Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia atau orang awam sering menyebutnya Kurang Darah (KD) biasanya dihubungkan dengan ciri kondisi tubuh 5 L (lemah, letih, lesu, lunglai, dan lelah). Kondisi itu terjadi akibat berkurangnya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, sehingga terjadi kekurangan kandungan zat besi di dalam darah. Anemia tidak hanya menyerang orang dewasa tapi anak-anak pun bisa terserang. Sekitar 100 jiwa atau 1 diantara 2 penduduk Indonesia menderita anemia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004 yang menunjukkan tingginya kejadian anemia pada kelompok usia sekolah dan lebih sering terjadi pada wanita menjadi alarm bagi para orangtua. Sebab hasil dari SKRT 2004 itu menunjukkan angka persentase anemia defisiensi besi (ADB) 1
100

Kti Anemia

Aug 02, 2015

Download

Documents

niniksri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kti Anemia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia atau orang awam sering menyebutnya Kurang Darah (KD)

biasanya dihubungkan dengan ciri kondisi tubuh 5 L (lemah, letih, lesu,

lunglai, dan lelah). Kondisi itu terjadi akibat berkurangnya mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung zat besi, sehingga terjadi kekurangan

kandungan zat besi di dalam darah. Anemia tidak hanya menyerang orang

dewasa tapi anak-anak pun bisa terserang. Sekitar 100 jiwa atau 1 diantara 2

penduduk Indonesia menderita anemia.

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004 yang

menunjukkan tingginya kejadian anemia pada kelompok usia sekolah dan

lebih sering terjadi pada wanita menjadi alarm bagi para orangtua. Sebab hasil

dari SKRT 2004 itu menunjukkan angka persentase anemia defisiensi besi

(ADB) terjadi pada 39 persen balita dan 24 persen pada usia 5-11 tahun.

Ketua III Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) dr

Soedjatmiko, SpA (K) mengungkapkan, anemia di Indonesia tahun 2000

adalah 8,1 juta anak balita (40,5 persen), 17,5 juta anak usia sekolah (47,2

persen), 6,3 juta remaja putri (57,1 persen), 13 juta wanita usia subur (39,5

persen), 6,3 juta ibu hamil (57,1 persen). (http://www.Gayul's Blog.htm.

Anemia Dan Efeknya Bagi Penderita : KD menyerang anak-anak. Hot Topic

Friday, 25 May 2007 )

1

Page 2: Kti Anemia

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah

masa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memnuhi fungsinya

untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer

(penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan

oleh penurunan kadara hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit (red cell

count). Tetapi yang paling lazim di pakai adalah kadar hemoglobin, kemudian

hematokrit. Harus diingat bahwa terdapt keadaan keadaan tertentu dimana

ketiga parameter itu tidak sejalan dengan masa eritrosit, seperti pada

dehidrasi, perarahan akut dan kehamilan . permasalahan yang timbul adalah

berapa kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit paling rendah di

anggap anemia. Kadar hemoglobin dan eritrosit sangat berpariasi tergantung

pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal serta keadaan fisiologis

tertentu seperti misalnya kehamilan.

Berdasarkan data prevalensi penderita anemia yang diperoleh dan

catatan rekam medik yang ada di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB,

berdasarkan data dua tahun terakhir, khususnya pada kasus anemia, dalam

periode tahun 2008 jumlah penderita yang dirawat ada 64 orang dengan

pembagian; 31 orang (48,43%) laki-laki, dan 33 orang (51,56%) perempuan.

Sedangkan data tahun 2009 menunjukkan penderita sebanyak 111 orang

dengan pembagian 55 orang (49,54%) laki-laki dan 56 orang (50,45%)

perempuan.

2

Page 3: Kti Anemia

Ditinjau dari banyaknya kasus anemia yang terjadi, maka perlu

diterapkan Asuhan Keperawatan untuk mempertahankan keadaan kesehatan

klien yang optimal.

Melihat kenyataan yang ditemukan dalam lahan praktek, penulis

tertarik mengambil judul proposal karya tulis ilmiah tentang “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM

HEMATOLOGI “PADA KASUS ANEMIA DI RUANG DAHLIA KELAS

III RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB. Sehingga nantinya mampu

melaksanakan asuhan keperawatan secara baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan

masalah sebagai berikut:

”Bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan

Sistem Hematologi pada kasus Anemia di Ruang Dahlia kelas III Rumah

Sakit Umum Provinsi NTB”.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah adalah sebagai

berikut :

1.3.1 Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

dengan Gangguan Sistem Hematologi pada kasus Anemia secara baik

dan benar dengan menggunakan proses keperawatan sebagai metode

pemecahan masalah.

3

Page 4: Kti Anemia

1.3.2 Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Anak dengan

Gangguan Sistem Hematologi pada kasus Anemia, maka penulis

mampu :

1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada anak dengan kasus anemia.

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada anak dengan kasus

anemia.

1.3.2.3 Membuat perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan

kasus anemia.

1.3.2.4 Melakukan tindakan keperawatan pada anak dengan kasus

anemia.

1.3.2.5 Mengevaluasi hasil dan tindakan keperawatan yang dilakukan

pada anak dengan kasus anemia.

1.3.2.6 Bagaimana melakukan Dokumentasi Asuhan Keperawatan

yang baik dan benar pada anak dengan kasus anemia.

1.4 Manfaat Penelitian

1.5.1. Ilmu Keperawatan

Dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan

dan mengembangkan ilmu keperawatan.

1.5.2. Pelayanan Keperawatan

Dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan klien terutama

untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

4

Page 5: Kti Anemia

1.5.3. Bagi Masyarakat

Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam

upaya meningkatkan perilaku sehat yang bertanggung jawab bagi

masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui kesehatan melalui

informasi yang didapat dari studi kasus.

1.5.4. Penulis

Memberikan manfaat melalui pengalaman nyata bagi peneliti,

menambah pengetahuan peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh dari pendidikan khususnya pada kasus anemia.

1.5.5. Dinas Kesehatan

Memberikan masukan kepada instansi terkait bagaimana

keadaan dan kejadian anemia

5

Page 6: Kti Anemia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Pengertian

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah)

dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah.

Hampir semua gangguan pada system peredaran darah di sertai dengan

anemi yang di tandai warna kepucatan pada tubuh, terutama

ekstrimitas. (DR.Nursalam, M.Nurs(Hons), dkk ; 2005; 124).

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah

hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang

didapatkan (packed red cell volume) dalam 100 ml darah. (Ngastyah,

2005 : 328)

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti

kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya

nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang

mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah

(Doenges, 2000).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel

darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells

(hematokrit) per 100 ml darah. (Price, 2006 : 256).

6

Page 7: Kti Anemia

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan

sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah

normal (Smeltzer, 2002 : 935).

Anemia, adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin atau

sel darah merah dalam darah sangatlah rendah.

2.1.2. Anatomi Fisiologi

2.1.2.1 Sel Darah Merah

Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan

cairan bikonkaf, yang berarti bagian tengahnya lebih tipis

dari pada bagian tepinya. Jumlah sel darah merah berkisar

antara 4,5 - 6 juta per mm3 darah (millimeter kubik

sekitar satu tetesan yang sangat kecil). Hitungan sel darah

merah pada laki-laki sering kali berada di ujung atas

kisaran ini, sedangkan pada wanita sering kali beraa di

ujung bawah kisaran. Cara lain untuk menentukan jumlah

sel darah merah adalah dengan hematokrit. Pengujian ini

dilakukan dengan cara memasukkan darah ke dalam

tabung kapiler kemudian mensenterifungsikannya

sehingga sel darah terkumpul pada satu ujung. Setelah itu

persentase sel darah dan plasma dapat di temukan. Karena

sel darah merah adalah sel darah yang paling banyak,

total sel darah pada hematokrit normal sekitar 38%-48%.

7

Page 8: Kti Anemia

Hitung sel darah merah dan hematokrit adalah bagian

pemeriksaan darah lengkap.

Sel darah merah mengandung protein hemoglobin

(Hb), yang memberi kemampuan kepada sel darah merah

untuk mengangkut oksigen. Setiap sel darah merah

mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, yang

masing-masing mengikat oksigen dan membentuk

oksihemoglobin. Pada kapiler sistemik , hemoglobin akan

memberikan sebagian besar oksigennya dan hemoglobin

menjadi berkurang . penentuan kadar hemoglobin juga

termasuk bagian pemeriksaan hitung darah total, kisaran

normalny sekitar 12-18 gram per 100 ml darah. Sangat

diperlukan pada pembentukan hemoglobin adalah

mineral besi, terdapat empat atom besi pada setiap

molekul hgemoglobin . sebenarnya atom besilah yang

mengikat oksigen dan membuat sel darah merah berwarna

merah. (Valerie C. Scanlon, 2006 : 230).

8

Page 9: Kti Anemia

Gambar sel darah merah

Gambar Sel darah pada anemia

Nilai normal sel darah

Jenis sel darahUsia

Bayi baru lahir

1 tahun 5 tahun 8-12 tahun

Eritrosit (juta/mikrolt)

5,9 (4,1-7,5) 4,6 (4,1-5,1) 4,7 (4,2-5,2) 5 (4,5-5,4)

Hb (gr/dl) 19 (14-24) 12 (11-15) 13,5 (12,5-15) 14 (13-15,5)

Leukosit (per mikro lt)

17.000 (8-38) 10.000 (5-15) 800 (5-13) 800 (5-12)

Trombosit (per mikro)

200.000 260.000 260.000 260.000

Hematokrit (%) 54 36 38 40

Sumber : Essetiatials Of Pediatrics Nursing, Wong (2000).

9

Page 10: Kti Anemia

2.1.2.2. Zat Besi

Zat besi bersama dengan protein (globin) dan

protoporifirin mempunyai peranan yang penting dalam

pembentukan hemoglobin. Selain itu juga besi terdapat

dalam beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme

oksidatif, sintesis DNA, neurotransmiter, dan proses

katabolisme. Kekurangan besi akan di memberikan

dampak yang merugikan terhadap system pencernaan,

susunan saraf pusat, kardiovaskular, imunitas dan

perubahan tingkat seluler.

Jumlah zat besi yang diserap oleh tubuh di

pengaruhi oleh jumlah besi dalam makanan,

bioavailabilitas besi dalam makanan dan penyerapan oleh

mukos usus. Di dalam tubuh orang dewasa mengandung

zat besi sekitar 55mg/kgBB atau sekitar 4 gram, lebih

kurang 67% zat besi tersebut dalam bentuk hemoglobin,

30% sebagai cadangan dalam bentuk feritin atau

hemosiderin dan 3% dalam bentuk mioglobin. Hanya

sekitar 0,07% sebagai transferin dan 0,2% sebagai enzim.

Bayi baru lahir (BBL) daklam tubuhnya mengandung besi

sekitar 0,5 gram.

10

Page 11: Kti Anemia

Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus, yang

pertama adalah penyerapan dalam bentuk non heme

(sekitar 90% berasal dari makanan), yaitu besinya harus

diubah dahulu menjadi bentuk yang di serap, sedangkan

bentuk yang ke duua adalah bentuk heme (sekitar 10%

berasal dari makanan) besinya dapat langsung di serap

tanpa memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam

lambung ataupun zat makanan yang dikonsumsi.

(H. Bmbang Permono. 2006 : 31)

Secara normal , tubuh hanya memerlukan Fe dalam

jumlah yang sedikit. Oleh karena itu, eksresi besi juga

sangat sedikit. Pemberian Fe yang berlebihan dalam

makanan dapat mengakibatkan hemosiderosit (pigmen Fe

yang berlebihan akibat penguraian Hb) dan

hemokromatosis ( timbunan Fe yang berlebihan dalam

jaringan). Pada masa bayi dan pubertas, kebutuhan Fe

meningkat karena pertumbuhan. Demikian juga dalam

keadaan infeksi.

Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb,

sehingga pembentukan eritrosit mengalami penurunan.

Disamping itu, tiap eritrosit akan mengandung Hb dalam

jumlah yang lebih sedikt. Akibatnya, bentuk selnya

menjadi hipokromik mikrositik (bentuk sel darah kecil),

11

Page 12: Kti Anemia

karena tiap eritrosit mengandung Hb dalam jumlah yang

lebih sedikit. (DR.Nursalam, M.Nurs(Hons), dkk ; 2005;

125).

2.1.2.3. Asam Folat

Asam folat adalah zat yang berhubungan dengan

unsur makanan yang sangat penting bagi tubuh . Peran

utama asam folat ialah dalam metabolisme intra seluler .

Asam folat merupakan bahan esensial untuk sitesis DNA

dan RNA, yang penting sekali yntuk metabolisme inti

sel.DNA digunakan untuk mitosis sedangkan RNA

digunakan untuk pematangan sel. Jadi bila terdapat

kekurangan asam folat, banyak sel yang akan antri untuk

memperoleh DNA agar dapat membelah. Tampak

eritropoesis meningkat sampai 3 kali normal..

Defisiensi folat merupakan komplikasi yang

sering terjadi pada penyakit usus halus karena penyakit

tersebut dapat mengganggu absorbsi folat dari makanan

dan resirkulasi folat lewat siklus entrohepatik. Pada

alkoholisme akut atau kronik, asufan folat dalam

makanann akan terhambat , dan siklus entrohepatik akan

terganggu oleh efek toksik dari alkohol pada sel-sel

parenkim hati , hal ini menjadi penyebab utama dari

12

Page 13: Kti Anemia

defisiensi folat yang menimbulkan eritropoiesis

megaloblastik. (Aru w. Sudoyo, dkk,2006, 643)

2.1.3. Etiologi

Etiologi anemia dapat di kelompokkan sebagai berikut:

1 Gangguan produksi eritrosit yang dapat

terjadi karena:

a. Perubahan sintesis Hb yang dapat menimbulkan anemi

deefisiensi Fe, Thalasemia, dan anemia infeksi kronik.

b. Perubahan sintesis DNA akibat kekurangan nutrient yang

dapat menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam

folat.

c. Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu, sseehingga dapat

menimbulkan anemia aplastik dan leukemia

d. Infiltrasi susum tulang, misalnya karena karsinoma

2 Kehilangan darah.

a. Akut karena perdarahan atau

trauma/kecelakaan yang terjadi secara mendadak.

b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau

menorhagia.

3 Meningkatnya pemecahan

eritrosit(hemolisis). Hemolisis dapat tterjadi karena:

a. Faktor bawaan, misalnya kekurangan enzim G6PD (untuk

mencegah kerusakan eritrosit).

13

Page 14: Kti Anemia

b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat

merusak eritrosit, misalnya, ureum pada darah karena

ganggguan ginjal atau pengguanaan obat acetosal.

4 Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak

ada. Bahan baku yang di maksud adalah protein, asam folat,

vitamin B12, dan mineral Fe.(DR.Nursalam, M.Nurs(Hons),

dkk ; 2005; 124).

2.1.4. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan

susm-sum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau

keduanya. Kegagalan sum-sum (misalnya, berkurangnya

eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan

toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab-penyebab

yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui

perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada kasus yang disebut

terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang

tidak dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat

beberapa factor di luar sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel

fagositik atau dalam retikuloendotelial, terutama dalam hati dan

limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin,yang terbentuk

dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan

destruksi sel darah merah (hemolisis) segera di refleksikan

14

Page 15: Kti Anemia

dengan peningkatan bilirubin plasma. (konsentrasi normalnya 1

mg/dl atau kurang :kadar di atas 1,5 mg/dl mengakibatkan

ikterik pada sclera ).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran

Dallam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai sirkulasi,

seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka

hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglonemia).

Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin

plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk

mengikat semuanya ( misalnya, apabila lebih dari sekitar 100

mg/dl), hemoglobin akan terdisfusi dalam gromerulus ginjal dan

ke dalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidaknya

hemolobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan

informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah

abnormal pada paasien dengan hemolisis dan dapat merupakan

petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.

(Brunner & Suddarthat,2002, 935).

2.1.5 Klasifikiasi Anemia

2.1.5.1. Klasifikasi anemia menurut etiofatogenesis (Aru w.

Sudoyo, dkk,2006, 623)

a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit

dalam sumsum tulang

1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit

15

Page 16: Kti Anemia

a). Anemia defisiensi besi

b). Anemia defisiensi asam folat

c). Anemia defiseensi vitamin B12

2. Gangguan penggunaan (utilasi) bes

a). Anemia akibat penyakit kronik

b). Anemia sideroblastik

3. Kerusakan sum-sum tulang

a). Anemia aplastik

b). Anemia mieloplastik

c). Anemia pada keganasan hematologi

d). Anemia diseritrofoetik

e). Anemia pada sindrom mielodisplastik

Anemia akibat kekurangan eritropoetin : anemia

pada ginjal kronik.

b. Anemia akibat hemoragi

1. Anemia pasca perdarahan

2. Anemia akibat perdarahan kronik

c. Anemia hemolitik

1. Anemia hemolitik intra korpuskular

a). Gangguan memberan eritrosit

(membranopati)

b). Gangguan ensim eritrosit (enzimopati) :

anemia akibat defisiensi G6PD

16

Page 17: Kti Anemia

c). Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)

1) Thalasemia

2) Hemoglobinopati struktural :Hbs, Hbe,

dll

2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler

a). Anemia hemolitik auto imun

b). Anemia hemolitik mikroangiopatik

c). Lain-lain

d. Anemia dengan penyebab tidak di ketahui atau

dengan patogenesis yang kompleks.

Klasifikasi etiologi bila digabungkan akan sangat

menolong dalam mengetahui penyebab suatu anemia

berdasarkan jenis morfologi anemia.

2.1.5.2. Klasifikasi Anemia berdasarkan morfologi dan

etiologi (Aru w. Sudoyo, dkk,2006, 623)

a. Anemia hipokromik mikrositer

1. Anemia defisiensi besi

2. Thalasemia major

3. Anemia akibat penyakit kronik

4. Anemia sideroblastik

b. Anemai normokromik

1. Anemia pasca perdarahan akut

2. Anemia aplastik

17

Page 18: Kti Anemia

3. Anemia hemolitik didapat

4. Anemia akibat penyakit kronik

5. Anemia pada gagal ginjal kronik

6. Anemia pada sindrom mielodisplastik

7. Anemia pada keganasan hematologik

c. Anemia makrositer

1. Bentuk megaloblastik

a). Anemia defisiensi asam folat

b). Anemia defisiensi

B12, termasuk anemia pernisiosa

2. Bentuk non-megaloblastik

a). Anemia pada penyakit

hati kronik

b). Anemia pada

hipotirodisme

c). Anemai pada sindrom

mielodisplastik

2.1.5.3. Berdasarkan penyebab tersebut di atas, anemia

dapat di kelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang

disebabkan kurangnya besi yang di perlukan untuk

18

Page 19: Kti Anemia

sintesis hemoglobin. (H.Bmbang Permono. 2006:

30)

Anemia defisiensi besi adalah keadaan

diman kandungan besi tubuh total turun di bawah

tingkat normal . (besi di perlukan untuk sintesa

hemoglobin). Merupakan anemia yang paling sering

pada semua kelompok umur. (Brunner & Suddarth,

2002, 941)

2. Anemia Megaloblastik

Anemia Megaloblastik merupakan anemia

yang terjadi karena kekurangan asam folat, disebut

juga dengan anemia anemia defesiensi asam folat.

Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis

DNA dan RNA yang penting untuk metabolisme inti

sel. DNA di perlukan untuk sintesis, sedangkan RNA

untk pematangan sel. Berdasarkan bentuk sel darah

anemi mega loblastik tergolong dalam anemi

makrositik, seperti pada anemia pernisidosa.

Anemia megaloblastik adalah anemia

makrositik yang di tandai dengan adanya peningkatan

ukuran sel darah merah yang di sebabkan oleh

abnormalitas hematopoesis dengan karakteristik

dismaturasi nucleus dan sitoplasma sel myeloid dan

19

Page 20: Kti Anemia

eritroid sebagai akibat gangguan sintesis DNA. (H.

Bmbang Permono. 2006 : 44)

3. Anemia Pernisiosa

Merupakan anemia yang terjadi karena

kekurangan vitamin B12. anemi pernisosa ini

tergolong anemia megaloblastik karena mentuk sel

darah yang hampir sama dengan anemia defisiensi

asam folat. Bentuk sel darahnya tergolong anemi

makrositk normokromik, yaitu ukuran sel darah

merah yang besar dengan bentuk abnormal tetap

kadar Hb normal. (DR. Nursalam, M. Nurs (Hons),

2005 : 126).

4. Anemia Pascaperdarahan

Terjadi sebagai akibat dari perdarahan yang

massif (perdarahn terus menerus dan dalam jumlah

banyak) seperti pada kecelakaan, operasi dan

persalinan dengan perdarahan hebat yang terjadi

secara mendadak maupun menahun, berdasarkan

bentuk sel darah berbentuk normal tetapi rusak/habis.

Akibat kehilangan darah yang mendadak,

maka akan terjadi reflek cardiovacular yang fisiologis

berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah

ke organ yang kurang vital, dan penambahan aliran

20

Page 21: Kti Anemia

darah ke organ vital (otak dan jantung). Kehilangan

darah yang mendadak lebih berbahaya dibandingkan

dengan kehilangan darah dalam waktu lama. (DR.

Nursalam, M. Nurs (Hons), 2005 : 126).

5. Anemia Aplastik

Anemia aplastik adalah gangguan akibat

kegagalan sum-sum tulang yang menyebabkan

penipisan semua sum-sum. Produksi sel-sel darah

menurun terhenti. Timbul pansitonia dan hipo

selularitas sum-sum. Manifestasi gejala tergantung

beratnya trombositopenia (gejala perdarahan),

neutropenia(infeksi bakteri, demam), dan anemia

(pucat lelah, gagal jantung kongestif, takikardi).

Anemis berat ditandai dengan jumlah granulosit yang

kurang dar 500/mm3, jumlah trombosit kurang dari

20.000/mm3, dan jumlah retikulosit kurang dari 1.

anemia aplastik ada yang didapat atau ddi turunkan,.

Bentuk anemia yang didapat disebabkan oleh obat

(kloramfenikol), bahan kimia(benzene), radiasi, atau

infeksi virus (hepatitis Epstren Bar) dan kadang-

21

Page 22: Kti Anemia

kadang berhubungan dengan hemohlobinuri, nokturin.

(Cecily L. Betz &Linda A. Sowden, 2002:9)

6. Anemia hemolitik

Anemia hemolitik ialah anemia yang

disebabkan karena terjadinnya penghancuran sel

darah merah dalam pembuluh darah ssehingga umur

eritrosit pendek. Umur eritrosit ialah 100-120 hari.

(Ngastyah, 2005 : 328)

Anemia hemolitik merupakan anemia yng

terjadi karena umur eritrosit yang lebih pendek/

premature. Secara normal, eritrosit berumur antara

100-120 hari. Adanya penghancuran eritrosit tyang

berlebihan akan memengaruhi fungsi hepar, sehingga

adanya kemungkinan terjadi peningkatab

bilirubin.selain itu, sumsum tulang dapat membentuk

6-8 kali lebih banyak system eritropoetik daripada

biasanya, sehingga banyak di jumpai eritrosit dan

retikulosit pada darah tepi. Berdasarkan bentuk sel

darahnya anemia hemolitik termasuk dalam

aneminormositik normokromik. Kekurangan bahan

pembentukan sel darah, seperti vitamin, protein atau

adanya injeksi dapat menyebabkan

22

Page 23: Kti Anemia

ketidakseimbangan ntara penghancuran dan

pembentukan system eritropoetik.

7. Anemia Sickle Cell

Merupakan anemi yang terjadi karena sintesis

Hb abnormal dan mudah rusak, serta merupakan

penyakit keturunan (hereditary hemoglobinopathi).

Anemia sickle cell ini menyerupai anemia

hemolitik.. (Nursalam 2005 : 127).

2.1.6 . Manifestasi Klinis

Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien

anemia antara lain : pucat, lemah, cepat lelah, keringat

dingin,hypotensi, palpitasi. (Barbara C. Long, 1996).

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan

fungsi dari berbagai system dalam tubuh antara lain penurunan

kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang di

manefestasikan dalam perubahan prilaku, anorexia (badan

kurus, kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang

abnormal pada anak. Sering terjadi juga abnormalitas

pertumbuhan, gangguan fungsi efitel, dan berkurangnya

keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L,

yakni lemah, letih, lesu, lelah, lunglai. Kalau muncul 5 gejala

ini, bias dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain

adalah munculnya sclera (warna pucat pada bagian kelopak

23

Page 24: Kti Anemia

mata bawah). Anemia bias menyebabkan kelelahaan,

kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika

anemia bertambah berat bisa menyebabkan stroke atau

serangan jantung. ( Sjaifoellah, 1998 ).

2.1.7. Komplikasi

Anemia juga menyebabka daya tahan tubuh mengurang.

Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi.

Gampang batuk pilek, gampang flu, atau gampang terkena

infeksi saluran nafas, jantung juga menjadi gampang lelah,

karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil

dengan anemia, jika lambat ditanngani dan berkelanjutan dapat

menyebabkan kematian, dan beresiko bagi janin. Setelah bayi

lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu

perkembangan organ-organ tubuh temasuk otak. (Sjaifollah,

1998).

2.1.8. Pemeriksaan penunjang

a. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit

menurun.

b. Jumlah eritrosit menurun : menurun berat (aplastik), MCV

(Volume Corpuscular Merata) dan MCH ( hemoglobin

24

Page 25: Kti Anemia

Corpuscular Merata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit

hipokronik, peningkatan pansitopenia (aplastik).

c. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal: menurun, meningkat

(respons sumsum tulang terhadap kehilangan

darah/hemolisis)

d. Pewarna sel darah merah: mendeteksi perubahan warna dan

bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).

e. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi,

Misal: peningkatan sel darah merah, atau penyakit malignasi.

f. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan

diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah

merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.

g. Tes kerapuhan eritrosit : menurun

h. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah

(diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun

(aplastik).

Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat, normal

atau tinggi (hemolitik).

i. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur

hemoglobin.

j. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (hemolitik).

k. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia

sehubungan dengan defisiensi masukan/absorspsi.

25

Page 26: Kti Anemia

l. Besi serum : tak ada, tinggi (hemolitik).

m. TBC serum : meningkat

n. Feritin serum : meningkat

o. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

p. LDH serum : menurun

q. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine.

r. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan

isi gaster, menunjukkan pendarahan akut/kronis.

s. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH

dan tak adanya asan hidroklorik bebas.

t. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksasaan/biopsy : sel mungkin

tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk,

membentuk, membedakan tipe anemia, misal peningkatan

megaloblas, lemak sumsum dengan penurunan sel darah

(aplastik). Pemeriksaan andoskopik dan radiografik :

memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 2000).

2.1.9. Penatalaksanaan Medis

2.1.9.1. Tindakan umum :

Penatalaksanaan anemia ditunjukkan untuk mencari

penyebab dan mengganti darah yang hilang.

1. Transpalasi sel darah merah.

2. Antibiotic diberikan untuk mencegah infeksi

26

Page 27: Kti Anemia

3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan

sel darah merah

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas

yang membutuhkan oksigen.

5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada

6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran

hijau.

2.1.9.2. Pengobatan

Untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya:

1. Anemia defisiensi besi

Penatalaksanaan :

Mengatur makanan yang mengandung zat besi,

usahakan makarnan yang diberikan seperti ikan,

daging, telur, dan sayur.

Pemberian prefarat Fe.

Pessosulfat 3x200 mg/hari/oral sehabis makan

Peroglukonat 3x200mg/hari/oral sehabis makan

2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan

dan syok dengan pemberian cairan dan transfuse

darah.

27

Page 28: Kti Anemia

WOC : Web Of Caution

28

Pertumbuhan cepat

Penyakit Perdarahan

Gangguan system pencernaan

Tidak cukup mengandung Fe

Kebutuhan Fe meningkat

Gangguan penyerapan Fe

Konstipasi /diare

Tubuh kekurangan Fe

Kadar O2 dalam sel menurun

Konsentrasi sel darah merah

menurun

Resiko terjadinya kerusakan integumen

Tubuh kekurangan O2

Gangguan sirkulasi

Intoleransi aktifitas

Pembuatan Hb terganggu

Perubahan perfusi jaringan

Perubahnn nutrsi

Resiko tinggi infeksi

Makanan

Page 29: Kti Anemia

(kombinasi : Alimul, A, 2006. Doenges, 2000. Brunner & Suddarth, 2002.)

2.2. Konsep Tumbuh Kembang

2.2.1. Pertumbuhan setelah lahir

Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar

sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan

mensintesis protein –protein baru, menghasilkan penambahan jumlah

dan berat secara keseluruhan atau sebagian. (Hidayat A, 2005).

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan

struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya

multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena

bertambahnya jumlah sel. (Nursalam, 2005).

1 Berat badan

Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir

akan kembali pada hari ke 10, berat badan akan menjadi 2 kali

berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan, menjadi 3 kali

berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4 kali berat badan

pada umur 2 tahun. Pada masa prasekolah kenaikan berat badan

29

Page 30: Kti Anemia

rata-rata 2 Kg/tahun dengan rata-rata kenaikan berat badan 3-3,5

Kg/tahun.

2 Berat badan dalam rumus :

3 – 12 bulan

1 – 6 tahun umur (bulan) x 2 + 8

6 – 12 tahun

3 Tinggi badan

Tinggi badan rata-rata waktu lahir 50 cm. Perkiraan tinggi badan

dalam sentimeter:

Lahir : 50 cm

Umur 1 thn : 75 cm

Umur 2-12 thn : Umur (tahun) x 6 ± 77

4 Kepala

Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 3 cm dan

besarnya lingkaran kepala ini lebih besar dan lingkar dada. Pada

anak umur 6 bulan lingkaran kepala rata-rata adalah 44 cm, umur 1

tahun 47 cm, umur 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. Jadi

petambahan lingkar kepala pada 6 bulan pertama adalah 10 cm

atau sekitar 50% pertambahan lingkar kepala sejak lahir sampai

dewasa terjadi pada 6 bulan petama kehidupan.

5 Gigi

30

Page 31: Kti Anemia

Gigi petama tumbuh pada umur 5-9 bulan, pada umur 1

tahun sebagian besar anak mempunyai 6-8 gigi susu, selama tahun

kedua gigi tumbuh lagi menjadi 8 sehingga seluruhnya sektar 14-

16 gigi, dan pada umur 2,5 tahun sudah terdapat gigi susu.

6 Jaringan lemak

Selain otot-otot jaringan lemak juga menentukan ukuran

dan bentuk tubuh seseorang, pertumbuhan jumlah sel lemak

meningkat pada trimester III kehamilan sampai pertengahan masa

bayi, pertumbuhan jaringan lemak melambat sampai anak berumar

6 tahun, anak kelihatan kurus/langsing. Jaringan lemak akan

betambah lagi pada anak perempuan umur 8 tahun dan anak laki-

taki umur 10 tahun sampai menjelang awal pubertas.

7 Organ-organ tubuh

Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti polanya sendiri.

Secara umur terdapat pola pertumbuhan organ yaitu:

Pola umur (general pattern) yaitu meliputi tulang panjang, oto

skelet, sistim pencernaan. Pernafasan peredaran darah dan volume

darah.

a) Pola neveral (brain dan head patern). Perkembangan otak

bersama-sama tulang tengkorak yang melindunginya, mata dan

telinga berlangsung lebih dini.

b) Pola Lompoid (limpoid pattern) agak berbeda dari bagian

tubuh lainnya, pertumbuhan mencapai maksimum sebelum

31

Page 32: Kti Anemia

adolesensi kemudian menurun sehingga mencapai ukuran

dewasa.

c) Pola Gental (Reproductive pattern). Pada anak perempuan

tanda pubertas pertama pada umumnya adalah pertumbuhan

payudara stadium yaitu terdiri dari penonjolan puting susu

disertai pembesaran aerola mamae sekitar umur 8 - 12 tahun,

haid pertama (menarche) sangat bervariasi pada umur masing-

masing individu yang mengalaminya, rata-rata pada umur 10,5-

15,5 tahun.

2.2.2. Perkembangan setelah lahir

Perkembangan (development) adalah perubahan secara

berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh,

meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan,

kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran

(learning). (Wong : 2000).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat

diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,

jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi.

(Markum: 2001).

Adapun skema praktis perkembangan mental anak balita yang

disebut skla yaumil mimi:

1. Dari lahir sampai 3 bulan.

32

Page 33: Kti Anemia

Belajar mengangkat kepala, belajar mengikuti obyek

dengan matanya, melihat ke muka orang dengan tersenyum,

bereaksi terhadap suara, mengenal ibunya dengan penglihatan,

penciuman. pendengaran dan kontak, menahan barang yang

dipegangnya, mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.

2. Dari 3-6 bulan

Mengangkat kepala 900 dan mengangkat dada dengan

bertopang tangan mulai belajar meraih benda-benda yang ada

dalam jangkauannya/diluar jangkauannya, menaruh benda-benda di

mulutnya, berusaha memperluas lapang pandang, tertawa dan

menjerit karena gembira bila diajak bermain, mulai berusaha

mencari benda-benda yang hilang.

3. Dari 6-9 bulan,

Dapat duduk tanpa bantuan, dapat tengkurap dengan

berbalik sendiri, dapat merangkak meraih benda/mendekati

seseorang, memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang

lain, memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.

bergembira dengan melempar benda-benda, mengeluarkan kata-

kata tanpa arti, mengenal muka anggota keluarga dan takut kepada

orang asing/orang lain, mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk

tangan dan sembunyi-sembunyian.

4. Dari 9-12 bulan.

33

Page 34: Kti Anemia

Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu, dapat berjalan dengan

dituntun, menirukan suara, mengulangi bunyi yang didengarnya

belajar mengatakan satu atau dua kata, mengerti perintah

sederhana, memperlihatkan minat yang besar dalam

mengeksplorasi sekitarnya, memasukkan benda ke dalam

mulutnya, berpartisipasi dalam permainan.

5. Dan 12 - 18 bulan

Berjalan dengan mengeksplorasi rumah serta sekitarnya

menyusun 2/3 kotak, dapat mengatakan 5 -10 kata,

memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing.

6. Dari 18-24 bulan

Naik turun tangga. menyusun enam kotak, menunjukkan

mata dan hidungnya, menyusun dua kata, belajar makan sendiri,

menggambar garis di kertas atau pasir, mulai belajar mengontrol

buang air besar dan buang air kecil/kencing, menaruh minat kepada

apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar,

memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain dengan

mereka.

7. Dari 2-3 tahun.

Belajar loncat memanjat melompat dengan satu kaki,

membuat jembatan dengan 3 kotak. mampu menyusun kalimat,

mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang

ditujukan kepadanya, menggambar lingkungan, bermain bersama

34

Page 35: Kti Anemia

dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar

lingkungannya.

8. Dan 3-4 tahun

Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga. berjalan pada

jari kaki, belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri,

menggambar garis silang, menggambar orang hanya kepala dan

badan, mengenal 2/3 warna, bicara dengan baik, menyebut

namanya, jenis kelamin dan umur, banyak bentanya, bertanya

bagaimana anak dilahirkan, mengenal sisi atas sisi bawah, muka

dan belakang, mendengarkan cerita-cerita, bermain dengan anak

lain, menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya,

melaksanakan tugas-tugas sederhana.

9. Dari 4-5 tahun.

Melompat dan menari, menggambar orang berdiri dari

kepala, lengan, badan, menggambar segi tiga dan segi empat,

pandai bicara, dapat menghitung jari-jarinya, dapat menyebut hari-

hari dalam seminggu, mendengar dan mengulang hal-hal penting

dalam cerita, minat kepada kata baru dan artinya, memperkirakan

bentuk dan besarnya benda, menaruh minat kepada aktivitas orang

dewasa.

10. Pendidikan dan stimulasi yang penlu diberikan

a) Akademik sederhana: pengenalan ruangan bentuk, warna,

persiapan berhitung.

35

Page 36: Kti Anemia

b) Pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan

masyarakat.

c) Bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan

memperkaya pengalaman.

d) Menyanyi, mengambar.

e) Bahasa:bercakap-cakap, membaca. bercerita.mengungkapkan

syair sederhana.

f) Melatih daya ingat dengan berjualan, menyampaikan carita.

g) Membuat permainan dari kertas.

h) Bermain musik.

i) Mengenal tugas, larangan-larangan.

j) Aktivitas sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri.

(Doenges,2000).

Tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik anak.

1. Tumbuh kembang infant/bayi , umur 0-12 bulan.

a. Umur 1 bulan

a). Fisik

Berat badan akan meningkat 150-250 gr/mg. Tb meningkat

2,5 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 125 cm/bulan.

Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung sampai

bayi umur 6 bulan.

b). Motorik

36

Page 37: Kti Anemia

Bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala dengan

bantuan oleh orang tua, tubuh ditengkurapkan, kepala

menoleh kekiri atau ke kanan , reflek menghisap, mencium,

menggenggam, dan sudah mulai positof

c). Sensorik

Mata mengikuti sinar ke tengah.

d). Sosialisasi

Bayi sudah mulai tersenyum pada orang di sekitarnya.

b. Umur 2-3 bulan

a). Fisik

Fontanel posterior sudah menutup

b). Motorik

Mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk menahannya

sendiri dengan tangan, memasukkan tangan ke mulut.

c). Sensorik

Sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi, mulai

mendengarkan suara yang didengarnya.

d). Sosialisasi

Mulai tertawa pada seseorang, senag jika tertawa keras,

menangis sudah mulai berkurang.

c. Umur 4-5 bulan

a). Fisik

Berat badan menjadi dua kali dari BB lahir

37

Page 38: Kti Anemia

b). Motorik

Jika didudukan kepala sudah bisa seimbang dan punggung

sudah mulai tegak

c). Sensorik

Sudah bisa mengenal orang-orang yang sering berada

didekatnya akomodasi mata positif

d). Sosialisasi

Senang bisa berintraksi dengan orang lain walaupun tidak

pernah dilihatnya.

d. Usia 6-7 bulan

a). Fisik

Berat badan meningkat 90-180 gr/minggu, Tinggi badan

meningkat 1,25 cm/bulan.

b). Motorik

Bayi sudah dapat membalikkan badan sendiri

c). Sosialisasi

Sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya.

e. Umur 8-9 bulan

a). Fisik

Sudah bisa duduk sendiri

b). Motorik

38

Page 39: Kti Anemia

Bayi tertarik dengan benda-benda kecil yang ada

disekitarnya.

c). Sosialisasi

Bayi mengalami Stranger anketi/ meraskan cemas

terhadap hal-hal yang belum dikenalnya (orang asing)

2. Tumbuh kembang Toddler ( umur 1-3 tahun)

a. Umur 15 bulan

a). Motorik kasar

Sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain.

b). Motorik halus

Sudah bisa memegang cangkir

b. Umur 18 bulan

c). Motorik kasar

Mulai berlari tetapi masih sring jatuh

d). Motorik halus

Sudah bisa makan sendir dengan menggunakan sendok.

c. Umur 24 bulan

a). Motorik kasar

Berlari sudah baik

b). Motorik halus

Sudah bisa membuka pintu

d. Umur 36 bulan

a). Motorik kasar

39

Page 40: Kti Anemia

Sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan

b). Motorik halus

Bisa menggambar lingkaran

3. Tumbuh kembang Pra sekolah

a. Usia 4 tahun

a). Motorik kasar

Berjalan berjinjit, melonpat, melompat dengan satu kakai.

b). Motorik halus

Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar.

b. Usia 5 tahun

a). Motorik kasar

Berjalan mundur sambil berjinjit

b). Motorik halus

Menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf.

4. Tumbuh kembang sekolah

a. Motorik

Lebih mampu menggunakan otot-otot kasar daripada otot-

otot halus.

b. Sosial emosional

Mencari lingkungan yang lebih luas sehingga cencerung

pergi dari rumah hanya untuk bermain dengan teman.

40

Page 41: Kti Anemia

c. Pertumbuhan fisik

Berat badan meningkat 2-3 kg/tahun tinggi badan

meningkat 6-7 cm/tahun.

5. Tumbuh kembang remaja (adolescent)

a. Pertumbuhan fisik

Merupakan tahap pertumbuhan yang sangat pesat, tinggi

badan 25%, berat badan 50%, semua sistem tubuh berubah

dan yang paling banyak perubahan adalah sistem endokrin.

b. Sosial emosional

Kemampuan akan sosialisasi meningkat, relasi dengan

teman akan tetapi lebih penting dengan teman yang sejenis.

2.3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan

secara keseluruhan, tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan

data, analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan, yang

meliputi:

2.2.1.1. Data Biografi

Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,

alamat, tanggal masuk Rumah Sakit, nomor Rekam Medik,

diagnosa medis dan sumber biaya, penanggung jawab.

2.2.1.2. Keluhan Utama

41

Page 42: Kti Anemia

Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau

gejala apa yang manyebabkan klien datang berobat, yang

akan muncul saat awal dilakukan pengkajian pertama kali,

Biasanya pada kasus Anemia, klien datang ke rumah sakit

dengan keluhan utamanya seperti pucat, lemah, cepat lelah,

keringat dingin,hypotensi, palpitasi.

2.2.1.3. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai

dari akhir masa sehat yang ditulis secara kronologis sesuai

urutan waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan

penyakitnya, keluhan utama, dan gejala yang muncul

seperti pucat, lemah, cepat lelah, keringat dingin,hypotensi,

palpitasi.

2.2.1.4. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis

tentang penyakit sistem cardiovaskular, sistem pernafasan,

sistem pencernaan, kulit, adanya penyakit infeksi dll, yang

dicatat adalah keterangan terperinci mengenai semua

penyakit dan komplikasi yang pernah dialami, dan

sedemikian mungkin dicatat menurut urutan waktu.

2.2.1.5. Riwayat penyakit keluarga

Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit

keluarga adalah bagaimana riwayat kesehatan dan

42

Page 43: Kti Anemia

keperawatan yang dimiliki pada salah satu anggota

keluarga, pada klien dengan Anemia ditanyakan apakah ada

keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien,

penyakit kronis atau penyakit degeneratif lainnya, serta

upaya apa yang dilakukan jika mengalami sakit.

2.2.1.6. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, menurut

Virginia Handerson

1) Pola Pernafasan

Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi

pernafasan, gerakan dinding dada, pernafasan cuping

hidung, apakah klien merasa sesak, pada klien dengan

Anemia biasanya terjadi nafas pendek dan cepat sebagai

kompensai dari kekurangan oksigen..

2) Pola Nutrisi

Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet

khusus, suplement yang dikonsumsi, instruksi diet

sebelumnya, nafsu makan, jumlah cairan dan makanan

yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah, kesulitan

menelan, riwayat penyembuhan kulit, ada tidaknya

masalah dalam status gizi dll, pada klien dengan Anemia

mengalami gangguan atau perubahan dalam memenuhi

kebutuhan nutrisi. Klien mengalami penurunan nafsu

makan, klien sering mual dan muntah sehingga klien

43

Page 44: Kti Anemia

menjadi sedikit makan. Dan terjadi kesalahan pola makan

sehingga asupan tidak mencukupi, misalnya, terlambat

memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6 bulan.

3) Eliminasi

Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah

kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya konstipasi, diare,

inkontinensia, kebiasaan berkemih, ada/tidaknya disuria,

nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia,

ada/tidaknya terpasang kateter, Pada klien dengan

Anemia mengalami gangguan dalam BAB dan BAK

karena riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen,

sindrom malabsorpsi. Hematemesis, feses dengan darah

segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran

urine.

4) Gerak dan Keseimbangan Tubuh

Klien dengan anemia akan mengalami gangguan

gerak atau aktivitasnya dapat diakibatkan karena

kelemahan otot, keletihan, kelemahan, malaise umum dan

adanya napas pendek.

5) Istirahat Tidur

Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan

adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang,

merasa tenang setelah tidur, masalah selama tidur, adanya

44

Page 45: Kti Anemia

terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien

dengan Anemia, kien biasanya mengalami kesulitan

dalam istirahat dan tidurnya karena napas pendek dan

keletihan.

6) Kebutuhan berpakaian

Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi

kebutuhan berpakain.

7) Mempertahankan temperatur tubuh dan

sirkulasi

Pada klien dengan Anemia terjadi gangguan dalam

hal temperatur atau sirkulasi, sebagai akibat dari

kekurangan leukosit dari jaringan iskemik (jaringan yang

mati akibat kekurangan oksigen).

8) Hygiene

Pada klien dengan Anemia tidak terjadi gangguan

dalam hal perawatan hygienenya.

9) Keamanan dan kenyamanan

Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan

rasa aman dan nyaman karna rasa nyeri akan timbul saat

klien melakukan aktivitas yang berat, dalam kebutuhan

keamanan ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa

aman dan terlindungi oleh keluarganya.

10) Status sosial

45

Page 46: Kti Anemia

Bagaimana hubungan klien dengan keluarga,

tetangga maupun orang lain, serta begaimana klien

berinteraksi dengan lingkungannya.

11) Spiritual

Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat

klien masih sehat dengan saat kilen sakit, biasanya tidak

mengalami hambatan dalam melakukan ibadah, pada

keadaan spiritual ini perlu diketahui tentang agama yang

dianut klien apakah tetap melakukan ajaran agama yang

dianutnya atau terganggu karena penyakit yang dialami.

12) Aktivitas

Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan

adalah pola aktivitas klien mengalami gangguan, karena

pada klien Anemia aktivitasnya terganggu karena

kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat

terpenuhi dengan baik jika keadaan umumnya sudah

memburuk.

13) Kebutuhan bermain dan rekreasi

Pada pengumpulan data hal yang perlu

diperhatikan adalah hal-hal apa saja yang membuat klien

merasa tenang, biasanya klien tidak bisa memenuhi

46

Page 47: Kti Anemia

kebutuhan bermain dan rekreasi karena harus istirahat

yang cukup, pada klien dengan Anemia tidak dapat

memenuhi kebutuhan, bermain dan rekreasi karena dalam

kondisi lemah.

14) Kebutuhan Bekerja

Anak dengan Anemia mengalami gangguan dalam

bekerja jika keadaan umumnya sudah lemah dan buruk,

disertai dengan komplikasi.

(kombinasi: Alimul, A. 2004. Doenges, Marillyn, 2000).

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi,memfokuskan

dan mengatasi kebutuhan spesifik klien serta respons terhadap masalah

aktual dan resiko tinggi. Difinisi kerja diagnosa keperawatan yang

terbaru yang dikembangkan oleh north american nursing diagnosis

association(NANDA):2002.

Berikut diagnosa kepearawatan yang dapat ditemukan pada klien

dengan anemia :

1 Perubahn perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.

47

Page 48: Kti Anemia

2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan

/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.

3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

4 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan sekunder ((penurunan hemoglobin leucopenia, atau

penurunan granulost (respons inflamasi tertekan))

5 Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

perubahan sirkulasi dan neurologist.

6 Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;

perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.

7 Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ;

salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

2.2.3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan yang

akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah yang dialami klien

sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan.

Intervensi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 2000)

adalah :

1 Perubahn perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.

Tujuan : Peningkatan perfusi jaringan

48

Page 49: Kti Anemia

Kriteria hasil :

Menunjukkan perfusi adekuat misalnya, tanda vital stabil; membran

mukosa berwarna merah mudah, pengisian kapiler baik, hluaran urin

adekuat; mental seperti biasa.

Intervensi :

a. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit atau

membran mukosa, dasar kuku

Rasional :

Memberikan informasi tentang drajat/keadekuatn perfusi jaringan

dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.

b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi

Rasional :

Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenisasi

untuk kebutuhan seluler.

c. Awasi upaya pernafasan ;auskultasi bunyi nafas perhatikan bunyi

adventisius

Rasional :

Dispnea, gemericik menunjukkan GJK karena regangan jantung

lama/peningkatan kompensasi curah jantung.

d. Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.

Rasional :

Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko

infark.

49

Page 50: Kti Anemia

e. Kaji untuk respon verbal melambat, mudah tersingguang, agitasi,

gangguan memori, bingung.

Rasional :

Dapat mengidentifikasi gangguan fungsi serebral karena hipoksia

atau defisiensi vitamin B12.

f. Orientasi/orientasikan ulang pasien sesuai kebutuhan. Catat jadwal

aktifitas pasien untuk dirujuk. Berikan cukup waktu untuk pasien

berpikir, komunikasi dan aktifitas.

Rasional

Membantu memperbaiki proses pikir dan kemampuan

melakukan/mempertahankan kebutuhan AKS.

g. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh

hangat sesuai indikasi.

Rasional

Vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.

Kenyamanan pasien/kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan

kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus

vasodilatasi (penurunan perfusi organ).

h. Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas.

Ukur suhu air mandi dengan termometer.

Rasional :

Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.

50

Page 51: Kti Anemia

i. Awasi pemeriksaan laboratorium, mis.. Hb/Ht dan jumlah SDM,

GDA

Rasional :

Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon

terhadap terapi. .

j. Berikan SDM darah lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi.

Awasi ketat untuk komplikasi transfusi.

Rasional :

Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen: memperbaiki

defisiensi untuk untuk menurunkan resiko perdarahan.

k. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

Rasional :

Memaksimalkan transpor oksigen kejaringan.

l. Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.

Rasional :

Transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum

tulang/anemia aplastik.

2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

Tujuan : dapat mempertahankan/ meningkatkan ambulasi/aktivitas

Kriteria Hasil :

51

Page 52: Kti Anemia

a. melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas

sehari-hari)

b. Menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya

nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang

normal

Intervensi :

a. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/AKS normal,

catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan

tugas

Rasional :

Mempengaruhi pilihan interpensi/bantuan

b. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan, gaya jalan dan

kelemahan otot

Rasional :

Menunjukkkan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin

B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.

c. Awasi TD, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktifitas.

Catat respon terhadap tingkat aktifitas (mis..peningkatan

denyut jantung/TD, disritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan

sebagainya}.

Rasional :

Manivestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk

membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

52

Page 53: Kti Anemia

d. Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila

diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon dan

gangguan berulang tindakan yang tak trencanakan.

Rasional :

Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen

tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

e. Ubah posisi pasien dengan berlahan dan pantau terhadap

pusing.

Rasional :

Hipotensi postural atau hipoksia serepral dapat menyebabkan

pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.

f. Perioritaskan jadwal asuhahan keperawatan untuk

meningkatkan istirahat. Pilih priode istirahat dengan priode

aktifitas.

Rasional :

Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan

pada sistem jantung dan pernapasan.

g. Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu,

memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak

mungkin.

Rasional

Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien

melakukan sesuatu sendiri.

53

Page 54: Kti Anemia

h. Rencanakan kemajuan aktifitas dengan pasien, termasuk

aktifitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan tingkat

aktifitas sesuai toleransi.

Rasional :

Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal

dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelelahan,

meningkatkan harga diri dan rasa terkontrol.

i. Gunakan teknik penghematan energi, misalnya mandi dengan

duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas.

Rasional :

Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi

penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.

j. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktifitas bila palpitasi,

nyeri dada, nafas pendek, kelemahan atau pusing terjadi.

Rasional

Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat

dekompensasi/kegagalan.

3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna

54

Page 55: Kti Anemia

makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel

darah merah.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

a. Menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan

nilai laboratorium normal.tidak mengalami tanda malnutrisi.

b. Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk

meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai

Rasional :

Mengidentifikasi defisiensi , menduga kemungkinan intervensi

b. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.

Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi

makanan

a. Timbang berat badan setiap hari.

Rasional :

Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi

nutrisi

c. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan

diantara waktu makan

55

Page 56: Kti Anemia

Rasional :

Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan

meningkatkan pemasukan juga mencega distensi gaster.

d. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan

gejala lain yang berhubungan

Rasional :

Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada

organ

e. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.

Rasional :

f. Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi , membatu dalam

membuat rencan diet untuk memenuhi kebutuhan individual.

Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.( Hb/Ht,

BUN,albumin, protein, transferin, besi serum, B12, asam

folat,TIBC, elektrolit serum.

Rasional :

Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia

dan/atauadanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yang

diidentifikasi.

56

Page 57: Kti Anemia

4 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan sekunder ((penurunan hemoglobin leucopenia, atau

penurunan granulost (respons inflamasi tertekan))

Tujuan : infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

a. Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko

infeksi

b. Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau

eritema, dan demam

Intervensi :

a. tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan

pasien

Rasional :

Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bakterial.

b. Pertahankan tehnik aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka

Rasional :

Menurunkan resiko kolonisasi/infeksi bakteri.

c. Berikan perawatan kulit dan oral dengan cermat

Rasional :

Menurunkan resiko kerusakan kulit/jaringan dari infeksi

d. Dorong perubahanposisi/ambulasi yang sering. Latihan batuk, dan

nafas dalam

Rasional :

57

Page 58: Kti Anemia

Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan memebantu

memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.

e. Tingkatkan masukan cairan adekuat

Rasional :

Membantu dalam pengenceran sekret pernafasanuntuk

mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tybuh

(misal; pernafasan dan ginjal)

f. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan

Rasional :

Membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi .

g. Pantau suhu. Catat adanya menggigil dan takikardi dengan atau

tanpa demam.

Rasional :

Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan

evaluasi/pengobatan

h. Amati eritema/cairan luka

Rasional :

Indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak

ada bila granulosit terteka.

i. Kolaborasi dalam pengambilan spesimen untuk kultur/snsitifitas

seuai indikasi.

Rasional :

58

Page 59: Kti Anemia

Membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen khusu dan

mempengaruhi pilihan oengobatan

j. Kolaborasi dalam pemberian antiseptik; antibiotik sistemik.

Rasional :

Mungkin gunakan secar propilaktik untuk menurunkan kolonisasi

atau untuk pengobatan proses infeksi lokal.

5 Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

perubahan sirkulasi dan neurologist.

Tujuan : dapat pertahankan integritas kulit

Kriteria hasil :

Mengidentifikasi faktor resiko/prilaku individu untuk mencegah

cedera dermal

Intervensi :

a. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna,

hangat local, eritema, ekskoriasi.

Rasional :

Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi.

Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan

rusak.

b. Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien

tidak bergerak atau ditempat tidur .

Rasional :

59

Page 60: Kti Anemia

Meningkatkan sirkulasi kesemua area kulit membatasi iskemia

jaringan/mempngaruhi hipoksia seluler.

c. Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan

sabun

Rasional :

Area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik

untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat

mengeringkan kulit secara berlebihan dan meningkatkan iritasi.

d. Bantu untuk latihan rentang gerak

Rasional :

Meningkatkan sirkulasi jaringan

6 Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;

perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.

Tujuan : Tidak terjadi konstipasi atau diare

Kriteria harsil :

a. Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus

b. Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan

sebagai penyebab, faktor pemberat.

Intervensi :

a. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.

Rasional :

60

Page 61: Kti Anemia

Membantu mengidentifikasi penyebab/faktor pemberat dan

interpensi yang tepat.

b. Auskutasi bunyi usus

Rasional :

Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada

konstipasi

c. Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada

makanan/sayuran

Rasional :

Dapat mengiidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat

dalam mengidentifikasi defisiensi diet.

d. Dorong masukan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung

Rasional

Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstifasi.

Akam membantu mempertahankan status dehidrasi pada diare.

e. Hindari makanan yang membentuk gas

Rasional :

Menurunkan distres gastrik dan distensi abdomen

f. Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan dalam

kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal

setiap defekasi bila terjadi diare.

61

Page 62: Kti Anemia

Rasional :

Mencegah eskoriasi kulit dan kerusakan

g. Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang dengan

tinggi serat dan bulk.

Rasional :

Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam

alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian

menghasilkan bulk, yang bekerja untuk perangsang untuk defekasi.

h. Berikan pelembek feses, stimulan ringan, laksatif pembentuk bulk,

atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektipan.

Rasional :

Mempermudah defekasi bila konstifasi terjadi

i. Berikan obat anti diare misalnya difenoksilat hydroklorida dengan

atropin (lomotil) dan obat pengabsorbsi air misalnya metamocil.

Rasional :

Menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.

7 Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ;

salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan : keluarga atau klien dapat mengerti tentang proses

penyakitnya/pengobatan

Kriteria hasil :

a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostig, dan

rencana pengobatan.

62

Page 63: Kti Anemia

b. Mengidentifikasi faktor penyebab

c. Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup

Intervensi :

a. Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan

bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia

Rasional :

Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat

pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan

kerjasama dalam program terapi.

b. Tinjau tujuan dan periapan untuk pemeriksaan diagnostig

Rasional :

Ansietas/takut tentang ketidaktahuan meningkatkan tingkat stres,

yang selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan

tentang apa yang diperkirakan menurukan ansietas.

c. Jelaskan bahwa darah diambil untuk pemeriksaan laboratorium

tidak akan memperburuk anemia.

d. Tinjau perubahan diet yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

diet khusus (ditentukan oleh tipe anemia/defisiensi).

Rasional :

63

Page 64: Kti Anemia

Daging merah hati, kuning telur sayuran berdaun hijau, biji

bersekan dan buah yang dikeringkan adalah sumber besi. Sayuran

hijau, hati dan buah asam adalah sumber asam folat dan vitamin C

(meningkatkan absorpsi besi).

e. Kaji sumber-sumber (misalnya keuangan dan memasak)

Rasional :

Sumber tidak adekuat dapat mempengaruhi kemampuan unutuk

membuat/menyiapkan makanan yang tepat.

f. Diskusi pentingnya hanya meminum obat yang diresepkan

Rasional :

Kelebihan obat besi dapat menjadi toksik

g. Sarankan minum obat dengan makanan atau segera setelah makan.

Rasional :

Besi paling baik diapsorpsi pada lambung kosong. Namun garam

besi merupakan iritan lambung dan dapat menyebabkan dispepsia,

diare, dan distensi abdomen bila diminum saat lambung kosong.

2.2.4. Implementasi

Tindakan keperawatan merupakan tahap keempat dalam proses

keperawtan serta merupakan tahap dimana peran perawat merealisasikan

rencana keperawatan ke dalam tindakan keperawatan yang nyata dan

langsung kepada klien.

64

Page 65: Kti Anemia

Dalam tahap ini, perawat tidak hanya melakukan tindakan

keperawatan saja tetapi juga melaporkan tindakan yang telah dilakukan

tersebut sekaligus respon klien, dan mendokumentasikan nya ke dalam

catatan perawatan klien.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan

pada dasarnya harus disesuaikan dengan intervensi yang ada pada tahap

perencanaan. Namun tidak selamanya hal tersebut dapat dilakukan karena

tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara yaitu

keadaan klien, fasilitas yang ada, pengorganisasian kerja perawat,

ketersediaan waktu serta lingkungan fisik dimana tindakan keperawatan

tersebut dilakukan.

2.2.5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap kelima dan terakhir dalam proses

keperawatan, dimana perawat menilai pencapaian tujuan serta mengkaji

ulang rencana keperawatan selanjutnya. Tolok ukur yang digunakan untuk

mencapai tujuan pada tahap evaluasi ini adalah kriteria-kriteria yang telah

dibuat pada tahap perencanaan. Dengan patokan pada kriteria tersebut,

dinilai apakah masalah teratasi atau bahkan timbul masalah baru, sehingga

intervensi keperawatan diubah atau dimodifikasi. Penilaian dan

kesimpulan tersebut dituangkan dalam catatan perkembangan klien dan

diuraikan berdasarkan urutan SOAPIER dimana S merupakan data

65

Page 66: Kti Anemia

subyektif, O merupakan data obyektif, A merupakan analisa terhadap

pencapaian tujuan, I merupakan implementasi, E merupakan evaluasi

ulang, dan R yang merupakan revisi tindakan.

Evaluasi pada anak dengan anemia adalah :

1. Infeksi tidak terjadi

2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi

3. Pasien dapat mempertahankan /meningkatkan ambulasi/aktivitas.

4. Peningkatan perfusi jaringan

5. Dapat mempertahnkan integritas kulit

6. Membuat/ kembali pola normal fungsi usus

7. Pasien/keluarga mengerti dan memahami tentang penyakit , prosedur

diagnostik, dan rencana pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aru w. Sudoyo; dkk, (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. jilid II edisi IV Departemen Ilmu Penyakit Dalm FKUI : Jakarta.

Betz L. Cecily & Sowden A. Linda (2002), Buku Saku Keperawatan Pediatr,i Edisi 3. EGC : Jakarta.

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

DR. Nursalam, M Nurs (Hons) dkk (2005), Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dan Anak. Salemba Medika : Jakarta.

66

Page 67: Kti Anemia

H. bambang Permono, dkk (2006), Buku Ajar Hematology-Onkologi Anak, ikatan dokter anak Indonesia : Jakarta

Hidayat Alimul Aziz A.(2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba medika: Jakarta

Ngastiyah (2005), Perawataan Anak Sakit, Edisi 2. EGC : Jakarta

Scanlon, C. Valerie & Sanders Tina (2006), Buku Ajar Anatomi & Fisiologi, Edsi 3. EGC : Jakarta

STAF pengajar ilmu kesehatan anak fkui (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta.

Wong L Donna (2003), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric, Edisi 4. EGC : Jakarta

www.Gayul's Blog.htm. Anemia Dan Efeknya Bagi Penderita : KD menyerang anak-anak. Hot Topic Friday, 25 May 2007

67