Top Banner
Kurang Energi Protein (KEP) Boerhan Hidajat, Roedi Irawan, Siti Nurul Hidajati BATASAN KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain. PATOFISIOLOGI KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi.Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi.Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/”decompensated malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka
33

Kurang Energi Protein

Dec 26, 2015

Download

Documents

Diana Marini

h
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kurang Energi Protein

Kurang Energi Protein (KEP)

Boerhan Hidajat, Roedi Irawan, Siti Nurul Hidajati

 

BATASAN

KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain.

 

PATOFISIOLOGI

KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan  protein dan energi, dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi.Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi.Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/”decompensated malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi  sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik/compensated malnutrition).  Dengan demikian pada KEP dapat terjadi : gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim.

 

GEJALA KLINIS

Secara klinis KEP terdapat  dalam 3 tipe yaitu :

1.  Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab    dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut    dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak   

Page 2: Kurang Energi Protein

merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia.

2.  Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare.

3.  Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.

 

DIAGNOSIS

1.      Klinik : anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang, serta penyakit yang pernah diderita) dan pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi dan berbagai defisiensi vitamin)

2.      Laboratorik : terutama Hb, albumin, serum ferritin

3.      Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi badan)

4.      Analisis diet

 

Klasifikasi :

1.  KEP ringan   : > 80-90% BB  ideal terhadap TB (WHO-CD

2.  KEP sedang : > 70-80% BB  ideal terhadap TB (WHO-CDC) 

3.  KEP berat : 70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

 

DIAGNOSA BANDING

Adanya edema serta ascites pada bentuk kwashiorkor maupun marasmik-kwashiorkor perlu dibedakan dengan :

-         Sindroma nefrotik

-         Sirosis hepatis

Page 3: Kurang Energi Protein

-         Payah jantung kongestif

-         Pellagra infantil

 

PENATALAKSANAAN

Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :

1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)

    1.1. Penanganan hipoglikemi

    1.2. Penanganan hipotermi

    1.3. Penanganan dehidrasi

    1.4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

    1.5. Pengobatan infeksi

    1.6. Pemberian makanan

    1.7. Fasilitasi tumbuh kejar

    1.8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro

    1.9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

     1.10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

2. Pengobatan penyakit penyerta

    1.  Defisiensi vitamin A

         Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan vit. A dengan dosis :

             * umur > 1 tahun               : 200.000 SI/kali

             * umur 6 – 12 bulan          : 100.000 SI/kali

             * umur 0 – 5 bulan            :   50.000 SI/kali

         Bila ada ulkus dimata diberikan :

Page 4: Kurang Energi Protein

        Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari

        Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari

        Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali

2.   Dermatosis

      Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit  mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.

Tatalaksana :

1.      kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1% selama 10 menit

2.      beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)

3.      usahakan agar daerah perineum tetap kering

4.      umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral

3.   Parasit/cacing

   Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik lain.

4.   Diare melanjut

   Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.

5.   Tuberkulosis

   Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman pengobatan TB.

3. Tindakan kegawatan

1.      Syok (renjatan)

Page 5: Kurang Energi Protein

Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit membedakan  keduanya secara klinis saja.

Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.

Pedoman pemberian cairan :

Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.

Evaluasi setelah 1 jam :

         Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-75/pengganti).

         Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti)

2.      Anemia berat

Transfusi darah diperlukan bila :

        Hb < 4 g/dl

        Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung

Transfusi darah :

      Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.

Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk transfusi dengan jumlah yang sama.

      Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.

Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.

Page 6: Kurang Energi Protein

Program Penanggulangan Gizi Buruk dari Pemerintah

  1.    Pengertian

GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat

akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam

waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan

atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau

marasmik kwashiorkor.

Gizi buruk atau lebih dikenal dengan gizi di bawah garis merah adalah keadaan

kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein

dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis

dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau

marasmic-kwashiorkor (RI dan WHO, Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001 –

2005, Jakarta, Agustus 2000). 

Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan

asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut

gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan berturut-

turut tidak naik)

Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini

bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak

tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan

kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan

asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun

berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.

Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan

ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh

kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat

yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang

buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian.

Page 7: Kurang Energi Protein

Perbedaan gizi buruk dengan kelaparan

Gizi buruk berbeda dengan kelaparan. Orang yang menderita kelaparan

biasanya karena tidak mendapat cukup makanan dan kelaparan yang diderita dalam

jangka panjang dapat menuju ke arah gizi buruk. Walaupun demikian, orang yang

banyak makan tanpa disadari juga bisa menderita gizi buruk apabila mereka tidak

makan makanan yang mengandung nutrisi, vitamin dan mineral secara mencukupi. Jadi

gizi buruk sebenarnya dapat dialami oleh siapa saja, tanpa mengenal struktur sosial

dan faktor ekonomi

Orang yang menderita gizi buruk akan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh

tubuh untuk tumbuh atau untuk menjaga kesehatannya. Seseorang dapat terkena gizi

buruk dalam jangka panjang ataupun pendek dengan kondisi yang ringan ataupun

berat. Gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Orang yang

menderita gizi buruk akan mudah untuk terkena penyakit atau bahkan meninggal dunia

akibat efek sampingnya. Anak-anak yang menderita gizi buruk juga akan terganggu

pertumbuhannya, biasanya mereka tidak tumbuh seperti seharusnya (kerdil) dengan

berat badan di bawah normal. 

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi

menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan

antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan

(standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan

standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang.

Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan

tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor.

2.    Indikasi Gizi Buruk

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah

berupa kondisi badan yang tampak kurus. Tinggi dan berat badan kurang dari standar

deviasi ukuran normal sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Berat badan yang kurang

menandai kalau gizi buruk yang dideritanya akut (belum lama). Sedangkan jika tinggi

badan kurang dan berat badan kurang berarti kondizi gizi buruk sudah kronis

(menahun)

Page 8: Kurang Energi Protein

Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi

tiga tipe: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor.

Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari marasmus adalah

1.    Wajah seperti orang tua

2.    Sering disertai: peny. infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC)

3.    Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)

4.    Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (~pakai celana

longgar-baggy pants)

5.    Perut cekung

6.    Iga gambang

7.    diare kronik atau konstipasi (susah buang air)

8.    mudah menangis/cengeng dan rewel

Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari kwasiokor adalah

1.    Mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran nafas dan diare.

2.    Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah)

membulat dan lembab

3.    Pandangan mata sayu

4.    Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan

mudah rontok

5.    Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel

6.    Terjadi pembesaran hati

7.    Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk

8.    Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi

coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)

9.    Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut

Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis

kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.

3.    Dampak Gizi Buruk

Dampak gizi buruk pada anak terutama balita

1.    Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa

Page 9: Kurang Energi Protein

terhambat.

2.    Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi

3.    Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.

4.    Pencegahan Gizi Buruk

Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan

dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal

yang dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa

cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:

1)    Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak

mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai

dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

2)    Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,

vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari

total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.

3)    Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.

Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai,

segera konsultasikan hal itu ke dokter.

4)    Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas

pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.

5)    Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang

tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa

diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan

energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan

dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi

bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun,

biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan

muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

5.    Pengobatan Gizi Buruk

Pengobatan gizi buruk

         Pada stadium ringan dengan perbaikan gizi.

Page 10: Kurang Energi Protein

         Pengobatan pada stadium berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing

penyakit harus diobati satu persatu. Penderitapun sebaiknya dirawat di Rumah Sakit

untuk mendapat perhatian medis secara penuh.

Pengobatan pada penderita MEP (Malnutrisi Energi Protein) tentu saja harus

disesuaikan dengan tingkatannya. Penderita kurang gizi stadium ringan, contohnya,

diatasi dengan perbaikan gizi. Dalam sehari anak-anak ini harus mendapat masukan

protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150 Kkal.

Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena masing-

masing penyakit yang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita pun sebaiknya

dirawat di rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan

pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya, status gizi anak tersebut terus

diperbaiki hingga sembuh.

6.    Jenis Gizi Buruk

A.   Kwasiorkor

Definisi

Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang

kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat

yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal

atau tinggi. Dibedakan dengan Marasmus yang disebabkan oleh intake dengan kualitas yang

normal namun kurang dalam jumlah.

Etiologi

Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung

kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain:

1. Pola makan

Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan

berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan

mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya

Page 11: Kurang Energi Protein

mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI

protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan.

Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap

terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

2. Faktor sosial

Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik

tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah

berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

3. Faktor ekonomi

Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan

berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat

mencukupi kebutuhan proteinnya.

4. Faktor infeksi dan penyakit lain

Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi

derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam

derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

Epidemiologi

Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan

tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan

berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju

sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka.

Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8%

balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor).

Gejala Klinis

Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein berat-

Kwashiorkor, antara lain:

         Gagal untuk menambah berat badan

         Pertumbuhan linear terhenti.

         Edema gerenal (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit)

         Diare yang tidak membaik

         Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo).

         Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut.

         Penurunan masa otot

Page 12: Kurang Energi Protein

         Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat terjadi.

         Perubahan lain yang dapat terjadi adalah perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia.

         Pada keadaan berat/ akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock, coma dan berakhir

dengan kematian.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

1.    Anamesis

Keluhan yanga sering ditemukan adalah pertumbuhan anak yang kurang, seperti berat

badan yang kurang dibandingkan anak lain (yang sehat). Bisa juga didapatkan keluhan anak

yang tidak mau makan (anoreksia), anak tampak lemas serta menjadi lebih pendiam, dan

sering menderita sakit yang berulang.

2.     Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain:

         Perubahan mental sampai apatis

         Edema (terutama pada muka, punggung kaki dan perut)

          Atrofi otot

          Ganguan sistem gastrointestinal

          Perubahan rambut (warna menjadi kemerahan dan mudah dicabut)

         Perubahan kulit (perubahan pigmentasi kulit)

         Pembesaran hati

         Tanda-tanda anemia

3.    Pemeriksaan penunjang

Darah lengkap, urin lengkap, feses lengkap, protein serum (albumin, globulin), elektrolit

serum, transferin, feritin, profil lemak. Foto thorak, dan EKG.

Komplikasi

Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan

lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan

pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik

mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak)

dapat menurunkan IQ secara permanen.

Penatalaksanaan/ terapi

Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak.

Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan

Page 13: Kurang Energi Protein

mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula

sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat

menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan.

Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama,

memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian

makanan dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/

perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu (lactose

intolerance) dan diperlukan untuk memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase.

(Penatalaksaan gizi buruk menurut standar pelayanan medis kesehatan anak – IDAI (ikatan

dokter anak Indonesia))

Prognosis

Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang baik.

Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status kesehatan anak

secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang permanen dan gangguan

intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan atau

penanganannya yang terlambat, akan memberikan akibta yang fatal.

B.   Marasmus

 

Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini

merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.

Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa

sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar

sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:

1)    Masukan makanan yang kurang

Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,pemberian makanan yang tidak

sesuai dengan yang dianjurkan, akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya

pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.

Page 14: Kurang Energi Protein

2)    Infeksi

Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya

infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.

3)    Kelainan struktur bawaan

Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,

palatoschizis, micrognathia, stenosispilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis

pancreas.

4)    Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus

Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang

kurang kuat.

5)     Pemberian ASI

Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.

6)    Gangguan metabolik

Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.

7)    Tumor hypothalamus

Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah

disingkirkan.

8)    Penyapihan

Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan

menimbulkan marasmus.

9)    Urbanisasi

Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus

meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan

kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari

tidak mampu membeli susu dan bila disertai dengan infeksi berulang, terutama gastro

enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.

Patofisiologi

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak

faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh

sendiri (host),  agent (kuman penyebab),  environment (lingkungan). Memang factor diet

Page 15: Kurang Energi Protein

(makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan. Gopalan

menyebutkan marasmus adalah compensated malnutrition.

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk

mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan

tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang

sangat penting untuk mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai

oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk

menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi

kekurangan.

Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan

menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal.

Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot

dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau

kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan

sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

Gambaran Klinis

Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Keadaan yang terlihat

mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya ialah

wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Otot-otot lemah

dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka anggota gerak terlihat

seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus

dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60% berat badan menurut

usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang.

Diagnosis

Diagnosis marasmus dibuat berdasarkan gambaran klinis, tetapi untuk

mengetahui penyebab harus dilakukan anamnesis makanan dan kebiasaan makan

serta riwayat penyakit yang lalu.

Pencegahan

Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila

penyebab diketahui.

Page 16: Kurang Energi Protein

Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik

untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.

4.    Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang

paling baik untuk bayi.

5.    Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke

atas.

6.    Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan

kebersihan perorangan.

7.     Pemberian imunisasi.

8.    Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.

9.     Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan

usaha pencegahan jangka panjang.

10.   Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis

kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

Pengobatan

Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi

kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa

komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan

yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok,

asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit. Penatalaksanaan

penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap.

Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan

untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis

dengan pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-

Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari.

Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya

diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.

Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak memerlukan

koreksi cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian

terhadap pemberian makanan. Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan

sebanyak 30-60 kalori/kg BB/hari atau rata-rata 50 kalori/kg BB/hari, dengan protein 1-

Page 17: Kurang Energi Protein

1,5 g/kg BB/hari. Jumlah ini dinaikkan secara berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga

mencapai 150-175 kalori/kg BB/hari dengan protein 3-5 g/kg BB/hari. Waktu yang

diperlukan untuk mencapai diet tinggi kalori tinggi protein ini lebih kurang 7-10 hari.

Cairan diberikan sebanyak 150 ml/kg BB/hari. Pemberian vitamin dan mineral yaitu

vitamin A diberikan sebanyak 200.000. i.u peroral atau 100.000 i.u im pada hari

pertama kemudian pada hari ke dua diberikan 200.000 i.u. oral. Vitamin A diberikan

tanpa melihat ada/tidaknya gejala defisiensi Vitamin A. Mineral yang perlu ditambahkan

ialah K, sebanyak 1-2 Meq/kg BB/hari/IV atau dalam bentuk preparat oral 75-100 mg/kg

BB/hari dan Mg, berupa MgS04 50% 0,25 ml/kg BB/hari atau megnesium oral 30 mg/kg

BB/hari. Dapat diberikan 1 ml vit Bc dan 1 ml vit. C im, selanjutnya diberikan preparat

oral atau dengan diet. Jenis makanan yang memenuhi syarat untuk penderita malnutrisi

berat ialah susu.

Dalam pemilihan jenis makanan perlu diperhatikan berat badan penderita.

Dianjurkan untuk memakai pedoman BB kurang dari 7 kg diberikan makanan untuk bayi

dengan makanan utama ialah susu formula atau susu yang dimodifikasi, secara

bertahap ditambahkan makanan lumat dan makanan lunak. Penderita dengan BB di

atas 7 kg diberikan makanan untuk anak di atas 1 tahun, dalam bentuk makanan cair

kemudian makanan lunak dan makanan padat. Antibiotik perlu diberikan, karena

penderita marasmus sering disertai infeksi. Pilihan obat yang dipakai ialah procain

penicillin atau gabungan penicilin dan streptomycin.

  Hal-hal yang lain perlu diperhatikan :

a)    Kemungkinan hipoglikemi dilakukan pemeriksaan dengan dextrostix. Bila kadar gula

darah kurang dari 40% diberikan terapi 1-2 ml glukose 40%/kg BB/IV

b)    Hipotermi

Diatasi dengan penggunaan selimut atau tidur dengan ibunya. Dapat diberikan botol

panas atau pemberian makanan sering tiap 2 jam. Pemantauan penderita dapat

dilakukan dengan cara penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan serta tebal

lemak subkutan. Pada minggu-minggu pertama sering belum dijumpai pertambahan

berat badan. Setelah tercapai penyesuaian barulah dijumpai pertambahan berat badan.

Penderita boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai kira-kira 90% BB normal

Page 18: Kurang Energi Protein

menurut umurnya, bila nafsu makannya telah kembali dan penyakit infeksi telah

teratasi.

Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat

makanan biasa seperti yang dimakan sehari-hari. Kebutuhan kalori menjadi normal

kembali karena tubuh telah menyesuaikan diri lagi. Sementara itu kepada orang tua

diberikan penyuluhan tentang pemberian makanan, terutama mengenai pemilihan

bahan makanan, pengolahannya, yang sesuai dengan daya belinya. Mengingat sulitnya

merawat penderita dengan malnutrisi, maka usaha pencegahan perlu lebih

ditingkatkan.

Prognosis

Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering

disebabkan oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena

infeksi atau karena malnutrisi sendiri.

Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan. Dalam

beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif

kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang irreversibel dari

set-sel tubuh akibat under nutrition.

C.   MARASMIK-KWASHIORKOR

Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan

gabungan gejala yang menyertai :

  Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas

kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit

dan sebagainya.

  Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.

  Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolic

seperti gangguan pada ginjal dan pankreas.

  Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium

dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium. Gejala klinis Kwashiorkor-

Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala masing-masing penyakit

tersebut.

Page 19: Kurang Energi Protein

7.    Penanggulangan Gizi Buruk

Upaya Kesehatan Mengatasi Masalah Gizi

         Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif

1.    Penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk.

2.    Perawatan balita gizi buruk

3.    Pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan

         Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif

1.    Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kadarzi

2.    Revitalisasi posyandu.

3.    Pemberian suplementasi gizi.

4.    Pemberian MP – ASI bagi balita gakin

Kerangka Kerja Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk

         Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

         Komponen SKPG:

1. Keluarga

2. Masyarakat dan Lintas Sektor

3. Pelayanan Kesehatan

Peran Keluarga:

1.    Penyuluhan/Konseling Gizi: a. ASI eksklusif dan MP-ASI; b. Gizi seimbang;

2.    Pola asuh ibu dan anak

3.    Pemantauan pertumbuhan anak

4.    Penggunaan garam beryodium

5.    Pemanfaatan pekarangan

6.    Peningkatan daya beli keluarga miskin

7.    Bantuan pangan darurat: a. PMT balita, ibu hamil, b. Raskin

Peran Masyarakat dan Lintas Sektor

1.    Mengaktifkan Posyandu: SKDN

2.    Semua balita mempunyai KMS,

3.    Penimbangan balita (D),

4.    Konseling,

Page 20: Kurang Energi Protein

5.    Suplementasi gizi,

6.    Pelayanan kesehatan dasar

7.    Berat badan naik (N) sehat dikembalikan ke peran keluarga

8.    BB Tidak naik (T1), Gizi kurang diberikan PMT Penyuluhan dan Konseling

9.    Berat badan Tidak naik (T2), BGM, Gizi buruk, sakit, dirujuk ke RS atau Puskesmas

Peran Pelayanan Kesehatan

1.    Mengatasi masalah medis yang mempengaruhi gizi buruk

2.    Balita yang sembuh dan perlu PMT, perlu dikembalikan ke Pusat Pemulihan Gizi untuk

diberikan PMT

3.    Balita yang sembuh, dan tidak perlu PMT, dikembalikan kepada masyarakat

Tujuan Penanggulangan Gizi Buruk

Tujuan Umum:

         Menurunnya prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) menjadi setinggi-tingginya 15 %

dan gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 2,5 % pada tahun 2014.

Tujuan Khusus:

1.    Meningkatnya cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan balita di Posyandu,

Puskesmas dan jaringannya.

2.    Meningkatnya cakupan suplementasi gizi terutama pada kelompok penduduk rawan

dan keluarga miskin.

3.    Meningkatnya jangkauan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di Rumah Tangga,

Puskesmas dan Rumah Sakit.

4.    Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan keluarga dalam menerapkan Keluarga

Sadar Gizi (KADARZI).

5.    Berfungsinya Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG).

Kebijakan Operasional Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk

1.    Merupakan Program Nasional: Perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi

dilaksanakan secara berkesinambungan antara pusat dan daerah

2.    Pendekatan komprehensif: Mengutamakan upaya pencegahan dan upaya peningkatan,

yang didukung upaya pengobatan dan pemulihan.

Page 21: Kurang Energi Protein

3.    Semua kabupaten/kota secara terus menerus melakukan upaya pencegahan dan

penanggulangan gizi buruk, dengan koordinasi lintas instansi/dinas dan organisasi

masyarakat.

4.    Menggalang kemitraan antara pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat di berbagai

tingkat.

5.    Pendekatan Pemberdayaan masyarakat serta keterlibatan dalam proses pengambilan

keputusan.

Strategi Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk

         Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat

dan keluarga dalam memantau, mengenali dan menanggulangi secara dini gangguan

pertumbuhan pada balita utamanya baduta.

         Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM puskesmas beserta jaringannya

dalam tatalaksana gizi buruk dan masalah gizi lain, manajemen laktasi dan konseling

gizi.

         Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan

termasuk keadaan darurat melalui suplementasi zat gizi mikro, MP-ASI, makanan

tambahan dan diet khusus.

         Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui advokasi, sosialisasi dan KIE gizi seimbang.

         Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui SKDN, Sistem Kewaspadaan

Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Gizi Buruk, dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan

Gizi (SKPG), untuk meningkatkan manajemen program perbaikan gizi.

         Mengembangkan model intervensi gizi tepat guna yang evidence based.

         Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan masyarakat beserta

swasta/dunia usaha dalam memobilisasi sumberdaya untuk penyediaan pangan di

tingkat rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga, dan perbaikan pola asuhan gizi

keluarga.

8.    Salah Satu Program Penanggulangan Gizi Buruk

Page 22: Kurang Energi Protein

Pemberian Makanan Tambahan merupakan salah satu komponen penting

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan program yang dirancang oleh pemerintah.

PMT sebagai sarana pemulihan gizi dalam arti kuratif, rehabilitatif dan sebagai sarana

untuk penyuluhan merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian gizi berupa

makanan dari luar keluarga, dalam rangka program UPGK. PMT ini diberikan setiap

hari, sampai keadaan gizi penerima makanan tambahan ini menunjukkan perbaikan

dan hendaknya benar-benar sebagai penambah dengan tidak mengurangi jumlah

makanan yang dimakan setiap hari dirumah. Pada saat ini program PMT tampaknya

masih perlu dilanjutkan mengingat masih banyak balita dan anak-anak yang mengalami

kurang gizi bahkan gizi buruk.

Tujuan Pemberian Makanan Tambahan

Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi pada anak

golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang

tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak

dibawah garis merah. Bahan makanan yang digunakan dalam PMT hendaknya bahan-bahan

yang ada atau dapat dihasilkan setempat, sehingga kemungkinan kelestarian program lebih

besar. Diutamakan bahan makanan sumbar kalori dan protein tanpa mengesampingkan sumber

zat gizi lain seperti: padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, ikan, sayuran hijau, kelapa

dan hasil olahannya.

Komposisi PMT

Menurut Departemen Kesehatan RI seperti yang dikutip oleh Judiono (2003) bahwa

prasyarat pemberian makanan tambahan pada anak usia pra sekolah adalah nilai gizi harus

berkisar 200 – 300 kalori dan protein 5 – 8 gram, PMT berupa makanan selingan atau makanan

lengkap (porsi) kecil, mempergunakan bahan makanan setempat dan diperkaya protein

nabati/hewani, mempergunakan resep daerah atau dimodifikasi, serta dipersiapkan, dimasak,

dan dikemas dengan baik, aman memenuhi syarat kebersihan serta kesehatan. Pemberian

makanan tambahan (PMT) diberikan dengan frekuensi minimal 3 kali seminggu selama 100 –

160 hari.

Komposisi bahan makanan untuk PMT antara lain :

Protein Protein Hidrat Arang Sayuran Buah-

Page 23: Kurang Energi Protein

Nabati Hewani buahan

Kacang

hijau

Daging

sapi

Nasi Daun bawang Avokad

Kacang

kedelai

Daging

babi

Nasi tim Daun kacang

panjang

Apel

Kacang

merah

Daging

ayam

Bubur beras Jamur segar Anggur

Kacang

tanah

terkupas

Hati sapi Nasi jagung Kangkung Belimbing

Kacang

tolo

Didih sapi Kentang Tomat Jambu biji

Oncom Babat Singkong Kecipir Jambu air

Keju

kacang

tanah

Usus sapi Talas Buncis Duku

Tahu Telur ayam Ubi Kol Durian

Tempe Telur

bebek

Biskuit Kembang kol Jeruk manis

Protein

Nabati

Ikan segar Krakers Pepaya muda Kedondong

Mangga

Ikan asin Maizena Rebung Nenas

Ikan teri Tepung beras Sawi Nangka

masak

Udang

basah

Tepung

singkong

Selada Pepaya

Keju Tepung sagu Seledri Pir

Tepung terigu Tauge Pisang

ambon

Tepung

hunkwe

Terong Rambutan

Mi kering Cabe hijau

besar

Salak

Page 24: Kurang Energi Protein

Mi basah Bayam Sawo

Makaroni Buncis SirsakDaun singkong

Semangka

Daun pepaya Buah-buahanJagung muda AvokadJantung pisang

Apel

Genjer AnggurKacang panjang

Belimbing

Nangka muda Jambu bijiPare Jambu airWortel DukuKetimun Durian

KESIMPULAN

a.    Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan

asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut

gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan berturut-

turut tidak naik)

b.    Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa

diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak

tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan

kurang terserapnya nutrisi dari makanan