PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS MICROWAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN Oleh: LAELATUL AZIZAH J 100 050 034 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI
OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS
MICROWAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN
DI RSUD SRAGEN
Oleh:
LAELATUL AZIZAH
J 100 050 034
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan
Memenuhi Syarat-syarat Untuk Menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa
Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta dan diterima untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan
untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi, pada:
Hari :
Tanggal :
Tim penguji Karya Tulis Ilmiah
Nama Terang Tanda Tangan
Penguji I : Ichwan Murtopo, SKM., M.Kes. ( )
Penguji II : Umi Budi Rahayu ( )
Penguji III : Yoni Rustiana, S.ST., FT. ( )
Disahkan oleh,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Arif Widodo, A.Kep., M.Kes.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui pembimbing untuk dipertahankan di depan Tim Penguji
Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Program Studi Fisioterapi Program Diploma III
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pembimbing
Ichwan Murtopo, SKM, M.Kes.
iv
MOTTO
“Terbangkan suksesmu dengan melejitkan hati.
Jangan pernah di nanti-nanti”
“Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang”
(QS. Yusuf, 12: 64)
“Kuatkanlah harapanmu dalam meraih apa-apa yang bermanfaat bagimu”
(HR. Muslim)
“Tidak ada seorangpun dapat kembali ke masa lalu untuk membuat suatu awal yang baru. Namun, setiap orang dapat memulai saat ini untuk
membuat suatu akhir yang baru”.
“Jarak paling dekat antara problem dan solusi adalah sejauh jarak antara lutut dengan lantai untuk bersujud”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan untuk
1. Ayah dan Ibu tercinta
2. Kakak dan Adikku tersayang
3. Keluarga besarku
4. Rekan-rekan Fisioterapi Angkatan ‘05
5. Agama, Nusa dan Bangsa
6. Alamamaterku
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Ridha-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Penatalaksanaan Micro
Wave Diathermy dan Terapi Latihan pada Kondisi Osteoarthritis Genu Bilateral
Di RSUD Sragen” guna memenuhi tugas dan syarat dalam menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi di Akademi Fisioterapi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak lepas dari bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiadi, MM, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
2. Bapak Arif Widodo, A.Kep., M.Kes., selaku ketua Studi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Ibu Umi Budi Rahayu, S.ST., FT, S.Pd., selaku Ketua Program Studi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tabel 4.4. Hasil penelitian nyeri dengan VDS .............................................. 83
Tabel 4.5. Hasil penelitian lingkup gerak sendi dengan goniometer ............. 85
Tabel 4.6. Hasil penelitian otot dengan MMT .............................................. 86
Tabel 4.7. Evaluasi kekuatan otot flexor dan extensor sendi lutut ................ 86
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Penurunan rasa nyeri pada lutut kanan ....................................... 79
Grafik 4.2. Penurunan rasa nyeri pada lutut kiri ........................................... 79
Grafik 4.3. Peningkatan kekuatan otot flexor pada lutut kanan .................... 80
Grafik 4.4. Peningkatan kekuatan otot flexor pada lutut kiri ........................ 80
Grafik 4.5. Peningkatan kekuatan otot ekstensor pada lutut kanan dan kiri .. 81
Grafik 4.6. Hasil evaluasi LGS dengan parameter skala ROM gerak aktif
knee kanan dan kiri dalam bidang sagital ................................... 82
Grafik 4.7. Hasil evaluasi LGS dengan parameter skala ROM gerak pasif
knee kanan dan kiri dalam bidang sagital ................................... 82
Grafik 4.8. Penilaian status fungsional skala jette berdiri dari posisi duduk 83
Grafik 4.9. Penilaian status fungsional skala jette berjalan 15 meter ............ 84
Grafik 4.10. Penilaian status fungsional skala jette naik turun tangga ............ 84
x
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS
MICROWAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN
ABSTRAK
Osteoarhtritis adalah merupakan proses penemuan dan ditandai dengan
adanya degeneratif pada tulang rawan sendi. Hal ini mengakibatkan terjadinya permasalahan kapasitas fisik berupa nyeri pada kedua lutut, penurunan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot fleksor dan ekstensor kedua lutut dan adanya gangguan aktivitas fungsional berupa gangguan aktivitas jongkok, berdiri lama dan berjalan. Untuk memberikan penanganan yang efektif dan efisien, maka dilakukan suatu penatalaksanaan fisioterapi atau proses fisioterapi yang diadakan serta dokumentasi. Penelitian karya tulis ini menggunakan metode studi kasus dengan pelaksanaan terapi sebanyak enam kali. pelaksanaan meliputi segala tindakan fisioterapi yaitu pemeriksaan nyeri dengan VDS, penurunan lingkup gerak sendi dengan LGS, penurunan kekuatan dengan MMT dan pemeriksaan kemampuan fungsional dengan Skala jette. Hal yang dapat membantu mengatasi permasalahan tersebut di atas dapat digunakan modalitas berupa Micro Wave Diathermy dan Terapi Latihan. Tujuan dari modalitas tersebut yaitu pengurangan nyeri pada kedua lutut, adanya peningkatan lingkup gerak sendi dan kekuatan otot serta adanya pningkatan aktivitas fungsional.
Kata Kunci : Osteoarthritis Bilateral, VDS, LGS, MMT, Skala Jette, Micro Wave Diathermy dan Terapi Latihan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan di segala
bidang, salah satunya pembangunan di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan
masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan
mungkin dapat dicapai pada suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta
kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus selalu
diusahakan peningkatannya secara terus menerus (UU Kes. No 32 Tahun 1992).
Fisioterapi merupakan salah satu bagian dari tim medis yang bertanggung
jawab terhadap pembangunan kesehatan. Menurut Purnamadyawati (2006),
fisioterapi memiliki peran dalam mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak serta fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual maupun dengan peralatan seperti electrotherapy dan
mekanis.
A. Latar Belakang Masalah
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi yang paling sering
ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan
2
gangguan gerakan sendi sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari (Adnan,
2007).
Sendi lutut merupakan sendi yang paling penting dalam menumpu berat
badan, dengan demikian sendi lutut sangat mudah mengalami osteoarthritis yang
akan menimbulkan kekakuan sendi, perubahan bentuk dan nyeri untuk berjalan,
naik tangga dan berdiri dari duduk. Osteoarthritis banyak menyerang pada usia
lanjut. Pada umumnya pria dan wanita sama-sama dapat terkena penyakit ini
meskipun pada usia sebelum usia 45 tahun. Osteoarthritis banyak menyerang atau
terjadi pada pria dan wanita setelah usia 45 tahun, akan tetapi ostearthritis banyak
menyerang wanita (Hudaya, 1996).
Ada beberapa faktor predisposisi yang diketahui berhubungan erat dengan
terjadinya osteoarthritis sendi lutut yaitu umur, jenis kelamin, obesitas, faktor
hormonal atau metabolisme, genetik, aktivitas kerja dan trauma.
Tujuan dari penatalaksanaan osteoarthritis sendi lutut adalah untuk
mencegah atau menahan kerusakan yang lebih lanjut pada sendi lutut, untuk
mengatasi nyeri dan kaku sendi guna mempertahankan mobilitas (Carter, 1995).
Modalitas yang digunakan penulis pada kasus ini adalah Micro Vave
Diathermy (MWD) dan terapi latihan. MWD adalah salah satu modalitas
fisioterapi yang dapat bermanfaat dalam mengurangi nyeri. MWD adalah salah
satu modalitas fisioterapi yang dapat bermanfaat dalam mengurangi nyeri. MWD
cocok untuk jaringan superficial dan struktur artikuler yang dekat dengan
permukaan kulit, misalnya pada permukaan anterior pergelangan tangan dan lutut.
Salah satu tujuan utama dari terapi MWD adalah untuk memanaskan jaringan otot
3
sehingga akan memberi efek relaksasi pada otot dan meningkatkan aliran darah
intra muskuler, hal ini terjadi karena adanya peningkatan temperatur yang
signifikan (Low, 2000).
Selain MWD modalitas lain yang digunakan penulis untuk kasus
osteoarthritis sendi lutut yaitu terapi latihan. Manfaat dari terapi latihan pada
pasien osteoarthritis sendi lutut adalah peningkatan lingkup gerak sendi (LGS),
penguatan otot, peningkatan ketahanan (endurance) statik maupun dinamik dan
kenyamanan (mellbeing) pasien (Tulaar, 2006).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah karya tulis
ilmiah ini adalah:
1. Apakah pemakaian modalitas MWD dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri
dan oedem
2. Apakah pemakaian modalitas MWD dan terapi latihan dapat meningkatkan
LGS pada penderita osteoarthritis genu bilateral?
3. Apakah pemakaian modalitas MWD dan terapi latihan dapat meningkatkan
kekuatan otot pada penderita osteoarthritis genu bilateral?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah pada kasus osteoarthritis genu
bilateral adalah untuk mengetahui permasalahan pendekatan fisioterapi pada
problem kapasitas fisik dan kemampuan fungsional kondisi osteoarthritis.
4
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh MWD dan terapi latihan dalam mengurangi
nyeri pada penderita osteoarthritis knee bilateral.
b. Untuk mengetahui proses terapi latihan terhadap peningkatan kekuatan
otot pada penderita osteoarthritis knee bilateral.
c. Untuk mengetahui proses terapi latihan terhadap peningkatan lingkup
gerak sendi pada penderita osteoarthritis knee bilateral.
d. Untuk mengetahui proses peningkatan aktifitas fungsional pada penderita
osteoarthtritis knee bilateral.
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Dapat lebih dalam mengenal osteoarthritis lutut sehingga dapat menjadi bekal
untuk penulis setelah lulus.
2. Bagi masyarakat
Dapat memberikan informasi yang benar kepada pasien, keluarga, masyarakat,
sehingga dapat lebih mengenal dan mengetahui gambaran osteoarthritis lutut
dalam pendekatan fisioterapi.
3. Bagi pendidikan
Memberikan informasi ilmiah bagi penelitian mengenai osteoarthritis lutut
bagi penelitian selanjutnya.
5
4. Bagi institusi kesehatan
Dapat memberikan informasi obyektif mengenai osteoarthritis lutut kepada
tenaga medis, baik yang bekerja di rumah sakit maupun puskesmas.
5. Bagi fisioterapi
Dapat lebih mengetahui secara mendalam mengenai osteoarthritis lutut dan
dapat digunakan dalam pelaksanaan terapi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum pembahasan lebih lanjut akan penulis ungkapkan terlebih dahulu
beberapa hal yang merupakan landasan teori yang mendasari proses pemecahan
masalah pada OA knee bilateral. Dalam hal ini antara lain: (A) Anatomi,
Fisiologi, dan Biomekanik (B) Patologi (C) Obyek yang dibahas dan (D)
Modalitas fisioterapi.
A. Anatomi, Fisiologi, dan Biomekanik Regio Lutut
1. Anatomi, fisiologi lutut
a. Tulang Pembentuk Sendi Lutut
Tulang yang membentuk sendi lutut antara lain: Tulang femur distal, tibia
proximal, tulang fibula, dan tulang patella.
1) Tulang Femur (Tulang paha)
Tulang femur termasuk tulang panjang yang bersendi ke atas dengan
pelvis dan ke bawah dengan tulang tibia. Tulang femur terdri dari epiphysis
proximal diaphysis dan epiphysis distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi
dalam persendian lutut adalah epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan
bulatan sepasang yang disebut condylus femoralis lateralis dan medialis. Di
bagian proximal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut
epicondylus lateralis dan epicondylus lateralis. Pandangan dari depan, terdapat
dataran sendi yang melebar ke lateral yang disebut fades patellaris yang nantinya
bersendi dengan tulang patella. Dan pandangan dari belakang, diantara condylus
7
lateralis dan medialis terdapat cekungan yang disebut fossa
intercondyloidea (Platser W, 1993).
2) Tulang patella (Tulang tempurung lutut)
Tulang patella merupakan tulang dengan bentuk segitiga pipih dengan
apeks menghadap ke arah distal. Pada permukaan depan kasar sedangkan
permukaan dalam atau dorsal memiliki permukaan sendi yaitu fades articularis
lateralis yang lebar dan fades articulararis medialis yang sempit (Platser W,
1993).
3) Tulang Tibia (Tulang kering)
Tulang tibia terdiri dan epiphysis proximalis, diaphysis distalis. Epiphysis
proximalis pada tulang tibia terdiri dari dua bulatan yang disebut condylus
lateralis dan condylus medialis yang atasnya terdapat dataran sendi yang disebut
fades artikularis lateralis dan medialis yang dipisahkan oleh ementio
iniercondyloidea (Evelyn, 2002).
Lutut merupakan sendi yang bentuknya dapat dikatakan tidak ada
kesesuaian bentuk, kedua condylus dari femur secara bersama sama membentuk
sejenis katrol (troclea), sebaiknya dataran tibia tidak rata permukaanya, ketidak
sesuaian ini dikompensasikan oleh bentuk meniscus (Platser W, 1993).
Hubungan-hubungan antara tulang tersebut membentuk suatu sendi yaitu:
antara tulang femur dan patella disebut articulatio patella femorale, hubungan
antara tibia dan femur disebut articulatio tibio femorale. Yang secara keseluruhan
dapat dikatakan sebagai sendi lutut atau knee joint (Evelyn, 2002).
8
4) Tulang Fibula
Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang terletak disebelah lateral dan
tibia juga terdiri dari tiga bagian yaitu: epiphysis proximalis, diaphysis dan
epiphysis distalis.
Epiphysis proximalis membulat disebut capitulum fibula yang ke
proximalis meruncing menjadi apex capitulis fibula. Pada capitulum terdapat dua
dataran yang disebut fades articularis capiluli fibula untuk bersendi dengan tibia.
Diapiphysis mempunyai empat crista lateralis, crista medialis, crista
lateralis dan fades posterior. Epiphysis distalis ke arah lateral membulat disebut
maleolus lateralis (mata kaki luar) (Evelyn, 2002).
9
Gambar 2.1 Tulang pembentuk sendi lutut (Putz adn Pabtz, 2000)
13
12
11
10
12
3
9
8
7 6 4
5
10
b. Ligamentum, kapsul sendi dan jaringan lunak sekitar sendi lutut
1) Ligamentum
Ligamentum mempunyai sifat extensibility dan kekuatan, yang cukup kuat
(tensile strength) yang berfungsi sebagai pembatas gerakan dan stabilisator sendi.
Ada beberapa ligamen sendi lutut yaitu: (1) Ligamentum cruciatum anterior yang
berjalan dari depan culimentio intercondyloidea tibia ke permukaan medial
condyler lateralis femur yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan
bergesernya tibia ke depan, (2) Ligamentum cruciatum posterior berjalan dan
fades lateralis condylus medialis femoris menuju ke fossa intercondyloidea tibia,
berfungsi menahan bergesernya tibia ke arah belakang, (3) Ligamentum collateral
lateral yang berjalan dan epicondylus lateralis ke capitulum fibula yang berfungsi
menahan gerakkan varus atau samping luar, (4) Ligamentum collateral mediale
berjalan dari epicondylus medialis ke permukaan medial tibia (epicondylus
medialis tibia) berfungsi menahan gerakan valgus atau samping dalam eksorotasi.
Namun secara bersamaan fungsi-fungsi ligament colateralle menahan bergesemya
tibia ke depan pada posisi lutut 90°, (5) ligament popliteum obliqum berasal dari
condylus lateralis femur menuju ke insertio musculus semi membranosus melekat
pada fascia musculus popliteum, (6) ligament ransversum genu membentang pada
permukaan anterior meniscus medialis dan lateralis (Evelyn, 2002).
11
2) Kapsul sendi
Kapsul sendi lutut terdiri dan dua lapisan yaitu (1) stratum fibroswn
merupakan lapisan luar yang berfungsi sebagai penutup atau selubung (2) stratum
synovial yang bersatu dengan bursa suprapatellaris, stratum synovial ini
merupakan lapisan dalam yang berfungsi memproduksi cairan synovial untuk
melicinkan permukaan sendi lutut. Kapsul sendi lutut ini termasuk jaringan
fibrosus yang avasculer sehingga jika cedera sulit untuk proses penyembuhan
(Evelyn, 2002).
3) Jaringan lunak
a) Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah
meniscus lateralis, Adapun fungsi meniscus adalah (1) penyebaran pembebanan
(2) peredam kejut (shock absorber) (3) mempermudah gerakan rotasi (4)
mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus
dan diteruskan ke sebuah sendi.
b) Bursa
Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya
gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Ada
beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain: (1) bursa popliteus, (2)
bursa supra pateliaris (3) bursa infra paterallis (4) bursa sulcutan prapateliaris
(5) bursa sub patelliaris ( Eveyln, 2002).
12
c) Otot-otot penggerak sendi lutut
Disini penulis ingin membahas tentang otot-otot yang bekerja pada sendi
lutut termasuk didalamnya perlekatan dan persyarafan serta fungsi dari otot
tersebut.
1) Bagian anterior adalah m. rectus femoris, m. vastus lateralis, m.
vastusmedialis, m. vastus intermedialis.
2) Bagian posterior adalah m. bicep femoris, m. semitendinosis, m.
semimembranosis, m. gastrocnemius.
3) Bagian medial adalah m. sartorius.
4) Bagian lateral adalah m. tensorfacialatae.
13
Tabel 2.1. Otot-otot pada sendi lutut
No Nama otot Origo Insertio Innervasi Fungsi 1
Bagian anterior m. rectus femoris
Spina illiaca Anterior Inferior superior
patella
n. femoris L24
Ekstensi sendi lutut
2
Acetabulum m. vastus lateralis
Dataran lateral dan anterior trochantor mayor femoris, labium lateralis linia aspera
Lateral os patella
n. femoris L24
Ekstensi sendi lutut
3 m. vastus medialis Labium medial linea aspera
Setengah bagian atas os patella
n. femoris L24
Ekstensi sendi lutut
4 m. vastus intermedius
Dataran anterior corpus femoris
Tuborisitas tibiae
n. femoris L24
Ekstensi sendi lutut
5
Bagian Posterior m. bicep femoris
Tuber Isciadicum Caput brevis, pada labium laterale linea aspera
Fibula bagian lateral dan condylus tibia Condylus medialis tibia
n.peroneus communis
Exorotasi sendi lutut
6 m. semi-tendinosus
Tuber ischiadicum
Condylus medialis tibia
n. tibialis Flexi dan endorotasi sendi lutut
7 m. semimembranosus
Tuber ischiadicum
Posterior os calcaneus
n. tibialis Flexi dan endorotasi sendi lutut
8 m. gastrocnemius Caput medial: pada condylus medialis femuris Caput lateral: Pada condylus lateral femoris
Posterior os calcaneus
n. tibialis Flexi sendi lutut
14
9
Bagian Medial m. sartorius
SIAS
Tubersitas tibia
n. femoralis L2-3
Flexi Internal rotalor sendi lutut
10 m. gracilis Ramus inferior osis pubis dan osis ischii
Tuberositas tibia dibelakang tendo m. sartorius
n. femoralis L2-4
Flexi external rotatoir sendi lutu
11
Bagian Lateral m. tensorfacia latae
Spina iliaca anterior inferior dan fascialatae
Tractus illio tibialis
m. gluteus superior cabang n. femoralis L4-5, S1-2
Flexor abduktor, internal rotasi hip
(Snell Richard, 1993)
15
Gambar 2.2.
Sendi lutut kanan dilihat dari belakang (Putz and Pabstz, 2000)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
9
10
12
13
14
16 17
18
16
c. Sistem persyarafan
Pada regio lutut, tungkai mendapat persyarafan dari nervus ischiadicus
yang berasal dari serabut lumbal ke-4 sampai dengan sacrum ke-3. Ini merupakan
serabut yang terbesar di dalam tubuh yang keluar dan foramen ischiadicus mayor,
berjalan terus disepanjang permukaan posterior paha ke ruang poplitea, lalu syaraf
ini membagi dua bagian yang nervus peroneus communis dan nervus tibialis.
Nervus peroneus communis pada dataran lateral capitulum fibula akan pecah
menjadi nervus superficialis.
d. Sistem peredaran darah
1) Sistem peredaran darah arteri
Peredaran darah yang akan dibahas kali ini adalah sistem peredaran darah
yang menuju ke tungkai dan vena yang juga memelihara darah sekitar sendi lutut,
Arteri yang memelihara darah sekitar sendi lutut, arteri yang memelihara sendi
lutut.
a) Arteri fermoralis
Merupakan lanjutan dari arteri iliaca external yang keluar dan cavum
abdominalis lacuna vasorum lalu berjalan ke lateral dari venanya kemudian ke
bawah menuju kedalam fossa illipectiana kemudian masuk ke canal is addectorius
sehingga arteri poplitea masuk ke fossa poplitea disisi medial femur, lalu arteri
femoralis bercabang menjadi cabang arteri superficial dan cabang profunda.
b) Arteripoplitea
Arteri poplitea merupakan lanjutan dari arteri femoralis masuk melalui
canalis addoktorius, masukfossa poplitea pada sisi flexor lutut, bercabang
17
menjadi (1) a. genus superior later alls, (2) a. genus superior medialis (3) a. genus
inferior lateralis (4) a. genus inferior medialis.
2) Sistem peredaran darah vena
Pada umumnya peredaran darah vena berdampingan dengan pembuluh
darah arteri. Pembuluh darah vena pada tungkai sebagian besar bermuara ke
dalam vena femoralis. Vena-vena itu adalah: (1) Vena shapena parva, berjalan di
belakang maleolus lateralis berlanjut ke (2) Vena poplitea dan mengalirkan terus
ke (3) Vena saphena magna dan bermuara ke dalam (4) Venafemoralis.
18
Gambar 2.3. Ligamen pada sendi lutut dilihat dari depan (Putz and Pabtz, 2000)
1
2 3 4
5
6
7
19
Gambar 2.4. Ligamen pada sendi lutut dilihat dari belakang (Putz and Pabtz, 2000)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
20
Gambar 2.5. Bursa di sekitar lutut (Putz and Pabts, 2000)
4
1 2
3
21
Gambar 2.6. Otot sendi lutut dilihat dari (a) depan, (b) belakang (Putz and Pabts, 2000)
a b
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
1920
21
22
231
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1415
22
Gambar 2.7
Pembuluh darah arteri pada sendi lutut (Putz and Pabts, 2000)
1
23
4
5
6
16 7
8
915
14
13
101112
23
2.
Gambar 2.8. Pembuluh darah vena pada sendi lutut (Putz and Pabts, 2000)
1
2 3
4
5
6
7
13
14
15
12 11
10
9
8
24
3. Biomekanik lutut
Biomekanik adalah ilmu yang mempelajari gerakan tubuh manusia. Pada
bahasan Karya Tulis Ilmiah ini penulis hanya membahas komponen kinematis.
ditinjau dan gerak secara osteokinematika dan secara artrokinematika yang terjadi
pada sendi lutut.
a. Osteokinematika
Lutut termasuk dalam sendi giglymus (hinge modified) dan mempunyai
gerak yang cukup luas seperti sendi siku, luas gerak flexinya cukup besar.
Osteokinematika yang memungkinkan terjadi adalah gerak flexi dan extensi pada
bidang segitiga dengan lingkup gerak sendi untuk gerak flexi sebesar 130° hingga
135° dengan posisi extensi 0° atau 5°, dan gerak putaran ke dalam 30° hingga 35°
sedangkan putaran keluar 40° hingga 45° dari awal mid posisi.
Flexi sendi lutut adalah gerakan permukaan posterior ke bawah menjauhi
permukaan posterior tungkai bawah. Putaran ke dalam adalah gerakan yang
membawa jari-jari ke arah sisi dalam tungkai (medial). Putaran keluar adalah
gerakan membawa jari-jari ke arah luar (lateral) tungkai. Untuk putaran (rotasi)
dapat terjadi pada posisi lutut flexi 90°, R (< 90°).
b. Artrokinematika
Pada kedua permukaan sendi lutut pergerakan yang terjadi meliputi gerak
slidding dan rolling, maka disinilah berlaku hukum konkaf-konvek. Hukum ini
menyatakan bahwa ”jika permukaan sendi cembung (konvek) bergerak pada
permukaan sendi cekung (konkaf)” maka pergerakan slidding dan rolling
25
berlawanan. Dan ”jika permukaan sendi cekung bergerak pada permukaan sendi
cembung, maka gerak slidding dan rolling searah”.
Pada permukaan femur cembung (konvek) bergerak, maka gerakan
slidding dan rolling berlawanan arah. Saat gerak flexi femur rolling kearah
belakang dan sliddingnya ke depan untuk gerak extensi rollingnya keventral dan
sliddingnya kebelakang. Dan pada permukaan tibia cekung (konkaf) bergerak,
flexi ataupun extensi menuju kedepan atau ventral.
B. Patologi
1. Etiologi
Sarnpai saat ini etiologi yang pasti dari osteoartritis ini belum diketahui
dengan jelas, ternyata tidak ada satu faktor pun yang jelas sebagai proses destruksi
rawan sendi, akan tetapi beberapa faktor predoposisi terjadinya OA telah
diketahui. Faktor resiko yang berperan pada osteoarthritis dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu, (1) faktor predoposisi umum, antara lain umur, jenis
1. Aktif lutut kanan adanya peningkatan dari T1 90o menjadi
T6 110o
2. Aktif lutut kiri adanya peningkatan dari T1 90o menjadi T6 110o
3. Pasif lutut kanan adanya peningkatan dari T1 100o menjadi
T6 120o
4. Pasif lutut kiri adanya peningkatan dari T1 100o menjadi
T6 120o
Tabel 4.7.
Evaluasi Kekuatan Otot Flexor dan Extensor Sendi Lutut
Sendi Terapi Flexor Extensor Knee T1
T2 T3 T4 T5 T6
4 4 4
4+ 4+ 4+
4 4 4
4+ 4+ 4+
87
Dari grafik di atas didapatkan hasil: 1. Group otot flexor didapatkan adanya peningkatan untuk lutut
kanan dari T1 4, menajdi T6 4+ kiri, T1 4 menjadi T6 4+
2. Group otot ektensor didapatkan adanya peningkatan untuk lutut
kanan T1 4, menjadi T6 4+ kiri T1 4 menjadi T6 4+.
J. Hasil terapi akhir
Pasien yang bernama Ny. Siti Romdiyah dengan kondisi
osteoarthritis genu bilateral setelah mendapat penanganan
fisioterapi sebanyak 6 kali dengan menggunakan MWD dan terapi
latihan maka didapatkan hasil dimana adanya penurunan rasa nyeri,
peningkatan kekuatan otot, pengurangan spasme, LGS bertambah.
F. Pembahasan Kasus
Seorang pasien wanita berusia 79 tahun dengan diagnosa fisioterapi berupa
osteoartritis bilateral, pasien mempunyai kebiasaan membaca al-Qur’an.
Pasien mulai mendapatkan penangann fisioterapi pada tanggal 19 Februari
2008. Setelah dilakukan intervensi fisioterapi melalui dua modalitas yaitu:
Microwave diathermi (SWD) dan terapi latihan dengan frekuensi 6 kali terapi
berturut-tirit, didapatkan penurunan nyeri, penambahan LGS pada kedua sendi
lutut, penambahan kekuatan otot flexor dan extensor pada kedua sendi lutut dan
peningkatan kemampuan fungsional pasien. Intervensi 6 kali terapi ternyata cukup
menunjukkan hasil yang memuaskan pada pasien ini.
Adapun hasil terapi dari pertama sampai akhir (sebanyak enam kali) adalah
sebagai berikut:
88
1. Nyeri
Pengurangan tingkat nyeri dapat dilihat dengan menggunakan VDS.
Perubahan nyeri dari evaluasi awal (T1) sampai evaluasi akhir (T6) dapat dilihat
bahwa setelah 6x terapi ada pengurangan nyeri.
Nyeri pada osteoarthritis terjadi oleh karena terjepitnya ujung-ujung saraf
sensorik oleh terbentuknya osteofit yang baru di permukaan tulang femur, tulang
tibia, dan proksimal tulang patella (Parjoto, 2000).
Penurunan nyeri pada OA lutut ini dipengaruhi ole efek dari diarthemi dan
terapi latihan antara lain: sedatif pada ujung-ujung saraf, terjadinya relaksasi otot,
terangkutnya sisa-sisa metabolisme.
Menurut Maurer (1999), peningkatan otot akibat latihan mampu
menurunkan atau mengurangi nyeri pada OA otot. Hal ini dapat terjadi karena
bertambahnya kekuatan otot quadriceps dan hamstring sehingga mampu lebih
menstabilkan sendi lutut sehingga jaringan lunak sekitar lutut dapat rileks.
Aplikasi pada modalitas panas akan dapat mengakibatkan kenaikan action
patiential afferen dan menutup gate. Peningkatan temperatur pada area yang
diterapi akan mengakibatkan rasodi latasi yang diikuti peningkatan aliran darah
kapiler sehingga akan dapat memperlancar pembuangan sisa-sisa metabolisme
yaitu prostaglandin (zat ”p”) yang menumpuk. Dengan lancarnya sirkulasi darah
maka zat ”p” juga ikut terbuang. Sehingga terjadi rileksasi pada otot, nyeri akan
turun selama pemanasan berlangsung, perubahan vaskuler dan merespon aplikasi
dari pemanasan mengurangi 30 mil/10 gr jaringan yang telah terabsorbsi,
peredaran darah yang lancar akan dapat meningkatkan suplay nutrient karena
89
untuk perbaikan dan mengangkat siswa produksi dari jaringan yang cidera
(Miclovitz, 1990)
2. LGS
Pertambahan LGS dapat diketahui dengan menggunakan goniometer. Dari
pemeriksaan awal sampai akhir diperoleh data tentang LGS sebagai berikut:
Peningkatan LGS pada pasien ini dipengaruhi oleh latihan-latihan yang
diberikan yaitu latihan resisted active movement. Selain itu peningkatan LGS
dipengaruhi juga oleh penurunan nyeri dan relaksasi dari otot-otot di sekitar kedua
sendi lutut.
LGS akan dapat bertambah dengan gerakan aktif maupun pasif dan akan
dapat merangsang propioseptif dengan perubahan panjang otot pada saat terjadi
kontraksi otot darah akan mengalur keseluruhan jaringan tubuh. Sehingga pada
sendi terjadi penambahan nutrisi dan enzim yang dapat mencegah perlengketan
jaringan pada daerah sekitar sendi (Cottle, 1996).
3. Kekuatan Otot
Penyebab dari turunnya kekuatan otot adalah karena adanya nyeri pada
lutut. Penilaian perkembangan kekuatan otot pasien dengan Manual Muscle
Testing (MMT). Dari pemeriksaan awal sampai evaluasi akhir diperoleh data
mengenai kekuatan otot pada kedua lutut.
Setelah dilihat dari hasil evaluasi kekuatan otot kedua lutut, maka didapat
adanya peningkatan kekuatan otot flexor dan extensor dengan nilai 4. Setelah 6
kali terapi dinyatakan terjadi peningkatan kekuatan otot dikarenakan oleh rasa
nyeri yang berkurang, sehingga pasien mau melakukan gerakan-gerakan yang
90
diperintahkan terapis. Juga karena pasien melakukan latihan yang dianjurkan
fisioterapi setiap hari di rumah yang dibantu oleh keluarga ataupun sendiri.
Apabila tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi, maka otot akan
beradaptasi dan menjadi lebih kuat. Penyesuaian yang terjadi di dalam otot dapat
terlewati dengan menggunakan terapi latihan apabila kemampuan otot secara
progresif terpelihara. Otot merupakan jaringan kontraktil, akan menjadi lebih kuat
akibat hasil dari hipertropi dari serabut otot dari suatu penambahan pengangkutan
motor unit di dalam otot (Kisner, 1996).
4. Kemampuan Fungsional
Kemampuan fungsional adalah suatu proses untuk mengetahui kemampuan
pasien melakukan aktivitas spesifik dalam hubungan dengan rutinitas kehidupan
sehari-hari. Pada penderita oesteoartritis kemampuan fungsional dapat diukur
dengan skala jette.
Apabila terjadi keterbatasan fungsional, maka disana terdapat
ketidakstabilan dari organ tubuh. Pemeriksaan dan pengkajian akan dapat
membedakan jenis impairment yang hilang apalah dari LGS, kekuatan otot,
kestabilan sendi, dan lain-lain. Untuk meningkatkan kemampuan fungsional,
komponen impairment harus dikaji melalui latihan yang lengkap pada tingkat
dimana teknik pengajaran aman sesuai kemampuan yang dapat diintegrasikan di
dalam program latihan (Kisner, 1996).
Indeks mi pertama kali digunakan dalam The Pilot Geriatric Arthritis
Program, Wilconsm USA tahun 1977 berdasarkan indeks ini, status fungsional
mempunyai 3 dimensi yang saling berkaitan yaitu: 1) nyeri, derajat nyeri saat
melakukan aktivitas terdiri dari 1 = tidak nyeri, 2 = nyeri, 3 = nyeri sedang, 4 =
91
sangat nyeri; b) kesulitan, derajat kesukatan untuk melakukan aktivitas, terdiri
dari 1 = sanagt mudah, 2 = agak mudah, 3 = tidak mudah tetapi juga tidak sulit, 4
= agak sulit, 5 = sangat sulit; c) ketergantungan, derajat ketergentungan seseorang
untuk melakukan aktivitas terdiri dari 1 = tanpa bantuan, 2 = butuh bantuan alat, 3
= butuh bantuan orang, 4 = butuh bantuan alat dan orang, 5 = tidak dapat
melakukan aktivitas (Parjoto, 2000).
92
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Osteoartritis merupakan penyakit degenerasi yang mengenai cartilago
(tulang rawan sendi) di mana hal ini mengganggu aktivitas sehari-hari terutama
bila mengenai sendi lutut.
Setelah penulis menguraikan bab-bab terdahulu mengenai osteoartritis
sendi lutut dan penerapannya dengan Micro Wave Diathermy dan terapi latihan
sebagai modalitas fisioterapi terpilih ternyata osteoartritis merupakan penyakit
yang perlu perhatian khusus dan tidak bisa dianggap ringan, karena bila penyakit
ini tidak didapatkan terapi secara intensif maka akan memperberat keadaan sendi
itu sendiri dimana sendi mengalami kemunduran fungsinya sehingga dapat
mengakibatkan kecacatan dan mengganggu aktivitas pasien.
Dari Micro Wave Diathermy dan terapi latihan dengan pemberian kedua
modalitas tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap konsisi osteoartritis sendi
lutut yaitu dapat membantu mencegah dan menangani permasalahan berupa:
(1) mengurangi nyeri pada kedua lututnya, (2) meningkatkan lingkup gerak sendi,
(3) meningkatkan kekuatan otot, (4) mengembalikan aktivitas fungsional pasien.
Dapat disimpulkan, pasien dengan kasus osteoartritis telah diberikan terapi
sebanyak 6 kali berupa kombinasi terapi panas (MWD) dengan metode coplanar,
posisi tidur tengkurap dengan kedua tungkai yang akan diterapi dipasang cop
elektrode bagian medial politea lutut. Waktu 10 menit untuk lutut kanan dan 10
93
menit untuk lutut kiri. Intensitas = 50 mA frekuensi terapi sebanyak 6 kali dalam
satu minggu. Dan terapi latihan berupa assisted active movement, free active
movement, resisted active movement dan hold relax diperoleh hasil melalui
evaluasi akhir berupa:
1. Penurunan rasa nyeri gerak lutut kanan dari 5 turun menjadi 2, kiri dari 6
menjadi 2, nyeri tekan kanan dari 5 turun menjadi 2, kiri dari 5 menjadi 2.
2. Bertambahnya lingkup gerak sendi lutut berupa derajat untuk gerak aktif lutut
kanan dari 90o menjadi 110o, kiri dari 90o menjadi 110o untuk gerak pasif lutut
kanan dari 100o menjadi 120o, kiri dari 100o menjadi 120o.
Pada akhirnya, suatu proses fisioterapi tidak hanya dapat dilihat dari hasil
akhir evaluasi itu dicapai. Yang menjadi tidak kalah pentingnya juga bagaimana
proses pencapaian hasil itu belum terlaksana sebagaimana mestinya, maka
konsekuensinya yang akan hadir adalah hasil yang tidak optimal. Tapi jika proses
pencapaian hasil sudah diupayakan seoptimal hingga semaksimal mungkin,
namun hasil akhir terevaluasi dalam suatu hasil yang menunjukkan masih atau
belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan mungkin kondisi dan situasi.
Dalam hal ini fisioterapis diharapkan dapat membantu penderita dalam
mempertahankan kualitas hidupnya.
B. Saran
Mengingat bahwa osteoartritis merupakan penyakit degenerasi yang
biasanya dijumpai terutama pada orang-orang di atas umur 40 tahun, maka
hendaknya penanganan atau pencegahan harus dilakukan sejak dini.
94
Saran yang dapat penulis kemukakan di sini adalah sebagai berikut:
1. Saran bagi pasien, agar biasa lebih hati-hati dalam beraktivitas khususnya
yang banyak menggunakan sendi lutut, pasien diminta memakai decker
terutama pada saat beraktivitas bila terasa nyeri sebaiknya di kompres dengan
air hangat selain menjalani terapi yang teratur, latihan di rumah juga lebih baik
dalam menentukan keberhasilan pasien dan kesabarannya juga diperlukan
untuk mendapatkan hasil dari pasien yang diinginkan.
2. Kepada masyarakat, hendaknya tetap menjaga kesehatan dan kebugaran
melalui aktivitas yang seimbang dan apabila merasakan nyeri yang
berkelanjutan pada sendi dengan disertai atau tanpa adanya rasa kaku,
hendaknya segera diperiksakan ke dokter atau tim medis lain.
3. Kepada pemerintah, kami menghimbau agar pelayanan fisioterapi pada tingkat
pusat pelayanan masyarakat ditingkat bawah lebih ditingkatkan, sehingga
masyarakat dapat memperoleh pelayanan fisioterapi dengan peralatan yang
memadai.
Akhirnya, walaupun penyakit osteoartritis ini bersifat progresif seiring dengan
usia dan tidak dapat dihambat, namun demikian upaya tim media dalam hal ini
fisioterapis sedapat mungkin pasien mempertahankan kualitas hidup pasien
dengan tetap melakukan aktivitas sehari-hari tanpa ketergantungan dari orang lain.
95
DAFTAR PUSTAKA
De Wolf, A.N. Mens., J.M.A. (1994). Pemeriksaan Alat Penggeraek Tubuh. Evelyn, C (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. EGC. Jakarta. Hary Isbagyo (2000). Osteoartritis: Kumpulan Makalah Indonesia Pain Society.
IASP. Jogjakarta 2003. IG. Sujatno, et., al (1993). Buku Pegangan Kuliah Program DIII Fisioterapi
Sumber Fisis. Akademi Fisioterapi Surakarta. Dep.Kes. RI. Surakarta. Hal 174-179.
Kisner, et., al (1996). Therapeutic Exercise Foundations and Techniques. Third
Edition. F.A. Davis Company. Parjoto, Slamet (2002). Assesment Fisioterapi pada Osteoartritis Sendi Lutut.
TITAFI XV Semarang. Parjoto, Slamet. Assesment Fisioterapi pada Osteoartritis Sendi Lutut Dalam
Pertemuan Rutin TITAFI XV, Semarang 2-4 Oktober 2000. Platzer W, Kahle W, Leonhardt H, (1993). Atlat dan Buku Teks Anatomi Lutut.
TITAFI XV, Semarang. Parsetyo Husada (1996). Tematologi. Surakarta: Akademi Fisioterapi Depkes Ri.
Surakarta. Putz, R dan Pabts, T. (2000). Sobbota Atlas Anatomi Manusia. Jakarta. Soelarso Resksoprojo (1990). Osteoartritis Sendi Lutut, Majalah Fisioterapi
Indonesia, Edisi V Oktober. Snell, Richard S. 1998. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Bagian 2.
Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
96
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Laelatul Azizah
Tempat tanggal lahir : Pati, 29 Agustus 1987
Alamat : Kuripan Rt 02/ Rw 14 Purwodadi, Grobogan
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 3 Sumbersari lulus tahun 1999
2. MTs Walisongo Kayen Pati lulus tahun 2002
3. SMA Muhammadiyah Purwodadi lulus tahun 2005
4. Masuk Akademi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan