PADAG PENGGEMBALAANBAB IPENDAHULUAN1.1 . Latar BelakangPotensi
kekayaan alam yang dimiliki di Indonesia sangatlah belimpah. Mulai
dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat
diperbaharui. Dengan potensi tanah yang berbeda kandungannya serta
lahan yang luas, memberikan tanaman bisa tumbuh di berbagai tempat
dan kondisi yang berbeda-beda pula. Tetapi dengan kondisi yang
sekarang ini, lahan di Indonesia sebagian besar tidak diolah dengan
baik sehingga kebutuhan konsumsi pakan untuk ternak di Indonesia
sangatlah minim dan bahkan lebih memilih mengimpor pakan untuk
ternak. Termasuk di dalamnya lahan sebagai padang penggembalaan
yang tidak terawat dengan baik. Kerusakaan padang penggembalaan
biasanya disebabkan karena kurangnya perawatan hingga tumbuh gulma
pada rumput tempat penggembalaan. Selain itu unsur hara yang
terkandung bisa saja menurun karena kurang responsive. Padang
penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul
dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan
ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak (Yunus,
1997).
1.2. Rumusan Masalaha. Apa yang dilakukan peternak dalam memilih
padang penggembalaan?b. Bagaimana cara mengoptimalkan padang
penggembalaan dan hasilnya?c. Mengapa memilih tanah jenis VI
sebagai tempat padang penggembalaan?1.3. Tujuan dan Manfaata.
Memilih dan memanfaatkan tanah jenis VI sebagai padang
penggembalaan.b. Mengetahui bagaimana teknik mengolah manajemen
padang penggembalaan dengan baik.c. Mengoptimalkan lahan dan hasil
dari padang penggembalaan.BAB IIPEMBAHASAN2.1. DefinisiMenurut
Reksohadiprodjo (1994) padang penggembalaan adalah suatu daerah
padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi
ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu
singkat. Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yang
ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang
tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan
ternak (Yunus, 1997). Sistem penggembalaan adalah pemeliharaan
ternak sapi yang dilaksanakan dengan cara ternak digembalakan di
suatu padang penggembalaan yang luas, terdiri dari padang
penggembalaan rumput dan leguminosa (Tandi, 2010). Hadi et al
(2002) menyebutkan sistem padang penggembalaan merupakan kombinasi
antara pelepasan ternak di padang penggembalaan bebas dengan
pemberian pakan. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari
rumput atau leguminosa. Tetapi suatu padang rumputnya yang baik dan
ekonomis adalah yang terdiri dari campuran rumput dan
leguminosa.2.2. Macam-macam padang penggembalaanBerdasarkan
vegetasinya padang penggembalaan digolongkan dalam beberapa macam
diantaranya :
2.2.1. Padang Penggembalaan AlamPadang penggembalaan yang
terdiri dari tanaman yang berupa rumput Perennial, produktivitas
rendah, floranya relative belum tersentuh oleh manusia (McLlroy,
1976). Menurut Reksohadiprojo (1994) padang penggembalaan alam
tidak ada pohon, belum terjadi campur tanagan manusia, manusia
hanaya mengawasi ternak yang digembalakan, sedit masih terdapat
gulma, daya tampung rendah.2.2.2. Padang Penggembalaan
BuatanPadangan yang vegetasinya sudah dipilih/ditentukan dari
varietas tanaman yang unggul. Menurut Reksohadiprodjo (1994) Padang
penggembalaan adalah tanaman makanan ternak dalam pandangan telah
ditanam, disebar, dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat
menjadi padangan permanen atau diseling dengan tanaman
pertanian.2.2.3. Padang Penggembalaan yang Telah
DiperbaikiSpesies-spesies hijauan makanan ternak dalam padangan
belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi
botaninya sehingga didapat spesies yang produktif dan menguntungkan
dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi) (Reksohadiprodjo,
1994)2.2.4. Padang penggembalaan dengan irigasiPadang penggembalaan
ini biasanya terdapat di daerah sepanjang aliran sungai atau dekat
dengan sumber air. Penggembalaan ternak dijalankan setelah padang
penggembalaan menerima pengairan selama 2-4 hari (Reksohadiprodjo,
1994).
2.3. Faktor yang mempengaruhi padang penggembalaan2.3.1 AirAir
yang terbatas mempengaruhi fotosintesis dan perluasan daun pada
tanaman karena tekanan air mempengaruhi pembukaan pada stomata
perluasan sel (Setyati, 1991). Air berfungsi untuk fotosintesis,
penguapan, pelarut zat hara dari atas ke daun. Jika ketersediaan
air terpenuhi maka seluruh proses metabolisme tubuh tanaman
berlangsung, berakibat produksitanaman tinggi.2.3.2. Intensitas
SinarIntensitas sinar di bawah pohon atau tanaman pertanian
tergantung pada bermacam-macam tanaman, umur, dan jarak tanam,
selain waktu penyinaran. Keadaan musim dan cuaca juga berpengaruh
terhadap intensitas sinar yang jatuh pada tanaman selain yang ada
di bawah tanman utama (Susetyo et.al, 1981).2.3.3 SpesiesKemampuan
suatu tanaman untuk beradaptasi dengan lingkungan dan faktor
genetik berpengaruh pada produktivitas tanaman tersebut. Tanaman
satu dengan tanaman lain mempunyai tingkat adaptasi dan genetik
yang berbeda-beda.2.3.4 TemperaturTanaman memerlukan temperatur
yang optimum untuk melakukan aktivitas fotosintesis. Temperatur
tanah berpengaruh terhadap proses biokimia dimana terjadi pelepasan
nutrien tanaman dan berpengaruh juga pada absorbsi air dan
nutrien.2.3.5 Curah hujanCurah hujan bverpengaruh pada produksi
bahan kering yang dihasilkan oleh hijauan pakan. Semakin tinggi
curahn hujan maka produksi bahan keringnya akan semakin
rendah.`2.3.6 TanahTanah berufngsi sebagai mendukung pertumbuhan
tanaman sebagai sumber hara dan mineral, kesuburan tanah juga
ditentukan oleh kelarutan zat hara, PH, kapasitas pertukaran
kalori, tekstur tanah dan jumlah zat organiknya. Menurut
Kartasapoetra et.al (2005) Tanah dibagi beberapa jenis sebagai
berikut :a. Kelas IHampir tidak ada faktor pembatasnya, hanya
memrlukan sedikit perhatian untuk memperbaik tanah jenis ini.
Namun, jika tidak adanya perawatan maka tanah ini akan turun
menjadi kelas 2. Tanah ini cocok ditanami berbagai jenis tumbuhan,
sehingga tanah jenis kelas 1 banyak diincar.b. Kelas 2Ciri-ciri
tanah kelas 2 : kedalaman permukaan sekitar 36 inchi, kemiringan
lereng sekitar 5%, gejala erosi masih ringan, lapisan tanah
permukaan bersifat lempung dan berpasir, kesuburan tanah sedang.c.
Kelas 3Mempunyai cirri bahwa tanah ini mampunyai kesuburan yang
kurang baik, tanah berpasir ringan (light sandy soil), tingkat
kemiringan 15%, lapisan tanah (top soil) tipis.d. Kelas 4Cirri dari
tanah ini adalah belereng terjal, usahakan tanah ini ditumbuhi
tanaman berumput, membuat parit, tanah ini tidak cocok untuk usaha
pertanian.e. Kelas 5Tanah jenis ini adalah tanah yang hamper datar,
tidak memiliki gejala erosi. Untuk memeperbaikinya sebaiknya
ditanami tanaman yang berumur 1-2 tahun.f. Kelas 6Tanah jenis ini
bagus untuk ditanami pohon dan buah-buaha, asalkan tanaman
penutupnya dirawat dengan baik. Banyak digunakan untuk padang
penggembalaan.g. Kelas 7Tanah jenis ini biasanya berada pada lereng
yang berkisar memiliki kemiringan 45%-50%. Tanah jenis ini tidak
cocok ditanamai untuk pertanian, kecuali untuk padang
penggembalaan.h. Kelas 8Tanah jenis ini sebaiknya dijadikan hutan
lindung, karena unsure haranya sangat sedikit dan memiliki faktor
pembatas yang banyak.Sedangkan menurut Susetyo et al. (1981) faktor
yang mempengaruhi produktivitas padang penggembalaan adalah air,
intensitas sinar, adanya kompetisi hara, kekompakan tanah, absorbsi
zat-zat makanan, sumber hama, kesuburan pada tanaman utama,
kelangkaan bibit dan inokulasi.2.4. Pengoptimalan Padang
Penggembalaan2.4.1 Perbaikan LahanSyarat padang penggembalaan yang
baik adalah produksi hijauan tinggi dan kualitasnya baik,
persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah
dikembangbiakkan. Pastura yang baik nilai cernanya adalah pastura
yang tinggi canopinya yaitu 25 30 cm setelah dipotong (Utomo,
1983). Biota tanah sangat sensitif terhadap gangguan oleh adanya
aktivitas manusia, sebagai contoh adanya sistem pertanian yang
intensif, karena intensifikasi pertanian menyebabkan berubahnya
beberapa proses dalam tanah. Kegiatan pertanian yang dimaksud
antara lain adalah penyiangan, pemupukan, pengapuran, pengairan dan
penyemprotan herbisida dan insektisida. Tujuan dari hal tersebut
itu sendiri adalah untuk mempersiapkan kualitas padang
penggembalaan yang unggul (Noordwijk et.al, 2006). Tanah jenis VI
biasanya tidak terpakai dan mempunyai unsure hara yang rendah.
Rumput-rumput yang tumbuh adalah rumput perenial yang dapat tumbuh
sepanjang tahun. Sebagian tumbuh tegak dan sebagian lagi merambat
dengan produktivitas yang relatif rendah. Dalam hal ini tanah yang
diapakai adalah tanah kelas VI yang kurang diminati sebagai lahan
pertanian. Sehingga bisa dilakukan sebagi padang penggembalaan.
Namun, tanah jenis ini mempunyai tingkat kseuburan tanah yang
rendah. Kesuburan tanah alami sangat bergantung pada komposisi
mineral bahan induk tanah atau cadangan hara tanah. Semakin tinggi
cadangan hara tanah, semakin tinggi pula tingkat kesuburan tanahnya
(Suharta, 2010). Karena tanah jenis VI memiliki nutrisi atau unsure
hara yang rendah maka perlu dilakukan adanya perbaikan. Diantaranya
yaitu dengan Pembersihan lahan dan pengolahan tanah, pemberian
pupuk kandang maupun kompos akan sangat bermanfaat bagi kondisi
fisik tanah tersebut, karena akan memperbaiki struktur tanah.
Disamping itu dapat pula diberikan pupuk anorganik seperti KCl,
Sp-36 dan urea, disesuaikan dengan jenis tanah setempat (Hardiatmi,
2008). Bisa juga dipupuk menggunakan pupuk organik yang terbuat
dari kotoran sapi yang dihasilkan saat digembalakan.2.4.2.
TatalaksanaTeknis pengembangan usaha sapi potong memakai sistem
padang penggembalaan :a. Jenis padang penggembalaan adalah padang
rumput buatan atau temporer dimana hijauan makanan ternak telah
disebar atau ditanam.b. Sistem pertanaman. Sistem pertanaman
campuran antara rumput dan leguminosa, keuntungannya dibandingkan
sistem pertanaman murni, yaitu leguminosa ditanam bersama
rumput-rumput untuk keuntungan rumput-rumput tersebut, karena
leguminosa lebih kaya akan kandungan nitrogen dan kalsium (kapur)
dibandingkan dengan rumput-rumput, dan menaikkan gizi pada
penggembalaan.c. Tata laksana padang penggembalaan. Penggembalaan
bergilir, dimana padang penggembalaan dibagi dalam beberapa
petakan, tujuan cara penggembalaan bergilir adalah untuk
menggunakan padang penggembalaan pada waktu hijauan masih muda dan
bernilai gizi tinggi serta memberikan waktu yang cukup untuk tumbuh
kembali. Jenis rumput yang akan berada pada padang penggembalaan
yaitu yang tahan diinjak-injak dan dan leguminosa herba Centrosema.
Tata laksana pemeliharaan ternak sapi adalah sistem semi intensif,
dimana dilakukan pada pagi hari (jam 10.00 16.00) ternak digiring
ke padang penggembalaan dengan sistem penggembalaan bergilir. Pada
sore hari ternak digiring kembali ke kandang dan diberi pakan
hijauan rumput potong (rumput gajah). Kegiatan pembersihan kandang
dilakukan pada pagi hari, kotoran ternak ditampung pada lubang yang
telah disediakan sebagai tempat penampungan kotoran. Usaha
pengembangnan sapi potong ini dapat diintegrasikan dengan usaha
pemanfaatan kotoran sapi menjadi pupuk organic (Rusmadi, 2007).
Pemanfaatan pupuk yang berasal dari kotoran sapi juga memiliki
nilai ekonomis yang tinggi.Sistem penggembalaan adalah pemeliharaan
ternak sapi potong yang dilaksanakan dengan cara ternak
digembalakan di suatu padang penggembalaan yang luas, terdiri dari
padang penggembalaan rumput dan leguminose. Keuntungannya yaitu: 1.
hemat biaya dan tenaga, 2. Mengurangi penggunaan feed supplement
protein, 3. menyebarkan pupuk, 4. tidak memerlukan kandang khusus,
dan kekurangannya adalah a. Memerlukan waktu yang lama, b. harus
memiliki lahan yang cukup luas, c. pada saat kemarau kekurangan
pakan baik dari kuantitas dan kualitasnya, d. Memerlukan tempat
berteduh dan sumber air, e. banyak mengeluarkan energi karena
jalan, f. produktivitas ternak kurang maksimal dengan lama
penggemukan 8-10 bulan (Sugeng, 2003).2.4.3. Penentuan Kapasitas
TampungDaya tampung atau kapasitas tampung (carrying capacity)
adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan
makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang
digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang
penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo,
1994). Menurut Parakkasi (1999) konsumsi bahan kering satu ekor
sapi per hari sbesar 3% dari bobot badan. Satu satuan ternak (ST)
setara dengan satu ekor sapi seberat 455 kg (Santosa, 1995).
Semakin besar tingkat produksi hijauan per satuan luas lahan, maka
akan semakin tinggi pula kemampuannya untuk menampung sejumlah
ternak. Pada padang penggembalaan yang baik biasanya mampu
menampung sebanyak 2,5 ekor ternak/ha/th. Hal ini sesuai dengan
pendapat Susetyo (1980) yang menyatakan beberapa padang
penggembalaan yang baik mempunyai kapasitas tampung 0,4 hektar
untuk 1 ST atau satuan hektar lahan dapat menampung 2,5
ST/th.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kapasitas
tampung menurut Subagio dan Kusmartono (1988) yaitu :1. Penaksiran
Kuantitas Produksi HijauanUmumnya dilakukan dengan metode cuplikan
dengan memakai frame berukuran 1 x 0,5 m dengan bentuk persegi
panjang. Pengambilan sampel dilapangan dilakukan secara acak.
Hijauan yang terdapat di areal frame dipotong lebih kurang 5 10 cm
diatas permukaan tanah dan ditimbang beratnya.2. Penentuan Proper
Use FactorKonsep Proper Use Factor (PUF) besarnya tergantung pada
jenis ternak yang digembalakan, spesies hijauan di padangan, tipe
iklim setempat serta kondisi tanah padangannya. Dari hasil
perhitungan yang dilakukan proper use factor lahan penggembalaan
Universitas Tadulako didapatkan hasil 418,1 kg.3. Menaksir
Kebutuhan Luas Tanah per bulanPenaksiran ini didasarkan pada
kemampuan ternak mengkonsumsi hijauan, kenutuhan satu ekor dalam
satu bulan memerlukan lahan lahan seluas 0,6458 ha/ekor artinya
dengan luasan lahan yang telah diukur lahan mampu mencukupi
konsumsi hijauan selama satu bulan.4. Menaksir Kebutuhan Luas Tanah
per tahunSuatu padangan memerlukan masa agar hijauan yang telah
dikonsumsi ternak tumbuh kembali dan siap untuk digembalai lagi,
masa ini disebut masa istirahat, dengan periode merumput selama 30
hari dan masa istrahat lahan selama 70 hari maka kebutuhan lahan
satu ekor ternak selama satu tahun sekitar 2,15 ha/ekor.
BAB IIIKESIMPULAN
Jenis tanah VI juga bisa dijadikan padang penggembalaan,
meskipun bukan untuk lahan pertanian. Perlu adanya pengolahan lahan
untuk menambah kesuburan tanah. Produktivitas padang penggembalaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya iklim, kesuburan
tanah, pengelolaan dan tekanan penggembalaan. Perlu dilakukan upaya
untuk meningkatkan produktivitas hijauan pakan padang penggembalaan
agar dapat memenuhi kebutuhan ternak. Luas padang penggembalaan
harus disesuaikan dengan jumlah ternak yang digembalakan agar
didapatkan hasil yang maksimal. Selain itu jenis tanaman yang akan
ditanam di padang penggembalaan juga perlu diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKAHadi, P.U. et al., 2002. Improving Indonesias Beef
Industry. ACIAR Monograph SeriesHardiatmi, J.M. 2008. Pemanfaatan
Jasad Renik Mikoriza untuk Memacu Pertumbuhan Tanaman Hutan. Jurnal
Inovasi Pertanian Vol. 7, No 1, 2008 (1-10).Kartasapoetra. A.G dan
Mul, M.S. 2005. Teknologi konservasi Tanah dan Air. Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.Mc Llroy, R.J. 1976. Pengantar Budidaya Padang
rumput Tropika. Pradnya Paramita, Jakarta.Noordwijk, M.V., dan
Kurniatun, Hairiah. 2006. Intensifikasi Pertanian, Biodiversitas
Tanah dan Fungsi Agro-Ekosistem. Universitas Brawijaya, Fakultas
Pertanian, Jurusan Tanah, Malang. Jurnal ISSN : 0126
0537.Reksohadiprojo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan
Ternak Tropik. BFFE, Yogyakarta.Rusmadi. 2007. Prospek Pengembangan
Sapi Potong di Kabupaten Penajam Paser Utara. Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman, Samarinda.Santosa, U. 1995. Tata Laksana
Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.Setyati, S .H.M.
1991 . Peangantar Agronomi, Cetakan ke 10 . Gramedia,
Jakarta.Subagyo I, Kusmartono 1988. Ilmu Kultur Padangan. Malang:
Nuffic, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.Sugeng, 2003.
Sapi Potong Pemelihara-an, Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis dan
Analisa Penggemukan. Penebar Swadaya, Jakarta.Suharta, Nata. 2010.
Karakteristik dan Permasalahan Tanah Marginal dari Batuan Sedimen
Masam di Kalimantan. Jurnal Litbang Pertanian, 29(4), 2010.Susetyo,
I. Kismono dan B. Suwardi. 1981. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat
Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.Tandi, Ismail.
2010. Analisis Ekonomi Pemeliharaan Ternak Sapi Bali dengan Sistem
Penggembalaan di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Sulawesi
Selatan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa. Jurnal
Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No. 1ISSN 2089-0036.Utomo, R., S.
Reksohadiprodjo, B.P. Widyobroto, Z. Bachrudin dan B. Suhartanto
1999. Sinkronisasi Degradasi Energi dan Protein dalam Rumen pada
Ransum Basal Jerami padi untuk Meningkatkan Efisiensi Kecernaan
Nutrien Sapi Potong. Laporan Penelitian Komprehensif HB V. Proyek
Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
KAPASITAS TAMPUNG TERNAK (UT)
BAB 1PENDAHULUAN
A.Monografi Desa
Dusun kandis Kelurahan Muara Putih kecamatan Natar Lampung
Selatan memiliki potensi hijauan yang baik mengingat bahwa banyak
lahan pertanian yang tumbuh subur serta potensi hijauan yang
tersedia dapat berasal dari bawah lahan kebun karet, persawahan
maupun lahan lapang yang tersedia. Luas kebun karet yang ada dapat
juga dimanfaatkan sebagai lahan pengembalaan karena masih dapat
produktif untuk memproduksi hijauan makanan ternak.Bagi daerah yang
memiliki sosial budaya memelihara ternak secara ekstensif,
keberadaan padag penggembalaan sangat diperlukan. Oleh karena itu,
perlu adanya upaya pemanfaatan terhadap padang penggembalaan yang
ada dengan menentukan kapasitas tampung, sehingga lahan yang
memproduksi hijauan makanan ternak dapat dimanfaatkan dengan
optimal.Kapasitas tampung merupakan analisis kemampuan areal padang
penggembalaan atau kebun rumput untuk dapat menampung sejumlah
ternak, sehingga kebutuhan hijauan rumput dalam 1 tahun bagi
makanan ternak tersedia dengan cukup.Kapasitas tampung padang
penggembalaan atau kebun rumput, erat berhubungan dengan jenis
ternak, produksi hijauan rumput, musim, dan luas padang
penggembalaan atau kebun rumput. Oleh karena itu, kapasitas tampung
bisa bermacam-macam dan tergantung pada pengukuran produksi hijauan
rumput. Pada musim basah, hijauan rumput akan tinggi produksinya
daripada musim kering. Haldemikian juga berarti bahwa pada musim
basah bisa tersedia lebih banyak produksi hijauan rumput untuk
sejumlah ternak, namun pada musim kering jumlah ternak akan
terbatas jumlahnya sesuai dengan tersedianya hijauan rumput.1.2
Tujuan PraktikumAdapun tujuan dari praktikum ini
antaralain;1.mahasiswa dapat mengetahui kapasitas tampung dari luas
lahan yang dikelola;2.mahasiswa dapat mengetahui potensi lahan
pertanian sebagai penyedia hijauan makanan ternak
BAB IITINJAUAN PUSTAKADaya tampung atau kapasitas tampung
(carrying capacity) adalah kemampuan padang penggembalaan untuk
menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah
ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan
padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar
(Reksohadiprodjo, 1994).Selanjutnya dikatakan oleh Moore, (1964)
yang disitasi oleh Reksohadiprodjo, (1985) bahwa padang
penggembalaan alam terdiri dari tanaman dominan yang ditumbuhi
rumput perenial, sedikit atau tak ada sama sekali belukar (gulma)
atauweed, tidak ada pohon. Sering dikatakan bahwa padang
penggembalaan permanen karena tidak ada campur tangan manusia
terhadap susunan floranya.Pada sistem penggembalaan bebas, ternak
dilepas untuk mencari makan di padang rumput alam yang kurang
terkontrol sehingga dapat menyebabkan terjadinyaunder
grazing(kelebihan rumput yang tersedia) maupunover
grazing(penggembalaan yang berlebihan).Overgrazingberakibat pada
musnahnya spesies-spesies rumput alam yang disenangi ternak
(palatable) dan bernilai nutrisi baik yang kemudian digantikan
dengan jenis rumput yang berkualitas kurang baik dan berumur
pendek.MenurutM. Agus(2012) kebutuhan berat kering pakan ternak
adalah sebesar 3 %dari bobot tubuhnya, sehingga rata-rata ternak
sapi membutuhkan 9-12 kg berat kering tiap harinya.Menurut Saulan
Sinaga (2009),Daya tampung padang pengembalaan tergantung
kepadakemiringan lahan, jarak dengan sumber air, kecepatan
pertumbuhan/produksi tanaman pakan, kerusakan lahan, ketersediaan
hijauan yang dapat dikonsumsi, nilai nutrisi pakan, variasi musim,
keadaan ekologi padangpenggembalaan. Pengelolaan padang
pengembaladiperlukan untuk mencapai : Keseragaman penggunaan rumput
oleh ternak dan tingkat pertumbuhan hijauan yang optimal. Cara yang
digunakan untuk menghitung daya tampung terdiri dari 2 cara yakni
:1.Cut and Carry: dipotong langsung dari kebun/ padang diberikan
kepada ternak di kandang2.Carrying Capacity: Daya tampung padang
penggembalaan (ha/UT) untuk mencukupi kebutuhan pakan
hijauanPengukuran kapasitas tampung padang penggembalaan digunakan
petunjuk Hall (1964) yang dikutip Susetyo (1980) dalam Koddang dkk
(1994), yaitu sebagai berikut :-Kuadran dijatuhkan secara acak
dipadang penggembalaan-Hijauan di dalam kuadrant dipotong sedekat
mungkin dari permukaan tanah-Hijauan hasil pemotongan dimasukkan ke
dalam plastik untuk ditimbang-Cuplikan ke dua diukur ke arah kanan
dan kiri sejauh 5 langkah sampai 10 langkah-Cuplikan pertama dan
kedua disebut satu clusterPengambilan cluster selanjutnya diukur
dengan jarak 100 125 meter tergak lurus dengan cluster pertama dan
disesuaikan dengan luas padang penggembalaan yang tersedia.
BAB IIIMETODE KERJA
A.Waktu dan TempatAdapun waktu dan tempat yang dilakukan adalah
:Hari/Tanggal: Rabu, 10 April 2013Waktu: Pukul 10.00-14.00
WIBTempat: Dusun Kandis, Kelurahan Muara Putih, Kecamatan Natar,
LampungSelatanB.Alat dan BahanAdapun alat yang digunakan dalam
kunjungan ini adalah :1.Timbangan merk Five Goats kapsitas 15
kg2.Alat tulis3.Karung4.Sabit5.Tali Rafia6.Kayu7.Kamera
Adapun bahan yang digunakan dalam kunjungan ini yaitu :1.Lahan
Kebun Karet2.Rumput dan Legum3.Jumlah Ternak
C.Cara KerjaAdapun cara kerja yang dilakukan pada perhitungan
kapasitas tampung adalah :1.Menentukan lokasi pengambilan
sampel2.Pemilihan varietas rumput dan legum secara acak3.Membuat
petak persegi 1x1 m4.Mengambil sampel dengan menggunakan
sabit5.Meletakkan sampel kedalam karung6.Menimbang sampel7.Mencatat
hasil sampel kemudian merata-ratakan hasilnya8.Menentukan kapasitas
tampungHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANA.Hasil PengamatanAdapun
hasil pengamatan pada kunjungan ini adalah :Jumlah Hijauan Makanan
TernakSampel ke-Jumlah rumput+legum
(Gram)Legum(Gram)Rumput(Gram)
1900-900
2400300100
3650-650
4900500400
5300-300
6400100300
7500100400
8600-600
9800300500
10200-200
Rata-rata565130435
B.Pembahasan
Luas lahan kebun karet yang akan dihitung kapasitas tampung
ternaknya adalah 1,5 ha. Metode pengambilan sampel produksi hijauan
ternakberdasarkanpetunjuk Hall (1964) yang dikutip Susetyo (1980)
dalam Koddang dkk (1994), yaitudengan menggunakan kuadran
dijatuhkan secara acak dipadang penggembalaan, dengan luas kuadran
1m x 1m.Hijauan di dalam kuadran dipotong sedekat mungkin dari
permukaan tanahyakni 5cm dari permukaan tanah, kemudian hijauan
hasil pemotongan dimasukkan ke dalam plastik untuk ditimbang,
pengambilan sampel ke-2 sampai ke-10 dilakukan dengan teknik yang
sama.Saat penimbangan sampel masing-masing kuadran dipisahkan
antara jenis rumput dan legumnya.Berdasarkan dari 10 kali
pengambilan sampel jumlah hijauan makanan ternak yang terdapat pada
kebun karet tersebut diperoleh rata-rata 565 Gram rumput dan legum
per m2. Lahan yang dihitung kapasitas tampungnya ditumbuhi oleh950
pohon karet dengan diameter rata-rata 19 cm. Sehingga untuk lahan
1,5 ha digunakan 26,946 m2untuk pertumbuhan pohon karet. Luas lahan
yang ditumbuhi rumput dari 1,5 ha adalah 14973,054 m2.
Dengan produksi hijauan tiap 1 m2adalah 565 gram maka diperoleh
total produksi hijauan makanan ternak sebanyak 8,46 ton/1,5ha lahan
kebun karet atau 5,64 ton/ha.Diasumsikankebun hijauan ternak
mengalami masa panen sebanyak 6 kali/tahun atau 2 kali pada musim
kemarau dan 4 kali pada musim penghujan.Sehingga diperoleh produksi
sebesar 50,76 ton HMT/1,5 ha/tahun. Proper use sebesar 60 % karena
hijauan yang diproduksi di lahan tersebut adalah hijauan yang
memiliki palatabilitas tinggi yakni sebagian besar adalah
jenisColopogonuim mucoidesdan rumput lapang lainnya yang
compatable. Perbandingan proporsi legume dan rumput sebesar 1:3
yaitu sebesar 130gram legum/m2dan 435 rumput/m2.Dengan persentase
proper use tersebut diperoleh produksi hijauan makanan ternak yang
dapat dikonsumsi oleh ternak sebanyak 30,456 ton/tahun. Diasumsikan
hijauan makanan ternak yang diproduksi tersebut memiliki kadar air
sebesar 80%, maka produksi Berat kering hijauan tersedia sebesar
6,0912 ton/tahun.Ternak yang akan digembalakan adalah sapi dengan
bobot tubuh rata-ratanya 300 kg dengan kebutuhanBerat kering
hijauan makanan ternak sebagaimana menurutM. Agus(2012)
yaknisebesar 3% dari bobot tubuhnya, sehingga kebutuhan berat
kering tiap ekor ternak adalah 9 kg BK/ hariatau 3,285 ton
BK/tahun.Berdasarkan produksi berat kering hijauan makanan ternak
yang tersedia per tahunnya dibandingkan dengan kebutuhan berat
kering per ekor per tahun, maka diperoleh kapasitas tampung ternak
sebesar 1,85 UT/tahun/1,5 ha.
Jumlah ternak yang digembalakan di lahan karettersebut adalah 3
ekor sapi dengan bobot rata-rata 300 kg. Maka dapat disimpulkan
ketersediaan pakan hijauan ternak di tempat tersebut tidak memenuhi
kebutuhan bahan keringnya dan menyebabkan ternak kekurangan hijauan
makanan ternak atauover grazing.BAB VKESIMPULANAdapun kesimpulan
yang dapat diperoleh adalah :1.Produksi legum dengan hijauan di
kebun karet ini adalah 1: 4, yaitu dengan rata-rata produksi legum
130 gram/m2dan hijauan 435 gram/m22.Kualitas padang gembala di
kebun karet ini cukupbaik karena proporsi legum sebagai sumber
protein cukup tinggi dengan proper use sebesar 60 %.3.Kebun karet
ini ditumbuhi beberapa jenis rumput dan leguminosa. Jenis
leguminosa diantaranya adalahMimosa pudica, Colopogonium
mucoidesdan jenis rumput bijian lainnya.4.Kapasitas tampung ternak
sapi di kebun seluas 1,5 hayang ditumbuhi 950 pohon karet dengan
produksi hijauan 565 gram adalah 1,85 UT/tahun5.Lahan kebun karet
kurang produktif sebagai lahan penggembalaan bagi ternak, karena
produksi hijauan makanan ternak yang dihasilkan kurang memenuhi
kebutuhan ternak rakyat.
PERHITUNGAN KAPASITAS TAMPUNG
Hasil PengamatanLuas Lahan: 1,5 ha kebun karetLuas untuk
HMT:14973,054 m2.Produksi HMT/m2: 565 gramMasa Panen: 6 kali per
tahunProduksi hijauan/1,5ha/th:8,46tonProduksi
hijauan/ha/th:5,64tonTernak gembala: sapiProper use: 60%BB sapi
dewasa: 300kgKebutuhan BK: 3% BB
Produksi hijauan di PP: 5,64ton 1,5 ha: 8,46ton/1,5
ha/thDiasumsikan dalam 1 tahun dilakukan6x panen HMTMaka,produksi
HMT: 8,46ton 6
:50,76ton/1,5 ha/tahun
Maka, Jumlah Produksi HMT di kebun karetseluas 1,5 ha
adalah50,76ton/1,5ha/thAsumsi Proper use 60 %Produksi HMT yang bisa
dikonsumsi ternak: proper use x prod HMT (tahun): 60% x50,76 ton:
30, 456 tonAsumsi kadar air 80 %Prod. BK: 20% x 30, 456 ton: 6,0912
tonDaya tampungKeb BK/ekor: 3 % BB: 3 %x 300kg: 9 KgKeb. BK/tahun:
9 Kg x 365 hari:3285kg:3,285ton/e/tahunUT/ tahun/1,5 ha: kebutuhan
BK (Tahun)/prod BK HMT (Tahun):6,0912 ton/3,285ton: 1,85 UTJadi,
luas lahan kebun karet 1,5 Hadengan produksi HMT 565 gram/ m2
diperoleh kapasitas tampung ternak sebanyak 1,85 unit ternak
LAP. PADANG PENGEMBALAAN
I.PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPadang penggembalaan merupakan
suatu areal yang ditumbuhi vegetasi dominant famili Gramineae dan
mungkin juga terdapat jenis tumbuhan lainya seperti legume, dan
herba lainya yang digunakan untuk makanan ternak. Padang
penggembalaan daerah tropic biasanya menghasilkan hijauan yang
melimpah pada musim hujan, pada saat sesudah itu tunas tanaman biji
tumbuh dan berkembang dengan baik dan cepat.Hijauan makanan ternak
memegang peranan penting bagi ternak Ruminansia, besarnya sumbangan
hijauan bagi ternak Ruminasia 74-94% atau bisa mencapai 100% .
Untuk memenuhi kebutuhan ternak maka dibutuhkan hijauan yang
mempunyai kualitas tinggi, kuantitas yang cukup serta ketersediaan
dapat berkelanjutan. Penyediaan pada padang pengembalaan dapat
berupa rumput dan legume dengan komposisi rumput 60% dan legume
40%Upaya peningkatan produksi ternak harus seiring dengan
peningkatan kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Karena pakan
hijauan dapat juga berfungsi sebagai Bulk dan juga sebagai sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Pertambahan populasi
yang begitu pesat akan menyebabkan peningkatan kebutuhan suplai
pakan hijauan, hal ini akan mengakibatkan lebih banyak sumber daya
lahan yang diperlukan untuk dijadikan sebagai tempat penggembalaan
ternak.Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan pakan ternak
jangan sampai kekurangan maka salah satu alternatif yang dapat
dilakukan adalah dengan memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara
alami sebagai padang pengembalaan dan integrasi ternak terhadap
Tanaman makanan ternak kedalam pola perkebunan dan pertanian
setempat, selain itu perlu adanya pembuatan kebun rumput atau
padang penggembalaan yang dapat menyediakan berbagai jenis hijauan
unggul serta disesuaikan dengan kapasitas tampung terhadap jumlah
ternak
Indonesia merupakan Negara agraris (daerah tropic) yang sebagian
besar penduduknya hidup dari usaha pertanian. Diversifikasi tanaman
padi dan tanaman pangan lainnya sangat lainnya sangat membantu
pemerintah dalam mendukung pembangunan pertanian. Meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani bagi tubuh
disertai perbaikan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan permintaan
bahan pangan yang berasal dari ternak semakin meningkat, sehingga
menuntut peningkatan produksi dibidang peternakan.Hijauan memegang
peranan penting pada produksi ternak ruminansia, (Reksohadiprodjo
et al, 1995), karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau,
kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi
ketersediaannya baik kualitas, kuantitas, maupun kontinyuitasnya
masih sangat terbatas. Petani pada umumnya memberikan pakan pada
ternak tidak ditentukan jumlahnya, sehingga masih kurang atau
terlalu banyak sisa terbuang. Oleh karena itu diperlukan suatu cara
untuk mengoptimalkan penggunaan pakan yang diberikan pada ternak
tersebut. Optimalisasi dan efesiensi tersebut dapat dilakukan
apabila diketahui besarnya kandungan nutrient, konsumsi, dan
kecernaan bahan pakan tersebut. Pakan merupakan aspek penunjang
dalam peningkatan produktivitas ternak. Jenis makanan ternak secara
umum dikenal tiga kelompok besar yaitu hijauan, non hijauan dan
limbah pertanian. Hijauan adalah semua bahan makanan ternak yang
diberikan dalam bentuk segar. Hijauan dapat berupa tanaman
rumput-rumputan, kacang-kacangan, semak, perdu, atau pohon yang
dapat dimanfaatkan sebagai pakan terutama ternak
herbivore.Peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia
akan berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai
sumber pakan dapat dipenuhi secara kualitas dan kuantitas dan
tersedia secara kontinyu. Hijauan makanan ternak bersumber dari
padang rumput alam atau dengan melakukan penanaman hijauan makanan
ternak. Jenis dan kualitas hijauan dipengaruhi oleh kondisi ekologi
dan iklim di suatu wilayah. Ketersediaan hijauan pakan ternak di
Indonesia tidak tersedia sepanjang tahun, dan hal ini merupakan
suatu kendala yang perlu dipecahkan..1.2 Tujuan dan kegunaanTujuan
dari praktikum Padang Penggembalaan Tropis yaitu untuk mengetahui
komposisi botanis dari lahan penggembalaan Universitas Tadulako
dengan menggunakan metode destruktif sampling.Adapun kegunaan dari
praktikum Padang Penggembalaan tropis diharapkan pada mahasiswa
agar dapat mengetahui jeni-jenis tanaman makanan ternak dilahan
penggembalaan Universitas Tadulako, dan dapat mengetahui proses
perhitungan dari hasil pengambilan sampling, serta dapat menetukan
jenis tanaman yang dominan di lahan penggembalaan Universita
Tadulako,juga dapat mengetahui kualitas dan kuantitas padang
penggembalaan yang terdapat disekitar wilayah kampus Universitas
Tadulako, baik itu dari komposisi botani, kapasitas tampung,
keadaan lahan dan lain sebagainyaII.TINJAUAN PUSTAKA2.1Padang
PenggembalaanPadang Penggembalaan adalah suatu daerah padangan
dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang
dapat menyenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat.
Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atau
leguminosa, tetapi suatu padang rumput yang baik ekonomis adalah
yang terdiri dari rumput dan leguminosa (Anonimous, 1995).Perluasan
areal padang penggembalaan adalah upaya memperluas padang
penggembalaan guna meningkatkan produksi hijauan makanan ternak
yang berkualitas (Reksohadiprodjo, 1985).Padang penggembalaan
adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau
legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak)
yang digunakan untuk menggembalakan ternak (Yunus, 1997).Usaha
padang penggembalaan adalah suatu bentuk usaha peternakan (ternak
ruminansia) yang menggunakan padang penggembalaan, dengan landasan
kapasitas tampung (carrying capacity) (Reksohadiprodjo,
1985).Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan
makanan bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan
tenaga kerja sedikit, sedangkan ternak menyenggut sendiri
makanannya di padang penggembalaan. Rumput yang ada didalamnya
dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan pengaruh
tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak
dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang
menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu
sendiri (Anonimous, 1990).Syarat padang penggembalaan yang baik
adalah produksi hijauan tinggi dan kualitasnya baik, persistensi
biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah dikembangbiakkan.
Pastura yang baik nilai cernanya adalah pastura yang tinggi
canopinya yait u 25 30 cm setelah dipotong (Utomo, 1983).
2.2 Macam Macam Padang PenggembalaanPadang Penggembalaan alam
merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa
rumputperennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma
(weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan
permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan
floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan
(Reksohardiprodjo, 1985).Padang Penggembalaan alam yang sudah
ditingkatkan merupakan spesies spesies hijauan makanan ternak dalam
padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah
komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif
dan menguntungkan dengan jalan mengatur
pemotongan(defoliasi)(Reksohardiprodjo, 1985).Padang Penggembalaan
buatan (temporer) dimana tanaman makanan ternak dalam padangan
telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan
dapat menjadi padangan permanent atau diseling dengan tanaman
pertanian (Reksohardiprodjo, 1985).Padang Penggembalaan dengan
Irigasi dimana padangan biasanya terdapat didaerah sepanjang sungai
atau dekat sumber air.Penggembalaan dijalankan setelah padangan
menerima pengairan selama 2 4 hari (Reksohardiprdjo, 1985).2.3
Komposisi BotaniPadang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi
botani 50 % rumput dan 50 % legume. Besarnya kadar air dan bahan
kering yang harus dimiliki oleh suatu padangan adalah 70 80 % untuk
kadar air dan bahan keringnya 20 30 % (Susetyo, 1981).Metode
berdasarkan komposisi botani dan penggunaannya untuk menilai padang
penggembalaan yang umum metode destruktif (merusak). Alat yang
digunakan dalam metode ini adalah alat kuadran perrsegi yang
berukuran 1 m x 0,5 m.Metode pengukuran kualitas hijauan untuk
komposisi botani yaitu dengan menggunting atau disabit sebagian
pasture kemudian dianalisis untuk mendapatkan berapa banyak bahan
kering, lemak kasar ataupun nutrient nutrient yang lainnya yang
disajikan dalam penggembalaan. (Reksohadiprodjo, 1983).2.4
Pengukuran Kapasitas TampungKapasitas tampung adalah kemampuan
padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang
dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu
hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak
per hektar (Reksohadiprodjo, 1985). Kapasitas tampung juga dapat
diartikan sebagai kemampuan padang rumput dalam menampung ternak
(Susetyo, 1980) atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan
luas padang penggembalaan (Subagiyo dan Kusmartono, 1988).Kapasitas
tampung identik dengan tekanan penggembalaan(stocking rale)yaitu
jumlah ternak atau unit ternak persatuan luas padang penggembalaan
(Anonimous, 1979 dalam Mudumi 1990).Identifikasi tanaman bertujuan
untuk mengetahui jenis jenis tanaman rumput dan legume secara tepat
dan cepat (Reksohadiprodjo, 1985).
2.5 Kemampuan Klass PasturalDaya tampung padang penggembalaan
tergantung pada Kemiringan lahan, Jarak dengan sumber air,
Kecepatan pertumbuhan/produksi tanaman pakan, Kerusakan lahan,
Ketersediaan hijauan yang dapat dikonsumsi, Nilai nutrisi pakan,
Variasi musim, Keadaan ekologi padang penggembalaan (Susetyo,
1980).Kelerengan dinyatakan dalam % dan dikelompokkan dalam
kelas-kelas datar sampai agak datar 0-8%, berombak sampai
bergelombang 9-15%, bergelombang 15 - 40% dan berbukit/bergunung
>40% (Hakim, 1986).Tekstur dinyatakan berdasarkan bandingan
dalam bahan organik, fraksi pasir, debu dan liat dan untuk tanah
mineral dikelompokkan dalam kelas-kelas berpasir, berlempung,
berliat dan berdebu. Sedangkan tanah gambut dibagi menjadi dangkal
(2m). (Arismunandar, 1983).Kemiringan lereng, panjang lereng, dan
bentuk lereng semuanya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran
permukaan.Kemiringan lereng dapat dilihat dari peta topografi dan
peta tanah. Kemiringan suatu lereng dikelompokkan sebagai berikut
:Datar 0 3%, Landai atau berombak 3% - 8%, Agak miring atau
bergelombang 8% - 15%, Miring atau berbukit 15% - 30%, Agak curam
30% - 45%, Curam 45% - 65%, Sangat curam lebih dari 65% (Jamulya
dan Sunarto, 1991).III.METODE PRAKTIKUM3.1 Waktu dan TempatTempat
pelaksanaan praktikum Padang Penggembalaan Tropis yang membahas
tentang Komposisi Botanis Lahan Penggembalaan dengan menggunakan
metode destruktif bertempat dilahan penggembalaan Universitas
Tadulako.Waktu pelaksanaan praktikum Padang Penggembalaan
Tropis,dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 24 Mei 2012 pada
pukul 07.00 sampai dengan selesai.3.2 Alat dan BahanBahan yang
digunakan dalam praktikum Padang Penggembalaan Tropis yaitu, rumput
lahan penggembalaan disekitar wilayah kampus Universitas
tadulako.Alat yang digunakan dalam praktikum Padang Penggembalaan
Tropis adalah, alat potong gunting dan pisau, kuadran dengan
ukuiran 1 m x 0,5 m, alat tulis, amplop, meteran dan timbangan.3.3
Cara KerjaLangkah pertama yang dilakukan dalam praktikum Padang
Penggembalaan tropis tentang pengamatan komposisi botanis lahan
penggembalaan Universitas Tadulako, yaitu mengukur luas lahan
padangan kemudian proses pengambilan sampling menggunakan kuadran
dengan ukuran 1 m x 0,5 m dengan jarak 10 m kuadran diletakkan
secara acak lalu dilakukan pemotongan samapi rapat dengan tanah,
selanjutnya sampling yang telah dipotongdimasukkan kedalam kantong
yang telah di sediakan.Tahap selanjutnya sampling yang telah di
peroleh dipisah-pisahkan menurut jenisnya yang dibagi dalam 4 jenis
yaitu rumput, leguminosa, tanaman lain makanan ternak, dan gulma,
setelah melakukan pemisahan sampling dimasukkan kedalam amplop lalu
dikeringkan selama tiga hari dan melakukan penimbangan
sampling.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HasilDari hasil pengamatan yang telah
dilakukan maka di peroleh hasil sebagai berikut :Tabel1. Tanaman
dominan dalam pengamatanNo.Komposisi
RumputLegumTanaman lainGulma
1_
2__
3__
4_
5_
6
7_
8_
9_
10_
11_
12__
13__
14_
15
16_
17__s
18__
19_
20__
21
Tabel2. Pengamatan sampel sebelum dikurangi berat
amplopNo.Komposisi
RumputLegumTanaman lainGulma
132 gram_14 gram35 gram
2__188,5 gram15,5 gram
3__164 gram107 gram
413,5 gram_22,5 gram57 gram
522 gram_56 gram27,5 gram
626 gram41 gram31 gram18,5 gram
7_14 gram44 gram25 gram
813,5 gram_51,5 gram14,5 gram
930 gram_14 gram49,5 gram
10265,5 gram13,5 gram23 gram_
11197,5 gram_22 gram20,5 gram
12__51 gram35,5 gram
13214 gram99,5 gram__
14_23 gram15,5 gram44 gram
1543,5 gram15,5 gram13,5 gram15 gram
1640 gram_17,5 gram19,5 gram
1712 gram48 gram__
1853 gram_17,5 gram_
19114,5 gram_63 gram17,5 gram
2039 gram21,5 gram__
2137 gram74,5 gram18,5 gram21 gram
Tabel 3. Pengamatan sampel setelah dikurangi berat
amplopNo.Komposisi
RumputLegumTanaman lainGulma
121 gram_3 gram24 gram
2__177,5 gram4,5 gram
3__153 gram96 gram
42,5 gram_11,5 gram46,5 gram
511 gram_45 gram16,5 gram
615 gram30 gram20 gram7,5 gram
7_3 gram33 gram14 gram
82,5 gram_40,5 gram3,5 gram
919 gram_3 gram38,5 gram
10254,5 gram2,5 gram12 gram_
11186,5 gram_11 gram9,5 gram
12__40 gram24,5 gram
13203 gram88,5 gram__
14_12 gram4,5 gram33 gram
1532,5 gram4,5 gram2,5 gram4 gram
1629 gram_6,5 gram8,5 gram
171 gram37 gram__
1842 gram_6,5 gram_
19103,5 gram_52 gram6,5 gram
2028 gram10,5 gram__
2126 gram63,5 gram7,5 gram10 gram
Tabel 3. Data Real sampel setelah dikurangi 10 %No.Komposisi
RumputLegumTanaman lainGulma
118,9 gram_2,7 gram21,6 gram
2__137,7 gram4,05 gram
3__159,25 gram86,4 gram
42,25 gram_137,7 gram42,21 gram
510,71 gram_10,35 gram14,85 gram
613,5 gram27 gram40,5 gram6,75 gram
7_2,7 gram18 gram12,6 gram
82,25 gram_29,7 gram3,15 gram
917,1 gram_36,45 gram34,65 gram
10229,05 gram2,25 gram2,7 gram_
11167,85 gram_10,8 gram8,55 gram
12__9,9 gram22,05 gram
13182,7 gram79,65 gram36 gram_
14_10,8 gram4,05 gram29,7 gram
1529,25 gram4,05 gram2,25 gram3,6 gram
1614,5 gram_5,85 gram7,65 gram
170,9 gram33,3 gram__
1837,8gram_5,85 gram_
1993,15 gram_46,8 gram5,85 gram
2025,2 gram9,45 gram__
2123,4 gram57,15 gram6,75 gram9 gram
Jumlah868,51 gram226,35 gram697,45 gram312,66 gram
Rata-rata54,28 gram25,15 gram36,71 gram19,54 gram
Persentasi41,3 %10,8%33,2 %14,9 %
Analisis kapasitas tampung lahan penggembalaan Universitas
TadulakoTotal produksi hijauan makanan ternakx = x L + x R + x Tlx
=54,28 + 36,71 + 25,15x = 116,14 gram= 116,14 10 %= 104,53
gram/Produksi hijauan makanan ternak x 20.000= 104,53 x 20.000=
2.090.520 gram/= 2.090, 52 kg/Proper use factor= 2.090,52 kg/x 20
%= 418,1 kg/Asumsi berat ternak 300 kg membutuhkan 3% pakan per
hari= 3 % x 300 kg= 9 kg/hariKebutuhan ternak per bulan= 30 x 9
kg/hari= 240 kg/bulanRumus voision( y - 1 ) . s = rKet: s ( periode
merumput ) = 30 harir ( masa istirahat lahan) = 70 harijadi: ( y 1)
. s = r( y 1 ) . 30 = 7030 y = 70 + 30Y = 100/30Y= 3,33Kebutuhan
lahan perhari sebanyak 9 kg= 9 kg/hari : 418,1= 0,021526 ha/ hari=
215,26/hariUntuk kebutuhan 1 bulan setiap ekor ternak sapi
memerlukan lahan= 30 x 0,021526= 0,6458 ha/ ekorMaka kebutuhan
lahan satu ekor ternak pertahun= y x kebutuhan perbulan= 3,33 x
0,6458 ha/ekor= 2,1505 ha/ekor= 2,15 ha/ekorJadi daya tampung lahan
yang diukur berdasarkan hijauan yang tersedia= 1 ha : 2,15
ha/ekorSetiap 1 ha = 0,46 ekor ternak sapiUntuk mengetahui jumlah
ternak yang dapat digembalakan pada luas lahan yang telah diukur
maka luas lahan = 35.910= 3,591 haJadi = 0,46 x 3,591 ha= 1,65 2
ekor ternak
4.2 PembahasanPeningkatan produksi ternak khususnya ternak
ruminansia akan berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan
hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi secara kualitas dan
kuantitas dan tersedia secara kontinyu. Hijauan makanan ternak
bersumber dari padang rumput alam atau dengan melakukan penanaman
hijauan makanan ternak. Jenis dan kualitas hijauan dipengaruhi oleh
kondisi ekologi dan iklim di suatu wilayah. Ketersediaan hijauan
pakan ternak di Indonesia tidak tersedia sepanjang tahun, dan hal
ini merupakan suatu kendala yang perlu dipecahkan.Padang
penggembalaan yang terdapat di Fakultas Peternakan Universitas
Jambi yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan praktikum
Pengolahan Padang Penggembalaan ini kurang memenuhi syarat hal ini
dapat dilihat dari kondisi padang yang begitu sempit dan tidak
banyak terdapat hijauan yang bisa dimakan oleh ternak.Padang
Penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman
makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya
menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan
tersebut bisa terdiri dari rumput atau leguminosa, tetapi suatu
padang rumput yang baik ekonomis adalah yang terdiri dari rumput
dan leguminosa (Anonimous, 1995). Usaha padang penggembalaan adalah
suatu bentuk usaha peternakan (ternak ruminansia) yang menggunakan
padang penggembalaan, dengan landasan kapasitas tampung (carrying
capacity) (Reksohadiprodjo, 1985).Dari pernyataan tersebut berarti
padang penggembalaan yang terdapat di Fakultas Peternakan
Universitas Jambi dapat dikatakan cukup ekonomis walaupun hanya
terdapat jumlah rumput dan leguminosa yang sedikit.Daya dukung
hijauan padang penggembalaan adalah kemampuan suatu wilayah
menghasilkan pakan berupa hijauan dari padang penggembalaan tanpa
melalui pengolahan, dan dapat menyediakan pakan untuk menampung
sejumlah populasi ternak ruminansia. Dalam menghitung daya dukung
limbah tanaman pangan digunakan asumsi kebutuhan pakan ternak
ruminansia. Asumsi yang digunakan yaitu bahwa satu satuan ternak (1
ST) ternak ruminansia rata-rata membutuhkan hijauan adalah 2,15
ha/ekor untuk setiap tahunnya. Sebagaimana Anonimous (1990)
menytakan bahwa fungsi padang penggembalaan adalah untuk
menyediakan bahan makanan bagi hewan yang paling murah, karena
hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit, sedangkan ternak menyenggut
sendiri makanannya di padang penggembalaan. Rumput yang ada
didalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan
pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak
dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang
menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu
sendiri.Berdasarkan asumsi di atas maka dilakukan perhitungan daya
dukung produksi hijauan padang penggembalaan yaitu jumlah produksi
hijauan padang penggembalaan dibagi dengan kebutuhan satu satuan
ternak selama setahun.Utomo (1983) menyatakan bahwa syarat padang
penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan
kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang
lain yang mudah dikembangbiakkan. Pastura yang baik nilai cernanya
adalah pastura yang tinggi canopinya yaitu 25 30 cm setelah
dipotong.Menurut Reksohadiprodjo (1985) menyatakan bahwa terdapat
beberapa macam padang penggembalaan yaitu antara lain :Padang
Penggembalaan alam merupakan padangan yang terdiri dari tanaman
dominan yang berupa rumputperennial, sedikit atau tidak ada sama
sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang
penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap
susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang
digembalakanPadang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan
merupakan spesies spesies hijauan makanan ternak dalam padangan
belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi
botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan
menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan(defoliasi)Padang
Penggembalaan buatan (temporer) dimana tanaman makanan ternak dalam
padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia.
Padangan dapat menjadi padangan permanent atau diseling dengan
tanaman pertanianPadang Penggembalaan dengan Irigasi dimana
padangan biasanya terdapat didaerah sepanjang sungai atau dekat
sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima
pengairan selama 2 4 hari.Dari beberapa macam padang penggembalaan
diatas itu berarti padang penggembalaan yang digunakan untuk
praktikum Pengolahan Padang Penggembalaan termasuk kedalam Padang
Penggembalaan alam yaitu merupakan padangan yang terdiri dari
tanaman dominan yang berupa rumputperennial, sedikit atau tidak ada
sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut
padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia
terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang
digembalakan. Padang penggembalaan jenis ini merupakan tempat
dimana pelaksanaan praktikum pengukuran komposisi botani dan
kapasitas tampung.Padang penggembalaan yang baik mempunyai
komposisi botani 50 % rumput dan 50 % legume. Besarnya kadar air
dan bahan kering yang harus dimiliki oleh suatu padangan adalah 70
80 % untuk kadar air dan bahan keringnya 20 30 % (Susetyo, 1981).
Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada padang penggembalaan di
Fakultas Peternakan, setiap Flot rata rata banyak terdapat rumput
dan gulma, sedangkan legum hanya sedikit. Sedangkan untuk
penghitungan bahan keringnya melebihi dari 20 30 %.Metode
pengukuran kualitas hijauan untuk komposisi botani yaitu dengan
menggunting atau disabit sebagian pasture kemudian dianalisis untuk
mendapatkan berapa banyak bahan kering, lemak kasar ataupun
nutrient nutrient yang lainnya yang disajikan dalam
penggembalaan.(Reksohadiprodjo, 1983).Identifikasi
TanamanIdentifikasi tanaman bertujuan untuk mengetahui jenis jenis
tanaman rumput dan legume secara tepat dan cepat (Reksohadiprodjo,
1985). Pada saat melakukan praktikum kami melakukan identifikasi
tanaman yang ada dalam setiap kuadran, dari identifikasi tersebut
maka rata rata pada kuadran terdapat rumput pahit (Paspallum
notatum), rumput cabe cabean (Lepidagathis javanica),rumput buluh,
legum s (desmantus),dan gulma. Dengan presentase yang paling tinggi
dari hasil penentuan presentasi kondisi lahan penggembalaan
universitas tadulako yaitu rumput 41,3 %, tanaman lain 33,2 %,
gulma 14,9 %, dan legum 10,8 %. Dari hasil pengamatan tanaman
rumput mempunyai presentasi tertinggi dibanding dengan tanaman lain
dan legum.Sistematika Tanaman Rumput :Phylum :
SpermatophytaSubphylum : AngiospermaesClassis :
MonocotyledoneaeOrdo : GlumifloraFamilia : GraminaeSubfamilia :
Panicoideae
Sistematika Tanaman Legum :Phyllum : SpermatophytaSubphylum :
AngiospermaeClassis : DicotyledoneaeOrdo : RosalesSubordo :
RosaneaeFamilia : LeguminoseaeSubfamilia : Papilonaceae
(Fabiodeae)Mimosaceae (Mimosiodeae)Ceasalpineaceae
(Ceasalpinodeae)
Setelah pengukuran komposisi botani, mengidentifikasi tanaman
yang terdapat setiap kuadran, maka selanjutnya melakukan melakukan
pengukuran kapasitas tampung pada padang penggembalaan yang
ada.Kapasitas tampung adalah kemampuan padang penggembalaan untuk
menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah
ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan
padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar
(Reksohadiprodjo, 1985). Kapasitas tampung juga dapat diartikan
sebagai kemampuan padang rumput dalam menampung ternak (Susetyo,
1980) atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan luas
padang penggembalaan (Subagiyo dan Kusmartono, 1988).Pada saat
melakukan pengukuran kapsaitas tampung ini kami melakukan kegiatan
seperti pengukuran komposisi botani hanya saja pada pengukuran
kapasitas tampung ini hijauan (rumput dan legum) digunting kemudian
dimasukkan kedalam amplop, timbang seberat 1 gr. Setiap kuadaran
dilakukan kegiatan sama dengan amplop yang berbeda, kemudian amplop
yang berisi hijauan dijemur selama tiga hari.Kapasitas tampung
identik dengan tekanan penggembalaan(stocking rale)yaitu jumlah
ternak atau unit ternak persatuan luas padang penggembalaan
(Anonimous, 1979 dalam Mudumi 1990). Tekanan penggembalaan optimum
merupakan pencerminan dari kapasitas tampung yang sebenarnya dari
padang penggembalaan, karena baik pertumbuhan ternak maupun hijauan
dalam keadaan optimum atau merupakan pencerminan keseimbangan
antara padang rumput dengan jumlah unit ternak yang
digembalakan.1.Penaksiran Kuantitas Produksi HijauanUmumnya
dilakukan dengan metode cuplikan dengan memakai frame berukuran 1 x
0,5 m dengan bentuk persegi panjang. Pengambilan sampel dilapangan
dilakukan secara acak. Hijauan yang terdapat di areal frame
dipotong lebih kurang 5 10 cm diatas permukaan tanah dan ditimbang
beratnya.2.PenentuanProper Use FactorKonsepProper Use Factor(PUF)
besarnya tergantung pada jenis ternak yang digembalakan, spesies
hijauan di padangan, tipe iklim setempat serta kondisi tanah
padangannya. Dari hasil perhitungan yang dilakukan proper use
factor lahan penggembalaan Universitas Tadulako didapatkan hasil
418,1 kg/3.Menaksir Kebutuhan Luas Tanah per bulanPenaksiran ini
didasarkan pada kemampuan ternak mengkonsumsi hijauan, kenutuhan
satu ekor dalam satu bulan memerlukan lahan lahan seluas 0,6458
ha/ekor artinya dengan luasan lahan yang telah diukur lahan mampu
mencukupi konsumsi hijauan selama satu bulan.4.Menaksir Kebutuhan
Luas Tanah per tahunSuatu padangan memerlukan masa agar hijauan
yang telah dikonsumsi ternak tumbuh kembali dan siap untuk
digembalai lagi, masa ini disebut masa istirahat, dengan periode
merumput selama 30 hari dan masa istrahat lahan selama 70 hari maka
kebutuhan lahan satu ekor ternak selama satu tahun sekitar 2,15
ha/ekor
V.KESIMPULAN DAN SARAN5.1 KesimpulanDari praktikum yang telah
dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa padang
penggembalaan merupakan suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman
makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat dikonsumsi
menurut kebutuhannya dalam waktu yang singkat. Padang penggembalaan
bisa terdiri dari rumput dan leguminosa. Padang penggembalaan yang
terdapat disekitar wilayah Universitas Tadulako yang digunakan
sebagai tempat Praktikum merupakan jenis padang penggembalaan alam
yang sudah ditingkatkan dan padang penggembalaan alami Padang
penggembalaan dimana tempat melaksanakan praktikum termasuk padang
penggembalaan yang cukup baik, hal ini dapat di lihat dari
pengukuran komposisi botani, pengukuran kapasitas tampungyang sudah
memenuhi syarat.5.2 SaranSetelah melakukan praktikum saran kami
sebagai praktikan,Dari pelaksanaan praktikum ini kami menyarankan
agar pelaksanaan praktikum dapat dilaksanakan diluar areal wilayah
Universitas Tadulako agar mahasiswa dapat mengetahui perbedaan dan
dapat membandingkan padang penggembalaan yang terdapat di
Universitas Tadulako dengan padang penggembalaan yang terdapat di
daerah lain.DAFTAR
PUSTAKAAnonim.2012a.rudhy-aja.blogspot.com/2011/10/pengelolaan-padang-penggembalaan.Diakses
pada tanggal1 Juni
2012.Anonim.2012b.litbang.deptan.go.id/padang-penggembalaan-untuk-ternak-kambing.
Diakses pada tanggal1 Juni 2012.Anonim.2012
c.intannursiam.wordpress.com/2011/01/10/kapasitas-tampung-padang-penggembalaan/ub
Sektor Peternakan.Diakses pada tanggal1 Juni
2012.Anonim.2012d.census-sitorus.blogspot.com/2011/12/padang-pengembalaan.Diakses
pada tanggal1 Juni 2012.