Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak upaya yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk
mempertahankan konsumen yang ada,baik dengan cara memberikan kepuasan
kepada konsumen maupun membangun bauran pemasaran perusahan itu sendiri.
Menurut Anderson dalam Tjiptono (2006, hal 348-349 ) menyatakan: “Minat beli
berkontribusi pada sebuah aspek krusial, seperti terciptanya kepuasan konsumen,
meninggkatkan reputasi perusahaan, berkurangnya elastisitas harga, berkurangnya
biaya transaksi masa depan dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas
karyawan".
Kepuasan konsumen dianggap penting karena hasil penjualan perusahaan
bersumber dari dua kelompok dasar, yaitu konsumen baru dan pelanggan yang
membeli ulang. Biaya untuk mencari konsumen baru lebih besar ketimbang
mempertahannkan konsumen yang ada. Oleh karena itu perusahaan berusaha agar
dapat mempertahankan konsumen yang ada dengan jalan membuatnya agar selalu
merasa senang. konsumen yang bersedia akan membeli produk kembali kemudian
menceritakan produk itu kepada orang lain.
Tidak cukup bagi perusahaan sekarang jika hanya mencoba mengunci
kepuasan konsumen dengan convenience, paling berkualitas, paling murah, palik
unik, atau bahkan paling experiential. Perusahaan sekarang dituntut untuk bisa
mengunci konsumen dalam dataran yang lebih dalam, bukan hanya pikirannnya,
bukan pula karna hatinya, melainkan spirit-nya. Jika bisa masuk kesana kepuasan
1
Page 2
2
yang terbentuk akan tahan lama karena bersumber dari keyakinan (Kartajaya,
2007, hal. 23)
Minat beli berhubungan dengan pelayanan atau mutu dari produk yang
ditawarkan kepada mereka. Kepuasan konsumen, maka kepuasan konsumen
mempunyai tingkat masing-masing tergantung dari apa yang mereka peroleh. Jika
yang konsumen peroleh memenuhi apa yang diharapkan maka akan merasa puas,
jika yang diperoleh dibawah apa yang diharapkan maka akan merasa kecewa dan
jika yang diperoleh diatas apa yang mereka harapkan maka akan merasa sangat
senang.
Dari hasil observasi pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, bahwa terjadinya penurunan minat beli pada
kartu perdana smartfren, harga yang diberlakukan kurang bersaing dengan produk
sejenis.
Tabel I.1Volume Penjualan Kartu Perdana Smartfren 2012-2013 Unit Medan
BulanVolume Penjualan
2012 2013JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktoberNovemberDesember
56,443120,99276,08154,67867,49178,781118,98685,353116,80652,61052,448116,018
47,94627,1402,6311,508195374198212516
14,65117,1249,429
Total 996,687 121,925
Page 3
3
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa volume penjualan untuk produk
kartu perdana smartfren setiap bulannya berfluktuasi, hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh kualitas produk dan harga sangat mempengaruh minat beli masyarakat
terhadap kartu perdana smartfren.
Persaingan antar operator seluler dalam mempertahankan pelanggan dan
menarik konsumen baru merupakan satu keuntungan bagi masyarakat. Konsumen
bisa menikmati pesta tarif karena para operator menurunkan tarif mereka sebagai
langkah untuk mempertahankan dan mendapatkan pelanggan baru. Konsumen
dapat memilih produk seluler sesuai dengan murahnya harga kartu perdana,
sehingga membuat konsumen sering bergonta-ganti kartu perdana dan bahkan ada
yang menggunakan lebih dari satu merek operator. Salah satu operator yang ikut
bersaing di pasaran adalah Smartfren.
Saat ini Smartfren memiliki produk dan layanan. Untuk dapat
mempertahankan dan mendapat pelanggan baru Smartfren lebih khususnya kartu
smartfren memberikan berbagai pilihan layanan paket murah untuk telepon, sms,
serta internet, apabila melakukan isi ulang minimal Rp 5.000 dan selama masa
aktif bonus belum berakhir. Tarif dasar adalah Rp 5/ Detik Untuk panggilan dari
FWA Smartfren ke Smartfren lainnya yang berbeda kode wilayah (interlokal) .
Smartfren juga mempunyai layanan Smartfren poin yang merupakan
program loyalitas pelanggan yang ditujukkan untuk seluruh pelanggan Smartfren.
Program ini bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada para pelanggan
Smartfren yang telah setia menggunakan produk dan layanan dari Smartfren.
Dari latar belakang masalah diatas maka penulis berkeinginan untuk
mengadakan penelitian yang lebih mendalam khususnya mengenai pengaruh
Page 4
4
kualitas pelayanan dan Minat beli terhadap Kepuasan. Oleh karena itu penulis
memilih judul: "Pengaruh Kualitas Dan Harga Terhadap Minat Beli Pada
Kartu Perdana Smartfren (Studi Kasus Mahasiswa UMSU Fakultas
Ekonomi)"
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penelitian pendahuluan dilakukan pada blackberry, Maka
diidentifikasikan permasalahannya yang timbul yaitu:
1. Menurunnya pembelian kartu perdana smartfren pada mahasiswa fakultas
ekonomi UMSU.
2. Harga yang ditawarkan untuk kartu perdana smartfren kurang bersaing
dengan produk sejenis atau produk pesaing
3. Kualitas sinyal dalam internet sangat kurang dibandingkan dengan merek
yang sejenis
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan dan memperkecil bahasan masalah sehingga tidak
menyimpang dari yang diinginkan maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada
masalah kualitas dan harga pada Smartfren.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah maka permasalahan dapat
dirumuskan yaitu:
Page 5
5
a. Apakah ada pengaruh kualitas terhadap minat beli Smartfren pada
mahasiswa UMSU fakultas ekonomi?
b. Apakah ada pengaruh harga terhadap minat beli Smartfren pada
mahasiswa UMSU fakultas ekonomi ?
c. Apakah ada pengaruh kualitas dan harga terhadap minat beli Smartfren
pada mahasiswa UMSU fakultas ekonomi ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh kualitas terhadap minat beli Smartfren pada
mahasiswa UMSU fakultas ekonomi.
2. Mengetahui pengaruh pengaruh harga terhadap minat beli Smartfren pada
mahasiswa UMSU fakultas ekonomi.
3. Mengetahui pengaruh pengaruh kualitas dan harga terhadap minat beli
Smartfren pada mahasiswa UMSU fakultas ekonomi.
Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan berfikir menulis dalam bidang
pemasaran terutama dalam, Minat beli.
2. memberikan masukan kepada pihak lain dalam hal pengaruh kualitas dan
harga terhadap minat beli Smartfren.
3. Bagi pihak lain, sebagai bahan perbandingan atau referensi yang akan
meneliti masalah sama di masa yang akan datang
Page 6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Uraian Teori
1. Minat beli
a. Pengertian Minat beli
Minat beli yang berarti pesan yang menawarkan suatu produk yang
ditujukan kepada masyarakat melalui suatu media (Kasali, 2005:9). Minat beli
merupakan sarana komunikasi terhadap produk yang disampaikan melalui
berbagai media dengan biaya pemrakarsa agar masyarakat tertarik untuk
menyetujui dan mengikuti (Pujiyanto, 2001:3-4). Minat beli merupakan media
informasi yang dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik minat khalayak,
orisinal, serta memiliki karakteristik tertentu dan persuasive sehingga para
konsumen atau khalayak secara suka rela terdorong untuk melakukan suatu
tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengminat beli (Jefkins, 2007:18).
Kotler & Amstrong (2001, hal.30) mengemukakan bahwasanya daya tarik
minat beli (attention) harus mempunyai tiga sifat: Pertama minat beli harus
bermakna (meaningful), menunjukkan manfaat manfaat yang membuat produk
lebih diinginkan atau lebih menarik bagi konsumen. Kedua, pesan minat beli
harus dapat dipercaya (believable), konsumen percaya bahwa produk tersebut
akan memberikan manfaat seperti yang dijanjikan dalam pesan minat beli.
Ketiga distinctive, bahwa pesan minat beli lebih baik dibanding minat beli
merek pesaing
Assael (2002, hal. 60) menjelaskan Interest yaitu munculnya minat beli
konsumen tertarik terhadap objek yang dikenalkan oleh suatu pemasar. Desire
6
Page 7
7
yaitu tahap setelah merasa tertarik, timbul hasrat atau keinginan untuk
memiliki objek produk tersebut. Dalam tahap ini khalayak telah mempunyai
motivasi untuk memiliki produk minat beli. Sampai pada tahap ini, anda telah
berhasil menciptakan kebutuhan calon pembeli.
Tujuan minat beli menurut Rhenald Kasali (2005, 159) biasanya dibangun
atas empat komponen, yaitu: 1) Aspek perilaku, merupakan tindakan-tindakan
yang diharapkan pada calon pembeli, 2) Sikap yang diharapkan, yang
menyangkut sikap atau keistimewaan produk, 3) Kesadaran, dalam
mengembangkan produkproduk baru di pasaran merebut calon pembeli, 4)
Positioning, sasaran konsumen. Beberapa pendapat tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian perminat belian dapat ditinjau dari media,
proses komunikasi dan reaksi konsumen.
Untuk mengetahui Minat beli maka telebih dahulu harus mengetahui
tentang konsumen, konsumen dianggap sebagai sesuatu yang paling penting
karena konsumen merupakan orang yang paling penting dan sangat
dibutuhkan. Sehubungan dalam penelitian ini maka konsumen adalah pihak
yang memaksimumkan nilai (Philip Kotler, 2005, hal. 49).
Minat beli dipengaruhi oleh nasehat kolega, serta janji dan informasi
pemasar para pesaingnya (Sunarto, 2006 : 18). Oleh sebab itu, maka dapat
pula diasumsikan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kualitas
produk, pelayanan, Minat beli dan iklan. Dimana semakin tinggi kualitas
maka menyebabkan semakin tingginya Minat beli dan juga mendukung
harga yang lebih tinggi serta biaya yang lebih rendah (Kotler, 2005 hal.48)
Page 8
8
Menurut American Society for Quality Control mendefinisikan kualitas
yaitu keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang
berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau yang tersirat (Kotler, 2005 hal. 49). Kualitas berpusat pada
konsumen sehingga untuk mengetahui tingkat kualitas produk / jasa dapat
diketahui melalui konsumen. Selain itu menurut direktur G.E. John F.
Welch, Jr beliau mengemukakan bahwa kualitas merupakan jaminan terbaik
atas kesetiaan konsumen, pertahanan terkuat dalam menghadapi persaingan
asing dan satu – satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang
langgeng (Kotler, 2005 hal. 48).
Dalam hal ini konsumen yang menentukan dan menilai sampai seberapa
jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya. Selama sifat dan
karakteristik konsumen
b. Indikator Minat beli
Menurut Ferdinand (2002, hal. 129), minat beli dapat diidentifikasi
melalui indikator-indikator sebagai berikut :
a) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli
produk.
b) Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan
produk kepada orang lain.
c) Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku
seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut.
Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk
prefrensinya.
Page 9
9
d) Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang
selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan
mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihubungkan bahwa untuk
mengetahui tingkat Minat beli konsumen dapat diketahui melalui tanggapan
konsumen tentang kualitas produk smartfren melalui daya tahan produk yang
mengarah pada nilai yang diperoleh konsumen berupa tingkat Minat beli
konsumen terhadap produk di smartfren tersebut dimana, bila kinerja di bawah
harapan konsumen maka konsumen akan kecewa, dan bila kinerja sesuai
dengan harapan konsumen, maka konsumen akan puas, sedangkan kinerja
melebihi harapan konsumen, maka konsumen akan sangat puas.
2. Kualitas Produk
a. Pengertian Kualitas Produk
Kualitas produk merupakan fokus utama dalam perusahaan, kualitas
merupakan salah satu kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing
produk yang harus memberi kepuasan kepada konsumen yang melebihi atau
paling tidak sama dengan kualitas produk dari pesaing. Berikut ini definisi
kualitas produk dari para pakar utama.
Menurut Crosby (2009, hal.60), kualitas produk adalah produk yang sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas
apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.
Page 10
10
Menurut Juran (2003, hal. 30) kualitas produk adalah kecocokan
penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Menurut Deming (2002, hal.79), Kualitas produk adalah kesesuaian produk
dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar
memahami apa yang dibutuhkan konsumen. Perusahaan harus benar-benar
memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan
dihasilkan.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Produk
Dalam hal mutu suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan
kadang mengalami keragaman. Hal ini disebabkan mutu suatu produk itu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di mana faktor-faktor ini akan dapat
menentukan bahwa suatu produk dapat memenuhi standar yang telah
ditentukan atau tidak, faktor-faktor tersebut antara lain :
1) Manusia
Peranan manusia atau karyawan yang bertugas dalam perusahaan akan
sangat mempengaruhi secara langsung terhadap baik buruknya mutu
dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Maka aspek
manusia perlu mendapat perhatian yang cukup. Perhatian tersebut
dengan mengadakan latihan-latihan, pemberian motivasi, pemberian
Jamsostek, kesejahteraan, dan lain-lain.
2) Manajemen
Tanggung jawab atas mutu produksi dalam perusahaan dibebankan
kepada beberapa kelompok yang biasa disebut dengan Function Group.
Dalam hal ini pimpinan harus melakukan koordinasi yang baik antara
Page 11
11
function group dengan bagian-bagian lainnya dalam perusahaan
tersebut. Dengan adanya koordinasi tersebut maka dapat tercapai
suasana kerja yang baik dan harmonis, serta menghindarkan adanya
kekacauan dalam pekerjaan. Keadaan ini memungkinkan perusahaan
untuk mempertahankan mutu serta meningkatkan mutu dari produk
yang dihasilkan.
3) Uang
Perusahaan harus menyediakan uang yang cukup untuk
mempertahankan atau meningkatkan mutu produknya. Misalnya: untuk
perawatan dan perbaikan mesin atau peralatan produksi, perbaikan
produk yang rusak, dan lain-lain.
4) Bahan baku
Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan akan
mempengaruhi terhadap mutu produk yang dihasilkan suatu
perusahaan. Untuk itu pengendalian mutu bahan baku menjadi hal yang
sangat penting dalam hal bahan baku, perusahaan harus memperhatikan
beberapa hal antara lain: seleksi sumber dari bahan baku, pemeriksaan
dokumen pembelian, pemeriksaan penerimaan bahan baku, serta
penyimpanan.
5) Mesin dan peralatan
Mesin serta peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan
mempengaruhi terhadap mutu produk yang dihasilkan perusahan.
Peralatan yang kurang lengkap serta mesin yang sudah kuno dan tidak
ekonomis akan menyebabkan rendahnya mutu dan produk yang
Page 12
12
dihasilkan, serta tingkat efisiensi yang rendah. Akibatnya biaya
produksi menjadi tinggi, sedangkan produk yang dihasilkan
kemungkinan tidak akan laku dipasarkan. Hal ini akan mengakibatkan
perusahaan tidak dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis,
yang menggunakan mesin dan peralatan yang otomatis.
3. Harga
a. Pengertian Harga
Harga adalah jumlah uang yang dibebankan atas produk / jasa, atau jumlah
dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat–manfaat karena memiliki atau
menggunakan produk / jasa tersebut (Kotler & Amstrong. 2001, hal. 439).
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan
pendapatan bagi organisasi
Sedangkan menurut Basu swastha (2007, hal. 147) Harga adalah jumlah
uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang di butuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Biasanya
para pemasar menetapkan harga untuk kombinasi antara:
1) Barang/jasa spesifik yang menjadi obyek transaksi
2) Sejumlah layanan pelengkap
3) Manfaat pemuasan kebutuhan yang diberikan produk bersangkutan
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan atau dibayarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan manfaat dari produk yang dibeli tersebut.
Page 13
13
b. Konsep Harga
Harga adalah sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan atau aspek lain
(nonmoneter) yang mengandung utilitas/kegunaan tertentu yang diperlukan
untuk mendapatkan suatu jasa. Utilitas merupakan atribut atau faktor yang
berpotensi memuasakan kebutuhan dan keinginan tertentu. Terdapat 5 jenis
pokok utilitas (Basu swastha, 2007, hal. 147), yaitu:
1) Utilitas bentuk (Form Utility)
Berhubungan dengan proses produksi/konversi, yaitu perubahan fisik atau
kimiawi yang membuat suatu produk menjadi lebih bernilai.
Contoh: bahan bangunan yang diolah sedemikian rupa menjadi rumah oleh
arsitek , pengembang dan pihak terkait lainnya.
2) Utilitas Tempat (Place Utility)
Terbentuk jika produk tersedia di lokasi-lokasi tempat konsumen ingin
membelinya. Contoh: Sepatu Reebok akan memiliki utilitas tempat apabila
sudah dikirim dari pabrik ke gerai ritel seperti mal / toserba.
3) Utilitas Waktu (Time Utility)
Tercipta apabila suatu produk tersedia saat dibutuhkan oleh para
pelanggan potensial. Contoh kartu natal dan tahu baru bisa saja diproduksi
di bulan mei namun belum dipasarkan hingga akhir november atau awal
desember. Dengan menyimpan kartu natal dan tahun baru hingga saat
dibutuhkan, pemasar telah menciptakan utilitas waktu.
4) Utilitas Informasi (Information Utility)
Dengan jalan menginformasikan calon pembeli mengenai keberadaan atas
ketersediaan suatu produk. Bila kosumen belum mengetahui keberadaan
Page 14
14
suatu produk dan tempat penjualannya, maka produk bersangkutan blom
ada nilainya. Salah satu bentuk utilitas informasi adalah utilitas citra
(image utility) yakni berupa nilai emosional / psikologis yang
diasosiasikan dengan produk / merek tertentu . Utilitas citra bisa dijumpai
pada produk-produk prestisius seperti universitas terkemuka, jasa
penerbangan terkenal, butik dan galeri terkemuka.
5) Utilitas Kepemilikan (Ownership Utility)
Tercipta jika terjadi transfer kepemilikan atau hak milik atau suatu produk
dari produsen ke konsumen. Pendeknya berbagai benefit yang dimiliki
oleh suatu produk jasa harus dibandingkan dengan berbagai biaya
(pengorbanan) yang ditimbulkan dalam mengkonsumsi layanan jasa
tersebut. Dalam berbagai situasi, konsumen dihadapkan pada berbagai
pertimbangan mengenai apa yang akan mereka dapatkan dengan harga
sekian apabila mengkonsumsi layanan jasa tersebut.
Konsumen sangat tergantung pada harga sebagai indikator kualitas sebuah
produk terutama pada waktu mereka harus membuat keputusan beli sedangkan
informasi yang dimilki tidak lengkap. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa
persepsi konsumen terhadap kualitas produk berubah-ubah seiring perubahan
yang terjadi pada harga. Konsep yang lain menunjukkan apabila harga sebuah
barang yang dibeli konsumen dapat memberikan hasil yang memuaskan, maka
dapat dikatakan bahwa penjualan total perusahaan akan berada pada tingkat yang
memuaskan, diukur dalam nilai rupiah, sehingga dapat menciptakan langganan.
Dalam harga merupakan suatu cara bagi seorang penjual untuk
membedakan penawarannya dari para pesaing. Sehingga penetapan harga dapat
Page 15
15
dipertimbangkan sebagai bagian dari fungsi differensiasi barang dalam
pemasaran. (Basu Swastha, 2007, hal. 148).
c. Tujuan Penetapan Harga
Harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas bagi konsumen. Orang
sering memilih harga yang lebih tinggi diantara 2 barang karena mereka melihat
adanya perbedaan. Apabila harga lebih tinggi, orang cenderung beranggapan
bahwa kualitasnya juga lebih baik. Konsumen sering pula menggunakan harga
sebagai kriteria utama dalam menentukan nilainya. Barang dengan harga tinggi
biasanya di anggap superior dan barang yang mempunyai harga rendah dianggap
inferior (rendah tingkatannya) (Basu Swastha, 2005, hal. 149).
Penetapan harga jasa penting karena terkait dengan revenue, citra, kualitas,
distribusi dan lain-lain. Keputusan penetapan harga juga sedemikian penting
dalam menentukan seberapa jauh sebuah layanan jasa dinilai oleh konsumen, dan
juga dalam proses membangun citra. Penetapan harga juga memberikan persepsi
tertentu dalam hal kualitas (Lupiyoadi, 2001, hal.86).
Menurut Lovelock dan Patterson (2005, hal.193), tujuan umum penetapan
harga adalah untuk mendukung strategi bauran pemasaran secara keseluruhan.
Setiap keputusan mengenai strategi penetapan harga harus didasarkan pada
pemahaman secara mendalam atas tujuan sepesifik yang ingin perusahaan capai.
Ada tiga kategori tujuan spesifik penetapan harga jasa, yakni :
1. Tujuan berorientasi pendapatan
a. Mengejar profit :
1) Menghasilkan surplus sebesar mungkin
Page 16
16
2) Mencapai tingkat target spesifik, tetapi tidak berusaha memaksimalkan
laba
b. Menutup biaya :
1) Menutup biaya teralokasi secara penuh (termasuk biaya overhead
institusional)
2) Menutup biaya penyediaan satu kategori jasa atau produk tertentu (setelah
dikurangi biaya overhead institusional dan segala macam hibah spesifik).
3) Menutup biaya penjualan inkremental kepada satu pelanggan ekstra.
2. Tujuan berorientasi kapasitas
Yaitu dengan mengubah harga sepanjang waktu untuk memastikan bahwa
permintaan sesuai dengan penawaran yang tersedia pada setiap waktu tertentu
(sehingga bisa mengoptimalkan kapasitas produktif).
3. Tujuan berorientasi pelanggan
1) Memaksimumkan permintaan (apabila kapasitasnya tidak terbatas) dalam
rangka mencapai tingkat pendapatan minimum tertentu.
2) Menetapkan harga sesuai dengan perbedaan kemampuan membayar
berbagai segmen pasar yang menjadi target pemasaran organisasi.
3) Menawarkan metode pembayaran (termasuk fasilitas kredit) yang bisa
meningkatkan kemungkinan membeli.
Adapun tujuan-tujuan penetapan harga menurut Adrian Payne yang
dikutip dari buku Rambat Lupiyoadi (2001, hal.88), yaitu:
1) Survival, merupakan suatu usaha untuk tidak melaksanakan tindakan-
tindakan untuk meningkatkan profit ketika perusahaan sedang dalam
Page 17
17
kondisi pasar yang tidak menguntungkan. Usaha tersebut cenderung
dilakukan untuk bertahan.
2) Profit maximization, penentuan harga bertujuan untuk memaksimumkan
profit dalam periode tertentu.
3) Sales maximization, penentuan harga bertujuan untuk membangun pangsa
pasar (market share) dengan melakukan penjualan pada harga awal yang
merugikan.
4) Prestige, tujuan penentu harga adalah untuk mempromosikan jasa
perusahaan tersebut sebagai jasa yang eksklusif.
5) ROI, tujuan penentuan harga didasarkan atas pencapaian return on
investment yang diinginkan.
Tujuan penetapan harga bisa mendukung strategi pemasaran berorientasi
pada permintaan primer apabila perusahaan meyakini bahwa harga yang lebih
murah dapat meningkatkan jumlah pemakai, tingkat pemakaian atau minat beli
dalam bentuk atau kategori produk tertentu.
d. Faktor Pertimbangan dalam Penetapan Harga
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan harga di
bagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Fakor internal yang mempengaruhi keputusan penetapan harga, meliputi
(Kotler & Amstrong, 341) :
a. Sasaran pemasaran
b. Strategi bauran pemasaran
c. Biaya
d. Pertimbangan organisasi
Page 18
18
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan penetapan harga,
meliputi (Kotler & Amstrong, 341) :
a. Pasar dan permintaan
b. Biaya harga dan tawaran pesaing
c. Faktor-faktor eksternal yang lain
Sedangkan menurut Lupiyoadi (2006, hal. 50) penetapan harga perlu
dijabarkan ke dalam program penetapan harga jasa dengan mepertimbangkan
faktor-faktor berikut :
1. Elastisitas harga permintaan
Efektivitas program penetapan harga tergantung pada dampak
perubahan harga terhadap permintaan, karena itu perubahan unit
penjualan sebagai akibat perubahan harga perlu diketahui. Namun,
perubahan harga memiliki dampak ganda terhadap penerimaan
penjualan perusahaan, yakni perubahan unit penjualan dan perubahan
penerimaan per unit. Jadi, manajer jangan hanya berfokus pada
sensitivitas harga di pasar, namun juga mempertimbangkan dampak
perubahan harga terhadap pendapatan total.
2. Faktor persaingan
Reaksi pesaing terhadap perubahan harga merupakan salah satu faktor
penting yang perlu dipertimbangkan setiap perusahaan.
3. Faktor biaya
Struktur biaya perusahaan (biaya tetap dan biaya variabel) merupakan
faktor pokok yang menentukan batas bawah harga.
4. Faktor lini produk
Page 19
19
Perusahaan bisa menambah lini produknya dalam rangka memperluas
served market dengan cara perluasan lini dalam bentuk perluasan
vertikal (vertical extension) dan perluasan horizontal.
5. Faktor pertimbangan lain
Faktor-faktor lain yang juga harus dipertimbangkan dalam rangka
merancang program penetapan harga antara lain :
a) Lingkungan politik dan hukum, misalnya regulasi, perpajakan,
perlindungan konsumen.
b) Lingkungan internasional, di antaranya lingkungan politik,
ekonomi, sosial budaya, sumber daya alam dan teknologi dalam
konteks global.
Selain faktor-faktor tersebut juga perlu diperhatikan prosedur-prosedur
dalam penetapan harga, meliputi (Basu Swastha, 2007, hal.149) :
1) Mengestimasikan permintaan untuk barang tersebut
2) Mengetahui lebih dulu reaksi dalam persaingan
3) Menentukan market share yang dapat diharapkan
4) Memilih strategi harga untuk mencapai target pasar
5) Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan
Keputusan tentang harga (terutama dalam konteks pemasaran jasa) tidak
mudah di lakukan. Disatu sisi harga yang terlalu mahal bisa meningkatkan
laba jangka pendek, tetapi disisi lain sulit dijangkau konsumen dan sukar
bersaing dengan kompetitor. Sedangkan bila harga terlalu murah, pangsa pasar
bisa melonjak, namun margin kontribusi dan laba bersih yang diperoleh akan
Page 20
20
berkurang. Selain itu sebagian konsumen bisa saja mempersepsikan kualitasnya
jelek (Tjiptono, 2004, hal.178)
4. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang mengkaji tentang kepuasan. Penelitian
itu dilakukan oleh: Muhammad Akmal (2011) Dari hasil penelitian diperoleh
menemukan hasil bahwa peminat pembelian melalui website dalam hal ini
keberadaan portal berita tribun-timur.com memberikan pengaruh yang sangat
kuat terhadap minat beli konsumen.
Junidah Alfianasari (2010) Dari hasil analisis, diperoleh hasil bahwa
komunikasi pemasaran (perminat belian, promosi penjualan dan Bauran
pemasaran) memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap kepuasan kartu
perdana IM3 dengan demikian, hipotesis yang diajukan terbukti.
Mochammad Edris (2005) Berdasarkan hasil penelitian, pengulangan
pesan minat beli pasta gigi Pepsodent cukup berpengaruh dalam menarik
perhatian, menimbulkan rasa tertarik, keinginan dan mendorong konsumen untuk
melakukan tindakan pembelian. Minat beli pasta gigi Pepsodent berhasil melekat
dalam ingatan konsumen, sehingga memberikan tanggapan yang positif terhadap
produk tersebut. Tingkat perhatian, ketertarikan, keinginan dan tindakan untuk
melakukan pembelian berada dalam keadaan konstan/tetap, meskipun minat beli
tersebut sudah jarang ditayangkan/hampir tidak pernah ditayangkan.
Page 21
21
B. Kerangka konseptual
1. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli
Kualitas produk merupakan fokus utama dalam perusahaan, kualitas
merupakan salah satu kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing produk
yang harus memberi kepuasan kepada konsumen yang melebihi atau paling tidak
sama dengan kualitas produk dari pesaing. Berikut ini definisi kualitas produk dari
para pakar utama.
Menurut Crosby (2009, hal.40), kualitas produk adalah produk yang sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas
apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan dan semkain bagus
tingkat kualitas produk akan mempengaruhi minat beli suatu konsumen.
Muhammad Akmal (2011) Dari hasil penelitian diperoleh menemukan hasil
bahwa peminat pembelian melalui website dalam hal ini keberadaan portal berita
tribun-timur.com memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap minat beli
konsumen.
2. Pengaruh Harga Terhadap Minat Beli
Harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas bagi konsumen. Orang
sering memilih harga yang lebih tinggi diantara 2 barang karena mereka melihat
adanya perbedaan. Apabila harga lebih tinggi, orang cenderung beranggapan
bahwa kualitasnya juga lebih baik. Konsumen sering pula menggunakan harga
sebagai kriteria utama dalam menentukan nilainya. Barang dengan harga tinggi
biasanya di anggap superior dan barang yang mempunyai harga rendah dianggap
inferior (rendah tingkatannya).
Penetapan harga produk sangat penting karena terkait dengan revenue,
citra, kualitas, distribusi dan lain-lain. Keputusan penetapan harga juga
Page 22
22
sedemikian penting dalam menentukan seberapa jauh sebuah layanan jasa dinilai
oleh konsumen, dan juga dalam proses membangun citra. Penetapan harga juga
memberikan pengaruh terhadap minat beli (Lupiyoadi, 2001, hal.86).
Mochammad Edris (2005) Berdasarkan hasil penelitian, harga akan
mempengaruhi pengulangan pesan minat beli pasta gigi Pepsodent cukup
berpengaruh dalam menarik perhatian, menimbulkan rasa tertarik, keinginan dan
mendorong konsumen untuk melakukan tindakan pembelian.
3. Pengaruh Kualitas Dan Harga Terhadap Minat Beli
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihubungkan bahwa untuk mengetahui
tingkat Minat beli / konsumen dapat diketahui melalui tanggapan konsumen /
konsumen tentang kualitas produk smartfren melalui daya tahan produk yang
mengarah pada nilai yang diperoleh konsumen berupa tingkat Minat beli /
konsumen terhadap produk di smartfren tersebut dimana, bila kinerja di bawah
harapan konsumen maka konsumen akan kecewa, dan bila kinerja sesuai dengan
harapan konsumen, maka konsumen akan puas, sedangkan kinerja melebihi
harapan konsumen, maka konsumen akan sangat puas.
Hasil dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suwandi (2003) dengan
hasil penelitian bahwa Bauran pemasaran dan Minat beli memiliki pengaruh
secara simultan terhadap kepuasan konsumen, dan hasil uji secara parsial Bauran
pemasaran memiliki pengaruh terhadap kepuasan konsumen, dan Minat beli
memiliki pengaruh secara persial terhadap kepuasan konsumen pada PT. PLN
Persero.
Page 23
Harga(X2)
Minat Beli (Y)
Kualitas (X1)
23
Gambar II-1: Paradigma Penelitian
C. Hipotesis
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh kualitas terhadap minat beli pada Smartfren.
2. Ada pengaruh harga terhadap minat beli pada Smartfren.
3. Ada pengaruh kualitas dan harga terhadap minat beli pada Smartfren.
Page 24
24
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAAN
A. Pendekatan Penelitian
Di dalam penelitian ini di gunakan penedekatan penelitian asosiatif dan
pendekatan penelitian kuantitatif, (Sugiyono, 2005, hal. 11) menyatakan bahwa
“Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variable atau lebih”. Dengan penelitan ini maka dapat di
bangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan,
mengontrol suatu gejala. Sedangkan Kun dan Juju (2006, hal. 105) menyatakan
bahwa “Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada jumlah
data yang di kumpulkan”
B. Definisi opersional
1. Minat beli (Y)
Minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen
untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan
pada periode tertentu. Menurut Ferdinand (2002, hal. 129), minat beli dapat
diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut
a) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli
produk.
b) Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan
produk kepada orang lain.
c) Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku
seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut.
24
Page 25
25
Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk
prefrensinya.
d) Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang
selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan
mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk
tersebut.
2. Kualitas (X1)
Kualitas produk dalam penelitian ini merupakan penilaian konsumen
terhadap kualitas Smartfren untuk dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan
konsumen.Menurut Kotler dan Armstrong (2004, hal. 286) dimensi kualitas
produk adalah:
1) Kinerja adalah dimensi paling dasar dan berhubungan dengan fungsi
utama suatu produk. Konsumen akan kecewa jika harapan meeka atas
dimensi ini tidak terpenuhi.
2) Reliabilitas, hal yang berkaitan dengan profitabilitas atau kemungkinan
suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam
periode waktu tertentu.
3) Fitur (karakteristik produk) dapat dikatakan sebagai aspek sekunder
karena perkembangan feature ini hampir tidak terbatas sejalan dengan
perkembangan teknologi maka feature menjadi target para produsen
untuk berinovasi dalam rangka memuaskan pelanggan.
4) Keawetan adalah dimensi kualitas produk keempat yang menunjukkan
suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara teknis maupun
Page 26
26
waktu. Produk disebut awet jika bertahan setelah berulang kali digunakan
atau sudah lama sekali digunakan.
3. Harga
jumlah uang yang dibebankan atas produk / jasa, atau jumlah dari nilai yang
ditukar konsumen atas manfaat–manfaat karena memiliki atau menggunakan
produk / jasa tersebut. Menurut Tjiptono (2008, hal 152) untuk mengukur harga
adalah sebagai berikut :
1) Terjangkau
Terjangkau adalah harga suatu produk yang bisa di nikmati semua
kalangan konsumen.
2) Kesesuaian antara harga dengan kualitas
Kesesuaian antar harga dengan kualitas adalah penilaian consumen
terhadap suatu barang yang ingin di consumsi.
3) Persaingan harga
Persaingan harga adalah penentuan produk mana yang akan di beli
consumen.
4) Jumlah
Jumlah adalah berapa banyak produk yang diinginkan konsumen
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Peneliti melakukan penelitian tentang kualitas dan harga terhadap minat
beli Smartfren pada mahasiswa UMSU fakultas ekonomi
Page 27
27
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan pada bulan Desember 2013 sampai
bulan April 2014.
Tabel III – 41 : Pelaksanaan Penelitian
KEGIATAN
PENELITIAN
WAKTU PENELITIAN
Desember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judul
Pra riset
Pembuatan proposal
Seminar Proposal
Pengumpulan Data
Penyusunan Skripsi
Bimbingan Skripsi
Sidang Meja Hijau
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut sugiyono (2005, hal. 72) “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karekteristik
tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik
kesimpulannya
2. Sampel
Menurut Sugiono (2005, hal. 116): “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Cara pengambilan sampel
Page 28
28
dengan menggunakan metode nonprobability sampling dengan penelitian
sampling kuota, menurt Sugiyono (2005, hal. 77) “Sampling kuota adalah
teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan”. Dalam penelitian ini penulis
menentukan sampel di tetapkan besarnya yaitu 100 responden. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik sampling aksidental atau sampel kebetulan
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila di pandang orang yang di temui itu cocok sebagai sumber
data.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam instrument ini menggunakan angket
(Questioner), adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis dalam bentuk angket
kepada responden untuk dijawabnya yang ditujukan kepada para mahasiswa
UMSU fakultas ekonomi dengan menggunakan skala likert dalam bentuk
checklist, dimana setiap pertanyaan mempunyai 5 opsi sebagaimana terlihat pada
table berikut ini :
Tabel III – 5 : Skala Pengukuran Likert
PERTANYAAN BOBOTSangat setuju/SS 5Setuju/ST 4Kuang Setuju/KS 3Tidak Setuju/TS 2Sangat tidak setuju /STS 1
Sumber: Sugiyono (2006, hal. 107-108)
Page 29
29
Selanjutnya angket yang sudah diterima diuji dengan menggunakan
validitas dan reliabilitas pertanyaan, yaitu :
a. Validitas Instrumen
1) Tujuan Melakukan Pengujian Validitas
Pengujian Validitas dilakukan untuk mengetahui valid atau
tidaknya instrumen penelitian yang telah dibuat. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk menngukur apa yang
seharusnya diukur.
2) Rumus Statistik untuk Pengujian Validitas
(Sugiyono, 2006, hal 212)
Dimana :
n = banyak nya pasangan pengamatan
x = Skor-skor item instrument variabel-variabel bebas.
y = Skor-skor item instrument variabel-veriabel terikat.
Untuk pengujian validitas peneliti menggunakan SPSS 16 dengan
rumus Correlate, Bivariate Correlations, dengan memasukkan
butir skor pernyataan dan totalnya pada setiap variabel.
3) Kriteria Pengujian Validitas Instrumen
Kriteria pengujian validitas dilihat dari hasil yang di dapat dari
pengujian validitas dengan membandingkan niali r hitung dengan r
tabel. Dimana, rhitung ≥ rtabel (0.05) = valid dan nilai sig (2tailed < 0,05
= valid)
r xy=n∑ xiyi−(∑ xi ) (∑ yi )
√ {n∑ xi2−(∑ xi )2} {n∑ yi2−(∑ yi )2}
Page 30
30
b. Reliabilitas Instrumen
1) Tujuan Melakukan Pengujian Reliabilitas
Pengujian Reliabillitas dilakukan untuk mengetahui reliabel atau
tidaknya instrumen penelitian yang telah dibuat. Reliabel berarti
instrumen dapat digunakan untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama.
2) Rumus Statistik untuk Pengujian Reliabilitas
(Husein Umar,, 2004, hal.95)
Dimana :
ri = Reliabilitas internal seluruh instrument
rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan
ke dua.
Untuk pengujian validitas peneliti menggunakan SPSS 16 dengan
rumus scale, realibility analisys dengan memasukkan butir skor
pernyataan dan totalnya pada setiap variabel.
3) Kriteria Pengujian Reliabilitas Instrumen
Kriteria pengujian reliabilitas menurut Ghozali (2005, hal.42)
adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai koefisien reliabilitas > 0,60 maka instrumen memiliki
reliabilitas yang baik.
r11=[ k(k−1) ][∑ σ
b2
σ12 ]
Page 31
31
2) Jika nilai koefisien reliabilitas < 0,60 maka instrumen memiliki
reliabilitas yang kurang baik.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kuantitatif, yakni menguji dan menganalisis data dengan perhitungan angka-angka
dan kemudian menarik kesimpulan dari pengujian tersebut dengan alat uji korelasi
product moment dan korelasi berganda tetapi dalam praktiknya pengolahan data
penelitian ini tidak diolah secara manual,namun menggunakan software statistik
SPSS.
1. Analisis regresi linier berganda
Y = Minat beli
a = konstanta persamaan regresi
b1,b2, = koefisien regresi
x1 = Kualitas
x2 = Harga
e = Eror
(Sugiyono, 2006, hal 212)
2. Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi yang digunakan dalam menguji hipotesis haruslah
menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik. Asumsi klasik
regresi meliputi (Imam Ghozali dalam Sugiyono, 2005, hal.70)
Y= a + b1x1 + b2x2 +e
Page 32
32
a) Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas antara lain:
Analisis grafik dan analisis statistik. Uji normalitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya: Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal (menyerupai lonceng), regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data
menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b) Uji Gejala Multikolinearitas
Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan
persamaan regresi berganda adalah multikolinearitas, yaitu suatu keadaan yang
variabel bebasnya berkorelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu variabel
bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya. Adanya
Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation
factor (VIF). Sujianto (2009, hal. 65) menyatakan jika nilai Variance Inflation
Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolinearitas.
Page 33
33
c) Uji Gejala Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Metode
yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode
grafik, park glejser, rank spearman dan barlett.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala
heteroskedasitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat
(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang terletak di
Studentized ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka
mengidentifikasikan telah terjadi heterokedasitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen yang terdiri atas kualitas produk dan harga terhadap minat beli.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji ini adalah sebagai
berikut
Page 34
34
1). Merumuskan hipotesis
H0 : tidak ada pengaruh kualitas produk dan harga terhadap minat beli.
H1 : ada pengaruh kualitas produk dan harga terhadap minat beli.
Jika tsig > α 0,05 berarti Ho diterima dan H1 Ditolak
Jika tsig ≤ α 0,05 berarti Ho ditolak. Dan H1 Diterima
b. Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-
sama terhadap variabel tidak bebas. Tahapan uji F sebagai berikut:
1). Merumuskan hipotesis
H0 : tidak ada pengaruh kualitas produk dan harga terhadap minat beli.
H1 : ada pengaruh kualitas produk dan harga terhadap minat beli
2). Membandingkan hasil Fsig dengan nilai probababilitas α 0,05 dengan kriteria
sebagai berikut:
Jika Fsig > α 0,05 berarti Ho diterima dan H1 Ditolak
Jika Fsig ≤ α 0,05 berarti Ho ditolak. Dan H1 Diterima
1. Uji Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar persentase hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat, digunakan rumus uji Determinasi
Dimana:
D = koefisien determinasi
R2 = hasil kuadrat korelasi berganda
D = R2 x 100 %.
Page 35
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Angket
Pada penelitian ini penulis menyebarkan angket kepada seluruh responden
yang berjumlah 100 orang dengan menggunakan teknik independent sampling.
Dimana responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang membeli produk
kartu perdana smartfren. Pada penelitian ini pula penulis menggunakan angket
sebagai alat untuk menganalisa data agar dapat menghasilkan penelitian yang
berguna. Untuk mendapatkan itu semua, penulis menggunakan skala likert
sebagai acuan untuk pilihan jawaban yang akan diisi oleh para responden.
Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala likert, responden
menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan
memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Skala likert ini memiliki penilaian
untuk masing-masing pilihan jawaban. Berikut ini adalah tabel skala likert yang
penulis gunakan pada penelitian ini :
Tabel IV-1
Skala Likert
Pernyataan BobotSangat Setuju 5Setuju 4Kurang Setuju 3Tidak Setuju 2Sangat Tidak Setuju 1
35
Page 36
36
a. Karakteristik Responden
Dalam menyebarkan angket yang penulis lakukan terhadap 100 responden,
tentu memiliki perbedaan karateristik baik itu secara jenis kelamin, usia, ataupun
pekerjaannya. Oleh karena itu perlu adanya pengelompokan untuk masing-masing
identitas pribadi para responden.
Data kuesioner yang disebarkan diperoleh beberapa karakteristik
responden, yakni jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan. Tabel-tabel
dibawah ini akan menjelaskan karakteristik responden penelitian.
Tabel IV-2Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
NO Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1
2
Wanita
Laki-Laki
48 orang
52 orang
48%
52%
Jumlah 100 orang 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa responden penelitian ini terdiri wanita
48 orang (48%) dan laki-laki 52 orang (52%). Persentase pelanggan antara
pelanggan laki-laki dan pelanggan perempuan memiliki jumlah yang hampir sama
banyaknya. Hal ini berarti karakteristik berdasarkan jenis kelamin pelanggan di
Smartfren tidak didominasi jenis kelamin, tetapi setiap laki-laki maupun
perempuan memiliki keputusan yang sama untuk membeli produk Smartfren
Page 37
37
Tabel IV-3Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persentase (%)
1
2
17-20 tahun
20 -25 tahun
60 orang
40 orang
60%
40%
Jumlah 100 orang 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa pelanggan Smartfren terdiri dari
berbagai karakteristik usia yang berbeda-beda dari yang muda sampai yang tua.
Hal ini berarti keputusan pembelian tidak didominasi satu karakteristik usia tetapi
dari yang muda sampai yang tua mempunyai keputusan yang sama untuk membeli
pada Smartfren Medan.
b. Data Variabel Penelitian
Variabel – variabel dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel. Yaitu minat
beli ( Y ), Produk (X1), harga (X2),. Deskrispi dari setiap pernyataan akan
menampilkan opsi jawaban setiap responden terhadap setiap item pernyataan yang
diberikan penulis kepada responden.
Tabel IV.4 Hasil Angket Minat BeliNo
pernya
Taan
SangatSetuju
Setuju KurangSetuju
TidakSetuju
Sangat Tidak Setuju Jumlah
F % F % F % F % F % F %1 40 40 60 60 0 0 0 0 0 0 100 100
2 36 36 63 63 1 1 0 0 0 0 100 100
3 23 23 64 64 11 11 2 2 0 0 100 100
4 55 55 41 41 4 4 0 0 0 0 100 100
5 36 36 53 53 10 10 1 1 0 0 100 100
Sumber: Hasil Penelitian Angket Tahun 2014
Page 38
38
Berdasarkan table IV.5 diatas dapat disimpulkan bahwa responden lebih
banyak menjawab setuju dibandingkan dengan yang lain. Hal ini menunjukkan
bahwa Kartu perdana smartfren dapat memberikan minat beli yang sesuai dengan
yang diharapkan pelanggan, sehingga pelanggan memiliki minat beli terhadap
produk yang ditawarkan Smartfren Medan. dan ada juga yang menjawab kurang
setuju, tidak setuju, hal ini mungkin yang jadi permasalahan.
Tabel IV.5 Hasil Angket Kualitas Produk ( X1 )
No pernya
Taan
SangatSetuju
Setuju KurangSetuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju Jumlah
F % F % F % F % F % F %1 34 34 46 46 18 18 2 2 0 0 100 100
2 25 25 59 59 13 13 3 3 0 0 100 100
3 21 21 61 61 15 15 3 3 0 0 100 100
4 24 24 53 53 20 20 3 3 0 0 100 100
Sumber: Hasil Penelitian Angket Tahun 2014
Berdasarkan table IV.6 diatas dapat disimpulkan bahwa responden lebih
banyak menjawab setuju dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa Smartfren Medan dalam menerapkan kualitas produk sesuai dengan yang
diharapkan pelanggan. Namun ada juga yang menjawab kurang setuju, tidak
setuju dan sangat tidak setuju dan hal ini mungkin yang menjadi salah satu
permasalahan.
Page 39
39
Tabel IV.6 Hasil Angket Harga ( X2 )
No pernya
Taan
SangatSetuju
Setuju KurangSetuju
TidakSetuju
Sangat Tidak Setuju Jumlah
F % F % F % F % F % F %1 33 33 57 57 8 8 2 2 0 0 100 100
2 31 31 32 32 33 33 4 4 0 0 100 100
3 20 20 55 55 21 21 4 4 0 0 100 100
4 34 34 42 42 18 18 4 4 2 2 100 100
Sumber: Hasil Penelitian Angket Tahun 2014
Berdasarkan table IV.8 diatas dapat disimpulkan bahwa responden lebih
banyak menjawab setuju dibandingkan dengan jawaban yang lainnya. Hal ini
menujukkan bahwa Smartfren memiliki harga berupa yang baik dimata
pelanggan. Namun ada juga pelanggan yang menjawab kurang setuju, tidak setuju
dan sangat tidak setuju .Hal ini mungkin yang jadi permasalah.
2. Uji Validitas dan Reabilitas Data
a. Uji Validitas
Tabel IV.7Uji Validitas Variabel Minat Beli
Pernyataan Nilai Korelasi Probabilitas Keterangan
Pernyataan 1 0,825 (positif) 0,000<0,05 Valid
Pernyataan 2 0,530 (positif) 0,000<0,05 Valid
Pernyataan 3 0,797 (positif) 0,000<0,05 Valid
Pernyataan 4 0,826 (positif) 0,000<0,05 Valid
Pernyataan 5 0,696 (positif) 0,000<0,05 Valid
Page 40
40
Sumber : Data Diolah SPSS 2014
Dari 5 pernyataan mengenai minat beli berupa ketanggapan yang diajukan
penulis kepada responden, 5 pernyataan dinyatakan valid.
Tabel IV.8
Tabel Uji Validitas Kualitas Produk
Pernyataan Nilai Korelasi Probabilitas Keterangan
Pernyataan 1 0,741 (positif) 0,000<0,05 Valid
Pernyataan 2 0,755 (positif) 0,000<0,05 Valid
Pernyataan 3 0,441 (positif) 0,000<0,05 Valid
Pernyataan 4 0,905 (positif) 0,000<0,05 Valid
Sumber : Data Diolah SPSS 2014
Dari 4 pernyataan mengenai kualitas produk berupa ketanggapan yang
diajukan penulis kepada responden, 4 pernyataan dinyatakan valid
Tabel IV.9
Tabel Uji Validitas Harga
Pernyataan Nilai Korelasi Probabilitas Keterangan
Pernyataan 1 0,721 (positif) 0,000<0,05 Valid
Pernyataan 2 0,753 (positif) 0,000<0,05 Valid
Pernyataan 3 0,721 (positif) 0,000<0,05 Valid
Pernyataan 4 0,794 (positif) 0,000<0,05 Valid
Sumber : Data Diolah SPSS 2014
Dari 4 pernyataan mengenai harga berupa ketanggapan yang diajukan
penulis kepada responden, 4 pernyataan dinyatakan valid.
Page 41
41
b. Uji Reabilitas
Tabel IV.10Uji Reliabilitas Minat Beli
Cronbach's AlphaN of Items
,776 5
Dari hasil pengujian reablitiy dengan menggunakan SPSS dapat dilihat
bahwa nilai dari cronbach alpha 0.776 > 0.6 maka reability data tersebut cukup
baik.
Tabel IV.11Reliability Kualitas Produk
Cronbach's AlphaN of Items
,862 4
Nilai koefisien reliability ( Cronbach Alpa ) diatas adalah 0,862 > 0,6
maka kesimpulan instrumen yang diuji tersebut adalah reliable (terpercaya ).
Tabel IV.12Reliability Harga
Cronbach's Alpha
N of Items
,848 4
Nilai koefisien reliability ( Cronbach Alpa ) diatas adalah 0,848 > 0,6
maka kesimpulan instrumen yang diuji tersebut adalah reliable
(terpercaya ).
Page 42
42
3. Menguji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji normalitas tentu saja untuk mengetahui apakah
suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi
data yang normal. Normal atau tidaknya data berdasarkan patokan distribusi
normal data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Jadi uji normalitas pada
dasarnya melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan
berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan
data.
Untuk mengetahui apakah data penelitian ini memiliki normal atau tidak
bisa melihat dari uji kolmogorov smirnov melalui SPSS apakah membentuk data
yang normal atau tidak.
Tabel IV.13Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X1 X2 YN 100 100 100
Normal Parameters(a,b) Mean 19,9500 16,0400 21,5800 Std. Deviation 2,38842 1,81976 2,09945Most Extreme Differences
Absolute,140 ,221 ,179
Positive ,095 ,109 ,179 Negative -,140 -,221 -,128Kolmogorov-Smirnov Z 1,399 2,212 1,788Asymp. Sig. (2-tailed) ,140 ,163 ,113
a Test distribution is Normal.b Calculated from data.
Hasil Pengolahan data tersebut, dapat diperoleh bahwa data dalam
penelitian berdistribusi normal. Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal
apabila memiliki nilai uji kolmogorov Asym.Sig lebih besar dari 0.05.
Page 43
43
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2006: 91),” uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
( independen)”. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
antar variabel independen, karena korelasi yang tinggi antara variabel-variabel
bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di
antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap
variabel terikatnya menjadi terganggu Pengujian multikolinearitas dilakukan
dengan melihat VIF antar variabel independen. Jika VIF menunjukkan angka
lebih kecil dari 10 menandakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. Disamping
itu, suatu model dikatakan terdapat gejala multikolinearitas jika nilai VIF diantara
variabel independen lebih besar dari 10.
Tabel IV.14Uji Multikolinearitas
Coefficients(a)
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
,756 1,323
,691 1,448
,782 1,278a Dependent Variable: Y
Dari data diatas setalah diolah menggunakan SPSS dapat diliha bahwa
nilai tolerance setiap variabel lebih kecil nilai VIF < 10 hal ini membuktikan
bahwa nilai VIF setiap variabelnya bebas dari gejala multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Page 44
44
Menurut Ghozali (2006:105) “uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain, karena karena untuk melihat apakah
terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat
kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap
atau disebut homoskedastisitas. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk menguji ada tidaknya situasi
heteroskedastisitas dalam varian error terms untuk model regresi. Dalam
penelitian ini akan digunakan metode chart (Diagram Scatterplot), dengan dasar
pemikiran bahwa :
1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin), yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar keatas dan dibawah 0
pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Page 45
45
3. Uji Hipotesis
a. Regresi Linier Berganda
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.
Dalam penelitian ini terdapat enam variabel independen, yaitu Relation
Marketing, Bukti Fisik, Keandalan, Ketanggapan, Jaminan, Empati, serta satu
variabel dependen yaitu Loyalitas Pelanggan. Adapun rumus dari regresi linier
berganda adalah sebagai berikut :
Y= a + b1x1 + b2x2 +e
Tabel IV.15Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta1 (Constant) 12,156 2,616 4,648 ,000 X1 ,099 ,193 ,074 ,515 ,608 X2 ,450 ,216 ,300 2,081 ,040
Sumber : Data diolah SPSS 2014
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan menggunakan SPSS 15.0 diatas
akan didapat persamaan regresi berganda model regresi sebagai berikut :
Y= 12,156 + 0.009X1 + 0.450X2
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dianalisis pengaruh citra dan iklan
terhadap keputusan pembelian yaitu :
Jadi persamaan bermakna jika adalah
1. 12,156 menunjukkan bahwa apabila variabel kualitas produk dan harga
Page 46
46
adalah nol (0) maka nilai minat beli sebesar 12,156.
2. 0.099 menunjukkan bahwa apabila variabel kualtias produk ditingkatkan
100% maka nilai minat beli akan berkurang bertambah 9.9%
3. 0.450 menunjukkan bahwa apabila variabel harga ditingkatkan 100%
maka nilai minat beli akan bertambah sebesar 45.0%.
b. Uji t
Model Unstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta1 (Constant) 12,156 2,616 4,648 ,000 X1 ,099 ,193 ,074 ,515 ,608 X2 ,450 ,216 ,300 2,081 ,040
Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi kualitas produk
berdasarkan uji t diperoleh sebesar 0.608 (Sig 0.608 > α0.05). dengan demikian Ho
diterima. kesimpulannya : tidak ada pengaruh signifikan kualitas produk terhadap
minat beli.
Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi harga berdasarkan uji t
diperoleh sebesar 0.040 (Sig 0.040 < α0.05). dengan demikian Ho ditolak.
kesimpulannya : ada pengaruh signifikan harga terhadap minat beli.
c. Uji F
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 92,026 2 46,013 7,189 ,001(a)
Residual 620,884 97 6,401Total 712,910 99
a Predictors: (Constant), X2, X1b Dependent Variable: y
Page 47
47
Berdasarkan hasil uji F diatas diperoleh nilai signifikan 0.001 (Sig. 0.001 >
α0.05), dengan demikian H0 ditolak . kesimpulannya : ada pengaruh signifikan
pengaruh kualitas produk dan harga terhadap minat beli
d. Uji Determinasi
Model R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,359(a) ,129 ,111 2,52999
a Predictors: (Constant), X2, X1b Dependent Variable: y
Dari hasil uji R Square dapat dilihat bahwa 0.129 dan hal ini menyatakan
bahwa variable pengaruh kualitas produk dan harga sebesar 12,9% untuk
mempengaruhi variabel minat beli sisanya dipengaruhi oleh factor lain atau
variable lain. Alasan menggunakan R Square karena peneliti memilih sampel
dengan non-random (misalnya sampling purposif, accidental) maka individu yang
kita teliti namanya subjek atau partisipan, bukan sampel. Pada kasus ini kita
cukup menggunakan R2 saja karena tidak bertujuan untuk menggeneralisasikan ke
populasi yang lebih luas.
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi kualitas produk
berdasarkan uji t diperoleh sebesar 0.608 (Sig 0.608 > α0.05). dengan demikian Ho
diterima. kesimpulannya : tidak ada pengaruh signifikan kualitas produk terhadap
minat beli.
Page 48
48
Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi harga berdasarkan uji t
diperoleh sebesar 0.040 (Sig 0.040 < α0.05). dengan demikian Ho ditolak.
kesimpulannya : ada pengaruh signifikan harga terhadap minat beli.
Berdasarkan hasil uji F diatas diperoleh nilai signifikan 0.001 (Sig. 0.001 >
α0.05), dengan demikian H0 ditolak . kesimpulannya : ada pengaruh signifikan
pengaruh kualitas produk dan harga terhadap minat beli.
Dari hasil uji R Square dapat dilihat bahwa 0.129 dan hal ini menyatakan
bahwa variable pengaruh kualitas produk dan harga sebesar 12,9% untuk
mempengaruhi variabel minat beli sisanya dipengaruhi oleh factor lain atau
variable lain. Alasan menggunakan R Square karena peneliti memilih sampel
dengan non-random (misalnya sampling purposif, accidental) maka individu yang
kita teliti namanya subjek atau partisipan, bukan sampel. Pada kasus ini kita
cukup menggunakan R2 saja karena tidak bertujuan untuk menggeneralisasikan ke
populasi yang lebih luas
Page 49
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi kualitas produk
berdasarkan uji t diperoleh sebesar 0.608 (Sig 0.608 > α0.05). dengan
demikian Ho diterima. kesimpulannya : tidak ada pengaruh signifikan
kualitas produk terhadap minat beli.
2. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi harga berdasarkan uji t
diperoleh sebesar 0.040 (Sig 0.040 < α0.05). dengan demikian Ho ditolak.
kesimpulannya : ada pengaruh signifikan harga terhadap minat beli.
3. Berdasarkan hasil uji F diatas diperoleh nilai signifikan 0.001 (Sig. 0.001
> α0.05), dengan demikian H0 ditolak . kesimpulannya : ada pengaruh
signifikan pengaruh kualitas produk dan harga terhadap minat beli.
4. Dari hasil uji R Square dapat dilihat bahwa 0.129 dan hal ini menyatakan
bahwa variable pengaruh kualitas produk dan harga sebesar 12,9% untuk
mempengaruhi variabel minat beli sisanya dipengaruhi oleh factor lain
atau variable lain.
B. Saran
Page 50
50
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran-saran yang dapat diberikan
pada penelitian selanjutnya antara lain
1. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan periode penelitian
yang lebih panjang sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang
lebih akurat dan dapat digeneralisasi
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel independen
yang turut mempengaruhi minat beli.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan sampel yang lebih
banyak dengan karakteristik yang lebih beragam dari berbagai sektor
sehingga hasilnya lebih baik lagi.
49
Page 51
51
DAFTAR PUSTAKA
Bahrul Kirom. 2012. Mengukur Kinerja Pelayanan dan Kepuasan Konsumen, Bandung: Pustaka Reka Cipta
Costabille, 2000, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan Indonesia, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo
Fandy Tjiptono, 2006, Manajemen Pelayanan Jasa, Penerbit Andi, Yogyakarta
Hendra Teguh, Ronny A. Rusli, dan Benjamin Molan,1997. Marketing Management.10th ed.(2000). PT Penhallindo,Jakarta
Kartajaya, Hermawan, 2007, Marketing Plus Siasat Memenangkan Persaingan Global, Jakarta, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Kotler, Philip & Garry Amstrong, 2008 “Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid 2, Jakarta: Erlangga
Kotler, Philip & Kevin Lance, 2008 “Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid 2, Jakarta: Erlangga
Ratih Hurriyati, 2005, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan : Untuk Menaikkan Pangsa Pasar, Jakarta, Penerbit PT. Rineka Cipta
Rusdarti, 2004,”Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Nilai Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah Pada Bank BPD Jawa Tengah Cabang Semarang”, Jurnal Bisnis Strategi,Vol. 13, Juli,pp 54-65
Simamora, Bilson. 2003. Panduan Riset Perilaku Konsumen, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Smith & Lauren. K. Wright, 2004, Manajemen Pemasaran di indonesia Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Salemba Empat
Sugiyono. 2006. “Metode Penelitian Bisnis”, Alfa beta, Bandung Supranto J. 2005.”Statistik”, Erlangga. Jakarta
Sunarto. 2006. Manajemen Pemasaran 2. Adityamedia, Yogyakarta.
Thamrin Abdullah. 2012. Manajemen Pemasaran.Jakarta : Raja Grafindo Persada
Page 52
52
Zulkarnain. 2012. Ilmu Menjual, Pendekatan Teoritis, dan Kecakapan Menjual,Yogyakarta: Graha ilmu.