8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
1/58
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
2/58
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
Telah Disetujui untuk Dicetak dan Diperbanyak
Judul Skripsi :
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBENTUKAN SERUMEN OBSTURAN PADA PASIEN RAWAT
JALAN RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR ”
Makassar,
Pembimbing
(Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
3/58
PANITIA SIDANG UJIAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN SERUMEN OBSTURAN PADA
PASIEN RAWAT JALAN RSUD LABUANG BAJI KOTA
MAKASSAR ” telah diperiksa, disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada :
Hari/Tanggal : Selasa, 22 Juli 2014
Waktu : 10.00 WITA
Tempat : Ruang Seminar IKM-IKK FKUH PB.622
Ketua Tim Penguji :
(Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)
Anggota Tim Penguji :
Anggota I Anggota II
(Dr. dr. A. Armyn Nurdin, M.Sc) (dr. Muh. Rum Rahim, M.Kes)
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
4/58
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pembentukan Serumen Obsturan Pada Pasien Rawat Jalan RSUD Labuang
Baji Kota Makassar”
Oleh nama : Muh. Idham Rahman Stambuk : C11109253
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar pada :
Hari / Tanggal : Kamis, 17 Juli 2014
Pukul : 11.00 WITA
Tempat : Ruang Seminar PB. 622 IKM & IKK FK Unhas
Makassar, Juli 2014
Mengetahui,
Pembimbing
(Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
5/58
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah
melimpahkan segala rahma dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin. Dengan rahmat dan petunjuk-Nya disertai
usaha yang sungguh-sungguh, doa, ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
perkuliahan dan pengalaman selama masa kepaniteraan klinik serta dengan arahan
dan bimbingan dokter pembimbing, maka skripsi yang berjudul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Serumen Obsturan Pada
Pasien Rawat Jalan RSUD Labuang Baji Kota Makassar” ini akhirnya dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Hal ini disebabkan karena
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, tetapi penulis tetap
berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan yang terbaik dan berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak
mungkin terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankan penulis menghaturkan terima kasih kepada :
1. Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes selaku pembimbing yang dengan kesediaan,
keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal sampai
pada penulisan skripsi ini.
2. Staf pengajar Bagian IKM-IKK FK-UH yang telah memberikan bimbingan
dan arahan selama penulis mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian IKM-IKK
FK-UH.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
6/58
3. Dr. dr. H. A. Armyn Nurdin, M.Sc selaku ketua Bagian IKM-IKK FK-UH
yang telah memberikan banyak bimbingan dan bantuan selama penulis
mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian IKM-IKK FK-UH.
4. Dekan Fakultas Kedokteran Unhas, para Wakil Dekan, staf pengajar, dan
seluruh karyawan yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada
penulis selama mengikuti kepaniteraan klinik di FK Unhas.
5. Pemerintah Kota Makassar yang telah membantu memberikan rekomendasi
penelitian.
6. Pihak RSUD Labuang Baji yang telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa kepaniteraan klinik yang telah banyak memberikan
bantuan selama penulis melakukan penelitian serta semua pihak yang tidak
sempat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Makassar, Juli 2014
Penulis
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
7/58
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDINJULI 2014
Muh. Idham Rahman (C11109253)
Dr.dr. Sri Ramadhany, M.Kes
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBENTUKAN SERUMEN OBSTURAN PADA PASIEN RAWAT
JALAN RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR ”
(xii + 33 halaman + 10 tabel + 1 skema + )
ABSTRAK
Latar Belakang : Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya insidensi serumen
obsturan sudah banyak diketahui secara teoritis, tapi belum banyak diteliti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pembentukan serumen obsturan.
Metode : Penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional . Sampel
berupa semua pasien rawat jalan yang berkunjung ke poliklinik THT RSUD
Labuang Baji Makassar tanggal 25 November – 14 Desember 2013 yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan metode consecutive sampling .
Sampel diperiksa menggunakan alat otoskop pada kedua telinga. Faktor yangmempengaruhi pembentukan serumen obsturan dinilai melalui pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan di dalam kuesioner.
Hasil : Insidensi serumen obsturan sebanyak 57% (67 pasien) dari 121 pasien
yang diteliti. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini terdiri dari 51 pasien
laki-laki dan 70 pasien perempuan dengan distribusi serumen obsturan sebanyak
28 (23,1%) pasien laki-laki dan 41 (33,9%) pasien perempuan. Hasil uji
komparatif Chi-square antara pembentukan serumen obsturan dengan jenis
kelamin, umur, Indeks Massa Tubuh (IMT),dan riwayat sakit telinga tidak
didapatkan hubungan yang signifikan. Pekerjaan dan perilaku membersihkantelinga berhubungan secara signifikan dengan kejadian serumen obsturan.
Kesimpulan : Tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara serumen
obsturan dengan jenis kelamin, umur, Indeks Massa Tubuh (IMT) , dan riwayat
sakit telinga.Hubungan yang signifikan didapatkan antara kejadian serumen
obsturan dengan pekerjaan dan perilaku membersihkan telinga.
Kata Kunci : faktor pengaruh, serumen obsturan
Kepustakaan : 17 (2006-2014)
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
8/58
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR SKEMA .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum ..................................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ......................................................................................... 5
2.2 Epidemiologi ................................................................................ 5
2.3 Faktor risiko ................................................................................. 6
a. Jenis Kelamin ........................................................................... 6
b. Umur ......................................................................................... 6
c. Obesitas .................................................................................... 6
d. Pekerjaan / aktivitas ................................................................. 7
e. Riwayat sakit telinga ................................................................ 7
f. Riwayat membersihkan telinga ................................................. 7
2.4 Patomekanisme ............................................................................. 8
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
9/58
2.5 Diagnosis ....................................................................................... 8
2.6 Penatalaksanaan ........................................................................... 9
2.7 Prognosis dan Komplikasi ............................................................ 9
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1 Dasar pemikiran variabel penelitian ............................................. 10
3.2 Kerangka konsep .......................................................................... 10
3.3 Definisi Operasional ..................................................................... 11
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain penelitian .......................................................................... 14
4.2 Waktu penelitian .......................................................................... 14
4.3 Lokasi penelitian .......................................................................... 14
4.4 Populasi dan sampel penelitian .................................................... 14
4.5 Kriteria seleksi .............................................................................. 15
4.6 Manajemen penelitian .................................................................. 15
4.7 Etika penelitian ............................................................................. 15
BAB V GAMBARAN UMUM RSUD LABUANG BAJI
5.1 Sejarah singkat ............................................................................. 17
5.2 Visi, misi dan tujuan...................................................................... 19
5.3 Fasilitas pelayanan ....................................................................... 19
5.4 Profil kunjungan pasien ................................................................ 20
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil penelitian ............................................................................. 23
6.2 Pembahasan .................................................................................. 27
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ................................................................................... 30
7.2 Saran ............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
10/58
DAFTAR SKEMA
Skema Halaman
3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 10
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
11/58
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Jumlah kunjungan pasein di RSUD Labuang baji Tahun 2011-2012
.................................................................................................... 20
Tabel 2. Daftar 10 penyakit terbanyak rawat jalan di RSUD Labuang Baji
tahun 2012 ................................................................................... 21
Tabel 3. Daftar 10 penyakit terbanyak rawat inap di RSUD Labuang Baji
tahun 2012 .................................................................................. 22
Tabel 4. Karakteristik sampel pasien rawat jalan RSUD Labuang Baji
Makassar .................................................................................... 23
Tabel 5. Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obsturan
.................................................................................................... 23
Tabel 6. Hubungan antara umur dengan kejadian serumen obsturan ....... 24
Tabel 7. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian
serumen obsturan ....................................................................... 24
Tabel 8. Hubungan antara pekerjaan dengan kejadian serumen obsturan
.................................................................................................... 25
Tabel 9. Hubungan antara perilaku membersihkan telinga dengan kejadian
serumen obsturan ....................................................................... 26
Tabel 10. Hubungan antara riwat menderita sakit telinga dengan kejadian
serumen obsturan ....................................................................... 26
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
12/58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat pemberitahuan pelaksanaan penelitian
Lampiran 2 Surat undangan ujian skripsi mahasiswa
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian BKPMD Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan
Lampiran 4 Surat rekomendasi penelitian RSUD Labuang Baji
Lampiran 6 Riwayat Hidup Peneliti
Lampiran 7 Lembar Kuisioner penelitian
Lampiran 8 Hasil pengolahan data
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
13/58 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea dan kelenjar serumenosa
yang terdapat di kulit sepertiga luar liang telinga. Dalam keadaan normal serumen
dapat keluar sendiri bersama rambut dan kotoran lainnya saat mengunyah atau
menelan tanpa kita sadari. Serumen menimbulkan masalah bila terjadi serumen
obsturan atau serumen impaction, yaitu suatu keadaan patologis dari serumen
yang walaupun tidak membahayakan jiwa tetapi dapat mengakibatkan rasa penuh
di telinga, nyeri, gangguan pendengaran dan ketulian serta penurunan kualitas
hidup.1,2
Serumen obsturan mempunyai prevalensi yang cukup tinggi dan bisa
mengenai semua umur. Serumen obsturan dapat ditemukan pada sekitar 10%
anak-anak, 5% orang dewasa normal, lebih dari 57% pada orang tua yang dirawat
di rumah, dan 36% pasien dengan retardasi mental.1,3 Penyakit ini ini merupakan
salah satu dari 10 penyakit terbanyak di poliklinik THT RS. Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Hasil penelitian Farida Muhammad tahun 2008
dilaporkan 2.015 orang dari 7.184 orang atau terdapat sekitar 28% murid SD yang
telah dilakukan pemeriksaan pada 14 SD di Makassar menderita serumen
obsturan.1
Di Indonesia, adanya sumbatan kotoran telinga atau serumen prop
merupakan penyebab utama dari gangguan pendengaran pada sekitar 9,6 juta
orang. Berdasarkan survei cepat yang dilakukan Profesi Perhati dan Departemen
Mata Fakultas Kedokteran Indonesia (FK UI) di beberapa sekolah di enam kota diIndonesia, prevalensi serumen prop pada anak sekolah cukup tinggi, yaitu antara
30-50%.4
Deformitas anatomi dan peningkatan jumlah rambut pada bagian luar liang
telinga, serta penghalang fisik terhadap proses pembersihan serumen (seperti
penggunaan cotton swab, alat bantu dengar, pelindung telinga) telah diketahui
memiliki hubungan terhadap peningkatan insidens dari serumen obsturan.
Pengeluaran serumen merupakan prosedur THT yang paling sering dilakukan
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
14/58 2
pada pelayanan kesehatan primer, sekitar 4% dari pasien yang datang ke
pelayanan kesehatan primer akan mengkonsultasikan kepada dokter terkait adanya
serumen obsturan.3
Tidak semua pasien yang datang untuk konsultasi ke dokter ahli disebabkan
serumen obsturan. Sekitar 39,3 per 1000 pasien yang datang ke pelayanan
kesehatan karen masalah yang terkait dengan serumen obsturan. Insidens yang
cukup tinggi tersebut menunjukkan masalah yang cukup serius terkait serumen
pada penduduk yang menerima perawatan kesehatan primer. Namun, tidak ada
literatur yang dapat merincikan setiap faktor antropologi, psikologis, faktor sosial
ekonomi atau medis yang mempengaruhi serumen obsturan pada pasien. Bahkan
sebuah survei di Lothian, Skotlandia melaporkan bahwa dari 289 pelayanan
kesehatan primer rata-rata melayani 5 hingga >50 pasien dengan dengan serumen
obsturan setiap bulan.5
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap terjadinya serumen obsturan pada pasien rawat jalan
di poliklinik THT-KL RSUD Labuang Baji Makassar. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menambah informasi epidemiologi di bidang THT Komunitas
serta dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya
kesehatan telinga serta pencegahan terhadap timbulnya serumen obsturan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan referensi dan latar belakang masalah yang telah dipaparkan,
Prevalensi penyakit serumen obsturan masih sangat tinggi dan ditemukan pada
setiap kelompok usia, serta merupakan penyebab utama terjadinya gangguan
pendengaran. Penyakit ini ditemukan pada setiap unit pelayanan kesehatan primermasyarakat. Berbagai literatur telah mengungkapkan faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian serumen obsturan serta komplikasi yang dapat
ditimbulkan. Namun, masih sedikit dilakukan penelitian terkait faktor-faktor apa
saja yang mempunyai hubungan dengan kejadian serumen obsturan. Hal ini
sangat penting untuk diketahui agar dapat menentukan penanganan yang tepat
dalam mencegah terjadinya serumen obsturan ataupun komplikasinya di
masyarakat. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah faktor apa saja yang
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
15/58 3
menjadi faktor risiko terjadinya serumen obsturan pada pasien yang mengunjungi
pelayanan kesehatan primer.
1.3.
Pertanyaan Penelitian
1. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya
serumen obsturan ?
2. Apakah terdapat hubungan antara umur dengan terjadinya serumen
obsturan ?
3. Apakah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan
terjadinya serumen obsturan ?
4.
Apakah terdapat hubungan antara pekerjaan/aktivitas dengan terjadinya
serumen obsturan ?
5. Apakah terdapat hubungan antara perilaku membersihkan telinga
dengan terjadinya serumen obsturan ?
6.
Apakah terdapat hubungan antara riwayat sakit telinga dengan
terjadinya serumen obsturan ?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi faktor risiko terjadinya
serumen obsturan pada pasien poliklinik THT RSUD Labuang Baji
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan
terjadinya serumen obsturan b.
Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan terjadinya
serumen obsturan
c. Untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan
terjadinya serumen obsturan
d. Untuk mengetagui hubungan antara pekerjaan/aktivitas dengan
terjadinya serumen obsturan
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
16/58 4
e. hubungan antara perilaku membersihkan telinga dengan terjadinya
serumen obsturan
f.
Untuk mengetahui hubungan antara riwayat sakit telinga dengan
terjadinya serumen obsturan
1.5. Manfaat penelitian
Peneliti berharap agar sekiranya hasil penelitian ini dapat memberikan
manfaat bagi beberapa pihak, antara lain :
1. Masyaraat umum, untuk memberikan informasi kepada masyarakat
tenteng faktor-faktor risiko terjadinya serumen obsturan sehingga
meningkatkan kewaspadaan dan perhatian masyarakat akan penyakit
serumen obsturan
2. Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji, diharapkan hasil penelitian
ini dapat menjadi referensi dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien serumen obsturan
3. Instansi kesehatan lainnya, sabagai salah satu referensi dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan serta perbaikan program pencegahan
penyakit yang dapat ditimbulkan akibat serumen obsturan
4. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga bagi
peneliti dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya, dan
terkait tentang penyakit serumen obsturan pada khususnya.
5. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian mengenai serumen obsturan ataupun kesehatan telinga
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
17/58 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1.
Definisi
Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea dan kelenjar serumenosa
bercampur epitel skuamosa yang terdapat di kulit sepertiga luar liang telinga.
Komponen organik dari serumen terdiri dari rantai panjang asam lemak jenuh dan
tidak jenuh, alkohol, squalene (penyusun 12-20% komponen serumen) dan
kolesterol (6-9%). Serumen merupakan substansi yang normal dibentuk untuk
membersihkan, melindungi dan melumasi bagian luar liang telinga. Serumen
dikeluarkan dari liang telinga bersama kotoran melalui self-cleaning mechanism
pergerakan rambut pada kulit telinga yang menyebabkan serumen bergerak ke
arah luar dari liang telinga dan dibantu oleh pergerakan rahang saat mengunyah
atau menelan2,5. Meskipun demikian, dapat terjadi keadaan patologis yaitu
serumen obsturan dimana serumen terakumulasi dan menumpuk sehingga
menyebabkan sumbatan pada sebagian ataupun seluruh liang telinga (baik salah
satu bagian ataupun kedua bagian telinga) dan dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman/penuh di telinga, gangguan pendengaran, tinnitus, nyeri, serta penurunan
kualitas hidup. 1,3.
2. 2. Epidemiologi
Serumen obsturan ditemukan pada semua kelompok umur, sekitar 10% pada
anak-anak, 5% pada orang dewasa normal, lebih dari 57% pada pasien orang tua
yang dirawat di rumah, dan 36% pada pasien dengan retardasi mental3. Di
Indonesia jumlah penderita gangguan pendengaran diperkirakan mencapai 9,6 jutaorang dan sebagian besar diantaranya disebabkan karena sumbatan kotoran
telinga. Berdasarkan survei yang dilakukan Fakultas Kedokteran Indonesia di
beberapa sekolah di enam kota di Indonesia, prevalensi serumen prop / serumen
obsturan pada anak sekolah cukup tinggi, yaitu antara 30-50%4. Prevalensi
terjadinya gangguan pendengaran dan serumen obsturan menunjukkan angka yang
lebih tinggi pada komunitas pasien rawat jalan / melakukan perawatan di rumah.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
18/58 6
Suatu penelitian menunjukkan hampir 40% pasien rawat jalan menderita serumen
obsturan, dan prevalensinya meningka pada orang tua5.
2. 3.
Faktor risiko
a. Jenis Kelamin
Kelenjar seruminosa merupakan kelenjar apokrin yang menghasilkan
serumen memiliki kemiripan dengan kelanjar di ketiak dan mammae. Wanita
memiliki produksi kelenjar yang lebih banyak dibanding laki-laki disebabkan
karena wanita hamil dan menyusui. Kelenjar mammae menghasilkan kolostrum
yang mempunyai hubungan terhadap bentuk dari serumen (kering atau basah).
Suatu penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan kadar kolostrum tinggi
memiliki tipe serumen yang basah/lembab, sehingga lebih mudah mengikat debu
dan menempel pada kulit liang teling sehingga lebih sulit dikeluarkan yang
kemudian akan lebih berisiko untuk terjadi serumen obsturan6,7.
b. Umur
Insidens serumen banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah dan juga
pada orang tua yang di rawat di rumah. Hal ini disebabkan perubahan fisiologis
dan perilaku kelompok individu tersebut yang kurang memperhatikan kebersihan
telinga mereka3,4. Pada suatu penelitian juga ditemukana bahwa pasien usia muda
relatif memiliki derajat sumbatan yang lebih besar dibanding dengan pasein usia
tua8.
c. Obesitas
Orang dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas normal memiliki resikolebih besar untuk terkena serumen obsturan, disebabkan perubahan metabolisme
dibanding orang dengan IMT normal. Pada orang dengan obesitas terjadi lipolisis
yang berlebihan sehingga meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam tubuh
yang merupakan salah satu komponen mayor dari serumen. Penelitian yang
dilakukan oleh Mahardika melaporkan terdapat hubungan yang bermakna
(p=0.004) antara IMT dengan kejadian serumen obsturan pada anak sekolah
dasar 9,10.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
19/58
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
20/58 8
terakhir. Penelitian tersebut melaporkan terdapat hubungan bermakna antara
riwayat membersihkan telinga menggunakan cotton bud dengan terjadinya
cerumen obsturan pada sebagian kecil sampel tersebut8.
2. 4. Patomekanisme
Liang telinga adalah kulit berlapis, 2,5 cm cul-de-sac. 33% bagian lateral
dari liang telinga memiliki struktur tulang rawan yang ditutup oleh lapisan
sebasea dan kelenjar apokrin serta rambut. Kelenjar menghasilkan lapisan tipis
serumen yang memberikan perlindungan melalui lisozim sederhana sebagai anti-
mikroba. Sifat serumen yang lengket dapat merekatkan benda asing yang masuk
ke telinga sehingga mencegah kontak langsung dengan berbagai organisme,
polutan dan serangga. Serumen juga mempunyai pH yang rendah berkisar antar 4-
5 sehingga mencegah pertumbuhan bakteri dan membantu mengurangi risiko
infeksi pada telinga bagian luar. Konsistensinya biasanya lunak, tetapi kadang-
kadang kering. Dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia dan keadaan
lingkungan6,7,8.
Serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit
yang bergerak dari arah membran menuju ke luar serta dibantu gerakan rahang
sewaktu mengunyah. Jika proses ini terganggu akibat adanya faktor dari luar
seperti kebiasaan membersihkan telinga menggunakan benda tajam yang dapat
merusak lapisan epidermis sehingga proses migrasi terganggu ditambah produksi
yang terus terjadi maka akan menyebabkan penumpukan dan sumbatan serumen
pada liang telinga. Kelembaban dan temperatur lingkungan juga mempengaruhi
konsistensi dari serumen. Jika konsistensinya keras, maka akan lebih sulit untuk
dikeluarkan dari liang telinga
6,7,8
. Serumen obsturan juga bisa terbentuk sebagaihasi pembersihan telinga yang tidak efektif 9.
2. 5. Diagnosis
Diagnosis Serumen obsturan dapat ditegakkan dengan melihat secara
langsung liang telinga menggunakan otoskop. Adanya benda asing dan liang
telinga yang bengkak akibat dari otitis eksterna dapat mengganggu visualisasi
membran timpani dan harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum mencoba
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
21/58 9
mengeluarkan serumen. Sumbatan merupakan penyebab tersering dari gangguan
pendengaran pada pasien usia lanjut dan juga yang mengalami retaradasi mental,
oleh karena itu wajar untuk memeriksa adanya serumen obsturan pada pasien
dengan gangguan pendengaran. Pada sebuah penelitian dilaporkan 35% pasien
usia lebih dari 65 tahun yang dirawat dirumah sakit menderita serumen obsturan
dan 75% diantaranya mengalami perbaikan pendengaran setelah dilakukan
pengeluaran serumen3.
Serumen obsturan dapat menyebabkan gatal pada liang telinga, nyeri,
tinnitus, pusing, batuk, vertigo, peningkatan risiko infeksi, hingga gangguan
pendengaran berupa tuli konduktif, terutama bila liang telinga kemasukan air
(sewaktu mandi, berenang), serumen mengembang sehingga menimbulkan rasa
tertekan dan gangguan pendengaran semakin dirasakan sangat mengganggu6,7.
Pemeriksaan secara rutin tidak diindikasikan pada populasi orang tua dan
juga orang dengan gangguan mental disebabkan besarnya potensi untuk
munculnya komplain spesifik berkaitan dengan serumen obsturan3.
2. 6. Penatalaksanaan
Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang
lembek dibersihkan dengan menggunakan kapas yang dililitkan pada aplikator.
Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Apabila dengan cara
ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan dahulu6,10.
Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong ke dalam liang telinga sehingga
dikhawatirkan menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu
mengeluarkannya, dikeluarkan dengan mengalirkan air (irigasi). Air yang
digunakan dipertahankan pada suhu 37-38
o
C, karena air yang terlalu dingin atauterlalu hangat akan menginduksi terjadinya vertigo. Irigasi dilakukan
menggunakan spoit atau penyemprot pada bagian superior-posterior dari liang
telinga, tidak boleh langsung diarakan ke membran timpani6,10,11.
2. 7. Prognosis dan Komplikasi
Infeksi telinga merupakan perkembangan yang paling sering ditemukan
pada serumen obsturan yang tidak ditangani dengan baik 2,4. Jika serumen
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
22/58 10
menyentuh gendang telinga maka akan menyebabkan keadaan tidak nyaman pada
liang telinga juga vertigo. Beberapa komplikasi yang dilaporkan terjadi pada
pasien serumen obsturan yang setelah dilakukan terapi berupa irigasi liang telinga
adalah sebagai berikut 17:
Infeksi pada luar liang telinga (otitits eksterna)
Infeksi telinga tengah
Jejas pada meatus acusticus externa
Nyeri telinga
Vertiga
Tinnitus
Perdarahan pada liang telinga bisa saja terjadi jika pasien mengeluarkan
sendiri serumen dari liang telinganya menggunakan alat tajam. Mual, muntah dan
vertigo dapat terjadi olehkarena variasi suhu air yang digunakan untuk irigasi17.
Pada beberapa keadaan yang jarang terjadi (1 diantara 100 telinga yang
diirigasi) dapat mengakibatkan komplikasi serius seperti infeksi saraf (terutama
pada orang tua dengan diabetes) dan juga tinnitus kronik 17.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
23/58 11
BAB III
KERANGKA KONSEP
3. 1.
Dasar pemikiran variabel penelitian
Berdasarkan kepustakaan yang ada, serta disesuaikan dengan tujuan dari
penelitian, maka terdapat beberapa faktor yang memiliki pengaruh terhadap
terjadinya serumen obsturan, yaitu : jenis kelamin, umur, indeks massa tubuh
(IMT), pekerjaan/aktivitas, perilaku membersihkan telinga dan riwayat sakit
telinga.
3. 2.
Kerangka Konsep
Berdasarkan variabel penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
disusunlah pola hubungan antara variabel sebagai berikut :
Skema 1. Kerangka konsep
Jenis kelamin
Umur
IMT
Perilaku
membersihkan telinga
Riwayat sakit telinga
Serumen
ObsturanPekerjaan
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
24/58 12
3. 3. Definisi Operasional
a. Serumen obsturan
Definisi : Suatu keadaan dimana serumen (hasil produksi kelenjar
sebasea dan kelenjar serumenosa yang terdapat di kulit sepertiga luar
liang telinga) menumpuk dan menyumbat liang telinga (baik parsial
ataupun total)
Cara ukur : Dengan melakukan pemeriksaan fisis telinga menggunakan
otoskopi
b. Jenis kelamin
Definisi : perbedaan seksual yang terdiri dari laki-laki dan perempuan
Cara ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuisioner
Hasil ukur : 1. Laki-laki
2. Perempuan
c.
Umur
Definisi: lamanya seseorang hidup mulai saat pertama dilahirkan
sampai usianya pada saat masuk rumah sakit untuk yang pertama kali
yang dinyatakan dalam satuan tahun.
Cara ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuisioner
Hasil ukur:
Anak-Remaja : Usia 18 tahun
d.
Indeks massa tubuh
Definisi : Berat badan dibagi kuadrat dari tinggi badan (dalam satuanmeter)
Cara ukur : Menggunakan timbangan dan meteran
Hasil ukur :
Underweight (IMT = 25 kg/m2)
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
25/58 13
e. Pekerjaan
Definisi : Menunjukkan aktivitas yang dilakukan sehari-hari baik
memperoleh penghasilan atasnya ataupun tidak.
Cara ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuisioner
Hasil ukur : 1. Dalam ruangan
2. Luar ruangan
f. Perilaku membersihkan telinga
Definisi : Frekuensi membersihkan liang telinga yang dilakukan oleh
pasien
Cara ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuisioner
Hasil ukur : 1. Sering (>= 2x setiap pekan)
2. Jarang (
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
26/58 14
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4. 1.
Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan
menggunakan desain penelitian analitik multivariat, yang mana pengukuran
variabel dilakukan secara cross-sectional dengan menggunakan kuisioner pada
pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD Labuang baji.
4. 2. Waktu penelitian
Penelitian ini direncanakan diadakan pada tanggal 25 November – 14
Desember 2013.
4. 3. Lokasi penelitian
Penelitian ini direncanakan diadakan pada poliklinik THT RSUD Labuang
Baji, Makassar, Sulawesi Selatan.
4. 4.
Populasi dan Sampel penelitian
Populasi adalah semua pasien rawat jalan yang berkunjung ke poliklinik
THT RSUD Labuang Baji Makassar tanggal 25 November – 14 Desember 2013.
Setiap populasi tersebut dijadikan sampel penelitian secara consecutive sampling,
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus :
N = (10xV) / insidens N = Subjek
V = Jumlah variabel
N = (10x6) / 0,4
N = 150
Jadi, jumlah sampel yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 150 sampel
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
27/58 15
4. 5. Kriteria Seleksi
a. Kriteria Inklusi : Semua pasien rawat jalan yang berkunjung ke
poliklinik THT RSUD Labuang Baji.
b.
Kriteria Ekslusi : Sampel menolak untuk diperiksa, sampel tidak
mengisi kuisioner secara lengkap, sampel yang sedang mengalami
peradangan pada telinga, sampel yang memili perforasi membran
timpani.
4. 6. Manajemen penelitian
1. Pengumpula Data
Dalam penelitian ini data yang diambil berupa data primer yang diperoleh
langsung dengan menggunakan kuisioner dari pasien rawat jalan yang
melakukan kunjungan ke poliklinik THT THT RSUD Labuang Baji
Makassar tanggal 25 November – 14 Desember 2013.
2. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data menggunakan Software Statistical Product and Service
Solution (SPSS), untuk uji beda dengan taraf signifikansi p < 0,05. Hasil
uji komparatif menggunakan Chi-Square.
3. Penyajian Data
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk
menggambarkan hubungan antara faktor jenis kelamin, usia, pekerjaan, perilaku
membersihkan telinga, dan riwayat sakit telinga terhadapa kejadian serumen
obsturan pada pasien rawat jalan Poliklinik THT RSUD Labuang Baji Makassar
tanggal 25 November – 14 Desember 2013.
4. 7. Etika Penelitian
Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah
setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
28/58 16
2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat pada
rekam medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa
dirugikan atas penelitian yang dilakukan.
3.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah
disebutkan sebelumnya.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
29/58 17
BAB V
GAMBARAN UMUM RSUD LABUANG BAJI
5. 1.
Sejarah Singkat
Rumah Sakit Labuang Baji didirikan Zending Gereja Gerofermat Tahun
1938, dan pada tanggal 12 Juni 1938 diresmikan dengan kapasitas tempat tidur
sebanyak 25 TT. dan pada tahun 11946 - 1948 Rumah Sakit Labuang Baji
mendapat bantuan dari Pemerintah Indonesia Timur (NIT) dengan merehabilitasi
gedung-gedung yang hancur/rusak akibat perang dan digunakan untuk
penampungan korban akibat Perang Dunia II.
Tahun 1946 -1951 Zending mendirikan bangunan permanen dan
meningkatkan pelayanan spesifik serta penambahan jumlah tempat tidur menjadi
170 TT, sejalan dengan perkembangannya maka pada Tahun 1952 - 1955
Pemerintah Kotapraja Makassar memberikan bantuan penambahan ruang
perawatan sehingga kapasitas tempat tidur menjadi 190 TT.
Sejak Tahun 1955 Rumah Sakit Labuang Baji dibiayai oleh Pemerintah
Daerah Tk. I Sulawesi Selatan dan berubah namanya menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah Labuang Baji (RSUDLB). dan pada tahun 1960 oleh Zending
RSUD Labuang Baji diserahkan penuh kepada Pemerintah Daerah Tk. I Provinsi
Sulawesi Selatan dan penuh menjadi milik Pemerintah Daerah Tk. I Sulawesi
Selatan.
Selanjutnya untuk peningkatan pelayanan RSUD Labuang Baji mulai
didukung dengan berbagai kebijakan diantaranya;
1. Dikeluarkannya Peraturan Daearah (Perda) Nomor 2 Tahun 1996, tanggal
16 Januari 1996 ditingkatkan statusnya darfi rumah sakit kelas tipe C
menjadi Rumah Sakit Umum kelas Tipe B non pendidikan Perda ini
diserahkan oleh menteri dalam negeri pada tanggal 7 Agustus 1996.
2.
Dikeluarkannya Perda Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Nomor 6 Tahun 2002 yang merubah status dari RSUD non pendidikan
menjadi BP RSUD Labuang Baji yang berada dibawah dan bertanggung
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
30/58 18
jawab langsung kepada Gubernur Sulawesi Selatan, namun sebelumnya
RSUD Labuang Baji telah Terakreditasidengan 5 (lima) bidang pelayanan
3.
Dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 pada tanggal 21
Juli 2008 dengan merubah struktur organisasi RSUD Labuang Baji dari
bentuk badan menjadi Rumah Sakit Umum.
4.
Dikeluarkannya Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan
Nomor2130/VIII/2012 tentang Penetapan RSUD Labuang Baji Provinsi
Suklawesi Selatan Sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk
menetapkan pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
secara penuh.
5.
Sepanjang perjalanan RSUD Labuang Baji telah mendapatkan 3 (tiga) kali
akreditasi dari Pemerintah Pusat Melalaui Menteri Kesehatan Republik
Indonesia yang terdiri dari; (a) Tahun 2000 terakreditasi dengan 5 (lima)
bidang pelayanan, (b) Tahun 2004 terakreditasi menjadi 12 bidang
pelayanan dan (c) tahun 2012 terakreditasi menjadi 16 bidang pelayanan.
Sepanjang sejarahnya Sampai saat ini Tahun 2013, RSUD Labuang Baji
sudah 19 kali menmgalami pergantian pimpinan yaitu;
1.
direktur pertama adalah dr. On Yang Hong
2. Direktur ke 2; Prof. Dr. Warouw
3. dr. G.J. Hoekstra
4.
dr. Hibertein
5. dr. A.W.F. Wiegers
6. dr. P. Rooft
7.
dr. R.A. Tini Iswan (1967)
8. dr. Ny. Th. Sumantri Tulong (1967 - 1978)
9. dr. B. Tjahyadi (1978 - 1981)
10.
dr. H.A. Wahid Baelang (1981 - 1991)
11. dr. H. Mustafa Djide, SKM (1991 - 1996)
12. dr. H.A. Jasmin Abu Mattimu 11995 - 1997)
13.
dr. Hj. Nurfiah A. Pattiroi, MHA. (1997 - 1998)
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
31/58 19
14. dr. H. Muh. Basir Palu, SpA, MHA (1998 - 2001)
15. dr. H. Sofyan Muhammad, M.Si (2006)
16.
dr. H. Muh. Thalib Suyuti, M.Kes (2006 - 2008)
17.
dr. H. Bambang Arya, M.Kes (2008 - 2011)
18. DR. Drs. H. Azikin Solthan, M.Si (2011)
19.
dr. Enrico Marentek, SpPD (9 September 2011 - Sekarang)
5. 2. Visi, Misi dan Tujuan
5.2.1 Visi
“Rumah Sakit Unggulan Sulawesi Selatan”
5.2.2 Misi
1. Mewujudkan Profesionalisme SDM
2. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
3. Memberikan Pelayanan Prima
4. Efisiensi Biaya Rumah Sakit
5. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan
5.2.3 Tujuan
1. Meningkatkan kemampuan profesionalisme
2. Terwujudnya sarana pelayanan yang aman dan nyaman
5.3 Fasilitas Pelayanan
5.3.1 Instalasi Rawat Jalan
1. Poliklinik Mata 11. Poliklinik Endoktrin
2. Poliklinik Bedah 12. Poliklinik THT
3. Poliklinik Paru dan TB 13. Poliklinik Kulit & Kelamin
4. Poliklinik KIA dan Laktasi 14. Poliklinik Konsultasi Gizi
5. Poliklinik Penyakit Dalam 15. Poliklinik Anak
6. Poliklinik Saraf 16. Unit Hemodialisa
7. Poliklinik Kardiologi 17. Apotek Rawat Jalan
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
32/58 20
8. Poliklinik Gigi dan Mulut 18. General Check Up
9. Poliklinik Fisioterapi 19. Poliklinik Jantung
10. Poliklinik Bedah Urologi 20. Poliklinik Bedah Orthopedi
5.3.2 Instalasi Rawat Inap
Terdapat 17 ruang perawatan umum dan 6 ruang perawatan khusus Ruang
bedah sentral, bedah kebidanan/kandungan, Perawatan khusus/RPK,
Rawat Intensif, Hemodialisa, Kamar Bersalin), dan perawatan CVCU
Fasilitas Tempat tidur :
Kelas VVIP : 3 tempat tidur
Kelas Utama (VIP) : 4 tempat tidur
Kelas I : 50 tempat tidur
Kelas II : 66 tempat tidur
Kelas III : 205 tempat tidur
ICU : 8 tempat tidur
Hemodialisa : 9 tempat tidur
CVCU : 6 tempat tidur
RPK : 3 tempat tidur
IRD : 13 tempat tidur
Jumlah : 367 tempat tidur
5.4 Profil kunjungan pasien
5.4.1 Jumlah kunjungan
Tabel 1. Jumlah kunjungan pasein di RSUD Labuang baji Tahun 2011-
2012 No Jumlah Kunjungan Tahun 2011 Tahun 2012
1
2
3
Rawat Jalan
Rawat Inap
Rawat Darurat
77.376
12.672
15.095
134.702
12.777
9.585
Jumlah 105.143 157.064
Sumber : Profil RSUD Labuang Baji tahun 2012
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
33/58 21
5.4.2 Rawat jalan
Tabel 2. Daftar 10 penyakit terbanyak rawat jalan di RSUD Labuang Baji
tahun 2012
No Jenis Penyakit Jumlah %
1 Cedera YDT lainnya, YTT dan dae
rah badan multipel
1.987
7.49
2 Demam yang sebabnya tidak diketahui
1.493
5.63
3 Diare & GEA oleh penyebab infeksi
tertentu1.207 4.55
4 Penyakit telinga dan prosesus mastoid 1.134 4.27
5 Neoplasma Jinak Lainnya
931
3.51
6 Dyspepsia
928
3.50 7 Gangguan Refraksi dan Akomodasi
760
2.86
8 Infeksi Saluran Napas Bagian Atas Akut
Lainnnya
725
2.73
9 Katarak dan Gangguan Lain Lensa
690
2.60
10 Penyakit Pulpa dan Periapikal
656
2.47
Subtotal
Lain-lain
Total
10.511
16.029
26.540
39.61
60.39
100
Sumber : Profil RSUD Labuang Baji tahun 2012
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
34/58 22
5.4.3 Rawat Inap
Tabel 3. Daftar 10 penyakit terbanyak rawat inap di RSUD Labuang Baji
tahun 2012
No Jenis Penyakit Jumlah %
1 Diare dan GE oleh penyebab Infeksi
tertentu (colitis Infeksi )
841
6.66
2 Neoplasma yang tidak menentu
perangainya & tdk diketahui sifatnya
478
3.78
3 Pneumonia
468
3.71
4 Cedera YDT lainnya, YTT & daerah
badan multipel
367
2.91
5 Dyspepsia 309 2.45
6 Demam yang sebabnya tidak diketahui
259
2.05
7 Demam Berdarah Dengue
240
1.91
8 Tuberkolosis Paru Lainnya 196 1.55
9 Tuberkolosis (TB) Paru BTA (+) dgn
tanpa biakan lainnya
195
1.55
10 Penyakit Sistem Kemih lainnya
189
1.49
Subtotal
Lain-lain
Total
3.542
9.079
12.621
28.06
71.94
100
Sumber : Profil RSUD Labuang Baji tahun 2012
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
35/58 23
BAB VI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil penelitian
Sampel yang didapatkan berjumlah 150 dan sebanyak 29 sampel
disingkirkan karena termasuk dalam kriteria eksklusi, yang terdiri dari pasien
dengan serumen obsturan pada telinganya sebanyak 69 (57%) pasien, dan sisanya
sebanyak 52 (43%) pasien tidak terdapat serumen obsturan. Distribusi jenis
kelamin pada penelitian ini terdiri dari 51 pasien laki-laki dan 70 pasien
perempuan dengan distribusi serumen obsturan sebanyak 28 (23,1%) laki-laki dan
41 (33,9%) perempuan. Hasil uji komparatif Chi-square antar variabel telah
dilakukan dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Karakteristik sampel pasien rawat jalan RSUD Labuang Baji Makassar
Karakteristik sampel N %
Usia (tahun)0-5
6-11
12-18
19-40
41-65
>65
Jenis KelaminLaki-laki
Perempuan
8
10
10
48
39
6
51
70
6.6
8.3
8.3
39.6
32.2
5.0
42.1
57.9
Jumlah 121 100.0
Sumber : Data primer, 2013
Tabel 4 menunjukkan karakteristik pasien rawat jalan di poliklinik THT
RSUD Labuang Baji yang dapat dijadikan sampel penelitian. Pasien dengan
kelompok umur 31-40 adalah yang paling banyak dijadikan sampel yaitu
sebanyak 30 sampel (24.8%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 11-
20 dan >60 tahun yang berjumlah masing-masing 11 sampel (9.1%). Median
umur yang dijadikan sampel adalah 34 tahun. Sedangkan jumlah sampel berjenis
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
36/58 24
kelamin laki-laki sebanyak 51 sampel (42.1%) dan perempuan 70 sampel
(57.9%).
Tabel 5. Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obsturan
Jenis Kelamin
Serumen ObsturanJumlah
pAda Tidak ada
n % n % n %
Perempuan
Laki-laki
41
28
58.6
54.9
29
23
41.4
45.1
70
51
100.0
100.0 0.687
Jumlah 69 57.0 52 43.0 121 100.0
Sumber : Data primer, 2013
Tabel 5 menunjukkan hubungan antara jenis kelamin dengan angka
kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh
hasil p = 0.687 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p > 0.05.
Tabel 6. Hubungan antara umur dengan kejadian serumen obsturan
Umur
Serumen ObsturanJumlah
pAda Tidak adan % n % n %
Dewasa-Lansia
Anak-Remaja
52
17
55.9
60.7
41
11
44.1
39.3
93
28
100.0
100.0 0.653
Jumlah 69 57.0 52 43.0 121 100.0
Sumber : Data primer, 2013
Tabel 6 menunjukkan hubungan antara umur dengan angka kejadian
serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh hasil p =
0.653 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan kejadian serumen obstruan karena nila p > 0.05.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
37/58 25
Tabel 7. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian serumen
obsturan
IMT
Serumen ObsturanJumlah
pAda Tidak adan % n % n %
Lebih
Kurang-Normal
20
49
58.8
56.3
14
38
41.2
43.7
34
87
100.0
100.0 0.803
Jumlah 69 57.0 52 43.0 121 100.0
Sumber : Data primer, 2013
Tabel 7 menunjukkan hubungan antara indeks massa tubuh dengan angka
kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh
hasil p = 0.803 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p > 0.05.
Tabel 8. Hubungan antara pekerjaan dengan kejadian serumen obsturan
Pekerjaan
Serumen ObsturanJumlah
pAda Tidak ada
n % n % n %
Luar ruangan
Dalam ruangan
16
53
88.9
51.5
2
50
11.1
48.5
18
103
100.0
100.0 0.003Jumlah 69 57.0 52 43.0 121 100.0
Sumber : Data primer, 2013
Tabel 8 menunjukkan hubungan antara jenis pekerjaan dengan angka
kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh
hasil p = 0.003 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan kejadian serumen obstruan karena nila p < 0.05.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
38/58 26
Tabel 9. Hubungan antara perilaku membersihkan telinga dengan kejadian
serumen obsturan
Perilaku
membersihkantelinga
Serumen ObsturanJumlah
pAda Tidak adan % n % n %
Jarang
Sering
21
48
80.8
50.5
5
47
19.2
49.5
26
96
100.0
100.0 0.005
Jumlah 69 57.0 52 43.0 121 100.0
Sumber : Data primer, 2013
Tabel 9 menunjukkan hubungan antara perilaku membersihkan telinga
dengan angka kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-
square) diperoleh hasil p = 0.005 yang berarti ada hubungan yang bermakna
antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p < 0.05.
Tabel 10. Hubungan antara riwat menderita sakit telinga dengan kejadian
serumen obsturan
Riwayat sakit
telinga
Serumen ObsturanJumlah
pAda Tidak ada
n % n % n %
SeringJarang
1059
58.856.7
745
41.243.3
17104
100.0100.0 0.871
Jumlah 69 57.0 52 43.0 121 100.0
Sumber : Data primer, 2013
Tabel 10 menunjukkan hubungan antara riwayat menderita sakit telinga
dengan angka kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-
square) diperoleh hasil p = 0.871 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna
antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p > 0.05.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
39/58 27
6.2 Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan serumen obsturan ( p=0.687). Hasil ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ST Subhas dan Raman
R, bahwa hal ini tidak ditemukan hubungan yang siginifikan antara adanya
serumen dengan variabel seperti : usia, jenis kelamin, etnis atau sisi yang
terpengaruh dan disebabkan tidak terdapat perbedaan dalam proses kimia
pembentukan serumen obsturan pada pria dan wanita.5
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara umur dengan serumen obsturan ( p=0.653) dikarenakan sampel
yang didapatkan kebanyakan adalah dewasa dibandingkan dengan anak-anak (93
: 28 pasien). Disamping itu, dapat dikaitkan dengan tingkat aktivitas yang
dilakukan. Merujuk pada orang dewasa-lansia memiliki tingkat aktivitas yang
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anak-remaja. Namun perlu diingat pula
bahwa terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan serumen
obsturan seperti kelainan anatomis ataupun fisiologis yang terdapat pada masing-
masing sampel tertentu. Berdasarkan penelitian Saiko Sugiura et al yang
dilakukan pada 67 pasien yang semuanya berusia di atas 80 tahun menunujukkan
bahwa terjadi peningkatan pembentukan serumen dan mengakibatkan terjadinya
penurunan daya pendengaran. Peningkatan produksi serumen dapat disebabkan
oleh beberapa hal, yakni : seiring proses penuaan , lapisan epitel telinga luar
menjadi lebih tipis, jaringan subkutaneus menjadi atrofi, kelenjar serumen dan
sebasea memproduksi minyak pelumas yang lebih sedikit, dan panjang rambut
telinga.6
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikanantara indeks massa tubuh dengan pembentukan serumen obsturan ( p=0.803).
Namun, insidensi serumen obsturan lebih banyak pada sampel dengan indeks
massa tubuh yang normal (28,1%) dibandingkan sampel dengan berat badan lebih
(16,5%) dan sampel dengan berat badan kurang (12,4%). Orang dengan indeks
massa tubuh di atas normal (overweight -obesitas) memiliki kecenderungan
gangguan metabolisme, yaitu terjadinya lipolisis yang berlebihan sehingga
menyebabkan kadar asam lemak bebas di dalam tubuh meningkat. Asam lemak
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
40/58 28
yang berlebih pada orang dengan indeks massa tubuh di atas normal diduga akan
berpengaruh dalam pembentukan serumen obsturan.7 Namun berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
indeks massa tubuh dengan serumen obsturan ( p=0.803). Hal ini mungkin
disebabkan tidak seimbangnya jumlah sampel yang dibandingkan, yaitu sampel
dengan berat badan kurang sampai normal dan sampel dengan berat badan
berlebih.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara riwayat sakit telinga dengan serumen obsturan ( p=0.871). Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Perry ET dan Nichols AC, serta sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jankowski A.7 Tidak didapatkannya hasil
hubungan antara riwayat sakit telinga dengan serumen obsturan mungkin
diakibatkan karena sebagian besar sampel yang diteliti dan mengakui pernah
memiliki riwayat sakit telinga, lebih banyak yang memiliki riwayat sakit telinga
tengah daripada riwayat sakit telinga luar,informasi tersebut didapatkan setelah
dilakukan wawancara lebih lanjut.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan signifikan hubungan
antara pekerjaan dengan seruman obsturan ( p=0.003) dikarenakakan pembagian
antara jenis pekerjaan hanya berdasarkan pekerjaan di dalam maupun di luar
ruangan, tanpa mengetahui jenis dan tempat pekerjaan dari sampel yang dipilih.
Hal lain yang menyebabkan hasil tersebut signifikan karena sampel yang bekerja
di luar ruangan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sampel yang bekerja di
dalam ruangan (18 : 103 pasien) sehingga memungkinkan terjadinya bias. Hasil
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Sokota, Nigeria terhadap 200
orang subjek studi dengan pekerjaan yang berbeda-beda (polisi, pembantu rumahtangga, misioner, pekerja bebas, guru, dan murid) menunjukkan bahwa ternyata
baik pekerjaan yang berada dalam ruangan (pembantu rumah tangga, misioner,
guru, dan murid) maupun pekerjaan di luar ruangan (polisi dan pekerja bebas)
memiliki kebiasaan yang hampir sama dalam membersihkan telinga baik dari segi
frekuensi, cara, dan alat yang digunakan. Berdasarkan dari hasil penelitian di
Sokota pekerjaan tidak menjadi topik utama dalam permasalahan munculnya
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
41/58 29
serumen obsturan sehingga tidak dapat ditentukan secara pasti apakah jenis
pekerjaan memiliki pengaruh terhadap terbentuknya serumen obsturan.8
Selain itu,didapatkan hubungan yang signifikan antara perilaku
membersihkan telinga dengan serumen obsturan ( p=0.005). Akan tetapi, pada
penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara
perilaku membersihkan telinga dengan serumen obsturan yaitu penelitian yang
dilakukan Guest Jf et al disebutkan bahwa selain penggunaan lidi kapas sebagai
suatu kebiasaan yang dapat mempercepat timbulnya serumen obsturan,diameter
liang telinga memiliki peranan yang penting. Semakin kecil diameter liang telinga
maka semakin besar pula resiko terjadinya serumen obsturan.9,10
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
42/58 30
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan telinga, sampel yang menderita serumen
obsturan persentasenya lebih banyak dibandingkan pasien tanpa
serumen obstturan.
2. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian serumen
obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD Labuang Baji,
Makassar.
3. Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian serumen obsturan
pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD Labuang Baji, Makassar.
4.
Tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian
serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD
Labuang Baji, Makassar.
5.
Ada hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan dengan kejadian
serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD
Labuang Baji, Makassar. Dimana orang yang bekerja di luar ruangan
lebih berisiko menderita serumen obsturan.
6. Ada hubungan yang bermakna antara perilaku membersihkan telinga
dengan kejadian serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik
THT RSUD Labuang Baji, Makassar. Dimana orang yang jarang
membersihkan liang telinganya lebih berisiko menderita serumenobsturan.
7. Tidak ada hubungan antara riwayat menderita sakit telinga dengan
kejadian serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT
RSUD Labuang Baji, Makassar.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
43/58 31
7.2 Saran
Dengan melihat bahwa banyaknya faktor-faktor yang dapat berperan dalam
menimbulkan terjadinya serumen obsturan, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut :
1. Serumen obsturan kadang tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat
mengakibatkan gangguan pendengaran. Sehingga perlu bagi kita untuk
mengetahui hal apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya
serumen pada telinga. Faktor yang bermakna dalam menyebabkan
serumen obsturan adalah riwayat pekerjaan atau beraktivitas diluar
ruangan sehingga penting bagi siapa saja yang kesehariaannya
melakukan aktivitas di luar ruangan agar sering membersihkan liang
telinga dan mengontrolnya ke dokter ahli THT.
2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala khususnya pemeriksaan telinga,
sehingga bila terdapat kelainan-kelainan dapat didiagnosa lebih dini
guna pencegahan dan penanganan.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
44/58 32
DAFTAR PUSTAKA
1.
Syahrijuita, Sutji PR, Nani ID, Riskiana D. Perbandingan efektivitas
beberapa pelarut terhadap kelarutan cerumen obturans secara in vitro. Ina J
Otolaryngol-Head and Neck Surg. 2012; 42(1): 23-27.
2.
Roland PS, et al. Clinical practice guideline: Cerumen Impaction.
Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Am Acad Otolaryngol-Head and
Neck Surg Found. 2008; 139 (3 suppl2):S1-S21.
3. McCarter DF, Susan MP. Cerumen Impaction. American Family Physician.
Vol. 75. No. 10. 2007
4.
Kementerian Kesehatan RI. Gangguan Telinga bikin Anak Sulit
Menangkap Pelajaran di Sekolah. Kliping Berita Kesehatan. Pusat
komunikasi publik Setjen Kemenkes RI. 2013.
5. Guest JF, Greener MJ, Robinson AC, Smith AF. Impacted Cerumen:
Composition, Production, Epidemiology, and Management. Q.J. Med. 2004;
97(8): 477-88.
6. Miura K, et al. A strong association between human earwax-type and
apocrine coclstrum secretion from mammary gland. Hum Genet . 2007; 121:
631-633.
7. Tomita H, et al. Mapping of the wet/dry earwax locus to the pericentromeric
region of chromosome 16. Lancet . 2002; 359: 2000-02.
8. Macknin ML, Talo H, Medendorp SV. Effect of Cotton-Tipped Swab use
on Earwax occlusion. Clinical Pediatrics. 1994: 14-18.
9. Crummer RW, Hassan GA. Diagnostic Approach to Tinnitus. American
Family Physician. 2004: 96: 120-126.10.
Mahardika M. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan serumen
obturans (Studi kasus pada siswa SD kelas V di kota semarang) . FK Undip.
2010.
11.
Soetjipto, Damayanti dan Endang Mangunkusumo. Telinga dalam Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Edisi Ketujuh, Efiaty A,
Nurbaiti I (ed). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2012: 59-60.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
45/58 33
12. Carl van Wyk F. Cerumen Impaction Removal. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1413546-overview pada tanggal 10
November 2013.
13.
Osgurthorpe JD, Nielsen DR. Otitis externa: review and clinical update. S
Afr Fam Pract. 2011; 53(3): 223-229.
14.
Isaacson JE, Vora NM. Differential diagnosis and treatment of hearing loss.
Am Fam Physician. 2003;68:1125-1132.
15. Folmer RL, Shi Y. Reduce your risk of complication during ear wax
removal . American Tinnitus Association. 2005. 20-21.
16. Saloranta K, Westermarck T. Prevention of cerumen impaction by treatment
of ear canal skin. A pilot randomized controlled study. Clin Otolaryngol .
2005; 30: 112-114.
17. National Health Services choices. Earwax comlication . diunduh dari
http://www.nhs.uk/Conditions/Earwax/Pages/Complications.aspx pada
tanggal 10 November 2013.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
46/58
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Data Pribadi
Nama : Muh. Idham Rahman
Tempat / Tanggal lahir : Ujung pandang, 01 Mei 1992
Alamat : Jalan Baji Ampe 1 No. 4B
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
Tahun 1998 Lulus TK Nurul Askar Makassar
Tahun 2003 Lulus SD Negeri Mattoangin III Makassar
Tahun 2006 Lulus SLTP Negeri 3 Makassar
Tahun 2009 Lulus SMA Negeri 2 Makassar
Tahun 2012 Lulus S1 Pendidikan Dokter FK UNHAS Makassar
Nama Orang Tua
Ayah : Rahman Madawali
Ibu : Hanasiah
Makassar, Juli 2014
Muh. Idham Rahman
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
47/58
KUESIONER PENDATAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA SERUMEN OBSTURAN
Nama : ________________________
Tanggal lahir : ________________________
Umur : ________________________
Jenis Kelamin : *Laki-laki / PerempuanPekerjaan : ________________________
: *Luar ruangan / Dalam ruangan
Hasil Pengukuran
Berat badan (kg) : ________________________ IMT : _____________
Tinggi badan (cm) : ________________________
Apakah anda sering membersihkan liang telinga ?
*Sering / Jarang / Sangat jarang
Berapa kali anda membersihkan liang telinga anda dalam 2 bulan terakhir ? ______
Berapa kali anda membersihkan liang telinga anda dalam setiap pekan/minggu ? ______
Apakah anda sering menderita penyakit pada telinga sebelumnya ?
*Sering / Jarang / tidak pernah
Hasil pemeriksaan fisis telinga (diisi oleh pemeriksa)
Telinga kanan Telinga kiri
Kelainan anatomi Ada / Tidak ada Ada / Tidak ada
Peradangan Ada / Tidak ada Ada / Tidak ada
Perforasi gendang telinga Ada / Tidak ada Ada / Tidak ada
Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap
terjadinya serumen obsturan (sumbatan liang telinga oleh kotoran telinga). Hasil dari penelitian ini akan
dipergunakan sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak yang mengambil peran dalam menentukan
kebijakan terkait dengan usaha mencegah ketulian ataupun penyakit telinga lainnya akibat serumen obsturan
Petunjuk:
1. Isilah identitas saudara di lembar jawaban!
2. Jawablah dengan jujur pertanyaan di bawah ini menurut pengetahuan saudara!
3. Coret yang tidak perlu pada pertanyaan dengan tanda (*)
4. Identitas dan jawaban saudara dijamin kerahasiaaannya.
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
48/58
N ila i In te rp re ta si
1 Zainuddin Laki-laki 55 In 55 166 19,96 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
2 Raodatul Janna Perempuan 7 In 19 113 14,88 Kurang Jarang Sering Ada Tidak Tidak Tidak
3 narwis Laki-laki 38 in 71 163 26,72 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
4 marthen Laki-laki 47 out 51 160 19,92 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
5 Diana Perempuan 22 In 45 151 19,74 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
6 Nurhayati Perempuan 39 out 59 148 26,94 Lebih Sering Sering Ada Tidak Tidak Tidak
7 Anazir Laki-laki 65 In 46 160 17,97 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
8 Dian Perempuan 40 In 57 148 26,02 Lebih Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
9 Amalia Perempuan 3 In 19 111 15,42 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
10 Dahlia Perempuan 53 In 69 161 26,62 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
11 Hardiyanti Perempuan 34 in 65 160 25,39 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
12 Rusmin Laki-laki 31 in 48 164 17,85 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak13 Syahrul Laki-laki 17 in 49 162 18,67 Normal Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak
14 M Adi Eko Laki-laki 21 in 52 161 20,06 Normal Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak
15 Muh Fadil Laki-laki 13 in 35 148 15,98 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
16 D Zainal Arifin Laki-laki 55 Out 65 170 22,49 Normal Sering Sering Ada Tidak Tidak Tidak
17 Nohadin Laki-laki 72 in 66 165 24,24 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
18 Darmia Perempuan 37 in 43 155 17,90 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
19 Sofyan Laki-laki 70 Out 55 160 21,48 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
20 Mutmainnah Perempuan 31 in 51 159 20,17 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
21 Rosilawati Perempuan 63 in 65 145 30,92 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
22 Patimang Perempuan 51 in 62 160 24,22 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
23 Ramli Laki-laki 60 Out 85 160 33,20 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
24 Masdina Perempuan 34 in 51 140 26,02 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
25 Febriana Perempuan 9 in 20 127 12,40 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
26 Nurdiana Perempuan 32 in 39 149 17,57 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
27 Irnawati Perempuan 41 in 63 150 28,00 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
28 Hj. Sahruni Perempuan 58 in 65 157 26,37 Lebih Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
29 Nuraini Perempuan 55 in 69 158 27,64 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
30 Kasma Perempuan 28 in 68 150 30,22 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
31 Sultan Laki-laki 12 in 30 120 20,83 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
32 Fitri Perempuan 10 in 28 121 19,12 Normal Jarang Sering Ada Tidak Tidak Tidak
33 Darmawati Perempuan 42 in 65 150 28,89 Lebih Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak34 Nuraeni Perempuan 26 in 54 165 19,83 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
35 Yusuf Laki-laki 53 out 72 173 24,06 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
36 Syamsul Rijal Laki-laki 26 in 52 168 18,42 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
37 Widya Perempuan 1 in 10 73 18,77 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
38 Erli Perempuan 16 in 46 160 17,97 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
39 Nurul Febriana Perempuan 6 in 16 91 19,32 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
40 Paulina Perempuan 45 in 52 148 23,74 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
41 Suriani Perempuan 37 in 66 170 22,84 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
42 Sampaia Laki-laki 52 in 55 165 20,20 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
43 Abdul Jalil Laki-laki 66 in 85 171 29,07 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
44 Rahmat Laki-laki 55 In 55 166 19,96 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
45 Abdul Farid Laki-laki 42 Out 58 161 22,38 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
46 Raisia Perempuan 7 In 19 113 14,88 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
Peradangan PerforasiNo. Nama Jenis kelamin Umur Pekerjaan
(In/Out) BB TB
IMT Perilaku
membersihkan
telinga
Riwayat sakit
telinga Serumen
Kelainan
anatomi
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
49/58
47 Akbar A. Laki-laki 47 in 51 160 19,92 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
48 Ramlah Perempuan 22 In 45 149 20,27 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
49 Ani Rofiqah Perempuan 22 In 54 152 23,37 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
50 Zaenab Perempuan 39 out 59 148 26,94 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
51 Dg. Baso Laki-laki 65 In 46 160 17,97 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
52 Suminten Perempuan 40 In 57 148 26,02 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
53 Arini Nurzahra Perempuan 4 In 21 110 17,36 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
54 Bayu chandra Laki-laki 31 in 55 166 19,96 Normal Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak
55 Muliawati Perempuan 34 in 65 160 25,39 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
56 Irfan Nur Laki-laki 31 in 48 164 17,85 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
57 Rangga asri Laki-laki 17 in 49 162 18,67 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
58 M. Nasrul Laki-laki 21 in 52 161 20,06 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
59 Syukri M. Laki-laki 13 in 35 148 15,98 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
60 Rahman Laki-laki 55 Out 65 170 22,49 Normal Jarang Sering Ada Tidak Tidak Tidak
61 Huseng Laki-laki 72 in 66 165 24,24 Normal Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak
62 Tego Laki-laki 70 Out 55 160 21,48 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak63 Nurul Muchliza Perempuan 33 in 54 156 22,19 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
64 Dian Fatmawati Perempuan 31 in 51 159 20,17 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
65 Raodah Perempuan 63 in 65 145 30,92 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
66 Nani Perempuan 51 in 62 160 24,22 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
67 Dg. Japa Laki-laki 60 Out 85 160 33,20 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
68 Khaerunnisa Perempuan 34 in 51 140 26,02 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
69 Rani Octavina Perempuan 9 in 20 127 12,40 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
70 Citra Sari Astuti Perempuan 10 in 28 121 19,12 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
71 Purwandri Perempuan 42 in 65 150 28,89 Lebih Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
72 Wahidin Laki-laki 53 out 72 173 24,06 Normal Sering Sering Ada Tidak Tidak Tidak
73 Syamsul Bahri Laki-laki 26 in 52 168 18,42 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
74 Nikmatia Perempuan 1 in 10 73 18,77 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
75 Nurwahida Perempuan 16 in 46 160 17,97 Kurang Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
76 Nurul Hikmah Perempuan 37 in 62 167 22,23 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
77 Anton Laki-laki 52 in 64 162 24,39 Normal Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
78 Arifatul Mahmud Laki-laki 66 Out 85 171 29,07 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
79 Suryanto Laki-laki 55 In 55 166 19,96 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
80 Taufiq Akbar Laki-laki 42 Out 58 161 22,38 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
81 Bunga Ismail Perempuan 7 In 19 113 14,88 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
82 Dinawati Perempuan 22 In 55 152 23,81 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
83 Alinda N. Perempuan 39 out 59 148 26,94 Lebih Sering Sering Ada Tidak Tidak Tidak84 Machmud Laki-laki 65 In 46 160 17,97 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
85 Munawaroh Perempuan 40 In 57 148 26,02 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
86 Maria Rosario Perempuan 5 In 25 117 18,26 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
87 Sarah Azizah Perempuan 34 in 65 160 25,39 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
88 Hamzah Suryanto Laki-laki 31 in 48 164 17,85 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
89 Muh. Qahar Laki-laki 23 in 68 172 22,99 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
90 Dimas Rizaldi Laki-laki 17 in 49 162 18,67 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
91 Armansal Laki-laki 20 in 60 160 23,44 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
92 Irmayanti Perempuan 22 in 50 162 19,05 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
93 Nurwahidah M. Perempuan 58 in 65 157 26,37 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
94 Fadli Putra Laki-laki 1 in 7 60 19,44 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
95 Bekkeng Perempuan 55 in 69 158 27,64 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
96 Purnamanita Perempuan 28 in 68 150 30,22 Lebih Jarang Sering Ada Tidak Tidak Tidak
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
50/58
97 Fikar Laki-laki 12 in 30 120 20,83 Normal Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak
98 Eka Mawar Setya Perempuan 10 in 28 121 19,12 Normal Sering Sering Ada Tidak Tidak Tidak
99 Rahmi Perempuan 42 in 65 150 28,89 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
100 Tuti Hastuti Perempuan 39 in 66 165 24,24 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
101 Iin Fadhillah Perempuan 26 in 54 165 19,83 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
102 Achmad M Laki-laki 53 out 72 173 24,06 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
103 Nur Hidayat Laki-laki 26 in 52 168 18,42 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
104 Sri Rismawati Perempuan 1 in 10 73 18,77 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
105 Fatmasari Natsir Perempuan 16 in 46 160 17,97 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
106 Ririn Arini N, Perempuan 6 in 16 91 19,32 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
107 Sulmiati Perempuan 45 in 52 148 23,74 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
108 Idha Perempuan 37 in 69 169 24,16 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
109 Saifullah Laki-laki 55 In 55 166 19,96 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
110 Andi Syukri Laki-laki 42 Out 58 161 22,38 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
111 Dedi Trimarwanto Laki-laki 38 in 71 163 26,72 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
112 Herianto Laki-laki 47 out 51 160 19,92 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak113 Anita Perempuan 22 In 45 155 18,73 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
114 Suciati syam Perempuan 22 In 54 149 24,32 Normal Jarang Sering Ada Tidak Tidak Tidak
115 Syamsiah Burhan Perempuan 39 in 59 148 26,94 Lebih Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak
116 Dwi R. Perempuan 41 In 57 148 26,02 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
117 Denali W. Perempuan 4 In 21 110 17,36 Kurang Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
118 Ernawati Perempuan 53 In 69 161 26,62 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
119 Arnold WR. Laki-laki 31 In 55 166 19,96 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
120 Rahmah Perempuan 34 in 65 160 25,39 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak
121 Iqramullah Laki-laki 31 in 48 164 17,85 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak
122 Umar Wiranegara Laki-laki 43 Out 60 165 22,04 Normal Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Ada
123 Shinta Perempuan 23 In 55 158 22,03 Normal Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Ada
124 Kaizar Laki-laki 32 Out 55 167 19,72 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Ada
125 Sidik Pratama Laki-laki 24 in 66 172 22,31 Normal Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada
126 Nurlaeli Perempuan 34 in 53 157 21,50 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Ada
127 Andi Rio Ismanto Laki-laki 21 in 60 160 23,44 Normal Sering Sering Tidak Tidak Ada Tidak
128 Tika Perempuan 23 in 50 165 18,37 Kurang Sering Sering Tidak Tidak Tidak Ada
129 Dhini Hudryah Laki-laki 3 in 8 58 23,78 Normal Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada
130 Maria Perempuan 41 out 66 166 23,95 Normal Sering Sering Ada Tidak Tidak Ada
131 Angelica Perempuan 5 in 15 80 23,44 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Ada Ada
132 Andika M. Laki-laki 40 out 71 164 26,40 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Ada
133 Irma Perempuan 53 In 67 163 25,22 Lebih Sering Sering Tidak Tidak Ada Tidak134 Yudistira Laki-laki 23 in 68 172 22,99 Normal Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada
135 Dian Utami R. Perempuan 39 in 43 155 17,90 Kurang Sering Sering Ada Tidak Tidak Ada
136 Dg. Ngai Perempuan 41 out 66 165 24,24 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Ada Tidak
137 Yuyun Perempuan 26 in 54 165 19,83 Normal Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Ada
138 Suryani Perempuan 6 in 16 91 19,32 Normal Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Ada
139 Suryani Perempuan 45 in 52 148 23,74 Normal Sering Sering Ada Tidak Tidak Ada
140 Iffah Auliah Perempuan 2 in 15 80 23,44 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Ada Tidak
141 M. Baso Farid Laki-laki 38 out 71 163 26,72 Lebih Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada
142 Rusman K. Laki-laki 47 out 51 160 19,92 Normal Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada
143 Aqsha Perempuan 22 In 45 149 20,27 Normal Sering Sering Tidak Tidak Tidak Ada
144 Julianna Perempuan 53 In 69 161 26,62 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Ada
145 Syamsuddin Umar Laki-laki 31 Out 55 166 19,96 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Ada Tidak
146 Jihan Fahira Perempuan 9 in 20 127 12,40 Kurang Sering Sering Tidak Tidak Ada Tidak
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
51/58
147 Ridha Perempuan 32 in 39 149 17,57 Kurang Sering Sering Tidak Tidak Tidak Ada
148 Dian Fatmasari Perempuan 41 in 63 150 28,00 Lebih Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada
149 Ardini K.P. Perempuan 7 In 19 113 14,88 Kurang Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada
150 Japa Laki-laki 61 In 46 160 17,97 Kurang Sering Sering Ada Tidak Tidak Ada
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
52/58
CROSSTABS
/TABLES=Jenis_Kelamin Pekerjaan Umur IMT Riwayat_sakit_telinga Perilaku_membersihkan_telin
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC CORR
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created
Comments
Input Data
Active Dataset
Filter
Weight
Split File
Missing Value Handling Definition of Missing
Cases Used
Syntax
Resources Processor Time
Elapsed Time
Dimensions Requested
Cells Available
16-JUL-2014 21:52:37
D:\Research\Master.sav
DataSet1
121
00:00:00,03
00:00:00,03
2
174762
[DataSet1] D:\Research\Master.sav
Page 1
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
53/58
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis Kelamin * Serumen
Pekerjaan * Serumen
Umur * Serumen
IMT * Serumen
121 100,0% 0 0,0% 121 100,0%
121 100,0% 0 0,0% 121 100,0%
121 100,0% 0 0,0% 121 100,0%
121 100,0% 0 0,0% 121 100,0%
121 100,0% 0 0,0% 121 100,0%
121 100,0% 0 0,0% 121 100,0%
Jenis Kelamin * Serumen
Crosstab
Count
Serumen
TotalAda Tidak ada
Jenis Kelamin Laki-Laki
Perempuan
Total
28 23 51
41 29 70
69 52 121
Chi-Square Tests
Value df
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
N of Valid Cases
,162a 1 ,687
,047 1 ,828
,162 1 ,687
,713 ,414
,161 1 ,688
121
a.
b.
Page 2
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
54/58
Symmetric Measures
Valuea
Approx. Tb
Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient
Interval by Interval Pearson's R
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation
N of Valid Cases
,037 ,687
-,037 ,091 -,400 ,690c
-,037 ,091 -,400 ,690c
121
a.
b.
c.
Pekerjaan * Serumen
Crosstab
Count
Serumen
TotalAda Tidak ada
Pekerjaan Indoor
Outdoor
Total
53 50 103
16 2 18
69 52 121
Chi-Square Tests
Value df
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
N of Valid Cases
8,761a
1 ,003
7,300 1 ,007
10,086 1 ,001
,004 ,002
8,688 1 ,003
121
a.
b.
Symmetric Measures
Valuea
Approx. Tb
Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient
Interval by Interval Pearson's R
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation
N of Valid Cases
,260 ,003
-,269 ,068 -3,048 ,003c
-,269 ,068 -3,048 ,003c
121
a.
b.
c.
Page 3
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
55/58
Umur * Serumen
Crosstab
Count
SerumenTotalAda Tidak ada
Umur 0-18 tahun
>18 tahun
Total
17 11 28
52 41 93
69 52 121
Chi-Square Tests
Value df
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
N of Valid Cases
,202a
1 ,653
,054 1 ,816
,204 1 ,652
,828 ,410
,201 1 ,654
121
a.
b.
Symmetric Measures
Value a Approx. Tb Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient
Interval by Interval Pearson's R
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation
N of Valid Cases
,041 ,653
,041 ,090 ,446 ,656c
,041 ,090 ,446 ,656c
121
a.
b.
c.
IMT * Serumen
Crosstab
Count
Serumen
TotalAda Tidak ada
IMT =25 kg/m2
Total
49 38 87
20 14 34
69 52 121
Page 4
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
56/58
Chi-Square Tests
Value df
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
N of Valid Cases
,062a
1 ,803
,002 1 ,964
,063 1 ,802
,841 ,484
,062 1 ,803
121
a.
b.
Symmetric Measures
Value a Approx. Tb Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient
Interval by Interval Pearson's R
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation
N of Valid Cases
,023 ,803
-,023 ,091 -,248 ,805c
-,023 ,091 -,248 ,805c
121
a.
b.
c.
Riwayat sakit telinga * Serumen
Crosstab
Count
Serumen
TotalAda Tidak ada
Riwayat sakit telinga Jarang
Sering
Total
59 45 104
10 7 17
69 52 121
Page 5
8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop
57/58
Chi-Square Tests
Value df
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb