PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2007 KEPALA SEKOLAH PENDIDIKAN MENENGAH KOMPETENSI MANAJERIAL
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH
DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
TAHUN 2007
KEPALA SEKOLAH PENDIDIKAN MENENGAH
KOMPETENSI MANAJERIAL
i
PENGANTAR
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan bahwa ada 5 (lima) dimensi kompetensi yaitu: Kepribadian, Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi dan Sosial. Dalam rangka pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah untuk menguasai lima dimensi kompetensi tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan telah berupaya menyusun naskah materi diklat pembinaan kompetensi untuk calon kepala sekolah/kepala sekolah.
Naskah materi diklat pembinaan kompetensi ini disusun bertujuan untuk memberikan acuan bagi stakeholder di daerah dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/kepala sekolah agar dapat dihasilkan standar lulusan diklat yang sama di setiap daerah.
Kami mengucapkan terimakasih kepada tim penyusun materi diklat pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah ini atas dedikasi dan kerja kerasnya sehingga naskah ini dapat diselesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi upaya-upaya kita dalam meningkatkan mutu tenaga kependidikan.
Jakarta, November 2007 Direktur Tenaga Kependidikan Surya Dharma, MPA, Ph.D NIP. 130 783 511
ii
DAFTAR ISI
PENGANTAR ............................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................. ii DAFTAR TABEL .......................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ...................................................................... v BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................ 1 B. Dimensi Kompetensi ................................................ 3 C. Kompetensi yang Diharapkan Dicapai ..................... 3 D. Indikator Pencapaian Hasil ...................................... 3 E. Alokasi Waktu .......................................................... 4 F. Skenario .................................................................. 4
BAB II KONSEP MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH .......... 6
A. Pengertian Manajemen Keuangan ......................... 6 B. Tujuan Manajemen Keuangan Sekolah ................... 7 C. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan ..................... 7
BAB III PERENCANAAN DAN SUMBER-SUMBER
PENDAPATAN SEKOLAH ............................................ 12
A. Proses Perencanaan Keuangan Sekolah ................ 12 B. Sumber-Sumber Pendapatan Sekolah .................... 22 C. Masalah-Masalah Terkait dengan Penyusunan
RAPBS .................................................................... 28 BAB IV PELAKSANAAN PEMBELANJAAN DAN
PEMBUKUAN KEUANGAN SEKOLAH ......................... 37
A. Pembelanjaan Keuangan Sekolah ........................... 37
iii
B. Penyelenggaraan Pembukuan Keuangan Sekolah yang Transparan ..................................................... 43
BAB V PENGAWASAN, PELAPORAN DAN
PERTANGGUNG JAWABAN KEUANGAN SEKOLAH 49 A. Konsep Pengawasan Keuangan Sekolah ................ 49 B. Langkah-langkah Pengawasan ............................... 50 C. Sasaran dan Jenis Pengawasan ............................. 51 D. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Sekolah ................................................................... 59 E. Beberapa Contoh Pembuatan Laporan dan
Pertanggungjawaban Keuangan.............................. 61 DAFTAR RUJUKAN .................................................................... 64 LAMPIRAN ................................................................................ 66
A. Lembar Kasus ......................................................... 66 B. Lembar Kerja Peserta .............................................. 67 C. Pedoman Praktek Lapangan ................................... 69 D. Pembagian Tempat Praktik Lapangan dan
Fasilitator serta Deskripsi Tugas Fasilitator ............. 70 E. Penentuan jadwal praktek lapangan ........................ 70 F. Aspek-aspek dan Kriteria Penilaian ......................... 71 G. Lembar Evaluasi Proses Diklat ................................ 72
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah ..................... 20
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan Penggunaan Waktu, Tenaga,
Biaya dan Hasil yang Diharapkan ................................. 10
Gambar 2.2 Hubungan Penggunaan Waktu, Tenaga, Biaya
tertentu dan Ragam Hasil yang Diperoleh .................... 11
Gambar 3.1 Perencanaan Keuangan yang Strategis ....................... 13
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia
adalah pemerataan, mutu dan relevansi serta efektivitas manajemen
pendidikan. Manajemen pendidikan yang sentralistik yang kita
laksanakan selama pemerintahan Orde Baru, dipandang kurang
Manajemen pendidikan yang sentralistik tidak dapat mengakomodasi
perbedaan keragaman atau kepentingan baik untuk daerah, sekolah
maupun peserta didik, serta mematikan partisipasi masyarakat dalam
proses pendidikan.
Berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut di atas telah
dilakukan, di antaranya pembaharuan dan pemantapan sistem
pendidikan nasional berdasarkan pada prinsip desentralisasi
manajemen pendidikan. Salah satu langkah yang dilaksanakan
adalah menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS). Manajemen
berbasis sekolah merupakan suatu konsep pengelolaan sekolah yang
berawal dari kemampuan, inisiatif, dan kreativitas sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan di sekolahnya, dan tidak tergantung
pada petunjuk dari pemerintah pusat. Semua kegiatan pengambilan
keputusan, perencanaan dan kebijakan penyelenggaraan pendidikan
sepenuhnya berasal dari inisiatif sekolah itu sendiri dan bukan berasal
dari birokrasi diatasnya. Melalui manajemen berbasis sekolah maka
kemandirian sekolah dapat terwujud melalui upaya-upaya maksimal
dari guru, kepala sekolah dan partisipasi masyarakat (stakeholders)
dalam penyelenggaraan pendidikan.
2
Disamping itu untuk mewujudkan pengelolaan sekolah yang baik, perlu adanya kepala sekolah yang memiliki kemampuan sesuai tuntutan tugasnya. Untuk itu didalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tetang Standar Nasional Pendidikan, pasal 38 disebutkan kriteria menjadi kepala SMP/MTs/ SMA/MA/ SMK/ MAK meliputi:
Berstatus sebagai guru SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK;
1. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
2. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK; dan
3. Memiliki kemampuan kepemimpinanan dan kewirausahaan di bidang pendidikan.
Selanjutnya di dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah
ada 3 (tiga) hal yang perlu dilaksanakan yaitu: (1) manajemen sekolah
baik fungsi maupun substansinya dalam kerangka MBS; (2)
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM); serta
(3) peningkatan peran serta masyarakat dalam mendukung program
sekolah.
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, telah
diamanatkan dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 8 disebutkan “masyarakat berhak berperan
serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
program pendidikan”, dan pada pasal 9 berbunyi “ masyarakat
berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan”.
Masyarakat mau mendukung program sekolah apabila sekolah
menyelenggara-kan manajemen pendidikan yang transparan,
utamanya transparansi dalam manajemen keuangan. Sesuai dengan
3
prinsip akuntabilitas, maka masyarakat berhak mengetahui
pendayagunaan apa yang telah disumbangkannya kepada lembaga
pendidikan, baik tingkat efektivitas maupun tingkat efisiensinya.
Dengan demikian kepala sekolah perlu memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam mengelola keuangan secara transparan,
akuntabel, efektif dan efisien. Untuk membekali calon kepala sekolah
agar nantinya dapat menjadi kepala sekolah yang mampu mengelola
keuangan secara baik, maka pendidikan dan pelatihan manajemen
keuangan perlu dilakukan secara sistematis.
B. Dimensi Kompetensi
Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir pendidikan dan pelatihan manajemen keuangan di sekolah ini adalah dimensi kompetensi manajerial.
C. Kompetensi yang Diharapkan Dicapai
Pada akhir pendidikan dan pelatihan manajemen keuangan di sekolah ini peserta memiliki pengetahuan dan mampu mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan dan efisien.
D. Indikator Pencapaian Hasil
Pada akhir pendidikan dan pelatihan manajemen keuangan di sekolah peserta: 1. Mampu menjelaskan konsep manajemen keuangan secara
tepat.
2. Mampu menyusun rencana anggaran pendapatan dan
belanja sekolah dan menentukan alternatif sumber
pendapatan untuk pembiayaan program kerja di sekolah
4
3. Mampu menggali berbagai sumber dana dari masyarakat
4. Mampu membelanjakan keuangan sekolah dan
menyelenggarakan pembukuan keuangan secara benar.
5. Mampu melaksanakan pengawasan, mengkoordinasian
pelaporan keuangan sekolah dan mempertanggungjawabkan
penggunaan keuangan sekolah.
E. Alokasi Waktu
Alokasi waktu pendidikan dan pelatihan manajemen keuangan di sekolah ini adalah 32 jam (32 x 45 menit).
F. Skenario
Secara tentatif (dapat dikembangkan lebih lanjut oleh fasilitator),
skenario pendidikan dan pelatihan manajemen keuangan di
sekolah ini sebagai berikut:
1. Appersepsi dan pre-test , menggali permasalahan peserta,
curah pendapat dan dialog interaktif antara fasilitator dan
peserta pelatihan.
2. Penjelasan dimensi kompetensi, kompetensi yang
dikembangkan dan indikator pencapaian hasil selama
pelatihan.
3. Penjelasan materi oleh fasilitator, peserta memperhatikan dan
mengajukan pertanyaan.
4. Peserta mengerjakan tugas latihan secara individual dan atau
kelompok, fasilitator memantau
5. Peserta melakukan diskusi atau lokakarya , fasilitator
memantau
5
6. Peserta melakukan praktik kerja lapangan di Sekolah
Menengah Pertama atau Sekolah Menengah Atas atau
Sekolah Menengah Kejuruan
7. Pembahasan hasil praktik kerja lapangan dalam sidang pleno
yang diikuti oleh semua peserta, dipimpin oleh penyaji dan
pembahas, notulis mencatat dan mengikuti jalannya
persidangan dan menyusun laporan secara ringkas.
8. Penarikan kesimpulan dan refleksi kegiatan Diklat
9. Post-test
10. Penutup
6
BAB II KONSEP MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH
A. Pengertian Manajemen Keuangan
Setiap kegiatan perlu diatur agar kegiatan berjalan tertib, lancar,
efektif dan efisien. Kegiatan di sekolah yang sangat kompleks
membutuhkan pengaturan yang baik. Keuangan di sekolah
merupakan bagian yang amat penting karena setiap kegiatan butuh
uang. Keuangan juga perlu diatur sebaik-baiknya. Untuk itu perlu
manajemen keuangan yang baik. Sebagaimana yang terjadi di
substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan
manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,pengawasan atau
pengendalian. Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu
memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan,
pemanfaatan dana (Lipham, 1985; Keith, 1991), pelaporan,
pemeriksaan dan pertanggungjawaban. Di dalam manajemen
keuangan sekolah terdapat rangkaian aktivitas terdiri dari
perencanaan program sekolah, perkiraan anggaran, dan pendapatan
yang diperlukan dalam pelaksanaan program, pengesahan dan
penggunaan anggaran sekolah. Manajemen keuangan dapat diartikan
sebagai tindakan pengurusan/ ketatausahaan keuangan yang meliputi
pencatatan , perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan
pelaporan (Depdiknas Ditjen Dikdasmen, 2000). Dengan demikian
manajemen keuangan sekolah merupakan rangkaian aktivitas
mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan,
pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan
sekolah.
7
B. Tujuan Manajemen Keuangan Sekolah
Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan
pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan
pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien.
Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan
sekolah
2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan
sekolah.
3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas
kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan
bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-
jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
C. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah
prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan
bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping
itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini
dibahas masing-masing prinsip tersebut, yaitu transparansi,
akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.
8
1. Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang
manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu
kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan yang
transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan
lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan
jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus
jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan
untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan
dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan
pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di
sekolah. Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan
timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan
warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai.
Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh semua
warga sekolah dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran
pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) bisa ditempel di papan
pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata usaha sehingga
bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah
mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui berapa jumlah
uang yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan digunakan untuk
apa saja uang itu. Perolehan informasi ini menambah kepercayaan
orang tua siswa terhadap sekolah.
9
2. Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang
lain karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk
mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di
dalam manajemen keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan
peraturan yang berlaku maka pihak sekolah membelanjakan uang
secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan
kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama
yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya
transparansi para penyelenggara sekolah dengan menerima
masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola
sekolah , (2) adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat
diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, (3)
adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam
menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah,
biaya yang murah dan pelayanan yang cepat
3. Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Garner(2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi,
karena sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai
tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian
visi lembaga. Effectiveness ”characterized by qualitative outcomes”.
Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen
keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang
dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam
10
rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif
outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
4. Efisiensi Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan.
Efficiency ”characterized by quantitative outputs” (Garner,2004).
Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input)
dan keluaran(out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang
dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. Perbandingan
tersebut dapat dilihat dari dua hal:
a. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya:
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu,
tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil
yang ditetapkan.
Ragam efisiensi dapat dijelaskan melalui hubungan antara
penggunaan waktu, tenaga, biaya dan hasil yang diharapkan
dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:
D
C
B
A
Hasil Tertentu
Banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya
Penggunaan waktu, tenaga, dan biaya lebih sedikit
Paling sedikit menggunakan waktu, tenaga, dan biaya
Gambar 2.1 Hubungan Penggunaan Waktu, Tenaga, Biaya dan Hasil
yang Diharapkan
11
Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan daya C dan hasil D yang paling efisien, sedangkan penggunaan daya A dan hasil D menunjukkan paling tidak efisien.
b. Dilihat dari segi hasil
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan
waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil
sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya.
Ragam efisiensi tersebut dapat dilihat dari Gambar 2.2
berikut ini:
Gambar 2.2 Hubungan Penggunaan Waktu, Tenaga, Biaya tertentu
dan Ragam Hasil yang Diperoleh
Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan waktu, tenaga,
biaya A dan hasil B paling tidak efisien. Sedangkan penggunaan
waktu, tenaga, biaya A dan hasil D paling efisien.
Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi memungkinkan
terselenggaranya pelayanan terhadap masyarakat secara
memuaskan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
secara optimal dan bertanggung jawab.
A
D
C
B Hasil terkecil
Hasil besar
Penggunaan waktu, biaya, dan tenaga tertentu
Hasil sedang
12
BAB III PERENCANAAN DAN SUMBER-SUMBER PENDAPATAN
SEKOLAH A. Proses Perencanaan Keuangan Sekolah
Secara umum proses manajemen keuangan sekolah meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan
pertanggung-jawaban. Perencanaan merupakan langkah awal dalam
proses manajemen keuangan. Perencanaan adalah suatu proses
yang rasional dan sistematis dalam menetapkan langkah-langkah
kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pengertian tersebut mengandung unsur-unsur bahwa di
dalam perencanaan ada proses, ada kegiatan yang rasional dan
sistematis serta adanya tujuan yang akan dicapai. Perencanaan
sebagai proses, artinya suatu kejadian membutuhkan waktu, tidak
dapat terjadi secara mendadak. Perencanaan sebagai kegiatan
rasional, artinya melalui proses pemikiran yang didasarkan pada data
yang riil dan analisis yang logis, yang dapat dipertanggungjawabkan,
dan tidak didasarkan pada ramalan yang intuitif. Perencanaan
sebagai kegiatan yang sistematis, berarti perencanaan meliputi tahap-
tahap kegiatan. Kegiatan yang satu menjadi landasan tahapan
berikutnya. Tahapan kegiatan tersebut dapat dijadikan panduan
sehingga penyimpangan dapat segera diketahui dan diatasi.
Sedangkan tujuan perencanaan itu sendiri arahnya agar kegiatan
yang dilaksanakan tidak menyimpang dari arah yang ditentukan. Yang
perlu diperhatikan di dalam perencanaan keuangan sekolah antara
lain menganalisis program kegiatan dan prioritasnya, menganalisis
dana yang ada dan yang mungkin bisa diadakan dari berbagai
sumber pendapatan dan dari berbagai kegiatan.
13
Perencanaan keuangan sekolah disesuaikan dengan rencana
pengembangan sekolah secara keseluruhan, baik pengembangan
jangka pendek maupun jangka panjang. Pengembangan jangka
pendek berupa pengembangan satu tahunan. Pengembangan jangka
panjang berupa pengembangan lima tahunan, sepuluh tahunan,
bahkan dua puluh lima tahunan. Berdasarkan rencana
pengembangan sekolah, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
maka dibuatlah perencanaan keuangan sekolah baik perencanaan
2004) merumuskan sikuensi perencanaan keuangan yang strategis
sebagai berikut: 1) misi (mission), 2) tujuan jangka panjang(goals), 3)
tujuan jangka pendek(objectives), 4) program, layanan,
aktivitas(programs, services, activities), tujuan jangka panjang, tujuan
jangka pendek berdasarkan kondisi riil unit sekolah(site-based unit
goals & objectives), 5) target: baik outcomes maupun outputs, 6)
anggaran(budget), dan 7) perencanaan keuangan yang strategis
(strategic financial plan). Selanjutnya proses penyiapan perencanaan
keuangan yang strategis dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini:
Misi, tujuan jangka panjang dan jangka pendek
perencanaan keuangan yang Strategis berdasarkan kondisi riil unit sekolah
tujuan jangka panjang, pendek dan target berdasarkan kondisi riil unit sekolah
perencanaan keuangan yang Strategis
Gambar 3.1. Perencanaan Keuangan yang Strategis
14
Siklus tersebut menunjukkan bahwa pembuatan rencana strategis
memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Misi, tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek perlu
dirumuskan pimpinan sekolah
2. Tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek, dan target
yang ingin dicapai berdasarkan kondisi riil sekolah perlu
dipahami oleh seluruh warga sekolah.
3. Berdasarkan kondisi riil sekolah, maka dirumuskan
perencanaan keuangan yang strategis.
4. Perencanaan keuangan strategis sudah dirumuskan, menjadi
bahan masukan pada pengembangan misi dan tujuan
sekolah pada periode berikutnya.
Proses perumusan perencanaan keuangan yang strategis,
memerlukan kajian secara cermat tentang evaluasi diri lembaga
pendidikan yang bersangkutan, visi, misi, tujuan jangka panjang dan
tujuan jangka pendek lembaga pendidikan. Kemudian ditetapkan
program kegiatan dan berbagai layanan yang dilaksanakan lembaga
pendidikan yang sesuai dengan tujuan jangka panjang dan pendek
serta target yang akan dicapai baik output maupun outcomes-nya,
dan disusunlah anggaran sehingga jadilah perencanaan keuangan
yang strategis sesuai dengan kondisi sekolah.
Visi sekolah menjadi pedoman dalam pengembangan program
sekolah. Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi
sekolah, pandangan jauh kedepan kemana sekolah akan dibawa. Visi
sekolah digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah dan
perumusan tujuan sekolah. Contoh rumusan visi sekolah, yaitu
15
terwujudnya siswa yang berkualitas dan lulusan yang unggul sehingga
mampu bersaing di tingkat daerah, nasional dan internasional.
Bertolak dari rumusan visi sekolah selanjutnya dirumuskan misi
sekolah. Misi merupakan kegiatan yang harus diemban untuk
menjawab pencapaian visi yang ditetapkan. Contoh perumusan misi
sekolah, yaitu terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang kondusif
dalam lingkungan sekolah yang aman, tertib, disiplin, bersih yang
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai; terciptanya
hubungan yang harmonis antar personil di sekolah. Selanjutnya
rumusan tujuan jangka panjang dan jangka pendek dan target
pencapaiannya diselaraskan dengan visi dan misi sekolah.
Disamping memperhatikan program pengembangan sekolah,
perencanaan keuangan sekolah juga mengacu pada
penyelenggaraan pendidikan di sekolah secara keseluruhan.
Kepmendiknas Nomor 056/U/2001 menyebutkan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah meliputi (1) pelayanan yang bersifat teknis
edukatif untuk proses belajar mengajar baik teori maupun praktek
untuk seluruh mata pelajaran dan penilaian hasil belajar; (2)
pelayanan yang bersifat penunjang untuk operasionalisasi ruang
belajar dan kegiatan ekstra kurikuler; (3) pengadaan dan perawatan
buku pelajaran, peralatan pendidikan, alat pelajaran, peralatan
laboratorium, perpustakaan dan peralatan praktik keterampilan serta
bahan praktik laboratorium dan keterampilan; (4) pengadaan dan
perawatan sarana kegiatan penunjang seperti sarana administrasi,
gedung sekolah, ruang kelas, fasilitas sekolah dan lingkungan; (5)
penyediaan daya dan jasa seperti listrik, telepon, gas dan air; (6)
perjalanan dinas kepala sekolah dan guru; (7) pelayanan
kemasyarakatan, pemberdayaan Komite Sekolah, kegiatan sosial; (8)
16
penyelenggaraan lomba yang diikuti siswa dan atau guru; (9)
pelayanan habis pakai untuk keperluan sekolah seperti surat kabar;
(10) penyediaan gaji guru dan non-guru, tunjangan, honorarium,
lembur, transportasi, insentif dan lainnya yang menunjang pendidikan.
Berdasarkan komponen penyelenggaraan pendidikan tersebut, tiap
kepala sekolah menentukan program prioritas yang perlu
dilaksanakan dalam satu tahun anggaran, kemudian dijadikan
program kegiatan yang perlu mendapatkan dana.
Pada tahap perencanaan, analisis kebutuhan pengembangan
sekolah dalam kurun waktu tertentu menjadi fokus utama yang perlu
diperhatikan. Kebutuhan dalam satu tahun anggaran, lima tahun,
sepuluh tahun, bahkan dua puluh lima tahunan. Perencanaan dibuat
oleh kepala sekolah, guru, staf sekolah dan pengurus komite sekolah.
Mereka mengadakan pertemuan untuk menentukan kebutuhan dan
menentukan kegiatan sekolah dalam waktu tertentu. Berdasarkan
analisis ini diperoleh banyak kegiatan yang perlu dilakukan sekolah
dalam satu tahun, lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh
lima tahun. Untuk itu perlu diurutkan tingkat kebutuhan kegiatan dari
yang paling penting sampai kegiatan pendukung yang mungkin bisa
ditunda pelaksanaannya. Hal ini terkait dengan tersedianya waktu,
keberadaan tenaga dan jumlah dana yang tersedia atau yang bisa
diupayakan ketersediaannya. Analisis sumber-sumber dana dan
jumlah nominal yang mungkin diperoleh, dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan hasil analisis yang dilakukan. Perpaduan
analisis kegiatan dan sumber dana serta menyangkut waktu
pelaksaannya ini seringkali menghasilkan apa yang dinamakan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).
Setiap sekolah wajib menyusun RAPBS sebagaimana diamanatkan di
17
dalam pasal 53 Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, yaitu Rencana Kerja Tahunan
hendaknya memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja
satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun;
RAPBS merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan
dari berbagai sumber pendapatan serta susunan program kerja
tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin serta beberapa
kegiatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya dalam satu
tahun anggaran. Dengan demikian RAPBS berisi tentang ragam
sumber pendapatan dan jumlah nominalnya baik rutin maupun
pembangunan, ragam pembelanjaan dan jumlah nominalnya dalam
satu tahun anggaran.
Penyusunan RAPBS perlu memperhatikan asas anggaran antara
lain:
1. Asas kecermatan
Anggaran harus diperkirakan secara cermat, baik dalam hal
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
sehingga dapat efektif dan terhindar dari kekeliruan dalam
penghitungan.
2. Asas Terinci
Penyusunan anggaran dirinci secara baik sehingga dapat
dilihat rencana kerja yang jelas serta dapat membantu unsur
pengawasan.
3. Asas Keseluruhan
18
Anggaran yang disusun mencakup semua aktivitas keuangan
dari suatu organisasi secara menyeluruh dari awal tahun
sampai akhir tahun anggaran.
4. Asas Keterbukaan
Semua pihak yang telah ditentukan oleh peraturan atau pihak
yang terkait dengan sumber pembiayaan sekolah dapat
memonitor aktivitas yang tertuang dalam penyusunan
anggaran maupun dalam pelaksanaannya.
5. Asas Periodik
Pelaksanaan anggaran mempunyai batas waktu yang jelas.
6. Asas Pembebanan.
Dasar pembukuan terhadap pengeluaran dan penerimaan
anggaran perlu diperhatikan. Kapan suatu anggaran
pengeluaran dibebankan kepada anggaran ataupun suatu
penerimaan menguntungkan anggaran perlu diperhitungkan
secara baik.
Dalam penyusunan RAPBS, kepala sekolah sebaiknya
membentuk tim yang terdiri dari dewan guru dan pengurus komite
sekolah. Setelah tim dan Kepala Sekolah menyelesaikan tugas,
merinci semua anggaran pendapatan dan belanja sekolah, Kepala
Sekolah menyetujuinya. Pelibatan para guru dan pengurus komite
sekolah ini akan diperoleh rencana yang mantap, dan secara moral
semua guru, kepala sekolah dan pengurus komite sekolah merasa
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana tersebut.
Proses penyusunan RAPBS yang partisipatif dapat dilihat pada
Gambar 3.2 sebagai berikut:
19
Gambar 3.2. Proses Penyusunan RAPBS
Dalam menetapkan jumlah anggaran, dua hal yang perlu
diperhatikan yaitu unit cost (satuan biaya) dan volume kegiatan.
Setiap program dan penganggarannya perlu memperhatikan kedua
hal tersebut. Misalnya untuk anggaran rutin, SBP (Sumbangan Biaya
Pendidikan), BKM(Bantuan Khusus Murid), jenis kegiatan dan satuan
biayanya sudah ditentukan. Kepala Sekolah bersama guru dan pihak
lain yang terlibat langsung misalnya komite sekolah diharapkan
menyusun prioritas penggunaan dana per-mata anggaran secara
cermat.
Secara rinci langkah penyusunan RAPBS, yaitu:
1. Inventarisasi kegiatan untuk tahun yang akan datang, baik
kegiatan rutin maupun kegiatan pembangunan/
pengembangan berdasarkan evaluasi pelaksanaan kegiatan
Kepala sekolah mempelajari visi, misi, program utama sekolah yang telah ada
Kepala sekolah bersama guru dan Pengurus Komite Sekolah membahas draft dan menetapkan RAPBS
Kepala sekolah mengundang guru dan Pengurus Komite Sekolah untuk menyusun draft RAPBS
RAPBS sudah siap dilaksanakan
20
pada tahun sebelumnya, analisis kebutuhan tahun berikutnya,
dan masukan dari seluruh warga sekolah maupun Komite
Sekolah.
2. Inventarisasi sumber pembiayaan baik dari rutin maupun
pengembangan.
3. Penyusunan Rencana Kegiatan Sekolah(RKS) yang lengkap
berdasarkan Langkah poin (1) dan (2). Kepala Sekolah
membuat tabel RKS yang terdiri dari kolom-kolom nomor urut,
uraian kegiatan, sasaran, kolom-kolom perincian dana dari
berbagai sumber, dan kolom jumlah. Tabel tersebut diisi
sesuai kolom yang ada.
4. Penyusunan RAPBS. Kepala Sekolah membuat tabel RAPBS
yang terdiri dari kolom-kolom, yaitu kolom rencana
penerimaan dan jumlahnya, kolom rencana pengeluaran dan
jumlahnya. Tabel tersebut diisi kemudian ditandatangani oleh
Kepala Sekolah dan Ketua Komite Sekolah dan diketahui oleh
Kepala Dinas Pendidikan setempat.
Contoh daftar isian RAPBS dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah Anggaran Pendapatan Dan Belanja Sekolah Tahun Pelajaran … Sekolah Menengah Atas/Kejuruan Negeri ……………….
No RENCANA PENDAPATAN
JUMLAH (Rp)
No RENCANA PENGELUARAN
JUMLAH (Rp)
1 Saldo Tahun Lalu ………….. 1 Gaji PNS …………….. 2 Gaji PNS ………….. 2 Belanja Pemeliharaan …………….. 3 UUDP ………….. 3 Belanja Daya ………….. 4 Sumbangan Biaya 4 Belanja Barang …………..
21
No RENCANA PENDAPATAN
JUMLAH (Rp)
No RENCANA PENGELUARAN
JUMLAH (Rp)
Pendidikan a. Iuran Rutin
Kelas X ………….. 5 Program Unggulan …………..
b. Iuran Rutin Kelas XI
………….. 6 KBM/Peningkatan Mutu …………..
c. Iuran Rutin Kelas XII
………….. 7 Kesiswaan …………..
5 Bantuan Pemerintah Insidental
………….. 8 Administrasi …………..
6 Dana Pengembangan Pendidikan
………….. 9 Sarana Prasarana …………..
7 Dana Swadaya Masyarakat
………….. 10 Kegiatan Perjalanan Dinas
…………..
8 Sumber Lain 11 Koordinasi dengan Instansi Lain
…………..
a. Mutasi Siswa ………….. 12 Insentif Guru dan Karyawan
…………..
b. Kopsis tab. Selama 3 tahun (kelas III)
………….. 13 Biaya operasional Dewan
…………..
c. BOMM ………….. 14 TOEFL kls X dan XI ………….. d. Hasil usaha
kantin sekolah ………….. 15 Evaluasi …………..
e. Sumbangan tidak mengikat/Sodakoh
………… 16 Praktikum …………..
………………. …………… 17 Komputer dan Internet ………….. 18 Penerbitan Majalah
Siswa …………..
19 Buku Pedoman Nilai Non Akademis Kelas X
…………..
20 Perpustakaan ………….. 21 Foto dan Kartu Pelajar
kelas X …………..
22 Psikotes dan buku Pribadi siswa Kelas X
…………..
23 Bimbingan Intensif Kelas III
…………..
24 Kegiatan Akhir Tahun dan Wisuda
……………..
Jumlah Keseluruhan
……………… Jumlah Keseluruhan ……………….
………….,………………20.. Ketua Komite Sekolah, Kepala Sekolah……………., …………………………. …………………………….. Mengetahui
Kepala Dinas Pendidikan ………………………….,
22
B. Sumber-Sumber Pendapatan Sekolah
Kebutuhan dana untuk kegiatan operasinal secara rutin dan
pengembangan program sekolah secara berkelanjutan sangat
dirasakan setiap pengelola lembaga pendidikan. Semakin banyak
kegiatan yang dilakukan sekolah semakin banyak dana yang
dibutuhkan. Untuk itu kreativitas setiap pengelola sekolah dalam
menggali dana dari berbagai sumber akan sangat membantu
kelancaran pelaksanaan program sekolah baik rutin maupun
pengembangan di lembaga yang bersangkutan.
Pasal 46 Undang-undang No 20 Tahun 2003 menyatakan
pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Berdasarkan tuntutan kebutuhan di sekolah tersebut utamanya
kebutuhan pengembangan pembelajaran yang sangat membutuhkan
biaya yang relatif banyak, maka sumber pendapatan diupayakan dari
berbagai pihak agar membantu penyelenggaraan pendidikan di
sekolah, disamping sekolah perlu melakukan usaha mandiri yang bisa
menghasilkan dana. Hal ini akan terwujud apabila menajemen
sekolah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya di samping kreativitas
sekolah juga menjadi andalan utama. Berbagai perkembangan yang
ada di abad 21, (Garner,2004) mengungkapkan adanya pengaruh
langsung maupun tidak langsung dalam meningkatkan perolehan
keuangan sekolah, yaitu praktek pembukuan yang sesuai dengan
akuntansi(accounting), sekolah yang memiliki piagam (charter
schools), daya tarik sekolah(magnet school), privatisasi sekolah(the
privatization of school), vouchers, sistem yang terbuka dalam
mengelola sekolah ( open systems), dan manajemen berdasarkan
kondisi riil sekolah
23
(site-based management).
Untuk itu sekolah perlu memenuhi poin-poin tersebut agar
perolehan dana bisa lebih ditingkatkan. Hal ini terjadi karena
masyarakat sangat mempercayai keunggulan sehingga mereka
merasa respek terhadap lembaga pendidikan.
Sumber-sumber pendapatan sekolah bisa berasal dari
pemerintah, usaha mandiri sekolah , orang tua siswa, dunia usaha
dan industri, sumber lain seperti hibah yang tidak bertentangan
dengan peraturan perundangan yang berlaku, yayasan
penyelenggara pendidikan bagi lembaga pendidikan swasta, serta
masyarakat luas. Berikut ini disajikan rincian masing-masing sumber
pendapatan sekolah.
Sumber keuangan dari pemerintah bisa berasal dari pemerintah
pusat, pemerintah kabupaten/ kota. Sumber keuangan pendidikan
yang berasal dari pemerintah pusat dialokasikan melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan yang berasal
dari pemerintah kabupaten dan kota dialokasikan melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD). Selanjutnya melalui
kebijakan pemerintah yang ada, di tahun 2007 di dalam pengelolaan
keuangan dikenal sumber anggaran yang disebut Dana Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA). DIPA meliputi Administrasi Umum,
yaitu alokasi dari Pemerintah yang bersumber APBN penerimaan dari
pajak , dan Penerimaan Negara Bukan Pajak(PNBP) yang bersumber
dari dana masyarakat
Beberapa kegiatan yang merupakan usaha mandiri sekolah yang
bisa menghasilkan pendapatan sekolah antara lain : (1) pengelolaan
pekerjaan dibuatkan berita acara penerimaan penerimaan
barang/penyelesaian pekerjaan
9) Memeriksa apakah bukti pembayaran/ kuitansi telah
memenuhi syarat.
d. Langkah Kerja Pemeriksaan Fisik:
1) Memeriksa apakah pelaksanaan pengadaan barang/
pekerjaan telah sesuai dengan SPK/ kontrak yang
bersangkutan, yaitu dari segi kuantitas, kualtas, jenis,
spesifikasi, waktu penyerahan barang/ penyelesaian
pekerjaan.
2) Jika dari temuan tersebut terjadi ketidaksesuaian, maka
tentukan siapa yang bertanggung jawab atas kerugian
negara tersebut.
58
3) Jika terjadi kelambatan penyerahan barang/ pekerjaan,
periksalah apakah telah dipungut dendanya sesuai dengan
SPK yang bersangkutan
e. Langkah kerja Pemeriksaan Pungutan Pajak
1) Meneliti apakah Bendaharawan telah melakukan
kewajibannya memungut PPh pasal 21 atas honorarium
yang dikeluarkan.
2) Meneliti apakah Bendaharawan telah melakukan
kewajibannya memungut PPh pasal 22 atas penyerahan
barang/ jasa yang dilakukan.
3) Meneliti apakah Bendaharawan telah melakukan
kewajibannya memungut PPN dari pengusaha Kena Pajak
4) Meneliti apakah Bendaharawan telah menyetorkan hasil
pungutan tersebut ke kas negara secara tepat waktu.
f. Langkah kerja Pemeriksaan Pengawasan Atasan Langsung
1) Memeriksa apakah atasan Langsung Bendaharawan telah
melakukan pemeriksaan kas terhadap Bendaharawan
sedikitnya tiga bulan sekali.
2) Meneliti apakah pejabat yang bertanggung jawab terhadap
pengelolaan perlengkapan telah melakukan pemeriksaan
penyimpanan barang inventaris yang dikelolanya, baik
secara langsung melihat fisik barangnya maupun melalui
pembukuannya.
Pemeriksaan kas sewaktu-waktu dan penutupan buku kas
umum secara bulanan merupakan tanggung jawab kepala
sekolah. Pemeriksaan kas ini didasarkan pada buku kas umum
yang dipergunakan oleh bendaharawan untuk mencatat transaksi
kas yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Adapun
59
beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan kas
adalah: (1) periksa bukti-bukti pengeluaran. (2) sisa kas apakah
sama dengan sisa di buku kas umum. Sisa kas terdiri dari uang
tunai, saldo di bank, surat berharga lainnya. (3) setelah selesai
pemeriksaan kas maka perlu dibuat Register Penutupan Kas. (4)
Buku Kas Umum ditutup dan ditandatangani oleh Bendaharawan
dan Kepala Sekolah.
D. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah
Penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah harus dilaporkan
dan dipertanggungjawabkan secara rutin sesuai peraturan yang
berlaku. Pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran yang berasal
dari orang tua siswa dan masyarakat dilakukan secara rinci dan
transparan sesuai dengan sumber dananya. Pelaporan dan
pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari usaha mandiri
sekolah dilakukan secara rinci dan transparan kepada dewan guru
dan staf sekolah. Pertanggungjawaban anggaran rutin dan
pembangunan dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai
berikut:
1. Selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan Bendaharawan
mengirimkan Surat Pertanggungjawaban(SPJ) kepada
Walikota/ Bupati melalui Bagian Keuangan Sekretariat
Daerah.
2. Apabila tanggal 10 bulan berikutnya SPJ belum diterima oleh
Bagian KeuanganSekretariat Daerah maka tanggal 11
dikirimkan Surat Peringatan I.
60
3. Apabila sampai dengan tanggal 20 bulan berikutnya SPJ juga
belum dikirimkan pada Bagian Keuangan Sekretariat Daerah,
maka dibuatkan Surat Peringatan II.
4. Kelengkapan Lampiran SPJ:
a. Surat pengantar
b. Sobekan BKU lembar 2 dan 3
c. Daftar Penerimaan dan Pengeluaran per pasal/komponen
d. Daftar Penerimaan dan Pengeluaran UUDP
e. Laporan Keadaan Kas Rutin/ Pembangunan (LKKR/LKKP)
Tabel I dan II
f. Register penutupan Kas setiap 3 bulan sekali.
g. Fotokopi SPMU Beban Tetap dan Beban Sementara
h. Fotokopi Rekening Koran dari bank yang ditunjuk.
i. Daftar Perincian Penerimaan dan Pengeluaran
Pajak(Bend.15)
j. Bukti Setor PPN/PPh 21,22,23 (fotokopi SSP)
k. Daftar Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Pajak
l. Bukti Pengeluaran /kuitansi asli dan lembar II beserta
dengan bukti pendukung lainnya, disusun per digit/
komponen.
5. Bukti Pendukung/ Lampiran SPJ
a. Biaya perjalanan dinas dilampiri
- Kuitansi/ bukti pengeluaran uang
- Surat Perintah Tugas(SPT)
- Surat Perintah Perjalanan Dinas(SPPD) lembar I dan II
b. Penunjukan langsung barang dan jasa
- Sampai dengan Rp 1.000.000,- dilampiri kuitansi dan
faktur pajak
61
- pembelian diatas Rp 1.000.000,- sampai dengan Rp
5.000.000,- dilampiri: Surat penawaran, Surat Pesanan,
Kuitansi, faktur pajak, berita acara serah terima/
penyelesaian pekerjaan.
- Diatas Rp 5.000.000,- sampai dengan Rp 15.000.000,-
dilampiri: Surat penawaran, Surat Penunjukan
Pelaksanaan Pekerjaan, Surat Perintah Kerja(SPK),
Berita acara Pemeriksaan Barang, kuitansi, faktur/nota,
berita acara serah terima/ penyelesaian pekerjaan.
Pemimpin proyek/ Atasan Langsung Bendaharawan
diwajibkan menyusun/ melampirkan OE/ HPS sebagai
acuan melakukan negosiasi baik harga maupun kualitas
barang/ jasa yang dibutuhkan.
E. Beberapa Contoh Pembuatan Laporan dan
Pertanggungjawaban Keuangan
1. Contoh Laporan Bulanan Sumber Dana Administrasi Umum LAPORAN BULANAN REALISASI PENGGUNAAN ANGGARAN ……(nama lembaga) TAHUN ..... MENURUT MAK SUMBER DANA : ADMINISTRASI UMUM UNIT KERJA: …………. BAGIAN BULAN:…………….
NO MAK
BARU URAIAN
ALOKASI ANGGARAN
REALISASI PENGGUNAAN ANGGARAN
SALDO-(3- 6)
% REALISA
SI (6/3*100)
S.D. BLN
LALU
BLN INI
JUMLAH (4 +
5)
62
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 512311 Belanja Vakasi
2 521111 Belanja Keperluan
Sehari-hari Perkantoran
3 521114 Belanja Barang
Untuk Pelaksanaan TUPOKSI
4 522111 Belanja Langganan
dan Daya
5
523111 Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan
6
523121 Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin
7 524111 Belanja Perjalanan
Biasa
8 532111 Belanja Modal
Peralatan dan Mesin
9 533111 Belanja Modal
Gedung dan Bangunan
10 571111 Belanja Bantuan
Sosial
JUMLAH
……….., 10 (bln berikutnya) Koordinator PK, KPK, PUMK, Nama Nama Nama NIP NIP NIP 2. CONTOH LAPORAN BULANAN SUMBER DANA PNBP LAPORAN BULANAN REALISASI PENGGUNAAN ANGGARAN ……(nama lembaga) TH 2007 MENURUT MAK
63
SUMBER DANA : ADMINISTRASI UMUM UNIT KERJA: …………. BAGIAN BULAN:……………. NO MAK
5 523111 Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan
6 523121 Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin
7 524111 Belanja Perjalanan Biasa
8 532111 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
9 533111 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
10 571111 Belanja Bantuan Sosial
JUMLAH
……., 10 (bln berikutnya) Koordinator PK, KPK, PUMK, Nama Nama Nama NIP NIP NIP
64
DAFTAR RUJUKAN
Campbell, Roald F., Edwin M.Bridges, dan Raphael O.Nystrand. 1983. Introduction to Educational Administration. 5th edition. Boston: Allyn and Bacon, Inc
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Tenaga Kependidikan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Manajemen Keuangan. Materi Pelatihan Terpadu untuk Kepala Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama
Direktorat Pendidikan Dasar. 1995/1996. Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar. Ditdikdasmen Depdikbud
Gorton, Richard A. & Schneider, Gail T. 1991. School-Based Leadership: Callenges and Opportunities. Dubuque, IA: Wm. C. Brown Publishers
Imron, Ali. 2004. Manajemen Keuangan Berbasis Sekolah. Dalam Maisyaroh dkk, 2004. Perspektif Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Kadarman, A.M. dan Udaya, Jusuf. 1992. Pengantar Ilmu Manajemen: Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 056/U/2001 tentang Pedoman Pembiayaan Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah. Jakarta: CV Tamita Utama
Koontz, Harold dan O’Donnel, Cryill. 1984. Principles of Management: An Analysis of Managerial Functions. Third Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.
Manullang, M. 1990. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.
65
Pemerintah Kota Malang. 2002. Kutipan Buku Pedoman Kerja dan Penekanan Tugas. Malang: Dinas Pendidikan Kota Malang
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Supriadi, Dedi. 2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sutarsih, Cicih. Tanpa tahun. Administrasi Keuangan Skolah. Jakarta:
Timan, Agus, Maisyaroh, Djum Djum Noor Benty. 2000. Pengantar Manajemen Pendidikan. Malang: AP FIP Universitas Negeri Malang.
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Tamita Utama
Undang-undang No 22 tahun 1999, yang direvisi dengan Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Widjanarko, M. dan Sahertian, P.A. 1996/1997. Manajemen Keuangan Sekolah. Bahan Pelatihan Manajemen Pendidikan bagi Kepala SMU se- Indonesia di Malang
66
LAMPIRAN A. LEMBAR KASUS
1. Berdasarkan pengamatan Anda saat menjadi guru di SMP/
SMA/SMK tempat Anda bekerja, analisislah kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangannya dalam rangka penyusunan program
kerja yang membutuhkan dana dalam pelaksanaannya!
2. Seorang guru berbelanja kertas HVS kwarto 70 gram sebanyak 50
rim seharga Rp 25.000,00/ rim. Spidol transparan snowman
sebanyak 10 pak. Tiap pak berisi 4 batang seharga Rp 25.000,00/
pak. Apabila ia menggunakan uang lembaga dan untuk
kepentingan lembaga:
a. kemanakah ia harus membelinya sehingga terpenuhi prinsip
efektivitas dan efisiensi?
b. syarat-syarat apa yang harus dipenuhi sehingga memenuhi
tata aturan pembelian barang?
3. Selama Saudara menjadi guru atau mungkin menjadi kepala
sekolah:
a. kegiatan apa saja yang dilakukan di sekolah dalam bidang
manajemen keuangan?
b. Apakah prinsip-prinsip manajemen keuangan sudah
mewarnai kegiatan tersebut?
c. Kalau sudah apa alasan Saudara?
d. Kalau belum prinsip yang mana?
e. Apa yang dapat Saudara sarankan agar manajemen
keuangan bisa dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip
manajemen keuangan?
67
B. LEMBAR KERJA PESERTA
1. Anda dimohon membuat Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah di SMP/ SMA/SMK dengan menggunakan
tabel di bawah ini. Sumber dana yang diperoleh sekolah
berasal dari pemerintah, sumbangan dari orang tua siswa,
perusahaan di sekitar sekolah, dan usaha mandiri berupa
kantin dan koperasi sekolah. Jumlah keseluruhan anggaran
lebih kurang Rp 2.000.000.000,00/ tahun. Pengeluaran untuk
kegiatan rutin dan operasional penyelenggaraan pendidikan di
sekolah, di samping pemeliharaan ruangan kelas. Jumlah guru
25 orang danjumlah siswa 500 orang.
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH TAHUN PELAJARAN … SMP/ SMA/ SMK ……………….
No RENCANA PENDAPATAN
JUMLAH(Rp) No RENCANA PENGELUARAN
JUMLAH(Rp)
Jumlah
Keseluruhan Jumlah
Keseluruhan
………….,………………20.. Ketua Komite Sekolah, Kepala Sekolah……………., …………………………. ……………………………..
Mengetahui Kepala Dinas Pendidikan
………………………….,
68
2. Pengisian Buku Kas
Berdasarkan pagu anggaran pada bulan Maret sejumlah Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Uraikan pengeluaran
sesuai dengan MAK yang sesuai, kemudian isilah kolom-kolom
pada tabel berikut ini!
BUKU KAS PENERIMAAN DAN PENGELUARAN DANA UUDP TRIWULAN I TAHUN ….. BULAN : MARET ……
PENERIMAAN PENGELUARAN SISA (Rp) TGL URAIAN
NO BUKTI
JUMLAH (RP)
TGL URAIAN NO
BUKTI JUMLAH
(RP) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah Penerimaan Jumlah Pengeluaran Saldo kurang Saldo lebih Jumlah Total Jumlah Total
Pada hari ini ….., (tanggal,bulan, tahun missal 31 Maret…) …. didapat dalam Kas = Rp…………… terdiri atas: 1. Sisa Tunai = Rp…………. Jumlah Bulan ini = Rp…. 2. Sisa Bank = Rp…………. Jumlah Bulan Lalu = Rp…. 3. Surat Berharga = Rp………… Jumlah s.d Bulan ini = Rp…. ......, 31 Maret ………… Kepala SD …….. Bendahara, …………………………………. ……………………………
69
3. Pengisian Buku Pembantu/ Buku Harian
Agar pembukuan keuangan lebih teliti perlu adanya catatan
harian bagi bendaharawan. Catatan ini ditulis dalam buku
harian. Berdasarkan MAK yang ada dan analisis Anda, isilah
tabel di bawah ini.
BUKU PEMBANTU/ BUKU HARIAN
MAK.................................................... TANGGAL URAIAN JUMLAH TANGGAL URAIAN NO
Partisipasi peserta Kerjasama dengan peserta lain Kesungguhan mengikuti kegiatan Kuantitas pengalaman lapangan Kualitas pengalaman lapangan Kemampuan merumuskan permasalahan Kemampuan merumuskan alternatif pemecahan masalah
........................
........................
........................
........................
........................
........................ ........................
Lembar Kerja Praktik Lapangan
No KOMPONEN URAIAN HASIL 1 Perencanaan Manajemen
Keuangan
2 Penyusunan RAPBS 3 Kiat penggalian dana 4 Ragam penggunaan anggaran 5 Pembukuan keuangan 6 Pengawasan penggunaan
anggaran
7 Proses pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan sekolah
1 Tingkat kesiapan peserta mengikuti diklat 2 Tingkat kehadiran dalam kegiatan belajar 3 Semangat belajar 4 Tingkat kesungguhan memperhatikan sajian 5 Tingkat energi mengikuti kegiatan
Keterangan:
ST = sangat tinggi T = tinggi S = sedang R = rendah SR = sangat rendah 2) Aktivitas belajar
1 Relevansi materi 2 Penggunaan bahasa 3 Kemudahan dipahami 4 Waktu penyajian 5 Tugas-tugas latihan
Keterangan:
SB = sangat baik
B = baik
S = sedang
J = jelek
SJ = sangat jelek
a. Performansi Fasilitator menurut Peserta:
No ASPEK PENILAIAN ALTERNATIF SB B S J SJ
1 Penguasaan materi 2 Penggunaan metode penyajian 3 Kesungguhan pembimbingan 4 Penggunaan bahasa 5 Sikap dan penampilan
Keterangan:
SB = sangat baik
B = baik
S = sedang
J = jelek
SJ = sangat jelek
74
b. Penyelenggaraan Pelatihan
No ASPEK PENILAIAN ALTERNATIF SB B S J SJ
1 Kualitas tempat/ ruangan pelatihan 2 Kondisi alat bantu penyajian 3 Kuantitas makalah untuk peserta 4 Kuantitas alat tulis untuk peserta 5 Kualitas sarana akomodasi 6 Kualitas dan kuantitas bahan konsumsi
utama
7 Kualitas dan kuantitas bahan konsumsi pendukung
8 Kualitas sarana transportasi 9 Kualitas dan kuantitas sarana kesehatan