Kumpulan Cerita Anak Anak
KUMPULAN CERITA ANAK ANAKDaftar Isi
1. Sangkuriang
2. Legenda Candi Prambanan
3. Aryo Menak
4. Si Lancang
5. Terjadinya Danau Toba
6. Si Sigarlaki dan Si Limbat
7. Aji Saka
8. Arti Sebuah Persahabatan
9. Batu Golog
10. Bende Wasiat
11. Buaya Ajaib
12. Asal Usul Danau Lipan
13. Buaya Perompak
14. Cindelaras
15. Kancil si pencuri Timun
16. Kelelawar Yang Pengecut
17. Keong Mas
18. Kera dan Ayam
19. Kera Jadi Raja
20. Kutukan Raja Pulau Mintin
21. La Dana dan Kerbaunya
22. Laba-laba, kelinci dan sang bulan
23. Loro Jonggrang
24. Lutung Kasarung
25. Malin Kundang
26. Manik Angkeran
27. Pak Lebai Malang
28. Puteri Junjung Buih
29. Raja Parakeet
30. Si Pahit Lidah
31. Gembala Sang Raja
32. Chin Na
33. Istana Bunga
34. Raja Telinga Keledai
35. Tiga Tersangka
36. Tiga Mantra, Satu Tenaga
37. Dongeng Rakyat Vietnam
1. Sangkuriang
Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan
istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan
dewa dan juga bapaknya.
Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk
mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam
hutan.
Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu
pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar
cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan
sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa
dan pergi mengembara. Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat
menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada
suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya
muda dan memiliki kecantikan abadi.
Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat
untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu
sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang
tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita
tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu
sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.
Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta
tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah
terkejutnya Dayang Sumbi demi melihat bekas luka di kepala calon
suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi
merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu
sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan.
Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses
peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta
pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta
Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang
sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar
menyingsing.
Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia
mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan
pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan
tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi
memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di
sebelah timur kota.
Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang
mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan
pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak
dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi.
Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya.
Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian
menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan
jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama "Tangkuban Perahu."
2. Legenda Candi Prambanan
Di dekat kota Yogyakarta terdapat candi Hindu yang paling indah
di Indonesia. Candi ini dibangun dalam abad kesembilan Masehi.
Karena terletak di desa Prambanan, maka candi ini disebut candi
Prambanan tetapi juga terkenal sebagai candi Lara Jonggrang, sebuah
nama yang diambil dari legenda Lara Jonggrang dan Bandung
Bondowoso. Beginilah ceritanya. Konon tersebutlah seorang raja yang
bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di Prambanan. Raja ini seorang
raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya. Meskipun demikian,
kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan Raja Pengging.
Prabu Baka meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu
disebabkan karena bantuan orang kuat yang bernama Bondowoso yang
juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso karena dia mempunyai
senjata sakti yang bernama Bandung.
Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati
Istana Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara
Jonggrang, putri bekas lawannya -- ya, bahkan putri raja yang
dibunuhnya. Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya.
Lara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia
tidak akan menerimanya begitu saja. Dia mau kawin dengan Bandung
Bondowoso asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya
dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus
selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya,
meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang
sakti yang mempunyai balatentara roh-roh halus.
Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta pengikutnya
dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu.
Sangatlah mengherankan cara dan kecepatan mereka bekerja. Sesudah
jam empat pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan.
Di samping itu sumurnya pun sudah hampir selesai.
Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena
mereka yakin bahwa semua syarat Lara Jonggrang akan terpenuhi. Apa
yang harus diperbuat? Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh
menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya.
Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga-bungaan yang harum,
roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari
sudah siang. Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa hendak
dikata, roh halus berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan
mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso menyelesaikannya. Keesokan
harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal,
bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan
-- tidak akan ada orang yang mau memperistri mereka sampai mereka
menjadi perawan tua. Sedangkan Lara Jonggrang sendiri dikutuk
menjadi arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar
yang sampai sekarang dinamai candi Lara Jonggrang. Candi-candi yang
ada di dekatnya disebut Candi Sewu yang artinya seribu.
3. Aryo Menak
Dikisahkan pada jaman Aryo Menak hidup, pulau Madura masih
sangat subur. Hutannya sangat lebat. Ladang-ladang padi
menguning.
Aryo Menak adalah seorang pemuda yang sangat gemar mengembara ke
tengah hutan. Pada suatu bulan purnama, ketika dia beristirahat
dibawah pohon di dekat sebuah danau, dilihatnya cahaya sangat
terang berpendar di pinggir danau itu. Perlahan-lahan ia mendekati
sumber cahaya tadi. Alangkah terkejutnya, ketika dilihatnya tujuh
orang bidadari sedang mandi dan bersenda gurau disana.
Ia sangat terpesona oleh kecantikan mereka. Timbul keinginannya
untuk memiliki seorang diantara mereka. Ia pun mengendap-endap,
kemudian dengan secepatnya diambil sebuah selendang dari
bidadari-bidadari itu.
Tak lama kemudian, para bidadari itu selesai mandi dan bergegas
mengambil pakaiannya masing-masing. Merekapun terbang ke istananya
di sorga kecuali yang termuda. Bidadari itu tidak dapat terbang
tanpa selendangnya. Iapun sedih dan menangis.
Aryo Menak kemudian mendekatinya. Ia berpura-pura tidak tahu apa
yang terjadi. Ditanyakannya apa yang terjadi pada bidadari itu.
Lalu ia mengatakan: "Ini mungkin sudah kehendak para dewa agar
bidadari berdiam di bumi untuk sementara waktu. Janganlah bersedih.
Saya akan berjanji menemani dan menghiburmu."
Bidadari itu rupanya percaya dengan omongan Arya Menak. Iapun
tidak menolak ketika Arya Menak menawarkan padanya untuk tinggal di
rumah Arya Menak. Selanjutnya Arya Menak melamarnya. Bidadari
itupun menerimanya.
Dikisahkan, bahwa bidadari itu masih memiliki kekuatan gaib. Ia
dapat memasak sepanci nasi hanya dari sebutir beras. Syaratnya
adalah Arya Menak tidak boleh menyaksikannya.
Pada suatu hari, Arya Menak menjadi penasaran. Beras di
lumbungnya tidak pernah berkurang meskipun bidadari memasaknya
setiap hari. Ketika isterinya tidak ada dirumah, ia mengendap ke
dapur dan membuka panci tempat isterinya memasak nasi. Tindakan ini
membuat kekuatan gaib isterinya sirna.
Bidadari sangat terkejut mengetahui apa yang terjadi. Mulai saat
itu, ia harus memasak beras dari lumbungnya Arya Menak. Lama
kelamaan beras itupun makin berkurang. Pada suatu hari, dasar
lumbungnya sudah kelihatan. Alangkah terkejutnya bidadari itu
ketika dilihatnya tersembul selendangnya yang hilang. Begitu
melihat selendang tersebut, timbul keinginannya untuk pulang ke
sorga. Pada suatu malam, ia mengenakan kembali semua pakaian
sorganya. Tubuhnya menjadi ringan, iapun dapat terbang ke
istananya.
Arya Menak menjadi sangat sedih. Karena keingintahuannya,
bidadari meninggalkannya. Sejak saat itu ia dan anak keturunannya
berpantang untuk memakan nasi.
4. Si Lancang
Alkisah tersebutlah sebuah cerita, di daerah Kampar pada zaman
dahulu hiduplah si Lancang dengan ibunya. Mereka hidup dengan
sangat miskin. Mereka berdua bekerja sebagai buruh tani.
Untuk memperbaiki hidupnya, maka Si Lancang berniat merantau.
Pada suatu hari ia meminta ijin pada ibu dan guru ngajinya. Ibunya
pun berpesan agar di rantau orang kelak Si Lancang selalu ingat
pada ibu dan kampung halamannya. Ibunya berpesan agar Si Lancang
jangan menjadi anak yang durhaka.
Si Lancang pun berjanji pada ibunya tersebut. Ibunya menjadi
terharu saat Si Lancang menyembah lututnya untuk minta berkah.
Ibunya membekalinya sebungkus lumping dodak, kue kegemaran Si
Lancang.
Setelah bertahun-tahun merantau, ternyata Si Lancang sangat
beruntung. Ia menjadi saudagar yang kaya raya. Ia memiliki
berpuluh-puluh buah kapal dagang. Dikhabarkan ia pun mempunyai
tujuh orang istri. Mereka semua berasal dari keluarga saudagar yang
kaya. Sedangkan ibunya, masih tinggal di Kampar dalam keadaan yang
sangat miskin.
Pada suatu hari, Si Lancang berlayar ke Andalas. Dalam pelayaran
itu ia membawa ke tujuh isterinya. Bersama mereka dibawa pula
perbekalan mewah dan alat-alat hiburan berupa musik. Ketika merapat
di Kampar, alat-alat musik itu dibunyikan riuh rendah. Sementara
itu kain sutra dan aneka hiasan emas dan perak digelar. Semuanya
itu disiapkan untuk menambah kesan kemewahan dan kekayaan Si
Lancang.
Berita kedatangan Si Lancang didengar oleh ibunya. Dengan
perasaan terharu, ia bergegas untuk menyambut kedatangan anak
satu-satunya tersebut. Karena miskinnya, ia hanya mengenakan kain
selendang tua, sarung usang dan kebaya penuh tambalan. Dengan
memberanikan diri dia naik ke geladak kapal mewahnya Si
Lancang.
Begitu menyatakan bahwa dirinya adalah ibunya Si Lancang, tidak
ada seorang kelasi pun yang mempercayainya. Dengan kasarnya ia
mengusir ibu tua tersebut. Tetapi perempuan itu tidak mau beranjak.
Ia ngotot minta untuk dipertemukan dengan anaknya Si Lancang.
Situasi itu menimbulkan keributan.
Mendengar kegaduhan di atas geladak, Si Lancang dengan diiringi
oleh ketujuh istrinya mendatangi tempat itu. Betapa terkejutnya ia
ketika menyaksikan bahwa perempuan compang camping yang diusir itu
adalah ibunya.
Ibu si Lancang pun berkata, "Engkau Lancang ... anakku! Oh ...
betapa rindunya hati emak padamu. "
Mendengar sapaan itu, dengan congkaknya Lancang menepis.
Anak durhaka inipun berteriak, "Mana mungkin aku mempunyai ibu
perempuan miskin seperti kamu. Kelasi! usir perempuan gila
ini."
Ibu yang malang ini akhirnya pulang dengan perasaan hancur.
Sesampainya di rumah, lalu ia mengambil pusaka miliknya. Pusaka itu
berupa lesung penumbuk padi dan sebuah nyiru. Sambil berdoa, lesung
itu diputar-putarnya dan dikibas-kibaskannya nyiru pusakanya.
Ia pun berkata, "Ya Tuhanku ... hukumlah si Anak durhaka
itu."
Dalam sekejap, turunlah badai topan. Badai tersebut berhembus
sangat dahsyatnya sehingga dalam sekejap menghancurkan kapal-kapal
dagang milik Si Lancang. Bukan hanya kapal itu hancur
berkeping-keping, harta benda miliknya juga terbang ke mana-mana.
Kain sutranya melayang-layang dan jatuh menjadi negeri Lipat Kain
yang terletak di Kampar Kiri. Gongnya terlempar ke Kampar Kanan dan
menjadi Sungai Oguong. Tembikarnya melayang menjadi Pasubilah.
Sedangkan tiang bendera kapal Si Lancang terlempar hingga sampai di
sebuah danau yang diberi nama Danau Si Lancang.
5. Terjadinya Danau Toba
Pada jaman dahulu, hiduplah seorang pemuda tani yatim piatu di
bagian utara pulau Sumatra. Daerah tersebut sangatlah kering.
Syahdan, pemuda itu hidup dari bertani dan memancing ikan. Pada
suatu hari ia memancing seekor ikan yang sangat indah. Warnanya
kuning keemasan. Begitu dipegangnya, ikan tersebut berubah menjadi
seorang putri jelita. Putri itu adalah wanita yang dikutuk karena
melanggar suatu larangan. Ia akan berubah menjadi sejenis mahluk
yang pertama menyentuhnya. Oleh karena yang menyentuhnya manusia,
maka ia berubah menjadi seorang putri.
Terpesona oleh kecantikannya, maka pemuda tani tersebut meminta
sang putri untuk menjadi isterinya. Lamaran tersebut diterima
dengan syarat bahwa pemuda itu tidak akan menceritakan asal-usulnya
yang berasal dari ikan. Pemuda tani itu menyanggupi syarat
tersebut. Setelah setahun, pasangan suami istri tersebut dikarunia
seorang anak laki-laki. Ia mempunyai kebiasaan buruk yaitu tidak
pernah kenyang. Ia makan semua makanan yang ada.
Pada suatu hari anak itu memakan semua makanan dari orang
tuanya.
Pemuda itu sangat jengkelnya berkata: "dasar anak keturunan
ikan!"
Pernyataan itu dengan sendirinya membuka rahasia dari
isterinya.Dengan demikian janji mereka telah dilanggar.
Istri dan anaknya menghilang secara gaib. Ditanah bekas pijakan
mereka menyemburlah mata air. Air yang mengalir dari mata air
tersebut makin lama makin besar. Dan menjadi sebuah danau yang
sangat luas. Danau itu kini bernama Danau Toba.
6. Si Sigarlaki dan Si Limbat
Pada jaman dahulu di Tondano hiduplah seorang pemburu perkasa
yang bernama Sigarlaki. Ia sangat terkenal dengan keahliannya
menombak. Tidak satupun sasaran yang luput dari tombakannya.
Sigarlaki mempunyai seorang pelayan yang sangat setia yang
bernama Limbat. Hampir semua pekerjaan yang diperintahkan oleh
Sigarlaki dikerjakan dengan baik oleh Limbat. Meskipun terkenal
sebagai pemburu yang handal, pada suatu hari mereka tidak berhasil
memperoleh satu ekor binatang buruan. Kekesalannya akhirnya
memuncak ketika Si Limbat melaporkan pada majikannya bahwa daging
persediaan mereka di rumah sudah hilang dicuri orang.
Tanpa pikir panjang, si Sigarlaki langsung menuduh pelayannya
itu yang mencuri daging persediaan mereka. Si Limbat menjadi sangat
terkejut. Tidak pernah diduga majikannya akan tega menuduh dirinya
sebagai pencuri.
Lalu Si Sigarlaki meminta Si Limbat untuk membuktikan bahwa
bukan dia yang mencuri. Caranya adalah Sigarlaki akan menancapkan
tombaknya ke dalam sebuah kolam. Bersamaan dengan itu Si Limbat
disuruhnya menyelam. Bila tombak itu lebih dahulu keluar dari kolam
berarti Si Limbat tidak mencuri. Apabila Si Limbat yang keluar dari
kolam terlebih dahulu maka terbukti ia yang mencuri.
Syarat yang aneh itu membuat Si Limbat ketakutan. Tetapi
bagaimanapun juga ia berkehendak untuk membuktikan dirinya bersih.
Lalu ia pun menyelam bersamaan dengan Sigarlaki menancapkan
tombaknya.
Baru saja menancapkan tombaknya, tiba-tiba Sigarlaki melihat ada
seekor babi hutan minum di kolam. Dengan segera ia mengangkat
tombaknya dan dilemparkannya ke arah babi hutan itu. Tetapi
tombakan itu luput. Dengan demikian seharusnya Si Sigarlaki sudah
kalah dengan Si Limbat. Tetapi ia meminta agar pembuktian itu
diulang lagi.
Dengan berat hati Si Limbat pun akhirnya mengikuti perintah
majikannya. Baru saja menancapkan tombaknya di kolam, tiba-tiba
kaki Sigarlaki digigit oleh seekor kepiting besar. Iapun menjerit
kesakitan dan tidak sengaja mengangkat tombaknya. Dengan demikian
akhirnya Si Limbat yang menang. Ia berhasil membuktikan dirinya
tidak mencuri. Sedangkan Sigarlaki karena sembarangan menuduh,
terkena hukuman digigit kepiting besar.
7. Aji Saka
Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang
diperintah oleh raja bernama Prabu Dewata Cengkar yang buas dan
suka makan manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang manusia
yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang
resah dan ketakutan mengungsi secara diam-diam ke daerah lain.
Di dusun Medang Kawit ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang
sakti, rajin dan baik hati. Suatu hari, Aji Saka berhasil menolong
seorang bapak tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun.
Bapak tua yang akhirnya diangkat ayah oleh Aji Saka itu ternyata
pengungsi dari Medang Kamulan. Mendengar cerita tentang kebuasan
Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka berniat menolong rakyat Medang
Kamulan. Dengan mengenakan serban di kepala Aji Saka berangkat ke
Medang Kamulan.
Perjalanan menuju Medang Kamulan tidaklah mulus, Aji Saka sempat
bertempur selama tujuh hari tujuh malam dengan setan penunggu
hutan, karena Aji Saka menolak dijadikan budak oleh setan penunggu
selama sepuluh tahun sebelum diperbolehkan melewati hutan itu. Tapi
berkat kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengelak dari semburan api
si setan. Sesaat setelah Aji Saka berdoa, seberkas sinar kuning
menyorot dari langit menghantam setan penghuni hutan sekaligus
melenyapkannya.
Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu
Dewata Cengkar sedang murka karena Patih Jugul Muda tidak membawa
korban untuk sang Prabu.
Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cengkar dan
menyerahkan diri untuk disantap oleh sang Prabu dengan imbalan
tanah seluas serban yang digunakannya.
Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka,
serban terus memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan
Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka
sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kelalimannya.
Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka
melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar
dilempar Aji Saka dan jatuh ke laut selatan kemudian hilang ditelan
ombak.
Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Ia
memboyong ayahnya ke istana. Berkat pemerintahan yang adil dan
bijaksana, Aji Saka menghantarkan Kerajaan Medang Kamulan ke jaman
keemasan, jaman dimana rakyat hidup tenang, damai, makmur dan
sejahtera.
8. Arti Sebuah Persahabatan
Pada dahulu kala hiduplah seekor kura-kura dan seekor burung
elang. Walaupun sang kura-kura dan elang jarang bertemu karena sang
kura-kura lebih banyak menghabiskan waktu disemak-semak sedangkan
sang elang lebih banyak terbang, namun tidak menghalangi sang elang
untuk selalu mengunjungi teman kecilnya yang baik hati, sang
kura-kura.
Keluarga sang kura-kura sangat ramah dan selalu menyambut
kedatangan sang elang dengan gembira. Mereka juga selalu memberi
sang elang makanan dengan sangat royalnya. Sehingga sang elang
selalu berkali-kali datang karena makanan gratis dari keluarga
kura-kura tersebut.
Setiap kali sehabis makan dari keluarga kura-kura sang elang
selalu menertawakan sang kura-kura : "ha ha betapa bodohnya si
kura-kura, aku dapat merasakan kenikmatan dari makanan yang selalu
dia berikan, namun tidak mungkin dia dapat merasakan nikmatnya
makananku karena sarangku yang terletak jauh diatas gunung"
Karena begitu seringnya sang elang menertawakan dan dengan
egoisnya menghabiskan makanan sang kura-kura, maka seluruh hutan
mulai menggunjingkan sikap sang elang tersebut. Para penghuni hutan
tersebut merasa tidak suka dengan sikap seenaknya sang elang kepada
sang kura-kura yang baik hati.
Suatu hari seekor kodok memanggil kura-kura yang sedang berjalan
dekat sungai. "Hai temanku sang kura-kura, berilah aku semangkok
kacang polong, maka aku akan memberikan kata-kata bijak untukmu"
seru sang kodok.
Setelah menghabiskan semangkuk kacang polong dari sang
kura-kura, sang kodok berkata lagi: "kura-kura, sahabatmu sang
elang telah menyalahgunakan persahabatan dan kebaikan hatimu.
Setiap kali sehabis bertamu di sarangmu, selalu saja dia mengejekmu
dengan berkata " ha ha betapa bodohnya si kura-kura, aku dapat
merasakan kenikmatan dari makan yang selalu dia berikan, namun
tidak mungkin dia dapat merasakan nikmatnya makananku karena
sarangku yang terletak jauh diatas gunung".
Pada suatu hari nanti sang elang akan datang kembali dan akan
meminta sekeranjang makanan darimu dan berjanji akan memberikan
makanan kepadamu dan anak-anakmu"
Benarlah yang dikatakan oleh sang kodok, sang elang datang
dengan membawa keranjang dan seperti biasanya sang elang menikmati
makanan dari sang kura-kura. Sang elang berkata: "hai temanku
kura-kura, ijinkan aku mengisi keranjangku dengan makanan darimu,
maka akan kukirimkan kepada anak istriku dan istriku akan memberimu
makanan buatannya untuk istri dan anakmu".
Kemudian sang elang terbang dan kembali menertawakan sang
kura-kura. Maka segeralah sang kura-kura masuk kedalam keranjang
tersebut dan ditutupi dengan sayuran buah-buahan oleh istrinya,
sehingga tidak terlihat. Ketika sang elang kembali, istri sang
kura-kura mengatakan bahwa suaminya baru saja pergi dan memberikan
keranjang penuh berisi makanan kepada sang elang. Sang elang segera
bergegas terbang sambil membawa keranjang tersebut.
Kembali dia menertawakan kebodohan sang kura-kura. Namun kali
ini sang kura-kura mendengar sendiri perkataannya. Sampailah mereka
di sarang sang elang, dan sang elang segera memakan isi keranjang
tersebut sampai habis. Betapa terkejutnya melihat sang kura-kura
keluar dari keranjang tersebut.
"Hai temanku sang elang, engkau sudah sering mengunjungi
sarangku namun belum pernah sekalipun aku mengunjungi sarangmu.
Kelihatannya akan sangat berbahagianya aku kalau dapat menikmati
makananmu seperti engkau menikmati makananku."
Betapa marahnya sang elang karena merasa tersindir. Dengan marah
ia mematuk sang kura-kura.Namun berkat batok rumah sang kura-kura
yang keras, kura-kura tidak dapat dipatuk oleh sang elang.
Dengan sedihnya sang kura-kura berkata: "Aku telah melihat
persahabatan macam apa yang engkau tawarkan padaku hai sang elang.
Betapa kecewanya aku. Baiklah antarkan aku kembali ke sarangku dan
persahabatan kita akan berakhir."
Sang elangpun berkata :"Baiklah kalau itu maumu. Aku akan
membawamu pulang"
Namun timbul pikiran jahat pada diri sang elang. "Aku akan
menjatuhkanmu dan memakan sisa-sisa dirimu" pikirnya lagi.
Begitulah, sang kura-kura memegang kaki sang elang yang terbang
tinggi.
"Lepaskan kakiku" seru sang elang marah.
Dengan sabar sang kura-kura menjawab: "Aku akan melepaskan
kakimu apabila engkau sudah mengantarkanku pulang ke sarangku"
Dengan kesal sang elang pun terbang tinggi, menungkik dan
menggoyang-goyangkan kakinya dengan harapan sang kura-kura akan
jatuh. Namun tidak ada gunanya. Akhirnya dia menurunkan sang
kura-kura di sarangnya, dan segera terbang tinggi dengan perasaan
malu.
Ketika sang elang terbang, sang kura-kura berseru : " Hai
temanku persahabatan membutuhkan rasa saling membagi satu dengan
lainnya. Aku menghargaimu dan kaupun menghargaiku. Namun
bagaimanapun, sejak engkau menjadikan persahabatan kita hanya
permainan, mentertawakan keramahan keluargaku dan aku maka
sebaiknya engkau tidak usah lagi datang kepadaku".
9. Batu Golog
Pada jaman dahulu di daerah Padamara dekat Sungai Sawing
hiduplah sebuah keluarga miskin. Sang istri bernama Inaq Lembain
dan sang suami bernama Amaq Lembain. Mata pencaharian mereka adalah
buruh tani. Setiap hari mereka berjalan kedesa desa menawarkan
tenaganya untuk menumbuk padi.
Kalau Inaq Lembain menumbuk padi maka kedua anaknya menyertai
pula. Pada suatu hari, ia sedang asyik menumbuk padi. Kedua anaknya
ditaruhnya diatas sebuah batu ceper didekat tempat ia bekerja.
Anehnya, ketika Inaq mulai menumbuk, batu tempat mereka duduk
makin lama makin menaik.
Merasa seperti diangkat, maka anaknya yang sulung mulai
memanggil ibunya: "Ibu batu ini makin tinggi."
Namun sayangnya Inaq Lembain sedang sibuk bekerja. Dijawabnya,
"Anakku tunggulah sebentar, Ibu baru saja menumbuk."
Begitulah yang terjadi secara berulang-ulang. Batu ceper itu
makin lama makin meninggi hingga melebihi pohon kelapa. Kedua anak
itu kemudian berteriak sejadi-jadinya. Namun, Inaq Lembain tetap
sibuk menumbuk dan menampi beras. Suara anak-anak itu makin lama
makin sayup. Akhirnya suara itu sudah tidak terdengar lagi.
Batu Goloq itu makin lama makin tinggi. Hingga membawa kedua
anak itu mencapai awan. Mereka menangis sejadi-jadinya. Baru saat
itu Inaq Lembain tersadar, bahwa kedua anaknya sudah tidak ada.
Mereka dibawa naik oleh Batu Goloq.
Inaq Lembain menangis tersedu-sedu. Ia kemudian berdoa agar
dapat mengambil anaknya. Syahdan doa itu terjawab. Ia diberi
kekuatan gaib. dengan sabuknya ia akan dapat memenggal Batu Goloq
itu. Ajaib, dengan menebaskan sabuknya batu itu terpenggal menjadi
tiga bagian. Bagian pertama jatuh di suatu tempat yang kemudian
diberi nama Desa Gembong oleh karena menyebabkan tanah di sana
bergetar. Bagian ke dua jatuh di tempat yang diberi nama Dasan Batu
oleh karena ada orang yang menyaksikan jatuhnya penggalan batu ini.
Dan potongan terakhir jatuh di suatu tempat yang menimbulkan suara
gemuruh. Sehingga tempat itu diberi nama Montong Teker.
Sedangkan kedua anak itu tidak jatuh ke bumi. Mereka telah
berubah menjadi dua ekor burung. Anak sulung berubah menjadi burung
Kekuwo dan adiknya berubah menjadi burung Kelik. Oleh karena
keduanya berasal dari manusia maka kedua burung itu tidak mampu
mengerami telurnya.
10. Bende Wasiat
Harimau sedang asyik bercermin di sungai sambil membasuh
mukanya.
"Hmm, gagah juga aku ini, tubuhku kuat berotot dan warna
lorengku sangat indah," kata harimau dalam hati.
Kesombongan harimau membuatnya suka memerintah dan berbuat
semena-mena pada binatang lain yang lebih kecil dan lemah. Si
kancil akhirnya tidak tahan lagi.
"Benar-benar keterlaluan si harimau !" kata Kancil menahan
marah. "Dia mesti diberi pelajaran! Biar kapok! "
Sambil berpikir, ditengah jalan kancil bertemu dengan kelinci.
Mereka berbincang-bincang tentang tingkah laku harimau dan mencoba
mencari ide bagaimana cara membuat si harimau kapok.
Setelah lama terdiam,
"Hmm, aku ada ide," kata si kancil tiba-tiba.
"Tapi kau harus menolongku," lanjut si kancil. "Begini, kau
bilang pada harimau kalau aku telah menghajarmu karena telah
menggangguku, dan katakan juga pada si harimau bahwa aku akan
menghajar siapa saja yang berani menggangguku, termasuk harimau,
karena aku sedang menjalankan tugas penting," kata kancil pada
kelinci.
"Tugas penting apa, Cil?" tanya kelinci heran.
"Sudah, bilang saja begitu, kalau si harimau nanti mencariku,
antarkan ia ke bawah pohon besar di ujung jalan itu. Aku akan
menunggu Harimau disana."
"Tapi aku takut Cil, benar nih rencanamu akan berhasil?", kata
kelinci.
"Percayalah padaku, kalau gagal jangan sebut aku si kancil yang
cerdik".
"Iya, iya. Aku percaya, tapi kamu jangan sombong, nanti malah
kamu jadi lebih sombong dari si harimau lagi."
Si kelincipun berjalan menemui harimau yang sedang
bermalas-malasan. Si kelinci agak gugup menceritakan yang terjadi
padanya. Setelah mendengar cerita kelinci, harimau menjadi geram
mendengarnya.
"Apa ? Kancil mau menghajarku? Grr, berani sekali dia!!, kata
harimau.
Seperti yang diharapkan, harimau minta diantarkan ke tempat
kancil berada.
"Itu dia si Kancil!" kata Kelinci sambil menunjuk ke arah
sebatang pohon besar di ujung jalan.
"Kita hampir sampai, harimau. Aku takut, nanti jangan bilang si
kancil kalau aku yang cerita padamu, nanti aku dihajar lagi," kata
kelinci.
Si kelinci langsung berlari masuk dalam semak-semak.
"Hai kancil!!! Kudengar kau mau menghajarku ya?" Tanya harimau
sambil marah.
"Jangan bicara keras-keras, aku sedang mendapat tugas
penting".
"Tugas penting apa?". Lalu Kancil menunjuk benda besar berbentuk
bulat, yang tergantung pada dahan pohon di atasnya.
"Aku harus menjaga bende wasiat itu."
"Bende wasiat apa sih itu?" Tanya harimau heran.
"Bende adalah semacam gong yang berukuran kecil, tapi bende ini
bukan sembarang bende, kalau dipukul suaranya merdu sekali, tidak
bisa terlukis dengan kata-kata.
Harimau jadi penasaran. "Aku boleh tidak memukulnya?, siapa tahu
kepalaku yang lagi pusing ini akan hilang setelah mendengar suara
merdu dari bende itu."
"Jangan, jangan," kata Kancil.
Harimau terus membujuk si Kancil. Setelah agak lama
berdebat,
"Baiklah, tapi aku pergi dulu, jangan salahkan aku kalau terjadi
apa-apa ya?", kata si kancil.
Setelah Kancil pergi, Harimau segera memanjat pohon dan memukul
bende itu. Tapi yang terjadi. Ternyata bende itu adalah sarang
lebah! Nguuuungnguuuung..nguuuung sekelompok lebah yang marah
keluar dari sarangnya karena merasa diganggu. Lebah-lebah itu
mengejar dan menyengat si harimau.
"Tolong! Tolong!" teriak harimau kesakitan sambil berlari. Ia
terus berlari menuju ke sebuah sungai.
Byuur!
Harimau langsung melompat masuk ke dalam sungai. Ia akhirnya
selamat dari serangan lebah.
"Grr, awas kau Kancil!" teriak Harimau menahan marah. "Aku
dibohongi lagi. Tapi pusingku kok menjadi hilang ya?".
Walaupun tidak mendengar suara merdu bende wasiat, harimau tidak
terlalu kecewa, sebab kepalanya tidak pusing lagi.
"Hahaha! Lihatlah Harimau yang gagah itu lari terbirit-birit
disengat lebah," kata kancil. "Binatang kecil dan lemah tidak
selamanya kalah bukan?".
"Aku harap harimau bisa mengambil manfaat dari kejadian ini,"
kata kelinci penuh harap."
11. Buaya Ajaib
Pada jaman dahulu, hiduplah seorang lelaki bernama Towjatuwa di
tepian sungai Tami daerah Irian Jaya.
Lelaki itu sedang gundah, oleh karena isterinya yang hamil tua
mengalami kesulitan dalam melahirkan bayinya. Untuk membantu
kelahiran anaknya itu, ia membutuhkan operasi yang menggunakan batu
tajam dari sungai Tami.
Ketika sedang sibuk mencari batu tajam tersebut, ia mendengar
suara-suara aneh di belakangnya. Alangkah terkejutnya Towjatuwa
ketika ia melihat seekor buaya besar di depannya. Ia sangat
ketakutan dan hampir pingsan. Buaya besar itu pelan-pelan bergerak
ke arah Towjatuwa. Tidak seperti buaya lainnya, binatang ini
memiliki bulu-bulu dari burung Kaswari di punggungnya. Sehingga
ketika buaya itu bergerak, binatang itu tampak sangat
menakutkan.
Namun saat Towjatuwa hendak melarikan diri, buaya itu menyapanya
dengan ramah dan bertanya apa yang sedang ia lakukan. Towjatuwapun
menceritakan keadaan isterinya.
Buaya ajaib inipun berkata: "Tidak usah khawatir, saya akan
datang ke rumahmu nanti malam. Saya akan menolong isterimu
melahirkan."
Towjatuwa pulang menemui isterinya. Dengan sangat berbahagia,
iapun menceritakan perihal pertemuannya dengan seekor buaya
ajaib.
Malam itu, seperti yang dijanjikan, buaya ajaib itupun memasuki
rumah Towjatuwa. Dengan kekuatan ajaibnya, buaya yang bernama
Watuwe itu menolong proses kelahiran seorang bayi laki-laki dengan
selamat. Ia diberi nama Narrowra. Watuwe meramalkan bahwa kelak
bayi tersebut akan tumbuh menjadi pemburu yang handal.
Watuwe lalu mengingatkan agar Towjatuwa dan keturunannya tidak
membunuh dan memakan daging buaya. Apabila larangan itu dilanggar
maka Towjatuwa dan keturunannya akan mati. Sejak saat itu,
Towjatuwa dan anak keturunannya berjanji untuk melindungi binatang
yang berada disekitar sungai Tami dari para pemburu.
12. Asal Usul Danau Lipan
Di kecamatan Muara Kaman kurang lebih 120 km di hulu Tenggarong
ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur ada sebuah
daerah yang terkenal dengan nama Danau Lipan. Meskipun bernama
Danau, daerah tersebut bukanlah danau seperti Danau Jempang dan
Semayang. Daerah itu merupakan padang luas yang ditumbuhi semak dan
perdu.
Dahulu kala kota Muara Kaman dan sekitarnya merupakan lautan.
Tepi lautnya ketika itu ialah di Berubus, kampung Muara Kaman Ulu
yang lebih dikenal dengan nama Benua Lawas. Pada masa itu ada
sebuah kerajaan yang bandarnya sangat ramai dikunjungi karena
terletak di tepi laut.
Terkenallah pada masa itu di kerajaan tersebut seorang putri
yang cantik jelita. Sang putri bernama Putri Aji Bedarah Putih. Ia
diberi nama demikian tak lain karena bila sang putri ini makan
sirih dan menelan air sepahnya maka tampaklah air sirih yang merah
itu mengalir melalui kerongkongannya.
Kejelitaan dan keanehan Putri Aji Bedarah Putih ini terdengar
pula oleh seorang Raja Cina yang segera berangkat dengan Jung besar
beserta bala tentaranya dan berlabuh di laut depan istana Aji
Bedarah Putih. Raja Cina pun segera naik ke darat untuk melamar
Putri jelita.
Sebelum Raja Cina menyampaikan pinangannya, oleh Sang Putri
terlebih dahulu raja itu dijamu dengan santapan bersama. Tapi
malang bagi Raja Cina, ia tidak mengetahui bahwa ia tengah diuji
oleh Putri yang tidak saja cantik jelita tetapi juga pandai dan
bijaksana. Tengah makan dalam jamuan itu, puteri merasa jijik
melihat kejorokan bersantap dari si tamu. Raja Cina itu ternyata
makan dengan cara menyesap, tidak mempergunakan tangan melainkan
langsung dengan mulut seperti anjing.
Betapa jijiknya Putri Aji Bedarah Putih dan ia pun merasa
tersinggung, seolah-olah Raja Cina itu tidak menghormati dirinya
disamping jelas tidak dapat menyesuaikan diri. Ketika selesai
santap dan lamaran Raja Cina diajukan, serta merta Sang Putri
menolak dengan penuh murka sambil berkata, "Betapa hinanya seorang
putri berjodoh dengan manusia yang cara makannya saja menyesap
seperti anjing."
Penghinaan yang luar biasa itu tentu saja membangkitkan
kemarahan luar biasa pula pada Raja Cina itu. Sudah lamarannya
ditolak mentah-mentah, hinaan pula yang diterima. Karena sangat
malu dan murkanya, tak ada jalan lain selain ditebus dengan segala
kekerasaan untuk menundukkan Putri Aji Bedarah Putih. Ia pun segera
menuju ke jungnya untuk kembali dengan segenap bala tentara yang
kuat guna menghancurkan kerajaan dan menawan Putri.
Perang dahsyat pun terjadilah antara bala tentara Cina yang
datang bagai gelombang pasang dari laut melawan bala tentara Aji
Bedarah Putih.
Ternyata tentara Aji Bedarah Putih tidak dapat menangkis serbuan
bala tentara Cina yang mengamuk dengan garangnya. Putri yang
menyaksikan jalannya pertempuran yang tak seimbang itu merasa sedih
bercampur geram. Ia telah membayangkan bahwa peperangan itu akan
dimenangkan oleh tentara Cina. Karena itu timbullah
kemurkaannya.
Putri pun segera makan sirih seraya berucap, "Kalau benar aku
ini titisan raja sakti, maka jadilah sepah-sepahku ini lipan-lipan
yang dapat memusnahkan Raja Cina beserta seluruh bala
tentaranya."
Selesai berkata demikian, disemburkannyalah sepah dari mulutnya
ke arah peperangan yang tengah berkecamuk itu. Dengan sekejap mata
sepah sirih putri tadi berubah menjadi beribu-ribu ekor lipan yang
besar-besar, lalu dengan bengisnya menyerang bala tentara Cina yang
sedang mengamuk.
Bala tentara Cina yang berperang dengan gagah perkasa itu satu
demi satu dibinasakan. Tentara yang mengetahui serangan lipan yang
tak terlawan itu, segera lari lintang-pukang ke jungnya. Demikian
pula sang Raja. Mereka bermaksud akan segera meninggalkan Muara
Kaman dengan lipannya yang dahsyat itu, tetapi ternyata mereka
tidak diberi kesempatan oleh lipan-lipan itu untuk meninggalkan
Muara Kaman hidup-hidup. Karena lipan-lipan itu telah diucap untuk
membinasakan Raja dan bala tentara Cina, maka dengan bergelombang
mereka menyerbu terus sampai ke Jung Cina. Raja dan segenap bala
tentara Cina tak dapat berkisar ke mana pun lagi dan akhirnya
mereka musnah semuanya. Jung mereka ditenggelamkan juga.
Sementara itu Aji Bedarah Putih segera hilang dengan gaib, entah
kemana dan bersamaan dengan gaibnya putri, maka gaib pulalah Sumur
Air Berani, sebagai kekuatan tenaga sakti kerajaan itu. Tempat Jung
Raja Cina yang tenggelam dan lautnya yang kemudian mendangkal
menjadi suatu daratan dengan padang luas itulah yang kemudian
disebut hingga sekarang dengan nama Danau Lipan.
13. Buaya Perompak
Pada jaman dahulu, Sungai Tulang Bawang sangat terkenal akan
keganasan buayanya. Sehingga orang yang berlayar disana maupun para
penduduk yang tinggal disana perlu untuk sangat berhati-hati.
Menurut cerita, sudah banyak manusia yang hilang begitu saja
disana.
Pada suatu hari, kejadian yang menyedihkan itu terulang kembali.
Orang yang hilang itu adalah seorang gadis rupawan yang bernama
Aminah. Anehnya, meskipun penduduk seluruh kampung tepi Sungai
Tulang Bawang mencarinya. Tidak ada jejak yang tertinggal.
Sepertinya ia sirna ditelan bumi.
Nun jauh dari kejadian itu, di dalam sebuah gua besar
tergoleklah Aminah. Ia baru saja tersadar dari pingsannya. Betapa
terkejutnya ia ketika menyadari bahwa gua itu dipenuhi oleh harta
benda yang ternilai harganya. Ada permata, emas, intan, maupun
pakaian yang indah-indah. Harta benda itu mengeluarkan sinar yang
berkilauan.
Belum habis rasa takjubnya, dari sudut gua terdengarlah sebuah
suara yang besar, "Janganlah takut gadis rupawan! Meskipun aku
berwujud buaya, sebenarnya aku adalah manusia sepertimu juga. Aku
dikutuk menjadi buaya karena perbuatanku dulu yang sangat jahat.
Namaku dulu adalah Somad, perampok ulung di Sungai Tulang Bawang.
Dulu aku selalu merampok setiap saudagar yang berlayar disini.
Semua hasil rampokanku kusimpan dalam gua ini. Kalau aku butuh
makanan maka harta itu kujual sedikit di pasar desa tepi sungai.
Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa aku telah membangun terowongan
di balik gua ini. Terowongan itu menghubungkan gua ini dengan desa
tersebut."
Tanpa disengaja, si buaya perompak tersebut sudah membuka
rahasia gua tempat kediamannya. Secara seksama Aminah menyimak dan
mengingat keterangan berharga itu. Buaya itu selalu memberinya
hadiah perhiasan. Harapannya adalah agar Aminah mau tetap tinggal
bersamanya. Namun keinginan Aminah untuk segera kembali ke kampung
halamannya makin menjadi-jadi.
Pada suatu hari, buaya perompak tersebut sedikit lengah. Ia
tertidur dan meninggalkan pintu guanya terbuka. Si Aminah pun
keluar sambil berjingkat-jingkat. Di balik gua itu ditemukannya
sebuah terowongan yang sempit. Setelah cukup lama menelusuri
terowongan itu, tiba-tiba ia melihat sinar matahari. Betapa
gembiranya ia ketika keluar dari mulut terowongan itu. Disana
Aminah ditolong oleh penduduk desa yang mencari rotan. Lalu Aminah
memberi mereka hadiah sebagian perhiasan yang dibawanya. Aminah
akhirnya bisa kembali ke desanya dengan selamat. Ia pun selanjutnya
hidup tenteram disana.
14. Cindelaras
Raden Putra adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang
permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita.
Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki
terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada
permaisuri.
"Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus mencari
akal untuk menyingkirkan permaisuri," pikirnya.
Selir baginda, berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia
berpura-pura sakit parah. Tabib istana segera dipanggil. Sang tabib
mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam
minuman tuan putri.
"Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri," kata
sang tabib.
Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia
segera memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke
hutan.
Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu
ke hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau
membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir
baginda.
"Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada
Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh," kata patih.
Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan
darah kelinci yang ditangkapnya. Raja mengangguk puas ketika sang
patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri.
Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang
permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh
menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah
berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang
asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur.
"Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu
kepadaku."
Setelah 3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak
ayamnya dengan rajin. Anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam
jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok
ayam jantan itu sungguh menakjubkan!
"Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba,
atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra..."
Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera
memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal
usul mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita
ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan
kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras
pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam
perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam.
Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam.
"Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku,"
tantangnya.
"Baiklah," jawab Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam jantan
Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia
dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam
Cindelaras tidak terkalahkan. Ayamnya benar-benar tangguh.
Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat.
Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra
menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras.
"Hamba menghadap paduka," kata Cindelaras dengan santun.
"Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan
rakyat jelata," pikir baginda.
Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu
syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya
dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden
Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam
waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja.
Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan
ayamnya.
"Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi,
siapakah kau sebenarnya, anak muda?" Tanya Baginda Raden Putra.
Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada
ayamnya.
Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi. "Kukuruyuk... Tuanku
Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya
Raden Putra...,"
Ayam jantan itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat
mendengar kokok ayam Cindelaras.
"Benarkah itu?" Tanya baginda keheranan.
"Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah
permaisuri Baginda."
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan
menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada
permaisuri.
"Aku telah melakukan kesalahan," kata Baginda Raden Putra.
"Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku," lanjut
Baginda dengan murka.
Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra
segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah
itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke
hutan.. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat
berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras
menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil
dan bijaksana.
Pesan moral : Kebaikan akan berbuah kebaikan sedang kejahatan
akan mendatangkan penderitaan.
15. Kancil si pencuri Timun
Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu
tidak terlalu dirasakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di
bawah sebatang pohon yang rindang. Tiba-tiba saja mimpi indahnya
terputus.
"Tolong! Tolong! " terdengar teriakan dan jeritan
berulang-ulang.
Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang
berlari-lari.
"Ada apa, sih?" kata Kancil.
Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk dibuka karena masih
mengantuk. Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari
menuju ke arahnya.
"Kebakaran! Kebakaran! " teriak Kambing. " Ayo lari, Cil! Ada
kebakaran di hutan! "
Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil
ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit dan berlari mengikuti
teman-temannya.
Kancil terus berlari. Wah, cepat juga larinya. Ya, walaupun
Kancil bertubuh kecil, tapi dia dapat berlari cepat. Tanpa terasa,
Kancil telah berlari jauh, meninggalkan teman-temannya.
"Aduh, napasku habis rasanya," Kancil berhenti dengan napas
terengah-engah, lalu duduk beristirahat. "Lho, di mana
binatang-binatang lainnya?"
Walaupun Kancil senang karena lolos dari bahaya, tiba-tiba ia
merasa takut.
"Wah, aku berada di mana sekarang? Sepertinya belum pernah ke
sini." Kancil berjalan sambil mengamati daerah sekitarnya. "Waduh,
aku tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini?'
Kancil semakin takut dan bingung. "Tuhan, tolonglah aku."
Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah
dilaluinya. Tanpa terasa, dia tiba di pinggir hutan. Ia melihat
sebuah ladang milik Pak Tani.
"Ladang sayur dan buah-buahan? Oh, syukurlah. Terima kasih,
Tuhan," mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh dengan sayur dan
buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali!
"Kebetulan nih, aku haus dan lapar sekali," kata Kancil sambil
menelan air liurnya. "Tenggorokanku juga terasa kering. Dan perutku
keroncongan minta diisi. Makan dulu, ah."
Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buahbuahan yang ada
di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia pasti marah kalau melihat
kejadian ini. Si Kancil nakal sekali, ya?
"Hmm, sedap sekali," kata Kancil sambil mengusap-usap perutnya
yang kekenyangan. "Andai setiap hari pesta seperti ini, pasti
asyik."
Setelah puas, Kancil merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon
yang rindang. Semilir angin yang bertiup, membuatnya mengantuk.
"Oahem, aku jadi kepingin tidur lagi," kata Kancil sambil
menguap. Akhirnya binatang yang nakal itu tertidur, melanjutkan
tidur siangnya yang terganggu gara-gara kebakaran di hutan tadi.
Wah, tidurnya begitu pulas, sampai terdengar suara dengkurannya.
Krr... krr... krrr...
Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar
lagi.
"Wah, pesta berlanjut lagi, nih," kata Kancil pada dirinya
sendiri. "Kali ini aku pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada buah
timun kesukaanku."
Maka Kancil berjalan-jalan mengitari ladang Pak Tani yang luas
itu.
"Wow, itu dia yang kucari! " seru Kancil gembira. "Hmm, timunnya
kelihatan begitu segar. Besarbesar lagi! Wah, pasti sedap nih."
Kancil langsung makan buah timun sampai kenyang.
"Wow, sedap sekali sarapan timun," kata Kancil sambil tersenyum
puas. Hari sudah agak siang. Lalu Kancil kembali ke bawah pohon
rindang untuk beristirahat.
Pak Tani terkejut sekali ketika melihat ladangnya.
"Wah, ladang timunku kok jadi berantakan-begini," kata Pak Tani
geram. "Perbuatan siapa, ya? Pasti ada hama baru yang ganas. Atau
mungkinkah ada bocah nakal atau binatang lapar yang mencuri
timunku?"
Ladang timun itu memang benar-benar berantakan. Banyak pohon
timun yang rusak karena terinjak-injak. Dan banyak pula serpihan
buah timun yang berserakan di tanah.
"Hm, awas, ya, kalau sampai tertangkap! " omel Pak Tani sambil
mengibas-ngibaskan sabitnya. "Panen timunku jadi berantakan."
Maka seharian Pak Tani sibuk membenahi kembali ladangnya yang
berantakan.
Dari tempat istirahatnya, Kancil terus memperhatikan Pak Tani
itu.
"Hmm, dia pasti yang bernama Pak Tani," kata Kancil pada dirinya
sendiri. "Kumisnya boleh juga. Tebal,' hitam, dan melengkung ke
atas. Lucu sekali. Hi... hi... hi.... "
Sebelumnya Kancil memang belum pernah bertemu dengan manusia.
Tapi dia sering mendengar cerita tentang Pak Tani dari
teman-temannya.
"Aduh, Pak Tani kok lama ya," ujar Kancil.
Ya, dia telah menunggu lama sekali. Siang itu Kancil ingin makan
timun lagi. Rupanya dia ketagihan makan buah timun yang segar itu.
Sore harinya, Pak Tani pulang sambil memanggul keranjang berisi
timun di bahunya. Dia pulang sambil mengomel, karena hasil panennya
jadi berkurang. Dan waktunya habis untuk menata kembali ladangnya
yang berantakan.
"Ah, akhirnya tiba juga waktu yang kutunggu-tunggu,"
Kancil bangkit dan berjalan ke ladang. Binatang yang nakal itu
kembali berpesta makan timun Pak Tani.
Keesokan harinya, Pak Tani geram dan marah-marah melihat
ladangnya berantakan lagi.
"Benar-benar keterlaluan! " seru Pak Tani sambil mengepalkan
tangannya. "Ternyata tanaman lainnya juga rusak dan dicuri."
Pak Tani berlutut di tanah untuk mengetahui jejak si
pencuri.
"Hmm, pencurinya pasti binatang," kata Pak Tani. "Jejak kaki
manusia tidak begini bentuknya."
Pemilik ladang yang malang itu bertekad untuk menangkap si
pencuri.
"Aku harus membuat perangkap untuk menangkapnya! "
Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Setiba di rumahnya,
dia membuat sebuah boneka yang menyerupai manusia. Lalu dia
melumuri orang-orangan ladang itu dengan getah nangka yang
lengket!
Pak Tani kembali lagi ke ladang. Orang-orangan itu dipasangnya
di tengah ladang timun. Bentuknya persis seperti manusia yang
sedang berjaga-jaga. Pakaiannya yang kedodoran berkibar-kibar
tertiup angin. Sementara kepalanya memakai caping, seperti milik
Pak Tani.
"Wah, sepertinya Pak Tani tidak sendiri lagi," ucap Kancil, yang
melihat dari kejauhan. "Ia datang bersama temannya. Tapi mengapa
temannya diam saja, dan Pak Tani meninggalkannya sendirian di
tengah ladang?"
Lama sekali Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya
dia tak tahan.
"Ah, lebih baik aku ke sana," kata Kancil memutuskan. "Sekalian
minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Siapa tahu aku
malah diberinya timun gratis."
"Maafkan saya, Pak," sesal Kancil di depan orangorangan ladang
itu. "Sayalah yang telah mencuri timun Pak Tani. Perut saya lapar
sekali. Bapak tidak marah, kan?"
Tentu saj,a orang-orangan ladang itu tidak menjawab.
Berkali-kali Kancil meminta maaf. Tapi orang-orangan itu tetap
diam. Wajahnya tersenyum, tampak seperti mengejek Kancil.
"Huh, sombong sekali!" seru Kancil marah.
"Aku minta maaf kok diam saja. Malah tersenyum mengejek.
Memangnya lucu apa?" gerutunya.
Akhirnya Kancil tak tahan lagi. Ditinjunya orangorangan ladang
itu dengan tangan kanan. Buuuk! Lho, kok tangannya tidak bisa
ditarik? Ditinjunya lagi dengan tangan kiri. Buuuk! Wah, kini kedua
tangannya melekat erat di tubuh boneka itu.
"Lepaskan tanganku! " teriak Kancil jengkel. " Kalau tidak,
kutendang kau! "
Buuuk! Kini kaki si Kancil malah melekat juga di tubuh
orang-orangan itu.
"Aduh, bagaimana ini?"
Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang. "Nah, ini dia
pencurinya! " Pak Tani senang melihat jebakannya berhasil.
"Rupanya kau yang telah merusak ladang dan mencuri timunku."
Pak Tani tertawa ketika melepaskan Kancil.
"Katanya kancil binatang yang cerdik," ejek Pak Tani. "Tapi kok
tertipu oleh orang-orangan ladang. Ha... ha... ha.... "
Kancil pasrah saja ketika dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Dia
dikurung di dalam kandang ayam. Tapi Kancil terkejut ketika Pak
Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate.
" Aku harus segera keluar malam ini juga !" tekad Kancil. "Kalau
tidak, tamatlah riwayatku. "
Malam harinya, ketika seisi rumah sudah tidur, Kancil
memanggil-manggil Anjing, si penjaga rumah.
"Ssst... Anjing, kemarilah," bisik Kancil. "Perkenalkan, aku
Kancil. Binatang piaraan baru Pak Tani. Tahukah kau? Besok aku akan
diajak Pak Tani menghadiri pesta di rumah Pak Lurah. Asyik,
ya?"
Anjing terkejut mendengarnya. "Apa? Aku tak percaya! Aku yang
sudah lama ikut Pak Tani saja tidak pernah diajak pergi. Eh, malah
kau yang diajak."
Kancil tersenyum penuh arti. "Yah, terserah kalau kau tidak
percaya. Lihat saja besok! Aku tidak bohong! "
Rupanya Anjing terpengaruh oleh kata-kata si Kancil. Dia meminta
agar Kancil membujuk Pak Tani untuk mengajaknya pergi ke pesta.
"Oke, aku akan berusaha membujuk Pak Tani," janji Kancil. "Tapi
malam ini kau harus menemaniku tidur di kandang ayam.
Bagaimana?"
Anjing setuju dengan tawaran Kancil. Dia segera membuka gerendel
pintu kandang, dan masuk. Dengan sigap, Kancil cepat-cepat keluar
dari kandang.
"Terima kasih," kata Kancil sambil menutup kembali gerendel
pintu. "Maaf Iho, aku terpaksa berbohong. Titip salam ya, buat Pak
Tani. Dan tolong sampaikan maafku padanya."
Kancil segera berlari meninggalkan rumah Pak Tani. Anjing yang
malang itu baru menyadari kejadian sebenarnya ketika Kancil sudah
menghilang.
Kancil yang cerdik, temyata mudah diperdaya oleh Pak Tani.
Itulah sebabnya kita tidak boleh takabur.
16. Kelelawar Yang Pengecut
Di sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang menyantap
makanan. Tiba-tiba seekor burung elang terbang rendah dan menyambar
makanan kepunyaan Singa.
Kurang ajar kata singa. Sang Raja hutan itu sangat marah
sehingga memerintahkan seluruh binatang untuk berkumpul dan
menyatakan perang terhadap bangsa burung.
Mulai sekarang segala jenis burung adalah musuh kita, usir
mereka semua, jangan disisakan ! kata Singa.
Binatang lain setuju sebab mereka merasa telah diperlakukan sama
oleh bangsa burung. Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali
ke sarangnya.
Kesempatan itu digunakan oleh para Singa dan anak buahnya untuk
menyerang. Burung-burung kocar-kacir melarikan diri. Untung masih
ada burung hantu yang dapat melihat dengan jelas di malam hari
sehingga mereka semua bisa lolos dari serangan singa dan anak
buahnya.
Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas,
sehingga ia bergegas menemui sang raja hutan.
Kelelawar berkata,Sebenarnya aku termasuk bangsa tikus, walaupun
aku mempunyai sayap. Maka izinkan aku untuk bergabung dengan
kelompokmu, Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur melawan
burung-burung itu.
Tanpa berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk
dalam kelompoknya.
Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang
kelompok burung dan berhasil mengusirnya. Keesokan harinya,
menjelang pagi, ketika kelompok Singa sedang istirahat kelompok
burung menyerang balik mereka dengan melempari kelompok singa
dengan batu dan kacang-kacangan.
Awas hujan batu, teriak para binatang kelompok singa sambil
melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal tersebut
sehingga ia berpikiran untuk kembali bergabung dengan kelompok
burung. Ia menemui sang raja burung yaitu burung Elang.
Lihatlah sayapku, Aku ini seekor burung seperti kalian.
Elang menerima kelelawar dengan senang hati.
Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah atau badak
sambil memegang busur dan anak panah. Kepala mereka dilindungi
dengan topi dari tempurung kelapa agar tidak mempan dilempari batu.
Setelah kelompok singa menang, apa yang dilakukan kelelawar ?. Ia
bolak balik berpihak kepada kelompok yang menang. Sifat pengecut
dan tidak berpendirian yang dimiliki kelelawar lama kelamaan
diketahui oleh kedua kelompok singa dan kelompok burung.
Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan.
Merekapun bersahabat kembali dan memutuskan untuk mengusir
kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar merasa sangat malu
sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang gelap. Ia baru menampakkan
diri bila malam tiba dengan cara sembunyi-sembunyi.
17. Keong Mas
Alkisah pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda bernama
Galoran. Ia termasuk orang yang disegani karena kekayaan dan
pangkat orangtuanya. Namun Galoran sangatlah malas dan boros.
Sehari-hari kerjanya hanya menghambur-hamburkan harta orangtuanya,
bahkan pada waktu orang tuanya meninggal dunia ia semakin sering
berfoya-foya. Karena itu lama kelamaan habislah harta orangtuanya.
Walaupun demikian tidak membuat Galoran sadar juga, bahkan waktu
dihabiskannya dengan hanya bermalas-malasan dan berjalan-jalan. Iba
warga kampung melihatnya. Namun setiap kali ada yang menawarkan
pekerjaan kepadanya, Galoran hanya makan dan tidur saja tanpa mau
melakukan pekerjaan tersebut. Namun akhirnya galoran dipungut oleh
seorang janda berkecukupan untuk dijadikan teman hidupnya. Hal ini
membuat Galoran sangat senang ; "Pucuk dicinta ulam pun tiba",
demikian pikir Galoran.
Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat
rajin dan pandai menenun, namanya Jambean. Begitu bagusnya tenunan
Jambean sampai dikenal diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran
sangat membenci anak tirinya itu, karena seringkali Jambean
menegurnya karena selalu bermalas-malasan.
Rasa benci Galoran sedemikian dalamnya, sampai tega merencanakan
pembunuhan anak tirinya sendiri.
Dengan tajam dia berkata pada istrinya : " Hai, Nyai, sungguh
beraninya Jambean kepadaku. Beraninya ia menasehati orangtua!
Patutkah itu ?"
"Sabar, Kak. Jambean tidak bermaksud buruk terhadap kakak" bujuk
istrinya itu.
"Tahu aku mengapa ia berbuat kasar padaku, agar aku pergi
meninggalkan rumah ini !" serunya lagi sambil melototkan
matanya.
"Jangan begitu kak, Jambean hanya sekedar mengingatkan agar
kakak mau bekerja" demikian usaha sang istri meredakan
amarahnya.
"Ah .. omong kosong. Pendeknya sekarang engkau harus memilih ..
aku atau anakmu !" demikian Galoran mengancam.
Sedih hati ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam karena
bingung hatinya. Ratapnya : " Sampai hati bapakmu menyiksaku
jambean. Jambean anakku, mari kemari nak" serunya lirih.
"Sebentar mak, tinggal sedikit tenunanku" jawab Jambean.
"Nah selesai sudah" serunya lagi. Langsung Jambean mendapatkan
ibunya yang tengah bersedih.
"Mengapa emak bersedih saja" tanyanya dengan iba. Maka
diceritakanlah rencana bapak Jambean yang merencanakan akan
membunuh Jambean.
Dengan sedih Jambean pun berkata : " Sudahlah mak jangan
bersedih, biarlah aku memenuhi keinginan bapak. Yang benar akhirnya
akan bahagia mak".
"Namun hanya satu pesanku mak, apabila aku sudah dibunuh ayah
janganlah mayatku ditanam tapi buang saja ke bendungan" jawabnya
lagi.
Dengan sangat sedih sang ibu pun mengangguk-angguk. Akhirnya
Jambean pun dibunuh oleh ayah tirinya, dan sesuai permintaan
Jambean sang ibu membuang mayatnya di bendungan. Dengan ajaib
batang tubuh dan kepala Jambean berubah menjadi udang dan siput,
atau disebut juga dengan keong dalam bahasa Jawanya.
Tersebutlah di Desa Dadapan dua orang janda bersaudara bernama
Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil. Kedua janda itu hidup
dengan sangat melarat dan bermata pencaharian mengumpulkan kayu dan
daun talas. Suatu hari kedua bersaudara tersebut pergi ke dekat
bendungan untuk mencari daun talas. Sangat terpana mereka melihat
udang dan siput yang berwarna kuning keemasan.
"Alangkah indahnya udang dan siput ini" seru Mbok Rondo Sambega
"Lihatlah betapa indahnya warna kulitnya, kuning keemasan. Ingin
aku bisa memeliharanya" serunya lagi.
"Yah sangat indah, kita bawa saja udang dan keong ini pulang"
sahut Mbok Rondo Sembadil.
Maka dipungutnya udang dan siput tersebut untuk dibawa pulang.
Kemudian udang dan siput tersebut mereka taruh di dalam tempayan
tanah liat di dapur. Sejak mereka memelihara udang dan siput emas
tersebut kehidupan merekapun berubah. Terutama setiap sehabis
pulang bekerja, didapur telah tersedia lauk pauk dan rumah menjadi
sangat rapih dan bersih. Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil
juga merasa keheranan dengan adanya hal tersebut. Sampai pada suatu
hari mereka berencana untuk mencari tahu siapakah gerangan yang
melakukan hal tersebut.
Suatu hari mereka seperti biasanya pergi untuk mencari kayu dan
daun talas, mereka berpura-pura pergi dan kemudian setelah berjalan
agak jauh mereka segera kembali menyelinap ke dapur. Dari dapur
terdengar suara gemerisik, kedua bersaudara itu segera mengintip
dan melihat seorang gadis cantik keluar dari tempayan tanah liat
yang berisi udang dan Keong Emas peliharaan mereka.
"Tentu dia adalah jelmaan keong dan udang emas itu" bisik Mbok
Rondo Sambega kepada Mbok Rondo Sembadil.
"Ayo kita tangkap sebelum menjelma kembali menjadi udang dan
Keong Emas" bisik Mbok Rondo Sembadil.
Dengan perlahan-lahan mereka masuk ke dapur, lalu ditangkapnya
gadis yang sedang asik memasak itu.
"Ayo ceritakan lekas nak, siapa gerangan kamu itu" desak Mbok
Rondo Sambega "Bidadarikah kamu ?" sahutnya lagi.
"Bukan Mak, saya manusia biasa yang karena dibunuh dan dibuang
oleh orang tua saya, maka saya menjelma menjadi udang dan keong"
sahut Jambean lirih.
Terharu mendengar cerita Jambean kedua bersaudara itu akhirnya
mengambil Keong Emas sebagai anak angkat mereka. Sejak itu Keong
Emas membantu kedua bersaudara tersebut dengan menenun. Tenunannya
sangat indah dan bagus sehingga terkenallah tenunan terebut
keseluruh negeri, dan kedua janda bersaudara tersebut menjadi
bertambah kaya dari hari kehari.
Sampailah tenunan tersebut di ibu kota kerajaan. Sang raja muda
sangat tertarik dengan tenunan buatan Jambean atau Keong Emas
tersebut. Akhirnya raja memutuskan untuk meninjau sendiri pembuatan
tenunan tersebut dan pergi meninggalkan kerajaan dengan menyamar
sebagai saudagar kain. Akhirnya tahulah raja perihal Keong Emas
tersebut, dan sangat tertarik oleh kecantikan dan kerajinan Keong
Emas. Raja menitahkan kedua bersaudara tersebut untuk membawa
Jambean atau Keong Emas untuk masuk ke kerajaan dan meminang si
Keong Emas untuk dijadikan permaisurinya. Betapa senang hati kedua
janda bersaudara tersebut.
18. Kera dan Ayam
Pada jaman dahulu, tersebutlah seekor ayam yang bersahabat
dengan seekor kera. Namun persahabatan itu tidak berlangsung lama,
karena kelakuan si kera.
Pada suatu petang Si Kera mengajak si ayam untuk berjalan-jalan.
Ketika hari sudah petang si Kera mulai merasa lapar. Kemudian ia
menangkap si Ayam dan mulai mencabuti bulunya. Si Ayam
meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Akhirnya, ia dapat meloloskan
diri.
Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu
adalah tempat kediaman si Kepiting. Si Kepiting adalah teman sejati
darinya. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang kediaman si
Kepiting. Disana ia disambut dengan gembira. Lalu si Ayam
menceritakan semua kejadian yang dialaminya, termasuk penghianatan
si Kera.
Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima
perlakuan si Kera. Ia berkata, "Marilah kita beri pelajaran kera
yang tahu arti persahabatan itu."
Lalu ia menyusun siasat untuk memperdayai si Kera. Mereka
akhirnya bersepakat akan mengundang si Kera untuk pergi berlayar ke
pulau seberang yang penuh dengan buah-buahan. Tetapi perahu yang
akan mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat.
Kemudian si Ayam mengundang si Kera untuk berlayar ke pulau
seberang. Dengan rakusnya si Kera segera menyetujui ajakan itu.
Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan mereka. Ketika perahu
sampai ditengah laut, mereka lalu berpantun.
Si Ayam berkokok "Aku lubangi ho!!!"
Si Kepiting menjawab "Tunggu sampai dalam sekali!!"
Setiap kali berkata begitu maka si ayam mencotok-cotok perahu
itu. Akhirnya perahu mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si
Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke dasar laut. Si Ayam dengan
mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si Kera yang meronta-ronta
minta tolong. Karena tidak bisa berenang akhirnya ia pun mati
tenggelam.
19. Kera Jadi Raja
Sang Raja hutan "Singa" ditembak pemburu, penghuni hutan rimba
jadi gelisah. Mereka tidak mempunyai Raja lagi. Tak berapa seluruh
penghuni hutan rimba berkumpul untuk memilih Raja yang baru.
Pertama yang dicalonkan adalah Macan Tutul, tetapi macan tutul
menolak.
"Jangan, melihat manusia saja aku sudah lari tunggang langgang,"
ujarnya.
"Kalau gitu Badak saja, kau kan amat kuat," kata binatang
lain.
"Tidak-tidak, penglihatanku kurang baik, aku telah menabrak
pohon berkali-kali."
"Ohmungkin Gajah saja yang jadi Raja, badan kau kan besar..",
ujar binatang-binatang lain.
"Aku tidak bisa berkelahi dan gerakanku amat lambat," sahut
gajah.
Binatang-binatang menjadi bingung, mereka belum menemukan raja
pengganti.
Ketika hendak bubar, tiba-tiba kera berteriak, "Manusia saja
yang menjadi raja, ia kan yang sudah membunuh Singa".
"Tidak mungkin," jawab tupai.
"Coba kalian semua perhatikan aku, aku mirip dengan manusia
bukan ?, maka akulah yang cocok menjadi raja," ujar kera.
Setelah melalui perundingan, penghuni hutan sepakat Kera menjadi
raja yang baru. Setelah diangkat menjadi raja, tingkah laku Kera
sama sekali tidak seperti Raja. Kerjanya hanya bermalas-malasan
sambil menyantap makanan yang lezat-lezat.
Penghuni hutan menjadi kesal, terutama srigala.
Srigala berpikir, "bagaimana si kera bisa menyamakan dirinya
dengan manusia ya?, badannya saja yang sama, tetapi otaknya
tidak".
Srigala mendapat ide. Suatu hari, ia menghadap kera.
"Tuanku, saya menemukan makanan yang amat lezar, saya yakin
tuanku pasti suka. Saya akan antarkan tuan ke tempat itu," ujar
srigala.
Tanpa pikir panjang, kera, si Raja yang baru pergi bersama
srigala. Di tengah hutan, teronggok buah-buahan kesukaan kera. Kera
yang tamak langsung menyergap buah-buahan itu. Ternyata, si kera
langsung terjeblos ke dalam tanah. Makanan yang disergapnya
ternyata jebakan yang dibuat manusia.
"Tolongtolong," teriak kera, sambil berjuang keras agar bisa
keluar dari perangkap.
"Hahahaha! Tak pernah kubayangkan, seorang raja bisa berlaku
bodoh, terjebak dalam perangkap yang dipasang manusia, Raja seperti
kera mana bisa melindungi rakyatnya," ujar srigala dan binatang
lainnya.
Tak berapa lama setelah binatang-binatang meninggalkan kera,
seorang pemburu datang ke tempat itu. Melihat ada kera di dalamnya,
ia langsung membawa tangkapannya ke rumah.
Pesan Moral : Perlakukanlah teman-teman kita dengan baik,
janganlah sombong dan bermalas-malasan. Jika kita sombong dan
memperlakukan teman-teman semena-mena, nantinya kita akan
kehilangan mereka.
20. Kutukan Raja Pulau Mintin
Pada zaman dahulu, terdapatlah sebuah kerajaan di Pulau Mintin
daerah Kahayan Hilir. Kerajaan itu sangat terkenal akan kearifan
rajanya. Karenanya, kerajaan itu menjadi wilayah yang tenteram dan
makmur.
Pada suatu hari, permaisuri dari raja tersebut meninggal dunia.
Sejak saat itu raja menjadi murung dan nampak selalu sedih. Keadaan
ini membuatnya tidak dapat lagi memerintah dengan baik. Pada saat
yang sama, keadaan kesehatan raja inipun makin makin menurun. Guna
menanggulangi situasi itu, raja berniat untuk pergi berlayar guna
menghibur hatinya.
Untuk melanjutkan pemerintahan maka raja itu menyerahkan
tahtanya pada kedua anak kembarnya yang bernama Naga dan Buaya.
Mereka pun menyanggupi keinginan sang raja. Sejak sepeninggal sang
raja, kedua putranya tersebut memerintah kerajaan. Namun sayangnya
muncul persoalan mendasar baru.
Kedua putra raja tersebut memiliki watak yang berbeda. Naga
mempunyai watak negatif seperti senang berfoya-foya, mabuk-mabukan
dan berjudi. Sedangkan buaya memiliki watak positif seperti
pemurah, ramah tamah, tidak boros dan suka menolong.
Melihat tingkah laku si Naga yang selalu menghambur-hamburkan
harta kerajaan, maka si Buayapun marah. Karena tidak bisa
dinasehati maka si Buaya memarahi si Naga. Tetapi rupaya naga ini
tidak mau mendengar. Pertengkaran itu berlanjut dan berkembang
menjadi perkelahian. Prajurit kerajaan menjadi terbagi dua,
sebahagian memihak kepada Naga dan sebagian memihak pada Buaya.
Perkelahian makin dahsyat sehingga memakan banyak korban.
Dalam pelayarannya, Sang raja mempunyai firasat buruk. Maka ia
pun mengubah haluan kapalnya untuk kembali ke kerajaanya. Betapa
terkejutnya ia ketika menyaksikan bahwa putera kembarnya telah
saling berperang.
Dengan berang ia pun berkata,"Kalian telah menyia-nyiakan
kepercayaanku. Dengan peperangan ini kalian sudah menyengsarakan
rakyat. Untuk itu terimalah hukumanku. Buaya jadilah engkau buaya
yang sebenarnya dan hidup di air. Karena kesalahanmu yang sedikit,
maka engkau akan menetap di daerah ini. Tugasmu adalah menjaga
Pulau Mintin. Sedangkan engkau naga jadilah engkau naga yang
sebenarnya. Karena kesalahanmu yang besar engkau akan tinggal di
sepanjang Sungai Kapuas. Tugasmu adalah menjaga agar Sungai Kapuas
tidak ditumbuhi Cendawan Bantilung."
Setelah mengucapkan kutukan itu, tiba-tiba langit gelap dan
petir menggelegar. Dalam sekejap kedua putranya telah berubah
wujud. Satu menjadi buaya. Yang lainnya menjadi naga.
21. La Dana dan Kerbaunya
La Dana adalah seorang anak petani dari Toraja. Ia sangat
terkenal akan kecerdikannya. Kadangkala kecerdikan itu ia gunakan
untuk memperdaya orang. Sehingga kecerdikan itu menjadi
kelicikan.
Pada suatu hari ia bersama temannya diundang untuk menghadiri
pesta kematian. Sudah menjadi kebiasaan di tanah toraja bahwa
setiap tamu akan mendapat daging kerbau. La Dana diberi bagian kaki
belakang dari kerbau. Sedangkan kawannya menerima hampir seluruh
bagian kerbau itu kecuali bagian kaki belakang.
Lalu La Dana mengusulkan pada temannya untuk menggabungkan
daging-daging bagian itu dan menukarkannya dengan seekor kerbau
hidup. Alasannya adalah mereka dapat memelihara hewan itu sampai
gemuk sebelum disembelih. Mereka beruntung karena usulan tersebut
diterima oleh tuan rumah.
Seminggu setelah itu La Dana mulai tidak sabar menunggu agar
kerbaunya gemuk.
Pada suatu hari ia mendatangi rumah temannya, dimana kerbau itu
berada, dan berkata "Mari kita potong hewan ini, saya sudah ingin
makan dagingnya."
Temannya menjawab, "Tunggulah sampai hewan itu agak gemuk."
Lalu La Dana mengusulkan, "Sebaiknya kita potong saja bagian
saya, dan kamu bisa memelihara hewan itu selanjutnya." Kawannya
berpikir, kalau kaki belakang kerbau itu dipotong maka ia akan
mati. Lalu kawannya membujuk La Dana agar ia mengurungkan niatnya.
Ia menjanjikan La Dana untuk memberinya kaki depan dari kerbau
itu.
Seminggu setelah itu La Dana datang lagi dan kembali meminta
agar bagiannya dipotong. Sekali lagi kawannya membujuk. Ia
dijanjikan bagian badan kerbau itu asal La Dana mau menunda
maksudnya. Baru beberapa hari berselang La Dana sudah kembali
kerumah temannya. Ia kembali meminta agar hewan itu dipotong.
Kali ini kawannya sudah tidak sabar, dengan marah ia pun
berkata, "Kenapa kamu tidak ambil saja kerbau ini sekalian! Dan
jangan datang lagi untuk mengganggu saya."
La dana pun pulang dengan gembiranya sambil membawa seekor
kerbau gemuk.
22. Laba-laba, kelinci dan sang bulan
Sang bulan terlihat sedih karena sudah lama ia melihat banyak
kejadian di dunia dan juga melihat banyak ketakutan yang dialami
oleh manusia. Untuk membuat manusia menjadi tidak takut, sang bulan
berupaya mengirimkan pesan kepada manusia melalui temannya sang
laba-laba yang baik hati.
"Hai sang laba-laba, manusia di bumi sangatlah takut untuk mati
dan hal itu membuat mereka menjadi sangat sedih. Cobalah tenangkan
manusia-manusia itu bahwa cepat atau lambat manusia pasti akan
mati, sehingga tidak perlu mereka untuk merasa sedih", seru sang
Bulan kepada temannya sang laba-laba.
Dengan perlahan-lahan sang laba-laba turun kembali ke bumi, dan
dengan sangat hati-hati ia meniti jalan turun melalui untaian sinar
bulan dan sinar matahari. Di perjalannnya turun ke bumi, sang
laba-laba bertemu dengan si kelinci.
"Hendak kemanakah engkau hai sang laba-laba ?" tanya si kelinci
penuh rasa ingin tahu.
"Aku sedang menuju bumi untuk memberitahukan manusia-manusia
pesan dari temanku sang Bulan" sahut sang laba-laba
menjelaskan.
"Oohh perjalananmu sangatlah jauh wahai sang laba-laba.
Bagaimana jika kamu memberitahukan pesan sang Bulan kepadaku dan
aku akan membantumu memberitahukan kepada manusia-manusia itu" seru
si kelinci.
"Hemm.. baiklah, aku akan memberitahukan pesan dari sang Bulan
kepadamu." jawab sang laba-laba. "Sang Bulan ingin memberitahukan
manusia-manusia di bumi bahwa mereka akan cepat atau lambat mati
........." lanjut sang laba-laba.
Belum habis sang laba-laba menjelaskan, si kelinci sudah
meloncat pergi sambil menghapalkan pesan sang laba-laba.
" Yah, beritahukan manusia bahwa mereka semua akan mati" serunya
sambil meloncat-loncat dengan cepatnya. Sang Kelinci memberitahukan
manusia pesan yang diterimanya. Manusia menjadi sangat sedih dan
ketakutan.
Sang laba-laba segera kembali kepada sang Bulan dan
memberitahukan apa yang terjadi. Sang bulan sangat kecewa dengan si
kelinci, dan ketika si kelinci kembali sang bulan mengutuk si
kelinci karena telah lalai mendengarkan pesan sang Bulan dengan
lengkap.
Karena itu sampai saat ini si kelinci tidak dapat bersuara lagi.
Bagaimana dengan sang laba-laba? Sang bulan menugaskan sang
laba-laba untuk terus menyampaikan pesan kepada manusia-manusia di
bumi tanpa boleh menitipkan pesannya kepada siapapun yang
dijumpainya. Oleh karena itu sampai pada saat ini kita masih dapat
melihat sang laba-laba dengan tekunnya merajut pesan sang bulan di
pojok-pojok ruangan. Namun berapa banyakkah dari kita manusia yang
telah melihat pesan sang Bulan tersebut?
23. Loro Jonggrang
Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang
bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa
yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh
negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terusik.
Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging.
Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin
oleh Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam.
"Siapapun yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman
berat!", ujar Bandung Bondowoso pada rakyatnya.
Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai
pasukan jin. Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka
mengamati gerak-gerik Loro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang
cantik jelita.
"Cantik nian putri itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku,"
pikir Bandung Bondowoso.
Esok harinya, Bondowoso mendekati Loro Jonggrang. "Kamu cantik
sekali, maukah kau menjadi permaisuriku ?", Tanya Bandung Bondowoso
kepada Loro Jonggrang.
Loro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso.
"Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung
menginginkanku menjadi permaisurinya", ujar Loro Jongrang dalam
hati. "Apa yang harus aku lakukan ?".
Loro Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar.
Jika ia menolak, maka Bandung Bondowoso akan marah besar dan
membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan. Untuk
mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Loro Jonggrang memang tidak
suka dengan Bandung Bondowoso.
"Bagaimana, Loro Jonggrang ?" desak Bondowoso.
Akhirnya Loro Jonggrang mendapatkan ide. "Saya bersedia menjadi
istri Tuan, tetapi ada syaratnya,"
Katanya. "Apa syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana
yang megah?".
"Bukan itu, tuanku, kata Loro Jonggrang. Saya minta dibuatkan
candi, jumlahnya harus seribu buah.
"Seribu buah?" teriak Bondowoso.
"Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam."
Bandung Bondowoso menatap Loro Jonggrang, bibirnya bergetar
menahan amarah. Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana
caranya membuat 1000 candi. Akhirnya ia bertanya kepada
penasehatnya.
"Saya percaya tuanku bias membuat candi tersebut dengan bantuan
Jin!", kata penasehat.
"Ya, benar juga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan!"
Setelah perlengkapan di siapkan. Bandung Bondowoso berdiri di
depan altar batu. Kedua lengannya dibentangkan lebar-lebar.
"Pasukan jin, Bantulah aku!" teriaknya dengan suara menggelegar.
Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin menderu-deru. Sesaat
kemudian, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso.
"Apa yang harus kami lakukan Tuan ?", tanya pemimpin jin.
"Bantu aku membangun seribu candi," pinta Bandung Bondowoso.
Para jin segera bergerak ke sana kemari, melaksanakan tugas
masing-masing. Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun
hampir mencapai seribu buah.
Sementara itu, diam-diam Loro Jonggrang mengamati dari kejauhan.
Ia cemas, mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin.
"Wah, bagaimana ini?", ujar Loro Jonggrang dalam hati.
Ia mencari akal. Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan
ditugaskan mengumpulkan jerami.
"Cepat bakar semua jerami itu!" perintah Loro Jonggrang.
Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung...
dung...dung! Semburat warna merah memancar ke langit dengan
diiringi suara hiruk pikuk, sehingga mirip seperti fajar yang
menyingsing.
Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing.
"Wah, matahari akan terbit!" seru jin. "Kita harus segera pergi
sebelum tubuh kita dihanguskan matahari," sambung jin yang
lain.
Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu.
Bandung Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin.
Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Loro Jonggrang ke tempat
candi.
"Candi yang kau minta sudah berdiri!". Loro Jonggrang segera
menghitung jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999
buah!.
"Jumlahnya kurang satu!" seru Loro Jonggrang. "Berarti tuan
telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan".
Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu. Ia menjadi
sangat murka.
"Tidak mungkin...", kata Bondowoso sambil menatap tajam pada
Loro Jonggrang. "Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!" katanya
sambil mengarahkan jarinya pada Loro Jonggrang.
Ajaib! Loro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu.
Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di
wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan disebut Candi Loro
Jonggrang.
24. Lutung Kasarung
Prabu Tapa Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai
pengganti.
"Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta," kata Prabu
Tapa.
Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak
setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka.
"Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai
penggantinya," gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama
Indrajaya.
Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat
mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk
memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga
saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol
hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya
tersebut.
"Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang
Ratu !" ujar Purbararang.
Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari
ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati
dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari.
Ia pun menasehati Purbasari, "Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini
pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama
Putri".
"Terima kasih paman", ujar Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang
selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera
berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling
perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan
Purbasari dengan mengambilkan bungabunga yang indah serta
buah-buahan bersama teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia
berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon
sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan
makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah
dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya
mengandung obat yang sangat harum.
Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan
memintanya untuk mandi di telaga tersebut.
"Apa manfaatnya bagiku ?", pikir Purbasari.
Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan
dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih
seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat
terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di
hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika
sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling
berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali
seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak
Purbasari adu panjang rambut.
"Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !", kata
Purbararang.
Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia
meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
"Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan
kita, Ini tunanganku", kata Purbararang sambil mendekat kepada
Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia
melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung
melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari.
Purbararang tertawa terbahak-bahak, "Jadi monyet itu tunanganmu
?".
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba
terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang
pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua
terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang
akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia
memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum.
Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu
akhirnya mereka semua kembali ke Istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda
idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya
dihutan dalam wujud seekor lutung.
25. Malin Kundang
Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir
pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu
dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena
kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan
untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan
yang luas.
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu,
dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya,
ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga
ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering
mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin
sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka
terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak
bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan
ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan
dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan
harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah
menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan
seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah
menjadi seorang yang kaya raya.
Malin Kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya
semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena
Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya
walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan
perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan
diantar oleh ibunya.
"Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang
berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu
ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan
diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal,
Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah
kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba
kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua
barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh
bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada
di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang
sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena
ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah
ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya
kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa
tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang
terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang
ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya
menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar
adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya
dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang
kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang
jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin
Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah
menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang
merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak
saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga,
menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan
pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah
kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap
hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk
ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas
geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah
anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya.
Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang
tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin
Kundang.
"Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa
mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang.
Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan
pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.
"Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku",
kata Malin Kundang pada ibunya.
Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu
dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju
compang-camping.
"Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang.
"Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai
ibuku agar mendapatkan hartaku", sahut Malin kepada istrinya.
Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya,
ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi
anak durhaka.
Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan
tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku
sumpahi dia menjadi sebuah batu".
Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai
dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh
Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya
berbentuk menjadi sebuah batu karang.
Pesan Moral : Sebagai seorang anak, jangan pernah melupakan
semua jasa orangtua terutama kepada seorang Ibu yang telah
mengandung dan membesarkan anaknya, apalagi jika sampai menjadi
seorang anak yang durhaka. Durhaka kepada orangtua merupakan satu
dosa besar yang nantinya akan ditanggung sendiri oleh anak.
26. Manik Angkeran
Pada jaman dulu di kerajaan Daha hiduplah seorang Brahmana yang
benama Sidi Mantra yang sangat terkenal kesaktiannya. Sanghyang
Widya atau Batara Gu