Top Banner

of 58

Kuesioner Serumen Prop

Jul 06, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    1/58

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    2/58

    BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN

    ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2014

    Telah Disetujui untuk Dicetak dan Diperbanyak

    Judul Skripsi :

    “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    PEMBENTUKAN SERUMEN OBSTURAN PADA PASIEN RAWAT

    JALAN RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR ” 

    Makassar,

    Pembimbing

    (Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    3/58

    PANITIA SIDANG UJIAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

    Skripsi dengan judul  “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

    MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN SERUMEN OBSTURAN PADA

    PASIEN RAWAT JALAN RSUD LABUANG BAJI KOTA

    MAKASSAR ” telah diperiksa, disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim

    Penguji Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran

    Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada : 

    Hari/Tanggal : Selasa, 22 Juli 2014

    Waktu : 10.00 WITA

    Tempat : Ruang Seminar IKM-IKK FKUH PB.622

    Ketua Tim Penguji :

    (Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)

    Anggota Tim Penguji :

    Anggota I Anggota II

    (Dr. dr. A. Armyn Nurdin, M.Sc) (dr. Muh. Rum Rahim, M.Kes)

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    4/58

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Skripsi dengan judul : “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

    Pembentukan Serumen Obsturan Pada Pasien Rawat Jalan RSUD Labuang

    Baji Kota Makassar” 

    Oleh nama : Muh. Idham Rahman  Stambuk : C11109253 

    Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

    Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas

    Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar pada :

    Hari / Tanggal : Kamis, 17 Juli 2014

    Pukul : 11.00 WITA

    Tempat : Ruang Seminar PB. 622 IKM & IKK FK Unhas

    Makassar, Juli 2014

    Mengetahui,

    Pembimbing

    (Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    5/58

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah

    melimpahkan segala rahma dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik di

     bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas

    Kedokteran Universitas Hasanuddin. Dengan rahmat dan petunjuk-Nya disertai

    usaha yang sungguh-sungguh, doa, ilmu pengetahuan yang diperoleh selama

     perkuliahan dan pengalaman selama masa kepaniteraan klinik serta dengan arahan

    dan bimbingan dokter pembimbing, maka skripsi yang berjudul “Analisis

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Serumen Obsturan Pada

    Pasien Rawat Jalan RSUD Labuang Baji Kota Makassar” ini akhirnya dapat

    diselesaikan.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini

    masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Hal ini disebabkan karena

    terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, tetapi penulis tetap

     berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan yang terbaik dan berharap

    semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak

    mungkin terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

     perkenankan penulis menghaturkan terima kasih kepada :

    1. Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes selaku pembimbing yang dengan kesediaan,

    keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan

     bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal sampai

     pada penulisan skripsi ini.

    2. Staf pengajar Bagian IKM-IKK FK-UH yang telah memberikan bimbingan

    dan arahan selama penulis mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian IKM-IKK

    FK-UH.

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    6/58

    3. Dr. dr. H. A. Armyn Nurdin, M.Sc selaku ketua Bagian IKM-IKK FK-UH

    yang telah memberikan banyak bimbingan dan bantuan selama penulis

    mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian IKM-IKK FK-UH.

    4. Dekan Fakultas Kedokteran Unhas, para Wakil Dekan, staf pengajar, dan

    seluruh karyawan yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada

     penulis selama mengikuti kepaniteraan klinik di FK Unhas.

    5. Pemerintah Kota Makassar yang telah membantu memberikan rekomendasi

     penelitian.

    6. Pihak RSUD Labuang Baji yang telah membantu dalam pelaksanaan

     penelitian ini.

    7. Rekan-rekan mahasiswa kepaniteraan klinik yang telah banyak memberikan

     bantuan selama penulis melakukan penelitian serta semua pihak yang tidak

    sempat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama

     penyusunan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,

    Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi

     penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

     pihak.

    Makassar, Juli 2014

    Penulis

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    7/58

    SKRIPSI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDINJULI 2014

    Muh. Idham Rahman (C11109253)

    Dr.dr. Sri Ramadhany, M.Kes

    “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    PEMBENTUKAN SERUMEN OBSTURAN PADA PASIEN RAWAT

    JALAN RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR ” 

    (xii + 33 halaman + 10 tabel + 1 skema + )

    ABSTRAK

    Latar Belakang : Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya insidensi serumen

    obsturan sudah banyak diketahui secara teoritis, tapi belum banyak diteliti.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan faktor-faktor yang

     berpengaruh terhadap pembentukan serumen obsturan.

    Metode : Penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional . Sampel

     berupa semua pasien rawat jalan yang berkunjung ke poliklinik THT RSUD

    Labuang Baji Makassar tanggal 25 November  –   14 Desember 2013 yang

    memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan metode consecutive sampling .

    Sampel diperiksa menggunakan alat otoskop pada kedua telinga. Faktor yangmempengaruhi pembentukan serumen obsturan dinilai melalui pertanyaan-

     pertanyaan yang diajukan di dalam kuesioner.

    Hasil : Insidensi serumen obsturan sebanyak 57% (67 pasien) dari 121 pasien

    yang diteliti. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini terdiri dari 51 pasien

    laki-laki dan 70 pasien perempuan dengan distribusi serumen obsturan sebanyak

    28 (23,1%) pasien laki-laki dan 41 (33,9%) pasien perempuan. Hasil uji

    komparatif Chi-square antara pembentukan serumen obsturan dengan jenis

    kelamin, umur, Indeks Massa Tubuh (IMT),dan riwayat sakit telinga tidak

    didapatkan hubungan yang signifikan. Pekerjaan dan perilaku membersihkantelinga berhubungan secara signifikan dengan kejadian serumen obsturan.

    Kesimpulan : Tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara serumen

    obsturan dengan jenis kelamin, umur, Indeks Massa Tubuh (IMT) , dan riwayat

    sakit telinga.Hubungan yang signifikan didapatkan antara kejadian serumen

    obsturan dengan pekerjaan dan perilaku membersihkan telinga.

    Kata Kunci : faktor pengaruh, serumen obsturan

    Kepustakaan : 17 (2006-2014) 

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    8/58

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

    KATA PENGANTAR .................................................................................... v

    ABSTRAK ...................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

    DAFTAR SKEMA .......................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2

    1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................... 3

    1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3

    1.4.1 Tujuan Umum ..................................................................... 3

    1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................... 3

    1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi ......................................................................................... 5

    2.2 Epidemiologi ................................................................................ 5

    2.3 Faktor risiko ................................................................................. 6

    a. Jenis Kelamin ........................................................................... 6

     b. Umur ......................................................................................... 6

    c. Obesitas .................................................................................... 6

    d. Pekerjaan / aktivitas ................................................................. 7

    e. Riwayat sakit telinga ................................................................ 7

    f. Riwayat membersihkan telinga ................................................. 7

    2.4 Patomekanisme ............................................................................. 8

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    9/58

    2.5 Diagnosis ....................................................................................... 8

    2.6 Penatalaksanaan ........................................................................... 9

    2.7 Prognosis dan Komplikasi ............................................................ 9

    BAB III KERANGKA KONSEP

    3.1 Dasar pemikiran variabel penelitian ............................................. 10

    3.2 Kerangka konsep .......................................................................... 10

    3.3 Definisi Operasional ..................................................................... 11

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Desain penelitian .......................................................................... 14

    4.2 Waktu penelitian .......................................................................... 14

    4.3 Lokasi penelitian .......................................................................... 14

    4.4 Populasi dan sampel penelitian .................................................... 14

    4.5 Kriteria seleksi .............................................................................. 15

    4.6 Manajemen penelitian .................................................................. 15

    4.7 Etika penelitian ............................................................................. 15

    BAB V GAMBARAN UMUM RSUD LABUANG BAJI

    5.1 Sejarah singkat ............................................................................. 17

    5.2 Visi, misi dan tujuan...................................................................... 19

    5.3 Fasilitas pelayanan ....................................................................... 19

    5.4 Profil kunjungan pasien ................................................................ 20

    BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    6.1 Hasil penelitian ............................................................................. 23

    6.2 Pembahasan .................................................................................. 27

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Kesimpulan ................................................................................... 30

    7.2 Saran ............................................................................................. 31

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    10/58

    DAFTAR SKEMA

    Skema Halaman

    3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 10

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    11/58

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 1. Jumlah kunjungan pasein di RSUD Labuang baji Tahun 2011-2012

    .................................................................................................... 20

    Tabel 2. Daftar 10 penyakit terbanyak rawat jalan di RSUD Labuang Baji

    tahun 2012 ................................................................................... 21

    Tabel 3. Daftar 10 penyakit terbanyak rawat inap di RSUD Labuang Baji

    tahun 2012 .................................................................................. 22

    Tabel 4. Karakteristik sampel pasien rawat jalan RSUD Labuang Baji

    Makassar .................................................................................... 23

    Tabel 5. Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obsturan

    .................................................................................................... 23

    Tabel 6. Hubungan antara umur dengan kejadian serumen obsturan ....... 24

    Tabel 7. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian

    serumen obsturan ....................................................................... 24

    Tabel 8. Hubungan antara pekerjaan dengan kejadian serumen obsturan

    .................................................................................................... 25

    Tabel 9. Hubungan antara perilaku membersihkan telinga dengan kejadian

    serumen obsturan ....................................................................... 26

    Tabel 10. Hubungan antara riwat menderita sakit telinga dengan kejadian

    serumen obsturan ....................................................................... 26

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    12/58

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat pemberitahuan pelaksanaan penelitian

    Lampiran 2 Surat undangan ujian skripsi mahasiswa

    Lampiran 3 Surat Izin Penelitian BKPMD Pemerintah Provinsi Sulawesi

    Selatan

    Lampiran 4 Surat rekomendasi penelitian RSUD Labuang Baji

    Lampiran 6 Riwayat Hidup Peneliti

    Lampiran 7 Lembar Kuisioner penelitian

    Lampiran 8 Hasil pengolahan data

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    13/58  1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. 

    Latar belakang

    Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea dan kelenjar serumenosa

    yang terdapat di kulit sepertiga luar liang telinga. Dalam keadaan normal serumen

    dapat keluar sendiri bersama rambut dan kotoran lainnya saat mengunyah atau

    menelan tanpa kita sadari. Serumen menimbulkan masalah bila terjadi serumen

    obsturan atau serumen impaction, yaitu suatu keadaan patologis dari serumen

    yang walaupun tidak membahayakan jiwa tetapi dapat mengakibatkan rasa penuh

    di telinga, nyeri, gangguan pendengaran dan ketulian serta penurunan kualitas

    hidup.1,2 

    Serumen obsturan mempunyai prevalensi yang cukup tinggi dan bisa

    mengenai semua umur. Serumen obsturan dapat ditemukan pada sekitar 10%

    anak-anak, 5% orang dewasa normal, lebih dari 57% pada orang tua yang dirawat

    di rumah, dan 36% pasien dengan retardasi mental.1,3 Penyakit ini ini merupakan

    salah satu dari 10 penyakit terbanyak di poliklinik THT RS. Dr. Wahidin

    Sudirohusodo Makassar. Hasil penelitian Farida Muhammad tahun 2008

    dilaporkan 2.015 orang dari 7.184 orang atau terdapat sekitar 28% murid SD yang

    telah dilakukan pemeriksaan pada 14 SD di Makassar menderita serumen

    obsturan.1 

    Di Indonesia, adanya sumbatan kotoran telinga atau serumen prop

    merupakan penyebab utama dari gangguan pendengaran pada sekitar 9,6 juta

    orang. Berdasarkan survei cepat yang dilakukan Profesi Perhati dan Departemen

    Mata Fakultas Kedokteran Indonesia (FK UI) di beberapa sekolah di enam kota diIndonesia, prevalensi serumen prop pada anak sekolah cukup tinggi, yaitu antara

    30-50%.4 

    Deformitas anatomi dan peningkatan jumlah rambut pada bagian luar liang

    telinga, serta penghalang fisik terhadap proses pembersihan serumen (seperti

     penggunaan cotton swab, alat bantu dengar, pelindung telinga) telah diketahui

    memiliki hubungan terhadap peningkatan insidens dari serumen obsturan.

    Pengeluaran serumen merupakan prosedur THT yang paling sering dilakukan

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    14/58  2

     pada pelayanan kesehatan primer, sekitar 4% dari pasien yang datang ke

     pelayanan kesehatan primer akan mengkonsultasikan kepada dokter terkait adanya

    serumen obsturan.3 

    Tidak semua pasien yang datang untuk konsultasi ke dokter ahli disebabkan

    serumen obsturan. Sekitar 39,3 per 1000 pasien yang datang ke pelayanan

    kesehatan karen masalah yang terkait dengan serumen obsturan. Insidens yang

    cukup tinggi tersebut menunjukkan masalah yang cukup serius terkait serumen

     pada penduduk yang menerima perawatan kesehatan primer. Namun, tidak ada

    literatur yang dapat merincikan setiap faktor antropologi, psikologis, faktor sosial

    ekonomi atau medis yang mempengaruhi serumen obsturan pada pasien. Bahkan

    sebuah survei di Lothian, Skotlandia melaporkan bahwa dari 289 pelayanan

    kesehatan primer rata-rata melayani 5 hingga >50 pasien dengan dengan serumen

    obsturan setiap bulan.5 

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan faktor-faktor

    yang berpengaruh terhadap terjadinya serumen obsturan pada pasien rawat jalan

    di poliklinik THT-KL RSUD Labuang Baji Makassar. Hasil dari penelitian ini

    diharapkan dapat menambah informasi epidemiologi di bidang THT Komunitas

    serta dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya

    kesehatan telinga serta pencegahan terhadap timbulnya serumen obsturan.

    1.2.  Rumusan Masalah

    Berdasarkan referensi dan latar belakang masalah yang telah dipaparkan,

    Prevalensi penyakit serumen obsturan masih sangat tinggi dan ditemukan pada

    setiap kelompok usia, serta merupakan penyebab utama terjadinya gangguan

     pendengaran. Penyakit ini ditemukan pada setiap unit pelayanan kesehatan primermasyarakat. Berbagai literatur telah mengungkapkan faktor risiko yang

     berhubungan dengan kejadian serumen obsturan serta komplikasi yang dapat

    ditimbulkan. Namun, masih sedikit dilakukan penelitian terkait faktor-faktor apa

    saja yang mempunyai hubungan dengan kejadian serumen obsturan. Hal ini

    sangat penting untuk diketahui agar dapat menentukan penanganan yang tepat

    dalam mencegah terjadinya serumen obsturan ataupun komplikasinya di

    masyarakat. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah faktor apa saja yang

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    15/58  3

    menjadi faktor risiko terjadinya serumen obsturan pada pasien yang mengunjungi

     pelayanan kesehatan primer.

    1.3. 

    Pertanyaan Penelitian

    1.  Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya

    serumen obsturan ?

    2.  Apakah terdapat hubungan antara umur dengan terjadinya serumen

    obsturan ?

    3.  Apakah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan

    terjadinya serumen obsturan ?

    4. 

    Apakah terdapat hubungan antara pekerjaan/aktivitas dengan terjadinya

    serumen obsturan ?

    5.  Apakah terdapat hubungan antara perilaku membersihkan telinga

    dengan terjadinya serumen obsturan ?

    6. 

    Apakah terdapat hubungan antara riwayat sakit telinga dengan

    terjadinya serumen obsturan ?

    1.4.  Tujuan Penelitian

    1.4.1.  Tujuan Umum

    Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi faktor risiko terjadinya

    serumen obsturan pada pasien poliklinik THT RSUD Labuang Baji

    1.4.2.  Tujuan Khusus

    a.  Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan

    terjadinya serumen obsturan b.

     

    Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan terjadinya

    serumen obsturan

    c.  Untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan

    terjadinya serumen obsturan

    d.  Untuk mengetagui hubungan antara pekerjaan/aktivitas dengan

    terjadinya serumen obsturan

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    16/58  4

    e.  hubungan antara perilaku membersihkan telinga dengan terjadinya

    serumen obsturan

    f. 

    Untuk mengetahui hubungan antara riwayat sakit telinga dengan

    terjadinya serumen obsturan

    1.5.  Manfaat penelitian

    Peneliti berharap agar sekiranya hasil penelitian ini dapat memberikan

    manfaat bagi beberapa pihak, antara lain :

    1.  Masyaraat umum, untuk memberikan informasi kepada masyarakat

    tenteng faktor-faktor risiko terjadinya serumen obsturan sehingga

    meningkatkan kewaspadaan dan perhatian masyarakat akan penyakit

    serumen obsturan

    2.  Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji, diharapkan hasil penelitian

    ini dapat menjadi referensi dalam memberikan pelayanan kesehatan

    kepada pasien serumen obsturan

    3.  Instansi kesehatan lainnya, sabagai salah satu referensi dalam upaya

    meningkatkan mutu pelayanan serta perbaikan program pencegahan

     penyakit yang dapat ditimbulkan akibat serumen obsturan

    4.  Sebagai tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga bagi

     peneliti dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya, dan

    terkait tentang penyakit serumen obsturan pada khususnya.

    5.  Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan

     penelitian mengenai serumen obsturan ataupun kesehatan telinga

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    17/58  5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2. 1. 

    Definisi

    Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea dan kelenjar serumenosa

     bercampur epitel skuamosa yang terdapat di kulit sepertiga luar liang telinga.

    Komponen organik dari serumen terdiri dari rantai panjang asam lemak jenuh dan

    tidak jenuh, alkohol,  squalene  (penyusun 12-20% komponen serumen) dan

    kolesterol (6-9%). Serumen merupakan substansi yang normal dibentuk untuk

    membersihkan, melindungi dan melumasi bagian luar liang telinga. Serumen

    dikeluarkan dari liang telinga bersama kotoran melalui  self-cleaning mechanism 

     pergerakan rambut pada kulit telinga yang menyebabkan serumen bergerak ke

    arah luar dari liang telinga dan dibantu oleh pergerakan rahang saat mengunyah

    atau menelan2,5. Meskipun demikian, dapat terjadi keadaan patologis yaitu

    serumen obsturan dimana serumen terakumulasi dan menumpuk sehingga

    menyebabkan sumbatan pada sebagian ataupun seluruh liang telinga (baik salah

    satu bagian ataupun kedua bagian telinga) dan dapat menimbulkan rasa tidak

    nyaman/penuh di telinga, gangguan pendengaran, tinnitus, nyeri, serta penurunan

    kualitas hidup. 1,3.

    2. 2.  Epidemiologi

    Serumen obsturan ditemukan pada semua kelompok umur, sekitar 10% pada

    anak-anak, 5% pada orang dewasa normal, lebih dari 57% pada pasien orang tua

    yang dirawat di rumah, dan 36% pada pasien dengan retardasi mental3. Di

    Indonesia jumlah penderita gangguan pendengaran diperkirakan mencapai 9,6 jutaorang dan sebagian besar diantaranya disebabkan karena sumbatan kotoran

    telinga. Berdasarkan survei yang dilakukan Fakultas Kedokteran Indonesia di

     beberapa sekolah di enam kota di Indonesia, prevalensi serumen prop / serumen

    obsturan pada anak sekolah cukup tinggi, yaitu antara 30-50%4. Prevalensi

    terjadinya gangguan pendengaran dan serumen obsturan menunjukkan angka yang

    lebih tinggi pada komunitas pasien rawat jalan / melakukan perawatan di rumah.

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    18/58  6

    Suatu penelitian menunjukkan hampir 40% pasien rawat jalan menderita serumen

    obsturan, dan prevalensinya meningka pada orang tua5.

    2. 3. 

    Faktor risiko

    a. Jenis Kelamin

    Kelenjar seruminosa merupakan kelenjar apokrin yang menghasilkan

    serumen memiliki kemiripan dengan kelanjar di ketiak dan mammae. Wanita

    memiliki produksi kelenjar yang lebih banyak dibanding laki-laki disebabkan

    karena wanita hamil dan menyusui. Kelenjar mammae menghasilkan kolostrum

    yang mempunyai hubungan terhadap bentuk dari serumen (kering atau basah).

    Suatu penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan kadar kolostrum tinggi

    memiliki tipe serumen yang basah/lembab, sehingga lebih mudah mengikat debu

    dan menempel pada kulit liang teling sehingga lebih sulit dikeluarkan yang

    kemudian akan lebih berisiko untuk terjadi serumen obsturan6,7.

    b. Umur

    Insidens serumen banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah dan juga

     pada orang tua yang di rawat di rumah. Hal ini disebabkan perubahan fisiologis

    dan perilaku kelompok individu tersebut yang kurang memperhatikan kebersihan

    telinga mereka3,4. Pada suatu penelitian juga ditemukana bahwa pasien usia muda

    relatif memiliki derajat sumbatan yang lebih besar dibanding dengan pasein usia

    tua8.

    c. Obesitas

    Orang dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas normal memiliki resikolebih besar untuk terkena serumen obsturan, disebabkan perubahan metabolisme

    dibanding orang dengan IMT normal. Pada orang dengan obesitas terjadi lipolisis

    yang berlebihan sehingga meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam tubuh

    yang merupakan salah satu komponen mayor dari serumen. Penelitian yang

    dilakukan oleh Mahardika melaporkan terdapat hubungan yang bermakna

    (p=0.004) antara IMT dengan kejadian serumen obsturan pada anak sekolah

    dasar 9,10.

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    19/58

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    20/58  8

    terakhir. Penelitian tersebut melaporkan terdapat hubungan bermakna antara

    riwayat membersihkan telinga menggunakan cotton bud   dengan terjadinya

    cerumen obsturan pada sebagian kecil sampel tersebut8.

    2. 4.  Patomekanisme

    Liang telinga adalah kulit berlapis, 2,5 cm cul-de-sac. 33% bagian lateral

    dari liang telinga memiliki struktur tulang rawan yang ditutup oleh lapisan

    sebasea dan kelenjar apokrin serta rambut. Kelenjar menghasilkan lapisan tipis

    serumen yang memberikan perlindungan melalui lisozim sederhana sebagai anti-

    mikroba. Sifat serumen yang lengket dapat merekatkan benda asing yang masuk

    ke telinga sehingga mencegah kontak langsung dengan berbagai organisme,

     polutan dan serangga. Serumen juga mempunyai pH yang rendah berkisar antar 4-

    5 sehingga mencegah pertumbuhan bakteri dan membantu mengurangi risiko

    infeksi pada telinga bagian luar. Konsistensinya biasanya lunak, tetapi kadang-

    kadang kering. Dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia dan keadaan

    lingkungan6,7,8.

    Serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit

    yang bergerak dari arah membran menuju ke luar serta dibantu gerakan rahang

    sewaktu mengunyah. Jika proses ini terganggu akibat adanya faktor dari luar

    seperti kebiasaan membersihkan telinga menggunakan benda tajam yang dapat

    merusak lapisan epidermis sehingga proses migrasi terganggu ditambah produksi

    yang terus terjadi maka akan menyebabkan penumpukan dan sumbatan serumen

     pada liang telinga. Kelembaban dan temperatur lingkungan juga mempengaruhi

    konsistensi dari serumen. Jika konsistensinya keras, maka akan lebih sulit untuk

    dikeluarkan dari liang telinga

    6,7,8

    . Serumen obsturan juga bisa terbentuk sebagaihasi pembersihan telinga yang tidak efektif 9.

    2. 5.  Diagnosis

    Diagnosis Serumen obsturan dapat ditegakkan dengan melihat secara

    langsung liang telinga menggunakan otoskop. Adanya benda asing dan liang

    telinga yang bengkak akibat dari otitis eksterna dapat mengganggu visualisasi

    membran timpani dan harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum mencoba

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    21/58  9

    mengeluarkan serumen. Sumbatan merupakan penyebab tersering dari gangguan

     pendengaran pada pasien usia lanjut dan juga yang mengalami retaradasi mental,

    oleh karena itu wajar untuk memeriksa adanya serumen obsturan pada pasien

    dengan gangguan pendengaran. Pada sebuah penelitian dilaporkan 35% pasien

    usia lebih dari 65 tahun yang dirawat dirumah sakit menderita serumen obsturan

    dan 75% diantaranya mengalami perbaikan pendengaran setelah dilakukan

     pengeluaran serumen3.

    Serumen obsturan dapat menyebabkan gatal pada liang telinga, nyeri,

    tinnitus, pusing, batuk, vertigo, peningkatan risiko infeksi, hingga gangguan

     pendengaran berupa tuli konduktif, terutama bila liang telinga kemasukan air

    (sewaktu mandi, berenang), serumen mengembang sehingga menimbulkan rasa

    tertekan dan gangguan pendengaran semakin dirasakan sangat mengganggu6,7.

    Pemeriksaan secara rutin tidak diindikasikan pada populasi orang tua dan

     juga orang dengan gangguan mental disebabkan besarnya potensi untuk

    munculnya komplain spesifik berkaitan dengan serumen obsturan3.

    2. 6.  Penatalaksanaan

    Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang

    lembek dibersihkan dengan menggunakan kapas yang dililitkan pada aplikator.

    Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Apabila dengan cara

    ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan dahulu6,10.

    Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong ke dalam liang telinga sehingga

    dikhawatirkan menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu

    mengeluarkannya, dikeluarkan dengan mengalirkan air (irigasi). Air yang

    digunakan dipertahankan pada suhu 37-38

    o

    C, karena air yang terlalu dingin atauterlalu hangat akan menginduksi terjadinya vertigo. Irigasi dilakukan

    menggunakan spoit atau penyemprot pada bagian superior-posterior dari liang

    telinga, tidak boleh langsung diarakan ke membran timpani6,10,11.

    2. 7.  Prognosis dan Komplikasi

    Infeksi telinga merupakan perkembangan yang paling sering ditemukan

     pada serumen obsturan yang tidak ditangani dengan baik 2,4. Jika serumen

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    22/58  10

    menyentuh gendang telinga maka akan menyebabkan keadaan tidak nyaman pada

    liang telinga juga vertigo. Beberapa komplikasi yang dilaporkan terjadi pada

     pasien serumen obsturan yang setelah dilakukan terapi berupa irigasi liang telinga

    adalah sebagai berikut 17:

      Infeksi pada luar liang telinga (otitits eksterna)

      Infeksi telinga tengah

      Jejas pada meatus acusticus externa

       Nyeri telinga

      Vertiga

      Tinnitus

    Perdarahan pada liang telinga bisa saja terjadi jika pasien mengeluarkan

    sendiri serumen dari liang telinganya menggunakan alat tajam. Mual, muntah dan

    vertigo dapat terjadi olehkarena variasi suhu air yang digunakan untuk irigasi17.

    Pada beberapa keadaan yang jarang terjadi (1 diantara 100 telinga yang

    diirigasi) dapat mengakibatkan komplikasi serius seperti infeksi saraf (terutama

     pada orang tua dengan diabetes) dan juga tinnitus kronik 17.

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    23/58  11

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    3. 1. 

    Dasar pemikiran variabel penelitian

    Berdasarkan kepustakaan yang ada, serta disesuaikan dengan tujuan dari

     penelitian, maka terdapat beberapa faktor yang memiliki pengaruh terhadap

    terjadinya serumen obsturan, yaitu : jenis kelamin, umur, indeks massa tubuh

    (IMT), pekerjaan/aktivitas, perilaku membersihkan telinga dan riwayat sakit

    telinga.

    3. 2. 

    Kerangka Konsep

    Berdasarkan variabel penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka

    disusunlah pola hubungan antara variabel sebagai berikut :

    Skema 1. Kerangka konsep

    Jenis kelamin

    Umur

    IMT

    Perilaku

    membersihkan telinga

    Riwayat sakit telinga

    Serumen

    ObsturanPekerjaan

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    24/58  12

    3. 3.  Definisi Operasional

    a.  Serumen obsturan

    Definisi : Suatu keadaan dimana serumen (hasil produksi kelenjar

    sebasea dan kelenjar serumenosa yang terdapat di kulit sepertiga luar

    liang telinga) menumpuk dan menyumbat liang telinga (baik parsial

    ataupun total)

    Cara ukur : Dengan melakukan pemeriksaan fisis telinga menggunakan

    otoskopi

     b.  Jenis kelamin

    Definisi : perbedaan seksual yang terdiri dari laki-laki dan perempuan

    Cara ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuisioner

    Hasil ukur : 1. Laki-laki

    2. Perempuan

    c. 

    Umur

    Definisi: lamanya seseorang hidup mulai saat pertama dilahirkan

    sampai usianya pada saat masuk rumah sakit untuk yang pertama kali

    yang dinyatakan dalam satuan tahun.

    Cara ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuisioner

    Hasil ukur:

      Anak-Remaja : Usia 18 tahun

    d. 

    Indeks massa tubuh

    Definisi : Berat badan dibagi kuadrat dari tinggi badan (dalam satuanmeter)

    Cara ukur : Menggunakan timbangan dan meteran

    Hasil ukur :

      Underweight (IMT = 25 kg/m2)

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    25/58  13

    e.  Pekerjaan

    Definisi : Menunjukkan aktivitas yang dilakukan sehari-hari baik

    memperoleh penghasilan atasnya ataupun tidak.

    Cara ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuisioner

    Hasil ukur : 1. Dalam ruangan

    2. Luar ruangan

    f.  Perilaku membersihkan telinga

    Definisi : Frekuensi membersihkan liang telinga yang dilakukan oleh

     pasien

    Cara ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuisioner

    Hasil ukur : 1. Sering (>= 2x setiap pekan)

    2. Jarang (

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    26/58  14

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4. 1. 

    Desain penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan

    menggunakan desain penelitian analitik multivariat, yang mana pengukuran

    variabel dilakukan secara cross-sectional   dengan menggunakan kuisioner pada

     pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD Labuang baji.

    4. 2.  Waktu penelitian

    Penelitian ini direncanakan diadakan pada tanggal 25 November  –   14

    Desember 2013.

    4. 3.  Lokasi penelitian

    Penelitian ini direncanakan diadakan pada poliklinik THT RSUD Labuang

    Baji, Makassar, Sulawesi Selatan.

    4. 4. 

    Populasi dan Sampel penelitian

    Populasi adalah semua pasien rawat jalan yang berkunjung ke poliklinik

    THT RSUD Labuang Baji Makassar tanggal 25 November  –  14 Desember 2013.

    Setiap populasi tersebut dijadikan sampel penelitian secara consecutive sampling,

    yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

    Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus :

     N = (10xV) / insidens N = Subjek

    V = Jumlah variabel

     N = (10x6) / 0,4

     N = 150

    Jadi, jumlah sampel yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 150 sampel

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    27/58  15

    4. 5.  Kriteria Seleksi

    a.  Kriteria Inklusi : Semua pasien rawat jalan yang berkunjung ke

     poliklinik THT RSUD Labuang Baji.

     b. 

    Kriteria Ekslusi : Sampel menolak untuk diperiksa, sampel tidak

    mengisi kuisioner secara lengkap, sampel yang sedang mengalami

     peradangan pada telinga, sampel yang memili perforasi membran

    timpani.

    4. 6.  Manajemen penelitian

    1.  Pengumpula Data

    Dalam penelitian ini data yang diambil berupa data primer yang diperoleh

    langsung dengan menggunakan kuisioner dari pasien rawat jalan yang

    melakukan kunjungan ke poliklinik THT THT RSUD Labuang Baji

    Makassar tanggal 25 November –  14 Desember 2013.

    2.  Teknik Pengolahan Data

    Pengolahan data menggunakan Software Statistical Product and Service

    Solution (SPSS), untuk uji beda dengan taraf signifikansi p < 0,05. Hasil

    uji komparatif menggunakan Chi-Square.

    3.  Penyajian Data

    Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk

    menggambarkan hubungan antara faktor jenis kelamin, usia, pekerjaan, perilaku

    membersihkan telinga, dan riwayat sakit telinga terhadapa kejadian serumen

    obsturan pada pasien rawat jalan Poliklinik THT RSUD Labuang Baji Makassar

    tanggal 25 November –  14 Desember 2013.

    4. 7.  Etika Penelitian

    Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah:

    1.  Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah

    setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    28/58  16

    2.  Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat pada

    rekam medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa

    dirugikan atas penelitian yang dilakukan. 

    3. 

    Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua

     pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah

    disebutkan sebelumnya. 

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    29/58  17

    BAB V

    GAMBARAN UMUM RSUD LABUANG BAJI

    5. 1. 

    Sejarah Singkat

    Rumah Sakit Labuang Baji didirikan Zending Gereja Gerofermat Tahun

    1938, dan pada tanggal 12 Juni 1938 diresmikan dengan kapasitas tempat tidur

    sebanyak 25 TT. dan pada tahun 11946 - 1948 Rumah Sakit Labuang Baji

    mendapat bantuan dari Pemerintah Indonesia Timur (NIT) dengan merehabilitasi

    gedung-gedung yang hancur/rusak akibat perang dan digunakan untuk

     penampungan korban akibat Perang Dunia II.

    Tahun 1946 -1951 Zending mendirikan bangunan permanen dan

    meningkatkan pelayanan spesifik serta penambahan jumlah tempat tidur menjadi

    170 TT, sejalan dengan perkembangannya maka pada Tahun 1952 - 1955

    Pemerintah Kotapraja Makassar memberikan bantuan penambahan ruang

     perawatan sehingga kapasitas tempat tidur menjadi 190 TT.

    Sejak Tahun 1955 Rumah Sakit Labuang Baji dibiayai oleh Pemerintah

    Daerah Tk. I Sulawesi Selatan dan berubah namanya menjadi Rumah Sakit

    Umum Daerah Labuang Baji (RSUDLB). dan pada tahun 1960 oleh Zending

    RSUD Labuang Baji diserahkan penuh kepada Pemerintah Daerah Tk. I Provinsi

    Sulawesi Selatan dan penuh menjadi milik Pemerintah Daerah Tk. I Sulawesi

    Selatan.

    Selanjutnya untuk peningkatan pelayanan RSUD Labuang Baji mulai

    didukung dengan berbagai kebijakan diantaranya;

    1.  Dikeluarkannya Peraturan Daearah (Perda) Nomor 2 Tahun 1996, tanggal

    16 Januari 1996 ditingkatkan statusnya darfi rumah sakit kelas tipe C

    menjadi Rumah Sakit Umum kelas Tipe B non pendidikan Perda ini

    diserahkan oleh menteri dalam negeri pada tanggal 7 Agustus 1996.

    2. 

    Dikeluarkannya Perda Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

     Nomor 6 Tahun 2002 yang merubah status dari RSUD non pendidikan

    menjadi BP RSUD Labuang Baji yang berada dibawah dan bertanggung

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    30/58  18

     jawab langsung kepada Gubernur Sulawesi Selatan, namun sebelumnya

    RSUD Labuang Baji telah Terakreditasidengan 5 (lima) bidang pelayanan

    3. 

    Dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 pada tanggal 21

    Juli 2008 dengan merubah struktur organisasi RSUD Labuang Baji dari

     bentuk badan menjadi Rumah Sakit Umum.

    4. 

    Dikeluarkannya Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan

     Nomor2130/VIII/2012 tentang Penetapan RSUD Labuang Baji Provinsi

    Suklawesi Selatan Sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk

    menetapkan pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

    secara penuh.

    5. 

    Sepanjang perjalanan RSUD Labuang Baji telah mendapatkan 3 (tiga) kali

    akreditasi dari Pemerintah Pusat Melalaui Menteri Kesehatan Republik

    Indonesia yang terdiri dari; (a) Tahun 2000 terakreditasi dengan 5 (lima)

     bidang pelayanan, (b) Tahun 2004 terakreditasi menjadi 12 bidang

     pelayanan dan (c) tahun 2012 terakreditasi menjadi 16 bidang pelayanan.

    Sepanjang sejarahnya Sampai saat ini Tahun 2013, RSUD Labuang Baji

    sudah 19 kali menmgalami pergantian pimpinan yaitu;

    1. 

    direktur pertama adalah dr. On Yang Hong

    2.  Direktur ke 2; Prof. Dr. Warouw

    3.  dr. G.J. Hoekstra

    4. 

    dr. Hibertein

    5.  dr. A.W.F. Wiegers

    6.  dr. P. Rooft

    7. 

    dr. R.A. Tini Iswan (1967)

    8.  dr. Ny. Th. Sumantri Tulong (1967 - 1978)

    9.  dr. B. Tjahyadi (1978 - 1981)

    10. 

    dr. H.A. Wahid Baelang (1981 - 1991)

    11. dr. H. Mustafa Djide, SKM (1991 - 1996)

    12. dr. H.A. Jasmin Abu Mattimu 11995 - 1997)

    13. 

    dr. Hj. Nurfiah A. Pattiroi, MHA. (1997 - 1998)

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    31/58  19

    14. dr. H. Muh. Basir Palu, SpA, MHA (1998 - 2001)

    15. dr. H. Sofyan Muhammad, M.Si (2006)

    16. 

    dr. H. Muh. Thalib Suyuti, M.Kes (2006 - 2008)

    17. 

    dr. H. Bambang Arya, M.Kes (2008 - 2011)

    18. DR. Drs. H. Azikin Solthan, M.Si (2011)

    19. 

    dr. Enrico Marentek, SpPD (9 September 2011 - Sekarang)

    5. 2.  Visi, Misi dan Tujuan

    5.2.1  Visi

    “Rumah Sakit Unggulan Sulawesi Selatan” 

    5.2.2  Misi

    1. Mewujudkan Profesionalisme SDM

    2. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit

    3. Memberikan Pelayanan Prima

    4. Efisiensi Biaya Rumah Sakit

    5. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan

    5.2.3  Tujuan

    1. Meningkatkan kemampuan profesionalisme

    2. Terwujudnya sarana pelayanan yang aman dan nyaman

    5.3 Fasilitas Pelayanan

    5.3.1 Instalasi Rawat Jalan

    1. Poliklinik Mata 11. Poliklinik Endoktrin

    2. Poliklinik Bedah 12. Poliklinik THT

    3. Poliklinik Paru dan TB 13. Poliklinik Kulit & Kelamin

    4. Poliklinik KIA dan Laktasi 14. Poliklinik Konsultasi Gizi

    5. Poliklinik Penyakit Dalam 15. Poliklinik Anak

    6. Poliklinik Saraf 16. Unit Hemodialisa

    7. Poliklinik Kardiologi 17. Apotek Rawat Jalan

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    32/58  20

    8. Poliklinik Gigi dan Mulut 18. General Check Up

    9. Poliklinik Fisioterapi 19. Poliklinik Jantung

    10. Poliklinik Bedah Urologi 20. Poliklinik Bedah Orthopedi

    5.3.2 Instalasi Rawat Inap

    Terdapat 17 ruang perawatan umum dan 6 ruang perawatan khusus Ruang

     bedah sentral, bedah kebidanan/kandungan, Perawatan khusus/RPK,

    Rawat Intensif, Hemodialisa, Kamar Bersalin), dan perawatan CVCU

    Fasilitas Tempat tidur :

    Kelas VVIP : 3 tempat tidur

    Kelas Utama (VIP) : 4 tempat tidur

    Kelas I : 50 tempat tidur

    Kelas II : 66 tempat tidur

    Kelas III : 205 tempat tidur

    ICU : 8 tempat tidur

    Hemodialisa : 9 tempat tidur

    CVCU : 6 tempat tidur

    RPK : 3 tempat tidur

    IRD : 13 tempat tidur

    Jumlah : 367 tempat tidur

    5.4 Profil kunjungan pasien

    5.4.1 Jumlah kunjungan

    Tabel 1. Jumlah kunjungan pasein di RSUD Labuang baji Tahun 2011-

    2012 No Jumlah Kunjungan Tahun 2011 Tahun 2012

    1

    2

    3

    Rawat Jalan

    Rawat Inap

    Rawat Darurat

    77.376

    12.672

    15.095

    134.702

    12.777

    9.585

    Jumlah 105.143 157.064

    Sumber : Profil RSUD Labuang Baji tahun 2012

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    33/58  21

    5.4.2 Rawat jalan

    Tabel 2. Daftar 10 penyakit terbanyak rawat jalan di RSUD Labuang Baji

    tahun 2012 

    No Jenis Penyakit Jumlah %

    1 Cedera YDT lainnya, YTT dan dae 

    rah badan multipel 

    1.987 

    7.49 

    2 Demam yang sebabnya tidak diketahui 

    1.493 

    5.63 

    3 Diare & GEA oleh penyebab infeksi

    tertentu1.207  4.55 

    4 Penyakit telinga dan prosesus mastoid  1.134  4.27 

    5  Neoplasma Jinak Lainnya 

    931 

    3.51 

    6 Dyspepsia 

    928 

    3.50 7 Gangguan Refraksi dan Akomodasi

     

    760 

    2.86 

    8 Infeksi Saluran Napas Bagian Atas Akut

    Lainnnya 

    725 

    2.73 

    9 Katarak dan Gangguan Lain Lensa 

    690 

    2.60 

    10 Penyakit Pulpa dan Periapikal 

    656 

    2.47 

    Subtotal 

    Lain-lain 

    Total 

    10.511 

    16.029 

    26.540 

    39.61 

    60.39 

    100 

    Sumber : Profil RSUD Labuang Baji tahun 2012

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    34/58  22

    5.4.3 Rawat Inap

    Tabel 3. Daftar 10 penyakit terbanyak rawat inap di RSUD Labuang Baji

    tahun 2012 

    No Jenis Penyakit Jumlah %

    1 Diare dan GE oleh penyebab Infeksi

    tertentu (colitis Infeksi ) 

    841 

    6.66 

    2  Neoplasma yang tidak menentu

     perangainya & tdk diketahui sifatnya 

    478 

    3.78 

    3 Pneumonia 

    468 

    3.71 

    4 Cedera YDT lainnya, YTT & daerah

     badan multipel 

    367 

    2.91 

    5 Dyspepsia  309  2.45 

    6 Demam yang sebabnya tidak diketahui 

    259 

    2.05 

    7 Demam Berdarah Dengue 

    240 

    1.91 

    8 Tuberkolosis Paru Lainnya  196  1.55 

    9 Tuberkolosis (TB) Paru BTA (+) dgn

    tanpa biakan lainnya 

    195 

    1.55 

    10 Penyakit Sistem Kemih lainnya 

    189 

    1.49 

    Subtotal 

    Lain-lain 

    Total 

    3.542 

    9.079 

    12.621 

    28.06 

    71.94 

    100 

    Sumber : Profil RSUD Labuang Baji tahun 2012

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    35/58  23

    BAB VI

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    6.1 Hasil penelitian

    Sampel yang didapatkan berjumlah 150 dan sebanyak 29 sampel

    disingkirkan karena termasuk dalam kriteria eksklusi, yang terdiri dari pasien

    dengan serumen obsturan pada telinganya sebanyak 69 (57%) pasien, dan sisanya

    sebanyak 52 (43%) pasien tidak terdapat serumen obsturan. Distribusi jenis

    kelamin pada penelitian ini terdiri dari 51 pasien laki-laki dan 70 pasien

     perempuan dengan distribusi serumen obsturan sebanyak 28 (23,1%) laki-laki dan

    41 (33,9%) perempuan. Hasil uji komparatif Chi-square antar variabel telah

    dilakukan dan diperoleh hasil sebagai berikut :

    Tabel 4. Karakteristik sampel pasien rawat jalan RSUD Labuang Baji Makassar

    Karakteristik sampel N %

    Usia (tahun)0-5

    6-11

    12-18

    19-40

    41-65

    >65

    Jenis KelaminLaki-laki

    Perempuan

    8

    10

    10

    48

    39

    6

    51

    70

    6.6

    8.3

    8.3

    39.6

    32.2

    5.0

    42.1

    57.9

    Jumlah 121 100.0

    Sumber : Data primer, 2013

    Tabel 4 menunjukkan karakteristik pasien rawat jalan di poliklinik THT

    RSUD Labuang Baji yang dapat dijadikan sampel penelitian. Pasien dengan

    kelompok umur 31-40 adalah yang paling banyak dijadikan sampel yaitu

    sebanyak 30 sampel (24.8%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 11-

    20 dan >60 tahun yang berjumlah masing-masing 11 sampel (9.1%). Median

    umur yang dijadikan sampel adalah 34 tahun. Sedangkan jumlah sampel berjenis

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    36/58  24

    kelamin laki-laki sebanyak 51 sampel (42.1%) dan perempuan 70 sampel

    (57.9%).

    Tabel 5. Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obsturan

    Jenis Kelamin

    Serumen ObsturanJumlah

    pAda Tidak ada

    n % n % n %

    Perempuan

    Laki-laki

    41

    28

    58.6

    54.9

    29

    23

    41.4

    45.1

    70

    51

    100.0

    100.0 0.687

    Jumlah 69 57.0 52 43.0 121 100.0

    Sumber : Data primer, 2013

    Tabel 5 menunjukkan hubungan antara jenis kelamin dengan angka

    kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh

    hasil p = 0.687 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis

    kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p > 0.05.

    Tabel 6. Hubungan antara umur dengan kejadian serumen obsturan

    Umur

    Serumen ObsturanJumlah

    pAda Tidak adan % n % n %

    Dewasa-Lansia

    Anak-Remaja

    52

    17

    55.9

    60.7

    41

    11

    44.1

    39.3

    93

    28

    100.0

    100.0 0.653

    Jumlah 69 57.0 52 43.0 121 100.0

    Sumber : Data primer, 2013

    Tabel 6 menunjukkan hubungan antara umur dengan angka kejadian

    serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh hasil p =

    0.653 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin

    dengan kejadian serumen obstruan karena nila p > 0.05.

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    37/58  25

    Tabel 7. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian serumen

    obsturan

    IMT

    Serumen ObsturanJumlah

    pAda Tidak adan % n % n %

    Lebih

    Kurang-Normal

    20

    49

    58.8

    56.3

    14

    38

    41.2

    43.7

    34

    87

    100.0

    100.0 0.803

    Jumlah 69 57.0 52 43.0 121 100.0

    Sumber : Data primer, 2013

    Tabel 7 menunjukkan hubungan antara indeks massa tubuh dengan angka

    kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh

    hasil p = 0.803 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis

    kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p > 0.05. 

    Tabel 8. Hubungan antara pekerjaan dengan kejadian serumen obsturan

    Pekerjaan

    Serumen ObsturanJumlah

    pAda Tidak ada

    n % n % n %

    Luar ruangan

    Dalam ruangan

    16

    53

    88.9

    51.5

    2

    50

    11.1

    48.5

    18

    103

    100.0

    100.0 0.003Jumlah 69 57.0 52 43.0 121 100.0

    Sumber : Data primer, 2013

    Tabel 8 menunjukkan hubungan antara jenis pekerjaan dengan angka

    kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh

    hasil p = 0.003 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin

    dengan kejadian serumen obstruan karena nila p < 0.05. 

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    38/58  26

    Tabel 9.  Hubungan antara perilaku membersihkan telinga dengan kejadian

    serumen obsturan

    Perilaku

    membersihkantelinga

    Serumen ObsturanJumlah

    pAda Tidak adan % n % n %

    Jarang

    Sering

    21

    48

    80.8

    50.5

    5

    47

    19.2

    49.5

    26

    96

    100.0

    100.0 0.005

    Jumlah 69 57.0 52 43.0 121 100.0

    Sumber : Data primer, 2013

    Tabel 9 menunjukkan hubungan antara perilaku membersihkan telinga

    dengan angka kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-

    square) diperoleh hasil p = 0.005 yang berarti ada hubungan yang bermakna

    antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p < 0.05. 

    Tabel 10.  Hubungan antara riwat menderita sakit telinga dengan kejadian

    serumen obsturan

    Riwayat sakit

    telinga

    Serumen ObsturanJumlah

    pAda Tidak ada

    n % n % n %

    SeringJarang

    1059

    58.856.7

    745

    41.243.3

    17104

    100.0100.0 0.871

    Jumlah 69 57.0 52 43.0 121 100.0

    Sumber : Data primer, 2013

    Tabel 10 menunjukkan hubungan antara riwayat menderita sakit telinga

    dengan angka kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-

    square) diperoleh hasil p = 0.871 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna

    antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p > 0.05. 

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    39/58  27

    6.2 Pembahasan

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

    signifikan antara jenis kelamin dengan serumen obsturan ( p=0.687). Hasil ini

    sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ST Subhas dan Raman

    R, bahwa hal ini tidak ditemukan hubungan yang siginifikan antara adanya

    serumen dengan variabel seperti : usia, jenis kelamin, etnis atau sisi yang

    terpengaruh dan disebabkan tidak terdapat perbedaan dalam proses kimia

     pembentukan serumen obsturan pada pria dan wanita.5 

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

    signifikan antara umur dengan serumen obsturan ( p=0.653) dikarenakan sampel

    yang didapatkan kebanyakan adalah dewasa dibandingkan dengan anak-anak (93

    : 28 pasien). Disamping itu, dapat dikaitkan dengan tingkat aktivitas yang

    dilakukan. Merujuk pada orang dewasa-lansia memiliki tingkat aktivitas yang

     jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anak-remaja. Namun perlu diingat pula

     bahwa terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan serumen

    obsturan seperti kelainan anatomis ataupun fisiologis yang terdapat pada masing-

    masing sampel tertentu. Berdasarkan penelitian Saiko Sugiura et al yang

    dilakukan pada 67 pasien yang semuanya berusia di atas 80 tahun menunujukkan

     bahwa terjadi peningkatan pembentukan serumen dan mengakibatkan terjadinya

     penurunan daya pendengaran. Peningkatan produksi serumen dapat disebabkan

    oleh beberapa hal, yakni : seiring proses penuaan , lapisan epitel telinga luar

    menjadi lebih tipis, jaringan subkutaneus menjadi atrofi, kelenjar serumen dan

    sebasea memproduksi minyak pelumas yang lebih sedikit, dan panjang rambut

    telinga.6 

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikanantara indeks massa tubuh dengan pembentukan serumen obsturan ( p=0.803).

     Namun, insidensi serumen obsturan lebih banyak pada sampel dengan indeks

    massa tubuh yang normal (28,1%) dibandingkan sampel dengan berat badan lebih

    (16,5%) dan sampel dengan berat badan kurang (12,4%). Orang dengan indeks

    massa tubuh di atas normal (overweight -obesitas) memiliki kecenderungan

    gangguan metabolisme, yaitu terjadinya lipolisis yang berlebihan sehingga

    menyebabkan kadar asam lemak bebas di dalam tubuh meningkat. Asam lemak

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    40/58  28

    yang berlebih pada orang dengan indeks massa tubuh di atas normal diduga akan

     berpengaruh dalam pembentukan serumen obsturan.7  Namun berdasarkan hasil

     penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

    indeks massa tubuh dengan serumen obsturan ( p=0.803). Hal ini mungkin

    disebabkan tidak seimbangnya jumlah sampel yang dibandingkan, yaitu sampel

    dengan berat badan kurang sampai normal dan sampel dengan berat badan

     berlebih.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

    signifikan antara riwayat sakit telinga dengan serumen obsturan ( p=0.871). Hal ini

    sesuai dengan hasil penelitian Perry ET dan Nichols AC, serta sesuai dengan

     penelitian yang dilakukan oleh Jankowski A.7  Tidak didapatkannya hasil

    hubungan antara riwayat sakit telinga dengan serumen obsturan mungkin

    diakibatkan karena sebagian besar sampel yang diteliti dan mengakui pernah

    memiliki riwayat sakit telinga, lebih banyak yang memiliki riwayat sakit telinga

    tengah daripada riwayat sakit telinga luar,informasi tersebut didapatkan setelah

    dilakukan wawancara lebih lanjut.

    Hasil dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan signifikan hubungan

    antara pekerjaan dengan seruman obsturan ( p=0.003) dikarenakakan pembagian

    antara jenis pekerjaan hanya berdasarkan pekerjaan di dalam maupun di luar

    ruangan, tanpa mengetahui jenis dan tempat pekerjaan dari sampel yang dipilih.

    Hal lain yang menyebabkan hasil tersebut signifikan karena sampel yang bekerja

    di luar ruangan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sampel yang bekerja di

    dalam ruangan (18 : 103 pasien) sehingga memungkinkan terjadinya bias. Hasil

    ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Sokota, Nigeria terhadap 200

    orang subjek studi dengan pekerjaan yang berbeda-beda (polisi, pembantu rumahtangga, misioner, pekerja bebas, guru, dan murid) menunjukkan bahwa ternyata

     baik pekerjaan yang berada dalam ruangan (pembantu rumah tangga, misioner,

    guru, dan murid) maupun pekerjaan di luar ruangan (polisi dan pekerja bebas)

    memiliki kebiasaan yang hampir sama dalam membersihkan telinga baik dari segi

    frekuensi, cara, dan alat yang digunakan. Berdasarkan dari hasil penelitian di

    Sokota pekerjaan tidak menjadi topik utama dalam permasalahan munculnya

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    41/58  29

    serumen obsturan sehingga tidak dapat ditentukan secara pasti apakah jenis

     pekerjaan memiliki pengaruh terhadap terbentuknya serumen obsturan.8 

    Selain itu,didapatkan hubungan yang signifikan antara perilaku

    membersihkan telinga dengan serumen obsturan ( p=0.005). Akan tetapi, pada

     penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara

     perilaku membersihkan telinga dengan serumen obsturan yaitu penelitian yang

    dilakukan Guest Jf et al disebutkan bahwa selain penggunaan lidi kapas sebagai

    suatu kebiasaan yang dapat mempercepat timbulnya serumen obsturan,diameter

    liang telinga memiliki peranan yang penting. Semakin kecil diameter liang telinga

    maka semakin besar pula resiko terjadinya serumen obsturan.9,10 

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    42/58  30

    BAB VII

    KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, maka dapat ditarik

    kesimpulan sebagai berikut :

    1.  Berdasarkan hasil pemeriksaan telinga, sampel yang menderita serumen

    obsturan persentasenya lebih banyak dibandingkan pasien tanpa

    serumen obstturan.

    2.  Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian serumen

    obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD Labuang Baji,

    Makassar.

    3.  Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian serumen obsturan

     pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD Labuang Baji, Makassar.

    4. 

    Tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian

    serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD

    Labuang Baji, Makassar.

    5. 

    Ada hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan dengan kejadian

    serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD

    Labuang Baji, Makassar. Dimana orang yang bekerja di luar ruangan

    lebih berisiko menderita serumen obsturan.

    6.  Ada hubungan yang bermakna antara perilaku membersihkan telinga

    dengan kejadian serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik

    THT RSUD Labuang Baji, Makassar. Dimana orang yang jarang

    membersihkan liang telinganya lebih berisiko menderita serumenobsturan.

    7.  Tidak ada hubungan antara riwayat menderita sakit telinga dengan

    kejadian serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT

    RSUD Labuang Baji, Makassar.

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    43/58  31

    7.2 Saran

    Dengan melihat bahwa banyaknya faktor-faktor yang dapat berperan dalam

    menimbulkan terjadinya serumen obsturan, maka penulis memberikan saran

    sebagai berikut :

    1.  Serumen obsturan kadang tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat

    mengakibatkan gangguan pendengaran. Sehingga perlu bagi kita untuk

    mengetahui hal apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya

    serumen pada telinga. Faktor yang bermakna dalam menyebabkan

    serumen obsturan adalah riwayat pekerjaan atau beraktivitas diluar

    ruangan sehingga penting bagi siapa saja yang kesehariaannya

    melakukan aktivitas di luar ruangan agar sering membersihkan liang

    telinga dan mengontrolnya ke dokter ahli THT.

    2.  Pemeriksaan kesehatan secara berkala khususnya pemeriksaan telinga,

    sehingga bila terdapat kelainan-kelainan dapat didiagnosa lebih dini

    guna pencegahan dan penanganan.

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    44/58  32

    DAFTAR PUSTAKA

    1. 

    Syahrijuita, Sutji PR, Nani ID, Riskiana D. Perbandingan efektivitas

     beberapa pelarut terhadap kelarutan cerumen obturans secara in vitro. Ina J  

    Otolaryngol-Head and Neck Surg. 2012; 42(1): 23-27.

    2. 

    Roland PS, et al. Clinical practice guideline: Cerumen Impaction.

    Otolaryngology-Head and Neck Surgery.  Am Acad Otolaryngol-Head and

     Neck Surg Found. 2008; 139 (3 suppl2):S1-S21.

    3.  McCarter DF, Susan MP. Cerumen Impaction.  American Family Physician.

    Vol. 75. No. 10. 2007

    4. 

    Kementerian Kesehatan RI. Gangguan Telinga bikin Anak Sulit

     Menangkap Pelajaran di Sekolah. Kliping Berita Kesehatan. Pusat

    komunikasi publik Setjen Kemenkes RI. 2013.

    5.  Guest JF, Greener MJ, Robinson AC, Smith AF. Impacted Cerumen:

    Composition, Production, Epidemiology, and Management. Q.J. Med. 2004;

    97(8): 477-88.

    6.  Miura K, et al. A strong association between human earwax-type and

    apocrine coclstrum secretion from mammary gland. Hum Genet . 2007; 121:

    631-633.

    7.  Tomita H, et al. Mapping of the wet/dry earwax locus to the pericentromeric

    region of chromosome 16. Lancet . 2002; 359: 2000-02.

    8.  Macknin ML, Talo H, Medendorp SV. Effect of Cotton-Tipped Swab use

    on Earwax occlusion. Clinical Pediatrics. 1994: 14-18.

    9.  Crummer RW, Hassan GA. Diagnostic Approach to Tinnitus.  American

     Family Physician. 2004: 96: 120-126.10.

     

    Mahardika M.  Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan serumen

    obturans (Studi kasus pada siswa SD kelas V di kota semarang) . FK Undip.

    2010.

    11. 

    Soetjipto, Damayanti dan Endang Mangunkusumo. Telinga dalam  Buku

     Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Edisi Ketujuh, Efiaty A,

     Nurbaiti I (ed). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia, 2012: 59-60.

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    45/58  33

    12.  Carl van Wyk F. Cerumen Impaction Removal. Diunduh dari

    http://emedicine.medscape.com/article/1413546-overview pada tanggal 10

     November 2013.

    13. 

    Osgurthorpe JD, Nielsen DR. Otitis externa: review and clinical update. S

     Afr Fam Pract. 2011; 53(3): 223-229.

    14. 

    Isaacson JE, Vora NM. Differential diagnosis and treatment of hearing loss.

     Am Fam Physician. 2003;68:1125-1132.

    15.  Folmer RL, Shi Y.  Reduce your risk of complication during ear wax

    removal . American Tinnitus Association. 2005. 20-21.

    16.  Saloranta K, Westermarck T. Prevention of cerumen impaction by treatment

    of ear canal skin. A pilot randomized controlled study. Clin Otolaryngol .

    2005; 30: 112-114.

    17.   National Health Services choices. Earwax comlication . diunduh dari

    http://www.nhs.uk/Conditions/Earwax/Pages/Complications.aspx pada

    tanggal 10 November 2013. 

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    46/58

    RIWAYAT HIDUP PENULIS

    Data Pribadi

     Nama : Muh. Idham Rahman

    Tempat / Tanggal lahir : Ujung pandang, 01 Mei 1992

    Alamat : Jalan Baji Ampe 1 No. 4B

    Agama : Islam

    Riwayat Pendidikan

    Tahun 1998 Lulus TK Nurul Askar Makassar

    Tahun 2003 Lulus SD Negeri Mattoangin III Makassar

    Tahun 2006 Lulus SLTP Negeri 3 Makassar

    Tahun 2009 Lulus SMA Negeri 2 Makassar

    Tahun 2012 Lulus S1 Pendidikan Dokter FK UNHAS Makassar

    Nama Orang Tua

    Ayah : Rahman Madawali

    Ibu : Hanasiah

    Makassar, Juli 2014

    Muh. Idham Rahman

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    47/58

    KUESIONER PENDATAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    TERJADINYA SERUMEN OBSTURAN

     Nama : ________________________

    Tanggal lahir : ________________________

    Umur : ________________________

    Jenis Kelamin : *Laki-laki / PerempuanPekerjaan : ________________________

    : *Luar ruangan / Dalam ruangan

    Hasil Pengukuran

    Berat badan (kg) : ________________________ IMT : _____________

    Tinggi badan (cm) : ________________________

    Apakah anda sering membersihkan liang telinga ?

    *Sering / Jarang / Sangat jarang

    Berapa kali anda membersihkan liang telinga anda dalam 2 bulan terakhir ? ______

    Berapa kali anda membersihkan liang telinga anda dalam setiap pekan/minggu ? ______

    Apakah anda sering menderita penyakit pada telinga sebelumnya ?

    *Sering / Jarang / tidak pernah

    Hasil pemeriksaan fisis telinga (diisi oleh pemeriksa)

    Telinga kanan Telinga kiri

    Kelainan anatomi Ada / Tidak ada Ada / Tidak ada

    Peradangan Ada / Tidak ada  Ada / Tidak ada 

    Perforasi gendang telinga Ada / Tidak ada  Ada / Tidak ada 

    Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap

    terjadinya serumen obsturan (sumbatan liang telinga oleh kotoran telinga). Hasil dari penelitian ini akan

    dipergunakan sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak yang mengambil peran dalam menentukan

    kebijakan terkait dengan usaha mencegah ketulian ataupun penyakit telinga lainnya akibat serumen obsturan

    Petunjuk:

    1. Isilah identitas saudara di lembar jawaban!

    2. Jawablah dengan jujur pertanyaan di bawah ini menurut pengetahuan saudara!

    3. Coret yang tidak perlu pada pertanyaan dengan tanda (*)

    4. Identitas dan jawaban saudara dijamin kerahasiaaannya.

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    48/58

    N ila i In te rp re ta si

    1 Zainuddin Laki-laki 55 In 55 166 19,96 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    2 Raodatul Janna Perempuan 7 In 19 113 14,88 Kurang Jarang Sering Ada Tidak Tidak Tidak

    3 narwis Laki-laki 38 in 71 163 26,72 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    4 marthen Laki-laki 47 out 51 160 19,92 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    5 Diana Perempuan 22 In 45 151 19,74 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    6 Nurhayati Perempuan 39 out 59 148 26,94 Lebih Sering Sering Ada Tidak Tidak Tidak

    7 Anazir Laki-laki 65 In 46 160 17,97 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    8 Dian Perempuan 40 In 57 148 26,02 Lebih Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    9 Amalia Perempuan 3 In 19 111 15,42 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    10 Dahlia Perempuan 53 In 69 161 26,62 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    11 Hardiyanti Perempuan 34 in 65 160 25,39 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    12 Rusmin Laki-laki 31 in 48 164 17,85 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak13 Syahrul Laki-laki 17 in 49 162 18,67 Normal Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak

    14 M Adi Eko Laki-laki 21 in 52 161 20,06 Normal Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak

    15 Muh Fadil Laki-laki 13 in 35 148 15,98 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    16 D Zainal Arifin Laki-laki 55 Out 65 170 22,49 Normal Sering Sering Ada Tidak Tidak Tidak

    17 Nohadin Laki-laki 72 in 66 165 24,24 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    18 Darmia Perempuan 37 in 43 155 17,90 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    19 Sofyan Laki-laki 70 Out 55 160 21,48 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    20 Mutmainnah Perempuan 31 in 51 159 20,17 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    21 Rosilawati Perempuan 63 in 65 145 30,92 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    22 Patimang Perempuan 51 in 62 160 24,22 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    23 Ramli Laki-laki 60 Out 85 160 33,20 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    24 Masdina Perempuan 34 in 51 140 26,02 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    25 Febriana Perempuan 9 in 20 127 12,40 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    26 Nurdiana Perempuan 32 in 39 149 17,57 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    27 Irnawati Perempuan 41 in 63 150 28,00 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    28 Hj. Sahruni Perempuan 58 in 65 157 26,37 Lebih Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    29 Nuraini Perempuan 55 in 69 158 27,64 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    30 Kasma Perempuan 28 in 68 150 30,22 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    31 Sultan Laki-laki 12 in 30 120 20,83 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    32 Fitri Perempuan 10 in 28 121 19,12 Normal Jarang Sering Ada Tidak Tidak Tidak

    33 Darmawati Perempuan 42 in 65 150 28,89 Lebih Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak34 Nuraeni Perempuan 26 in 54 165 19,83 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    35 Yusuf Laki-laki 53 out 72 173 24,06 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    36 Syamsul Rijal Laki-laki 26 in 52 168 18,42 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    37 Widya Perempuan 1 in 10 73 18,77 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    38 Erli Perempuan 16 in 46 160 17,97 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    39 Nurul Febriana Perempuan 6 in 16 91 19,32 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    40 Paulina Perempuan 45 in 52 148 23,74 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    41 Suriani Perempuan 37 in 66 170 22,84 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    42 Sampaia Laki-laki 52 in 55 165 20,20 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    43 Abdul Jalil Laki-laki 66 in 85 171 29,07 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    44 Rahmat Laki-laki 55 In 55 166 19,96 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    45 Abdul Farid Laki-laki 42 Out 58 161 22,38 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    46 Raisia Perempuan 7 In 19 113 14,88 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    Peradangan PerforasiNo. Nama Jenis kelamin Umur  Pekerjaan

    (In/Out)  BB TB

    IMT   Perilaku

    membersihkan

    telinga

    Riwayat sakit

    telinga  Serumen

      Kelainan

    anatomi

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    49/58

    47 Akbar A. Laki-laki 47 in 51 160 19,92 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    48 Ramlah Perempuan 22 In 45 149 20,27 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    49 Ani Rofiqah Perempuan 22 In 54 152 23,37 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    50 Zaenab Perempuan 39 out 59 148 26,94 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    51 Dg. Baso Laki-laki 65 In 46 160 17,97 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    52 Suminten Perempuan 40 In 57 148 26,02 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    53 Arini Nurzahra Perempuan 4 In 21 110 17,36 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    54 Bayu chandra Laki-laki 31 in 55 166 19,96 Normal Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak

    55 Muliawati Perempuan 34 in 65 160 25,39 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    56 Irfan Nur Laki-laki 31 in 48 164 17,85 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    57 Rangga asri Laki-laki 17 in 49 162 18,67 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    58 M. Nasrul Laki-laki 21 in 52 161 20,06 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    59 Syukri M. Laki-laki 13 in 35 148 15,98 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    60 Rahman Laki-laki 55 Out 65 170 22,49 Normal Jarang Sering Ada Tidak Tidak Tidak

    61 Huseng Laki-laki 72 in 66 165 24,24 Normal Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak

    62 Tego Laki-laki 70 Out 55 160 21,48 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak63 Nurul Muchliza Perempuan 33 in 54 156 22,19 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    64 Dian Fatmawati Perempuan 31 in 51 159 20,17 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    65 Raodah Perempuan 63 in 65 145 30,92 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    66 Nani Perempuan 51 in 62 160 24,22 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    67 Dg. Japa Laki-laki 60 Out 85 160 33,20 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    68 Khaerunnisa Perempuan 34 in 51 140 26,02 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    69 Rani Octavina Perempuan 9 in 20 127 12,40 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    70 Citra Sari Astuti Perempuan 10 in 28 121 19,12 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    71 Purwandri Perempuan 42 in 65 150 28,89 Lebih Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    72 Wahidin Laki-laki 53 out 72 173 24,06 Normal Sering Sering Ada Tidak Tidak Tidak

    73 Syamsul Bahri Laki-laki 26 in 52 168 18,42 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    74 Nikmatia Perempuan 1 in 10 73 18,77 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    75 Nurwahida Perempuan 16 in 46 160 17,97 Kurang Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    76 Nurul Hikmah Perempuan 37 in 62 167 22,23 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    77 Anton Laki-laki 52 in 64 162 24,39 Normal Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    78 Arifatul Mahmud Laki-laki 66 Out 85 171 29,07 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    79 Suryanto Laki-laki 55 In 55 166 19,96 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    80 Taufiq Akbar Laki-laki 42 Out 58 161 22,38 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    81 Bunga Ismail Perempuan 7 In 19 113 14,88 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    82 Dinawati Perempuan 22 In 55 152 23,81 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    83 Alinda N. Perempuan 39 out 59 148 26,94 Lebih Sering Sering Ada Tidak Tidak Tidak84 Machmud Laki-laki 65 In 46 160 17,97 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    85 Munawaroh Perempuan 40 In 57 148 26,02 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    86 Maria Rosario Perempuan 5 In 25 117 18,26 Kurang Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    87 Sarah Azizah Perempuan 34 in 65 160 25,39 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    88 Hamzah Suryanto Laki-laki 31 in 48 164 17,85 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    89 Muh. Qahar Laki-laki 23 in 68 172 22,99 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    90 Dimas Rizaldi Laki-laki 17 in 49 162 18,67 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    91 Armansal Laki-laki 20 in 60 160 23,44 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    92 Irmayanti Perempuan 22 in 50 162 19,05 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    93 Nurwahidah M. Perempuan 58 in 65 157 26,37 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    94 Fadli Putra Laki-laki 1 in 7 60 19,44 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    95 Bekkeng Perempuan 55 in 69 158 27,64 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    96 Purnamanita Perempuan 28 in 68 150 30,22 Lebih Jarang Sering Ada Tidak Tidak Tidak

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    50/58

    97 Fikar Laki-laki 12 in 30 120 20,83 Normal Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak

    98 Eka Mawar Setya Perempuan 10 in 28 121 19,12 Normal Sering Sering Ada Tidak Tidak Tidak

    99 Rahmi Perempuan 42 in 65 150 28,89 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    100 Tuti Hastuti Perempuan 39 in 66 165 24,24 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    101 Iin Fadhillah Perempuan 26 in 54 165 19,83 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    102 Achmad M Laki-laki 53 out 72 173 24,06 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    103 Nur Hidayat Laki-laki 26 in 52 168 18,42 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    104 Sri Rismawati Perempuan 1 in 10 73 18,77 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    105 Fatmasari Natsir Perempuan 16 in 46 160 17,97 Kurang Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    106 Ririn Arini N, Perempuan 6 in 16 91 19,32 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    107 Sulmiati Perempuan 45 in 52 148 23,74 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    108 Idha Perempuan 37 in 69 169 24,16 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    109 Saifullah Laki-laki 55 In 55 166 19,96 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    110 Andi Syukri Laki-laki 42 Out 58 161 22,38 Normal Jarang Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    111 Dedi Trimarwanto Laki-laki 38 in 71 163 26,72 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    112 Herianto Laki-laki 47 out 51 160 19,92 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak113 Anita Perempuan 22 In 45 155 18,73 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    114 Suciati syam Perempuan 22 In 54 149 24,32 Normal Jarang Sering Ada Tidak Tidak Tidak

    115 Syamsiah Burhan Perempuan 39 in 59 148 26,94 Lebih Sering Sering Tidak Tidak Tidak Tidak

    116 Dwi R. Perempuan 41 In 57 148 26,02 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    117 Denali W. Perempuan 4 In 21 110 17,36 Kurang Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    118 Ernawati Perempuan 53 In 69 161 26,62 Lebih Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    119 Arnold WR. Laki-laki 31 In 55 166 19,96 Normal Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    120 Rahmah Perempuan 34 in 65 160 25,39 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Tidak

    121 Iqramullah Laki-laki 31 in 48 164 17,85 Kurang Sering Jarang Ada Tidak Tidak Tidak

    122 Umar Wiranegara Laki-laki 43 Out 60 165 22,04 Normal Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Ada

    123 Shinta Perempuan 23 In 55 158 22,03 Normal Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Ada

    124 Kaizar Laki-laki 32 Out 55 167 19,72 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Ada

    125 Sidik Pratama Laki-laki 24 in 66 172 22,31 Normal Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada

    126 Nurlaeli Perempuan 34 in 53 157 21,50 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Ada

    127 Andi Rio Ismanto Laki-laki 21 in 60 160 23,44 Normal Sering Sering Tidak Tidak Ada Tidak

    128 Tika Perempuan 23 in 50 165 18,37 Kurang Sering Sering Tidak Tidak Tidak Ada

    129 Dhini Hudryah Laki-laki 3 in 8 58 23,78 Normal Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada

    130 Maria Perempuan 41 out 66 166 23,95 Normal Sering Sering Ada Tidak Tidak Ada

    131 Angelica Perempuan 5 in 15 80 23,44 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Ada Ada

    132 Andika M. Laki-laki 40 out 71 164 26,40 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Ada

    133 Irma Perempuan 53 In 67 163 25,22 Lebih Sering Sering Tidak Tidak Ada Tidak134 Yudistira Laki-laki 23 in 68 172 22,99 Normal Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada

    135 Dian Utami R. Perempuan 39 in 43 155 17,90 Kurang Sering Sering Ada Tidak Tidak Ada

    136 Dg. Ngai Perempuan 41 out 66 165 24,24 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Ada Tidak

    137 Yuyun Perempuan 26 in 54 165 19,83 Normal Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Ada

    138 Suryani Perempuan 6 in 16 91 19,32 Normal Jarang Jarang Tidak Tidak Tidak Ada

    139 Suryani Perempuan 45 in 52 148 23,74 Normal Sering Sering Ada Tidak Tidak Ada

    140 Iffah Auliah Perempuan 2 in 15 80 23,44 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Ada Tidak

    141 M. Baso Farid Laki-laki 38 out 71 163 26,72 Lebih Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada

    142 Rusman K. Laki-laki 47 out 51 160 19,92 Normal Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada

    143 Aqsha Perempuan 22 In 45 149 20,27 Normal Sering Sering Tidak Tidak Tidak Ada

    144 Julianna Perempuan 53 In 69 161 26,62 Lebih Sering Jarang Tidak Tidak Tidak Ada

    145 Syamsuddin Umar Laki-laki 31 Out 55 166 19,96 Normal Sering Jarang Tidak Tidak Ada Tidak

    146 Jihan Fahira Perempuan 9 in 20 127 12,40 Kurang Sering Sering Tidak Tidak Ada Tidak

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    51/58

    147 Ridha Perempuan 32 in 39 149 17,57 Kurang Sering Sering Tidak Tidak Tidak Ada

    148 Dian Fatmasari Perempuan 41 in 63 150 28,00 Lebih Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada

    149 Ardini K.P. Perempuan 7 In 19 113 14,88 Kurang Sering Sering Tidak Tidak Ada Ada

    150 Japa Laki-laki 61 In 46 160 17,97 Kurang Sering Sering Ada Tidak Tidak Ada

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    52/58

     

    CROSSTABS

    /TABLES=Jenis_Kelamin Pekerjaan Umur IMT Riwayat_sakit_telinga Perilaku_membersihkan_telin

    /FORMAT=AVALUE TABLES

    /STATISTICS=CHISQ CC CORR

    /CELLS=COUNT

    /COUNT ROUND CELL.

    Crosstabs

    Notes

    Output Created

    Comments

    Input Data

    Active Dataset

    Filter

    Weight

    Split File

    Missing Value Handling Definition of Missing

    Cases Used

    Syntax

    Resources Processor Time

    Elapsed Time

    Dimensions Requested

    Cells Available

    16-JUL-2014 21:52:37

    D:\Research\Master.sav

    DataSet1

    121

    00:00:00,03

    00:00:00,03

    2

    174762

    [DataSet1] D:\Research\Master.sav

    Page 1

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    53/58

    Case Processing Summary

    Cases

    Valid Missing Total

    N Percent N Percent N Percent

    Jenis Kelamin * Serumen

    Pekerjaan * Serumen

    Umur * Serumen

    IMT * Serumen

    121 100,0% 0 0,0% 121 100,0%

    121 100,0% 0 0,0% 121 100,0%

    121 100,0% 0 0,0% 121 100,0%

    121 100,0% 0 0,0% 121 100,0%

    121 100,0% 0 0,0% 121 100,0%

    121 100,0% 0 0,0% 121 100,0%

    Jenis Kelamin * Serumen

    Crosstab

    Count

    Serumen

    TotalAda Tidak ada

    Jenis Kelamin Laki-Laki

    Perempuan

    Total

    28 23 51

    41 29 70

    69 52 121

    Chi-Square Tests

    Value df

    Pearson Chi-Square

    Continuity Correctionb

    Likelihood Ratio

    Fisher's Exact Test

    N of Valid Cases

    ,162a 1 ,687

    ,047 1 ,828

    ,162 1 ,687

    ,713 ,414

    ,161 1 ,688

    121

    a.

    b.

    Page 2

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    54/58

    Symmetric Measures

    Valuea

    Approx. Tb

    Approx. Sig.

    Nominal by Nominal Contingency Coefficient

    Interval by Interval Pearson's R

    Ordinal by Ordinal Spearman Correlation

    N of Valid Cases

    ,037 ,687

    -,037 ,091 -,400 ,690c

    -,037 ,091 -,400 ,690c

    121

    a.

    b.

    c.

    Pekerjaan * Serumen

    Crosstab

    Count

    Serumen

    TotalAda Tidak ada

    Pekerjaan Indoor

    Outdoor

    Total

    53 50 103

    16 2 18

    69 52 121

    Chi-Square Tests

    Value df

    Pearson Chi-Square

    Continuity Correctionb

    Likelihood Ratio

    Fisher's Exact Test

    N of Valid Cases

    8,761a

    1 ,003

    7,300 1 ,007

    10,086 1 ,001

    ,004 ,002

    8,688 1 ,003

    121

    a.

    b.

    Symmetric Measures

    Valuea

    Approx. Tb

    Approx. Sig.

    Nominal by Nominal Contingency Coefficient

    Interval by Interval Pearson's R

    Ordinal by Ordinal Spearman Correlation

    N of Valid Cases

    ,260 ,003

    -,269 ,068 -3,048 ,003c

    -,269 ,068 -3,048 ,003c

    121

    a.

    b.

    c.

    Page 3

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    55/58

    Umur * Serumen

    Crosstab

    Count

    SerumenTotalAda Tidak ada

    Umur 0-18 tahun

    >18 tahun

    Total

    17 11 28

    52 41 93

    69 52 121

    Chi-Square Tests

    Value df

    Pearson Chi-Square

    Continuity Correctionb

    Likelihood Ratio

    Fisher's Exact Test

    N of Valid Cases

    ,202a

    1 ,653

    ,054 1 ,816

    ,204 1 ,652

    ,828 ,410

    ,201 1 ,654

    121

    a.

    b.

    Symmetric Measures

    Value a Approx. Tb Approx. Sig.

    Nominal by Nominal Contingency Coefficient

    Interval by Interval Pearson's R

    Ordinal by Ordinal Spearman Correlation

    N of Valid Cases

    ,041 ,653

    ,041 ,090 ,446 ,656c

    ,041 ,090 ,446 ,656c

    121

    a.

    b.

    c.

    IMT * Serumen

    Crosstab

    Count

    Serumen

    TotalAda Tidak ada

    IMT =25 kg/m2

    Total

    49 38 87

    20 14 34

    69 52 121

    Page 4

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    56/58

    Chi-Square Tests

    Value df

    Pearson Chi-Square

    Continuity Correctionb

    Likelihood Ratio

    Fisher's Exact Test

    N of Valid Cases

    ,062a

    1 ,803

    ,002 1 ,964

    ,063 1 ,802

    ,841 ,484

    ,062 1 ,803

    121

    a.

    b.

    Symmetric Measures

    Value a Approx. Tb Approx. Sig.

    Nominal by Nominal Contingency Coefficient

    Interval by Interval Pearson's R

    Ordinal by Ordinal Spearman Correlation

    N of Valid Cases

    ,023 ,803

    -,023 ,091 -,248 ,805c

    -,023 ,091 -,248 ,805c

    121

    a.

    b.

    c.

    Riwayat sakit telinga * Serumen

    Crosstab

    Count

    Serumen

    TotalAda Tidak ada

    Riwayat sakit telinga Jarang

    Sering

    Total

    59 45 104

    10 7 17

    69 52 121

    Page 5

  • 8/17/2019 Kuesioner Serumen Prop

    57/58

    Chi-Square Tests

    Value df

    Pearson Chi-Square

    Continuity Correctionb