Top Banner
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah bergulirnya kurikulum KTSP, saat ini berkembang tuntutan untuk perubahan kurikulum pendidikan yang mengedepankan perlunya membangun karakter bangsa. Hal ini didasarkan pada fakta dan persepsi masyarakat tentang menurunnya kualitas sikap dan moral generasi muda penerus bangsa. Sehingga, yang diperlukan saat ini adalah kurikulum pendidikan yang berkarakter, artinya kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus diorientasikan bagi pembentukan karakter peserta didik. Orang tua atau bahkan kita sendiri dapat membandingkan bagaimana perbedaan antara output/produk pendidikan saat ini dengan dekade sebelumnya, terutama dalam hal sikap, perilaku sosial, serta moral peserta didik. Atas situasi, sikap, perilaku sosial anak-anak, remaja, generasi muda sekarang, sebagian orang tua menilai terjadinya kemerosotan atau degradasi sikap atau nilai-nilai budaya bangsa. Mereka menghendaki adanya sikap dan perilaku anak-anak yang lebih berkarakter, kejujuran, memiliki integritas yang merupakan cerminan budaya bangsa, dan bertindak sopan santun dan ramah tamah dalam pergaulan keseharian. Selain itu diharapkan pula generasi muda tetap memiliki sikap mental dan semangat juang yang menjunjung tinggi etika, moral, dan melaksanakan ajaran agama. 1
30

KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Jul 24, 2015

Download

Documents

Zamroni Bonang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah bergulirnya kurikulum KTSP, saat ini berkembang tuntutan untuk

perubahan kurikulum pendidikan yang mengedepankan perlunya membangun

karakter bangsa. Hal ini didasarkan pada fakta dan persepsi masyarakat tentang

menurunnya kualitas sikap dan moral  generasi muda penerus bangsa. Sehingga,

yang diperlukan saat ini adalah kurikulum pendidikan yang berkarakter, artinya

kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus diorientasikan bagi

pembentukan karakter peserta didik.

Orang tua atau bahkan kita sendiri dapat membandingkan bagaimana perbedaan

antara output/produk pendidikan saat ini dengan dekade sebelumnya, terutama

dalam hal sikap, perilaku sosial, serta moral peserta didik. Atas situasi, sikap,

perilaku sosial anak-anak, remaja, generasi muda sekarang, sebagian orang tua

menilai terjadinya kemerosotan atau degradasi sikap atau nilai-nilai budaya bangsa.

Mereka menghendaki adanya sikap dan perilaku anak-anak yang lebih berkarakter,

kejujuran, memiliki integritas yang merupakan cerminan budaya bangsa, dan

bertindak sopan santun dan ramah tamah dalam pergaulan keseharian. Selain itu

diharapkan pula generasi muda tetap memiliki sikap mental dan semangat juang

yang menjunjung tinggi etika, moral, dan melaksanakan ajaran agama.

Jika ditarik garis lurus bahwa mereka yang kini menjadi orang dewasa adalah

produk pendidikan pada beberapa dekade sebelumnya, maka yang dipertanyakan

adalah kurikulum pendidikan di masa sebelumnya itu. Apa yang dilakukan oleh

beberapa orang tua tersebut tidak sepenuhnya salah. Ada baiknya dilakukan

“review” menyeluruh terhadap suatu kurikulum pendidikan. Kehendak untuk

melakukan peninjauan kurikulum, sesungguhnya, bukan hanya semata-mata atas

desakan dan tuntutan para orang tua. Perbaikan kurikulum merupakan bagian tak

terpisahkan dari kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa suatu kurikulum yang

berlaku harus secara terus-menerus dilakukan peningkatan dengan mengadobsi

kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat dan kebutuhan peserta didik. Kunci

sukses implementasi kurikulum terutama adalah pada pendidik, kelembagaan

sekolah, dukungan kebijakan strategis, dan lingkungan pendidikan itu sendiri.

1

Page 2: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

Definisi kurikulum memang sangat beragam, baik dalam arti luas maupun

dalam arti sempit. Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum

semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum

terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Selanjutnya

dijelaskan, dalam memahami konsep kurikulum, setidaknya ada tiga pengertian

yang harus dipahami, yaitu; (1) kurikulum sebagai substansi atau sebagai suatu

rencana belajar; (2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum yang

merupakan bagian dari sistem persekolahan dan sistem pendidikan, bahkan sistem

masyarakat; (3) kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang kajian

kurikulum, yang merupakan bidang kajian para ahli kurikulum, pendidikan dan

pengajaran.

Mengacu pada pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa kurikulum

merupakan rancangan pendidikan, yang berisi serangkaian proses kegiatan belajar

siswa. Dengan demikian secara implisit kurikulum memiliki tujuan yaitu tujuan

pendidikan. Selain itu juga jelas bahwa banyak faktor yang terkait dengan

pelaksanaan pendidikan, yaitu guru, siswa, orang tua, dan lingkungan. Manajemen

persekolahan juga menjadi variabel penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan.

Bagaimana iklim sekolah diciptakan, turut berperan dalam mewarnai anak didik.

Apakah iklim kebebasan, disiplin, ketertiban, dan kreativitas benar-benar tercipta di

lingkungan sekolah.

Dalam makalah ini, akan dijelaskan mengenai kurikulum pendidikan

berkarakter yang akan di aplikasikan dalam lingkungan pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka disusun rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana konsep kurikulum pendidikan berkarakter?

2. Apakah kunci sukses kurikulum pendidikan berkarakter?

3. Bagaimana model kurikulum pendidikan berkarakter?

2

Page 3: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

C. Tujuan

Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas adalah :

1. Untuk mengetahui konsep kurikulum pendidikan berkarakter

2. Untuk mengetahui kunci sukses kurikulum pendidikan berkarakter

3. Untuk mengetahui model kurikulum pendidikan berkarakter

3

Page 4: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kurikulum Pendidikan Berkarakter

Pendidikan karakter memiliki peran penting untuk membangun karakter seseorang.

Bukan saja saat ini sejak 2500 tahun yang lalu, Socrates telah berkata bahwa tujuan paling

mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart.

Dalam sejarah Islam, sekitar 1500 tahun yang lalu Muhammad SAW, Sang Nabi terakhir

dalam ajaran Islam, juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia

adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character) dimana

ajaran pertamanya adalan kejujuran (al-amien) serta bagaimana dapat membangun karakter

yang baik tersebut maka saat itu pula telah di ajar bahwa manusia harus senantiasa mampu

belajar (iqra) apakah belajar dari ayat-ayat yang tertulis maupun ayat-ayat yang tidak

tertulis. Berikutnya, ribuan tahun setelah itu, rumusan tujuan utama pendidikan tetap pada

wilayah serupa, yakni pembentukan kepribadian manusia yang baik. Tokoh pendidikan

Barat yang mendunia seperti Klipatrick, Lickona, Brooks dan Goble seakan menggemakan

kembali gaung yang disuarakan Socrates dan Muhamad SAW, bahwa moral, akhlak atau

karakter adalah tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Begitu juga dengan

Marthin Luther King Jr. menyetujui pemikiran tersebut dengan mengatakan, “Intelligence

plus character, that is the true aim of education”. Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan

yang benar dari pendidikan. Pakar pendidikan Indonesia, Fuad Hasan, dengan tesis

pendidikan adalah pembudayaan, juga ingin menyampaikan hal yang sama dengan tokoh-

tokoh pendidikan di atas. Menurutnya, pendidikan bermuara pada pengalihan nilai-nilai

budaya dan norma-norma sosial (transmission of cultural values and social norms).

Sementara Mardiatmadja menyebut pendidikan karakter sebagai ruh pendidikan dalam

memanusiakan manusia.

Pemaparan pandangan tokoh-tokoh di atas ingin menunjukkan bahwa pendidikan

sebagai nilai universal kehidupan memiliki tujuan pokok yang disepakati di setiap jaman,

pada setiap kawasan, dan dalam semua pemikiran. Dengan bahasa sederhana, tujuan yang

disepakati itu adalah merubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahun, sikap dan

keterampilan. Tak dapat dipungkiri, sekolah atau kampus memiliki pengaruh dan dampak

terhadap karakter siswa atau mahasiswa, baik disengaja maupun tidak. Kenyataan ini

menjadi entry point untuk menyatakan bahwa sekolah atau kampus mempunyai tugas dan

tanggung jawab untuk melakukan pendidikan moral dan pembentukan karakter.

Selanjutnya para pakar pendidikan terutama pendidikan nilai, moral atau karakter, melihat

4

Page 5: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

hal itu bukan sekedar tugas dan tanggung jawab tetapi juga merupakan suatu usaha yang

harus menjadi prioritas.

Sementara itu, Berkowitz dan Melinda menambahkan 3 alasan mendasar lainnya. 1)

Secara faktual, bisadari atau tidak, disengaja atau tidak, sekolah atau kampus berpengaruh

terhadap karakter siswa atau mahasiswa. 2) Secara politis, setiap negara mengharapkan

warga negara yang memiliki karakter positif. Banyak hal yang berkaitan dengan

kesuksesan pembangunan sebuah negara sangat bergantung pada karakter bangsanya.

Demokrasi yang diperjuangkan di banyak negara, sukses dan gagalnya juga tergantung

pada karakter warga negara. Di sinilah, sekolah harus berkontribusi terhadap pembentukan

karakter agar bangsanya tetap survive. 3) Perkembangan mutakhir ternyata menunjukkan

bahwa pendidikan karakter yang efektif mampu mendorong dan meningkatkan pencapaian

tujuan-tujuan akademik sekolah atau kampus. Dengan kata lain, pendidikan karakter juga

dapat meningkatkan pembelajaran. Dapat ditambahkan di sini, bahwa fenomena

pengasuhan dalam keluarga (parenting) sekarang ini banyak yang sudah menyalahi peran

utama keluarga sebagai media sosialisasi utama yang mengenalkan nilai-nilai dan norma-

norma kehidupan kepada anak. Bermunculannya tempat penitipan anak (child care)

misalnya, menunjukkan banyak keluarga yang sudah kehilangan waktu untuk mengasuh

dan mendidik anak-anaknya.

Argumen tajam lainnya disampaikan oleh Robert W. Howard. Menurutnya, sekalipun

perdebatan seputar tujuan pendidikan tidak pernah berakhir, namun upaya mempersiapkan

generasi baru dari warga negara merupakan suatu tujuan yang telah disepakati.

Kewarganegaraan ini mempunyai dua dimensi politik dan sosial, yang keduanya menyatu

dan terlibat dengan isu-isu moral. Tidaklah mungkin meninggalkan isu-isu moral ini di luar

jangkauan sekolah. Sebagai konsekuensinya, pendidikan moral haruslah menjadi salah satu

dari dua tujuan umum pedidikan; yang tujuan lainnya adalah mengajarkan kecerdasan dan

kecakapan akademik (teaching academic content and skills).

Argumen-argumen di atas dengan jelas menunjukkan bahwa sekolah atau kampus tidak

dapat menghindar dari pendidikan karakter. Sekolah atau kampus pun tidak dapat

mengupayakan dan menerapkannya dengan tanpa kesungguhan. Sekolah atau kampus

harus meyikapi pendidikan karakter seserius sekolah menghadapi pendidikan akademik,

karena sekolah yang hanya mendidik pemikiran tanpa mendidik moral adalah sekolah yang

sedang mempersiapkan masyarakat yang berbahaya. Kesimpulan serupa juga ditegaskan

dalam Sister Mary Janet dan Ralp G. Chamberlin. Menurutnya, sekolah atau kampus

memiliki yang sangat signifikan dalam mengajarkan moral dan nilai-nilai agama.

Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004) dalam Achmad Husen (2010),

pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort

5

Page 6: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think

about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be

able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe

to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang

dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu

membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru,

cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai

hal terkait lainnya. T. Ramli (2003) dalam Suyanto (2011, )mengemukakan bahwa

pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan

pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia

yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang

baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau

bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh

budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam

konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur

yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian

generasi muda.

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai

moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the

golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari

nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar

tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung

jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif,

kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati,

toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar

manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung

jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya

integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah atau dikampus harus berpijak

kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang

lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai

dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah atau kampus itu sendiri.

Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010) dalam Achmad

Husen (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri

individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif,

dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan

6

Page 7: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas

proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati

(Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga

dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective

and Creativity development).

Para pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang pendidikan moral. Menurut

Hersh, et. al. (1980) dalam Achmad Husen (2010), di antara berbagai teori yang

berkembang, ada enam teori yang banyak digunakan; yaitu: pendekatan pengembangan

rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan pengembangan

moral kognitif, dan pendekatan perilaku sosial. Berbeda dengan klasifikasi tersebut, Elias

(1989) dalam Achmad Husen (2010), mengklasifikasikan berbagai teori yang berkembang

menjadi tiga, yakni: pendekatan kognitif, pendekatan afektif, dan pendekatan perilaku.

Klasifikasi didasarkan pada tiga unsur moralitas, yang biasa menjadi tumpuan kajian

psikologi, yakni: perilaku, kognisi, dan afeksi.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter

merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk

membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang

terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-

norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

B. Kunci Sukses Kurikulum Pendidikan Berkarakter

1. Dari Knowing Menuju Doing

Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa pendidikan karakter bergerak

dari knowing menuju doing atau acting. William Kilpatrick menyebutkan salah

satu penyebab ketidakmampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah

memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral knowing) adalah karena ia

tidak terlatih untuk melakukan kebaikan (moral doing). Berangkat dari

pemikiran ini maka kesuksesan pendidikan karakter sangat bergantung pada ada

tidaknya knowing, loving, dan doing atau acting dalam penyelenggaraan

pendidikan karakter.

Moral Knowing sebagai aspek pertama memiliki enam unsur, yaitu

kesadaran moral (moral awareness), yaitu kesediaan seseorang untuk menerima

secara cerdas sesuatu yang seharusnya dilakukan. pengetahuan tentang nilai-

nilai moral (knowing moral values), yaitu mencakup pemahaman mengneai

7

Page 8: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

macam-macam nilai moral seperti menghormati hak hidup, kebebasan,

tanggung jawab, kejujuran, keadilan, tenggang rasa, kesopanan dan

kedisiplinan. penentuan sudut pandang (perspective taking), yaitu kemampuan

menggunakan cara pandang orang lain dalam melihat sesuatu. logika moral

(moral reasoning), adalah kemampuan individu untuk mencari jawaban atas

pertanyaan mengapa sesuatu dikatakan baik atau buruk. keberanian mengambil

menentukan sikap (decision making), yaitu kemampuan individu untuk memilih

alternatif yang paling baik dari sekian banyak pilihan. dan pengenalan diri (self

knowledge), yaitu kemampan individu untuk menilai diri sendiri. Keenam unsur

adalah komponen-komponen yang harus diajarkan untuk mengisi ranah kognitif

mereka.

Selanjutnya Moral Loving atau Moral Feeling merupakan penguatan aspek

emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan

dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran

akan jati diri, percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain

(emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control),

kerendahan hati (humility). Kata hati memiliki dua sisi yaitu mengetahui apa

yang baik, dan rasa wajib untuk mengerjakan yang baik itu. Penghargaan diri

adalah penilaian serta penghargaan terhadap diri kita sendiri. Empati adalah

penempatan diri kita pada posisi orang lain yang merupakan aspek emosional

dari “prespective taking”. Cinta kebaikan merupakan unsur karakter yang paling

tinggi yang mencakup kemurnian rasa tertarik pada hal yang baik. Pengendalian

diri adalah kesadaran dan kesediaan untuk menekan perasaannya sendiri agar

tidak melahirkan perilaku yang melebihi kewajaran. Sedang “humanity”

merupakan aspek emosi dari “selfknowledge” yang berbentuk keterbukaan yang

murni terhadap kebenaran dan kemampuan untu bertindak mengoreksi

kesalahan sendiri.

Setelah dua aspek tadi terwujud, maka Perilaku moral (Moral Acting)

sebagai outcome akan dengan mudah muncul baik berupa competence, will,

maupun habits. Perilaku moral adalah hasil nyata dari penerapan pengetahuan

dan perasaan moral. Orang yang memiliki kualitas kecerdasan dan perasaan

moral yang baik akan kecenderungan menunjukkan perilaku moral yang baik

pula. Kemampuan moral adalah kebiasaan untuk mewujudkan pengetahuan dan

8

Page 9: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

perasaan moral dalam bentuk perilaku nyata. Kemauan moral adalah mobilisasi

energi atau daya dan tenaga untuk dapat melahirkan tindakan atau erilaku

moral. Sedangkan kebiasaan moral adalah pengulangan secara sadar

perwujudan pengetahuan dan perasaan moral dalam bentuk perlaku moral yang

terus menerus. Namun, merujuk kepada tesis Ratna Megawangi bahwa karakter

adalah tabiat yang langsung disetir dari otak, maka ketiga tahapan tadi perlu

disuguhkan kepada siswa melalui cara-cara yang logis, rasional dan demokratis.

Sehingga perilaku yang muncul benar-benar sebuah karakter bukan topeng.

Berkaitan dengan hal ini, perkembangan pendidikan karakter di Amerika

Serikat telah sampai pada ikhtiar ini. Dalam sebuah situs nasional karakter

pendidikan di Amerika bahkan disiapkan lesson plan untuk tiap bentuk karakter

yang telah dirumuskan dari mulai sekolah dasar sampai sekolah menengah.

2. Identifikasi Karakter

Pendidikan karakter tanpa identifikasi karakter hanya akan menjadi

sebuah perjalanan tanpa akhir, petualangan tanpa peta. Organisasi manapun di

dunia ini yang menaruh perhatian besar terhadap pendidikan karakter selalu –

dan seharusnya- mampu mengidentifikasi karakter-karakter dasar yang akan

menjadi pilar perilaku individu. Indonesia Heritage Foundation merumuskan

sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan

karakter tersebut adalah; 1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2)

tanggung jawab, disiplin dan mandiri, 3) jujur, 4) hormat dan santun, 5) kasih

sayang, peduli, dan kerja sama, 6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang

menyerah, 7) keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan 9)

toleransi, cinta damai dan persatuan. Sementara Character Counts di Amerika

mengidentfikasikan bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar adalah; 1)

dapat dipercaya (trustworthiness), 2) rasa hormat dan perhatian (respect), 3)

tanggung jawab (responsibility), 4) jujur (fairness), 5) peduli (caring), 6)

kewarganegaraan (citizenship), 7) ketulusan (honesty), berani (courage), 9)

tekun (diligence) dan 10) integritas.

Kemudian Ari Ginanjar Agustian dengan teori ESQ menyodorkan

pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk kepada

sifat-sifat mulia Allah, yaitu al-Asmâ al-Husnâ. Sifat-sifat dan nama-nama

mulia Tuhan inilah sumber inspirasi setiap karakter positif yang dirumuskan

9

Page 10: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

oleh siapapun. Dari sekian banyak karakter yang bisa diteladani dari nama-

nama Allah itu, Ari merangkumnya dalam 7 karakter dasar, yaitu jujur,

tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, dan kerja sama.

Begitu pula Covey menawarkan 8 kebiasaan dalam mengambangkan

karakter, yakni: habit-1, Vision atau bersikap proaktif (principles of personal),

habit-2, memulai dengan akhir dalam pikiran (principles of personal

Leadershif), habit-3, mendahulukan yang Utama (Principles of Personal

Management), habit-4, berpikir menang-menang (principles of interpersonal

Leadership), habit-5, berusaha mengerti terlebih dahulu (Pathos) sebelum

dimengerti (logos), (Principles of Emphathetic Communication), habit-7,

kebiasaa pembauran diri (Principles of Balanced Self-Renewal), Habit-8,

Menggali dan menemukan potensi diri serta memberikan inspirasi kepada orang

lain untuk menemukan potensinya.

Begitu pula dengan pendidikan karakter yang dilakukan oleh Universitas

Negeri Jakarta mengidentifikasi karakter yang akan di bangun dalam civitas

akademika berupa 7 Kebiasaan, yaitu: 1) Kejujuran (fairness) ; 2) terbuka; 3)

Disiplin; 4) Komitmen; 5) tanggung Jawab (responsibility); 6)

Menghargai/menghormati; 7) Berbagi (caring). Pembiasaan pertama, adalah

kejujuran. Kejujuran adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan sesuatu

yang benar itu adalah benar dan yang salah itu adalah salah. Kejujuran

merupakan barang yang sangat mahal harganya dewasa ini pada bangsa kita,

karena apabila kita melihat kondisi bangsa ini, konsep kejujuran ini seolah

sirna, kita bisa melihat bagaimana tindakan para koruptor dari pemerintahan

tingkat atas hingga pemerintahan di tingkat RT/RW seolah sangat sulit untuk

dihentikan. Begitupun ketidak jujuran di lingkungan civitas akademika. Banyak

mahasiswa bahwak dosen yang melakukan plagiasi atau mencontek ketika

ujian. Adapun pembiasaan yang dilakukan adalah dengan stop mencontek, stop

plagiasi. Stop berbohong berani mengatakan apa adanya, tanpa ditutup-tutupi,

ditambah atau dikurangi. Kejujuran itu adalah indah. Pembiasaan kedua, yaitu

terbuka. Keterbukaan adalah karakter di mana seseorang terbuka, transparan

dan tidak menutup-nutipi sesuatu untuk kepentingan tertentu. Adapun

perwujudannya adalah dapat dengan pribadi yang bersikap adil, bersih,

memiliki wawasan luas, serta terbuka terhadap perubahan dan masukan.

10

Page 11: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

Pembiasaan ketiga adalah disiplin. Disiplin adalah sikap diri untuk selalu tepat

waktu dan selalu mentaati aturan dengan kesadaran yang tinggi dan tanggung

jawab. Pembiasaan keempat adalah komitmen. Komitmen dalam bahasa

sederhananya adalah memenuhi janji sesuai dengan hati nurani yang luhur.

Orang yang mempu berkomitmen adalah orang yang dapat dipercaya, karena

dirinya sudah memperlihatkan tanggung jawab, jujur dan dapat diandalkan.

Pembiasaan kelima adalah tanggung jawab (responsibility). Adalah kemampuan

merespon atau ”ability to respon”, artinya memberikan perhatian kepada orang

lain, dan memperhatikan kebutuhannya. Berbekal dengan kejujuran dan sikap

terbuka, seseorang akan berani mengambil resiko dari setiap kata dan

perbuatannya. Ia berani melakukan apa saja dengan penuh rasa tanggung jawab.

Perwujudannya adalah pribadi yang tampil dalam sikap berani, (bukan nekat

atau pengecut), tegar, sabar, dan bersih diri.Pembiasaan keenam adalah

menghargai atau menghormati (respect), menghormati adalah sikap yang

menunjukkan penghargaan terhadap orang lain atau sesuatu. Ada tiga jenis rasa

hormat yakni hormat pada diri sendiri, hormat pada orang lain, dan hormat pada

segala bentuk kehidupan dan lingkungan. Sementara tanggung jawab adalah

perluasan dari rasat hormat. Dan pembiasaan ketujuh adalah Berbagi (share), di

dasari oleh empati yang tinggi maka sikap berbagi adalah suatu sikap seseorang

yang selalu mau berbagi dalam hal apasaja terhadap orang lain yang

membutuhkan.

3. Prinsip Pendidikan Karakter

Character Education Quality Standards merekomendasikan 11 prinsip untuk

mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut :

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

pemikiran, perasaan dan perilaku

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian

e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik

11

Page 12: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang

menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan membantu

mereka untuk sukses

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para siswa

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi

tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang

sama

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha

membangun karakter

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru

karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa

C. Deskripsi Model Kurikulum Pendidikan Berkarakter

Keberhasilan dalam menyelenggarakan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan

melalui pendidikan karakter dapat pula dipengaruhi oleh cara atau pendekatan yang

dipergunakan dalam menyampaikan. Menurut Suparno, dkk. (2002:42-44) dalam

Achmad Husen (2010), ada empat model pendekatan penyampaian pendidikan

karakter.

1. Model sebagai Mata Pelajaran Tersendiri (monolitik)

Dalam model pendekatan ini, pendidikan karakter dianggap sebagai mata

pelajaran tersendiri. Oleh karena itu, pendidikan karakter memiliki kedudukan

yang sama dan diperlakukan sama seperti pelajaran atau bidang studi lain.

Dalam hal ini, guru bidang studi pendidikan karakter harus mempersiapkan dan

mengembangkan kurikulum, mengembangkan silabus, membuat Rancangan

Proses Pembelajaran (RPP), metodologi pembelajaran, dan evaluasi

pembelajaran. Konsekuensinya pendidikan karakter harus dirancangkan dalam

jadwal pelajaran secara terstruktur. Kelebihan dari pendekatan ini antara lain

materi yang disampaikan menjadi lebih terencana matang/terfokus, materi yang

telah disampaikan lebih terukur. Sedangkan kelemahan pendekatan ini adalah

sangat tergantung pada tuntutan kurikulum, kemudian penanaman nilai-nilai

tersebut seolah-olah hanya menjadi tanggung jawab satu orang guru semata,

12

Page 13: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

demikian pula dampak yang muncul pendidikan karakter hanya menyentuh

aspek kognitif, tidak menyentuh internalisasi nilai tersebut.

2. Model Terintegrasi dalam Semua Bidang Studi

Pendekatan yang kedua dalam menyampaikan pendidikan karakter adalah

disampaikan secara terintegrasi dalam setiap bidang pelajaran, dan oleh karena

itu menjadi tanggunmg jawab semua guru . Dalam konteks ini setiap guru dapat

memilih materi pendidikan karakter yang sesuai dengan tema atau pokok

bahasan bidang studi. Melalui model terintegrasi ini maka setiap guru adalah

pengajar pendidikan karakter tanpa kecuali. Keunggulan model terintegrasi

pada setiap bidang studi antara lain setiap guru ikut bertanggung jawab akan

penanaman nilai-nilai hidup kepada semua siswa, di samping itu pemahaman

akan nilai-nilai pendidikan karakter cenderung tidak bersifat informatif-

kognitif, melainkan bersifat aplikatif sesuai dengan konteks pada setiap bidang

studi. Dampaknya siswa akan lebih terbiasa dengan nilai-nilai yang sudah

diterapkan dalam berbagai seting. Sisi kelemahannya adalah pemahaman dan

persepsi tentang nilai yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi semua

guru. Namun, menjamin kesamaan bagi setiap guru adalah hal yang tidak

mudah, hal ini mengingat latar belakang setiap guru yang berbeda-beda. Di

samping itu, jika terjadi perbedaan penafsiran nilai-nilai di antara guru sendiri

akan menjadikan siswa justru bingung.

3. Model di Luar Pengajaran

Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dapat juga ditanamkan di luar

kegiatan pembelajaran formal. Pendekatan ini lebih mengutamakan pengolahan

dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan kemudian

dibahas nilai-nilai hidupnya. Model kegiatan demikian dapat dilaksanakan oleh

guru sekolah yang diberi tugas tersebut atau dipercayakan kepada lembaga lain

untuk melaksanakannya. Kelebihan pendekatan ini adalah siswa akan

mendapatkan pengalaman secara langsung dan konkrit. Kelemahannya adalah

tidak ada dalam struktur yang tetap dalam kerangka pendidikan dan pengajaran

di sekolah, sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang

lebih banyak.

13

Page 14: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

4. Model Gabungan

Model gabungan adalah menggabungkan antara model terintegrasi dan

model di luar pelajaran secara bersama. Model ini dapat dilaksanakan dalam

kerja sama dengan tim baik oleh guru maupun dalam kerja sama dengan pihak

luar sekolah. Kelebihan model ini adalah semua guru terlibat, di samping itu

guru dapat belajar dari pihak luar untuk mengembangkan diri dan siswa. Siswa

menerima informasi tentang nilai-nilai sekaligus juga diperkuat dengan

pengalaman melalui kegiatankegiatan yang terencana dengan baik. Mengingat

pendidikan karakter merupakan salah satu fungsi dari pendidikan nasional,

maka sepatutnya pendidikan karakter ada pada setiap materi pelajaran. Oleh

karena itu, pendekatan secara terintegrasi merupakan pendekatan minimal yang

harus dilaksanakan semua tenaga pendidik sesuai dengan konteks tugas masing-

masing di sekolah, termasuk dalam hal ini adalah konselor sekolah. Namun,

bukan berati bahwa pendekatan yang paling sesuai adalah dengan model

integratif. Pendekatan gabungan tentu akan lebih baik lagi karena siswa bukan

hanya mendapatkan informasi semata melainkan juga siswa menggali nilai-nilai

pendidikan karakter melalui kegiatan secara kontekstual sehingga penghayatan

siswa lebih mendalam dan tentu saja lebih menggembirakan siswa. Dari

perspektif ini maka konselor sekolah dituntut untuk dapat menyampaikan

informasi serta mengajak dan memberikan penghayatan secara langsung tentang

berbagai informasi nilai-nilai karakter.

Tentunya dari empat model pendekatan pendidikan karakter tersebut di atas,

yang paling ideal adalah model Gabungan yaitu pendidikan karater terintegrasi

ke dalam mata pelajaran namun di luar pelajaran pun di laksanakan, namun

bagaimana guru dapat memiliki pemahaman dahkan keterampilan pendidikan

karakter itu terintegrasi apabila tidak di berikan secara khusus bagaimana model

/metode pembelajaran pendidikan karakter tersebut, sehingga Universitas

Negeri Jakarta (UNJ) khususnya Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn) sebagai sebuah Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan (LPTK) yang akan menghasilkan calon-calon guru sekolah

formal merasa penting untuk menyelenggarakan Pendidikan Karakter dengan

menggunakan pendekatan Monolitik.

14

Page 15: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

Pemilihan ini didasarkan pada pemikiran bahwa sebagian besar mahasiswa

UNJ adalah calon guru dan oleh karenanya harus dapat berperan sebagai role

model dalam berkarakter, baik sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat,

sebagai warga bangsa dan negara maupun sebagai warga dunia. Itu sebabnya

mereka tidak cukup hanya dibekali substansi materi atau konsep-konsep

pendidikan karakter, melainkan juga dan terutama mereka harus dapat

menghayati dan mempraktikkan serta membiasakan sikap dan perilaku

”berkarakter” dalam kesehariannya. Atas pertimbangan tersebut maka

implementasi pendidikan karakter memerlukan waktu yang bukan hanya lama

dan kontinyu, tetapi juga harus dirancang dan perlu dilakukan secara berulang-

ulang. Melalui pendekatan pembelajaran monolitik, hal tersebut sangat

memungkinkan untuk dilakukan.

15

Page 16: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari pembahasan diatas, dapat di simpulkan bahwa :

1. Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004) dalam Achmad Husen

(2010), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is

the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core

ethical values. When we think about the kind of character we want for our

children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care

deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the

face of pressure from without and temptation from within”. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan

guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu

membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana

perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru

bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

2. Kunci Sukses Kurikulum Pendidikan Berkarakter :

a) Dari Knowing Menuju Doing : William Kilpatrick menyebutkan salah satu

penyebab ketidakmampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah

memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral knowing) adalah karena

ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan (moral doing). Berangkat dari

pemikiran ini maka kesuksesan pendidikan karakter sangat bergantung pada

ada tidaknya knowing, loving, dan doing atau acting dalam penyelenggaraan

pendidikan karakter.

b) Identifikasi Karakter : Pendidikan karakter tanpa identifikasi karakter hanya

akan menjadi sebuah perjalanan tanpa akhir, petualangan tanpa peta.

Organisasi manapun di dunia ini yang menaruh perhatian besar terhadap

pendidikan karakter selalu dan seharusnya mampu mengidentifikasi

karakter-karakter dasar yang akan menjadi pilar perilaku individu.

16

Page 17: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

c) Indonesia Heritage Foundation merumuskan sembilan karakter dasar yang

menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut adalah; 1)

cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2) tanggung jawab, disiplin

dan mandiri, 3) jujur, 4) hormat dan santun, 5) kasih sayang, peduli, dan

kerja sama, 6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, 7)

keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan 9) toleransi, cinta

damai dan persatuan. Sementara Character Counts di Amerika

mengidentfikasikan bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar adalah; 1)

dapat dipercaya (trustworthiness), 2) rasa hormat dan perhatian (respect), 3)

tanggung jawab (responsibility), 4) jujur (fairness), 5) peduli (caring), 6)

kewarganegaraan (citizenship), 7) ketulusan (honesty), berani (courage), 9)

tekun (diligence) dan 10) integritas.

d) Prinsip Pendidikan Karakter : Character Education Quality Standards

merekomendasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang

efektif, sebagai berikut :

(a) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter

(b) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

pemikiran, perasaan dan perilaku

(c) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter

(d) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian

(e) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang

baik

(f) emiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang

yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan

membantu mereka untuk sukses

(g) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para siswa

17

Page 18: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

(h) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang

berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada

nilai dasar yang sama

(i) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter

(j) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam

usaha membangun karakter

(k) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru

karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa

3. Deskripsi Model Kurikulum Pendidikan Berkarakter

(a) Model sebagai Mata Pelajaran Tersendiri (monolitik) : Dalam model

pendekatan ini, pendidikan karakter dianggap sebagai mata pelajaran

tersendiri. Oleh karena itu, pendidikan karakter memiliki kedudukan yang

sama dan diperlakukan sama seperti pelajaran atau bidang studi lain.

(b) Model Terintegrasi dalam Semua Bidang Studi : Pendekatan yang kedua

dalam menyampaikan pendidikan karakter adalah disampaikan secara

terintegrasi dalam setiap bidang pelajaran, dan oleh karena itu menjadi

tanggunmg jawab semua guru.

(c) Model di Luar Pengajaran : Pendekatan ini lebih mengutamakan pengolahan

dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan kemudian

dibahas nilai-nilai hidupnya.

(d) Model Gabungan : Model gabungan adalah menggabungkan antara model

terintegrasi dan model di luar pelajaran secara bersama. Model ini dapat

dilaksanakan dalam kerja sama dengan tim baik oleh guru maupun dalam

kerja sama dengan pihak luar sekolah.

18

Page 19: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

B. Saran

Dari uraian yang sudah dijelaskan diatas maka memunculkan saran sebagai berikut:

1. Sebagai masukan kepada Pemerintah supaya memperhatikan kurikulum

pendidikan berkarakter dalam dunia pendidikan

2. Sebagai masukan kepada Pemerintah untuk memberikan layanan pendidikan

yang menuju kurikulum pendidikan berkarakter

3. Sebagai masukan kepada pendidik supaya lebih memperhatikan pentingnya pendidikan berkarakter

19

Page 20: KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER

Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Pendidikan Berbasis Karakter. (Online)

(http:// www.jsit.web.id, diakses tanggal 02 Oktober 2011 pukul 08.00 WIB).

Husen, Achmad.dkk. 2010. Model Pendidikan Karakter Bangsa. jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Suyanto. 2011. Pendidikan Karakter Untuk Membangun Karakter Bangsa.

Jakarta : Kemdiknas.

20