KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI DESA PEDONGKELAN RT 07/015 KEL.
KAYUPUTIH KEC. PULO GADUNG PADA TAHUN 2013
BAB IWAKTU DAN LOKASI KUNJUNGANLokasi: Desa Pedongkelan RT
07/RW015 Kel.Kayu Putih Kec.Pulo GadungWaktu Kunjungan Pertama:
28-05-2013 Kunjungan Kedua : 5-31-2013PENENTUAN AREA MASALAH-
Meningkatnya kejadian penyakit chikungunya- Sering terjadinya
diare- Penyakit DBD- Tempat pembuangan sampah yang tidak memadai-
Kurangnya pengetahuan tentang PHBS- Perilaku buang sampah dan air
limbah yang tidak benarALASAN Meningkatnya kejadian penyakit
chikungunya pada sebagian besar warga di pemukiman padat dan kumuh
pada bulan februari 2013.PENYEBAB MASALAHArea pemukiman penduduk
yang berada di sekitar danau yang kondisi perwatanya kurang
memadai, sehingga terdapat banyak sekali tumbuhan eceng gondok yang
menjadi habitat dari nyamuk dan kurangnya perhatian warga terhadap
kebersihan lingkungan.
BAB IILANDASAN TEORIChikungunya adalah sejenis demam virus yang
disebabkan alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari
spesies Aedes aegypti. Namanya berasal dari sebuah kata dalam
bahasa Swahili yang berarti "yang melengkung ke atas", merujuk
kepada tubuh yang membungkuk akibat gejala gejala arthritis
penyakit ini. Demam chikungunya merupakan suatu sindrom mirip
dengue yang jinak dengan karakteristik : demam mendadak, artralgia,
ruam makula papular dan leukopenia, disebabkan oleh virus
chikungunya. Dalam sejarahnya terdapat istilah knokket koorts, abu
rokab, mal de genoux, dengue, dyenga, dan demam tiga hari diberikan
untuk suatu epidemi yang disebabkan oleh virus chikungunya.Demam
chikungunya sering dianggap sebagai penyakit yang berbahaya,
sehingga kadang membuat kepanikan. Beberapa orang meyakini bahwa
penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan. Pendapat ini timbul
karena penderita biasanya merasa nyeri pada tulang-tulangnya
terutama di seputar persendian sehingga tidak berani menggerakkan
anggota tubuh, tetapi bukan berarti terjadi kelumpuhan. Chikungunya
tidak mengancam jiwa, tetapi rasa lemas dan sakit di persendian
bisa mengganggu aktivitas untuk beberapa minggu sampai bulan. Tidak
ada vaksin atau antivirus spesifik yang dapat mencegah maupun
mengobati penyakit ini. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri
sendiri dan akan sembuh sendiri. Pengobatan saat ini adalah
pengobatan simtomatis dan suportif. Pencegahan yang dapat dilakukan
adalah dengan mendidik masyarakat dan petugas kesehatan masyarakat
untuk mengendalikan vektor yang merupakan pendekatan terbaik untuk
mengontrol demam chikungunya karena belum ada vaksinnya saat
ini.Epidemiologi Virus chikungunya pertama kali diidentifikasi di
Tanzania, Afrika Timur tahun 1952. Merebak pertama kali di Asia
mulai di Bangkok, Thailand tahun 1958. Infeksi chikungunya,
akhir-akhir ini pula, di Thailand bagian selatan menjadi daerah
endemis yang potensial bagi virus chikungunya. Disini dilaporkan
sebuah kasus dengan komplikasi musculoskeletal yang muncul sebagai
kelemahan otot dan pembengkakan ekstremitas. Di India, virus ini
tiddak asing lagi bagi penduduknya. Sejak pertama kali dilaporkan
di Kalkuta tahun 1963. Tahun 2006, saat terjadi endemis
Chikungunya, ternyata sangat mempengaruhi berkurangnya
produktivitas masyarakat. Penelitian di India ditemukan bahwaw
pemilik golongan Rh positif lebih mudah terserang demam
chikungunya. Sedangkan pada golongan darah ABO sistem, golongan
darah O pun lebih mudah terkena demam ini.Hasil penelitian terhadap
epidemiologi penyakit chikungunya di Bangkok Thailand dan Vellore
Madras, India menunjukkan bahwa terjadi gelombang epidemi dalam
interval 30 tahun. Satu gelombang epidemi umumnya berlangsung
beberapa bulan, kemudian menurun dan bersifat ringan sehingga
sering tidak termonitor. Gelombang epidemi berkaitan dengan
populasi vektor (nyamuk penular) dan status kekebalan penduduk.
Pengujian darah (serologik) penyakit chikungunya sering tidak mudah
karena serum chikungunya mempunyai reaksi silang dengan virus lain
dalam satu famili. Dari beberapa literatur tampak ada kecenderungan
gelombang epidemi 20 tahunan. Fenomena ini sering dikaitkan dengan
perubahan iklim dan cuaca. Antibodi yang timbul dari penyakit ini
membuat penderita kebal terhadap serangan virus selanjutnya. Perlu
waktu panjang bagi penyakit ini untuk merebak kembali.Di Indonesia
sendiri, demam chikungunya dilaporkan pertama kali di Samarinda
tahun 1973. Kemudian berjangkit di Kuala Tunkal, Jambi pada tahun
1980. Diperkirakan sepanjang tahun 2001- 2003 jumlah kasus
Chikungunya mencapai 3.918 jiwa dan tanpa kematian yang diakibatkan
penyakit ini. Meski tidak menimbulkan kematian, kita mesti waspada
terhadap penyebaran virus chikungunya ini yang begitu cepat
merambah. Kewaspadaan sangat perlu dan pernyataan tentang KLB
terkait penyakit chikungunya yang mencapai lebih dari 3.500 kasus
dapat mengingatkan tentang bahaya besar yang mengancam. Jika
penanganan kurang intensif, penyakit ini dikhawatirkan berkembang
menjadi epidemi yang penanggulangannya akan lebih susah lagi.
Etiologi Penyebab penyakit ini adalah virus, yaitu jenis
Alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti. Selama lebih
dari 10 tahun, demam dengue dilaporkan sebagai satu-satunya
penyakit infeksi yang disebarkan oleh vektor Aedes aegypti dan
Aedes albopticus. Akhir-akhir ini, vektor utama yang diidentifikasi
menyebarkan virus chikungunya adalah Aedes aegypti, tetapi saat ini
virus chikungunya telah dihubungkan dengan Aedes albopticus sebagai
vektornya pula. Meski masih bersaudara" dengan demam berdarah,
penyakit ini tidak mematikan. Penyakit Chikungunya disebabkan oleh
sejenis virus yang disebut virus Chikungunya. Virus ini masuk
keluarga Togaviridae, genus alphavirus. Virus menyerang semua usia,
baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis.Virus chikungunya
merupakan partikel berbentuk sferis berdiameter 42 nm. Mereka
memilih pembungkus yang mengandung lipid dengan tonjolan halus.
Intinya berdiameter 25-30 nm yang pada potongan melintang berbentuk
heksagonal dan mengandung nukleokapsid yang tidak simetris. Bersama
dengan alphavirus lainnya, memiliki genom single strained RNA.
Mereka mempunyai koefisien sedimentasi 46 dan mempunyai berat
molekul 4,2x106 dalton. Ekstrak fenol dari virus chikungunya
memiliki material yang infeksius. Bentuk prekusor virus dalam
matriks sitoplasma dan menjadi lurus dalam daerah membran sel atau
berlawanan dengan membran vakuol. Gabungan dari partikel virus pada
permukaan sel menyebabkan proses budding yang melibatkan inti
prekursor virus menjadi partikel virus. Membran sel penjamu
dimodifikasi selama infeksi dan mengandung antigen virus ketika
bergabung ke dalam pembungkus virus.Virus chikungunya menyebabkan
kematian pada tikus kecil, tikus besar, dan hamster setelah
diinokulasi intraserebri. Virus chikungunya juga menyebabkan efek
sitopatik pada sel ginjal hamster primer, BHK-21, BSC-1, Vero, FL,
Hela dan sel ginjal rhesus.
VektorVirus bermultiplikasi pada Aedes aegypti, Aedes vittatus,
Aedes albopticus, Anopheles stephensi dan Culex fatigans. Di Asia
dan kawasan samudera Hindia, demam chikungunya ditularkan oleh
gigitan nyamuk genus Aedes (yang juga menularkan virus dengue).
Aedes aegypti dianggap sebagai vektor utama dan A. Albopticus
baru-baru ini muncul sebagai vektor penting. Aedes aegypti terutama
berkembang biak di air tawar yang tergenang, seperti di vas bunga,
penampungan air, sampah, ban kendaraan, batok kelapa, pot, kaleng,
kotak, dll. Nyamuk dewasa beristirahat di daerah dingin dan teduh
serta mengigit maunisa pada siang hari. Oleh karena itu jaring
tempat tidur (kelambu) diperlukan untuk menghalangi nyamuk ketika
tidur. Nyamuk betina mengigit karena memerlukan darah untuk
pembentukan telur. Vektor yang sama kadang-kadang dapat menularkan
arbovirus, sehingga terjadi epidemi campuran antara demam
chikungunya dan demam berdarah.1. Habitat Perkembangbiakan Habitat
perkembangbiakan Aedes sp. ialah tempat-tempat yang dapat menampung
air di dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempat-tempat umum.
Habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan
sebagai berikut: 1) Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan
sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak
mandi/wc, dan ember. 2) Tempat penampungan air bukan untuk
keperluan sehari-hari seperti: tempat minum burung, vas bunga,
perangkap semut, bak kontrol pembuangan air, tempat pembuangan air
kulkas/dispenser, barang-barang bekas (contoh : ban, kaleng, botol,
plastik, dll). 3) Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang
pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang
dan potongan bambu dan tempurung coklat/karet, dll. 2. Perilaku
Nyamuk Dewasa Setelah keluar dari pupa, nyamuk istirahat di
permukaan air untuk sementara waktu. Beberapa saat setelah itu,
sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu terbang mencari
makanan. Nyamuk Aedes sp jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari
bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap
darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia daripada
hewan (bersifat antropofilik). Darah diperlukan untuk pematangan
sel telur, agar dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk mengisap darah
sampai telur dikeluarkan, waktunya bervariasi antara 3-4 hari.
Jangka waktu tersebut disebut dengan siklus gonotropik. Aktivitas
menggigit nyamuk Aedes sp biasanya mulai pagi dan petang hari,
dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00 -10.00 dan 16.00
-17.00. Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang
kali dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan
darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular
penyakit. Setelah mengisap darah, nyamuk akan beristirahat pada
tempat yang gelap dan lembab di dalam atau di luar rumah,
berdekatan dengan habitat perkembangbiakannya. Pada tempat tersebut
nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Setelah beristirahat
dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan
telurnya di atas permukaan air, kemudian telur menepi dan melekat
pada dinding-dinding habitat perkembangbiakannya. Pada umumnya
telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu 2 hari. Setiap
kali bertelur nyamuk betina dapat menghasilkan telur sebanyak 100
butir. Telur itu di tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan 6
bulan, jika tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau
kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat..3.
Penyebaran Kemampuan terbang nyamuk Aedes spp betina rata-rata 40
meter, namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa
kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Aedes spp tersebar luas di
daerah tropis dan sub-tropis, di Indonesia nyamuk ini tersebar luas
baik di rumah maupun di tempat umum. Nyamuk Aedes spp dapat hidup
dan berkembang biak sampai ketinggian daerah 1.000 m dpl. Pada
ketinggian diatas 1.000 m dpl, suhu udara terlalu rendah, sehingga
tidak memungkinkan nyamuk berkembangbiak. 4. Variasi Musiman Pada
musim hujan populasi Aedes sp akan meningkat karena telur-telur
yang tadinya belum sempat menetas akan menetas ketika habitat
perkembangbiakannya (TPA bukan keperluan sehari-hari dan alamiah)
mulai terisi air hujan. Kondisi tersebut akan meningkatkan populasi
nyamuk sehingga dapat menyebabkan peningkatan penularan penyakit
Demam Chikungunya.
Faktor Resiko Terdapat tiga faktor yang memegang peranan dalam
penularan penyakit Chikungunya, yaitu: manusia, virus dan vektor
perantara. Beberapa faktor penyebab timbulnya KLB demam Chikungunya
adalah: 1. Perpindahan penduduk dari daerah terinfeksi 2. Sanitasi
lingkungan yang buruk. 3. Berkembangnya penyebaran dan kepadatan
nyamuk (sanitasi lingkungan yang buruk) Ada gelombang epidemi 20
tahunan mungkin terkait perubahan iklim dan cuaca. Anti bodi yang
timbul dari penyakit ini membuat penderita kebal terhadap serangan
virus selanjutnya. Oleh karena itu perlu waktu panjang bagi
penyakit ini untuk merebak kembali.Mekanisme Penularan Virus
Chikungunya ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
SPP Nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu
penelitian lebih lanjut. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung
virus Chikungunya pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami
viremia, yaitu 2 hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam
timbul. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak
dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat
ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Di
tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari
(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.
Manifestasi KlinikInfeksi virus chikungunya bersifat akut dan
manifestasi klinisnya sangat bervariasi. Virus menyerang semua
usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Gejala muncul
dalam 4-7 hari setelah masa inkubasi selama 1-12 hari. Pada
sebagian besar kasus dapat sembuh sendiri dan diikuti dengan
perbaikan gejala dan tanda dalam 5-7 hari walaupun tanpa terapi.
Trias klinis yaitu demam, ruam kemerahan, dan atralgia khas untuk
demam chikungunya.1. Demam Pada fase akut selama 2-3 hari
selanjutnya dilanjutkan dengan penurunan suhu tubuh selama 1-2 hari
kemudian naik lagi membentuk kurva Sadle back fever (Bifasik). Bisa
disertai menggigil dan muka kemerahan (flushed face). Pada beberapa
penderita mengeluh nyeri di belakang bola mata dan bisa terlihat
mata kemerahan (conjunctival injection). 2. Sakit persendian Nyeri
persendian ini sering merupakan keluhan yang pertama muncul sebelum
timbul demam. Nyeri sendi dapat ringan (arthralgia) sampai berat
menyerupai artritis rheumathoid, terutama di sendi sendi
pergelangan kaki (dapat juga nyeri sendi tangan) sering dikeluhkan
penderita. Nyeri sendi ini merupakan gejala paling dominan, pada
kasus berat terdapat tanda-tanda radang sendi, yaitu kemerahan,
kaku, dan bengkak. Sendi yang sering dikeluhkan adalah pergelangan
kaki, pergelangan tangan, siku, jari, lutut, dan pinggul. Pada
posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk
dan berusaha mengurangi dan membatasi gerakan
Gambar 4.2. Pembengkakan persendian
Artritis ini dapat bertahan selama beberapa minggu, bulan bahkan
ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga dapat menyerupai
Rheumatoid Arthritis. 3. Nyeri otot Nyeri otot (fibromyalgia) bisa
pada seluruh otot terutama pada otot penyangga berat badan seperti
pada otot bagian leher, daerah bahu, dan anggota gerak. Kadang -
kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar sendi pergelangan
kaki (achilles) atau sekitar mata kaki. 4. Bercak kemerahan (rash)
pada kulit Kemerahan di kulit bisa terjadi pada seluruh tubuh
berbentuk makulo-papular (viral rash), sentrifugal (mengarah ke
bagian anggota gerak, telapak tangan dan telapak kaki). Bercak
kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering
muncul pada hari ke 4 - 5 demam. Lokasi kemerahan di daerah muka,
badan, tangan, dan kaki.
Gambar 4. 3. Bercak kemarahan pada kaki dan telapak tangan5.
Kejang dan penurunan kesadaran Kejang biasanya pada anak karena
demam yang terlalu tinggi, jadi kemungkinan bukan secara langsung
oleh penyakitnya. Kadang-kadang kejang disertai penurunan
kesadaran. Pemeriksaan cairan spinal (cerebro spinal) tidak
ditemukan kelainan biokimia atau jumlah sel. 6. Manifestasi
perdarahan Tidak ditemukan perdarahan pada saat awal perjalanan
penyakit walaupun pernah dilaporkan di India terjadi perdarahan
gusi pada 5 anak dari 70 anak yang diobservasi7. Gejala lain Gejala
lain yang kadang-kadang dapat timbul adalah kolaps pembuluh darah
kapiler dan pembesaran kelenjar getah bening. 8. Pengaruh pada
kehamilanDemam chikungunya memiliki dampak langsung terhadap
kehamilan dengan resiko tinggi aborsi pada trimester pertama dan
penularan dari ibu ke anak pada trimester terakhir. Kzsus pertama
ditemukannya penularan dari ibu ke janin adalah pada bulan februari
2006. Dalam sebuah studi yang telah dilakukan didapatkan 3 dari 9
kehamilan mengalami keguguran sebelum usia kehamilan 22 minggu yang
disebabkan oleh infeksi virus chikungunya. Dari hasil RT-PCR
ditemukan virus chikungunya dalam cairan ketuban.Ketika wabah ini
muncul pertama kali, masih sedikit informasi yang tersedia tentang
risiko infeksi virus chikungunya pada wanita hamil. Akhirnya dapat
terjadi penularan virus pada kelahiran, transmisi transplacental
sebelum kelahiran, kelainan bawaaan, pembatasan pertumbuhan, dan
kelahiran prematur. Demam tinggi yang terjadi pada infeksi
chikungunya dapat menyebabkan kontraksi rahim atau kelainan jantung
janin meningkat, yang mungkin menyebabkan kelahiran spontan atau
induksi persalinan prematur. Sindrom hemoragik ditemukan pada awal
infeksi dengan manifestasi berupa pendarahan vagina selama
kehamilan yang juga ditemukan pada infeksi dengue.
Diagnosis
Untuk memastikan diagnosis perlu pemeriksaan laboratorium yang
dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: Isolasi virus dari
inokulasi serum fase akut, pemeriksaan serologis dengan cara ELISA,
pemeriksaan IgG dan IgM dengan metode Immuno Fluorescent Assay
(IFA), pemeriksaan materi genetik dengan Polymerase Chain Reaction
(PCR), pemeriksaan antibodi dengan uji Hemaglutinasi Inhibisi (H.I
Test) menggunakan serum diambil pada masa akut ( hari ke 5 mulai
demam ) dan serum konvalesen pada minggu ke 2 sesudah demam serta
sequencing.1. Isolasi Virus Isolasi virus chikungunya didasarkan
pada inokulasi spesimen biologis dari nyamuk atau dari manusia
(serum) secara invitro dengan menggunakan kultur jaringan sel vero,
BHK-21, HeLa sel dan sel C6/36. Isolasi virus juga dapat dilakukan
secara in vivo dengan menggunakan anak mencit yang masih menyusui
(suckling mice). Jenis untuk isolasi virus chikungunya adalah serum
pada masa akut 0-6 hari, tetapi ada beberapa literatur menyebutkan
bisa sampai 8 hari. Spesimen yang berasal dari nyamuk juga dapat
digunakan untuk bahan isolasi virus. Semua spesimen biologis untuk
isolasi virus harus diproses secepatnya, bila memang perlu ditunda
maksimal penundaan adalah 48 jam dengan disimpan pada suhu 2-8oC 2.
Deteksi Viral RNA Deteksi viral RNA virus chikungunya dapat
dilakukan pada saat akut penderita (4X berarti infeksi sekunder. 3.
Bila IgM (+) IgG(+) berarti sedang terjadi infeksi sekunder Untuk
saat ini untuk pemeriksaan konfirmasi diagnosis chikungunya dapat
dilakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BALIT
BANGKES), B/BTKL PP, RSPI Soelianti Saroso, Labkesda. Metode yang
digunakan adalah secara deteksi Antibodi (IgM dan atau IgG),
deteksi molekuler (RT-PCR) dan Isolasi virus jika diperlukan.
Spesimen yang digunakan adalah Serum atau Plasma penderita pada
masa akut. Jumlah spesimen yang dibutuhkan untuk konfirmasi KLB
chikungunya adalah 5-10 spesimen dari setiap satuan KLB (per
kecamatan/ per puskesmas). jika jumlah penderita > 10, namun
jika jumlah penderita < 10 maka untuk konfirmasi jumlah spesimen
yang diperiksa jumlah penderita
Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan : 1.
Hematologi rutin a. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin. Biasanya dijumpai
Hb normal atau anemia bila ada perdarahan . b. Pemeriksaan
Trombosit Dapat ditemukan Trombositopenia c. Pemeriksaan Hematokrit
Ht normal atau meningkat bila dengan dehidrasi d. Pemeriksaan
Leukosit Leukopenia atau juga leukositosis e. Hitung Jenis Leukosit
Pada hitung jenis bisa dijumpai relatif limfositosis. f.
Pemeriksaan Laju Endap Darah LED meningkat karena adanya infeksi 2.
Kimia Klinik Fungsi hati : SGOT, SGPT dan bilirubin total/direk
yang bisa meningkat bila dijumpai hepatomegali. CK (Creatinin
Kinase) yang meningkat karena adanya nyeri otot. 3. Serologis Chik:
Rapid Diagnostic Test (RDT) terhadap anti-IgM Chikungunya dapat
dilakukan sebagai penapisan (screening) untuk diagnosis
chikungunya. Pemilihan Rapid Diagnostik Test (RDT) juga harus
memenuhi persyaratan sensitifitas dan spesifisitas diatas 85%
dengan uji lokal. 4. Serologis Dengue : Anti Dengue IgM-IgG untuk
menyingkirkan DBD
Diagnosis bandingDiagnosa banding untuk chikungunya ada
beberapa, antara lain:1. Demam dengueVektor utama adalah nyamuk
Aedes aegepty. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 3-10 hari.
Bermanifestasi sebagai demam tinggi yang mendadak, sakit kepala
yang hebat, dan persendian yang sakit untuk digerakkan. Gejala lain
antara lain kelemahan yang sangat, anoreksia, konstipasi, dan kolik
abdomen. Demam ini biasa menyerang anak-anak di bawah usia 15
tahun. Pada kasus ini mungkin terjadi plasma leakage dan hemostasis
tak normal, tang bermanifes dengan peningkatan nilai hematokrit dan
terjadi trombositopenia.Telah dikemukakan bahwa sukar sekali untuk
membedakan DHF derajat I-II dari chikungunya hemoragic fever (CHF).
Berikut ini dikemukakan gejala klinis penderita DHF (135 kasus)
dibandingkan dengan CHF (32 kasus) yang dirawat Childrens Hospital
Bangkok selama tahun 1962-1964. Diagnosis banding penyakit
Chikungunya yang paling mendekati adalah Demam Dengue atau Demam
Berdarah Dengue Tabel 4. 1. Manifestasi Utama yang membedakan
Chikungunya dengan Dengue (WHO SEARO, 2009)
Serangan demam pada CHF lebih mendadak, masa demam lebih pendek,
tetapi suhu diatas 400C lebih sering ditemukan. Ruam makulopapuler,
injeksi conjunctiva (hiperemis pada mata yang dimulai dari tepi
hingga ke tengah) da rasa nyeri pada sendinlebih sering dijumpai
pada CHF. Presentase uji turniket positif, petekia yang tersebar
dan gejala epistaksis hampir sama, tetapi perdarahan
gastrointestinal dan renjatan (syok) hanya ditemukan pada penderita
DHF.Selain itu, juga terdapat perbedaan gejala konstitusional non
spesifik yang terlihat pada pasien DHF.KRITERIADBD (%)CHF (%)
Nyeri faring96,890,3
Muntah57,959,4
Konstipasi 53,540,0
Nyeri abdomen50,031,6
Sakit kepala44,668,4
Limfadenopati umum40,530,8
Nyeri conjunctiva32,855,6
Batuk21,523,3
Rhinitis 12,86,5
Ruam makulopapuler12,159,4
Mialgia/arthralgia12,040,0
Enantema8,311,1
Refleks abdominal6,70,0
Diare6,415,6
Limpa teraba6,33,1
Koma 3,00,0
2. Demam kuningIni adalah termasuk penyakit zoonosis yang
menyerang monyet dan vertebrata lainnya. Gambaran klinisnya mirip
dengan demam demgue namun lebih khas pengaruhnya pada hati dan
ginjal, sehingga angka kematian karena demam ini lebih tinggi
daripada karena demam chikungunya.
3. Demam karena virus laina. Demam SINDBISb. Demam Mayaroc.
Poliartritis epidemisd. Influensa
4. Demam erupsiPenyakit ini seperti campak dan campak
Jerman.
5. Demam West NillePenyakit ini disebabkan olehvirus dan
ditransmisikan oleh nyamuk Culex kepada burung-burung. Penyakit ini
diketahui pertama kali di Uganda tahun 1937. Infeksi pada manusia
biasanya asimptomatis. Manifestasinya mirip seperti manifestasi
demam dengue. Untuk panasnya seperti demam dengue dengan atau tanpa
ruam kulit.
6. Encephalitis JepangPertama terjadi jepang sebagai daerah
endemis tahun 1924. Penyakit ini diidentifikasikan dari nyamuk
Culex dan Mansonia. Onsetnya sangat cepat. Encephalomyelitis
berkembang dalam 2-4 hari. Mungkin terasa demam, sakit krpala,
koma, konvulsi, kekakuan leher, dll.7. Malaria8. Ricketsia9.
Leptospirosis10. Sepsis meningococcal11. Sepsis karena bakteri
lain12. Arbovirus endemik
TERAPI Chikungunya merupakan self limiting disease, sampai saat
ini penyakit ini belum ada obat ataupun vaksinnya, pengobatan hanya
bersifat simtomatis dan suportif. 1. Simtomatis Antipiretik :
Parasetamol atau asetaminofen (untuk meredakan demam) Analgetik :
Ibuprofen, naproxen dan obat Anti-inflamasi Non Steroid (AINS)
lainnya (untuk meredakan nyeri persendian/athralgia/arthritis)
Catatan: Aspirin (Asam Asetil Salisilat) tidak dianjurkan karena
adanya resiko perdarahan pada sejumlah penderita dan resiko
timbulnya Reyes syndrome pada anak-anak dibawah 12 tahun. 2.
Suportif Tirah baring (bedrest), batasi pergerakkan Minum banyak
untuk mengganti kehilangan cairan tubuh akibat muntah, keringat dan
lain-lain. Fisioterapi 3. Pencegahan penularan Penggunaan kelambu
selama masa viremia {sejak timbul gejala (onset of illness) sampai
7 hariParadigma Kesehatan Lingkungan Hubungan interaktif antara
manusia serta perilakunya dengan komponen lingkungan yang memiliki
potensi bahaya penyakit juga dikenal sebagai proses kejadian
penyakit. Proses kejadian satu penyakit dapat pula disebut sebagai
patogenesis penyakit. Tiap penyakit memiliki patogenesis
sendiri-sendiri. Dengan mempelajari patogenesis penyakit, kita
dapat menentukan pada titik mana atau di simpul mana kita bisa
melakukan pencegahan. Tanpa memahami patogenesis atau proses
kejadian penyakit, kita tidak dapat melakukan pencegahan (Achmadi,
2008). Dinamika perubahan-perubahan komponen lingkungan yang
memiliki potensi menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat
dapat digambarkan mulai dari sumber perubahan (munculnya komponen
dengan memiliki potensi bahaya tersebut), dinamika dan kinetika
komponen tersebut dalam lingkungan disekitar manusia (ambient),
interaksi manusia proses fisiologis dan patologis, hingga komponen
tersebut tidak lagi menimbulkan bahaya kesehatan masyarakat
(Achmadi, 2008). Adapun Teori Simpul dari timbulnya demam
Chikungunya tersebut sebagai berikut :
Dengan mengacu pada gambaran skematik tersebut di atas, maka
patogenesis dapat diuraikan ke dalam 4 simpul yakni :a. Simpul 1,
kita sebut sebagai sumber penyakit. Dan dalam hal ini sumber
penyakit yaitu orang yang menderita demam Chikungunya. b. Simpul 2,
yaitu komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit
yang dapat memindahkan agent penyakit. Dalam hal ini yang
memindahkan agentyaitu nyamuk A. Aegypti sebagai vektor penular.c.
Simpul 3, penduduk yang dalam darahnya terdapat virus Chik karena
telah tertular dari orang lain melalui vektor yaitu nyamuk.d.
Simpul 4, penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah
mengalami interaksi dengan komponen lingkungan tersebut yang telah
mengandung agentpenyakit (Achmadi, 2008).- Pemberantasan Nyamuk
Penular Demam ChikungunyaPemberantasan nyamuk demam Chikungunya
seperti penyakit menular lainnya, didasarkan atas pemutusan rantai
penularan. Beberapa cara untuk memutuskan rantai penularan penyakit
demam Chikungunya yaitu:a. Melenyapkan virus dengan cara mengobati
semua penderita dengan obat anti virus.b. Solusi penderita agar
tidak menjadi sumber penularan bagi orang lainc. Mencegah gigitan
nyamuk/vektor.d. Immunisasi terhadap orang sehat.e. Membasmi/
memberantas sarang nyamuk.Cara yang biasa dipakai adalah
memberantas sumber nyamuk, penyehatan lingkungan ataupun chemical
control. Penyehatan lingkungan merupakan cara terbaik Untuk
mencapai tujuan ini di perlukan usaha yang terus - menerus secara
berkesinambungan. Hasil yang diharapkan memang tidak tampak dengan
segera.a. Pemberantasan Nyamuk DewasaPemberantasan terhadap nyamuk
dewasa dilakukan dengan cara pengasapan (fogging) dengan
insektisida. Hal ini dilakukan mengingat kebiasaan nyamuk yang
hinggap di benda-benda tergantung karena itu tidak dilakukan
penyemprotan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk
penular penyakit demam Chikungunya (Depkes RI, 2002).Insektisida
yang digunakan adalah insektisida golongan organophospat misalnya
malathion dan feritrothion, pyrectic syntetic misalnya lamda
sihalotrin dan parmietrin, dan karbamat. Alat yang digunakan untuk
menyemprot ialah mesin fogatau mesin ultra low volume(ULV), karena
penyemprotan dilakukan dengan cara pengasapan, maka tidak mempunyai
efek residu (Suroso, 2003).Penyemprotan insektisida dilakukan
interval 1 minggu untuk membatasi penularan virus Chikungunya.
Penyemprotan siklus pertama semua nyamuk mengandung virus
Chikungunya (nyamuk inaktif) dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati.
Penyemprotan insektisida ini dalam waktu singkat dapat membatasi
penularan akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan
pemberantasan jentik agar populasi nyamuk dapat ditekan
serendah-rendahnya (Suroso, 2003).b. Pemberantasan Larva
(Jentik)Pemberantasan terhadap jentik A. Aegypti dikenal dengan
istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan tiga
cara yaitu kimia, biologi dan fisik1. Cara kimiaCara pemberantasan
jentik A. Aegypti secara kimia dengan menggunakan insektisida
pembasmi jentik (larva) atau dikenal dengan abatisasi. Larvasida
yang biasanya digunakan adalah temephos. Dosis yang digunakan
adalah 1 ppm atau 10 gram (lebih kurang atau satu sendok makan
rata) untuk tiap 100 liter air. Bentuk fisik temephos yang
digunakan ialah granula (sand granula). Abatisasi dengan temephos
ini mempunyai efek residu tiga bulan (Depkes RI, 2004 dan Soedarmo,
1988).2. Cara BiologiPemberantasan cara biologi dengan memanfaatkan
predator alami seperti memelihara ikan pemakan jentik misalnya ikan
kepala timah, ikan gufi, ikan nila merah dan ikan lega. Selain itu
dapat pula dengan golongan serangga yang dapat mengendalikan
pertumbuhan larva (Depkes RI, 2004).3. Cara FisikPemberantasan cara
fisik melalui kegiatan 3 M + 1 T yaitu mengubur atau memusnahkan
barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat terisinya air hujan,
menguras tempat penampungan air minimal 1 kali seminggu, menutup
tempat penampungan air, dan menelungkupkan barang barang yang dapat
menjadi tempat perindukan nyamuk A. aegypti (Depkes RI,
2004).Keberhasilan pemberantasan sarang nyamuk hanya dapat
diperoleh dengan peran serta masyarakat untuk melaksanakannya. Oleh
karena itu dilakukan usaha penyuluhan dan motivasi kepada
masyarakat secara kontinu dalam waktu lama, sebab keberadaan jentik
nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat (Depkes RI,
1992).2.8.1. Jenis Kegiatan Pemberantasan NyamukJenis kegiatan
pemberantasan nyamuk penular demam Chikungunya meliputi:1.
Penyemprotan massalDesa/kelurahan rawan dapat merupakan sumber
penyebarluasan penyakit ke wilayah lain. Kejadian luar biasa/wabah
demam Chikungunya sering kali dimulai dari peningkatan jumlah kasus
demam Chikungunya di wilayah lain. Biasanya di desa/kelurahan ini,
pada tahun-tahun berikutnya akan terjadi kasus demam Chikungunya.
Oleh karena itu penularan penyakit di wilayah ini deperlukan segera
dibatasi dengan penyemprotan insektisida dan diikuti PSN oleh
masyarakat untuk membasmi jentik-jentik penular demam Chikungunya.
Penyemprotan ini dilaksanakan sebelum musim penularan penyakit
demam Chikungunya di desa rawan agar sebelum terjadi puncak
penularan virus Chikungunya, populasi nyamuk penular dapat ditekan
serendah-rendahnya sehingga KLB dapat dicegah (Depkes RI, 2004).2.
Pemantauan Jentik Berkala (PJB)Pemantauan jentik berkala adalah
pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan
nyamuk A. aegypti untuk mengetahui adanya jentik nyamuk yang
dilakukan di rumah dan di tempat umum secara teratur
sekurang-kurangnya tiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi
jentik nyamuk penular penyakit demam Chikungunya.3. Pemberantasan
Sarang NyamukPencegahan yang dilaksanakan oleh masyarakat di rumah
dan di tempat tempat umum dengan melaksanakan PSN meliputi:a.
Menguras tempat penampungan air sekurang kurangnya seminggu sekali
atau menutupnya rapat-rapat.b. Mengubur barang bekas yang dapat
menampung air.c. Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi).d.
Memelihara ikan dan cara-cara lain untuk membasmi jentik (Soedarmo,
1988).Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya
Menurut teori Hendrik L. Blum, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat yaituketurunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan (SoekidjoNotoatmodjo, 2007 : 166).
GenetikMenurut Yuli Kusumawati (2003:16), genetik adalah
faktor-faktor yang diturunkan secara alamiah orang tua pada
anaknya. Keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk
perkembangan perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.
Selama ini belum pernah ada penelitian yang spesifik meneliti
tentang faktor penyakit chikungunya yang disebabkan oleh
keturunan.LingkunganDerajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa
faktor salah satunya adalah lingkungan. Lingkungan adalah himpunan
dari semua kondisi luar yang berpengaruh pada kehidupan dan
perkembangan pada suatu organisme, perilaku manusia, dan kelompok
masyarakat. Lingkungan memegang peranan yang sangat penting dalam
menyebabkan penyakit-penyakit menular. Lingkungan sangat
berpengaruh terhadap distribusi kasus chikungunya. Secara umum
lingkungan dibedakan menjadi 3, yaitu : lingkungan fisik,
lingkungan biologik, dan lingkungan sosial (Budioro, 2001 : 39).-
Lingkungan FisikLingkungan fisik adalah lingkungan sekeliling
manusia yang terdiri dari benda-benda yang tidak hidup (non living
things) dan kekuatan-kekuatan fisik lainnya. Dalam hal ini
lingkungan fisik dapat menjadi enviromental reservoir dan ikut
berperan menentukan pola populasi nyamuk (Budioro, 2001 : 40).1
Keadaan Tempat Penampungan Air (TPA)Nyamuk Aedes aegypti
berkembangbiak (perindukan) di tempat penampungan air untuk
keperluan sehari-hari dan barang-barang lain yang memungkinkan air
tergenang yang tidak beralaskan tanah, misalnya :a. Tempat
Penampungan Air (TPA) untuk kebutuhan sehari-hari, misalnya bak
mandi atau WC, tempayan, ember, drum, dan lain-lain.b. Bukan Tempat
Penampungan Air (non TPA), yaitu tempat atau barang-barang yang
memungkinkan air tergenang, seperti : tempat minum burung, vas
bunga atau pot tanaman air, kontainer bekas seperti : kaleng bekas
dan ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik, dan lain-lain yang
dibuang di sembarang tempat.c. Tempat penampungan alami, seperti :
lubang potongan bambu, lubang batang,lubang pohon, lubang batu,
pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon kulit
pisang (Depkes RI, 2007 : 10).2 Suhu UdaraVirus chikungunya hampir
sama dengan virus dengue yaitu hanya endemik di daerah tropis
dimana suhu memungkinkan untuk perkembangbiakan nyamuk. Suhu
optimum pertumbuhan nyamuk adalah 25C 27C (Suroso, 2003).3
Kelembaban UdaraAngka kelembaban di Indonesia bisa mencapai 85%.
Hal ini disebabkan Indonesia merupakan negara kepulauan yang
lautannya lebih luas daripada daratan, sehingga udara lebih banyak
mengandung air. Rata-rata kelembaban untuk pertumbuhan nyamuk
adalah 65-90% (Santoso. L, 1999).4 PencahayaanCahaya merupakan
faktor utama yang mempengaruhi nyamuk beristirahat pada suatu
tempat intensitas cahaya yang rendah dan kelembaban yang tinggi
merupakan kondisi yang baik bagi nyamuk intensitas cahaya merupakan
faktor terbesar yang mempengaruhi aktivitas terbang nyamuk.
Intensitas pencahayaan untuk kehidupan nyamuk adalah < 60 lux
(Budiyono, 2006).5 Curah HujanHujan berpengaruh terhadap kelembaban
nisbi. Kelembaban udara naik akan menambah genangan air sebagai
tempat perindukan nyamuk (Suroso, 2003).6 Kecepatan AnginKecepatan
angin secara tidak langsung berpengaruh pada kelembaban dan suhu
udara. Disamping itu angin berepengaruh terhadap penerbangan
nyamuk. Bila kecepatan angin 11-10 meter atau 25-31 mil/jam akan
menghambat penerbangan nyamuk (Suroso, 2003).7 Ketinggian
TempatNyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dapat hidup pada
daerah dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan air laut
(Suroso, 2003).
- Lingkungan BiologikLingkungan biologik yang mempengaruhi
kepadatan nyamuk adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman
pekarangan, yang mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan dalam
rumah dan halaman. Bila banyak tanaman hias dan tanaman pekarangan,
maka menambah tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap
berisitirahat dan menambah umur nyamuk (Cut Irsanya Nilam Sari,2005
: 10).- Lingkungan SosialLingkungan sosial adalah lingkungan yang
mencakup hubungan yang kompleks antara faktor-faktor dan
kondisi-kondisi budaya, sistem nilai, adat istiadat, kepercayaan,
agama, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya (Budioro,2001 :
41).PerilakuMenurut Skinner (1938) yang dikutip oleh Soekidjo
Notoatmodjo (2005 :132), perilaku merupakan hasil hubungan antara
perangsang (stimulus) dan tantangan dan respons. Ada beberapa
faktor perilaku yang berhubungan dengan kejadian chikungunya adalah
sebagai berikut :- Kebiasaan Menguras Tempat Penampungan Air
(TPA)Menguras bak mandi atau tempat penampungan air
sekurang-kurangnya seminggu sekali. Kebiasaan menguras seminggu
sekali baik dilakukan untuk mencegah tempat perindukan nyamuk Aedes
aegypti (Depkes RI, 2005).- Kebiasaan Menutup Tempat Penampungan
Air (TPA)Kebiasaan menutup tempat penampungan air berkaitan dengan
peluang nyamuk Aedes aegytpi untuk hinggap dan menempatkan
telur-telurnya. Pada TPA yang selalu ditutup rapat, peluang nyamuk
untuk bertelur menjadi sangat kecil sehingga mempengaruhi
keberadaannya di TPA tersebut (Depkes RI, 2005).- Kebiasaan
Mengubur Barang BekasTempat perkembangbiakan nyamuk selain di
tempat penampungan air juga pada barang bekas yang memungkinkan air
hujan tergenang yang tidak beralaskan tanah, seperti kaleng bekas,
ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik, dan lain-lain yang
dibuang sembarangan tempat (Depkes RI, 2007 : 10).- Kebiasaan
Menggantung PakaianSurvei dilakukan dengan menanyakan tentang
kebiasaan menggantung pakaian kepada responden serta mengamati
pakaian yang menggantung pada dinding (ruangan) yang merupakan
tempat yang disenangi nyamuk Aedes aegypti untuk berisitrahat, dan
pada saatnya akan menghisap darah manusia kembali sampai nyamuk
tersebut cukup darah untuk pematangan sel telurnya (Dinkes Kota
Tegal, 2004 : 15).-Kebiasaan Tidur SiangKebiasaan orang tidur pada
siang hari akan mempermudah penyebaran penyakit chikungunya, karena
nyamuk betina mencari umpannya pada siang hari. Aktivitas menggigit
nyamuk biasanya mulai pagi sampai sore hari, dengan dua puncak
aktivitas antara pukul 08.00-10.00 dan 15.00-17.00 (Dinkes, 2004 :
16).Pelayanan KesehatanSecara umum pelayanan kesehatan masyarakat
merupakan sub pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
pelayanan preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan),
dan pelayanan kuratif (pengobatan) untuk meningkatkan derajat
kesehatan dengan sasaran masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2007 :
101).Ada 3 bentuk pelayanan kesehatan, yaitu :- Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama (Primary Health Care)Pelayanan kesehatan jenis ini
diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang
sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat
pelayanan kesehatan dasar (basic health services), atau juga
merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health
care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas,
puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan balkesmas.-Pelayanan
Kesehatan Tingkat Kedua (Secondery Health Care)Pelayanan kesehatan
jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan
perawatan menginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah
sakit tipe C dan D, dan memerlukan tenaga spesialis.- Pelayanan
Kesehatan Tingkat Ketiga (Tertiery Health Care)Pelayanan kesehatan
ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah
tidak dapat ditangani pelayanan kesehatan tingkat kedua. Pelayanan
sudah komplek dan memerlukan tenaga super spesialis, misalnya rumah
sakit tipe A dan B.
KERANGKA TEORI MENURUT TEORI HENDRIK BLOOMLINGKUNGAN 1.
Lingkungan Fisik Keadaan TPA yang kurang baik Suhu udara 25 C - 27
C Kelembaban udara 65-90 % Pencahayaan yang kurang Curah hujan yang
tinggi Kecepatan angin Ketinggain tempat 1.000 meter di atas
permukaan air laut2. Lingkunag biologi Keberadaan tanaman di
sekitar rumah(eceng gondok di danau)3. Lingkungan sosial ( adat
istiadat, kebudayaan, dsb)
Kepadatan nyamuk
Vektor chikunginya
Tusukan nyamukPERILAKU1. Kebiasaan menguras TPA yang jarang
dilakukan2. kurangnya kebiasaan menutup TPA3. Tidak dilakukanya
penguburan barang barang bekas4. Kebiasaan membuang sampah
sembarangan5. kebiasaan menggantung pakaian6. Kebiasaan tidur
siang
Kejadian Penyakit Chikungunya
PELAYANAN KESEHATAN1. Kurangnya penyuluhan tentang penyakit
chikungunya2. Kurangnya pelaksanaan program fogging3. Kurangnya
pengobatan saat terjadinya kejadian penyakit4. Akses pelayanan
kesehatan yang tidak terjangkau
GENETIKSelama ini belum pernah ada penelitian yang spesifik
meneliti tentang faktor penyakit chikungunya yang disebabkan oleh
keturunan.
KERANGKA KONSEPLINGKUNGAN 1. Lingkungan Fisik Keadaan TPA yang
kurang baik Pencahayaan yang kurang Curah hujan yang tinggi2.
Lingkungan biologi Keberadaan tanaman di sekitar rumah(eceng gondok
di danau)
PERILAKU1. Kebiasaan menguras TPA yang jarang dilakukan2.
kurangnya kebiasaan menutup TPA3. Tidak dilakukanya penguburan
barang barang bekas4. Kebiasaan membuang sampah sembarangan5.
kebiasaan menggantung pakaian6. Kebiasaan tidur siang
KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA
PELAYANAN KESEHATAN1. Kurangnya penyuluhan tentang penyakit
chikungunya2. Kurangnya pelaksanaan program fogging3. Kurangnya
pengobatan saat terjadinya kejadian penyakit4. Akses pelayanan
kesehatan yang tidak terjangkau
DAFTAR PUSTAKA Anies, 2006, Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi
Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular, Jakarta : PT Elex
Media Komputindo. Anies, 2005, Mewaspadai Penyakit Lingkungan,
Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Balitbangkes Depkes RI, 2005,
Kecenderungan Kejadian Luar Biasa Chikungunya di Indonesia Tahun
2001-2003, Cermin Dunia Kedokteran,Volume, No 148, hlm 37-39.
Depkes RI, 2003, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam
Dengue dan Demam Berdarah Dengue, Jakarta : Depkes RI. Depkes RI,
2007, Profil Kesehatan Indonesia 2006, Jakarta : Depkes RI. Djoni
Djunaedi, 2006, Demam Berdarah, Malang : UMM Press. Eko Budiarto,
2002, Biostatika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta
: EGC Fatmi Yumantini Oktisari, 2006, Faktor Sosiodemografi dan
Lingkungan yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya
di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok, Makara Kesehatan,
Volume 12, No1, Juni 2008, hlm 20-26. Kusumawathie, 2005, Larval
Infestation of Aedes aegypti and Aedes albopictus in Six Types of
Institutions in a Dengue Transmission Area in Kandy Srilanka,
Dengue Bulletin, Volume 29, hlm 165-168.
LAMPIRANDAFTAR PERTANYAAN UNTUK SAMPEL PENYAKIT CHIKUNGUNYA1.Apa
yang bapak/i diketahui tentang chikungunya ?2. Apakah bapak/i
pernah terkena penyakit chikungunya ?3. Berapa lama terkena
penyakit chikungunya ?4. kapan bapak/i mengalaminya?5. bagaimana
cara bapak/i mengobatinya ?6. siapa saja di keluarga bapak/i yang
terkena ?7. apa saja gejala awal yang bapak rasakan ?8. apakah ada
genangan air di sekitar rumah bapak /i?9. apakah pernah dilakukan
fogging di daerah rumah ?10. apakah bapak/i mengetahui 3M?11.
apakah bapak/i rutin dalam melaksanakan 3M?12. apakah ada
penyuluhan tentang penyakit chikungunya oleh pelayanan
kesehatan?13. kapan penyuluhan dilakukan?14. apakah di setiap
tempat rumah terdapat tempat sampah?15. apakah bapak/i sering tidur
siang?16. bagaimana sumber air bersih di rumah bapak/i?17.
bagaimana tanggapan bapak/i tentang danau yang berada di sekitar
rumah?18. apakah bapak/i sering menggantung pakaian ?19. apakah
bapak/i selalu membuang sampah pada tempatnya?20. apakah bapak/i
Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi) ?
KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI DESA PEDONGKELAN RT 07/015 KEL.
KAYUPUTIH KEC. PULO GADUNG PADA FEBRUARI 2013
KEDOKTERAN KOMUNITAS
KELOMPOK B-2
Ketua: Teguh Jaya Sakti(1102009282)Sekretaris: Regina
Septiani(1102010234)Anggota: Muhammad Ridwan(1102009189) Milka
Anisya N(1102010166) Nabil Hariz(1102010196) Putri
Ilhami(1102010224) Ratu Nur Annisa S(1102010233) Renny Dwi
Sandhitia S (1102010235) Shinta Mariana(1102010268) Talitha Bea
Amanda(1102010276)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2013 - 201429 | Page