk menyelesaian proyek. Metode ini dapat
mendeteksi sedini mungkin bila terjadi pembengkakan biaya maupun
keterlambatan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan suatu proyek, sehingga
pihak – pihak yang terkait dapat segera mengantisipasi dan menempuh langkah –
langkah untuk mengatasinya agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang
tersisa.
Pengendalian proyek yang berskala besar dan cukup kompleks harus
ditangani secara sistematis, terbuka dan komunikatif. Salah satu metode
pengendalian kinerja proyek yang lebih progresif digunakan adalah dengan cara
Page 13
18
Earned Value atau Nilai Hasil, yang dapat memberikan informasi mengenai posisi
kemajuan proyek dalam jangka waktu tertentu serta dapat memperkirakan
progress proyek pada priode selanjutnya, yaitu dalam hal biaya dan waktu
penyelesaian proyek. Metode ini menggunakan kurva S sebagai tampilan
informasi dengan sumbu X menunjukkan durasi proyek dan sumbu Y menyatakan
kumulatif biayanya. Aggaran kumulatif biaya ditunjukkan oleh indikator biaya
BCWS, BCWP, ACWP.
Earned Value Management (EVM) adalah sebuah teknik pengukuran
performansi proyek yang mengintegrasiklan scope, time dan data biaya.
Berdasarkan baseline performansi biaya, project manager dan timnya dapat
menentukan seberapa baik projek memenuhi scope, waktu dan tujuan biayan
dengan memperhitungkan informasi aktual dan membandingkan dengan baseline.
Baseline adalah proyek asli ditambah dengan perubahan – perubahan yang
disetujui. Informasi aktual termasuk apakah sebuah item WBS telah selesai atau
perkiraan barapa banyak pekerjaan telah selesai, kapan pekerjaan sebenarnya
mulai dan selesai dan berapa banyak sebenarnya biaya yang diperlukan untuk
penyelesaian pekerjaan tersebut.
Earned Value Management meliputi perhitungan terhadap 3 nilai untuk setiap
aktifitas atau summary aktifitas dari WBS proyek:
1. Planned Value (PV), dulu disebut budgeted cost of work scheduled (BCWS)
atau disingkat budget, yaitu porsi dari total estimasi cost terencana yang
sudah disetujui untuk dibelanjakan pada sebuah aktifitas selama periode
waktu tertentu.
Page 14
19
2. Actual Cost (AC), dulu disebut actual cost of work performed (ACWP)
adalah total dari biaya langsung atau tidak langsung yang dipakai dalam
penyelesaian pekerjaan pada sebuah aktifitas selama periode waktu tertentu.
3. Earned Value (EV), dulunya disebut budgeted cost of work performed
(BCWP), yaitu sebuah estimasi dari nilai fisikal penyelesaian sebuah
pekerjaan. Ini didasarkan pada biaya terencana yang original dari sebuah
proyek atau sebuah aktifitas dan laju dari tim menyelesaikan proyek atau
sebuah aktifitas pada saat tertentu. Rate Performance (RP) adalah ratio dari
penyelesaian pekerjaan sesungguhnya terhadap persentasi dari perencanaan
pekerjaan yang telah selesai pada waktu tertentu sepanjang periode
pengerjaan proyek atau aktifitas.
1. Cost Variance (CV) adalah EV dikurangi actual cost (AC). Jika CV negatif
berarti biaya melakukan pekerjaan lebih besar dari biaya yang direncanakan.
Jika positif berarti biaya melakukan pekerjaan lebih kecil dari yang
direncanakan
2. Schedule Variance (SV) adalah EV dikurangi planned value (PV). Jika
nilainya negatif, waktu pekerjaan melebihi dari yang direncanakan (behind
schedule atau memakai waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang
direncanakan). Jika nilainya positif berarti waktu yang diperlukan lebih kecil
dibandingkan dengan yang direncanakan (pekerjaan selesai lebih cepat; ahead
of schedule)
3. Cost Perfomance Index (CPI) adalah ratio dari EV terhadap actual cost (
EV/AC) dan dapat digunakan untuk mengestimasi proyeksi biaya penyelesain
proyek. Jika CPI = 1 atau 100%, maka planned cost dan actual cost sama
Page 15
20
(biaya yang dikeluarkan sama dengan yang direncanakan). Jika nilai ini lebih
kecil dari 1 atau 100% berarti proyek over budget sebaliknya jika lebih besar
dari 1 atau 100% berarti proyek under budget (biaya yang dikeluarkan lebih
kecil dibandingkan dengan biaya yang direncanakan).
4. Schedule Performance Index (SPI) adalah ration dari EV terhadap planned
value dan dapat digunakan untuk mengestimasi proyeksi waktu penyelesaian
proyek. Sama dengan CPI, jika sama dengan 1 atau 100% berarti proyek on
schedule. Jika lebih besar dari 1 atau 100% berarti proyek selesai lebih cepat
(ahead of schedule) dan jika lebih kecil dari 1 atau 100% berarti proyek
selesai lebih lambat dibandingkan dengan yang direncanakan (dengan kata
lain behind schedule)
Dari nilai – nilai di atas dapat dihitung:
1. Estimate at Completion (EAC) yaitu estimasi cost yang diperlukan sampai
proyek selesai (pada waktu tertentu, saat proyek dievaluasi dengan EVM),
EAC = BAC/CPI atau (AC/EV) * Total biaya proyek yang direncanakan.
EAC kadang dikenal sebagai Estimated Cost At Completion (ECAC).
2. Estimate Time to Complete yaitu estimasi waktu penyelesaian proyek (pada
waktu tertentu, saat proyek dievaluasi dengan EVM), ETC = Durasi proyek
yang direncanakan/SPI atau (PV/EV) * Durasi proyek yang direncanakan.
ETC kadang dikenal sebagai Estimate Time At Completion (ETAC).
H. Sistem Pembuatan Laporan.
Dalam membuat laporan, kita terlebih dahulu membuat urutan item – item
pekerjaan yang duluan di kerjakan. Yang mana item – item tersebut dapat di ambil
dari RAB (Rencana Anggaran Biaya) rencan yang sudah ada. Kemudian kita
Page 16
21
mulai menghitung bobot pekerjaan nya. Kemudian kita mulai membuat realisasi
Progress.
Laporan di buat dalam tiga konsep, yaitu :
1. Laporan Harian.
Laporan Harian adalah Laporan yang berisikan berita atau pemberitahuan
kemajuan proyek yang dibuat perhari. Dalam laporan harian pengawas ini,
tercantum kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan pada hari tersebut,
diantaranya :
a. Jenis pekerjaan yang dikerjakan pada hari tersebut.
b. Material / bahan yang masuk atau ditolak (jika ada).
c. Pengetesan mutu bahan yang dilakukan (jika ada).
d. Jam kerja efektif (Pekerjaan dimulai dari jam ….. s/d jam ……..)
e. Jam kerja Lembur
f. Hari Libur
g. Foto – foto dokumentasi yang dibuat selama satu hari.
h. Hal – hal yang mempengaruhi pekerjaan, misalnya hujan, gangguan
listrik, kelangkaan bahan, dan Kendala – kendala /permasalahan lainnya
yang terjadi pada hari tersebut yang mungkin bisa mengakibatkan
terlambatnya pekerjaan dari waktu yang telah ditentukan.
2. Laporan Mingguan.
Laporan Mingguan adalah Laporan yang berisikan berita atau
pemberitahuan kemajuan proyek yang dibuat selama satu minggu berjalan
yang merupakan rangkuman dari Laporan Harian. Laporan Mingguan ini
berisikan :
Page 17
22
a. Jenis pekerjaan yang dikerjakan selama satu minggu.
b. Foto – foto dokumentasi yang dirangkum selama satu minggu.
c. Laporan Prestasi kemajuan pekerjaan yang diselesaikan dalam
seminggu.
d. Time Schedule Pelaksanaan (Kurva S).
e. Masalah – masalah /kendala – kendala yang mempengaruhi pekerjaan,
misalnya hujan, gangguan listrik, kelangkaan bahan, dan lain – lain
selama satu minggu berjalan.
3. Laporan Bulanan
Laporan adalah Laporan yang berisikan berita atau pemberitahuan
kemajuan proyek yang dibuat selama satu bulan berjalan yang merupakan
rangkuman dari Laporan Mingguan. Laporan Bulanan ini berisikan :
1) Jenis pekerjaan yang dikerjakan selama satu bulan berjalan.
2) Foto – foto dokumentasi yang dirangkum selama satu minggu.
3) Laporan Prestasi kemajuan pekerjaan yang diselesaikan dalam sebulan
berjalan (pada minggu terakhir pada setiap bulannya).
4) Time Schedule Pelaksanaan pekerjaan (Kurva S)
5) Notulen rapat yang dilaksanakan yang berisikan masalah – masalah yang
timbul serta jalan penyelesaian yang diambil (jika ada).
6) Masalah – masalah /kendala – kendala yang mempengaruhi pekerjaan,
misalnya hujan, gangguan listrik, kelangkaan bahan, dan lain – lain
selama satu minggu berjalan.
Page 18
23
I. Sistem Pelaporan Proyek
1. Membuat jadwal proyek
Laporan kemajuan dibandingkan dengan laporan jadwal proyek untuk
menentukan seberapa baikkah proyek berjalan, apakah sesuai jadwal atau
terjadi deviasi negatif atau positif. Laporan ini berisi ringkasan masing –
masing manajer proyek tentang estimasi, penunjukkan dan penjadwalan
proyek sistem.
Informasi pada laporan akan digunakan untuk membantu manajer level
strategi memantau dan mengontrol kemajuan seluruh pembuatan sistem.
2. Melaporkan kemajuan proyek
Kemampuan dalam mengevaluasi kemajuan proyek. Evaluasi ini
bergantung pada koreksi, pengukuran dan pelaporan dari informasi yang
akurat dan tepat waktu pada berbagai cek point, yaitu tempat atau waktu saat
kemajuan proyek dibuat. Bagi manajer proyek, cek pointnya adalah yang
berhubungan dengan tugas dan fase.
3. Menganalisa kemajuan proyek
Laporan kemajuan berisikan estimasi dari persentase yang lengkap untuk
setiap tugas dan fase dari pembuatan proyek sistem. Kemudian dibandingkan
dengan laporan penjadwalan proyek untuk menentukan fase atau tugas yang
mana tepat waktu, lebih cepat atau tidak sesuai jadwal. Yang tidak tepat
jadwal harus dianalisa kenapa terjadi ketidaksesuaian jadwal atau masalah
apa yang terjadi sehingga dapat dicarikan aksi perbaikannya.
Kurva S atau disebut juga S-Curve, secara grafis adalah penggambaran
kemajuan kerja (bobot %) kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu
Page 19
24
pada sumbu horisontal. Kemajuan kegiatan biasanya diukur terhadap jumlah
uang yang telah dikeluarkan oleh proyek. Perbandingan kurva “S” rencana
dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan
pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang
direncanakan.
Bobot kegiatan adalah nilai persentase proyek dimana penggunaannya
dipakai untuk mengetahui kemajuan proyek.
Setelah mendapatkan bobot kegiatan, selanjutnya adalah membuat tabel
bar chart dan bobot kegiatan yang didistribusikan ke setiap periode kegiatan.
Dengan membandingkan kurva S actual dengan kurva S rencana dapat
diketahui apakah pembiayaan proyek berjalan sesuai dengan kuva S dengan
rencana atau tidak.
Dari perbandingan kurva S actual dan kurva S rencana akan diperoleh
kemungkinan :
a. Kurva S actual berada dibawah kurva S rencana, ini berarti pelaksanaan
pekerjaan mengalami keterlambatan.
b. Kurva S actual actual berhimpit dengan kurva S rencana, ini berarti
pelaksanaan pekerjaan tepat sesuai dengan pekerjaan.
c. Kurva S actual berada diatas kurva S rencana, ini berarti pelaksanaan
pekerjaan mengalami lebih cepat dari rencana.
Page 20
25
J. Shop Drawing.
Shop Drawing atau gambar kerja adalah gambar teknis lapangan yang
dipakai untuk acuan pelaksanaan suatu pekerjaan. Gambar – gambar ini
bersifat detil dan menjadi pedoman pelaksana atau pemborong dalam
melaksanakan pekerjaan suatu proyek.
Gambar “Shop Drawing” meliputi: Pekerjaan Awal seperti, Pembuatan
Pondasi, Sloof dan Kolom sampai Pekerjaan Rangka Atap.
Shop drawing pada Pekerjaan ini mengalami perubahan gambar. Perubahan
gambar itu diminta atas kemauan pemilik proyek yaitu Dinas Cipta Karya dan
Pertamabangan itu sendiri. Jadi pada shop drawing ini mengalami kendala, yaitu
perubahan letak lokasi dan jarak dari As jalan.
Selain pada fungsinya sebagai penyatuan bahasa terhadap jenis pekerjaan
yang harus dilaksanakan di lapangan, pada kenyataan di lapangan, shop drawing
juga memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Gambar dari konsultan perencana tidak detail
Shop drawing pada Pekerjaan ini mengalami perubahan gambar.
Perubahan gambar itu diminta atas kemauan pemilik proyek yaitu Dinas
Cipta Karya dan Pertambangan itu sendiri. Jadi pada shop drawing ini
mengalami kendala, yaitu perubahan letak lokasi dan jarak yang dimundurkan
dari jalan.
Gambar kontrak sebagai bagian dari produk perencana memang tidak
harus detail, tapi paling tidak item – item pekerjaannya tergambar secara
jelas. Jika kekurangan detail itu hanya tentang dimensi atau identifikasi jenis
material, maka itu dapat langsung ditambahkan pada proses shop drawing.
Page 21
26
Tapi jika ada item pekerjaan yang sebenarnya harus ada secara sistem tapi
tidak tergambar, maka perlu klarifikasi dengan pihak perencana, misalnya
pada forum rapat atau korespondensi lainnya, untuk kemudian didapat acuan
yang kuat untuk membuat shop drawing.
Tingkat detail sebuah shop drawing adalah pada :
a. Posisi pekerjaan yang jelas dengan adanya keyplan dan alamat (as dan
grid).
b. Notasi gambar atau legend yang jelas menunjukkan jenis pekerjaan atau
material.
c. Ukuran dan elevasi yang jelas pada tiap item pekerjaan.
d. Dimensi yang akurat (menggunakan satuan milimeter).
e. Note atau catatan yang jelas menunjukkan metode pekerjaan.
2. Terjadinya perbedaan antara gambar kontrak, BQ dan RKS
Sering terjadi perbedaan antara gambar kontrak, BQ dan RKS, baik
menyangkut item pekerjaan maupun volume pekerjaannya. Untuk itu shop
drawing dapat berfungsi untuk memperjelas, mana yang akan dipakai. Hal ini
tentunya melalui forum rapat koordinasi dengan pihak MK/owner, sehingga
dicapai kesepahaman atas adanya perbedaan tersebut, yang tentunya mengacu
pada tercapainya sistem yang optimal. Karena dari shop drawing inilah akan
dihitung volume pekerjaan yang dilaksanakan.
3. Untuk memberikan acuan yang jelas dan detail bagi pelaksanaan di
lapangan
Kesepahaman terhadap pekerjaan juga diperlukan dalam pelaksanaan di
lapangan. Dan ini harus dimulai dari kejelasan shop drawing itu sendiri,
Page 22
27
selain melalui forum sosialisasi shop drawing kepada tim lapangan (site
manager, pelaksana/supervisi, sub kontraktor, mandor dan pekerja). Hal – hal
yang menyangkut tingkat detail shop drawing pada poin 1 di atas harus jelas,
agar tidak menimbulkan perbedaan persepsi dalam membaca gambar. Untuk
itu shop drawing ini pun harus terdistribusi dengan baik pada semua pihak
terkait, baik tim lapangan maupun cost control.
4. Untuk mendukung schedule agar tetap on track
Mungkin ada yang beranggapan bahwa proses pembuatan shop drawing
merupakan beban dalam proses pelaksanaan konstruksi. Padahal secara
manajerial adalah sebaliknya. Shop drawing mutlak diperlukan, selain untuk
kejelasan dan kesepahaman terhadap pelaksanaan pekerjaan, juga untuk
menghindari kesalahan dalam pekerjaan yang berakibat pada terjadinya
re-work, yang tentunya berdampak pada pembengkakan waktu dan biaya.
K. As Built Drawing.
Gambar As Built yang dibuat oleh kontraktor dan diserahkan kepada pemilik
proyek seringkali diabaikan, dan hak yang wajib diterima oleh pemilik proyek
(tanpa disadari) tidak dipenuhi.
Gambar As Built bangunan yang telah selesai dibuat dengan tujuan agar
apabila pada suatu saat ada permasalahan mengenai bangunan yang ditempati
sekarang, dapat digunakan sebagai informasi awal, sehingga dapat diambil
langkah – langkah untuk perbaikannya.
Dengan peran yang sangat penting tersebut adalah salah apabila As Built
Drawing sering di jadikan sebagai gambar yang diabaikan, sangat parah
kondisinya/disayangkan apabila bangunan – bangunan besar, bertingkat, mewah
Page 23
28
tanpa dilengkapi As Built Drawing, tanpa As Built Drawing kita buta akan
kondisi bangunan yang kita ditempati sekarang.
Karena As Built Drawing menjelaskan secara detail atau paling tidak
informasi awal semua hal yang berkaitan dengan bangunan yang ditempati.
Idealnya, gambar As Built harus diserahkan oleh pihak yang mengerjakan proyek
(kontraktor) dan berkoordinasi dengan perencana (arsitek perencana/konsultan
perencana).Pada saat bangunan di serah terima kan kepada pemilik bangunan, As
Built Drawing juga diserahkan atau menyusul, tetapi As Built Drawing harus
diserahkan karena menjadi hak pemilik bangunan, Sebuah gambar As Built dibuat
dalam satu bendel, seperti gambar perencanaan. Gambar As Built yang benar
harus bisa menjadi infomasi dan menjelaskan secara terperinci semua hal yang
berkaitan dengan bangunan yang dibangun.
Sebuah As built Drawing biasanya diserahkan kepada pemilik dalam bentuk
hard copy (dicetak dalam satu bendel) dan soft copy berupa cd dengan gambar
yang dibuat melalui suatu program gambar tertentu, misalnya program AutoCad.