1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Di Indonesia anemia disebabkan karena defisiensi zat gizi mikro dengan penyebab terbanyak defisiensi zat besi. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di Negara yang sedang berkembang. Diperkirakan 36% atau kira-kira 1400 juta orang dari perkiraan populasi 3800 juta orang di Negara sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di Negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang (Arisman, 2010). Dampak anemia bagi ibu hamil diantaranya adalah memperlemah otot rahim saat persalinan yang menyebabkan masa persalinan memanjang (partus lama) dengan bahaya perdarahan dan infeksi, dan pada bayi dapat terjadi kekurangan oksigen (hipoksia). (Sadikin, M.. 2002) Berdasarkan Laporan KIA Provinsi tahun 2011 dalam Factsheet Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu, Penyebab kematian ibu terbanyak masih didominasi Perdarahan (32%), disusul Hipertensi (Eklamsia) dalam kehamilan (25%), Infeksi (5%), Partus lama (5%), dan Abortus (1%). Penyebab Lain-lain (32%) cukup besar, termasuk didalamnya penyebab penyakit non obstetrik. World Health Organization (WHO) (2013) melaporkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih 190 per 100.0000 kelahiran hidup, angka tersebut turun jika dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu 250 per 100.000 kelahiran. Angka tersebut masih jauh dari yang ditargetkan MDGs yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah
anemia gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi
di seluruh dunia. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil
anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan
proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan
perdesaan (37,8%).
Di Indonesia anemia disebabkan karena defisiensi zat gizi mikro
dengan penyebab terbanyak defisiensi zat besi. Anemia defisiensi zat besi
lebih cenderung berlangsung di Negara yang sedang berkembang.
Diperkirakan 36% atau kira-kira 1400 juta orang dari perkiraan populasi 3800
juta orang di Negara sedang berkembang menderita anemia jenis ini,
sedangkan prevalensi di Negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100
juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang (Arisman, 2010).
Dampak anemia bagi ibu hamil diantaranya adalah memperlemah
otot rahim saat persalinan yang menyebabkan masa persalinan memanjang
(partus lama) dengan bahaya perdarahan dan infeksi, dan pada bayi dapat
terjadi kekurangan oksigen (hipoksia). (Sadikin, M.. 2002)
Berdasarkan Laporan KIA Provinsi tahun 2011 dalam Factsheet
Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu, Penyebab kematian ibu
terbanyak masih didominasi Perdarahan (32%), disusul Hipertensi (Eklamsia)
dalam kehamilan (25%), Infeksi (5%), Partus lama (5%), dan Abortus (1%).
Penyebab Lain-lain (32%) cukup besar, termasuk didalamnya penyebab
penyakit non obstetrik.
World Health Organization (WHO) (2013) melaporkan bahwa Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih 190 per 100.0000 kelahiran hidup,
angka tersebut turun jika dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu 250 per
100.000 kelahiran. Angka tersebut masih jauh dari yang ditargetkan MDGs
yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
2
Program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil sudah dijalankan
sejak tahun 1970 dan mengalami penurunan dalam kasus anemia.
Pengumpulan data nasional pada Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 1992, mencatat bahwa 63,5% perempuan hamil menderita anemia.
Angka ini menurun pada Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 1995, menjadi 50,5% dan menjadi 40,1% pada tahun 2001 (Depkes,
2007). Namun penurunan yang terjadi tidak signifikan dan masih tinggi jika
dibandingkan dengan negara maju. Hal ini disebabkan karena program
pemerintah tersebut kurang memperhatikan aspek lain. Misalnya bau khas
tablet Fe yang memperparah mual dan muntah pada ibu hamil, dan kurangnya
efektifitas tubuh untuk mengabsorbsi Fe karena tidak disertai faktor
pendukung yang dapat membantu absorbsi Fe seperti protein, vitamin C dan
asam folat. (Azhar, D. S., 2013)
Indonesia merupakan negeri yang memiliki potensi alam yang sangat
melimpah, dan kekayaan ini tentu dapat dan harus dimanfaatkan sebagai salah
satu solusi pemecahan masalah kesehatan yang ada. Daun kelor merupakan
salah satu tanaman yang banyak terdapat di Indonesia, dengan kandungan
gizinya yang diketahui berkali lipat dibandingkan bahan makanan nabati
lainnya tentu daun kelor memiliki potensi yang sangat besar untuk
memecahkan berbagai masalah kesehatan termasuk anemia. Hal ini didukung
oleh Fuglie, bahwa dalam 100 gram daun kelor segar terdapat energi 92.0
kcal, protein 6.7 gram, lemak 1.7 gram, karbohidrat 13.4 gram, zat besi 7 mg,
dan vitamin C 220 mg.
Berdasarkan hal ini, maka penulis tartarik untuk membuat formula
taburia daun kelor yang diharapkan mampu menurunkan tingkat anemia pada
ibu hamil sehingga resiko kematian ibu dapat berkurang.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana formulasi taburia daun kelor untuk menangani anemia
defisiensi zat gizi besi pada ibu hamil ?
3
1.3 Tujuan
Tujuan umum:
Menghasilkan formulasi taburia daun kelor untuk penanganan anemia
defisiensi zat gizi besi pada ibu hamil.
Tujuan khusus:
Formulasi taburia daun kelor
Menganalisis kadar zat besi, protein, dan vitamin C pada taburia daun
kelor
Menganalisis sifat organoleptik dari taburia daun kelor
Menilai kelemahan serta keuntungan dari daun kelor dalam penanganan
masalah anemia gizi besi pada ibu hamil
1.4 Manfaat
1.4.1 Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa bahan pangan
baku lokal yang mudah, murah, dan berkualitas mempunyai kandungan nilai
gizi yang tinggi yaitu kelor yang mampu menunjang pemenuhan masalah
gizi pada ibu hamil serta mampu memperbaiki kondisi kesehatan ibu hamil.
1.4.2 Teoritis
Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengaplikasikan metode
penelitian khususnya tentang pemberian gizi pada ibu hamil
dengan anemia gizi besi.
Sebagai pendukung dan sarana untuk penelitian lebih lanjut serta
sebagai pengembangan khasanah ilmu pengetahuan mengenai
pemberdayaan sumber daya lokal untuk pemecahan masalah
anemia gizi besi pada ibu hamil.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia dalam Kehamilan
2.1.1 Pengertian Anemia dalam Kehamilan
Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan/atau massa
hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratorik dijabarkan
sebagai penurunan dibawah normal kadar hemohlobin, hitung eritrosit dan
hematokrit (Bakta, 2007).
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit)
dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu
memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan (Tarwoto,
2007).
2.1.2 Penyebab Anemia pada Ibu Hamil
Menurut Winkjosastro (2002) dalam Azhar, D. S. (2013), peningkatan
sel darah merah dan volume darah memiliki perbandingan: plasma 30%, sel
darah 18% dan hemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan
sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam
kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini
berfungsi untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat
dengan adanya kehamilan.
2.1.3 Gejala dan Tanda Anemia pada Ibu Hamil
Menurut Tarwoto (2007), anemia pada ibu hamil ditandai dengan gejals
seperti cepat lelah; nyeri kepala; pusing; kesulitan bernapas; palpitasi; serta
pucat pada wajah, telapak tangan, kuku, membran mukosa mulut, dan
konjungtiva.
5
2.1.4 Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Winkjosastro (2002)
dalam Azhar, D. S. (2013), adalah Anemia Defisiensi Besi, Anemia
Megaloblastik, Anemia Hipoblastik, Anemia Hemolitik, dan Anemia-anemia
lain.
2.1.5 Pengaruh anemia Terhadap Kehamilan
Organ uterus atau rahim memerlukan kontraksi yang kuat ketika terjadi
persalinan dan beberapa saat sesudah itu. Kontraksi kuat dalm persalinan
tentu saja untuk mendorong bayi yang beratnya 2,5 sampai 4 kg melalui
saluran yang sempit yang dengan sendirinya mempunyai tahanan tinggi.
Kontraksi sesudah persalinan sangat diperlukan untuk pengecilan (inovulasi)
uterus. Proses ini tidak hanya diperlukan untuk mengembalikan uterus ke
ukuran dan keadaan semula, tetapi juga untuk menghentikan perdarahan
akibat lepasnya plasenta dari perlekatannya di permukaan dalam rahim
(endometrium) yang luas selama kehamilan. Semua proses ini memerlukan
energi dalam jumlah besar, yang hanya bisa dipenuhi oleh metabolisme
aerob. Ini berarti diperlukan oksigen dalam jumlah yang besar. Anemia jelas
akan memperlemah kontraksi otot rahim ketika terjadi persalinan (atonia
uteri), menyebabkan masa persalinan memanjang (partus lama) dengan
bahaya perdarahan dan infeksi. Di pihak lain, pada bayi akan terjadi
kekurangan oksigen (hipoksia) karena tali pusat yang merupakan sumber
darah kaya akan oksigen terlalu lama terjepit oleh badan bayi yang berada di
jalan lahir yang sempit, akibat lemahnya dorongan oleh kontraksi rahim yang
juga lemah tersebut. Lambat atau terganggunya proses inovulasi uterus akan
menyebabkan permukaan luka akibat lepasnya plasenta tetap luas, sehingga
kehilangan darah menjadi lebih banyak. Selain itu, luka yang luas membuka
peluang yang besar untuk infeksi pasca melahirkan. Semua keadaan yang
disebutkan dan dapat terjadi ini merupakan faktor-faktor yang sangat
meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan anak oleh persalinan.
(Sadikin, M. 2002)
6
2.2 Daun Kelor
2.2.1 Pengertian Daun Kelor
Kelor atau merunggai (Moringa oleifera) adalah sejenis tumbuhan dari
suku Moringaceae. Tumbuhan ini memiliki ketinggian batang 7—11 meter.
Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling, beranak daun gasal
(imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna hijau muda. Bunganya
berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna
hijau, bunga ini keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah
kelor berbentuk segitiga memanjang yang disebut kelentang. Batangnya
berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar;
percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh
lurus dan memanjang.
2.2.2 Klasifikasi Kelor
Klasifikasi dari kelor yaitu berasal dari Kingdom Plantae, dari Ordo
Brassicales, dari Famili Moringaceae, dari Genus Moringa, dan merupakan
spesies M. Oleifera.
2.2.3 Kandungan Gizi Daun Kelor
Berdasarkan hasil penelitian Lowell J. Fuglie, dalam 100 gram daun
1. TK BHAYANGKARI 41 Kota Kediri2. SDN SUKORAME 2 Kota Kediri3. SMPN 1 Kota Kediri4. MAN KOTA KEDIRI 35. POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN GIZI
21
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rizka Nizar Kurniawati
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Ngawi, 17 Oktokber 1995
Status : Belum Menikah
Alamat : Dsn Tempurejo RT 03 RW 07 Ds Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi