Top Banner
PADAG PENGGEMBALAAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 . Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki di Indonesia sangatlah belimpah. Mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah yang berbeda kandungannya serta lahan yang luas, memberikan tanaman bisa tumbuh di berbagai tempat dan kondisi yang berbeda-beda pula. Tetapi dengan kondisi yang sekarang ini, lahan di Indonesia sebagian besar tidak diolah dengan baik sehingga kebutuhan konsumsi pakan untuk ternak di Indonesia sangatlah minim dan bahkan lebih memilih mengimpor pakan untuk ternak. Termasuk di dalamnya lahan sebagai padang penggembalaan yang tidak terawat dengan baik. Kerusakaan padang penggembalaan biasanya disebabkan karena kurangnya perawatan hingga tumbuh gulma pada rumput tempat penggembalaan. Selain itu unsur hara yang terkandung bisa saja menurun karena kurang responsive. Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak (Yunus, 1997). 1.2. Rumusan Masalah a. Apa yang dilakukan peternak dalam memilih padang penggembalaan? b. Bagaimana cara mengoptimalkan padang penggembalaan dan hasilnya? c. Mengapa memilih tanah jenis VI sebagai tempat padang penggembalaan? 1.3. Tujuan dan Manfaat a. Memilih dan memanfaatkan tanah jenis VI sebagai padang penggembalaan. b. Mengetahui bagaimana teknik mengolah manajemen padang penggembalaan dengan baik. c. Mengoptimalkan lahan dan hasil dari padang penggembalaan. BAB II PEMBAHASAN
35

KUMPULAN MAKALAH PADAG PENGGEMBALAAN

Sep 13, 2015

Download

Documents

Mawardi A Asja

KUMPULAN MAKALAH PADAG PENGGEMBALAAN YANG DIKOPAS PADA BLOG-BLOG YANG RELEVAN
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PADAG PENGGEMBALAANBAB IPENDAHULUAN1.1 . Latar BelakangPotensi kekayaan alam yang dimiliki di Indonesia sangatlah belimpah. Mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah yang berbeda kandungannya serta lahan yang luas, memberikan tanaman bisa tumbuh di berbagai tempat dan kondisi yang berbeda-beda pula. Tetapi dengan kondisi yang sekarang ini, lahan di Indonesia sebagian besar tidak diolah dengan baik sehingga kebutuhan konsumsi pakan untuk ternak di Indonesia sangatlah minim dan bahkan lebih memilih mengimpor pakan untuk ternak. Termasuk di dalamnya lahan sebagai padang penggembalaan yang tidak terawat dengan baik. Kerusakaan padang penggembalaan biasanya disebabkan karena kurangnya perawatan hingga tumbuh gulma pada rumput tempat penggembalaan. Selain itu unsur hara yang terkandung bisa saja menurun karena kurang responsive. Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak (Yunus, 1997).

1.2. Rumusan Masalaha. Apa yang dilakukan peternak dalam memilih padang penggembalaan?b. Bagaimana cara mengoptimalkan padang penggembalaan dan hasilnya?c. Mengapa memilih tanah jenis VI sebagai tempat padang penggembalaan?1.3. Tujuan dan Manfaata. Memilih dan memanfaatkan tanah jenis VI sebagai padang penggembalaan.b. Mengetahui bagaimana teknik mengolah manajemen padang penggembalaan dengan baik.c. Mengoptimalkan lahan dan hasil dari padang penggembalaan.BAB IIPEMBAHASAN2.1. DefinisiMenurut Reksohadiprodjo (1994) padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak (Yunus, 1997). Sistem penggembalaan adalah pemeliharaan ternak sapi yang dilaksanakan dengan cara ternak digembalakan di suatu padang penggembalaan yang luas, terdiri dari padang penggembalaan rumput dan leguminosa (Tandi, 2010). Hadi et al (2002) menyebutkan sistem padang penggembalaan merupakan kombinasi antara pelepasan ternak di padang penggembalaan bebas dengan pemberian pakan. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atau leguminosa. Tetapi suatu padang rumputnya yang baik dan ekonomis adalah yang terdiri dari campuran rumput dan leguminosa.2.2. Macam-macam padang penggembalaanBerdasarkan vegetasinya padang penggembalaan digolongkan dalam beberapa macam diantaranya :

2.2.1. Padang Penggembalaan AlamPadang penggembalaan yang terdiri dari tanaman yang berupa rumput Perennial, produktivitas rendah, floranya relative belum tersentuh oleh manusia (McLlroy, 1976). Menurut Reksohadiprojo (1994) padang penggembalaan alam tidak ada pohon, belum terjadi campur tanagan manusia, manusia hanaya mengawasi ternak yang digembalakan, sedit masih terdapat gulma, daya tampung rendah.2.2.2. Padang Penggembalaan BuatanPadangan yang vegetasinya sudah dipilih/ditentukan dari varietas tanaman yang unggul. Menurut Reksohadiprodjo (1994) Padang penggembalaan adalah tanaman makanan ternak dalam pandangan telah ditanam, disebar, dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanen atau diseling dengan tanaman pertanian.2.2.3. Padang Penggembalaan yang Telah DiperbaikiSpesies-spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi) (Reksohadiprodjo, 1994)2.2.4. Padang penggembalaan dengan irigasiPadang penggembalaan ini biasanya terdapat di daerah sepanjang aliran sungai atau dekat dengan sumber air. Penggembalaan ternak dijalankan setelah padang penggembalaan menerima pengairan selama 2-4 hari (Reksohadiprodjo, 1994).

2.3. Faktor yang mempengaruhi padang penggembalaan2.3.1 AirAir yang terbatas mempengaruhi fotosintesis dan perluasan daun pada tanaman karena tekanan air mempengaruhi pembukaan pada stomata perluasan sel (Setyati, 1991). Air berfungsi untuk fotosintesis, penguapan, pelarut zat hara dari atas ke daun. Jika ketersediaan air terpenuhi maka seluruh proses metabolisme tubuh tanaman berlangsung, berakibat produksitanaman tinggi.2.3.2. Intensitas SinarIntensitas sinar di bawah pohon atau tanaman pertanian tergantung pada bermacam-macam tanaman, umur, dan jarak tanam, selain waktu penyinaran. Keadaan musim dan cuaca juga berpengaruh terhadap intensitas sinar yang jatuh pada tanaman selain yang ada di bawah tanman utama (Susetyo et.al, 1981).2.3.3 SpesiesKemampuan suatu tanaman untuk beradaptasi dengan lingkungan dan faktor genetik berpengaruh pada produktivitas tanaman tersebut. Tanaman satu dengan tanaman lain mempunyai tingkat adaptasi dan genetik yang berbeda-beda.2.3.4 TemperaturTanaman memerlukan temperatur yang optimum untuk melakukan aktivitas fotosintesis. Temperatur tanah berpengaruh terhadap proses biokimia dimana terjadi pelepasan nutrien tanaman dan berpengaruh juga pada absorbsi air dan nutrien.2.3.5 Curah hujanCurah hujan bverpengaruh pada produksi bahan kering yang dihasilkan oleh hijauan pakan. Semakin tinggi curahn hujan maka produksi bahan keringnya akan semakin rendah.`2.3.6 TanahTanah berufngsi sebagai mendukung pertumbuhan tanaman sebagai sumber hara dan mineral, kesuburan tanah juga ditentukan oleh kelarutan zat hara, PH, kapasitas pertukaran kalori, tekstur tanah dan jumlah zat organiknya. Menurut Kartasapoetra et.al (2005) Tanah dibagi beberapa jenis sebagai berikut :a. Kelas IHampir tidak ada faktor pembatasnya, hanya memrlukan sedikit perhatian untuk memperbaik tanah jenis ini. Namun, jika tidak adanya perawatan maka tanah ini akan turun menjadi kelas 2. Tanah ini cocok ditanami berbagai jenis tumbuhan, sehingga tanah jenis kelas 1 banyak diincar.b. Kelas 2Ciri-ciri tanah kelas 2 : kedalaman permukaan sekitar 36 inchi, kemiringan lereng sekitar 5%, gejala erosi masih ringan, lapisan tanah permukaan bersifat lempung dan berpasir, kesuburan tanah sedang.c. Kelas 3Mempunyai cirri bahwa tanah ini mampunyai kesuburan yang kurang baik, tanah berpasir ringan (light sandy soil), tingkat kemiringan 15%, lapisan tanah (top soil) tipis.d. Kelas 4Cirri dari tanah ini adalah belereng terjal, usahakan tanah ini ditumbuhi tanaman berumput, membuat parit, tanah ini tidak cocok untuk usaha pertanian.e. Kelas 5Tanah jenis ini adalah tanah yang hamper datar, tidak memiliki gejala erosi. Untuk memeperbaikinya sebaiknya ditanami tanaman yang berumur 1-2 tahun.f. Kelas 6Tanah jenis ini bagus untuk ditanami pohon dan buah-buaha, asalkan tanaman penutupnya dirawat dengan baik. Banyak digunakan untuk padang penggembalaan.g. Kelas 7Tanah jenis ini biasanya berada pada lereng yang berkisar memiliki kemiringan 45%-50%. Tanah jenis ini tidak cocok ditanamai untuk pertanian, kecuali untuk padang penggembalaan.h. Kelas 8Tanah jenis ini sebaiknya dijadikan hutan lindung, karena unsure haranya sangat sedikit dan memiliki faktor pembatas yang banyak.Sedangkan menurut Susetyo et al. (1981) faktor yang mempengaruhi produktivitas padang penggembalaan adalah air, intensitas sinar, adanya kompetisi hara, kekompakan tanah, absorbsi zat-zat makanan, sumber hama, kesuburan pada tanaman utama, kelangkaan bibit dan inokulasi.2.4. Pengoptimalan Padang Penggembalaan2.4.1 Perbaikan LahanSyarat padang penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah dikembangbiakkan. Pastura yang baik nilai cernanya adalah pastura yang tinggi canopinya yaitu 25 30 cm setelah dipotong (Utomo, 1983). Biota tanah sangat sensitif terhadap gangguan oleh adanya aktivitas manusia, sebagai contoh adanya sistem pertanian yang intensif, karena intensifikasi pertanian menyebabkan berubahnya beberapa proses dalam tanah. Kegiatan pertanian yang dimaksud antara lain adalah penyiangan, pemupukan, pengapuran, pengairan dan penyemprotan herbisida dan insektisida. Tujuan dari hal tersebut itu sendiri adalah untuk mempersiapkan kualitas padang penggembalaan yang unggul (Noordwijk et.al, 2006). Tanah jenis VI biasanya tidak terpakai dan mempunyai unsure hara yang rendah. Rumput-rumput yang tumbuh adalah rumput perenial yang dapat tumbuh sepanjang tahun. Sebagian tumbuh tegak dan sebagian lagi merambat dengan produktivitas yang relatif rendah. Dalam hal ini tanah yang diapakai adalah tanah kelas VI yang kurang diminati sebagai lahan pertanian. Sehingga bisa dilakukan sebagi padang penggembalaan. Namun, tanah jenis ini mempunyai tingkat kseuburan tanah yang rendah. Kesuburan tanah alami sangat bergantung pada komposisi mineral bahan induk tanah atau cadangan hara tanah. Semakin tinggi cadangan hara tanah, semakin tinggi pula tingkat kesuburan tanahnya (Suharta, 2010). Karena tanah jenis VI memiliki nutrisi atau unsure hara yang rendah maka perlu dilakukan adanya perbaikan. Diantaranya yaitu dengan Pembersihan lahan dan pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang maupun kompos akan sangat bermanfaat bagi kondisi fisik tanah tersebut, karena akan memperbaiki struktur tanah. Disamping itu dapat pula diberikan pupuk anorganik seperti KCl, Sp-36 dan urea, disesuaikan dengan jenis tanah setempat (Hardiatmi, 2008). Bisa juga dipupuk menggunakan pupuk organik yang terbuat dari kotoran sapi yang dihasilkan saat digembalakan.2.4.2. TatalaksanaTeknis pengembangan usaha sapi potong memakai sistem padang penggembalaan :a. Jenis padang penggembalaan adalah padang rumput buatan atau temporer dimana hijauan makanan ternak telah disebar atau ditanam.b. Sistem pertanaman. Sistem pertanaman campuran antara rumput dan leguminosa, keuntungannya dibandingkan sistem pertanaman murni, yaitu leguminosa ditanam bersama rumput-rumput untuk keuntungan rumput-rumput tersebut, karena leguminosa lebih kaya akan kandungan nitrogen dan kalsium (kapur) dibandingkan dengan rumput-rumput, dan menaikkan gizi pada penggembalaan.c. Tata laksana padang penggembalaan. Penggembalaan bergilir, dimana padang penggembalaan dibagi dalam beberapa petakan, tujuan cara penggembalaan bergilir adalah untuk menggunakan padang penggembalaan pada waktu hijauan masih muda dan bernilai gizi tinggi serta memberikan waktu yang cukup untuk tumbuh kembali. Jenis rumput yang akan berada pada padang penggembalaan yaitu yang tahan diinjak-injak dan dan leguminosa herba Centrosema. Tata laksana pemeliharaan ternak sapi adalah sistem semi intensif, dimana dilakukan pada pagi hari (jam 10.00 16.00) ternak digiring ke padang penggembalaan dengan sistem penggembalaan bergilir. Pada sore hari ternak digiring kembali ke kandang dan diberi pakan hijauan rumput potong (rumput gajah). Kegiatan pembersihan kandang dilakukan pada pagi hari, kotoran ternak ditampung pada lubang yang telah disediakan sebagai tempat penampungan kotoran. Usaha pengembangnan sapi potong ini dapat diintegrasikan dengan usaha pemanfaatan kotoran sapi menjadi pupuk organic (Rusmadi, 2007). Pemanfaatan pupuk yang berasal dari kotoran sapi juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.Sistem penggembalaan adalah pemeliharaan ternak sapi potong yang dilaksanakan dengan cara ternak digembalakan di suatu padang penggembalaan yang luas, terdiri dari padang penggembalaan rumput dan leguminose. Keuntungannya yaitu: 1. hemat biaya dan tenaga, 2. Mengurangi penggunaan feed supplement protein, 3. menyebarkan pupuk, 4. tidak memerlukan kandang khusus, dan kekurangannya adalah a. Memerlukan waktu yang lama, b. harus memiliki lahan yang cukup luas, c. pada saat kemarau kekurangan pakan baik dari kuantitas dan kualitasnya, d. Memerlukan tempat berteduh dan sumber air, e. banyak mengeluarkan energi karena jalan, f. produktivitas ternak kurang maksimal dengan lama penggemukan 8-10 bulan (Sugeng, 2003).2.4.3. Penentuan Kapasitas TampungDaya tampung atau kapasitas tampung (carrying capacity) adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1994). Menurut Parakkasi (1999) konsumsi bahan kering satu ekor sapi per hari sbesar 3% dari bobot badan. Satu satuan ternak (ST) setara dengan satu ekor sapi seberat 455 kg (Santosa, 1995). Semakin besar tingkat produksi hijauan per satuan luas lahan, maka akan semakin tinggi pula kemampuannya untuk menampung sejumlah ternak. Pada padang penggembalaan yang baik biasanya mampu menampung sebanyak 2,5 ekor ternak/ha/th. Hal ini sesuai dengan pendapat Susetyo (1980) yang menyatakan beberapa padang penggembalaan yang baik mempunyai kapasitas tampung 0,4 hektar untuk 1 ST atau satuan hektar lahan dapat menampung 2,5 ST/th.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kapasitas tampung menurut Subagio dan Kusmartono (1988) yaitu :1. Penaksiran Kuantitas Produksi HijauanUmumnya dilakukan dengan metode cuplikan dengan memakai frame berukuran 1 x 0,5 m dengan bentuk persegi panjang. Pengambilan sampel dilapangan dilakukan secara acak. Hijauan yang terdapat di areal frame dipotong lebih kurang 5 10 cm diatas permukaan tanah dan ditimbang beratnya.2. Penentuan Proper Use FactorKonsep Proper Use Factor (PUF) besarnya tergantung pada jenis ternak yang digembalakan, spesies hijauan di padangan, tipe iklim setempat serta kondisi tanah padangannya. Dari hasil perhitungan yang dilakukan proper use factor lahan penggembalaan Universitas Tadulako didapatkan hasil 418,1 kg.3. Menaksir Kebutuhan Luas Tanah per bulanPenaksiran ini didasarkan pada kemampuan ternak mengkonsumsi hijauan, kenutuhan satu ekor dalam satu bulan memerlukan lahan lahan seluas 0,6458 ha/ekor artinya dengan luasan lahan yang telah diukur lahan mampu mencukupi konsumsi hijauan selama satu bulan.4. Menaksir Kebutuhan Luas Tanah per tahunSuatu padangan memerlukan masa agar hijauan yang telah dikonsumsi ternak tumbuh kembali dan siap untuk digembalai lagi, masa ini disebut masa istirahat, dengan periode merumput selama 30 hari dan masa istrahat lahan selama 70 hari maka kebutuhan lahan satu ekor ternak selama satu tahun sekitar 2,15 ha/ekor.

BAB IIIKESIMPULAN

Jenis tanah VI juga bisa dijadikan padang penggembalaan, meskipun bukan untuk lahan pertanian. Perlu adanya pengolahan lahan untuk menambah kesuburan tanah. Produktivitas padang penggembalaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya iklim, kesuburan tanah, pengelolaan dan tekanan penggembalaan. Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas hijauan pakan padang penggembalaan agar dapat memenuhi kebutuhan ternak. Luas padang penggembalaan harus disesuaikan dengan jumlah ternak yang digembalakan agar didapatkan hasil yang maksimal. Selain itu jenis tanaman yang akan ditanam di padang penggembalaan juga perlu diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKAHadi, P.U. et al., 2002. Improving Indonesias Beef Industry. ACIAR Monograph SeriesHardiatmi, J.M. 2008. Pemanfaatan Jasad Renik Mikoriza untuk Memacu Pertumbuhan Tanaman Hutan. Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 7, No 1, 2008 (1-10).Kartasapoetra. A.G dan Mul, M.S. 2005. Teknologi konservasi Tanah dan Air. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.Mc Llroy, R.J. 1976. Pengantar Budidaya Padang rumput Tropika. Pradnya Paramita, Jakarta.Noordwijk, M.V., dan Kurniatun, Hairiah. 2006. Intensifikasi Pertanian, Biodiversitas Tanah dan Fungsi Agro-Ekosistem. Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian, Jurusan Tanah, Malang. Jurnal ISSN : 0126 0537.Reksohadiprojo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BFFE, Yogyakarta.Rusmadi. 2007. Prospek Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Penajam Paser Utara. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda.Santosa, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.Setyati, S .H.M. 1991 . Peangantar Agronomi, Cetakan ke 10 . Gramedia, Jakarta.Subagyo I, Kusmartono 1988. Ilmu Kultur Padangan. Malang: Nuffic, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.Sugeng, 2003. Sapi Potong Pemelihara-an, Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis dan Analisa Penggemukan. Penebar Swadaya, Jakarta.Suharta, Nata. 2010. Karakteristik dan Permasalahan Tanah Marginal dari Batuan Sedimen Masam di Kalimantan. Jurnal Litbang Pertanian, 29(4), 2010.Susetyo, I. Kismono dan B. Suwardi. 1981. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.Tandi, Ismail. 2010. Analisis Ekonomi Pemeliharaan Ternak Sapi Bali dengan Sistem Penggembalaan di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa. Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No. 1ISSN 2089-0036.Utomo, R., S. Reksohadiprodjo, B.P. Widyobroto, Z. Bachrudin dan B. Suhartanto 1999. Sinkronisasi Degradasi Energi dan Protein dalam Rumen pada Ransum Basal Jerami padi untuk Meningkatkan Efisiensi Kecernaan Nutrien Sapi Potong. Laporan Penelitian Komprehensif HB V. Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

KAPASITAS TAMPUNG TERNAK (UT)

BAB 1PENDAHULUAN

A.Monografi Desa

Dusun kandis Kelurahan Muara Putih kecamatan Natar Lampung Selatan memiliki potensi hijauan yang baik mengingat bahwa banyak lahan pertanian yang tumbuh subur serta potensi hijauan yang tersedia dapat berasal dari bawah lahan kebun karet, persawahan maupun lahan lapang yang tersedia. Luas kebun karet yang ada dapat juga dimanfaatkan sebagai lahan pengembalaan karena masih dapat produktif untuk memproduksi hijauan makanan ternak.Bagi daerah yang memiliki sosial budaya memelihara ternak secara ekstensif, keberadaan padag penggembalaan sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pemanfaatan terhadap padang penggembalaan yang ada dengan menentukan kapasitas tampung, sehingga lahan yang memproduksi hijauan makanan ternak dapat dimanfaatkan dengan optimal.Kapasitas tampung merupakan analisis kemampuan areal padang penggembalaan atau kebun rumput untuk dapat menampung sejumlah ternak, sehingga kebutuhan hijauan rumput dalam 1 tahun bagi makanan ternak tersedia dengan cukup.Kapasitas tampung padang penggembalaan atau kebun rumput, erat berhubungan dengan jenis ternak, produksi hijauan rumput, musim, dan luas padang penggembalaan atau kebun rumput. Oleh karena itu, kapasitas tampung bisa bermacam-macam dan tergantung pada pengukuran produksi hijauan rumput. Pada musim basah, hijauan rumput akan tinggi produksinya daripada musim kering. Haldemikian juga berarti bahwa pada musim basah bisa tersedia lebih banyak produksi hijauan rumput untuk sejumlah ternak, namun pada musim kering jumlah ternak akan terbatas jumlahnya sesuai dengan tersedianya hijauan rumput.1.2 Tujuan PraktikumAdapun tujuan dari praktikum ini antaralain;1.mahasiswa dapat mengetahui kapasitas tampung dari luas lahan yang dikelola;2.mahasiswa dapat mengetahui potensi lahan pertanian sebagai penyedia hijauan makanan ternak

BAB IITINJAUAN PUSTAKADaya tampung atau kapasitas tampung (carrying capacity) adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1994).Selanjutnya dikatakan oleh Moore, (1964) yang disitasi oleh Reksohadiprodjo, (1985) bahwa padang penggembalaan alam terdiri dari tanaman dominan yang ditumbuhi rumput perenial, sedikit atau tak ada sama sekali belukar (gulma) atauweed, tidak ada pohon. Sering dikatakan bahwa padang penggembalaan permanen karena tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya.Pada sistem penggembalaan bebas, ternak dilepas untuk mencari makan di padang rumput alam yang kurang terkontrol sehingga dapat menyebabkan terjadinyaunder grazing(kelebihan rumput yang tersedia) maupunover grazing(penggembalaan yang berlebihan).Overgrazingberakibat pada musnahnya spesies-spesies rumput alam yang disenangi ternak (palatable) dan bernilai nutrisi baik yang kemudian digantikan dengan jenis rumput yang berkualitas kurang baik dan berumur pendek.MenurutM. Agus(2012) kebutuhan berat kering pakan ternak adalah sebesar 3 %dari bobot tubuhnya, sehingga rata-rata ternak sapi membutuhkan 9-12 kg berat kering tiap harinya.Menurut Saulan Sinaga (2009),Daya tampung padang pengembalaan tergantung kepadakemiringan lahan, jarak dengan sumber air, kecepatan pertumbuhan/produksi tanaman pakan, kerusakan lahan, ketersediaan hijauan yang dapat dikonsumsi, nilai nutrisi pakan, variasi musim, keadaan ekologi padangpenggembalaan. Pengelolaan padang pengembaladiperlukan untuk mencapai : Keseragaman penggunaan rumput oleh ternak dan tingkat pertumbuhan hijauan yang optimal. Cara yang digunakan untuk menghitung daya tampung terdiri dari 2 cara yakni :1.Cut and Carry: dipotong langsung dari kebun/ padang diberikan kepada ternak di kandang2.Carrying Capacity: Daya tampung padang penggembalaan (ha/UT) untuk mencukupi kebutuhan pakan hijauanPengukuran kapasitas tampung padang penggembalaan digunakan petunjuk Hall (1964) yang dikutip Susetyo (1980) dalam Koddang dkk (1994), yaitu sebagai berikut :-Kuadran dijatuhkan secara acak dipadang penggembalaan-Hijauan di dalam kuadrant dipotong sedekat mungkin dari permukaan tanah-Hijauan hasil pemotongan dimasukkan ke dalam plastik untuk ditimbang-Cuplikan ke dua diukur ke arah kanan dan kiri sejauh 5 langkah sampai 10 langkah-Cuplikan pertama dan kedua disebut satu clusterPengambilan cluster selanjutnya diukur dengan jarak 100 125 meter tergak lurus dengan cluster pertama dan disesuaikan dengan luas padang penggembalaan yang tersedia.

BAB IIIMETODE KERJA

A.Waktu dan TempatAdapun waktu dan tempat yang dilakukan adalah :Hari/Tanggal: Rabu, 10 April 2013Waktu: Pukul 10.00-14.00 WIBTempat: Dusun Kandis, Kelurahan Muara Putih, Kecamatan Natar, LampungSelatanB.Alat dan BahanAdapun alat yang digunakan dalam kunjungan ini adalah :1.Timbangan merk Five Goats kapsitas 15 kg2.Alat tulis3.Karung4.Sabit5.Tali Rafia6.Kayu7.Kamera

Adapun bahan yang digunakan dalam kunjungan ini yaitu :1.Lahan Kebun Karet2.Rumput dan Legum3.Jumlah Ternak

C.Cara KerjaAdapun cara kerja yang dilakukan pada perhitungan kapasitas tampung adalah :1.Menentukan lokasi pengambilan sampel2.Pemilihan varietas rumput dan legum secara acak3.Membuat petak persegi 1x1 m4.Mengambil sampel dengan menggunakan sabit5.Meletakkan sampel kedalam karung6.Menimbang sampel7.Mencatat hasil sampel kemudian merata-ratakan hasilnya8.Menentukan kapasitas tampungHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANA.Hasil PengamatanAdapun hasil pengamatan pada kunjungan ini adalah :Jumlah Hijauan Makanan TernakSampel ke-Jumlah rumput+legum (Gram)Legum(Gram)Rumput(Gram)

1900-900

2400300100

3650-650

4900500400

5300-300

6400100300

7500100400

8600-600

9800300500

10200-200

Rata-rata565130435

B.Pembahasan

Luas lahan kebun karet yang akan dihitung kapasitas tampung ternaknya adalah 1,5 ha. Metode pengambilan sampel produksi hijauan ternakberdasarkanpetunjuk Hall (1964) yang dikutip Susetyo (1980) dalam Koddang dkk (1994), yaitudengan menggunakan kuadran dijatuhkan secara acak dipadang penggembalaan, dengan luas kuadran 1m x 1m.Hijauan di dalam kuadran dipotong sedekat mungkin dari permukaan tanahyakni 5cm dari permukaan tanah, kemudian hijauan hasil pemotongan dimasukkan ke dalam plastik untuk ditimbang, pengambilan sampel ke-2 sampai ke-10 dilakukan dengan teknik yang sama.Saat penimbangan sampel masing-masing kuadran dipisahkan antara jenis rumput dan legumnya.Berdasarkan dari 10 kali pengambilan sampel jumlah hijauan makanan ternak yang terdapat pada kebun karet tersebut diperoleh rata-rata 565 Gram rumput dan legum per m2. Lahan yang dihitung kapasitas tampungnya ditumbuhi oleh950 pohon karet dengan diameter rata-rata 19 cm. Sehingga untuk lahan 1,5 ha digunakan 26,946 m2untuk pertumbuhan pohon karet. Luas lahan yang ditumbuhi rumput dari 1,5 ha adalah 14973,054 m2.

Dengan produksi hijauan tiap 1 m2adalah 565 gram maka diperoleh total produksi hijauan makanan ternak sebanyak 8,46 ton/1,5ha lahan kebun karet atau 5,64 ton/ha.Diasumsikankebun hijauan ternak mengalami masa panen sebanyak 6 kali/tahun atau 2 kali pada musim kemarau dan 4 kali pada musim penghujan.Sehingga diperoleh produksi sebesar 50,76 ton HMT/1,5 ha/tahun. Proper use sebesar 60 % karena hijauan yang diproduksi di lahan tersebut adalah hijauan yang memiliki palatabilitas tinggi yakni sebagian besar adalah jenisColopogonuim mucoidesdan rumput lapang lainnya yang compatable. Perbandingan proporsi legume dan rumput sebesar 1:3 yaitu sebesar 130gram legum/m2dan 435 rumput/m2.Dengan persentase proper use tersebut diperoleh produksi hijauan makanan ternak yang dapat dikonsumsi oleh ternak sebanyak 30,456 ton/tahun. Diasumsikan hijauan makanan ternak yang diproduksi tersebut memiliki kadar air sebesar 80%, maka produksi Berat kering hijauan tersedia sebesar 6,0912 ton/tahun.Ternak yang akan digembalakan adalah sapi dengan bobot tubuh rata-ratanya 300 kg dengan kebutuhanBerat kering hijauan makanan ternak sebagaimana menurutM. Agus(2012) yaknisebesar 3% dari bobot tubuhnya, sehingga kebutuhan berat kering tiap ekor ternak adalah 9 kg BK/ hariatau 3,285 ton BK/tahun.Berdasarkan produksi berat kering hijauan makanan ternak yang tersedia per tahunnya dibandingkan dengan kebutuhan berat kering per ekor per tahun, maka diperoleh kapasitas tampung ternak sebesar 1,85 UT/tahun/1,5 ha.

Jumlah ternak yang digembalakan di lahan karettersebut adalah 3 ekor sapi dengan bobot rata-rata 300 kg. Maka dapat disimpulkan ketersediaan pakan hijauan ternak di tempat tersebut tidak memenuhi kebutuhan bahan keringnya dan menyebabkan ternak kekurangan hijauan makanan ternak atauover grazing.BAB VKESIMPULANAdapun kesimpulan yang dapat diperoleh adalah :1.Produksi legum dengan hijauan di kebun karet ini adalah 1: 4, yaitu dengan rata-rata produksi legum 130 gram/m2dan hijauan 435 gram/m22.Kualitas padang gembala di kebun karet ini cukupbaik karena proporsi legum sebagai sumber protein cukup tinggi dengan proper use sebesar 60 %.3.Kebun karet ini ditumbuhi beberapa jenis rumput dan leguminosa. Jenis leguminosa diantaranya adalahMimosa pudica, Colopogonium mucoidesdan jenis rumput bijian lainnya.4.Kapasitas tampung ternak sapi di kebun seluas 1,5 hayang ditumbuhi 950 pohon karet dengan produksi hijauan 565 gram adalah 1,85 UT/tahun5.Lahan kebun karet kurang produktif sebagai lahan penggembalaan bagi ternak, karena produksi hijauan makanan ternak yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan ternak rakyat.

PERHITUNGAN KAPASITAS TAMPUNG

Hasil PengamatanLuas Lahan: 1,5 ha kebun karetLuas untuk HMT:14973,054 m2.Produksi HMT/m2: 565 gramMasa Panen: 6 kali per tahunProduksi hijauan/1,5ha/th:8,46tonProduksi hijauan/ha/th:5,64tonTernak gembala: sapiProper use: 60%BB sapi dewasa: 300kgKebutuhan BK: 3% BB

Produksi hijauan di PP: 5,64ton 1,5 ha: 8,46ton/1,5 ha/thDiasumsikan dalam 1 tahun dilakukan6x panen HMTMaka,produksi HMT: 8,46ton 6

:50,76ton/1,5 ha/tahun

Maka, Jumlah Produksi HMT di kebun karetseluas 1,5 ha adalah50,76ton/1,5ha/thAsumsi Proper use 60 %Produksi HMT yang bisa dikonsumsi ternak: proper use x prod HMT (tahun): 60% x50,76 ton: 30, 456 tonAsumsi kadar air 80 %Prod. BK: 20% x 30, 456 ton: 6,0912 tonDaya tampungKeb BK/ekor: 3 % BB: 3 %x 300kg: 9 KgKeb. BK/tahun: 9 Kg x 365 hari:3285kg:3,285ton/e/tahunUT/ tahun/1,5 ha: kebutuhan BK (Tahun)/prod BK HMT (Tahun):6,0912 ton/3,285ton: 1,85 UTJadi, luas lahan kebun karet 1,5 Hadengan produksi HMT 565 gram/ m2 diperoleh kapasitas tampung ternak sebanyak 1,85 unit ternak

LAP. PADANG PENGEMBALAAN

I.PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPadang penggembalaan merupakan suatu areal yang ditumbuhi vegetasi dominant famili Gramineae dan mungkin juga terdapat jenis tumbuhan lainya seperti legume, dan herba lainya yang digunakan untuk makanan ternak. Padang penggembalaan daerah tropic biasanya menghasilkan hijauan yang melimpah pada musim hujan, pada saat sesudah itu tunas tanaman biji tumbuh dan berkembang dengan baik dan cepat.Hijauan makanan ternak memegang peranan penting bagi ternak Ruminansia, besarnya sumbangan hijauan bagi ternak Ruminasia 74-94% atau bisa mencapai 100% . Untuk memenuhi kebutuhan ternak maka dibutuhkan hijauan yang mempunyai kualitas tinggi, kuantitas yang cukup serta ketersediaan dapat berkelanjutan. Penyediaan pada padang pengembalaan dapat berupa rumput dan legume dengan komposisi rumput 60% dan legume 40%Upaya peningkatan produksi ternak harus seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Karena pakan hijauan dapat juga berfungsi sebagai Bulk dan juga sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Pertambahan populasi yang begitu pesat akan menyebabkan peningkatan kebutuhan suplai pakan hijauan, hal ini akan mengakibatkan lebih banyak sumber daya lahan yang diperlukan untuk dijadikan sebagai tempat penggembalaan ternak.Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan pakan ternak jangan sampai kekurangan maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami sebagai padang pengembalaan dan integrasi ternak terhadap Tanaman makanan ternak kedalam pola perkebunan dan pertanian setempat, selain itu perlu adanya pembuatan kebun rumput atau padang penggembalaan yang dapat menyediakan berbagai jenis hijauan unggul serta disesuaikan dengan kapasitas tampung terhadap jumlah ternak

Indonesia merupakan Negara agraris (daerah tropic) yang sebagian besar penduduknya hidup dari usaha pertanian. Diversifikasi tanaman padi dan tanaman pangan lainnya sangat lainnya sangat membantu pemerintah dalam mendukung pembangunan pertanian. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani bagi tubuh disertai perbaikan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan permintaan bahan pangan yang berasal dari ternak semakin meningkat, sehingga menuntut peningkatan produksi dibidang peternakan.Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, (Reksohadiprodjo et al, 1995), karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya baik kualitas, kuantitas, maupun kontinyuitasnya masih sangat terbatas. Petani pada umumnya memberikan pakan pada ternak tidak ditentukan jumlahnya, sehingga masih kurang atau terlalu banyak sisa terbuang. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk mengoptimalkan penggunaan pakan yang diberikan pada ternak tersebut. Optimalisasi dan efesiensi tersebut dapat dilakukan apabila diketahui besarnya kandungan nutrient, konsumsi, dan kecernaan bahan pakan tersebut. Pakan merupakan aspek penunjang dalam peningkatan produktivitas ternak. Jenis makanan ternak secara umum dikenal tiga kelompok besar yaitu hijauan, non hijauan dan limbah pertanian. Hijauan adalah semua bahan makanan ternak yang diberikan dalam bentuk segar. Hijauan dapat berupa tanaman rumput-rumputan, kacang-kacangan, semak, perdu, atau pohon yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan terutama ternak herbivore.Peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia akan berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi secara kualitas dan kuantitas dan tersedia secara kontinyu. Hijauan makanan ternak bersumber dari padang rumput alam atau dengan melakukan penanaman hijauan makanan ternak. Jenis dan kualitas hijauan dipengaruhi oleh kondisi ekologi dan iklim di suatu wilayah. Ketersediaan hijauan pakan ternak di Indonesia tidak tersedia sepanjang tahun, dan hal ini merupakan suatu kendala yang perlu dipecahkan..1.2 Tujuan dan kegunaanTujuan dari praktikum Padang Penggembalaan Tropis yaitu untuk mengetahui komposisi botanis dari lahan penggembalaan Universitas Tadulako dengan menggunakan metode destruktif sampling.Adapun kegunaan dari praktikum Padang Penggembalaan tropis diharapkan pada mahasiswa agar dapat mengetahui jeni-jenis tanaman makanan ternak dilahan penggembalaan Universitas Tadulako, dan dapat mengetahui proses perhitungan dari hasil pengambilan sampling, serta dapat menetukan jenis tanaman yang dominan di lahan penggembalaan Universita Tadulako,juga dapat mengetahui kualitas dan kuantitas padang penggembalaan yang terdapat disekitar wilayah kampus Universitas Tadulako, baik itu dari komposisi botani, kapasitas tampung, keadaan lahan dan lain sebagainyaII.TINJAUAN PUSTAKA2.1Padang PenggembalaanPadang Penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atau leguminosa, tetapi suatu padang rumput yang baik ekonomis adalah yang terdiri dari rumput dan leguminosa (Anonimous, 1995).Perluasan areal padang penggembalaan adalah upaya memperluas padang penggembalaan guna meningkatkan produksi hijauan makanan ternak yang berkualitas (Reksohadiprodjo, 1985).Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak (Yunus, 1997).Usaha padang penggembalaan adalah suatu bentuk usaha peternakan (ternak ruminansia) yang menggunakan padang penggembalaan, dengan landasan kapasitas tampung (carrying capacity) (Reksohadiprodjo, 1985).Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit, sedangkan ternak menyenggut sendiri makanannya di padang penggembalaan. Rumput yang ada didalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri (Anonimous, 1990).Syarat padang penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah dikembangbiakkan. Pastura yang baik nilai cernanya adalah pastura yang tinggi canopinya yait u 25 30 cm setelah dipotong (Utomo, 1983).

2.2 Macam Macam Padang PenggembalaanPadang Penggembalaan alam merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumputperennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan (Reksohardiprodjo, 1985).Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan merupakan spesies spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan(defoliasi)(Reksohardiprodjo, 1985).Padang Penggembalaan buatan (temporer) dimana tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanent atau diseling dengan tanaman pertanian (Reksohardiprodjo, 1985).Padang Penggembalaan dengan Irigasi dimana padangan biasanya terdapat didaerah sepanjang sungai atau dekat sumber air.Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 4 hari (Reksohardiprdjo, 1985).2.3 Komposisi BotaniPadang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50 % rumput dan 50 % legume. Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki oleh suatu padangan adalah 70 80 % untuk kadar air dan bahan keringnya 20 30 % (Susetyo, 1981).Metode berdasarkan komposisi botani dan penggunaannya untuk menilai padang penggembalaan yang umum metode destruktif (merusak). Alat yang digunakan dalam metode ini adalah alat kuadran perrsegi yang berukuran 1 m x 0,5 m.Metode pengukuran kualitas hijauan untuk komposisi botani yaitu dengan menggunting atau disabit sebagian pasture kemudian dianalisis untuk mendapatkan berapa banyak bahan kering, lemak kasar ataupun nutrient nutrient yang lainnya yang disajikan dalam penggembalaan. (Reksohadiprodjo, 1983).2.4 Pengukuran Kapasitas TampungKapasitas tampung adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1985). Kapasitas tampung juga dapat diartikan sebagai kemampuan padang rumput dalam menampung ternak (Susetyo, 1980) atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan luas padang penggembalaan (Subagiyo dan Kusmartono, 1988).Kapasitas tampung identik dengan tekanan penggembalaan(stocking rale)yaitu jumlah ternak atau unit ternak persatuan luas padang penggembalaan (Anonimous, 1979 dalam Mudumi 1990).Identifikasi tanaman bertujuan untuk mengetahui jenis jenis tanaman rumput dan legume secara tepat dan cepat (Reksohadiprodjo, 1985).

2.5 Kemampuan Klass PasturalDaya tampung padang penggembalaan tergantung pada Kemiringan lahan, Jarak dengan sumber air, Kecepatan pertumbuhan/produksi tanaman pakan, Kerusakan lahan, Ketersediaan hijauan yang dapat dikonsumsi, Nilai nutrisi pakan, Variasi musim, Keadaan ekologi padang penggembalaan (Susetyo, 1980).Kelerengan dinyatakan dalam % dan dikelompokkan dalam kelas-kelas datar sampai agak datar 0-8%, berombak sampai bergelombang 9-15%, bergelombang 15 - 40% dan berbukit/bergunung >40% (Hakim, 1986).Tekstur dinyatakan berdasarkan bandingan dalam bahan organik, fraksi pasir, debu dan liat dan untuk tanah mineral dikelompokkan dalam kelas-kelas berpasir, berlempung, berliat dan berdebu. Sedangkan tanah gambut dibagi menjadi dangkal (2m). (Arismunandar, 1983).Kemiringan lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng semuanya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan.Kemiringan lereng dapat dilihat dari peta topografi dan peta tanah. Kemiringan suatu lereng dikelompokkan sebagai berikut :Datar 0 3%, Landai atau berombak 3% - 8%, Agak miring atau bergelombang 8% - 15%, Miring atau berbukit 15% - 30%, Agak curam 30% - 45%, Curam 45% - 65%, Sangat curam lebih dari 65% (Jamulya dan Sunarto, 1991).III.METODE PRAKTIKUM3.1 Waktu dan TempatTempat pelaksanaan praktikum Padang Penggembalaan Tropis yang membahas tentang Komposisi Botanis Lahan Penggembalaan dengan menggunakan metode destruktif bertempat dilahan penggembalaan Universitas Tadulako.Waktu pelaksanaan praktikum Padang Penggembalaan Tropis,dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 24 Mei 2012 pada pukul 07.00 sampai dengan selesai.3.2 Alat dan BahanBahan yang digunakan dalam praktikum Padang Penggembalaan Tropis yaitu, rumput lahan penggembalaan disekitar wilayah kampus Universitas tadulako.Alat yang digunakan dalam praktikum Padang Penggembalaan Tropis adalah, alat potong gunting dan pisau, kuadran dengan ukuiran 1 m x 0,5 m, alat tulis, amplop, meteran dan timbangan.3.3 Cara KerjaLangkah pertama yang dilakukan dalam praktikum Padang Penggembalaan tropis tentang pengamatan komposisi botanis lahan penggembalaan Universitas Tadulako, yaitu mengukur luas lahan padangan kemudian proses pengambilan sampling menggunakan kuadran dengan ukuran 1 m x 0,5 m dengan jarak 10 m kuadran diletakkan secara acak lalu dilakukan pemotongan samapi rapat dengan tanah, selanjutnya sampling yang telah dipotongdimasukkan kedalam kantong yang telah di sediakan.Tahap selanjutnya sampling yang telah di peroleh dipisah-pisahkan menurut jenisnya yang dibagi dalam 4 jenis yaitu rumput, leguminosa, tanaman lain makanan ternak, dan gulma, setelah melakukan pemisahan sampling dimasukkan kedalam amplop lalu dikeringkan selama tiga hari dan melakukan penimbangan sampling.

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HasilDari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka di peroleh hasil sebagai berikut :Tabel1. Tanaman dominan dalam pengamatanNo.Komposisi

RumputLegumTanaman lainGulma

1_

2__

3__

4_

5_

6

7_

8_

9_

10_

11_

12__

13__

14_

15

16_

17__s

18__

19_

20__

21

Tabel2. Pengamatan sampel sebelum dikurangi berat amplopNo.Komposisi

RumputLegumTanaman lainGulma

132 gram_14 gram35 gram

2__188,5 gram15,5 gram

3__164 gram107 gram

413,5 gram_22,5 gram57 gram

522 gram_56 gram27,5 gram

626 gram41 gram31 gram18,5 gram

7_14 gram44 gram25 gram

813,5 gram_51,5 gram14,5 gram

930 gram_14 gram49,5 gram

10265,5 gram13,5 gram23 gram_

11197,5 gram_22 gram20,5 gram

12__51 gram35,5 gram

13214 gram99,5 gram__

14_23 gram15,5 gram44 gram

1543,5 gram15,5 gram13,5 gram15 gram

1640 gram_17,5 gram19,5 gram

1712 gram48 gram__

1853 gram_17,5 gram_

19114,5 gram_63 gram17,5 gram

2039 gram21,5 gram__

2137 gram74,5 gram18,5 gram21 gram

Tabel 3. Pengamatan sampel setelah dikurangi berat amplopNo.Komposisi

RumputLegumTanaman lainGulma

121 gram_3 gram24 gram

2__177,5 gram4,5 gram

3__153 gram96 gram

42,5 gram_11,5 gram46,5 gram

511 gram_45 gram16,5 gram

615 gram30 gram20 gram7,5 gram

7_3 gram33 gram14 gram

82,5 gram_40,5 gram3,5 gram

919 gram_3 gram38,5 gram

10254,5 gram2,5 gram12 gram_

11186,5 gram_11 gram9,5 gram

12__40 gram24,5 gram

13203 gram88,5 gram__

14_12 gram4,5 gram33 gram

1532,5 gram4,5 gram2,5 gram4 gram

1629 gram_6,5 gram8,5 gram

171 gram37 gram__

1842 gram_6,5 gram_

19103,5 gram_52 gram6,5 gram

2028 gram10,5 gram__

2126 gram63,5 gram7,5 gram10 gram

Tabel 3. Data Real sampel setelah dikurangi 10 %No.Komposisi

RumputLegumTanaman lainGulma

118,9 gram_2,7 gram21,6 gram

2__137,7 gram4,05 gram

3__159,25 gram86,4 gram

42,25 gram_137,7 gram42,21 gram

510,71 gram_10,35 gram14,85 gram

613,5 gram27 gram40,5 gram6,75 gram

7_2,7 gram18 gram12,6 gram

82,25 gram_29,7 gram3,15 gram

917,1 gram_36,45 gram34,65 gram

10229,05 gram2,25 gram2,7 gram_

11167,85 gram_10,8 gram8,55 gram

12__9,9 gram22,05 gram

13182,7 gram79,65 gram36 gram_

14_10,8 gram4,05 gram29,7 gram

1529,25 gram4,05 gram2,25 gram3,6 gram

1614,5 gram_5,85 gram7,65 gram

170,9 gram33,3 gram__

1837,8gram_5,85 gram_

1993,15 gram_46,8 gram5,85 gram

2025,2 gram9,45 gram__

2123,4 gram57,15 gram6,75 gram9 gram

Jumlah868,51 gram226,35 gram697,45 gram312,66 gram

Rata-rata54,28 gram25,15 gram36,71 gram19,54 gram

Persentasi41,3 %10,8%33,2 %14,9 %

Analisis kapasitas tampung lahan penggembalaan Universitas TadulakoTotal produksi hijauan makanan ternakx = x L + x R + x Tlx =54,28 + 36,71 + 25,15x = 116,14 gram= 116,14 10 %= 104,53 gram/Produksi hijauan makanan ternak x 20.000= 104,53 x 20.000= 2.090.520 gram/= 2.090, 52 kg/Proper use factor= 2.090,52 kg/x 20 %= 418,1 kg/Asumsi berat ternak 300 kg membutuhkan 3% pakan per hari= 3 % x 300 kg= 9 kg/hariKebutuhan ternak per bulan= 30 x 9 kg/hari= 240 kg/bulanRumus voision( y - 1 ) . s = rKet: s ( periode merumput ) = 30 harir ( masa istirahat lahan) = 70 harijadi: ( y 1) . s = r( y 1 ) . 30 = 7030 y = 70 + 30Y = 100/30Y= 3,33Kebutuhan lahan perhari sebanyak 9 kg= 9 kg/hari : 418,1= 0,021526 ha/ hari= 215,26/hariUntuk kebutuhan 1 bulan setiap ekor ternak sapi memerlukan lahan= 30 x 0,021526= 0,6458 ha/ ekorMaka kebutuhan lahan satu ekor ternak pertahun= y x kebutuhan perbulan= 3,33 x 0,6458 ha/ekor= 2,1505 ha/ekor= 2,15 ha/ekorJadi daya tampung lahan yang diukur berdasarkan hijauan yang tersedia= 1 ha : 2,15 ha/ekorSetiap 1 ha = 0,46 ekor ternak sapiUntuk mengetahui jumlah ternak yang dapat digembalakan pada luas lahan yang telah diukur maka luas lahan = 35.910= 3,591 haJadi = 0,46 x 3,591 ha= 1,65 2 ekor ternak

4.2 PembahasanPeningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia akan berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi secara kualitas dan kuantitas dan tersedia secara kontinyu. Hijauan makanan ternak bersumber dari padang rumput alam atau dengan melakukan penanaman hijauan makanan ternak. Jenis dan kualitas hijauan dipengaruhi oleh kondisi ekologi dan iklim di suatu wilayah. Ketersediaan hijauan pakan ternak di Indonesia tidak tersedia sepanjang tahun, dan hal ini merupakan suatu kendala yang perlu dipecahkan.Padang penggembalaan yang terdapat di Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan praktikum Pengolahan Padang Penggembalaan ini kurang memenuhi syarat hal ini dapat dilihat dari kondisi padang yang begitu sempit dan tidak banyak terdapat hijauan yang bisa dimakan oleh ternak.Padang Penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atau leguminosa, tetapi suatu padang rumput yang baik ekonomis adalah yang terdiri dari rumput dan leguminosa (Anonimous, 1995). Usaha padang penggembalaan adalah suatu bentuk usaha peternakan (ternak ruminansia) yang menggunakan padang penggembalaan, dengan landasan kapasitas tampung (carrying capacity) (Reksohadiprodjo, 1985).Dari pernyataan tersebut berarti padang penggembalaan yang terdapat di Fakultas Peternakan Universitas Jambi dapat dikatakan cukup ekonomis walaupun hanya terdapat jumlah rumput dan leguminosa yang sedikit.Daya dukung hijauan padang penggembalaan adalah kemampuan suatu wilayah menghasilkan pakan berupa hijauan dari padang penggembalaan tanpa melalui pengolahan, dan dapat menyediakan pakan untuk menampung sejumlah populasi ternak ruminansia. Dalam menghitung daya dukung limbah tanaman pangan digunakan asumsi kebutuhan pakan ternak ruminansia. Asumsi yang digunakan yaitu bahwa satu satuan ternak (1 ST) ternak ruminansia rata-rata membutuhkan hijauan adalah 2,15 ha/ekor untuk setiap tahunnya. Sebagaimana Anonimous (1990) menytakan bahwa fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit, sedangkan ternak menyenggut sendiri makanannya di padang penggembalaan. Rumput yang ada didalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri.Berdasarkan asumsi di atas maka dilakukan perhitungan daya dukung produksi hijauan padang penggembalaan yaitu jumlah produksi hijauan padang penggembalaan dibagi dengan kebutuhan satu satuan ternak selama setahun.Utomo (1983) menyatakan bahwa syarat padang penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah dikembangbiakkan. Pastura yang baik nilai cernanya adalah pastura yang tinggi canopinya yaitu 25 30 cm setelah dipotong.Menurut Reksohadiprodjo (1985) menyatakan bahwa terdapat beberapa macam padang penggembalaan yaitu antara lain :Padang Penggembalaan alam merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumputperennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakanPadang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan merupakan spesies spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan(defoliasi)Padang Penggembalaan buatan (temporer) dimana tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanent atau diseling dengan tanaman pertanianPadang Penggembalaan dengan Irigasi dimana padangan biasanya terdapat didaerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 4 hari.Dari beberapa macam padang penggembalaan diatas itu berarti padang penggembalaan yang digunakan untuk praktikum Pengolahan Padang Penggembalaan termasuk kedalam Padang Penggembalaan alam yaitu merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumputperennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan. Padang penggembalaan jenis ini merupakan tempat dimana pelaksanaan praktikum pengukuran komposisi botani dan kapasitas tampung.Padang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50 % rumput dan 50 % legume. Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki oleh suatu padangan adalah 70 80 % untuk kadar air dan bahan keringnya 20 30 % (Susetyo, 1981). Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada padang penggembalaan di Fakultas Peternakan, setiap Flot rata rata banyak terdapat rumput dan gulma, sedangkan legum hanya sedikit. Sedangkan untuk penghitungan bahan keringnya melebihi dari 20 30 %.Metode pengukuran kualitas hijauan untuk komposisi botani yaitu dengan menggunting atau disabit sebagian pasture kemudian dianalisis untuk mendapatkan berapa banyak bahan kering, lemak kasar ataupun nutrient nutrient yang lainnya yang disajikan dalam penggembalaan.(Reksohadiprodjo, 1983).Identifikasi TanamanIdentifikasi tanaman bertujuan untuk mengetahui jenis jenis tanaman rumput dan legume secara tepat dan cepat (Reksohadiprodjo, 1985). Pada saat melakukan praktikum kami melakukan identifikasi tanaman yang ada dalam setiap kuadran, dari identifikasi tersebut maka rata rata pada kuadran terdapat rumput pahit (Paspallum notatum), rumput cabe cabean (Lepidagathis javanica),rumput buluh, legum s (desmantus),dan gulma. Dengan presentase yang paling tinggi dari hasil penentuan presentasi kondisi lahan penggembalaan universitas tadulako yaitu rumput 41,3 %, tanaman lain 33,2 %, gulma 14,9 %, dan legum 10,8 %. Dari hasil pengamatan tanaman rumput mempunyai presentasi tertinggi dibanding dengan tanaman lain dan legum.Sistematika Tanaman Rumput :Phylum : SpermatophytaSubphylum : AngiospermaesClassis : MonocotyledoneaeOrdo : GlumifloraFamilia : GraminaeSubfamilia : Panicoideae

Sistematika Tanaman Legum :Phyllum : SpermatophytaSubphylum : AngiospermaeClassis : DicotyledoneaeOrdo : RosalesSubordo : RosaneaeFamilia : LeguminoseaeSubfamilia : Papilonaceae (Fabiodeae)Mimosaceae (Mimosiodeae)Ceasalpineaceae (Ceasalpinodeae)

Setelah pengukuran komposisi botani, mengidentifikasi tanaman yang terdapat setiap kuadran, maka selanjutnya melakukan melakukan pengukuran kapasitas tampung pada padang penggembalaan yang ada.Kapasitas tampung adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1985). Kapasitas tampung juga dapat diartikan sebagai kemampuan padang rumput dalam menampung ternak (Susetyo, 1980) atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan luas padang penggembalaan (Subagiyo dan Kusmartono, 1988).Pada saat melakukan pengukuran kapsaitas tampung ini kami melakukan kegiatan seperti pengukuran komposisi botani hanya saja pada pengukuran kapasitas tampung ini hijauan (rumput dan legum) digunting kemudian dimasukkan kedalam amplop, timbang seberat 1 gr. Setiap kuadaran dilakukan kegiatan sama dengan amplop yang berbeda, kemudian amplop yang berisi hijauan dijemur selama tiga hari.Kapasitas tampung identik dengan tekanan penggembalaan(stocking rale)yaitu jumlah ternak atau unit ternak persatuan luas padang penggembalaan (Anonimous, 1979 dalam Mudumi 1990). Tekanan penggembalaan optimum merupakan pencerminan dari kapasitas tampung yang sebenarnya dari padang penggembalaan, karena baik pertumbuhan ternak maupun hijauan dalam keadaan optimum atau merupakan pencerminan keseimbangan antara padang rumput dengan jumlah unit ternak yang digembalakan.1.Penaksiran Kuantitas Produksi HijauanUmumnya dilakukan dengan metode cuplikan dengan memakai frame berukuran 1 x 0,5 m dengan bentuk persegi panjang. Pengambilan sampel dilapangan dilakukan secara acak. Hijauan yang terdapat di areal frame dipotong lebih kurang 5 10 cm diatas permukaan tanah dan ditimbang beratnya.2.PenentuanProper Use FactorKonsepProper Use Factor(PUF) besarnya tergantung pada jenis ternak yang digembalakan, spesies hijauan di padangan, tipe iklim setempat serta kondisi tanah padangannya. Dari hasil perhitungan yang dilakukan proper use factor lahan penggembalaan Universitas Tadulako didapatkan hasil 418,1 kg/3.Menaksir Kebutuhan Luas Tanah per bulanPenaksiran ini didasarkan pada kemampuan ternak mengkonsumsi hijauan, kenutuhan satu ekor dalam satu bulan memerlukan lahan lahan seluas 0,6458 ha/ekor artinya dengan luasan lahan yang telah diukur lahan mampu mencukupi konsumsi hijauan selama satu bulan.4.Menaksir Kebutuhan Luas Tanah per tahunSuatu padangan memerlukan masa agar hijauan yang telah dikonsumsi ternak tumbuh kembali dan siap untuk digembalai lagi, masa ini disebut masa istirahat, dengan periode merumput selama 30 hari dan masa istrahat lahan selama 70 hari maka kebutuhan lahan satu ekor ternak selama satu tahun sekitar 2,15 ha/ekor

V.KESIMPULAN DAN SARAN5.1 KesimpulanDari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa padang penggembalaan merupakan suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat dikonsumsi menurut kebutuhannya dalam waktu yang singkat. Padang penggembalaan bisa terdiri dari rumput dan leguminosa. Padang penggembalaan yang terdapat disekitar wilayah Universitas Tadulako yang digunakan sebagai tempat Praktikum merupakan jenis padang penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan dan padang penggembalaan alami Padang penggembalaan dimana tempat melaksanakan praktikum termasuk padang penggembalaan yang cukup baik, hal ini dapat di lihat dari pengukuran komposisi botani, pengukuran kapasitas tampungyang sudah memenuhi syarat.5.2 SaranSetelah melakukan praktikum saran kami sebagai praktikan,Dari pelaksanaan praktikum ini kami menyarankan agar pelaksanaan praktikum dapat dilaksanakan diluar areal wilayah Universitas Tadulako agar mahasiswa dapat mengetahui perbedaan dan dapat membandingkan padang penggembalaan yang terdapat di Universitas Tadulako dengan padang penggembalaan yang terdapat di daerah lain.DAFTAR PUSTAKAAnonim.2012a.rudhy-aja.blogspot.com/2011/10/pengelolaan-padang-penggembalaan.Diakses pada tanggal1 Juni 2012.Anonim.2012b.litbang.deptan.go.id/padang-penggembalaan-untuk-ternak-kambing. Diakses pada tanggal1 Juni 2012.Anonim.2012 c.intannursiam.wordpress.com/2011/01/10/kapasitas-tampung-padang-penggembalaan/ub Sektor Peternakan.Diakses pada tanggal1 Juni 2012.Anonim.2012d.census-sitorus.blogspot.com/2011/12/padang-pengembalaan.Diakses pada tanggal1 Juni 2012.